HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DI DESA ADIMULYA KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Oleh : ADILAH MARGI Y.P G1D009034 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN ILMU KEPERAWATAN PURWOKERTO 2014PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan atau kesarjanaan lain di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Purwokerto, Februari 2014 Adilah Margi Y.P NIM G1D009034Persembahan Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah saya gapai namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang Bapak dan ibuku Setulus hatimu ibu, searif arahanmu bapak Doamu hadirkan keridhaan untukku, Petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malammu Dan sebait doa telah merangkul diriku, Menuju hari depan yang cerah Untuk tulusnya persahabatan yang telah terjalin, buat Sahabat-sahabatku, Diana, Eva, Prili, Tika,Rachel, Putri, Chandri, Vita, Pujo, Sofyan, Didi, Sasongko, Hery dan semua sahabatku yang tidak bisa ku sebut satu per satu Terima kasih…. semoga persahabatan kita menjadi persaudaraan yang abadi selamanya, Bersama kalian warna indah dalam hidupku, suka dan duka berbaur dalam kasih.
Terima kasih tak lupa ku ucapkan kepada kedua kakak tercinta Luthfia Yanari Putri dan Gilang Rahma Putra yang tak lelah memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang telah memberi bantuan, motivasi serta do’a dari awal hingga akhir yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.Kesuksesan bukanlah suatu kesenangan, bukan juga suatu kebanggaan, Hanya suatu perjuangan dalam menggapai sebutir mutiara keberhasilan… Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Kini diriku telah selesai dalam studiku.Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah, Kupersembahkan karya tulis ini untuk yang termulia, Bapak,Ibu, Kakakku, teman-teman serta Almamaterku tercinta Penulis DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Adilah Margi Yulinar Putri Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Gatot Subroto no. 226 RT.01/ RW.01 Adimulya Cilacap Tempat, tanggal lahir : Cilacap, 01 Juli 1991 Email :
[email protected] Agama : Islam
Pendidikan : 1. SD N 01 Adimulya lulus tahun 2003 2. MTs N Majenang lulus tahun 2006 3. SMA N 1 Banjar lulus tahun 2009 4. Mahasiswa Jurusan Keperawatan, FKIK UNSOEDPRAKATA Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap” yang penulis ajukan pada Komisi Skripsi Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. Terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Warsinah, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberi ijin dilakuannya penelitian ini. 2. Dr. Saryono, M.Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman. 3. Asep Iskandar, M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku dosen pembimbing I yang selalu memberi arahan, pencerahan, dan bimbingan dalam penyusunan usulan penelitian ini.
4. Aswin, S.Kep., Ns selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas kesediaan waktunya dan bimbingan dalam penyusunan usulan penelitian ini. 5. Rahmi Setiyani, MN selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan pengarahan demi kesempurnaan penelitian ini. 6. Kedua orang tua tercinta, atas dorongan dan doa dalam penyusunan penelitian ini.7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberiku semangat dalam penyusunan penelitian ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas bantuan moral maupun material dalam penulisan usulan penelitian ini. 9. Almamaterku, Universitas Jenderal Soedirman. Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan usulan penelitian ilmiah ini, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil yang lebih baik, semoga hasil penelitian ini mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua. Amin. Purwokerto, Februari 2014 PenulisHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DI DESA ADIMULYA KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP
ABSTRAK Adilah Margi Yulinar Putri1 , Asep Iskandar2 , Aswin3 Latar belakang: Lansia mengalami berbagai macam perubahan diantaranya fisik dan psikologis. Hal tersebut membuat lansia mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan lansia. Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner kemandirian lansia (barthel indeks). Analisis data yang digunakan adalah uji statistik non parametrik dengan uji chi square. Hasil: Rata-rata usia lansia adalah 69 tahun, usia responden 38 tahun, jenis kelamin responden adalah perempuan (53,6%), pendidikan responden mayoritas SMA (48,2%), pekerjaan responden adalah wiraswasta (51,8%), status hubungan responden
dengan lansia adalah anak kandung (71,4%), (51,8%) lansia mandiri dalam aktivitas sehari-hari. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia P Value 0,021. Kesimpulan: Ada hubungan dukungan keluarga yang bermakna terhadap kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Kata kunci: Dukungan keluarga, lansia, kemandirian, aktivitas sehari-hari.RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT ELDERLY IN FULFILLMENT WITH INDEPENDENCE ACTIVITIES DAILY IN THE VILLAGE DISTRICT ADIMULYA WANAREJA CILACAP ABSTRACT Adilah Margi Yulinar Putri1 , Asep Iskandar2 , Aswin3 Background : The Elderly undergo various changes including physical, psychological. This makes the elderly experience a decreased ability to perform activities of daily living so that family support is needed. Objective : This research aimed at finding out if the relationship of family support to the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities in the Village District of Adimulya Wanareja Cilacap.
Methods : This research used an observational research design with cross sectional approach . The research instrument used in the form of a questionnaire and a questionnaire family support elderly independence (Barthel index ) . Analysis of the data used is a non -parametric statistical test with chi square test . Results : The average age was 69 years older , respondents 38 years of age , sex of the respondents were female (53.6 %) , high school education the majority of respondents (48.2 %) , the work is self-employed respondents (51.8 %) , the status of her relationship with the elderly is the biological child (71.4 %) , (51.8 %) independent elderly in daily activities . There is a significant association between family support the independence of the elderly P Value 0.021 . Conclusion : There is a significant relationship of family support to the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities . Key words : Support families , the elderly , independence , daily activities .DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i HALAMAN PENGESAHAN……………………………............................ ii HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN………………………………….. iii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………. v PRAKATA...................................................................................................... vi
ABSTRAK………………………………………………………………….. viii DAFTAR ISI................................................................................................... x DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 5 E. Keaslian Penelitian..................................................................................... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori........................................................................................... 10 1. Lanjut usia……………………………………..................................... a. Definisi lanjut usia......................................................................... b. Batasan-batasan lanjut usia........................................................... c. Teori-teori penuaan....................................................................... d. Permasalahan lanjut usia............................................................... e. Activity daily living.......................................................................
f. Kemandirian ................................................................................. 10 10 12 13 16 16 18 2. Keluarga………………….................................................................. a. Definisi keluarga.......................................................................... b. Tipe keluarga................................................................................ 20 20 21c. Fungsi keluarga............................................................................ d. Dukungan keluarga...................................................................... e. Jenis dukungan keluarga……………………………………….. f. Manfaat dukungan keluarga…………………………………… g. Sumber dukungan keluarga……………………………………. h. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga……………….
24 27 28 31 32 33 B. Kerangka Teori........................................................................................... 35 C. Kerangka Konsep....................................................................................... 36 D. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 36 BAB III. METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian....................................................................................... 37 B. Waktudan TempatPenelitian.................................................................. 37 C. Populasi dan Sampel.................................................................................. 37 D. VariabelPenelitian.................................................................................... 39 E. Definisi Operasional................................................................................... 40 F. Instrumen Penelitian................................................................................... 41 G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.......................................................... 42 H. Langkah dan teknik penelitian................................................................... 44 I. Analisis Data............................................................................................. 45
J. Etika Penelitian........................................................................................... 47 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian........................................................................................... 1. Analisis Univariat................................................................................. 2. Analisis Bivariat……………………………………………………... 50 50 56 B. Pembahasan............................................................................................... 1. Analisis Unvariat................................................................................... 2. AnalisisBivariat……………………………………………………... 60 61 69 C. Keterbatasan Penelitian............................................................................. D. Implikasi keperawatan............................................................................... 76 76 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan.................................................................................................
Saran........................................................................................................... 78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRANDAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1 Definisi operasional variabel………………………………………... 40 4.1 Karakteristik usia lansia…..…………………………………………. 50 4.2 Karakteristik jenis kelamin anggota keluarga yang merawat lansia... 51 4.3 Karakteristik usia anggota keluarga yang merawat lansia…………… 51 4.4 Karakteristik pendidikan anggota keluarga yang merawat lansia…… 52 4.5 Karakteristik pekerjaan anggota keluarga yang merawat lansia…….. 52 4.6 Karakteristik status hubungan anggota keluarga yang merawat lansia dengan lansia………………. 53 4.7 Frekuensi dukungan keluarga………………………………………... 54 4.8 Frekuensi kemandirian lansia……………………………………….. 55 4.9 Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia…………. 56 4.10 Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia………. 57 4.11 Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia…….. 58
77B.
4.12 Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia…... 59 4.13 Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia………... 60DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Teori ……………………………………………………………. 35 2.2 Kerangka Konsep …………………………………………………………. 36DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cilacap. Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cilacap. Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Desa Adimulya Lampiran 4. Surat ijin penelitian/ survey dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Lampiran 5. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 7. Lembar Kuesioner Lampiran 8. Hasil Uji Validitas Lampiran 9. Hasil Analisis Univariat dan Bivariat
Lampiran 10. Blangko Konsul SkripsiBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan proporsi kelompok-kelompok umur di dalam penduduk dapat terjadi antara lain sebagai akibat menurunnya tingkat fertilitas dan mortalitas. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan jumlah warga berusia lanjut yang tertinggi di dunia, yaitu 414%, hanya dalam waktu 35 tahun (1990-2025), sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia akan mencapai 25,5 juta jiwa (Soejono, 2009). Keberadaan lanjut usia ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Lanjut usia dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam, 2008).
Menurut Kemendiknas (dalam Purnama, 2013) Secara umum, populasi penduduk usia 60 tahun ke atas di negara maju pada tahun 2011 adalah 20% dari total jumlah penduduk dan diperkirakan meningkat menjadi 32% pada tahun 2050. Sementara itu, di negara berkembang, jumlah penduduk usia 60 tahun keatas pada tahun 2011 adalah 15% dari total jumlah penduduk dan diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015–2050. Kondisi fisik seseorang yang telah memasuki lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan penampilan pada wajah, tangan, dan kulit, perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf, perubahan panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan perubahan motorik, antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar ketrampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran. Kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh pada penurunan aktifitas kehidupan sehari-hari (Potter & Perry, 2005). Berbagai perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi
seperti penurunan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan seharihari. Perubahan sosial seperti kesempatan yang sama untuk memberikan masukan, kemudian merasa diasingkan. Perubahan psikologis seperti takut menghadapi kematian dan masa kesepian. Berbagai perubahan tersebut di atas sering membuat lansia mengalami problem dalam menghadapi kehidupan sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan (Maryam, 2008).Berbagai proses dan fungsi keluarga mempengaruhi psikodinamika interaksi keluarga pada semua usia. Kebutuhan psikologi anggota keluarga oleh anggota keluarga yang lain. Pada keluarga lansia, orang lain yang dekat sering kali mengisi fungsi afektif tersebut, terutama jika anggota keluarga lansia tersebut tinggal seorang diri. Bagian dari dukungan sosial adalah cinta dan kasih sayang, harus dilihat secara terpisah sebagai bagian dari asuhan dan perhatian dalam fungsi afektif keluarga (Stanley & Beare, 2006). Hasil pengamatan dan wawancara di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap didapatkan jumlah penduduk disana sekitar 5.304 jiwa, dari data tersebut terdapat jumlah lansia sebanyak 593 jiwa. Sebagian besar keluarga dengan lansia menghabiskan waktunya untuk bekerja di luar rumah sebagai pedagang atau
berwiraswata. Mereka membiarkan lansia tinggal di rumah sendirian sehingga membuat lansia harus tetap mandiri untuk melakukan aktivitas sehari-harinya. Kondisi umum lansia yang tinggal bersama keluarga menunjukkan keluarga memegang peranan penting pada kehidupan orang lanjut usia. Dari fenomena tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Desa Adimulya, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap”.B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas, diketahui semakin bertambah tahun jumlah penduduk lansia semakin meningkat. Lansia mengalami penurunan fungsi organ tubuh, fisik dan psikologisnya, kondisi seperti ini perlu disikapi secara serius supaya lansia bisa melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri. Keluarga merupakan orang yang terdekat bagi lansia. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk upaya untuk membantu lansia melakukan kegiatanya secara mandiri. Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan, adakah hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta jenis
dukungan keluarga apa yang tepat diberikan pada lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik anggota keluarga yang merawat lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.b. Mendeskripsikan dukungan keluarga pada lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. c. Mendeskripsikan tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan gerontik, keperawatan
komunitas, dan keperawatan keluarga. b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya ilmu keperawatan dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan terhadap lanjut usia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas kesehatan Diharapkan dari hasil penelitian ini bisa memberikan acuan kepada dinas kesehatan membuat program untuk lansia yang melibatkan keluarga. b. Bagi Puskesmas Memberikan gambaran kepada puskesmas dalam menjalankan tugas pokok puskesmas salah satunya peningkatan pelaksanaan program tentang kemandirian lansia di dalam masyarakat.c. Bagi Keluarga lansia Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada keluarga untuk memberikan dukungan dan perhatian kepada lansia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan peneliti dan hasil penelusuran jurnal maupun laporan penelitian di internet, penelitian tentang hubungan antara
dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang terkait dengan hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang berjudul “Hubungan antara gaya hidup dengan tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari lansia di Kelurahan Kopen, Teras Boyolali” yang diteliti oleh Arina (2006) menghasilkan penelitian sebagai berikut: Terdapat hubungan antara tingkat gaya hidup dengan ketergantungan dalam AKS (Aktifitas Kehidupan Sehari-hari) pada lansia di Kelurahan Kopen, Teras, Boyolali. Penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional dengan variabel hubungan antara gaya hidup dengan tingkat ketergantungan pada lansia sedangkan penelitian yang akan saya lakukan adalah hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Persamaan penelitian Husnawati dengan penelitian saya adalah lokasi penelitian dan metode yang digunakan dengan rancangan cross sectional.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rinajumita (2011) dengan judul “Faktor–faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di wilayah kerja Puskesmas Lampasi, Kecamatan Payakumbuh Utara”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan crossectional. Penelitian ini menggunakan sampel 90 orang lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Lampasi yang diambil menggunakan 8 metode multi stage random sampling. Analisa data menggunakan uji chi square, dengan tingkat kepercayaan 95%. Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Persamaan dengan penelitian tersebut yaitu pada variabel kemandirian lansia dan analisa data dengan menggunakan uji chi square. Sementara itu perbedaanya yaitu pada variabel faktor-faktor yang berhubungan. 3. Penelitian yang berjudul “Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di wilayah kerja puskesmas Mojolangu Malang” yang diteliti oleh Triswandari (2008) menghasilkan penelitian sebagai berikut: dukungan keluarga pada lansia dengan tingkat kemandirian
lansia di wilayah kerja Puskesmas Mojolangu Malang mempunyai hubungan yang signifikan (bermakna). Persamaan penelitian Rini dengan penelitian saya adalah variabel menggunakan hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia, serta analisis data menggunakan uji Chi-square. Perbedaannya adalah lokasi penelitian. Penelitian yang akan saya lakukan adalah hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari yang akan dilakukan di wilayah kerja Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Dengan tujuan ingin mengetahui seberapa jauh tingkat kemandirian pada lanjut usia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lanjut usia a. Definisi lanjut usia Menua atau lanjut usia di definisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang „frail’
(lemah,rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial. Menua juga didefinisikan sebagai penurunan seiring waktu yang terjadi pada sebagian besar makhluk hidup, yang berupa kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait usia. Terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh gerontologis ketika membicarakan proses menua: 1) Aging (bertambahnya umur) menunjukan efek waktu, suatu proses perubahan,biasanya bertahap dan spontan. 2) Senescence (menjadi tua) hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan menyebabkan kematian)3) Homeostenosis penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis yang terjadi selama penuaan pada setiap sistem organ (Setiati dkk, 2009) Menurut Fathi et al (2008), penuaan tidak bisa dihindari, dimulai secara bertahap sebagai tahap terakhir dari perkembangan yang menyebabkan perubahan dalam senyawa tubuh dan
penurunan efisiensi organ dan mempengaruhi pada kemampuan fisik pada tingkat yang berbeda. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,tidak hanya dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai tanggal, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua
(Nugroho, 2006). b. Batasan-batasan Lansia Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008). Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbedabeda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut: 1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu: a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun d) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun 2) Menurut Prof. DR. Ny Sumiati Ahmad Mohammad (Alm), Guru Besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis perkembangan manusia dibagi menjadi: a) Masa bayi (usia 0-1 tahun)
b) Masa prasekolah (usia 1-6 tahun) c) Masa sekolah (usia 6-10 tahun) d) Masa pubertas (usia 10-20 tahun) e) Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)f) Masa lanjut usia, senium (usia > 65 tahun) (Kushariyadi, 2010). c. Teori-teori Penuaan Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan,yaitu teori biologi, teori psikologis, dan teori spiritual. 1) Teori biologi Teori bologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang. a) Teori genetik dan mutasi Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel). b) Immunology slow theory Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi tidak efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.c) Teori stress Teori stress mengungkapakan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. d) Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi. e) Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapakan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel. 2) Teori psikologis Pada lanjut usia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. 3) Teori spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepercayaan.
Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang. Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan. Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan (Maryam, 2008). d. Permasalahan-permasalahan Lanjut Usia Masalah-masalah kesehatan atau penyakit fisik dan atau kesehatan jiwa yang sering timbul pada proses menua (lansia), menurut (Setiati dkk, 2009) gangguan fisik yang terjadi pada lansia diantaranya gangguan kardiovaskular, gangguan sistem endokrin, gangguan fungsi pendengaran, dan gangguan penglihatan. Masalah sosial yang dihadapi lanjut usia (lansia) adalah mendapatkan kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak diberi makan). Selain itu lansia juga mengalami masalah
psikologis yang umum dialami seperti takut menghadapi kematian, frustasi, kesepian, dan harus menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik (Maryam, 2008). Sedangkan menurut Boedhi Darmodjo (dalam Maryam, 2008) menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit, tetapi suatu proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant. e. Activity Daily Living (ADL) Menurut Wallace (dalam Triswandari, 2008 ) activity daily living adalah fungsi dan aktivitas individu yang normalnya dilakukan tanpa bantuan orang lain. Kegiatan ADL antara lain mandi, continence, berpakaian, makan, toileting, dan berpindah tempat dari atau ke tempat tidur atau kursi. Menurut Kingston et al (2012) kegiatan yang diperlukan untuk berfungsi secara independen dalam kehidupan sehari-hari disebut aktivitas hidup sehari-hari/ADL. Sedangkan Hardywinoto (dalam Silvia, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan activity daily living antara lain
yaitu persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu bereaksi lanjut usia yang lambat, tidak stabil bila berjalan, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan perabaan. Sedangkan teori lain menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan activity daily living antara lain: kondisi fisik misalnya penyakit menahun , gangguan mata dan telinga, kapasitas mental, status mental seperti kesedihan dan depresi, penerimaan terhadap berfungsinya anggota tubuh dan dukungan anggota keluarga. Menurut Gallo (dalam Triswandari, 2008) proses aging dan masalah kesehatan secara teratur yang menunjukkan penurunan status fungsional pada lansia. Salah satu cara untuk mengevaluasi status kesehatan pada lansia yaitu pengkajian fungsional sehingga dapat memberikan data yang objektif dan dapat sebagai indikasi intervensi selanjutnya untuk meningkatkan status kesehatan serta mengijinkan perawat untuk memberikan intervensi secara tepat. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain, sehingga dapat menyebabkan ketergantungan pada orang lain. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik sehinggga mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi
kebutuhan
sehari-harinya
(ADL)
yang berakibat
ketergantungan untuk memerlukan bantuan orang lain (Nugroho, 2008). f. Kemandirian Kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tidak tergantung pada orang lain. Selain itu kemandirian diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang berupaya untuk memenuhi segala tuntutan kebutuhan hidup dengan penuh tanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya. Kemandirian pada lansia menurut Heryanti (2011), dapat dipegaruhi oleh pendidikan lansia, juga oleh gangguan sensori khususnya penglihatan dan pendengaran, dipengaruhi pula oleh penurunan dalam kemampuan fugsional, serta dipengaruhi
dapat
meningkatkan
pula oleh kemampuan fungsi kognitif lansia yang juga menurun. Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan pendidikan yang lebih tinggi maka seseorang akan mampu mempertahankan hidupnya lebih lama dan bersamaan dengan itu dapat mempertahankan kemampuan fungsional atau kemandiriannya juga lebih lama karena cenderung melakukan pemeliharaan dan upaya pencegahan pada kesehatannya. Menurut Graf (2008) penyakit akut atau kondisi kronis yang memburuk dapat mempercepat penurunan fungsional pada orang dewasa yang lebih tua. Hal tersebut dapat menurunkan kemampuan lansia untuk melakukan kegiatan penting untuk hidup mandiri. Lansia berusia 60-74 tahun dimana pada usia ini lansia masih mampu mentoleransi aktivitas sehari-hari yang bisa dilakukan sendiri namun semakin tua maka lansia akan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari–harinya. Penurunan kemampuan aktivitas sehari–hari seiring dengan bertambahnya umur dan tidak ada perbedaan kemandirian aktivitas sehari–hari pada lansia laki–laki dan wanita. Masalah aktivitas sehari–hari yang dialami lansia akan semakin
meningkat seiring bertambahnya usia dan khususnya pada orang yang berumur diatas 85 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin tidak memberi pengaruh yang nyata (Buwana dalam Triswandari, 2008). 2. Keluarga a. Definisi keluarga Friedman (2003) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut Stuart (dalam Setiawati dan Dermawan, 2008), lima hal penting yang ada pada definisi keluarga adalah: 1) Keluarga adalah suatu sistem atau unit. 2) Komitmen dan keterikatan antara anggota keluarga yang meliputi kewajiban dimasa yang akan datang.3) Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga. 4) Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan
dan tinggal bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah. 5) Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak. Berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (dalam Setyowati dan Murwani, 2008), keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah: 1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi. 2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain. 3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masingmasing mempunyai peran sosial baik suami, isteri, anak, kakak, dan adik. 4) Mempunyai tujuan; (1) menciptakan dan mempertahankan budaya, (2) meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan social anggota (Setyowati dan Murwani, 2008). b. Tipe Keluarga
Berikut ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga menurut Setyowati dan Murwani (2008): 1) Tipe keluarga tradisional a) Kelurga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat). b) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek, nenek, keponakan, paman, bibi. c) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak. d) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. e) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah). 2) Tipe keluarga non tradisional a) The unmarried mother: Keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah. b) The stepparent family: Keluarga dengan orang tua tiri. c) Comune family: Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama. d) The non marital heterosexual cohibiting family: Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. e) Gay and lesbian family: Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital partners). f) Cohibiting family: Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. g) Group-marriage family: Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
h) Group network family: Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya. i) Foster family: Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.j) Homeless family: Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental. k) Gang: Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orangorang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya. c. Fungsi Keluarga Friedman (2003) fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
1) Fungsi afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah:a) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam keluarga merupakan modal
dasar dalam memberi hubungan dengan orang di luar keluarga atau masyarakat. b) Saling menghargai Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai. c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orangtuanya. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
2) Fungsi sosialisasi Sosialisasi dimulai sejenak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang di sekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga. 3) Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. 4) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian. 5) Fungsi perawatan kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktik asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. d. Dukungan Keluarga Dukungan adalah suatu upaya yang diberikan untuk orang lain meliputi moral dan material agar orang yang diberikan
dukungan menjadi termotivasi dalam melakukan kegiatan (Sarwono, 2003). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit (Friedman, 2003). Keluarga masih menyumbang sebagian besar dukungan yang diterima oleh lansia (Okumagba, 2011). Kebanyakan lansia yang membutuhkan bantuan tergantung pada keluarga dan kerabat sebagai satu-satunya sumber bantuan (Reinhard et al, 2007). Keluarga memiliki fungsi sebagai pendukung terhadap anggota keluarga lain yang selalu siap memberikan bantuan pada saat diperlukan. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat, jenis dan sumber dukungan berbeda–beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Misalnya, jenis-jenis dan kuantitas dukungan sosial dalam fase perkawinan (sebelum sebuah pasangan muda mendapat anak) sangat berbeda dengan dukungan sosial yang dibutuhkan ketika keluarga sudah berada dalam tahap/fase siklus kehidupan terakhir. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2003). e. Jenis Dukungan Keluarga Kaplan (dalam Friedman, 2003) menjelaskan bahwa terdapat empat jenis dukungan yakni: dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Dukungan informasional merupakan dukungan yang berfungsi sebagai pengumpul informasi tentang segala sesuatu yang digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Jenis dukungan ini sangat bermanfaat dalam menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Secara garis besar terdiri dari aspek nasehat, usulan, petunjuk, dan pemberian informasi.Dukungan informatif yang tepat akan meningkatkan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti koran atau majalah maupun media elektronik seperti televisi dan internet
serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan (Soejono, 2002). Dukungan penilaian menekankan pada keluarga sebagai umpan balik membimbing, dan menangani masalah, serta sebagai sumber dan validator identitas anggota (Friedman, 2003). Dukungan penilaian dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan support, pengakuan, penghargaan, dan perhatian pada anggota keluarga. Dukungan penilaian terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan positif) atau pujian dan dorongan agar lansia mandiri dalam aktivitas sehari-hari. Dukungan penghargaan menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya dianggap dan dihargai sehingga akan menaikkan harga diri (House & Smett dalam Triswandari, 2008). Di Indonesia sudah menjadi budaya bahwa orang tua merupakan tempat meminta saran dan pertimbangan terhadap masalah yang terjadi di keluarga maupun di masyarakat. Dalam keluarga, kakek dan nenek mempunyai peranan sangat penting sebagai warga tertua yang penuh pengalaman dan kebijakan, namun tidak jarang lansia merasa tidak dibutuhkan lagi sehingga dukungan berupa penghargaan sangat penting bagi lansia
(Murodion dalam Triswandari, 2008). Selanjutnya adalah dukungan instrumental yaitu dukungan yang memfokuskan keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga, dan sarana (Friedman, 2003). Manfaat dari dukungan ini adalah mengembalikan energi atau stamina dan semangat yang menurun dan memberikan rasa perhatian dan kepedulian pada seseorang yang mengalami kesusahan atau penderitaan. Keluarga menyediakan alat mandi, makan, pakaian lansia dan lain-lain, bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri dengan disediakannya alat-alat tersebut, namun bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut. Lansia mengalami banyak perubahan baik fisiologis maupun psikologis. Adanya perubahan fisiologis menyebabkan lansia membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan seharihari. (Darmodjo dalam Triswandari, 2008). Terakhir adalah dukungan emosional yaitu dukungan yang menempatkan keluarga sebagai tempat aman dan damai untuk istirahat dan dapat membantu penguasaan terhadap emosi (Friedman, 2003).
Dukungan emosional yang diberikan berupa kepedulian anggota keluarga terhadap kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari. Lansia tidak hanya membutuhkan dukungan secara fisik saja tetapi hubungan emosional antar anggota keluarga akan sangat mendukung lansia dalam mempertahankan kemandiriannya. Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga, bahwa kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain, memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam Triswandari, 2008). Dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling banyak diterima lansia karena dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling penting yang seharusnya diberikan kepada anggota keluarganya karena merupakan hal penting dalam meningkatkan semangat dan memberikan ketenangan ( Purnama, 2013). f. Manfaat Dukungan Keluarga Menurut Johnson & Johnson (dalam Purnama, 2013) ada empat manfaat dukungan sosial, yaitu dukungan sosial
dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri, dan mengurangi stres, meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, serta pengelolaan terhadap stress dan tekanan. Wills (dalam Friedman, 2003) menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat menimbulkan efek penyangga, yaitu dukungan keluarga menahan efek-efek negatif dari stress terhadap kesehatan dan efek utama, yaitu dukungan keluarga yang secara langsung mempengaruhi peningkatan kesehatan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan di kalangan lansia dapat menjaga fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. g. Sumber Dukungan Keluarga Menurut Rook dan Dooley (dalam Kuncoro, 2002) ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang
melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non-formal. Sementara itu dukungan keluarga artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Dengan demikian, sumber dukungan keluarga natural memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial. Perbedaan tersebut terletak pada keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan dan berakar dari hubungan yang telah berakar lama. h. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut Purnawan (dalam Setiadi, 2008), pemberian dukungan oleh keluarga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang keduanya saling berhubungan. Faktor
internal berasal dari individu itu sendiri meliputi faktor tahap perkembangan yaitu pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda–beda pada setiap rentang usia (bayi– lansia). Selanjutnya adalah faktor pendidikan atau tingkat pengetahuan. Dalam hal ini kemampuan kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor–faktor yang berhubungan dengan penyakit dalam upaya menjaga kesehatan dirinya. Kemudian, faktor emosi yang mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakan sesuatu. Respon emosi yang baik akan memberikan antisipasi penanganan yang baik terhadap berbagai tanda sakit namun jika respon emosinya buruk kemungkinan besar akan terjadi penyangkalan terhadap gejala penyakit yang ada. Selanjutnya adalah faktor eksternal berasal dari luar individu itu sendiri dan terdiri dari tiga hal. Pertama, praktik di keluarga yaitu cara keluarga memberikan dukungan yang mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya secara optimal. Tindakan dapat berupa pencegahan yang dicontohkan keluarga kepada anggota keluarganya. Kedua, yaitu faktor sosioekonomi.
Variabel faktor sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit, mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan serta bereaksi terhadap penyakitnya. Sementara itu faktor ekonomi menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa adanya gangguan kesehatan. Terakhir, faktor latar belakang budaya akan mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.B. Kerangka teori Kerangka teori ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka yang bersumber dari (Friedman,2003), Wallace (dalam Triswandari, 2008), (Setiati dkk, 2009), dan (Heryanti, 2011). Gambar 2.1 Lansia Dukungan keluarga 1. Dukungan informasional 2. Dukungan penilaian
3. Dukungan instrumental 4. Dukungan emosional Activity Daily Living/ADL: Berkemih, berpakaian, mandi, makan, toileting, berpindah tempat, continence. Kemandirian lansia dipengaruhi oleh: gangguan sensori,gang-guan fungsional,dan gangguan kognitif. Perubahan yang terjadi Fisiologis
Psikologis Sosial Proses menuaC. Kerangka Konsep Keterangan : Tidak diteliti: Diteliti : Gambar 2.2 D. Hipotesis Hipotesis penelitian merupakan hubungan yang diharapkan antar variabel yang dipelajari (Saryono, 2011). Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep tersebut, maka peneliti menggunakan rumusan hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian yaitu: Adakah hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas sehari-hari di Desa Adimulya, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap. Variabel terikat Kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas seharihari Variabel bebas
Dukungan keluarga: 1. Dukungan informasional 2. Dukungan penilaian 3. Dukungan instrumental 4. Dukungan emosional faktor yang mempengaruhi: 1. Kondisi sosial 2. Kondisi kesehatanBAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan, menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variabel pada saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap
subjek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Saryono, 2011). B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013-Januari 2014 yang bertempat di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. C. Populasi dan Sampel Saryono (2011) berpendapat bahwa populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangatlah penting dan menentukan keakuratan hasil penelitian. Populasi penelitian ini adalah keluarga dengan lansia di Desa Adimulya dengan jumlah 130 orang.Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus sampel untuk populasi kecil yang dikutip dari Santjaka (2009).
()
Keterangan : n = besar sample minimal N = jumlah populasi Z = Standar Defiasi normal untuk 1,96 dengan Cl 95 % p = proporsi target populasi adalah 0.5 q = proporsi tanpa atribut 1-p = 0.5 d = tingkat kepercayaan/tingkat ketepatan yang diinginkan 0.1 Maka sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
()
()
=55.7 = 56 orang
Jumlah sampel yang diperoleh dari perhitungan jumlah sampel minimal adalah 55.7. Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian menjadi 56 orang.Sampel penelitian adalah anggota keluarga dengan lansia yang tinggal satu rumah di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap, yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu: 1) bersedia menjadi responden 2) tinggal satu rumah dengan lansia 60-74 tahun (extended family) Sedangkan kriteria eksklusinya yaitu: 1) responden mengalami gangguan komunikasi. 2) Lansia mengalami sakit. D. Variabel Penelitian Saryono (2011) berpendapat bahwa variabel adalah suatu yang bervariasi. Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). 1. Variabel bebas (independent variable) adalah variable yang merangsang/ menstimulasi variabel target. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dukungan keluarga terhadap lansia. 2. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang timbul akibat dari efek penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kemandirian lansia
dalam memenuhi aktifitas sehari-hari.E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No Variable Definisi Operasional Cara Ukur Parameter Jenis Data 1. Variable bebas: Dukungan keluarga Bantuan berupa sikap, tindakan dan penerimaan yang diberikan keluarga pada lansia yang terdiri dari dukungan penilaian,
informasional, instrumental, dan emosional. Kuesioner dukungan keluarga 28 pernyataan Kuisioner dukungan keluarga terdiri dari dukungan emosional 7 pernyataan,dukungan
instrumental 7 pernyataan,dukungan
penilaian 7 pernyataan, dan
dukungan informasional 7 pernyataan. Skor dukungan keluarga yaitu: 85-112=tinggi 57-84=sedang 28-56= rendah Skor masingmasing
dukungan keluarga dinyatakan dengan rentang nilai yaitu: 22-28= tinggi 15-21= sedang 7-14= rendah Ordinal
2. Variable terikat: Kemandirian lansia Kemandirian adalah kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas seharihari meliputi mandi, makan, berpindah, toileting, continensia, berpakaian tanpa bantuan orang lain. Barthel Indeks Skor
kemandirian lansia, skor: Mandiri=20 Ketergantungan ringan=12-19 Ketergantungan sedang=9-11 Ketergantungan berat=5-8 Ketergantungan total=0-4 OrdinalF. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian menurut Saryono (2011) merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala/instrumen dukungan keluarga dan skala/instrumen kemandirian lansia (barthel indeks). Kuesioner dukungan keluarga menggunakan skala Likert dengan 4 item pilihan jawaban sebagai berikut: 4= selalu, 3= sering, 2= jarang, 1= tidak pernah, untuk penyataan positif dan sebaliknya untuk pernyataan negatif. Hasil pengukuran
kemudian dikategorikan sebagaimana telah ditulis dalam definisi operasional antara lain dukungan keluarga memiliki nilai rentang tinggi= 85-112, sedang= 57-84, rendah= 29-56 dan untuk masing-masing dukungan keluarga nilai rentang yaitu tinggi= 22-28, sedang= 15-21, rendah= 7-14. Perhitungan rentang skor didapat dari rumus sebagai berikut: i = skor tertinggi- skor terendah banyaknya kategori keterangan: skor tertinggi : banyaknya soal x skor kategori tertinggi skor terendah : banyaknya soal x skor kategori terendah banyaknya kategori : jumlah skor kategori (Azwar, 2008). Selanjutnya adalah instrumen kemandirian lansia dengan menggunakan barthel indeks yang terdiri dari 10 pernyataan, dari masing-masing pernyataan memiliki skor 0-3 dengan skor maksimal 20.Skor 20= mandiri, skor 12-19= ketergantungan ringan, skor 9-11= ketergantungan sedang, skor 5-8= ketergantungan berat, skor 0-4= ketergantungan total. G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas Validitas merupakan indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benarbenar mengukur apa yang diukur. Kuisioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang diukur (Saryono, 2011). Peneliti menggunakan kuesioner yang sebelumnya akan dilakukan uji validitas, terdiri dari beberapa pernyataan. Dan untuk mengukur dukungan keluarga, peneliti menggunakan kuesioner yang telah dibuat yang akan di uji validitas terlebih dahulu di Desa Wanareja sebanyak 20 responden. Kuesioner dukungan keluarga diuji coba kepada responden yang kemudian akan dihitung korelasinya untuk mengetahui kuesioner tersebut valid atau tidak, menggunakan rumus korelasi pearson product moment.
()() √ ( )√ ()
Keterangan :
r = korelasi Product Moment N = jumlah sampel X = skor variabel X Y = skor variabel Y XY = skor variabel X dikalikan skor variabel Y.Keputusan uji : Bila r hitung lebih besar dari tabel maka Ho ditolak yang artinya variabel tersebut valid, sedangkan jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka Ho diterima yang artinya variabel tidak diterima (Riwidikdo, 2009). Hasil uji validitas pada kuesioner dukungan keluarga yang terdiri dari kuesioner dukungan emosional 8 pernyataan, diantara 8 pernyataan tersebut 1 tidak valid dengan nilai r hitung < r tabel. Kuesioner dukungan instrumental 8 pernyataan valid semua dengan nilai r hitung > r tabel. Kuesioner dukungan informasional 8 pernyataan, diantara 8 pernyataan tersebut 1 tidak valid dengan nilai r hitung < r tabel, dan kuesioner dukungan penilaian 8 pernyataan valid semua dengan nilai r hitung > r tabel. Hasil uji valditas kuesioner dukungan keluarga bisa dilihat dilampiran. 2. Reliabilitias Menurut Notoadmodjo (2005) reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dpat
diandalkan. Peneliti dalam penelitian ini melakukan uji reliabilitas menggunakan Coefficient Alpha Cronbach (Sugiyono, 2005) :
(
) Keterangan : r = Koefisien reliabilitas yang dicari k = jumlah butir pertanyaan 𝛔i 2 = Varians butir-butir pertanyaan 𝛔 2 = Varians skor tesButir-butir pertanyaan kuesioner yang valid, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach, dengan koefisien α yang
angkanya berada dalam rentang 0-1,00, semakin tinggi koefisien realibilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin reliabel (Azwar, 2006). Hasil uji reabilitas pada kuesioner dukungan keluarga yang terdiri dari kuesioner dukungan emosional nilai α 0.179, kuesioner dukungan instrumental nilai α 0.698, kuesioner dukungan informasional nilai α 0.748, dan kuesioner dukungan penilaian nilai α 0.719. Hasil uji reabilitas kuesioner dukungan keluarga dapat dilihat di lampiran. H. Langkah dan Teknik Penelitian 1. Penelitian yang dilakukan melalui tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut: a. Persiapan materi dan konsep yang mendukung jalannya penelitian. b. Studi pendahuluan meminta data yang diperlukan dalam penelitian ke Dinas Kesehatan Cilacap dan Balai Desa Adimulya. c. Permohonan izin kepada Kepala Desa Adimulya dan RT/RW setempat. d. Meminta data atau jumlah populasi lansia tahun terakhir. e. Penyusunan proposal penelitian yang dilanjutkan dengan pengujian proposal penelitian. f. Melakukan uji validitas dan reliabilitas. g. Mengajukan permohonan izin ke Kesbangpol kemudian Bappeda dan
dinas terkait setempat untuk melaksanakan penelitian. h. Mengunjungi responden ke alamat rumah.i. Pelaksanaan penelitian terhadap lansia yang memenuhi kriteria inklusi. j. Mengumpulkan data primer dengan memberi kuesioner kepada keluarga dengan lansia. k. Data dikumpulkan kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. l. Penyusunan hasil dan pembahasan kedalam laporan hasil penelitian. 2. Teknik pengumpulan data Data yang diperoleh terbagi atas 2 jenis data, yaitu : a. Data primer, dengan pembagian kuisioner yang akan diisi oleh responden yaitu lansia dan keluarganya. b. Data sekunder, diperoleh dari pihak lain seperti data laporan yang tersedia atau data dokumentasi untuk mendukung data primer. I. Metode Analisis Data akan dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskriptifkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Yenni, 2011). Setelah dilakukan editing, koding, dan tabulasi kemudian karakteristik responden disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Karakteristik responden antara lain usia lansia, usia keluarga,
pendidikan keluarga, pekerjaan keluarga dan lain-lain. Selanjutnya pada tahap analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel (dependent dan independent). Jenis uji statistik yang digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan jenis data. Pada penelitian ini menggunakan uji statistik chi square karena variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal. Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara membandingkan nilai p (p value) dengan nilai α=0,05 pada taraf kepercayaan 95% dan derajat kebebasan=1 dengan kaidah keputusan sebagai berikut: nilai p value <0,05 maka Ha diterima, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat dan apabila nilai p value > 0,05 maka Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat. Data yang telah terkumpul akan diolah dengan proses pengolahan data sebagai berikut: 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh. Peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data, kesalahan pengisian dan konsistensi dari jawaban sehingga apabila ada kekurangan bisa segera dilengkapi atau jika ada data yang salah, maka
data tersebut tidak dipakai. 2. Coding Coding adalah mengklasifikasi hasil observasi/pemeriksaan yang sudah ada menurut jenisnya. Klasifikasi ini dilakukan dengan cara memberi tanda pada masing-masing kolom dengan kode berupa angka/huruf/simbol lainnya untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti kode tersebut dan lebih mudah untuk membacanya. 3. Tabulasi/Entry data Adalah suatu kegiatan memasukkan data dari hasil penelitian ke dalam master tabel/database komputer berdasarkan kriteria yang telah ada.4. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data menggunakan program statistik komputer dan dianalisis dengan Uji korelasi chi square untuk menguji kemaknaan hubungan kedua variabel. J. Etika Penelitian Etika adalah prinsip moral yang mempengaruhi tindakan. Dalam berbagai disiplin ilmu, penelitian yang melibatkan manusia atau hewan, peneliti harus mempertimbangkan isu etik (Saryono, 2011). Penelitian ini menjunjung tinggi prinsip etika penelitian yang merupakan standar etika dalam melakukan
penelitian yaitu : 1. Prinsip Manfaat Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko dan memaksimalkan manfaat. Penelitian terhadap manusia diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan manusia secara individu atau masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini meliputi hak untuk mendapatkan perlindungan dari penderitaan dan kegelisahan dan hak untuk mendapat perlindungan dari eksploitasi. 2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignit ) a. Hak untuk ikut atau tidak untuk menjadi informan (right to selfdetermination). Dalam hal ini keluarga memutuskan sendiri apakah mereka mau atau tidak menjadi partisipan. b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan. Peneliti menjelaskan secara rinci tentang penelitian yang akan dilakukan dan bertanggung jawab ketika melaksanakan penelitian tersebut. c. Informed Consent Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan partisipan dengan memberikan lembar persetujuan. Peneliti
memberikan informasi secara lengkap kepada partisipan tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan dan partisipan mempunyai hak untuk bebas menerima atau menolak menjadi partisipan. 3. Prinsip Keadilan (Right to Justice) a. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil (right in fair treatment). Subyek harus diperlakukan secara adil selama keikutsertannya dalam penelitian tanpa diskriminasi apabila mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai informan. b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy) Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anominity (tanpa nama) dan confidentially (rahasia). Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya ( Nursalam, 2003 & Hidayat, 2009 ).BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik usia lansia Karakteristik usia lansia disajikan dalam bentuk distribusi usia dari usia minimal, usia maksimal, rerata dan standar deviasi. Karakteristik usia lansia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1. Distribusi frekuensi usia lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Usia (tahun) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 56 62 74 69,4 2,8 Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata usia lansia dalam penelitian ini adalah 69,4 tahun, dengan usia minimum 62 tahun, usia maksimum 74 tahun dan standar deviasi 2,8 dengan jumlah lansia 56 orang.2. Karakteristik anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia a. Karakteristik jenis kelamin anggota keluarga yang memberi perawatan Hasil karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2. Distribusi frekuensi jenis kelamin anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-Laki
Perempuan 26 30 46,4 53,6 Total 56 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang (53,6%), sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang (46,4%). b. Karakteristik usia anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia Hasil karakteristik usia anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3. Distribusi frekuensi usia anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia. Usia (tahun) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 56 25 49 38,6 6,8 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa rata-rata usia berusia 38 tahun, dengan usia minimum 25 tahun usia maximum 49 tahun dan
standar deviasi 6,8.c. Karakteristik pendidikan anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia. Hasil karakteristik pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4. Distribusi frekuensi pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD SMP SMA Perguruan Tinggi 3 11 27 15 5,4 19,6 48,2 26,8 Total 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 27 orang (48,2%), sisanya sebanyak 3 orang (5,4%) berlatar belakang pendidikan SD, 11 orang (19,6%) SMP dan 15 orang (26,8%) berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi.d. Karakteristik pekerjaan anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia. Hasil karakteristik pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5. Distribusi frekuensi pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) IRT PNS Wiraswasta Karyawan 13 6 29 8 23,2 10,7
51,8 14,3 Total 56 100,0 Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 29 orang (51,8%), sisanya sebanyak 13 orang (23,2%) bekerja sebagai ibu rumah tangga, 6 orang (10,7%) PNS dan sebanyak 8 orang (14,3%) bekerja sebagai karyawan. e. Karakteristik status hubungan anggota keluarga yang memberi perawatan dengan lansia Hasil karakteristik status hubungan dengan lansia dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 4.6. Distribusi frekuensi status hubungan dengan lansia Status hubungan Frekuensi Persentase (%) Anak kandung Menantu 40 16 71,4 28,6 Total 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar berstatus hubungan sebagai anak kandung sebanyak 40 orang (71,4%), sisanya sebanyak 16 orang (28,6%) merupakan menantu dari lansia. 3. Dukungan keluarga Hasil distribusi dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7. Distribusi frekuensi dukungan keluarga Kategori Frekuensi Persentase (%) Dukungan emosional Tinggi Sedang Rendah 42 14 0 75,0 25,0 0 Total 56 100,0 Dukungan instrumental
Tinggi Sedang Rendah 34 22 0 60,7 39,3 0 Total 56 100,0Dukungan informasional Tinggi Sedang Rendah 41 15 0 73,2 26,8 0
Total 56 100,0 Dukungan penilaian Tinggi Sedang Rendah 38 18 0 67,9 32,1 0 Total 56 100,0 Dukungan keluarga Tinggi Sedang Rendah 51 5 0
91,1 8,9 0 Total 56 100,0 Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dukungan emosional kategori tinggi mendapatkan frekuensi 42 orang dengan presentase 75,0%, sisanya sebanyak 14 orang (25,0 %) termasuk kategori sedang. Dukungan instrumental kategori tinggi mendapatkan frekuensi 34 oarng (60,7 %), sisanya sebanyak 22 orang (39,3 %) masuk dalam kategori sedang. Dukungan informasional kategori tinggi mendapatkan frekuensi 41 orang dengan presentase 73,2 %, sisanya sebanyak 15 orang (26,8 %) termasuk kategori sedang, dukungan penilaian kategori tinggi mendapatkan frekuensi 38 orang (67,9 %), sisanya sebanyak 18 orang (32,1 %) masuk dalam kategori sedang, dan dukungan keluarga kategori tinggi mendapatkan frekuensi 51 orang (91,1 %), sisanya sebanyak 5 orang (8,9 %) termasuk kategori sedang. 4. Kemandirian lansia Tabel 4.8. Distribusi frekuensi kemandirian lansia Kategori Frekuensi Persentase (%)
Mandiri Ketergantungan ringan Ketergantungan sedang Ketergantungan berat Ketergantungan total 29 27 0 0 0 51,8% 48,2% 0 0 0 Total 56 100,0 Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa kemandirian lansia kategori mandiri mendapatkan frekuensi 29 orang (51,8 %), sisanya sebanyak 27 orang (48,2 %) masuk dalam kategori ketergantungan
ringan. 5. Analisis Bivariat Dalam analisis bivariat akan diuji dua hubungan yaitu dukungan keluarga dengan kemandirian lansia kemudian dibagi menjadi empat hubungan yaitu hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia, hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia, hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia, dan hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia. a. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.9. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia. Dukungan keluarga Kemandirian lansia Total X 2 Mandiri P Value
ketergantungan ringan n%n%n% Tinggi 29 56,9 22 43,1 51 100,0 Sedang 0 0 5 100,0 5 100,0 5,897 0,021 Total 29 51,8 27 48,2 56 100,0 Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan keluarga tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan keluarga sedang, yaitu 56,9% berbanding 0,0%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,897 dengan nilai p-value sebesar 0,021, atau hal ini berarti nilai P-value <α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.b. Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10. Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia. Dukungan emosional Kemandirian lansia Total X 2 Mandiri P Value ketergantungan ringan n%n%n% Tinggi 27 64,3 15 35,7 42 100,0 Sedang 2 14,3 12 85,7 14 100,0 10,513 0,001 Total 29 51,8 27 48,2 56 100,0 Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan emosional tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan emosional sedang, yaitu 64,3% berbanding 14,3%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 10,513 dengan nilai p-value sebesar 0,001, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan emosional dengan kemandirian lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.c. Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia Untuk mengetahui hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.11. Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia. Dukungan instrumental Kemandirian lansia Total X 2 Mandiri P Value ketergantungan ringan n%n%n% Tinggi 22 64,7 12 35,3 34 100,0
Sedang 7 31,8 15 68,2 22 100,0 5,786 0,016 Total 29 51,8 27 48,2 56 100,0 Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan instrumental tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan instrumental sedang, yaitu 64,7% berbanding 31,8%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,786 dengan nilai p-value sebesar 0,016, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan instrumental dengan kemandirian lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.d. Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia Untuk mengetahui hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.12. Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia. Dukungan informasional
Kemandirian lansia Total X 2 Mandiri P Value ketergantungan ringan n%n%n% Tinggi 25 61,0 16 39,0 41 100,0 Sedang 4 26,7 11 73,3 15 100,0 5,177 0,023 Total 29 51,8 27 48,2 56 100,0 Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan informasional tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan informasional sedang, yaitu 61,0% berbanding 26,7%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,177 dengan nilai p-value sebesar 0,023, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan informasional dengan kemandirian
lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.e. Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia Untuk mengetahui hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.13. Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia. Dukungan penilaian Kemandirian lansia Total X 2 Mandiri P Value ketergantungan ringan n%n%n% Tinggi 24 63,2 14 36,8 38 100,0 Sedang 5 27,8 13 72,2 18 100,0 6,124 0,013 Total 29 51,8 27 48,2 56 100,0 Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa persentase lansia yang ada
dalam kategori kemandirian, mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan penilaian tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan penilaian sedang, yaitu 63,2% berbanding 27,8%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 6,124 dengan nilai p-value sebesar 0,013, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan penilaian dengan kemandirian lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.B. Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi karakteristik responden yaitu anggota keluarga yang merawat/care giver lansia, dukungan keluarga, kemandirian lansia dan hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia serta hubungan masing-masing dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. 1. Karakteristik responden a. Karakteristik anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia 1) Jenis kelamin Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu keluarga yang memiliki lansia berjenis kelamin perempuan (53,6 %), hal ini dikarenakan laki-laki lebih sering mengurus pekerjaan dan
perempuan cenderung memiliki waktu lebih banyak di rumah meskipun pada kenyataanya perempuan juga ikut serta membantu bekerja. Hal serupa sesuai dengan penelitian (Novandhori, 2013) yang menyatakan bahwa responden dalam penelitiannya adalah sebagian besar perempuan, karena perempuan cenderung tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga. Menurut Stuart & Sundenn (dalam Patriyani, 2009) mengemukakan bahwa merawat dan berperilaku caring tidak dapat diturunkan secara genetik, tetapi ditentukan oleh aspek waktu, energi, keterampilan dan dapat ditingkatkan melalui budaya, serta dengan mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal melalui peningkatan kemampuan dan keterbukaan. Dengan demikian merawat lansia dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan, karena hal tersebut dapat dipelajari. 2) Hubungan dengan lansia Hasil dari penelitian yang telah dilakukan mayoritas memiliki hubungan sebagai anak kandung dari lansia (71,4%), menurut peneliti hal ini menunjukkan kedekatan hubungan dengan lansia ikut mendukung kemampuan keluarga memberikan dukungan yang tepat kepada lansia sedangkan hubungan sebagai anak menantu dari lansia
(28,6 %) kurang adanya ikatan hubungan yang tidak begitu dekat seperti anak kandung. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan (Novandhori, 2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar keluarga yang tinggal dengan lansia adalah anak kandung. Menurut Stuart & Sundenn (dalam Patriyani, 2009) mengemukakan bahwa merawat dan berperilaku caring tidak dapat diturunkan secara genetik, tetapi ditentukan oleh aspek waktu, energi, keterampilan dan dapat ditingkatkan melalui budaya, serta dengan mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal melalui peningkatan kemampuan dan keterbukaan. 3) Usia anggota keluarga yang merawat lansia Sebagian besar anggota keluarga yang merawat lansia berusia rata-rata 38 tahun. Hasil serupa sesuai dengan penelitian (Novandhori, 2013) yang menyatakan bahwa keluarga yang merawat lansia lebih banyak yang berumur 18-40 tahun. Menurut peneliti pada rentang umur tersebut responden mempunyai pengalaman dalam merawat usia lanjut. Menurut Purwaningsih (dalam Patriyani, 2009) merawat lansia tidak ada hubungannya dengan umur yang merawat, akan tetapi berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
merawat. 4) Pekerjaan anggota keluarga yang merawat lansia Sesuai dengan latar belakang bahwa sebagian besar keluarga yang merawat lansia bekerja di luar rumah sebagai pedagang atau wiraswasta. Pekerjaan responden sebagian besar adalah wiraswasta sebanyak 51,8 %, hal ini terjadi karena daerah tempat penelitian dilakukan berdekatan sekali dengan pasar induk Wanareja, sehingga sebagian besar matapencaharian responden adalah berdagang atau berwiraswasta. Menurut Boedhi, dkk (dalam Patriyani, 2009) menyatakan bahwa sosial ekonomi keluarga yang memadai diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis, meningkatkan semangat, dan memotivasi lansia untuk selalu bersikap dan berprilaku sehat. 5) Pendidikan anggota keluarga yang merawat lansia Pendidikan responden sebagian besar adalah SMA dengan presentase 48,2 %, hal ini terjadi karena masyarakat desa Adimulya beranggapan bahwa wajib belajar 12 tahun itu sudah cukup untuk pendidikan mereka khususnya bagi mereka mayarakat kelas menengah kebawah. Hasil serupa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Triswandari, 2008) yaitu pendidikan responden yang beraneka ragam mulai dari SLTP sampai sarjana dengan pendidikan terbanyak adalah SLTA. Menurut (Triswandari, 2008) hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki sehingga pengetahuan tentang kesehatan dan dukungan kepada lansia juga semakin tinggi. Sedangkan menurut Purnawan (dalam Setiadi, 2008) pendidikan atau tingkat pengetahuan yang di dalamnya terdapat kemampuan kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktorfaktor yang berhubungan dengan penyakit dalam upaya menjaga kesehatan. b. Usia lansia Usia lansia pada penelitian ini rata-rata 69 tahun dengan usia min=62 tahun dan usia max=74 tahun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO usia lansia dalam (dalam Kushariyadi, 2010) yaitu 60-74 tahun. Hasil serupa sesuai dengan penelitian (Pratikwo, 2006) bahwa umur umur harapan hidup lansia terbanyak berkisar antara 60-74 tahun, dimana pada usia rata-rata di atas lansia masih mampu mentoleransi aktivitas sehari-hari yang bisa dilakukan. Lansia di desa Adimulya rata-rata masih
mampu mentoleransi aktivitas sehari-hari mereka.2. Dukungan Keluarga a. Dukungan emosional Hasil penelitian menunjukkan 75,0 % memberikan dukungan emosional. Jenis dukungan keluarga yang paling banyak diterima oleh lansia di Desa Adimulya adalah dukungan emosional, hal ini terjadi karena sebagian dari responden adalah anak kandung sehingga hubungan secara emosionalnya baik. Hasil serupa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purnama, 2013) yaitu jenis dukungan keluarga yang paling banyak diterima oleh lansia adalah dukungan emosional. Dukungan emosional sedang dalam penelitian ini yaitu (25,0 %), hal ini terjadi dikarenakan beberapa keluarga yang tinggal dengan lansia ada yang teralalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga dukungan emosional kurang diberikan untuk lansia, karena terlalu lelah dan bekerja hampir seharian sehingga waktu untuk berbincang dengan lansia terbatas, namun jika lansia mengalami sakit mereka memberikan perhatian penuh pada lansia. Dukungan emosional yang diberikan berupa kepedulian anggota keluarga terhadap kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari seperti keluarga selalu memperhatikan setiap keluhan lansia, keluarga menunjukan wajah yang menyenangkan ketika berbicara dengan lansia.
Lansia tidak hanya membutuhkan dukungan secara fisik saja tetapi hubungan emosional antar anggota keluarga akan sangat mendukung lansia dalam mempertahankan kemandiriannya. Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga, bahwa kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain, memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam Triswandari, 2008). b. Dukungan instrumental Hasil penelitian menunjukkan 60,7 % keluarga memberikan dukungan instrumental kepada lansia. Hasil serupa dengan penelitian (Triswandari, 2008) bahwa 60% keluarga memberikan dukungan instrumental kepada lansia. Keluarga menyediakan alat mandi, makan, pakaian lansia dan lain-lain, bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri dengan disediakannya alat-alat tersebut, namun bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut. Lansia di desa Adimulya memang disediakan kebutuhannya oleh keluarga tetapi mereka mampu mengguanakannya secara mandiri, seperti memakai pakaian sendiri, menggunakan alat makan sendiri, sedangkan
dukungan instrumental sedang (39,3 %) terjadi karena beberapa lansia ada yang kurang terpenuhi kebutuhannya seperti jarang dibelikan pakaian, menyediakan kamar yang kurang nyaman. Menurut (Friedman, 2003) dukungan instrumental adalah dukungan yang memfokuskan keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, sarana, dan lain-lain. c. Dukungan informasional Hasil penelitian menunjukkan 67,9 % keluarga dengan lansia di Desa Adimulya, seperti halnya penelitaian yang dilakukan oleh (Nurhidayati, 2013) bahwa dukungan informasi yang diterima lansia sebanyak (67,2%). Dukungan informasional yang diberikan keluarga di desa Adimulya berupa informasi kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan lansia seperti senam lansia yang diadakan di balai desa Adimulya, keluarga memberitahu jadwal posyandu lansia agar lansia mau mengecek kondisi kesehatannya. Dukungan informasional sedang (26,8 %) terjadi karena beberapa lansia mengetahui informasi tersebut melalui orang lain seperti temannya atau tetangga. Menurut (Soejono, 2002) lingkungan tempat tinggal di
daerah perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti koran atau majalah maupun media elektronik seperti televisi dan internet serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan. d. Dukungan penilaian Hasil penelitian menunjukkan 67,9 % keluarga memberikan dukungan penilaian. Penelitian (Triswandari, 2008) menunjukan keluarga memberikan dukungan penilaian sebanyak 68,7 %. Dukungan penilaian yang diberikan keluarga di desa Adimulya seperti melibatkan lansia dalam musyawarah keluarga, dan keluarga selalu mendengarkan saran yang diberikan lansia, sedangkan dukungan penilaian sedang yaitu (32,1 %) hal ini terjadi karena beberapa lansia ada yang tidak mau diajak untuk berekreasi karena lansia merasa lelah jika berpergian, hal ini dikarenakan kondisi lansia yang menurun karena faktor usia. Dukungan penghargaan menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya dianggap dan dihargai sehingga akan menaikkan harga diri (House & Smett dalam Triswandari, 2008). Menurut Murodion (dalam Triswandari, 2008) di Indonesia sudah menjadi budaya bahwa orang tua merupakan tempat meminta saran dan
pertimbangan terhadap masalah yang terjadi di keluarga maupun di masyarakat. Dalam keluarga, kakek dan nenek mempunyai peranan sangat penting sebagai warga tertua yang penuh pengalaman dan kebijakan, namun tidak jarang lansia merasa tidak dibutuhkan lagi sehingga dukungan berupa penghargaan sangat penting bagi lansia. 3. Kemandirian Lansia Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa 51,8 % lansia mandiri dalam aktivitasnya sehari-hari. Hasil penelitian serupa sama dengan penelitian (Triswandari, 2008) yang menyatakan bahwa 64,1 % lansia mandiri dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini karena karakteristik responden lansia rata-rata berusia 69 tahun dimana pada usia ini lansia masih mampu mentoleransi aktivitas sehari-hari yang dilakukan sendiri seperti mandi, makan, berjalan, memakai pakaian sendiri, dan lain-lain. Beberapa ada yang masuk dalam ketergantungan ringan yaitu (48,2 %) hal ini dikarenakan lansia di desa Adimulya ada yang mengalami gangguan fungsional seperti nyeri sendi, sering merasa pegal-pegal, sehingga lansia mengalami ketergantungan ringan seperti untuk naik turun tangga terkadang memerlukan bantuan. Menurut Buwana (dalam Triswandari, 2008) masalah aktivitas sehari-hari yang dialami lansia akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan khususnya
pada orang yang berumur diatas 85 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin tidak memberi pengaruh yang nyata. 4. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Dari hasil penelitian didapatkan hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dan hubungan dari masing-masing dukungan keluarga yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian dengan kemandirian lansia. Berikut akan dibahas dukungan keluarga dengan kemandirian lansia terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan hubungan dari masing-masing dukungan keluarga dengan kemandirian lansia. a. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia Dari hasil uji Chi-square diketahui bahwa persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan keluarga tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan keluarga sedang, yaitu 56,9% berbanding 0,0%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,897 dengan nilai p-value sebesar 0,021, atau hal ini berarti nilai P-value <α (0,05) sehingga Ho ditolak dan
Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Hal ini terjadi karena dukungan keluarga yang tinggi serta lansia di desa Adimulya tidak mengalami banyak masalah gangguan pada sistem sensori, fungsional dan kognitif, sehingga berpengaruh baik bagi kemandirian lansia untuk melakukan aktivitas sehari-harinya seperti toileting, mandi, berpakaian, dan lain-lain. Penelitian serupa (Triswandari, 2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakana antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia, berdasarkan hasil pengujian menunjukkan nilai Chi-Square untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan
2 tabel dengan df=1, yaitu sebesar 3.841. b. Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia Dari hasil pengujian dengan chi square persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian, mandiri lebih tinggi pada lansia yang
mendapat dukungan emosional tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan emosional sedang, yaitu 64,3% berbanding 14,3%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 10,513 dengan nilai p-value sebesar 0,001, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan emosional dengan kemandirian lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling banyak berkaitan dengan kemandirian lansia karena dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling penting yang seharusnya diberikan kepada anggota keluarganya karena merupakan hal penting dalam meningkatkan semangat dan memberikan ketenangan (Purnama, 2013). Dilihat dari karakteristik yang sebagian besar responden adalah anak kandung dari lansia, menunjukan kedekatan secara emosional antara anak kandung dengan lansia, dengan kedekatan anak kandung ini lansia tidak mengalami cemas yang berlebihan ketika mengahadapi masalah yang sedang dihadapi sehingga mempengaruhi aspek kognitifnya. Dengan aspek kognitif yang baik diharapkan lansia mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga,
bahwa kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain, memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam Triswandari, 2008). b. Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia Dari hasil pengujian dengan chi square persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian, mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan instrumental tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan instrumental sedang, yaitu 64,7% berbanding 31,8%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,786 dengan nilai p-value sebesar 0,016, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan instrumental dengan kemandirian lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Dukugan instrumental yang diberikan keluarga untuk lansia di desa Adimulya seperti menyiapkan makan, alat mandi, dan membelikan pakaian, dengan disediakannya alat-alat tersebut bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri tapi bagaimana lansia menggunakan alat-alat tersebut, lansia di desa Adimulya mayoritas tidak memiliki gangguan
fungsional, sehingga lansia mandiri dalam menggunakan alat-alat tersebut. Menurut (Friedman, 2003) dukungan instrumental memfokuskan keluarga sebagai sumber pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, sarana. Keluarga menyediakan alat mandi, makan, pakaian lansia dan lain-lain, bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri dengan disediakannya alat-alat tersebut, namun bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut. Darmodjo (dalam Triswandari, 2008). c. Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia Dari hasil pengujian dengan chi square persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan informasional tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan informasional sedang, yaitu 61,0% berbanding 26,7%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,177 dengan nilai p-value sebesar 0,023, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan informasional dengan kemandirian lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Hasil ini didapat karena keluarga di desa Adimulya memberikan informasi
mengenai kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan lansia seperti senam lansia, rutin pergi ke posyandu lansia, dan perkumpulan lansia. Dengan mengikuti kegiatan tersebut diharapkan kesehatan lansia baik dari aspek kognitif, fungsional, dan sensori dapat berfungsi dengan baik sehingga membuat lansia menjadi lebih mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Kaplan (dalam Friedman, 2003) berpendapat bahwa jenis dukungan informasional sangat bermanfaat dalam menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus bagi individu. Keluarga memberikan informasi dan saran kemandirian pada lansia. Dukungan informatif yang tepat akan meningkatkan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti koran atau majalah maupun media elektronik seperti televisi dan internet serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan (Soejono, 2002). d. Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia Dari hasil pengujian dengan chi square persentase lansia yang ada
dalam kategori kemandirian, mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan penilaian tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan penilaian sedang, yaitu 63,2% berbanding 27,8%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 6,124 dengan nilai p-value sebesar 0,013, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan penilaian dengan kemandirian lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Hal ini terjadi karena dukungan penilaian seperti keluarga selalu melibatkan lansia dalam musyawarah keluarga serta keluarga selalu mendengarkan saran yang diberikan lansia sehingga lansia merasa dirinya dianggap oleh keluarga, hal ini memberikan dampak baik bagi aspek kognitifnya, karena lansia bisa melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik. Di Indonesia khususnya di desa Adimulya sudah menjadi budaya orang tua merupakan tempat untuk meminta saran dan pertimbangan terhadap masalah yang terjadi di keluarga sehingga lansia merasa dirinya dianggap menjadi bagian keluarga. Dukungan penilaian menekankan pada keluarga sebagai umpan balik membimbing, dan menangani masalah, serta sebagai sumber dan validator identitas anggota (Friedman, 2003).
Untuk menjawab hipotesis penelitian apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari - hari dan jenis dukungan keluarga apa yang tepat diberikan kepada lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap, dapat dilihat di atas bahwa ada hubungan yang signifikan (bermakna) antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari serta jenis dukungan yang tepat diberikan pada lansia adalah dukungan emosional karena dari hasil uji statistik menujukan bahwa semakin tinggi dukungan emosional diberikan lansia menjadi lebih mandiri. Kebanyakan lansia yang membutuhkan bantuan tergantung pada keluarga dan kerabat sebagai satu-satunya sumber bantuan (Reinhard et al, 2007). Keluarga memiliki fungsi sebagai pendukung terhadap anggota keluarga lain yang selalu siap memberikan bantuan pada saat diperlukan. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. C. Keterbatasan penelitian 1. Karakteristik untuk lansia kurang lengkap 2. Anggota keluarga yang merawat lansia harus yang sudah lama
3. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dimana hal ini sangat memungkinkan responden untuk menjawab asal-asalan. D. Implikasi keperawatan 1. Ilmu Keperawatan Keluarga Pengetahuan baru untuk meningkatkan kesehatan pada lansia dengan memberikan lingkungan rumah yang aman bagi lansia, meningkatkan kepedulian terhadap lansia khususnya karena penurunan fisiknya, dan pencegahan-pencegahan lainnya untuk mempertahankan kesehatan lansia. 2. Praktek Keperawatan Dapat dijadikan bahan penyuluhan pada keluarga yang memiliki lansia tentang pentingnya dukungan keluarga dan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan lansia baik di rumah maupun di rumah sakit.BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan karakteristiknya, sebagian besar responden yaitu orang yang merawat lansia/ care giver adalah perempuan (53,6 %), berusia rat-rata 38 tahun, dengan usia rata-rata lansia
adalah 69 tahun, pendidikan terakhir care giver adalah SMA (48,2 %), bekerja sebagai wiraswasta (51,8 %), memiliki hubungan dengan lansia sebagai anak kandung (71,4 %). 2. Jenis dukungan keluarga yang paling banyak adalah dukungan emosional (75,0 %), sebagian besar lansia yaitu sebanyak (51,8 %) adalah mandiri dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Dari keempat dukungan keluarga yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan penilaian memiliki hubungan yang bermakna terhadap kemandirian lansia.B. Saran Saran-saran yang disampaikan berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah: 1. Bagi keluarga lansia Keluarga perlu meningkatkan dukungan keluarga kepada lansia yaitu dukungan emosional, instrumental, penilaian maupun informasional untuk menjaga atau mempertahankan kemandirian lansia semaksimal mungkin, salah satu contohnya
ajak lansia untuk jalan pagi agar lansia merasa lebih segar dan sehat serta untuk mengurangi atau mencegah nyeri sendi, dan pegal-pegal dengan seperti itu diharapkan lansia menjadi lebih sehat dan mampu melakuakan aktivitas sehari-hari secara mandiri. 2. Bagi lansia Pertahankan untuk terus melakukan jalan pagi tanpa harus diajak anggota keluarga atau kegiatan lain seperti mengikuti senam lansia, mengikuti perkumpulan lansia, mengaji, serta rutin mengunjungi posyandu lansia, dengan seperti itu diharapkan lansia dapat menjalani hari tua dengan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan serta mandiri dalam melakaukan aktivitas sehari-harinya.3. Bagi penelitian selanjutnya Penelitian selanjutnya, diharapkan menggali lebih dalam mengenai faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari seperti kondisi sosial dan kondisi kesehatannya. DAFTAR PUSTAKA Arina, H. (2006). Hubungan antara gaya hidup dengan tingkat ketergantungan dalam aktifitas kehidupan sehari-hari lansia di Kelurahan Kopen Teras
Boyolali. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, diakses dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-gunturpras65992.pdf Azwar. (2008). Statistik terapan. Jakarta: Aneka Ilmu. Azwar, S. (2006). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fathi, M., Yagmashi, F., & Shahsavari, S. (2008). Daily living activites of the elderly in nursing homes. From www.journals.sbmu.ac.ir/jnm/article/view/898 Friedman, M. M. (2003). Keperawatan keluarga teori dan praktik edisi 3. Jakarta: EGC. Graf, C. (2008). The Lawton instrumental activities of daily living scale: AJN, American journal of nursing. From http://www.nursingcenter.com/inc/CEArticle?an=000004462008040000002 3& journal_ Heryanti, I. P. (2011). Hubungan kemandirian dan dukungan sosial dengan tingkat stress lansia. Bogor: Jurusan Ekologi Manusia, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, diakses dari http://www.repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47379 Hidayat, A. A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medika.
Kingston, A., Collerton, J., Davies, K., Bond, J., Robinson, L., & Jagger, C. (2012). Losing the ability in activities of daily living in the oldest old: A Hierarchic Disability Scale from the Newcastle 85+ Study. From www.plosone.org/article/info/%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.003165 Kuncoro. (2002). Dukungan sosial pada lansia. Diakses dari http://www.epsikologi.com/epsi/artikel/_detail.asp?id=179 Kusharyadi. (2010). Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta: Salemba Medika. Maryam, S. R, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan penangannya. Jakarta: Salemba Medika.Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: P.T Rineka Cipta, EGC. Novandhori, D.R. (2013). Hubungan peran keluarga dengan kualitas hidup lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif di Desa Windunegara Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Purwokerto: Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, diakses dari http://www.repository.unsoed.ac.id/skripsi/pdf Nugroho, (2006). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarata: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nugroho, (2008). Keperawatan gerontik dan geriatrik. Jakarta: EGC. Nurhidayati, T. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dan kemandirian lansia dengan konsep diri lansia di keluarahan bambankerep kecamatan ngaliyan kota semarang. Semarang: Prodi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang, diakses dari http://www.repository.unimus.ac.id/skripsi/pdf Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Okumagba, P.O. (2011). Family support for the elderly in Delta State of Nigeria: Departement of Sociology and Psychology, Delta State University. From www.krepublisher.com/02-journals/S-HCS/HCS-05-0-000-11 Patriyani, H.E. (2009). Perbedaan karakteristik lansia dan dukungan keluarga terhadap tipe demensia pada lansia di wilayah kerja puskesmas Gatak Sukoharjo. Depok: Prodi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, diakses dari http://www.repository.ui.ac.id/skripsi/pdf Potter, P.A.,& Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik. Edisi 4.Volume 1 dan 2. Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.
Pratikwo, S. (2006). Analisis Pengaruh Faktor Nilai Hidup, Kemandirian, Dan DukunganKeluarga Terhadap Perilaku Sehat Lansia Di Kelurahan Medono Kota Pekalongan. Diakses dari ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/2822/2503 Purnama, F.T. (2013). Hubungan antara dukungan keluarga dengan succesful aging pada lansia di desa windunegara, kecamatan wangon, kabupaten banyumas. Purwokerto: Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, diakses dari http://www.repository.unsoed.ac.id/skripsi/pdf Reinhard, S.C., Danso, A.B., & Kathleen, K. (2007). State of the science: professional partners supporting family caregiving. From www.nursingcenter.com/inc/static?pageid=809507#contents Rinajumita, (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di wilayah kerja puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Padang: Universitas Andalas Fakultas Kedokteran, diakses dari http://repository.unand.ac.id/16884/1 Riwidikdo, H. (2009). Statistik kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Santjaka. (2009). Bio statistik. Purwokerto: Global Internusa Offset. Saryono. (2010). Kumpulan instrumen penelitian kesehatan. Bantul: Mulia Medika.
Saryono, (2011). Metodologi penelitian kesehatan: penuntun praktis bagi pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Sarwono. (2003). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Raja Gravido Persada. Sastroasmoro, S, & Ismael, S. (2010). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: SagungSeto. Setiadi. (2008). Keperawatan keluarga. Jakarta: EGC. Setiati, S, dkk. (2009). Proses menua dan implikasi kliniknya. Jakarta: Internal Publishing. Setiawati, S dan Dermawan, C. A. (2008). Penuntun praktis asuhan keperawatan keluarga edisi 2. Jakarta: Trans Info Media. Setyowati, S dan Murwani, A. (2008). Asuhan keperawatan keluarga konsep dan aplikasi kasus. Jogjakarta: Mitra Cendekia. Silvia, A. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi pada lansia di posyandu lansia rimbo kaduduk wilayah kerja puskesmas sintuk padang pariaman. Padang pariaman: Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, diakses dari http://www.repository.unand.ac.id/skripsi/pdf Soejono, H.C. (2002). Belum Memadai fasilitas bagi warga usia lanjut. http://www.kompas.com/kompas cetak/0203/25/iptek/pert.10.htm. diakses
28 Januari Soejono, H.C. (2009). Pengkajian paripurna pada pasien geriatri. Jakarta: Internal Publishing. Sugiyono. (2005) Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabet. Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta: EGC.Triswandari, B.T. (2008). Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di wilayah kerja puskesmas mojolangu malang. Malang: Universitas Brawijaya, diakses dari http://www.repository.unbraw.ac.id Yenni. (2011). Hubungan dukungan keluarga dan karakteristik lansia dengan kejadian stroke pada lansia hipertensi di wilayah puskesmas perkotaan bukittinggi. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, diakses dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282740-T%20Yenni.pdf