Kompetisi Spasial Dalam analisa mengenai penetapan produk di pasar, penelitian ekonomi pada saat ini telah memiliki struktur yang hampir sama dengan yang terdapat dalam dunia pemasaran. Dikenal sebagai the economics of spatial competition, penelitian di bidang tersebut berupaya menganalisa dampak dari persaingan harga suatu merek produk dalam suatu lokasi fisik. Model persaingan spasial pada awalnya dikembangkan oleh Hotelling dan Smithies (Agustino, 2010). Pada saat ini model tersebut telah berkembang pada suatu tingkatan yang menjadikannya sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menganalisa strategi positioning dan dampaknya terhadap harga. Perangkat tersebut sekarang menawarkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai hubungan antara variasi produk dan persaingan harga antar merek(interbrand price competition). Dalam konteks persaingan spasial modern, persaingan antar produk didefinisikan berada dalam suatu garis lurus yang mencirikan perbedaan karakteristik dari masing-masing produk. Perbedaan tersebut dinamakan dengan ideal point yaitu suatu posisi produk di dalam garis lurus yang menggambarkan posisinya bagi konsumen. Produsen menghadapi kondisi konsumen yang sedemikian rasional dan m ampu melakukan penilaian serta membuat preferensi produk dari yang terbaik sampai yang kurang baik. Selanjutnya produsen yang pertama kali menjual produk di pasar akan berupaya memaksimalkan keuntungannya dengan cara membuat produk yang dapat mencerminkan preferensi terbesar dari para konsumen. Produk selanjutnya yang akan dijual oleh perusahaan pesaing dan akan berupaya untuk tidak menciptakan persaingan secara langsung terhadap produk yang sudah terlebih dahulu terdapat di pasar. Selain itu, produk tersebut juga akan berupaya menghambat kemungkinan munculnya pesaing baru di masa mendatang yang akan mengurangi keuntungan perusahaan dalam jangka panjang, strategi yang biasa dilakukan oleh pelaku usaha tersebut dinamakan dengan preemptive proliferation strategy. Meskipun perusahaan yang melakukan bundling tidak memiliki keuntungan dari sisi biaya produksi. Dalam sisi strategi masih memungkinkan untuk dicapai keuntungan ketika akan meluncurkan produk baru mengingat adanya pilihan bagi perusahaan untuk menempatkan produk baru tersebut sebagai pelengkap produk yang sudah terlebih dulu muncul di pasar. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari produk baru tersebut. Dengan spasial yang terdistribusi pada perusahaan bersaing, perkiaraan harga pada masing-masing perusahaan adalah sebagian tergantung pada keyakinannya tentang perkiraan harga dari kompetitor. Keyakinan ini disebut sebagai variasi dugaan karena merupakan ”dugaan” yang diperhitungkan oleh perusahaan.Tiga variasi dugaan utama yang dipertimbangkan dalam analisis teori ekonomi spasial adalah persaingan Lschian, persaingan Hotelling-Smithies, dan persaingan Greenhut-Ohta. Asumsi Hotelling-Smithies setara dengan asumsi Bertrand, dalam analisis tradisional non-spasial oligopoli yaitu, persaingan tidak akan mengubah harga tanpa tindakan yang dibuat oleh perusahaan. Persaingan Hotelling-Smithies dapat menyebabkan harga pasar yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada di persaingan sempurna. Perusahaan membuat daerah pasar dan harga dengan sangat bervariasi.Model Greenhut-Ohta mengasumsikan setiap perusahaan memilih kebijakan harga untuk memaksimalkan keuntungan dikenakan kendala harga yang diberikan di tepi pasar. Dalam teori Greenhut-Ohta persaingan mengarah pada harga yang lebih rendah dan sangat mirip dengan persaingan Hotelling-Smithies dalam prediksi perilaku harga yang diprediksi. Asumsi Hotelling-Smithies dan Greenhut-Ohta tentang variasi dugaan perusahaan mengarah pada prediksi teoritis berikut: 1. Biaya transportasi dan atau biaya tetap mendekati nol, hasil nonspasial persaingan sempurna, dan harga perusahaan mendekati biaya marjinal. 2. Peningkatan biaya tetap, biaya marjinal, dan semua biaya transportasi biaya semua menyebabkan hasil-teori klasik dari peningkatan harga.
3. Sebagai perusahaan, lebih memasuki industri atau pasar, persaingan yang meningkat akan dapat menurunkan harga. 4. Harga jatuh dalam jangka panjang dengan meningkatnya populasi. 5. Kompetisi Lschian terjadi ketika perusahaan percaya bahwa kompetitior akan mengejar strategi harga untuk mempertahankan daerah pasar, yang menyiratkan bahwa perubahan harga akan dicocokkan dengan tepat. Kompetisi Lschian menyebabkan kontradiksi dari hasil yang diharapkan dari teori kompetitif nonspasial. Perilaku Lschian mengarah pada tingginya keuntungan jangka pendek, yang dicairkan dengan entri dalam jangka panjang. Prediksi teoritis untuk kompetisi Lschian adalah sebagai berikut: 1. Jika biaya transportasi dan biaya tetap mendekati nol, maka harga akan mendekati harga monopoli nonspasial. 2. Jika biaya tetap dan biaya transportasi naik, maka harga turun, sedangkan peningkatan biaya marjinal mengarah ke hasil yang ambigu. 3. Jika perusahaan masuk pada pasar ekonomi maka kompetisi meningkat dan harga meningkat. 4. Harga meningkat ditandai adanya kepadatan penduduk, atau konsumen meningkat12 Teori Ekonomi Aglomerasi Ritel (Eppli dan Benjamin, 1993) Teori ini dikembangkan oleh Hotelling yang menggambarkan model pengelompokan kegiatan ritel dalam rangka memaksimalkan utilitas konsumen. Menurut Hotelling, dua perusahaan yang menjual barang yang homogen akan beraglomerasi di pusat pasar. Secara spesifik, perbedaan sedikit harga pada pesaing tidak akan membuat pelanggan beralih karena pelanggan membeli barang di suatu toko dikarenakan hal-hal yang lebih bersifat non harga seperti pelayanan dari si pedagang, kualitas barang dan lain-lain. Menurut Webber (1972) dalam Eppli dan Benjamin (1993), teori Hotelling akan terjadi jika konsumen berada dalam kondisi ketidakpastian. Ketika konsumen merasa tidak pasti menemukan barang yang diinginkan di ritel tertentu, maka cara untuk mengurangi ketidakpastian tersebut adalah berbelanja di ritel yang beraglomerasi sehingga dapat mengurangi biaya pencarian dan terjadi perbandingan antar toko. Walaupun begitu, teori Hotelling ini mendapat kritik dari berbagai kalangan. Banyak yang berpendapat bahwa pengelompokan perusahaan di pusat pasar akan menyebabkan ketidakefisienan secara sosial dan ekonomi bagi peritel. Chamberlin (1933) dalam Eppli dan Benjamin (1993), menyebutkan bahwa tiga perusahaan yang menjual barang homogen dan beraglomerasi di pusat pasar akan saling tumpang tindih dalam menangkap pelanggan sehingga tidak akan tercapai ekuilibrium. Lalu Eaton dan Lipsey (1979) dalam Eppli dan Benjamin (1993), menyebutkan bahwa teori Hotelling secara sosial berguna karena menggambarkan keinginan konsumen dalam hal untuk membandingkan toko yang satu dengan yang lain. Namun, selagi harga diasumsikan tetap, aglomerasi ini juga akan bersifat tidak efisien dan tidak menguntungkan bagi konsumen. Penelitian dalam menganalisis persebaran pusat perbelanjaan melalui teori central place pernah dilakukan di Istanbul (Ertekin, 2008). Pada penelitian tersebut, faktor yang paling mempengaruhi persebaran lokasi pusat perbelanjaan adalah tingkat pendapatan disbandingkan jumlah penduduk dan aksesibilitas. Hal ini dikarenakan tingkat pendapatan merupakan gambaran umum kemampuan penduduk untuk berbelanja dan variasi pola berbelanja yang terjadi di setiap kelompok pendapatan. Tingkat pendapatan di wilayah metropolitan Istanbul sangat terlihat perbedaannya dari jenis
permukiman penduduk. Pusat perbelanjaan yang berlokasi di permukiman penduduk dengan tingkat pendapatan tinggi akan banyak dikunjungi dibandingkan pusat perbelanjaan yang berlokasi di permukiman dengan tingkat pendapatan rendah.
Persaingan Spasial (Spatial Competition) Dalam analisa mengenai penetapan produk di pasar, penelitian ekonomi pada saat ini telah memiliki struktur yang hampir sama dengan yang terdapat dalam dunia pemasaran. Dikenal sebagai the economics of spatial competition, penelitian dibidang tersebut berupaya menganalisa dampak dari persaingan harga suatu merek produk dalam suatu lokasi fisik. Model persaingan spasial pada awalnya dikembangkan oleh Hotelling dan Smithies. Pada saat ini model tersebut telah berkembang pada suatu tingkatan yang menjadikannya sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menganalisa strategi positioning dan dampaknya terhadap harga. Perangkat tersebut sekarang menawarkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai hubungan antara variasi produk dan persaingan harga antar merek (interbrand price competition).
Teori lokasi Industri oleh Hotelling, 1929 Hukum Hotelling adalah sebuah pengamatan dalam ilmu ekonomi yang di pasar banyak hal rasional bagi para produsen untuk membuat produk mereka semirip mungkin. Hal ini juga disebut sebagai prinsip diferensiasi minimal serta Hotelling yang "kota model linier". Model teori Hotelling adalah strategi lokasi dua industri yang bersaing , baik dari segi lokasi maupun harga produknya , yang bertujuan maksimalisasi laba perusahaan. Pengamatan dibuat oleh Harold Hotelling (1895-1973) dalam 'Stabilitas di Kompetisi' sebuah artikel dalam Jurnal Ekonomi pada tahun 1929. http://windafanisca.blogspot.com/2011_09_01_archive.html