BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perancangan tambang terbuka merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di dalam dunia pertambangan yang meliputi kegiatan persiapan , survei lingkungan sampai pada kegiatan perancangan itu sendiri . Pada suatu kegiatan penambangan target produksi adalah merupaakan hal yang sangat penting, karena berkaitan dengan untung ruginya suatu peusahaan perambangan , sehingga untuk mengantisipasi tidak tercapai target produksi, maka diperlukan suatu Perencanaan Tambang . Perencanaan (planning) adalah penentuan persyaratan ekonomis maupun teknik untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan yang sangat penting serta urutan teknis pelaksanaannya. Perencanaan tambang (mine planning) dapat mencakup kegiatan-kegiatan prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan (feasibility study) yang dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), persiapan penambangan dan konstruksi prasarana (infrastructure) serta sarana (facilities) penambangan, (facilities) penambangan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1. Mengetahui dasar-dasar pertimbangan dalam merancang sebuah tambang terbuka . 2. Mengetahui konsep-konsep dasar dalam proses perancangan tambang terbuka . 3. Untuk mengetahui Perencanaan Tambang (Mine Plan Design) yang merupakan penentuan persyaratan ekonomis maupun teknik untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan yang sangat penting serta urutan teknis pelaksanaannya, terutama yang berkaitan dengan tahapan kegiatan untuk mencapai targeet produksi. kegiatan yang dilakukan untuk membuat langkah – langkah atau tahapan – tahapan yang akan di kerjakan dalam kegiatan penambangan. Dimulai dari tahapan pra penambangan hingga tahap pasca tambang.
BAB 11 ISI 2.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN TAMBANG 1. PENGERTIAN Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran, kegiatan serta urutan teknik pelaksanaanberbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya perencanaandibagi atas 2 bagian utama, yaitu: 1.Perencanaan strategis yang mengacu kepada sasaran secara menyeluruh, strategi pencapaiannya sertapenentuan cara, waktu, dan biaya. 2.Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan sumber daya untuk mencapaisasaran. 3.Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu perencanaan akan berjalan denganmenggunakan dua pertimbangan yaitu pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis. Untukmerealisasikan perencanaan tersebut dibutuhkan suatu program program kegiatan yang sistematis beruparancangan kegiatan yang dalam perencanaan penambangan disebut rancangan teknis penambanganRancangan teknis ini sangat dibutuhkan karena merupakan landasan dasar atau konsep dasar dalampembukaan suatu tambang khususnya tambang bijih nikel. 2.PERHITUNGAN CADANGAN BIJIH Salah satu tahapan dalam melakukan perencanan tambang adalah melakukan perhitungan cadangan. Untuk setiapblok atau lubang dalam bijih harus dihitung kualitas dan kuantitasnya dengan baik. Dengan menggunakan data hasilperhitungan cadangan maka rencana produksi dapat dibuat. Untuk mengetahui cadangan bijih nikel di Tanjung Bulidihitung dengan menggunakan metode area of influence. Data bor yang dijadikan acuan perhitungan adalah dataloging bor spasi 50 meter x 50 meter,dengan data elevasi terbaru. Untuk menghitung volume cadangan makadidapat dengan mengalikan antara luas blok dengan ketebalan yang mengandung bijih pada data log bor tersebut.Volume = luas x tebalSedangkan menghitung tonnage cadangan diperoleh dari hasil kali volume blok dengan density insitu.Tonnage = Volume x Density
3.PERTIMBANGAN DASAR PERENCANAAN TAMBANG Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih nikel terdapat dua pertimbangan dasar yang perludiperhatikan, yaitu: 3.1 Pertimbangan EkonomisPertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran. Data untuk pertimbanganekonomis dalam melakukanperencanaan tambang batubara,yaitu: 1.Nilai (value) dari endapan per ton batubara 2.Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produk berupa
bijih nikel diluar ongkosstripping.
3.Ongkos”stripping of overburden”dengan terlebih dahulu mengetahui “stripping ratio”nya. 4.Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui “Economic Stripping Ratio”. 5.Kondisi pasar 3.2 Pertimbangan TeknisYang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah: 1.Menentukan “Ultimate Pit Slope (UPS)” 2.Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi penambangan yang tidak menyebabkankelongsoran atau jenjang masih dalam keadaan stabil. Untuk menentukan UPS ada beberapa hal yang harusdiperhatikan yaitu: Stripping ratio yang diperbolehkan Sifat fisik dan mekanik batuan Struktur Geologi Jumlah air dalam di dalam batuan 3.Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi 4.Dimensi jenjang/benchCara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang. Dimensi jenjang juga sangattergantung pada produksi yang diinginkan dan alat-alat yang digunakan. Dimensi jenjang harus mampumenjamin
kelancaran aktivitas alat mekanis dan faktor keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi, lebar,dan panjang jenjang. 5.Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan daerah penambangan. 1.Kondisi geometrik jalanKondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar jalan, kemiringan jalan, jumlahlajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross slope, dan jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut. 2. Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi: Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan. 3.Kondisi geografi dan geologi TopografiTopografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem penambanganyang digunakan. Darifaktor topografi ini,dapat ditentukan cara penggalian, tempat penimbunan overburden, penentuan jenis alat, jalur-jalur jalan yang dipergunakan,dan sistem penirisan tambang. Struktur geologiStruktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan dan gerakan-gerakan tektonis. Penyebaran batuan Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan rekahan.Adanya air dalam massa ini akanmenimbulkan tegangan air pori 4. DASAR PEMILIHAN SISTEM PENAMBANGAN Dengan perkembangan teknologi, sistem penambangan dibagi dalam tiga sistem penambangan yaitu: Tambang
terbuka
yaitu
sistem
penambangan
yang
penambangannya berhubungan langsung dengan udara luar.
seluruh
kegiatan
Tambang dalam yaitu sistem penambangan yang aktivitas penambangannya dibawah permukaan atau di dalam tanah. Tambang bawah air (Under water Mining) Dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah: Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau jauh dari permukaan. - Pertimbangan ekonomis yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dengan ”Mining Recovery” yang maksimal dan relatif aman. Pertimbangan teknis - Pertimbangan Teknologi. Ketiga sistem penambangan yang telah disebutkan sebelumnya, mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing serta sesuai dengan karakteristik dari endapan yang akan ditambang. Khusus dalam penelitian ini akan dibahas sistem penambangan secara tambang terbuka. Metode penambangan yang biasanya digunakan untuk tambang bijih adalah metode open pit, open mine, open cut, dan open cast. Pada kegiatan penambangan menggunakan empat metode diatas, bijih berasal dari penggalian excavator baikdilakukan sendiri atau dengan kombinasi alat lain cara penggalian bijih nikel yang digunakan pada metodepenambangan open pit,open cut, open cast dan open mine adalah: 1.Sistem jenjang tunggal (Single Bench)Sistem jenjang tunggal biasanya dipakai untuk menambang bahan galian yang relatif dangkal danmemungkinkan unutk beroperasi
dengan
jenjang
tunggal.Tinggi
jenjang
maksimum
yang
stabil,
kemiringannya tergantung pada jenis batuan yang ditambang.Ketinggian jenjang yang aman ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan pekerja dan peralatan. Ketinggian jenjang berhubungan erat dengan kesetabilan permukaan yang aman adalah apabila alat-alat yangberioperasi dan pekerja dalam kondisi tidak aman, dimana tempat yang enjadi landasan terdapatkemungkinan akan runtuh/longsor. Besarnya hasil produksi yang dihasilkan dengan jenjang tunggal sangatterbatas dan ditentukan oleh kapasitas alat. Selain itu juga ditentukan oleh luas permukaan kerja (front). 2. Sistem jenjang bertingkat (Multiple bench)Penambangan dengan jenjang bertingkat umumnya digunakan untuk menambang bahan galian yang kompak(massive) dan endapan bijih tebal yang sanggup ditambang jika menggunakan cara penambangan dengan jenjang tunggal. Jenis batuannya harus kuat dan keras agar dapat mendukung beban yang ada diatasnya.Kemiringan lereng dapat dibuat lebih vertikal jika daya
dukung batuan besar. Pit slope bervariasi antara 20º -70º. Dari horizontal. Hal ini diaksud
agar
mendapatkan
perolehan
bijih
yang
lebih
banyak
lagi.
Kestabilan jenjang perlu dijaga terutama untuk mempertinggi faktor keama nan. Untuk menghindari kecelakaan,beberapa cara dapat dilakukan yaitu dengan pembersihan bongkah-bongkah batu yang menempel padadinding jenjang, mengetahui daerah kritis,pengeringan, dan memonitor pergerakan dan pergeseran. Pada pemilihan sistem penambangan secara tambang terbuka ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadappemilihan sistem penambangan, yaitu :- Jumlah Tanah PenutupTanah penutup atau overburden yaitu tanah yang berada di atas lapisan bijih. Sebelum pengambilan bijih,terlebih dahulu tanah penutupnya harus dikupas. Jumlah dari tanah penutup harus diketahui dengan jelasuntuk menentukan nilai “Stripping Ratio”.- Jumlah Cadangan BijihDari data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah cadangan bijih yang dapat ditambang(mineable). Dari jumlah bijih nikel
hasil
perhitungan
cadangan
tersebut
terdapat
standar
pengurangan
yangdigunakan oleh perusahaan sehinggga diperoleh mining recovery. Standar pengurangan tersebut dapat berupa: Geologi faktor Mining loss Dilution- Batas Penambangan (Pit Limit) dan Stripping ratioBatas penambangan ditentukan dengan cara menentukan daerah yang layak untuk diproduksi. Carapenentuannya adalah dengan memisahkan daerah yang layak dalam masalah kadar,diman kelayakan kadaradalah cut off grade (COG). COG adalah kadar rata-rata terendah
yang
asih
menguntungkan.
Kemudian
langkahselanjutnya
adalah
menghitung stripping ratio (SR). SR adalah perbandingan antara volume tanah penutup yangdipindahkan per satuan berat bijih (satuan m3/ton). Sehingga dengan mengetahui nilai SR, maka dari daerahyang sudah memenuhi syarat COG dilihat lagi SRnya. Jika SRnya lebih besar dari SR yang ditentukanperusahaan, maka daerah tersebut tidak layak untuk diproduksi.
5. RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN Rancangan teknis penambangan merupakan bagian dari suatu perencanaan tambang. Rancangan penambangan inimerupakan program penambangan yang akan dikerjakan dan telah diberikan batas-batas dan aturan tegas yangharus dipenuhi dalam setiap
aktivitasnya
sebagai
bagian
dari
keseluruhan
perencanaan
tambang
tersebut.Setelah menganalisa dasar dari pemilihan sistem penambangan, maka dibuat suatu rancangan penambangan atauteknis pelaksanaan penambangan tersebut. Analisa yang dibuat berupa metode penambangan yang akan diter apkan. 5.1Persiapan Penambangan Persiapan
penambangan
merupakan
kegiatan
pendahuluan
dari
aktivitas
penambangan. Persiapan penambangan iniberupa pembersihan areal yang akan ditambang (Land Clearing), pembuatan jalan tambang, penanganan masalah air(drainase) dan pengupasan tanah penutup (Stripping OB). Pembersihan lahan adalah suatu pekerjaan tahap awalpada kegiatan penambangan. Pembersihan lahan ini dilakukan untuk menyingkirkan pepohonan dan semak belukaryang tubuh di sekitar areal penambangan dan mempersiapkan akses masuk ke tambang atau pembuatan jalanangkut. Penanganan masalah air tambang mencakup pembuatan saluran, sumuran, dan kolam pengendapan.Dimensi saluran, sumuran dan kolam pengendapan harus dibuat sesuai dengan debit air yang ada sehingga airtambang tidak langsung mengalir ke air bebas yang dapat menimbulkan masalah lingkungan. Pekerjaan pengupasan yang dilakukan pada tanah penutup,biasanya dilakukan bersama-sama dengan clearing dengan menggunakan alatbulldozer. Pekerjaan ini dimulai dari tepat yang lebih tinggi, dan tanah penutup didorong ke bawah ke arah yang lebihrendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya gravitasi. 5.2 Desain Jenjang dan Analisis Kemantapan Lereng .
Karena letak bijih berada dilapisan bawah dari permukaan dan tertutup oleh lapisan tanah penutup, maka untukmencapai lapisan bijih itu biasanya dibuat jenjang/bench. Suatu jenjang yang dibuat harus mampu menampung danmempermudah pergerakan alat-alat mekanis pada saat aktivitas pengupasan tanah penutup dan pengambilan bijih.Dimensi suatu jenjang dapat ditentukan dengan mengetahui data produksi yang diinginkan, peralatan mekanis yangdigunakan, material yang digali, jenis pembongkaran dan penggalian yang dipergunakan dan batas kedalamanpenggalian atau tebalnya lapisan bijih, serta data sifat mekanik dan sifat fisik batuan unutk kestabilan lereng. Dimensidaripada jenja ng adalah: .
1.Panjang jenjangPanjang jenjang tergantung pada produksi yang diinginkan dan luas dari areal penambangan atau dibuatsampai pada batas penambangan yang direncanakan. Pada dasarnya adalah alat-alat mekanis yangdigunakan mempunyai ruang gerak yang cukup untuk bermanuver dalam aktivitasnya. 2.Lebar jenjangLebar jenjang dirancang sesuai dengan jarak yang dibutuhkan oleh alat mekanis dalam beroperasi, dalam halini alat gali/muat dan alat angkut.Untuk menghitung lebar jenjang minimum dapat dihitung denganmenggunakan persamaan: Wmin = 2R +JP + C + JA Dimana:W min = Lebar jenjang minimum R = Radius putar alat muat excavator back hoe JP = Jangkauan penumpahan BHC = Lebar alat angkut JA = Jarak aman 3.Tinggi jenjangTinggi jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki jenjang ke puncak jenjang tersebut. Tinggi jenjangdibuat tergantung dari faktor keamanan suatu
lereng
dan
tinggi
maksimum
penggalian
dari
alat
gali
yangdigunakan.Analisis kemantapan lereng (slope stability) diperlukan sebagai pendekatan untuk memecahkan masalahkemungkinan longsor yang akan terjadi pada
suatu
lereng.
Lereng
pada
daerah
penambangan
dapatmengalami
kelongsoran apabila terjadi perubahan gaya yang bekerja pada lereng tersebut. Perubahan gayaini dapat terjadi karena pengaruh alam atau karena aktivitas penambangan. Kemantapan lereng tergantungpada gaya penggerak (driving force) yaitu gaya yang menyebabkan kelongsoran dan gaya penahan (resistingforce) yaitu gaya penahan yang melawan kelongsoran yang ada pada bidang gelincir tersebut sertatergantung pada besar atau kecilnya sudut bidang gelincir atau sudut lereng. Menurut prof. Hoek (1981)kemantapan lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Dimana:Fk > 1 berarti lereng aman Fk = 1 berarti lereng dalam keadaan seimbang
Fk < 1 berarti lereng dianggap tidak stabil Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan dari lerengdiantaranya adalah: 1. Geometri lereng 2.Sifat fisik dan mekanik tanah/batuan 3.Struktur geologi 4.Pengaruh air tanah 5.Pengaruh gaya-gaya luar 6.Kedudukan lereng terhadap bidang perlapisan batuan 7.Faktor waktu.Longsoran pada suatu lereng dapat terjadi dengan beberapa bentuk atau cara. Hal ini yang membuatanalisa dari kemantapan lereng sangat penting menurut Hoek & Bray (1981), klasifikasi longsorandapat dibagi atas : 1.Longsoran busurBidang gelincir dari longsoran ini mempunyai bentuk busur lingkaran. Longsoran ini biasanyaterjadi pada lereng dengan batuan yang sudah mengalai pelapukan, tanah atau batuan yangikatan anatarbutirnya relatif lemah. Analisis kemantapan lereng dengan bentuk longsoran busuradalah yang paling banyak dipakai terutama pada pekerjaan sipil dan pertambangan atautambang terbuka di daerah tropis. 2.Longsoran bidang (Plane failure)Pergerakan material pada jenis longsoran ini akan melalui satu bidang luncur. Bidang luncuradalah bidang lemah pada lereng perlapisan, sesar, dan kekar. Longsoran ini dapat terjadi jikaterdapat bidang luncur dan arah bidang luncur relatif sejajar dengan kemiringan lereng.Kemiringan lereng lebih besar dari sudut geser dalam dan terdapat bidang bebas pada kedua sisilereng. 3.Longsoran baji (wedge failure)Bidang luncur dari longsoran jenis ini merupakan dua bidang lemah yang saling berpotongan.Arah pergerakan akan searah dengan garis perpotongan bidang lemah tersebut. 4.Longsoran guling ( topling failure)Longsoran guling terjadi pada jenis batuan yang keras dan pada batuan tersebut banyak terdapatbidang lemah yang relatif sejajar satu sama lain. Kondisi yang memungkinkan terjadinyalongsoran ini adalah jika kemiringan lereng
berlawanan arah dengan kemiringan bidang-bidanglemahnya. Longsoran tanah pada daerah penambangan diasumsikan bahwa: 1.Material yang membentuk lereng dianggap homogen dngan sifat mekanik akibat beban samake segala arah 2.Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur 3.Tinggi permukaan air pada lereng adalah jenuh sampai kering sesuai dengan standar yangtelah ditetapkan. Untuk menganalisa keungkinan longsoran, ada beberapa macam cara yangdigunakan. Salah satu diantara cara yang digunakan adalah dengan menggunakan diagaramHoek & Bray dimana tanah dengan lima macam kondisi permukaan air tanahnya dibagi kedalam lima diagram. Pemilihan metode ini selain dan cepat hasilnya juga cukup teliti dansering dipergunakan untuk tahap perancangan. 5.3. Pembongkaran, Pemuatan dan Pengangkutan Pembongkaran adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan induknya baik dengan carapenggalian dengan enggunakan al at gali maupun dengan cara pemboran dan peledakan. Pada intinya pembongkaranini bertujuan agar batuan dapat dengan mudah dan cepat dilepaskan serta alat muat dapat dengan mudah memuatmaterial ke alat angkut. Pemuatan adalah kegiatan lanjutan setelah pembongkaran batuan pada loading point yangbertujuan untuk memuat material ke alat angkut kemudian diangkut ke titik dumping baik itu grizzly atau padadisposal area. Banyaknya material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut
oleh
masing-masing
alat
dinyatakan
dalam jumlah produksi yang dapat diketahui dengan menggunakan persamaan yang dikemuk akan oleh PartantoProjosumarto berikut: 1.Produksi alat gusurDimana: P(BD) = produksi bulldozer (ton/jam) Fk = faktor koreksi (%) BF = Blade faktor (%) KB = kapasitas blade (m3) SF = swell factor (%)
D = density (ton/m3) 2.Produksi alat muat/galiDimana: P(BH) = produksi excavator back hoe (ton/jam) Eff. = effisiensi kerja (%) KB = kapasitas blade (m3) SF = swell factor (%) FF = fill factor (%) D = density (ton/m3) Ct = Cycle time (menit)3. Produksi alat angkutDimana: P(DT) = produksi dump truck (ton/jam) Eff. = effisiensi kerja (%) KB = kapasitas blade (m3) SF = swell factor (%) FF = fill factor (%) n = jumlah pengisian D = density (ton/m3) Ct = Cycle time (menit) 5.4. Penirisan Tambang Penirisan tambang adalah upaya untuk mencegah atau mengeluarkan air yang masuk atau menggenangi suatudaerah penambangan yang dapat aktivitas penambangan. Perkiraan air yang masuk ke dalam tambang berasal dariair lipasan berupa air hujan dan air tanah berupa rembasan.
Upaya
yang
dilakukan
pada
penirisan
tambang
inidiantaranya
adalah:* Pembuatan drainage/saluran air²Saluran air tambang berfungsi untuk mencegah air
dari luar tambang serta menampung air limpasan padasuatu daerah dan mengalirkannya ke tempat yang lain. Saluran air ini dibuat di luar a real penambangan.* Pemompaan²Pemompaan ini dilakukan jika air yang telah masuk ke dalam tambang tidak bisa dialirkan langsung menujusaluran yang dibuat. Untuk mengeluarkan air yang masuk kedalam tambang maka dibuatlah suatu saluranpenirisan dan pemompaan. Besarnya debit air yang kedalam lokasi penambangan
dapat
dihitung
denganmenggunakan
metode
”rasional”
dengan
persamaan sebagai berikut: Q = 0,278 x C x I x A Dimana:Q = Debit air yang masuk kedalam lokasi tambang (m3/detik) C = Koefisien pengaliranI = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = luas daerah tangkapan hujan (m2)Dimensi saluran yang akan dibuat untuk mengalirkan air dari tambang dapat diketahui dengan menggunakanpersamaan “Manning” berikut ini: Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A Dimana:Q = Debit air dalam saluran per detik (m3/detik) n = Koefisien kekerasan saluran S = “gradien” kemiringan dasar saluran A = Luas penampangR = jari-jari hidrolis Beberapa bentuk-bentuk saluran yaitu: 1.Bentuk penampang segitigaBentuk ini biasanya dipergunakan untuk saluran dangkal. Saluran bentuk ini tidak mudah digerus oleh air.Kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pembuatannya. 2.Bentuk penampang segiempatBentuk saluran ini digunakan untuk debit air yang besar kelebihannya yaitu mudah dalam pembuatannya danbiasanya dibangun pada bahan yang stabil misalnya kayu, batu dan lain-lain. Kelemahannya adalah mudahterjadi pengikisan sehingga terjadi pengendapan pada dasar saluran. 3.Bentuk penampang trapesiumBentuk penampang ini adalah bentuk kombinasi antara segitiga dan segiempat. Biasanya digunakan untuksaluran yang berdinding tanah dan tidak
dilapisi sebab stabilitas kemiringan dinding dapatdisesuaikan.Bentuk ini sering digunakan pada daerah tambang karena tahan terhadap pengikisan dan mudahdigunakan pada daerah tambang karena tahan terhadap pengikisan dan mudah dalam pembuatannya sert acocok untuk debit air yang besar.Dan untuk menghitung dimensi saluran yang optimum dapat digunakan persamaan efisiensi hidrolis: A = (b + zh) h)P = b + 2h 1 + (z)2R = A/P Dimanan : b = Lembar dasar saluran (m) A = Luas penampang basah (m2) P = Keliling basah (m) R = jari-jari hidrolik (m) Pembuatan sump / sumuran²Sumuran dibuat untuk menampung air yang masuk kedalam tambang dan dibuat pada dasar bukaan kemudiandipompa keluar menuju kolampengendapan atau settling pond yang lainnya. Setelah dari tambang tersebutdiendapkan, sebagian dipergunakan untuk keperluan.