PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR BERDASARKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMA (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013) Ari Barkah (0800876)
[email protected] Pembimbing: Prof. Dr. A. Juntika N., M.Pd., Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd.
ABSTRAK. Peserta ABSTRAK. Peserta didik yang memiliki motivasi rendah dalam proses belajarnya menimbulkan perilaku-perilaku maladapted yang akan menyebabkan stagnasi belajar yang berujung pada kejenuhan, hilangnya kreatifitas, semangat juang rendah, bahkan terjadinya penurunan prestasi belajar. Pendekatan menggunakan metode studi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi sebanyak 116 orang (84,7%), 19 peserta didik (13,9%) memiliki motivasi belajar dalam kategori sedang dan 2 orang (1,46%) peserta didik memiliki motivasi belajar yang sangat tinggi. Kata Kunci : Motivasi Belajar, Program Bimbingan Belajar ABSTRACT .
The students who have low motivation in the learning process raises maladapted behaviors that will cause stagnation of learning that leads to saturation, loss of creativity, low fighting spirit, and even a decline in learning achievement. Research approaches using descriptive study. The data was collected using a questionnaire measuring instruments. Results of a study of class XI students of SMAN 1 Cimalaka show that most learners have a high learning motivation as much as 116 students (84.7%), 19 students (13.9%) had the motivation to learn in the categories of being and 2 students (1.46%) learners have a very high motivation. Keywords: Learning Motivation; Guidance of Learning Program
Pendahuluan Belajar merupakan kebutuhan dasar setiap peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam hidupnya sebagai learning experiences agar experiences agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Peserta didik yang dapat mengelola diri untuk selalu menjaga motivasi belajar agar dapat memenuhi seluruh hierarki kebutuhan yang dimilikinya akan selalu terus berusaha untuk memenuhi setiap hierarki kebutuhan sebagai tujuan dari proses belajar yang dilakukannya. Berbeda dengan peserta didik yang hanya memiliki salah satu motivasi antara motivasi instrinsik atau ekstrinsik saja. Semangat juang untuk proses belajar yang dilakukannya akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki kedua sumber motivasi dalam dirinya. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor penyebab yang telah dikemukakan di atas sehingga akan memberikan situasi yang kurang nyaman kepada konseli. Rasa kurang nyaman tersebut akan menurunkan motivasi
belajar yang dimiliki peserta didik. Bila peserta didik mengalami penurunan motivasi dalam proses belajarnya, maka akan muncul perilaku-perilaku maladapted dari peserta didik yang akan menyebabkan stagnasi dalam proses belajar yang berujung pada kejenuhan, hilangnya kreatifitas, memiliki semangat uang yang rendah, bahkan sampai terjadinya penurunan prestasi belajar. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 1 Cimalaka dengan menggunakan instrumen yang sama dengan yang digunakan oleh Uray Herlina (2010) namun disesuikan dengan jenjang pendidikan menunjukkan bahwa peserta didik masih rendah dalam pencapaian indikator adanya dorongan untuk berusaha belajar lebih baik, tidak mudah putus asa dalam belajar, dan usaha keingintahuan dalam belajar. Para peserta didik lebih memilih untuk bermain bersama temantemannya daripada belajar baik mandiri maupun berkelompok bersama temanteman, sehingga diperlukan layanan bimbingan yang mampu dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar tersebut melalui bimbingan belajar. Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan, dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai motivasi belajar yang merujuk kepada teori jenjang kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, sebagai dasar pengembangan program bimbingan dan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA). Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yang akan mendeskripsikan motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik SMA khususnya peserta didik SMAN 1 Cimalaka sebagai dasar untuk pengembangan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran instrumen untuk mendapatkan gambaran karakteristik motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013. Kisi-kisi instrumen berdasarkan indikator yang memuat aspek pemenuhan kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan pengakuan dan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitif, kebutuhan estetika dan kebutuhan aktualisasi diri. Perumusan kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel berikut. Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar
No . 1
2
Aspek Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan Rasa Aman
Indikator a. Dapat Dapat belajar belajar dengan dengan baik baik pada saat kebutuhan fisik terpenuhi. b. Adanya Adanya dorongan dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Tidak Tidak mudah mudah putu putus s asa dalam belajar a. Memiliki Memiliki usaha usaha untuk untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan sendiri
Pernyataan + 1
2
∑ 2
3, 4, 5, 7 8,9, 10 13, 15,
6
5
11,12
5
14, 16
4
3
4
5
6
7
Kebutuhan pengakuan dan kasih sayang
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan Estetika
Kebutuhan Aktualisasi diri
b. Memiliki Memiliki doronga dorongan n belajar belajar yang lebih baik dari sebelumnya a. Dorongan Dorongan untuk diterima diterima oleh orang lain di kelas dalam belajar. b. Kemampua Kemampuan n peserta peserta didik didik untuk mengelola emosi dalam proses belajar dengan menerima hasil belajar. a. Kemampua Kemampuan n mengh menghargai argai diri sendiri dalam proses dan hasil belajar b. Kemampua Kemampuan n untuk untuk bersaing bersaing dalam belajar dengan orang lain c. Adanya Adanya pengha pengharga rgaan an dalam belajar a. Peserta Peserta didik didik aktif aktif bertanya bertanya pada proses pembelajaran b. Memiliki Memiliki minat minat yang yang tinggi tinggi dalam belajar c. Memiliki Memiliki konsentra konsentrasi si pada pada saat belajar d. Keinginan Keinginan menambah menambah pengetahuan a. Menyukai Menyukai keindahan keindahan dan kerapihan dalam proses belajar b. Menciptak Menciptakan an kegiatan kegiatan yang yang menarik dalam belajar c. Mengik Mengikuti uti kegia kegiatan tan ekstrakurikuler secara aktif sesuai dengan minat dan bakat. a. Adanya Adanya hasra hasratt dan keinginan untuk berhasil
b. Adanya Adanya harapan harapan dan citacitacita masa depan c. Mampu Mampu menunj menunjukk ukkan an prestasi yang terbaik
17,
18, 19, 20,
4
21, 22
2
23, 24
2
25, 26
2
27, 28, 29 30, 31, 33, 34, 35 36
3
32
3 3
37, 38,
3
41
3
43,44
3
45, 46, 47 50,
48, 49
5
51
2
52, 53
54, 55, 56,
5
57, 58, 60, 61 62, 63, 64
59
5
39, 40, 42
2 1
Jumlah Item
42
22
64
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007 . Pengujian validitas alat pengumpul data menggunakan rumus korelasi pearson product-moment product-moment dengan skor mentah. Pengujian validitas butir dilakukan terhadap 98 butir pernyataan dengan jumlah subjek 30 peserta didik, dari 98 butir pernyataan diperoleh 64 butir pernyataan yang valid dan 34 butir pernyataan yang tidak valid dengan korelasi rata-rata 2,06. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varian skor perolehan subjek dengan memanfaatkan program Microsoft Office Excel 2007 . Adapun rumus yang digunakan dengan metode metode belah dua (split-half (split-half method ) dimana jumlah butir pernyataan dibagi dua menjadi jumlah pernyataan nomor ganjil dan jumlah pernyataan nomor genap dengan menggunakan rumus Spearmen-Brown Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai reliabilitas instrumen (r llll) sebesar 0,960 dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arikunto (2006, 276) dalam kategori tingkat reliabel berikut. 0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah 0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi 0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi Bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebgai berikut: Tabel 2 Pernyataan Instrumen Motivasi Belajar
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pernyataan Saya mampu menerima materi pelajaran dengan baik meskipun kondisi cuaca kurang mendukung. Saya Saya mampu mampu belaja belajarr denga dengan n baik baik keti ketika ka kead keadaan aan tubuh tubuh seha sehat. t. Saya Saya beru berusa saha ha untu untuk k tid tidak ak bolo bolos s sek sekol olah ah.. Saya Saya meng mengal alok okas asik ikan an wakt waktu u unt untuk uk bela belaja jar. r. Saya Saya belaja belajarr secara secara tera teratur tur di di rumah rumah agar agar bisa bisa memah memahami ami seti setiap ap pelaj pelajara aran. n. Saya Saya bela belajar jar pada pada saat saat akan akan meng menghad hadapi api ulanga ulangan n saja saja.. Saya Saya ingi ingin n men menja jadi di juar juara a kel kelas as.. Saya berusaha menyelesaikan PR atau tugas yang diberikan oleh guru, meskipun sulit. Saya merasa PR atau tugas yang diberikan oleh guru merupakan tantangan yang harus saya selesaikan. Saya memilih memilih tetap tetap mengerjaka mengerjakan n tugas tugas meski meski hari hari sudah sudah larut malam. malam. Saya malas belajar apabila memiliki sarana belajar yang tidak lengkap di rumah. Saya malas belajar belajar bila bila kurang kurang tersedi tersedia a buku-buk buku-buku u pelajara pelajaran n yang yang lengkap lengkap.. Saya berusaha dulu belajar memecahkan masalah yang dihadapi sebelum meminta bantuan pada orang lain. Saya sering sering mencon mencontek tek pada saat mengerjak mengerjakan an tugas tugas yang sulit. sulit.
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Saya berusaha berusaha mengerjak mengerjakan an sendir sendirii ketika ketika mengerjaka mengerjakan n soal soal ulanga ulangan. n. Saya merasa kurang mampu dapat memecahkan masalah sendiri, sehingga sering minta bantuan pada orang lain. Saya merasa merasa tenang tenang apabila apabila tugas tugas atau PR belum diselesaik diselesaikan. an. Saya berusaha berusaha belajar belajar lebih lebih giat karena karena takut takut tidak tidak naik kelas. kelas. Saya mengerjak mengerjakan an tugas tugas pada pada saat akhir-a akhir-akhir khir tugas tugas akan dikumpulk dikumpulkan. an. Saya lebih memilih memilih untuk untuk bermain bermain daripa daripada da menger mengerjakan jakan tugas. tugas. Saya senang membantu teman yang memerlukan bantuan pada saat belajar. Saya sedih bila orang tua marah karena nilai saya tidak sesuai dengan harapan. Saya bersikap bersikap tenang tenang jika terlibat terlibat perselisiha perselisihan n dengan dengan teman. teman. Saya memilih diam daripada marah-marah kepada teman apabila teman melakukan kesalahan. Saya lebih senang mengerjakan tugas atau PR sendiri walaupun teman memberi contekan. Saya semakin rajin belajar jika hasil ulangan saya mendapat nilai yang memuaskan. Saya semakin rajin belajar jika ada teman yang berusaha lebih baik daripada saya. Saya merasa malu kalau dalam menyelesaikan tugas dibantu oleh orang lain padahal saya mampu menyelesaikannya. menyelesaikannya. Saya belajar belajar dengan dengan giat agar agar dapat dapat bersaing bersaing dengan dengan teman-tema teman-teman n di kelas. kelas. Saya merasa senang bila diberi pertanyaan oleh guru dan mampu menjawabnya dengan baik. Orang Orang tua tua bang bangga ga bila bila nilai nilai ulan ulangan gan saya saya baik. baik. Saya akan marah bila orang tua tidak memberikan hadiah padahal saya sudah belajar dengan giat. Saya bertanya bertanya kepad kepada a guru guru bila ada materi materi pelajaran pelajaran yang kurang kurang dipaham dipahami. i. Saya memperhatikan penjelasan guru pada saat menjelaskan materi pelajaran. Saya merasa merasa ragu-r ragu-ragu agu untuk menjawab menjawab pertanyaa pertanyaan n dari dari guru. Saya Saya berusah berusaha a mencari mencari infor informas masii belajar belajar melal melalui ui intern internet. et. Saya Saya meras merasa a cukup cukup belaja belajarr dengan dengan satu satu buku buku waji wajib. b. Setiap guru menjelaskan materi pelajaran, saya asyik sendiri dengan tugas lain. Saya dapat langsung menerima materi pelajaran yang djelaskan oleh guru di kelas. Saya dapat menjawab dengan benar ketika guru bertanya mengenai materi pelajaran yang dijelakan sebelumnya. Saya sulit menerima materi pelajaran ketika guru menjelaskan di depan kelas. Saya sering menanyakan hal-hal yang baru saya temukan kepada orang lain. Saya Saya hanya hanya mempe mempelaj lajari ari mata mata pelaj pelajara aran n yang yang saya saya sukai. sukai.
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Saya kurang tertarik kepada hal-hal baru mengenai pengetahuan yang dapat menunjang pemahaman saya. Saya Saya berus berusaha aha membua membuatt catat catatan an sera serapih pih mung mungkin kin.. Saya merasa nyaman saat sekolah menggunakan pakaian yang rapih dan bersih. Saya memberi tanda pada pokok-pokok materi dengan menggunakan stabilo atau pulpen berwarna. Catata Catatan n yang yang saya buat buat berup berupa a corat-c corat-core oretan tan (kura (kurang ng rapih) rapih) Saya Saya membua membuatt catata catatan n materi materi pela pelajar jaran an seena seenakny knya. a. Saya semangat saat guru menjelaskan materi pelajaran dengan jelas dan mudah dimengerti. Saya merasa malas untuk memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran dengan sangat serius. Saya senang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat yang dimiliki. Saya mengikuti kegiatan latihan ekstrakurikuler sejak mulai hingga latihan selesai. Saya memilih pulang daripada mengikuti ekstrakurikuler. Saya sibuk dengan kegiatan sendiri saat orang lain sedang latihan ekstrakulikuler. Saya cukup menonton teman-teman latihan ekstrakurikuler untuk mewakili kehadiran saya. Saya semangat dalam belajar agar mampu menjadi siswa yang berprestasi tinggi. Saya mempelajari terlebih dahulu materi pelajaran yang akan dijelaskan esok hari. Saya merasa merasa cukup cukup dengan dengan meneri menerima ma pelaja pelajaran ran pada pada saat di sekola sekolah. h. Saya berusaha membuat tugas atau PR labih baik dari sebelumnya agar nilai yang didapat semakin meningkat. Saya belajar belajar secara secara teratur teratur di rumah rumah agar agar bisa bisa memaham memahamii setiap setiap pelajar pelajaran. an. Saya rajin belajar karena saya mempunyai cita-cita menjadi orang yang sukses di masa depan. Saya berusaha belajar lebih rajin agar dapat melanjutkan sampai ke perguruan tinggi. Saya berusaha dengan sungguh-sunguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Pengukuran instrumen dalam penelitian ini disusun dalam skala ordinal dengan menggunakan skala Likert. Alternatif jawaban instrumen ini terdiri atas lima alternatif jawaban seabgaimana yang dipaparkan pada tabel 2. Tabel 3 Pola skor Alternatif Respons Instrumen Positive Negative
SS 5 1
S 4 2
R 3 3
TS 2 4
STS 1 5
Hasil penelitian diklasifikasikan ke dalam lima kategori sebagai berikut. Tabel 4 Karakteristik Karakteristik Motivasi Belajar Rentang 64-115 116-167 168-219 220-271 272-323
Karakteristik Sangat Rendah (SR) Rendah (R) Sedang (S) Tinggi (T) Sangat Ti Tinggi (S (ST)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan kriteria karakteristik motivasi belajar peserta didik secara keseluruhan adalah sebegai berikut. 1. Menentuk Menentukan an nilai nilai terting tertinggi gi dan terendah terendah dari dari skor skor ideal. ideal. Nilai tertinggi: skor maksimal x jumlah pernyataan = 5 x 64 = 320. Nilai terendah: nilai minimal x jumlah pernyataan = 1 x 64 = 64. 2. Menentuk Menentukan an besar besar rentang rentang antar kelas kelas dengan dengan menghitu menghitung ng selisih selisih antara antara skor tertinggi dengan skor terendah lalu dibagi 5: (320-64)/5 = 51,2. Sehingga diambil rentang kelas sebanyak 51. Hasil Gambaran umum motivasi belajar peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka divisualisakan dalam grafik sebagai berikut. Grafik 1 Gambaran Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cimalaka Kondisi objektif motivasi belajar peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 137 orang peserta didik dengan skor minimal 64 dan skor maksimal 320 dengan rentang 51. Secara umum, tidak ada peserta didik yang termasuk dalam motivasi belajar kategori sangat rendah dan rendah, tidak ada peserta didik yang masih menjadikan belajar sebagai suatu beban dan sebagai tanggung jawab saja. Peserta didik yang berada pada kategori sedang terdapat 19 peserta didik (13,9%) yang berarti peserta didik memiliki motivasi belajar yang cukup untuk melakukan proses belajar sebagai pemenuhan setiap jenjang kebutuhannya, kategori tinggi sebanyak 116 orang (84,7%) yang berarti peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam proses belajar sebagai pemenuhan setiap jenjang kebutuhan, sedangkan peserta didik yang termasuk dalam kategori sangat tinggi terdapat 2 orang (1,46%) yang berarti peserta didik memiliki motivasi yang sangat tinggi dalam proses belajar sebagai pemenuhan kebutuhan untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam bentuk meraih prestasi belajar yang maksimal. Data pencapaian setiap aspek motivasi belajar peserta didik divisualisasikan pada grafik 2 berikut. Grafik 2 Gambaran Motivasi Belajar Berdasarkan Pencapaian Aspek Motivasi Belajar Grafik 2 memvisualisasikan gambaran motivasi belajar peserta didik berdasarkan aspek-aspek hierarki kebutuhan dalam proses belajar yang dimiliki oleh peserta didik. Aspek kebutuhan penghargaan yang memiliki persentase tertinggi dalam kategori motivasi belajar sangat tinggi. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik untuk memenuhi kebutuhan
penghargaan lebih tinggi dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan yang lainnya. Sedangkan yang termasuk dalam kategori motivasi belajar yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri sebanyak 19 peserta didik (13,9%), hal ini menunjukan bahwa peserta didik sudah dapat menjadikan belajar sebagai cara agar dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi dalam proses belajar. Pembahasan Maslow (Syamsu & Juntika, 2008:156) berpendapat bahwa motivasi manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hierarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya muncul. Kebutuhan ini bersifat instinktif yang mengaktifkan atau mengarahkan perilaku manusia. Meskipun kebutuhan ini bersifat instinktif, namun perilaku yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut sifatnya dipelajari, sehingga terjadi variasi perilaku dari setiap orang dalam cara memuaskannya. Penerepan teori kebutuhan (needs ( needs)) dalam dunia pendidikan dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik yang kebutuhan fisiologisnya sudah terpenuhi akan lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang pemenuhan kebutuhan fisiologisnya masih belum terpenuhi secara keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan kondisi fisik belum mencukup untuk mendukung perilaku yang harus peserta didik tunjukan untuk dapat belajar dengan aman. Peserta didik yang sudah dapat memenuhi kebutuhan rasa aman, akan nyaman belajar untuk dapat memenuhi kebutuhan pengakuan dan kasih sayang. Pemenuhan kebutuhan rasa aman ini sangat penting untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga peserta didik tidak merasakan ada sesuatu yang mengancam dirinya. Pada saat peserta didik dapat belajar dengan perasaan aman, maka peserta didik akan merasa bahwa dengan belajar yang baik dia akan mendapatkan pengakuan dan kasih sayang dari orang tua dan orang lain, dengan kondisi seperti itu, motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik dapat lebih meningkat dan peserta didik dapat lebih nyaman untuk terus belajar dengan baik. Peserta didik yang sudah dapat belajar dengan memperoleh pengakuan dan kasih sayang dari orang lain, maka muncul keinginan atau kebutuhan penghargaan atas usaha yang dilakukan oleh peserta didik dalam belajar. Peserta didik dalam memenuhi kebutuhan penghargaannya harus berdasarkan pada kemampuan yang dimilikinya sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Syamsu dan Juntika (2008:159) menyebutkan bahwa dengan memperoleh kepuasan dari kebutuhan penghargaan memungkinkan individu memliki rasa percaya diri akan kemampuan dan penampilannya; menjadi lebih kompeten; dan produktif dalam semua aspek kehidupan, sebaliknya apabila peserta didik mengalami kegagalan dalam memperoleh kepuasan atau mengalami lack of self-esteem self-esteem maka dia akan mengalami rendah diri, tidak berdaya, tidak bersemangat, dan kurang percaya diri akan kemampuannya untuk mengatasi masalah kehidupan yang dihadapinya. Kebutuhan kognitif atau kebutuhan memahami dan mengetahui menjadi kebutuhan yang penting bagi peserta didik, agar peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik dalam hidupnya. Menurut Maslow (Syamsu dan Juntika, 2008:159) kebutuhan kognitif ini diekspresikan sebagai kebutuhan untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan, mencari sesuatu atau suasana baru dan meneliti. Menurut Syamsu dan Juntika (2008:159) pemenuhan kebutuhan ini ditunjukan dengan bentuk pengajuan pertanyaan tentang berbagai hal, baik diri
maupun lingkungan. Pada proses belajar, pemenuhan kebutuhan kognitif ini ditunjukan dengan peserta didik dapat mengajukan pertanyaan bila kurang paham terhadap materi yang dijelaskan oleh guru. Minat yang tinggi dan konsentrasi yang baik harus dimiliki oleh peserta agar dapat menerima materi belajar yang disampaikan oleh guru. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan kognitif ini akan menghambat pencapaian perkembangan kepribadian secara penuh. Kebutuhan estetika (order ( order and beauty ) merupakan ciri orang yang sehat secara mental. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreativitasnya dalam kegiatan belajar. Peserta didik yang melakukan belajar dengan memperhatikan kerapihan, keteraturan, keserasian dan keharmonisan dalam proses belajarnya bahwa peserta didik tersebut belajar pada kondisi yang optimal dan sehat mental. Peserta didik yang kurang sehat mentalnya atau sedang mengalami gangguan emosional dan stress biasanya kurang memperhatikan kebersihan, dan kurang apresiatif terhadap keteratuan dan keindahan (Syamsu dan Juntika, 2008:160). Peserta didik yang dapat memenuhi setiap jenjang kebutuhan dalam proses belajar yang dilakukannya akan berusaha untuk dapat mengaktualisasi diri sebagai pelajar yang diekspresikan dengan meraih prestasi belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut dengan menunjukan proses belajar untuk meraih keberhasilan, berusaha meraih cita-cita yang diinginkan di masa depan, dan mampu mewujudkan prestasi belajar terbaik. Maslow (Syamsu & Juntika, 2008:160) berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala sesuatu yang dia mampu untuk menjadi itu, walaupun kebutuhan lainnya terpenuhi, namun apabila kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi tidak mengembangkan atau tidak menggunakan kemampuan bawaannya secara penuh, maka seseorang akan mengalami kegelisahan, ketidaksenangan atau frustasi. Menurut Maslow (Santrock, 2008:512) aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri secara baik, peserta didik harus memenuhi kebutuhan yang mendasar terlebih dahulu dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Implikasi hasil penelitian pada pengembangan program bimbingan belajar terletak pada penyusunan layanan bimbingan yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan masalah prioritas dan kebutuhan peserta didik berdasarkan pencapaian setiap aspek dan indikator motivasi belajar. Jenis layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dalam program belajar mencakup layanan dasar, layanan responsif, perencaan individual dan dukungan sistem dengan menggunakan berbagai teknik penyajian materi seperti tanya jawab, simulasi permainan, analisis film, modeling, dan kolaborasi antara guru pembimbing dengan personel sekolah terutama dengan guru mata pelajara, wali kelas dan orang tua peserta didik. Layanan dasar diberikan untuk meningkatkan pencapaian pencapaian indikator tidak mudah mudah putus asa dalam belajar, belajar, memiliki memiliki usaha menyelesaikan masalah dengan kemampuan sendiri, memiliki minat yang tingi dalam belajar, memiliki konsentrasi pada saat belajar, keinginan menambah pengetahuan, menyukai keindahan dan kerapihan dalam proses belajar, adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil. Layanan responsif diberikan untuk meningkatkan indikator mengikuti kegiatan ekstrakurikuler secara aktif sesuai dengan minat dan bakat. Perencanaan individual diberikan untuk meningkatkan indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, memiliki dorongan yang belajar yang lebih baik dari sebelumnya, dorongan untuk diterima oleh orang lain di kelas dalam belajar, kemampuan peserta didik untuk mengelola
emosi dalam proses belajar dengan menerima hasil belajar, kemampuan menghargai diri sendiri dalam proses dan hasil belajar, kemampuan untuk bersaing dalam belajar dengan orang lain, penghargaan dalam belajar, peserta didik aktif bertanya pada pembelajaran, adanya harapan dan cita-cita masa depan, dan mewujudkan prestasi yang baik.
memiliki memiliki adanya proses mampu
Referensi Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar . Jakarta: Rineka Cipta. Nurihsan, Achmad Juntika. (2009). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling . Bandung:PT. Refika Aditama. Nurihsan, Achmad Juntika . (2011). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). kedua) . Jakarta: Kencana Pernada Media Group. Scotia, Nova. (2007). Comprehensive Guidance and Counseling :Student Service Series. Series. Departement of Education. Student Service. Sukmadinata, Nana S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Pendidikan . Bandung: Kerjasama Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Achmad Juntika. (2008). Teori Kepribadian. Kepribadian. Sekolah Pascasarjana UPI dan Remaja Rosdakarya.