1. A) Compact Compact Heat Heat Exchanger Exchanger : sebuah sebuah alat alat yang digunak digunakan an untuk menukar menukar kalor kalor antara antara suatu fluida dengan fluida lainnya yang yan g memiliki efisiensi yang tinggi dikarenakan luas bidang kontak yang besar yaitu 7m!"m# b) $apan digunakan pendekatan %&'( dan pendekatan &* efektifitas+ ,a-ab : %&'( %&'( method digunakan padasaat padasaa t menganalisa masalah desain heat exchanger. exchang er. (imana fluid flo- rates dan temperature inlet dan sebagaimana temperature outlet di rancang. &* : c) (efinisi Artifisik /ilangan usselt0randtl0 2rashoff0 ecklet usselt : rasio antara perpindahan panas kon3eksi dengan konduksi randtl : memberikan informasi tentang tipe dari fluida yang mengalir. /ilangan /ilangan non dimensional ini 4uga memberikan informasi tentang thickness of thermal dan hydrodynamic boundary layer. 2rashof : merupakan rasio antara gaya apung 5buoyancy force ) dengan gaya 3iskos 53iscous force) dan memiliki peran yang hamper mirip dengan bilangan 6eynold pada konteks kon3eksi paksa. ecklet : merupakan rasio antara la4u ad3eksi suatu kuantitas fisik dengan la4u aliran difusi
() Cara mengukur nilai $oefisien kon3eksi pada aliran disekitar plat datar ,a-ab : dengan cara mengintegrasikan friksi yang ada disekitaran plat dan perpindahan panas yang ter4adi di plat lalu dibagi dengan pan4ang plat e)cara membuat kondisi batas dinding isothermal dan isoheatflux secara ekperimental 4a-ab : dinding dikondisikan tidak terisolasi0 sehingga perpindahan panas bias ter4adi. erpindahan panas secara iso iso heat flux merupakan perpindahan panas dengan la4u yag konstan per satuan -aktu. 8edangkan isothermal perpindahan panasnya ter4adi ketika suhu sistem konstan.
#.
a) pengaruh kekasaran permukaan terhadap nilai koefisien perpindahan kalor kon3eksi aliran laminar dan turbulen ,a-ab : pada aliran laminar0 kekasaran permukaan diabaikan0 sedangkan pada aliran turbulen permukaan yang lebih kasar akan memiliki heat transfer coefficient lebih tinggi dibandingkan permukaan yang halus. 9#
b) pengaruh tebal lapisan batas terhadap nilai koefisien perpindahan kalor kon3eksi 4a-ab : semakin tebal lapisan batas r0 maka koefisien ko3eksi semakin besar karena menurut rumus nusselt u h.x "k .##! r 1"#6e1"! c) Hubungan antara posisi titik separasi dengan koefisien perpindahan kalor kon3eksi 4a-ab : semakin a-al titik separasi mengindikasikan bilangan 6eynold yang kecil sehingga dengan mengaitkannya rumus nusselt maka dapat diketahui bah-a d) Analogi 6eynold dan analogi chilton colburn serta batasan penggun aannya. ,a-ab : Analogi 6eynold merupakan hubungan antara u dan 6e yang terbentuk karena kesamaan momentum dang eat transfer pada boundary layers. Analogi ini memungkinkan kita untuk menentukan koefisien perpindahan panas berdasarkan koefisien geseknya /atasan : aliran fluida dengan pr1 'engabaikan pressure gradient
Analogi colburn 'erupakan modifikasi dari 6eynolds Cf 6e"! u 6elasi ini dibentuk menggunakan hubungan untuk aliran laminar pada plat datar0 tetapi 4uga kurang lbih dapat digunakan untuk aliran turbulen pada permukaan .;<r<; e) 4elaskan0 manakah nilai bilangan nusselt yang lebih besar aliran laminar ataukah aliran turbulen + turbulen0 karena menurut rumus nusselt dipengaruhi bilangan 6eynold. Aliran turbulen memiliki bilangan 6eynold yang lebih tinggi dar ipada aliran laminar.