DEKOMPOSISI KAIN
I.
Maksud dan Tujuan
Maksud Mengidentifikasi anyaman dasar (anyaman polos, anyaman keper dan anyaman satin) pada kain Tujuan
Menentukan jenis-jenis anyaman pada kain
Menentukan arah lusi dan arah pakan pada suatu kain.
Menghitung tetal lusi, tetal pakan, mengkeret lusi, mengkeret pakan, dan menghitung nomor benang 2
lusi dan pakan untuk mencari berat kain / m .
Mengetahui selisih berat, antara cara penimbangan dengan cara perhitungan perhitungan.
Menghitung masing-masing kebutuhan warna pada kain ce le.
II.
Teori Dasar Selama masih ada suatu peradaban umat manusia, maka pada sat itu pula kain akan selalu dibutuhkan,
kain dapat dibuat menjadi berbagai macam produk seperti pakaian, aksesoris, perlengkapan rumah tangga dll, namun untuk di Indonesia sendiri me mang sebagian besar kain diolah untuk menghasilkan barang-barang sandang (Pakaian). Pakaian ini merupakan salah satu k ebutuhan primer yang harus selalu dipenuhi. Adapun fungsi pakaian itu sendiri yaitu dapat melindungi tubuh dari sinar matahari, binatang buas, gesekan mekanis, pengaruh cuaca dan untuk menutupi aurat. Kain bisa dibuat dengan cara ditenun, dirajut, disulam, dan non woven. Kain tenun merupakan salah satu jenis kain tekstil tertua di dalam sejar ah pakaian manusia. Bahkan kata “tekstil” sendiri, berasal dari kata kerja bahasa latin “texere” yang berarti menenun, yaitu membuat kain
dengan cara penyilangan atau penganyaman dua kelompok benang yang saling tegak lurus sehingga membentuk anyaman benang-benang kearah panjang kain yang disebut lusi dan kearah lebar kain yang disebut pakan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kain tenun dibentuk dengan c ara menyilangkan dan menganyamkan dua kelompok benang yang saling tegak lurus. sehingga membentuk kain tenun dengan konstruksi tertentu. Agar dihasilkan kain yang memiliki mutu, pola dan sifat seperti yang dikehendaki, maka diperlukan unsur-unsur yang merupakan bangunan atau konstruksi dari kain tersebut. Jenis kain tenun t enun mempunyai berbagai macam variasi, yang satu sama lain dapat berbeda mutu, sifat maupun polanya. Bahkan dengan jenis anyaman yang sama dapat dibuat macam-macam variasi kain yang mempunyai rupa dan karakteristik berbeda.
Faktor yang mempengaruhi hal tersebut :
Jenis serat tekstil yang digunakan.
Jenis benang yang digunakan.
Ketentuan kain.
Persiapan.
Anyaman.
Pertenunan.
Pengubahan permukaan kain, dan sifat kain.
Bentuk disain dan motif kain.
Anyaman tekstil dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu : 1. Anyaman dasar , terdiri dari : o
Anyaman polos
o
Anyaman keper
o
Anyaman satin
2. Anyaman turunan, terdiri dari : o
Anyaman turunan dari anyaman polos. Anyaman ini dapat dibedakan dalam turunan langsung dan turunan tidak langsung.
o
Anyaman turunan dari anyaman keper . Ayaman ini dapat dibedakan dalam t urunan langsung dan turunan tidak langsung.
o
Anyaman turunan dari anyaman satin.
3. Anyaman campuran. 4. Anyaman dengan benang berwarna (kain cele). 5. Anyaman untuk tenunan rangkap. 6. Anyaman khusus. Misalnya : anyaman handuk, anyaman berbulu, anyaman dengan benang pengisi, anyaman permadani dan lain-lain. 1. ANYAMAN POLOS Nama-nama lain yang bisaanya digunakan pada anyaman polos yaitu : Anyaman blacu, plat, tabby, taffeta (taffeta weave), plain (plain weave). Cirri dan karakteristik anyaman polos:
Mempunyai rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman.
Paling tua dan sederhana
Paling luwes untuk kain
Dari jarang sampai dengan padat
Dari paling ringan sampai dengan paling berat
Dengan berbagai ragam disain
Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana, yaitu: 1-naik, 1-turun.
Simetris
Kain dengan anyaman yang paling kuat dari semua jenis anyaman.
Ulangan rapot : kearah horizontal (lebar kain) atau kearah pakan diulangi sesudah 2 helai pakan. Pengulangan ke arah vertikal (panjang kain) atau ke arah lusi, diulangi sesudah 2 helai lusi.
Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain dengan letak benang yang tegus (tidak mudah berubah tempat)
Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor konstruksi kain yang lain daripada jenis anyaman yang lainnya.
Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran (range) yang lebih besar daripada anyaman lain (10 helai/inch – 200 helai/inch). Perpencaran berat kain lebih besar daripada 2
2
anyaman lain (0,25 oz/yds – 52 oz/yds ).
Anyaman polos lebih sesuai untuk diberi rupa yang lain dengan jalan mengadakan ubahan-ubahan disain, baik pengubahan pada structural disain maupun pengubahan pada surface disain dibandingkan dengan anyaman lainnya.
Pada umumnya, kain dengan anyaman polos penutupan kainnya ( fabric cover ) berkisar pada 25 % - 75 %.
Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis (open construction / sheer texture).
Banyaknya gun yang digunakan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi digunakan 4 gun atau lebih.
Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi medium, dengan fabric covers 51 % - 75 %. Penutupan lusi dan pakan berkisar 31 % - 50 %.
Anyaman polos untuk kain padat (close construction), bisaanya menggunakan benang pakan yang lebih kasar daripada benang lusi.
Karakteristik dari jenis ini cenderung menunjukan rip (rusuk horizontal pada permukaan kain. Contoh anyaman polos:
2. ANYAMAN KEPER Anyaman keper yang memiliki nama lain twill (USA), drill (Inggris) dan Koper (Jerman) mempunyai kararkteristik sebagai berikut:
Pada permukaan kain terlihat garis miring atau rips miring yang tidak putus-putus.
Jika arah garis miring berjalan dari kanan bawah ke kiri atas disebut keper kiri. Jika arah garis miring berjalan dari kiri bawah ke kanan atas disebut keper kanan.
Tidak simetris, kelihatan garis keppernya (bisa kepper kanan atau kiri)
Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi disebut efek lusi atau ke per lusi sedangkan garis miring yang dibentuk oleh benang pakan disebut keper efek pakan atau keper pakan. o
Garis miring membentuk sudut 45 terhadap garis horizontal.
Apperance kain pada permukaan atas dan bawah berbeda.
Jika rapot terkecil dari anyaman keper = 3 helai lusi dan 3 helai pakan, disebut keper 3 gun.
Anyaman keper diberi nama sesuai dengan banyaknya gun minimum.
Bisaanya dibuat dalam konstruksi padat.
Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi daripada anyaman polos.
Pengaruh arah twist benang sangat besar te rhadap kenampakan garis miring.
Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan tetal pakan.
Garis miring dengan sudut 45 disebut keper curam (steep twill ).
o
Contoh anyaman keper :
Anyaman keper kanan lusi
Anyaman keper kiri pakan
Anyaman keper yang mempunyai rapot anyaman paling kecil adalah keper 3 g un, dengan rumus /1 atau /1. Anyaman dasar keper hanya memiliki dua buah silangan. Didalam rumus selalu terdapat angka 1. Jika angka 1 berada diatas garis, maka anyamannya adalah keper pakan, bila angka 1 berada dibawah garis, maka anyamannya adalah keper lusi, karena float (kenampakan) lusinya yang panjang berada diatas benang pakan.
3. ANYAMAN SATIN Anyaman satin pada kain katun pada umumnya menggunakan 5 atau 6 gun. Bisaanya satin pakan. Satinet, istilah yang dipakai untuk kain imitasi sutera, misalnya dari bahan katun yang dimercerisir, digunakan untuk kain lapis maupun meubelstoffen. Satin, istilah yang umum dipakai pada kain-kain satin yang dibuat dari sutera filamen atau benang sintetis filamen. Satinettes, dibuat dari benang lusi kapas dan benang pakan wol. Satin : anyaman satin lusi Sateen : anyaman satin pakan Satinette : anyaman satin yang tidak teratur Ciri dan karakteristik anyaman satin:
Pada 1 rapot anyaman, banyak benang lusi sama dengan banyak benang pakan.
Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu efek pada permukaan kain, yaitu efek lusi atau efek pakan.
Anyaman satin dengan efek lusi disebut satin lusi, sedangkan anyaman satin dengan efek pakan disebut satin pakan.
Pada satin lusi, tetal lusi lebih besar daripada tetal pakan, sedangkan pada satin pakan te tal pakan lebih besar daripada tetal lusi.
Pada kain dengan anyaman satin, suatu garis seperti pada anyaman keper tidak tampak jelas atau menonjol.
Pada umumnya digunakan tetal tinggi pada lusi atau pakan, sehingga kainnya tampak padat (solid).
Tetal yang tinggi dan penggunaan benang yang arah twistnya bersamaan dengan arah gar is miring pada anyaman satin, maka permukaan kain akan tampak smooth, rata, mengkilat dan padat.
Banyaknya gun minimun sama dengan jumlah benang lusi/pakan dalam 1 rapot anyaman.
Anyaman satin dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu satin teratur dan satin t idak teratur.
Anyaman satin digunakan pada semua jenis kain, tetapi tidak baik untuk kain dengan kontruksi terbuka atau jarang.
Anyaman kain satin lebih sesuai daripada anyaman keper untuk kain dengan kontruksi padat.
Pada anyaman satin, kombinasi dari faktor-faktor konstruksi kain lebih sedikit digunakan daripada dalam anyaman keper.
Titik-titik silang pada anyaman satin letaknya tersebar tidak bersinggungan satu sama lain.
Setiap benang lusi dalam satu rapot hanya mempunyai satu titik silang. Contoh anyaman satin: Anyaman satin lusi 5 gun V 2
Persyaratan angka loncat dalam anyaman satin o
Besarnya angka loncat selalu lebih besar daripada 1 (V>1).
o
Angka loncat tidak sama dengan banyak benang lusi/pakan dalam 1 rapot anyaman dikurangi 1.
o
Angka loncat tidak sama dengan bilangan yang menjadi pembagi persekutuan terhadap bilangan yang menunjukan jumlah benang lusi atau pakan dalan satu rapot anyaman.
o
Angka loncat dan jumlah benang lusi dalam 1 rapot masing-masing tidak boleh terbagi oleh suatu angka yang sama.
III.
Alat dan Bahan
Alat-alat :
Bahan :
1. Lup
1.
2. Gunting
Kain dengan berbagai macam anyaman.
3. Jarum 4. Alat Tulis 5. Neraca Analitik 6. Penggaris 7. Timbangan kain
IV.
Cara kerja dan perhitungan
1. Tentukan arah lusi dan arah pakan. (arah lusi diberi tanda panah). 2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 lima t empat yang berbeda, dan cari harga rat a-ratanya. 3. Kain contoh dipotong l0 x l0 cm, lalu ditimbang (Bk). 4. Benang lusi dan pakan diambil dari sisi yang berbeda, masing-masing 5 helai. Lusi l0 helai, pakan l0 helai. 5. Hitung mengkeret lusi dan pakan. o
panjang benang lusi/pakan dari kain contoh = Pk
o
panjang benang lusi/pakan setelah diluruskan = Pb
o
Mengkeret benang : M =
6. Hitung Nomor benang lusi dan pakan. a. Panjang l0 lusi setelah diluruskan = …… cm = …….m Berat l0 lusi = …… mg = …….g
Nm =
Nel = 0,59 x Nm
Tex =
Td =
b. Perhitungan untuk benang pakan idem dengan perhitungan untuk benang lusi. 7. Hitung berat kain/m
2
a. Dengan penimbangan : 2
berat kain / m = Berat kain contoh x 100= Bl b. dengan perhitungan : Dasar Perhitungan : Nm =
B=
Panjang seluruh benang lusi dalam 1m2 kain dibagi dengan Nm lusi
( )
= B2
Perhitungan untuk benang pakan sama dengan diatas ( B3 )
Berat kain / m = B2 + B3 = B4
2
c. Hitung selisih berat hasil penimbangan (Bk) dengan hasil perhitungan (B4)
8. Gambar anyaman dan rencana tenun. 9. Pembahasan 10. Kesimpulan
V.
Data Pengamatan A. Kain Polos
No
TETAL LUSI
TETAL PAKAN
1.
53
25
2.
55
25
3.
55
26
4.
54
27
5.
56
27
Total = 273 helai / cm
Total = 130 helai/inchi
Rata-rata = 54,6 hl/cm
Rata-rata = 26,0 hl/inch
Berat kain Kain ukuran 10x10 cm = 0,93 g Berat benang 10 helai, Lusi = 12 mg = 0,012 g Pakan = 13 mg = 0,013 g
Panjang benang setelah diluruskan :
No
LUSI (cm)
PAKAN (cm)
1.
10,2
10,7
2.
10,2
10,7
3.
10,2
10,7
4.
10,1
10,8
5.
10,2
10,8
6.
10,2
10,9
7
10,2
10,8
8.
10,2
10,7
9.
10,1
10,7
10.
10,1
10,8
Total : 101,7 cm = 1,017 m
Total : 107,6 cm = 1,076 m
Rata-rata : 10,17 cm = 0,1017 m
Rata-rata : 10,76 cm = 0,1076 m
Perhitungan -Mengkeret Lusi dan Pakan
M. LUSI =
=
= 1,67 % M. PAKAN =
=
= 7,06 % -
Nomor benang Lusi dan Pakan
LUSI Nm =
=
= 84,75 Ne1 = 0,59 x Nm
Tex = Td =
= 0,59 x 84,75 = 50,0 =
=11,8 =
= 106,19 PAKAN Nm =
=
= 82,76 Ne1 = 0,59 x Nm
Tex =
Td =
= 0,59 x 82,76 = 48,82 =
=12,08 =
= 108,75
Penimbangan
2
Berat kain x 100 = 0,93 = 93 gram/m (B1)
( ) LUSI ( B2 )=
=
( ) PAKAN ( B3 )=
=
B4 = B2 + B3
2
= 65,51 g/m
2
= 34,06 g/m
2
= 65,51 + 34,06 = 99,57 g/m
Selisih Berat
= x 100% = 6,6% B. Kain Kepper No
TETAL LUSI
TETAL PAKAN
1.
38
19
2.
38
19
3.
35
17
Total = 111 helai / cm
Total = 55 helai/cm
Rata-rata = 37 helai/cm
Rata-rata = 18,3 helai/cm
Berat kain Kain ukuran 10x10 cm = 3,09 g Berat benang 10 helai, Lusi = 55,5 mg = 0,0555 g Pakan = 67,5 mg = 0,0675 g
Panjang benang setelah diluruskan :
No
LUSI (cm)
PAKAN (cm)
1.
10,7
10,7
2.
10,7
10,7
3.
10,6
10,7
4.
10,8
10,8
5.
10,8
10,8
6.
10,8
10,9
7
10,9
10,8
8.
10,7
10,7
9.
10,8
10,7
10.
10,9
10,8
Total : 107,7 cm = 1,077 m
Total : 108,9cm = 1,089 m
Rata-rata : 10,77 cm = 0,1077 m
Rata-rata : 10,89 cm = 0,1089 m
Perhitungan -Mengkeret Lusi dan Pakan
M. LUSI =
=
= 7,1 % M. PAKAN =
=
= 8,2 % -
Nomor benang Lusi dan Pakan
LUSI Nm =
=
= 19,40 Ne1 = 0,59 x Nm
= 0,59 x 19,40
= 11,45 Tex =
=
=51,55 Td =
=
= 463,92 PAKAN Nm =
=
= 16,13 Ne1 = 0,59 x Nm
= 0,59 x 16,13 = 9,52
Tex =
=
=62,0
Td =
=
= 558,0
Penimbangan 2
Berat kain x 100 = 3,09 x 100 = 309 gram/m (B1)
( ) LUSI ( B2 )=
=
( ) PAKAN ( B3 )=
=
B4 = B2 + B3
2
= 205,3 g/m
2
= 123,58 g/m
2
= 205,3 + 123,58 = 328,88 g/m 2
= 329 g/m
Selisih Berat
= x 100% = 6,05%
Anyaman dan Rencana Tenun
Keper \ 1
KAIN SATIN
No
TETAL LUSI
TETAL PAKAN
1.
58
26
2.
57
26
3.
55
27
Total = 170 helai / cm
Total = 79 helai/cm
Rata-rata = 56,67 helai/cm
Rata-rata = 26,3 helai/cm
Berat kain Kain ukuran 10x10 cm = 0,98 g Berat benang 10 helai, Lusi = 10,05 mg = 0,01005 g Pakan = 20 mg = 0,02 g
Panjang benang setelah diluruskan :
No
LUSI (cm)
PAKAN (cm)
1.
10,2
10,2
2.
10,1
10,2
3.
10,2
10,3
4.
10,2
10,1
5.
10,0
10,2
6.
10,2
10,2
7
10,2
10,3
8.
10,2
10,3
9.
10,2
10,1
10.
10,2
10,2
Total : 101,7 cm = 1,017 m
Total : 102,1cm = 1,021 m
Rata-rata : 10,17 cm = 0,1017 m
Rata-rata : 10,21 cm = 0,1021 m
Perhitungan -Mengkeret Lusi dan Pakan
M. LUSI =
=
= 1,67 % M. PAKAN =
=
= 2,06 % -
Nomor benang Lusi dan Pakan
LUSI Nm =
=
= 101,19 Ne1 = 0,59 x Nm
Tex = Td =
= 0,59 x 101,19 = 59,70 =
= 9,88 =
= 88,94 PAKAN Nm =
=
= 51,05 Ne1 = 0,59 x Nm
Tex =
= 0,59 x 51,05 = 48,48 =
=19,59
Td =
=
= 176,3
Penimbangan 2
Berat kain x 100 = 0,98 x 100 = 98 gram/m (B1)
( ) LUSI ( B2 )=
=
( ) PAKAN ( B3 )=
=
B4 = B2 + B3
2
= 56,95 g/m
2
= 52,52 g/m
= 56,95 + 52,52 2
= 109,47 g/m
Selisih Berat
= x 100% = 10,5%
Anyaman dan Rencana Tenun
Satin 5 gun v 2
VI.
Diskusi Praktikum dekomposisi kain dilakukan terhadap anyaman polos, keper, satin serta anyaman polos dalam
kain cele. Pada kain polos anyaman kainnya sangat sederhana sehinga mudah untuk melakukan dekomposisi kain. Dimensi dari anyaman polos sendiri juga lebih stabil sehingga kain tetap dalam ukurannya (daya mulur kecil) karena mempunyai struktur anyaman seimbang (satu naik dan satu turun) dan kain polos juga cukup kuat. Karena dimensinya yang stabil maka memudahkan kita dalam menentukan pengukuran terhadap per helai benangnya. Pada kain cele termasuk dalam anyaman polos hanya disini ditonjolkan efek warna. Untuk dekomposisi kain cele hampir sama dengan kain polos hanya pada kain cele harus dilihat dan dihitung terlebih dahulu warna-warna apa saja yang ada pada kain cele te rsebut. Pada kain satin, struktur anyaman kainnya sangat rapat dan mempunyai efek mengkilat di salah satu sisinya sehingga perlu ketelitian yang lebih pada dekomposisi kain satin.. Benang lusi bisaanya ditunjukkan pada salah satu sisi kain dengan efek anyaman yang mengkilat dan sangat rapat.
Anyaman keper mempunyai struktur yang cukup unik, anyamannya akan membentuk garis miring. Dengan struktur benang yang seperti ini cukup sulit dalam menentukan arah benang lusi dan benang pakannya. Dimensi kain keper cukup stabil sehinnga akan menimbulkan mengkeret saat ditarik. Kain kepper mempunyai struktur anyaman yang miring sehingga cukup sulit untuk menentukan benang lusi dan benang pakan. Ada bebarapa cara untuk menentukan benang lusi dan benang pakan yaitu dengan cara ditiras pada sisi kainnya, tetal benang lusi bisaanya lebih padat dari pada tetal pakan
Pengukuran dan perhitungan Pengukuran harus dilakukan seteliti mungkin untuk mendapatkan hasil perhitungan yang tepat. Pengukuran panjang dari helai benang, sebaiknya benang, dalam keadaan tegang tidak kendor agar perhitungannya tepat. Demikian pula pada saat penimbangan. Kesalahan pada penimbangan berat bahan sangat berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Hasil akhir perhitungan selisih berat yang didapatkan menunjukkan keakuratan dari perhitungan dekomposisi kain, nilai yang mendekati nol, mendekati ketepatan perhitungan. Pada perhitungan ini diberikan toleransi nilai dibawah 5 % Tingkat ketelitian selisih berat praktikan menunjukkan hasil presentase pengurangan berat di atas batas toleransi, yaitu 5%, hal ini diakibatkan oleh kurangnya ketelitian praktikan saat menggunting ukuran kain (10cm x 10 cm) ataupun kemunginan terambilnya salah satu bagian kain ( lusi atau pakan) yang mengakibatkan ukuran kain tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Ketelitian pada saat mengukur panjang pun menjadi perhatian,karena bisa saja saat prakt ikan mengukur panjang,praktikan tidak mengulur kain secara sempurna ( hanya sebagian pengukuran), sehingga di dapatkan hasil yang berbeda dalam batas yang terbilang jauh.
VII.
Kesimpulan
Dari perhitungan dekomposisi kain yang dilakukan dapat disimpulkan : 1. Anyaman polos naik satu turun satu. o
Tetal lusi : 54,6helai / cm
o
Tetal pakan : 26,0 helai / cm
o
Nm lusi : 84,75
o
Nm pakan : 82,76
o
Selisih berat sebesar : 6,6%
2. Anyaman kepper
\1
o
Tetal lusi : 37,0 helai / cm
o
Tetal pakan : 18,3 helai / cm
o
Nm lusi : 19,40
o
Nm pakan : 16,13
o
Selisih berat sebesar : 6,05 %
3. Anyaman satin satin 5 gun v 2 o
Tetal lusi : 56,67 helai / cm
o
Tetal pakan : 26,3helai / cm
o
Nm lusi : 101,19
o
Nm pakan : 51,05
o
Selisih berat sebesar : 10,5 %
4. Anyaman polos (cele) o
Tetal lusi : 25,72 helai / cm
o
Tetal pakan : 16,02helai / cm
o
Nm lusi : 50,62
o
Nm pakan : 26,69
o
Selisih berat sebesar : 5,5 %
Daftar Pustaka
1.
Jumaeri, Bk.Teks dkk. Disain Tekstil . Institut Teknologi Tekstil, Bandung ; l974.
2.
Widodo,sugeng dkk. Disain Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung: 2005
3.
Jurnal Praktikum Disain Tekstil I.
4.
http://ariagustiana.blogspot.com/2011/08/desain-tekstil.html