LIKE US
KATA PENGANTAR Ada banyak aspek yang harus diwadahi dalam perancangan arsitektur terutama berkaitan dengan bangunan dengan berbagai macam sistem di dalamnya. Untuk dapat menghasilkan karya perancangan yang optimal, arsitek harus menggabungkan dan mengkombinasikannya dalam karya mereka. Untuk itu pemahaman utuh dan menyeluruh tentang bangunan harus menjadi dasar yang utama. Sayangnya, hampir semua mata kuliah yang berkaitan dengan perancangan arsitektur ini harus disampaikan secara parsial yang terkadang bahkan saling bertolak belakang; misalnya antara mata kuliah struktur dan perancangan arsitektur yang seolah tidak sesuai karena penekanan aspek yang berbeda. Akibatnya, mahasiswa menerimanya secara tidak penuh dan desain yang dihasilkannyapun banyak yang terkesan parsial.
Buku ini mencoba memberikan dasar-dasar yang menyeluruh berkaitan dengan perancangan arsitektur khususnya yang berkaitan dengan bangunan bertingkat rendah. Dalam istilah teknis, permasalahn ini berkaitan dengan perancangan struktur dan konstruksi. Di rumpun ilmu arsitektur, perancangan struktur dan konstruksi adalah dasar bagi perancangan fisik bangunan yang berkaitan dengan bentuk dan sistem struktur beserta konstruksinya. Dalam hal ini juga berkaitan dengan sistem jaringan dalam bangunan karena bersinggungan langsung dengan bentuk dan fasilitas sistem struktur.
viii
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Untuk itulah perancangan struktur dan konstruksi atau selanjutnya kita sebut sebagai perancangan bangunan gedung dalam arsitektur dilakukan. Hal ini tentu sangat berbeda dengan terminologi perancangan struktur dalam ilmu teknik sipil, di mana hampir tidak berkaitan dengan bentuk dan ruang fungsi, tetapi lebih kepada bagaimana elemen bangunan menyangga beban. Pembahasan dalam buku ini ditujukan untuk optimalisasi perancangan bangunan bagi mahasiswa arsitektur dan juga teknik sipil, bahkan para profesional di bidang bangunan. Untuk itu aspek-aspek yang paling berkaitan selalu dibahas dalam setiap bagian dalam bangunan, sehingga pembaca diharapkan dapat menangkap pertimbangan menyeluruh yang harus dilakukan. Contohcontoh dari proyek nyata dan ilustrasi penjelas diberikan dengan jumlah yang cukup banyak dalam buku ini. Sehingga dengan demikian, hasil optimal dalam perancangan bangunan dapat dicapai. Namun demikian, segala kritik, saran, dan masukan masih sangat diperlukan demi kesempurnaan buku ini. Atas perhatian pembaca terhadap buku ini, saya urcapkan terimakasih.
Yogyakarta, Juni 2O12 Penu lis.
DAFTAR ISI v
UCAPAN TERIMA KASIH
vtl
KATA PENGANTAR
ix
DAFTAR ISI
BAB
BAB
BAB
1
2
3
PENDAHULUAN
1
1.1 Pengertian Bangunan Bertingkat 1.2 Perancangan Bangunan Bertingkat Rendah 1.3 Perancangan Struktur dan Konstruksi dalam Arsitektur 1.4 Aspek-aspek Perencanaan dan Perancangan Bangunan Bertingkat
2 3
4 Rendah
5
MENGETAHUI MACAM STRUKTUR UTAMA
11
2.1 Kinerja Sistem Struktur Bangunan 2.2 Macam Struktur Menurut Anatomi Bangunan 2.3 Macam Struktur Menurut Bahan Bangunan
12 16
27
MEWADAHI FUNGSI DAN RUANG PADA BANGUNAN
31
3.1 3.2 3.3 3.4
32
Mengidentifikasi Fungsi dan Ruang Memenuhi PersYaratan Ruang Mewadahi Organisasi Ruang Membuat Denah Kasar
35
36 38
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
BAB
4
MEMFASITITASI ASPEK.ASPEK UTAMA BANGUNAN
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
5
6
7
B
9
Menentukan Menentukan Menentukan Menentukan Menentukan Menentukan
Sistem Sirkulasi Bangunan Sistem Pencahayaan Bangunan Sistem Penghawaan Sistem
Air Bersih dan Sanitasi Bangunan
Sistem Kelistrikan Bangunan Sistem Jaringan Keselamatan Bangunan
41
42 50 52 54 56
57
MERENCANAKAN BANGUNAN BERDASARKAN ASPEK UTAMA
59
5.1 5.2 5.3 5.4
60 64
Merencanakan Sistem Struktur Utama Merencanakan Bentuk Bangunan dan Atapnya Merencanakan Atap dan Fungsinya Merencanakan Dimensi Struktur Bangunan
MERANCANG DENAH
64 64 77
6.1 Menyempurnakan Denah Kasar 6.2 Menggunakan Modul Ruang Fungsi 6.3 Menggunakan Grid Struktur 6.4 Meletakkan Tangga 6.5 Meletakkan Kamar Mandi dan Dapur 6.6 Menentukan Posisi dan Konfigurasi Ruang-ruang 6.7 Menentukan Dinding dan Bukaannya
BB
MERANCANG ATAP
93
7.1 7.2 7.3 7.4
Menyesuaikan Atap dengan Denah Menentukan Caris Atap
94
Menentukan Atap Utama dan Kombinasinya Menentukan Rangka Atap
9B
7B
79 81
B6
B7
88
97 100
MERANCANG BATOK DAN PELAT LANTAI
111
8.1 8.2 8.3 8.4 8.5
112
Menempatkan Balok pada Bangunan Menentukan Caris-garis Balok Menentukan Pelat Lantai dan Void Menggunakan Balok dan Pelat Lantai Kayu dan Bahan Lain Menentukan Konstruksi Balok dan Pelat Lantai
115
117 118 119
MERANCANG PONDAS!
123
9.1 9.2 9.3 9.4
Jenis Pondasi
124
Titik dan Caris Pondasi
125
Jenis Pondasi Khusus Konstruksi Pondasi
128 129
Menentukan Menentukan Menentukan Menentukan
Daftar lsi
XI
BAB 1O MERANCANC ELEMEN NON STRUKTURAT
10.1 Merancang Elemen lnterior 10.2 Merancang Elemen Eksterior BAB 11 MERANCANG SANITASI BANGUNAN
11.1 Merancang Sistem Air Bersih pada Bangunan 1.2 Merancang Sistem Air Kotor dan Kotoran
'l
BAB 12 MERANCANC TAMPAK DAN POTONGAN
133
134 143 153
131 158 167
12.1 Memotong Bangunan 12.2 Menentukan Caris Potongan pada Denah 12.3 Desain Tampak Bangunan
173
BAB 13 MERANCANC BANCUNAN PADA KONDISI KHUSUS
183
3.1
Bangunan dengan Kondisi Fungsi Khusus 13.2 Bangunan dengan Kondisi Lingkungan Fisik Khusus 13.3 Bangunan di daerah Rawan Bencana 13.4 Aksesibilitas pada Bangunan 1
168 177
184 193
199
209
DAFTAR BACAAN
2't5
DAFTAR INDEKS
217
DAFTAR GAMBAR Cambar 1-1 Cambar 1-2 Gambar l-3
Jenis bangunan berdasarkan ketinggian dan jumlah lantai Li ngkup perancangan arsitektu r
Lingkup perancangan struktur dalam arsitektur Bagian utama sistem struktur Cambar'l-4 Cambar 1-5 Jenis konstruksi bangunan Macam site pada bangunan Cambar 1-6 Aspek bangunan yang lain Cambar 1-7 Kinerja struktur terhadap beban Cambar 2-1 Prinsip tumpuan rangka pada titik tumpunya Cambar 2-2 Konsekuensi tumpuan rangka pada balok yang harus tebal Cambar 2-3 Tumpuan pada dinding pemikul Cambar 2-4 Beberapa alternatif pola grid untuk peletakan sistem struktur Cambar 2-5 Contoh bangunan dengan ataP datar Cambar 2-6 Berbagai struktur atap datar Cambar 2-7 Contoh bangunan dengan atap miring Cambar 2-B Alternatif struktur atap miring Cambar 2-9 Cambar 2-10 Berbagai macam kuda kuda (truss) Berbagai macam gunung-gunung Cambar 2-11 Cambar 2-12 Rangka portal (beton bertulang, kayu laminating, dan baja)
2 3
4 5
7 B
9 12 13 14
14 15
17 17 1B
19
20 21
22
XIV
I I
Cambar 2-13 Cambar 2-14 Cambar 2-15 Cambar 2-16 Cambar 2-17 Cambar 2-18 Cambar 2-19 Cambar 2-20 Cambar 2-21 Cambar 3-1 Cambar 3-2 Gambar 3-3 Cambar 34 Cambar 3-5 Cambar 4-1 Cambar 4-2 Cambar 4-3 Cambar 44 Cambar 4-5 Cambar 4-6 Cambar 4-7 Cambar 4-B Cambar 4-9 Gambar 4-10 Cambar 4-11 Cambar 4-12 Cambar 5-1 Cambar 5-2 Gambar 5-3 Cambar 5-4 Cambar 5-5 Cambar 5-6 (rambar 5-,/ Cambar 5-B Cambar 5-9 Cambar 5-10 Cambar 5-11
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah Stuktur rangka kaku beton (rigid frame) Struktur dinding pemikul (satu arah) Macam pondasi titik (umpak, foot-plate, buis beton, pancang) Macam pondasi menerus (batu kali, beton bertulang) Pondasi bidang (beton bertulang)
23
Contoh struktur utuh kayu dengan rangka batang (truss) Contoh struktur baja Struktur rangka beton sistem portal Struktur batubata atau batukali dengan gunung-gunung Contoh denah bangunan fungsi seragam (mis: kamar hotel) Contoh denah bangunan fungsi kompleks (mis: gedung pertunjukan) Contoh pemenuhan terhadap persyaratan bentuk dan ukuran pada sebuah fungsi bangunan tertentu Hubungan antara organisasi ruang dengan sistem struktur Contoh denah kasar (mis: rumah tinggal) Berbagai macam bentuk tangga bangunan Bagian-bagian tangga Ruang tangga yang berkaitan dengan sistem bangunan lain Contoh macam detail anak tangga Macam konfigurasi selasar luar dan selasar dalam Contoh desain pencahayaan alamiah bangunan Contoh desain sistem penghawaan alami Contoh desain sistem penghawaan buatan (air conditioner/ AC) Contoh sistem air bersih dalam bangunan (down feed dan up feed) Contoh sistem sanitasi bangunan Contoh sistem kelistrikan bangunan Contoh sistem pemadam kebakaran Contoh pemenuhan tuntutan ruang fungsi spesifik Contoh pemenuhan tuntutan sistem-sistem bangunan spesifik Contoh pertimbangan penggunaan bahan terhadap struktur Contoh desain bentuk bangunan terhadap konsep system Contoh desain potongan bangunan terhadap sistem ruang Pertimbangan aspek pencahayaan dan penghawaan pada bentang struktur Alternatif bentang lebar pada lantai atas dan lantai bawah Pertimbangan jarak antar bentang Contoh desain pengaruh permainan jarak proporsi antar kolom pada tampak bangunan Faktor penentu jarak antar lantai Ukuran tinggi kolom untuk memfasilitasi bentang lebar
27
24 25 26 26 2B
29 30 32
34 35
37 3B
42 43
47 4B
49 51
53
54 55 56
57 58 61 61
62 63 63 65
66 67 68 69 70
l*u
Daftar Cambar
Gambar 5-'12 Cambar 5-13 Cambar 5-14 Cambar 5-15 Gambar 5-'16 Cambar 6-1 Gambar 6-2 Cambar 6-3 Cambar 6-4 Cambar 6-5 Cambar 6-6 Cambar 6-7 Cambar 6-8 Cambar 6-9 Gambar 6-10 Cambar 6-1'l Cambar 6-12 Cambar 7-1 Cambar 7-2 Cambar 7-3 Cambar 7-4 Cambar 7-5 Cambar 7-6 Cambar 7-7 Cambar 7-B Cambar 7-9 Cambar 7-'10 Cambar 7-11 Cambar 7-12 Cambar 7-13 Cambar 7-14 Cambar 7-15 Cambar 7-16 Cambar 7-17 Cambar 7-18 Cambar 7-19 Cambar B-1 Cambar B-2 Cambar B-3
Aspek terkait dengan ketinggian bangunan Contoh batas ketinggian bangunan dari as jalan Contoh alternatif peletakan kolom dan orientasinya dalam denah Perkiraan ukuran kolom bangunan berlantai 1,2, dan 3
71
Teknik perkiraan dimensi balok beton bertulang Contoh proses penyempurnaan denah Berbagai modul fungsi Contoh desain ruang dengan modul fungsi Contoh aplikasi modul fungsi dan struktur pada denah Contoh desain dengan menyesuaikan grid dengan denah Contoh desain dengan konfigurasi ruang terhadap konsep Beberapa contoh alternatif penyesuaian yang mungkin dapat dilakukan Denah adalah potongan bangunan horisontal Contoh denah fungsi asrama lantai 1 Contoh denah fungsi asrama lantai 2 Contoh denah fungsi asrama lantai 3
75
Contoh rencana tangga Contoh bentuk atap yang disesuaikan dengan bentuk denah Contoh bidang atap yang sama dengan denahnya Contoh bidang atap yang tidak sama dengan denahnya Contoh atap gabungan pada bangunan Contoh bangunan dengan atap bertingkat Contoh garis atap pada denah bangunan Contoh atap utama dan kombinasinya Contoh denah dan pengaruhnya pada atap bangunan Berbagai macam bentuk struktur atap miring Alternatif rangka utama atap dan strukurnya
72 73
74 7B BO
B1
B2 B3
B5 B6 B9 B9
90 91
92
94 95 95 96 97 99 100 101
102 103
Contog rencana ataP Prinsip pemasangan usuk Contoh elemen pada atap dan konstruksinya Contoh bentuk atap bertingkat pada masjid Contoh tampak atap bangunan asrama 3 lantai Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai Contoh tampak hasil pada rencana atap asrama Contoh perspektif hasil atap pada asrama
104
Contoh rencana balok Macam balok lantai Letak balok pada struktur
113
105
106 107 108 108 109 109
110 11-1
115
I
XVi
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Cambar 8-4 Cambar B-5 Cambar 8-6 Cambar B-7 Cambar 8-8 Cambar 8-9 Cambar 9-1 Cambar 9-2 Cambar 9-3 Cambar 9-4 Cambar 9-5 Gambar 9-6 Cambar 9-7 Cambar 9-B Cambar 9-9 Cambar 9-10 Cambar 10-1 Cambar 10-2 Cambar 10-3 Cambar 10-4 Cambar 10-5 Cambar 10-6 Cambar 10-7 Cambar '10-B Cambar 10-9
Contoh garis balok ekspos contoh layout garis balok yang dipadukan dengan kepentingan sistem Pelat dan void pada bangunan Contoh balok dan atau pelat dari kayu Contoh rencana balok asrama lantai 3 Contoh rencana balok asrama lantai 2 Contoh penggunaan pondasi dangkal Contoh penggunaan pondasi dalam Penggunaan pondasi titik jenis umpak Contoh penggunaan pondasi footplate pada struktur beton Contoh penggunaan pondasi menerus Contoh penggunaan pondasi gabungan Contoh perencanaan pondasi rumah tinggal Contoh detai I Footplate Contoh detail Pondasi Menerus Contoh rencana pondasi asrama Ruang dalam dan elemen pembentuk fisiknya Contoh desain langit-langit yang sangat berkaitan dengan fungsi Pengaruh plafond dan ukuran ruang terhadap aspek bangunan Contoh alternatif konstruksi plafond dan kaitannya dengan sistem struktur atap Contoh plafond yang mengekspose rangka atap Contoh desain dinding dalam bangunan Alternatif konstruksi dinding Prinsip pengaturan pemasangan ubin lantai Raised floor dan Hanged Plafond, lantai yang digunakan untuk kepentingan sitem
Cambar Cambar Cambar Cambar Cambar Cambar Cambar Cambar Cambar Cambar Cambar Cambar Cambar
10-10 Contoh hanged plafond pada bangunan 10-1 1 Contoh aplikasi Tritis dan Konstruksinya 1O-12 Contoh ragam tritis bangunan 10-13 Teknik shading pada bangunan
10-14 10-15 10-16 10-17 10-18
Contoh konstruksi shading dan macamnya pada bangunan Contoh penggunaan sun-shading pada bangunan Contoh skylight Contoh desain dinding eksterior bangunan Contoh macam Bukaan Dinding Luar 10-'19 Contoh rencana pintu jendela pada denah 1O-20 Contoh penggunan dinding kaca bingkai alumunium cladding system 11-1 Water tank yang terletak di site bangunan dan pompanya 11-2 Water tower yang berupa tangki atau bak pelat beton di atap
116 117 118 119 120 121 124 125 126 126 127 128 129 130 131 131
134 135
136 137 137 138 139 141
142 143 144 144 145 146 146 147 149 149 150 151
154 155
t..xvil
Daftar Cambar
Cambar 11-3 Cambar 1 1-4 Cambar 11-5 Cambar 11-6 Cambar 11-7 Cambar 11-B Cambar 11-9 Cambar 'l 1-10 Cambar 12-1 Cambar 12-2 Cambar 12-3 Gambar 12-4 Gambar 12-5 Cambar 12-6 Cambar 12-7 Cambar 12-B Cambar 12-9 Gambar 12-10 Cambar 12-1 'l Cambar 12-12 Cambar '13-1 Cambar 13-2 Cambar 13-3 Cambar 13-4 Cambar '13.5 Cambar I3-6 Cambar 13-7 Cambar 13-B Cambar 13-9 Cambar 13-10 Cambar 13-11 Carnbar 13-12 Cambar 13-'13 Cambar 13-'14 Cambar 13-15 Cambar 13-16 Cambar 13-17 Cambar 1 3-18
I Shaft vertikal; bukaan dan isinya
Desain bak air yang berkaitan dengan bentuk arsitektur Konstruksi shaft horisontal di lantai dan di bawah pelat lantai Prinsip konstruksi septictank Prinsip konstruksi peresapan
Prinsip konstruksi bak lemak dan bak control Contoh rencana sanitasi (air kotor) Contoh detail area kamar mandi dan system pemipaannya Prinsip informasi pada gambar potongan Contoh potongan bangunan Contoh potongan detail pada gambar prinsip Prinsip garis potongan pada denah Memotong bangunan untuk potongan Contoh potongan bangunan asrama 3 lantai melintang Contoh potongan bangunan asrama 3 lantai membujur Tampak Bangunan dan kaitannya dengan kontur slte Prinsip proyeksi untuk menghasilkan tampak Contoh gambar tampak rumah 2 lantai Contoh gambar tampak depan asrama 3 lantai Contoh gambar tampak samping asrama 3 lantai Aspek bangunan gawat darurat Konfigurasi bangunan kaku kolom kecil vs. kolom besar Konfigurasi rangka dengan pengaku dinding pemikul Pengangkatan bangunan terhadap muka tanah Peletakan ruang sistem yang aman dari jangkauan banjir pada bangunan gawat darurat Sistem ramp pada pintu masuk dan selasar Berbagai signage pada bangunan gawat darurat (ADA compliant) Cbr. Layout ruang perawatan yang terbebas dari pecahan kaca Dinding beton pada lantai dasar Zonning dan peletakan alur sirkulasi gawat darurat Short cut access pada kantor pemadam kebakaran dan kantor polisi Tiga jenis rekayas site; cut, fill, cut and fill Metoda cut dan perkuatan yang diperlukan Metoda fill dan perkuatan yang perlu diberikan Metoda Cut and fill dan perkuatannya Metoda alamiah site tanpa rekayasa Potongan split level bangunan Pondasi bangunan tepi pantai atau rawa
156 157
'l58 161
162 164 165 't66 168
170 172
174
175 't76 177 178 179 180 1B'l 181
184 186 186 187 1BB
189 190 190 191
192 192 't93 194 195
196 197 197 198
xviii
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Cambar 13-19 Cambar 13-20 Cambar 13-21 Cambar 13-22 Cambar 13-23 Cambar 13-2.4 Cambar 13-25 Cambar 13-26 Cambar 13-27 Cambar 13-28 Cambar 13-29
Pertemuan pelat bumi dan cincin api (courtesy: NASA) Peta zonasi gempa lndonesia (Kementrian PU Indonesia 2010) Kesederhanaan struktur Kesederhanaan denah dan bentuk bangunan Kekakuan horisontal Kekakuan terhadap gaya puntir (torsional) Pengkakuan pelat lantai dan pelat atap Lokasi bangunan terhadap garis pantai Struktur bangunan panggung untuk tsunami Bangunan bertingkat untuk evakuasi terhadap banjir Standar minimal ruang sirkulasi satu dan dua pengguna kursi roda dan perbedaan ketinggian rute maksimal (ADA, 1994)
Cambar 13-30 Persyaratan tangga untuk aksesibiltas bangunan (ADA, 1994) -oo0oo-
200 201 202 202 203 204 204 205 206 208 212
213
PENDAHULUAN Perancangan struktur dan konstruksi bangunan bertingkat rendah dalam arsitektur adalah proses merancang bangunan yang tidak hanya berhtrbungan dengan permasalahan struktur saja namun juga aspek bangunan yang lain yang harus
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Rancangan bangunan yang berhasil adalah rancangan yang dapat mengoptimalkan perpaduan kepentingan pada bangunan, seh i ngga perti mbangan-pertimbangan desai n harus d ipadukan dengan seluruh kepentingan bangunan itu. Struktur dalam arsitektur bukanlah pembatas tetapi fasi I itas.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
1
.1 Pengertian Bangunan Bertingkat
-EE E',!
6
= o ol i - c o; *! o tr 'U o! P =otrE -f,G-
Eb;c C. -E
Pq-ts s,,i
dgEE* <€ d L 96 -d #;,9,p 6r - X 6 lo;E= C 6
-
GI o:=!
j
; S c c .j-E
d,e= L CE:2 * 8.0
33
E
3'
Gambar 1-1 lenis bangunan berdasarkan ketinggian dan jumlah lantai Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai secara vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang mahal di perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan. Semakin banyak jumlah lantai yang dibangun akan meningkatkan efisiensi lahan perkotaan sehingga daya tampung suatu kota dapat
ditingkatkan, namun di lain sisi juga diperlukan tingkat perencanaan dan perancangan yang semakin rumit, yang harus melibatkan berbagai disiplin bidang tertentu. Bangunan bertingkat pada umumnya dibagi menjadi dua, bangunan bertingkat rendah dan bangunan bertingkat tirrggi. Pembagian ini dibedakan berdasarkan persyaratan teknis struktur bangunan. Bangunan dengan ketinggian di atas 40 meter digolongkan ke dalam bangunan tinggi karena perhitungan strukturnya lebih kompleks walaupun tidak bertingkat. Berdasarkan jumlah Iantai, bangunan bertingkat digolongkan menjadi bangunan bertingkat rendah (2 - 4 lantai) dan bangunan berlantai banyak (5 - l0lantai) dan bangunan pencakar langit. Pembagian ini disamping didasarkan pada sistem struktur juga persyaratan sistem lain yang harus dipenuhi dalam bangunan seperti perti m bangan aksesi bi I itas, mekan i kal, ataupu n elektri ka l.
Pendahuluan
Untuk mencapai bangunan beriingkat di atas lima lantai, lift harus dipergunakan sebagai persyaratan elemen aksesibilitas bangunan. Demikian juga sistem pencegahan dan pemadaman kebakaran, listrik, dan sebagainya harus disesuaikan. Semakin bertambah jumlah lantai sistem bangunan akan semakin rumit. Bangunan tinggi atau pencakar langit justeru lebih diperhitungkan terhadap sistem-sistem tersebut ketimbang aspek lain seperti estetika bahkan fungsi ruang.
Perancangan Arsitektur &'r'
Bentuk:
'''
Bangunan Ruang
Eelemen
Utilitas
*" E-u-oglgi
Sirkulasi
Bangunan
Ruang
.;
Et
Wilayah Daerah
Harga desain
Harga konstruksi Harga perawatan
Gambar 1-2 Lingkup perancangan arsitektur
1.2 Perancangan Bangunan Bertingkat Rendah Walaupun termasuk bangunan bertingkat, bangunan berlantai rendah, terutama dua lantai, relatif dapat dilakukan dengan cara yang tidak terlalu rumit. Persyaratan ljin Mendirikan Bangunan (lMB) untuk jenis bangunan ini juga masih relatif sederhana, terutama untuk bangunan permukiman. Namun demikian, karena bangunan ini sudah tidak sesederhana bangunan tunggal satu lantai, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam merencana, yaitu; kesesuaian ruang dan fungsi, kekuatan struktur, keamanan dan keselamatan bangunan, kenyamanan bangunan dan sebagainya. Sehingga ketika proses kepengurusan lMB, dokumen atau gambar harus menunjukkan aspek-aspek tersebut di atas secara benar, yang macam dan jenisnya relatif tergantung dari kebijakan peraturan masing-masing daerah di mana bangunan akan didirikan. Dengan demikian, perancangan bangunan bertingkat rendah dua lantai ini bagi seorang arsitek tidak hanya berkaitan dengan masalah keindahan dan bentuk bangunan semata, tetapijuga bagaimana bangunan selain bentuknya indah juga berfungsi dengan optimal dapat memberikan keamanan dan kenyamanan pada penggunanya dan lingkungan di sekitarnya.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah Pada bangunan tidak bertingkat (satu lantai), peletakan elemen-elemen penyangga bangunan relatif lebih sederhana ka:'ena lebih banyak direncanakan berkaitan dengan struktur atap, seperti kuda-kuda atau rangka atap lainnya. Pada bangunan bertingkat, fungsi dan sistem bangunan pada lantai atas dan bawah harus direncanakan terpadu; misal kamar mandi lantai atas harus diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi dan kinerja ruang-ruang di lantai satu, sehingga
ruang di bawah kamar mandi harus dibuat juga semaksimal mungkin untuk keperluan service, atau paling ideal juga untuk fungsi kamar mandi. Sehingga peletakan pipa-pipa air bersih dan air k6tor dapat ditempatkan dengan benar. Pertimbangan seperti ini harus dilakukan lebih rinci pada bangunan bertingkat.
1"3 Perancangan Struktur dan Konstruksi dalam Arsitektur Perancangan struktur dan konstruksi dalam arsitektur tidak hanya membahas teori macam dan detail dari sistem struktur dan konstruksi, tetapi juga kepada bagaimana aspek-aspek bangunan seperti sistem struktur dan konstruksi bangunan itu sesuai dengan fungsi, keamanan dan kenyamanan bangunan dan lingkungannya. Perancangan struktur ditujukan kepada desain sistem struktur dan
aspek yang terkait, sedangkan perancangan konstruksi ditujukan pada bagaimana memenuhi optimalisasi sistem itu dengan bagian-bagian serta hubungan elemen-elemen bangunan. Sehingga perancangan struktur dan konstruksi dalam arsitektur hampir meliputi sebagian besar proses teknis perancangan bangunan.
Dalam lingkup perancangan arsitektur, Iingkup perancangan harus meliputi aspek fungsi, bentuk, estetika, ekonomi dan lingkungan (gambar 1-2). Sementara pada lingkup bangunan, aspekaspek yang harus diperhatikan adalah sistem utilitas seperti pengudaraan (ventilating) termasuk Air Conditioning (AC), pencahayaan (lighting), pemipaan (plumbing) baik pada air bersih atau kotor, kelistrikan (wiring), keselamatan (safety) dan sebagainya. Sistem-sistem ini saling berkaitan satu dengan yang lain, dengan demikian perancangan sistem struktur dan konstruksi tidak dapat dilakukan jika sistem-sistem lain tersebut tidak direncanakan/difikirkan secara bersama.
Gambar 1-3 Lingkup perancangan struktur dalam arsitektur
Pendahuluan
1.4 Aspek-aspek Perencanaan dan Perancangan Bangunan Bertingkat Rendah Untuk mendapatkan hasil perancangan yang ideal, perancangan arsitektur harus
dapat mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dalam bangunan yang nreliputi sistem struktur; konstruksi; bahan bangunan; fungsi, lahan dan lokasi (site), sistem-sistem bangunan dan ekonomi bangunan.
1.4.1 Sistem Struktur
StruKtur AtaP r'*-.*t
truktur ondasi Gambar 1-4 Bagian utama sistem struktur Aspek struktur bangunan adalah aspek yang mulanya didasarkan pada kekuatan dan stabilitas bangunan. Arsitek tidak diharapkan untuk dapat menghitung besar beban dan bagaimana teknis bangunan direncanakan seperti yang dilakukan insinyur sipil akan tetapi lebih diharapkan untuk dapat menentukan sistem struktur yang sesuai dengan bentuk dan fungsi bangunan serta kaitannya dengan sistem lain dalam bangunan. Perancangan strukturdalam arsitektur meliputi pemilihan jenis sistem struktur dan konfigurasinya, serta bagaimana sistem ini dapat membentuk ruang, karena di dalam bangunan gedung struktur bertugas mewadahi fungsi ruang dan fungsi sistem. Sistem struktur dalam pembahasan ini dibagi menjadi bagian-bagian lebih kecilyangdisebutdengan elemen struktur nrisal; elemen rangka atap, rangka utama, dan pondasi yang dalam istilah lain sering juga disebut dengan naungan, tegakan dan landasan. Seluruh bagian atau elemen dari berbagai sistem struktur secara teknis mempunyai tanggung jawab utama sebagai pemikul beban bangunan. Karena fungsinya tersebut, sistem struktur tidak dapat dihilangkan namun dapat digantikan satu jenis struktur dengan struktur yang lain. Ketersediaan ragam struktur dan elemennya berkaitan dengan bahan bangunan serta kemungkinan pemilihannl'a adalah bahasan pokok dalam perancangan struktur bagi arsitek. Dalam arsitektur, apapun pilihan yang diajukan akan selalu benar jika sesuai dengan ma.\s-:maksud atau aspek-aspek lain dalam bangunan. Sebuah bangunan dua lantai dapat mengguiir:alternatif sistem struktur kayu, baja, ataupun beton bertulang. Jika salah satu yang diperg--a..maka sifat-sifat sistem dan bahan berlaku menurut kelebihan dan kekurangan masing-masir:e !=: =="
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah r-:ontoh Jika diinginkan bangr-rnan yang aman dari
api, maka sistem struktur beton bertulang lebih diutamakan ketirnbang kayu atau baja. Sebaliknya jika bangunan
Wujud perancangan konstruksi dalam bangunan gedung adalah garnbar-gambar detail yang nienunjukkan secara teknis bagian-bagian dan kedudukannya serta keterangan-keteranganrrya. Karena bersifat menjelaskan dari solusi desain, maka rancangan sistem konstruksi sebuah bangunan akan terikat dengan bangunan secara khusus dan tidak dapat disamakan dengan bangunan lain. Sistem konstruksi dalam bangunan juga disebut sebagai sistem detail. Satu konstruksi dalam perancangan struktur akan menjelaskan bagaimana pertimbangan-pertimbangan terhadap aspek lain juga diperhatikan, misalnya penggunaan bahan, ukuran, kedudukan, cara pengerjaan, finishing dan sebagainya. Tanpa gambar konstruksi yang jelas bangunan tidak dapat didirikan clengan benar dari berbagai aspek. Seperti juga pada sistem struktur, konstruksi bangunan bagi arsitek ditekankan pada alternatif pemilihan dan bukan pada perhitungan kekuatannya. Sebagai contoh; untuk dapat menaungi atap bentang 6 meter, alternatif kuda-kuda dapat diajukan berbagai bentuk dan bahan mulai dari bentuk yang sederhana hingga kompleks. Arsitek akan berusaha mendapatkan desain kuda-kuda yang sesuai dengan bentang, ruangan di bawahnya, dan alternatif bahan yang dipakai hingga detail konstruksi yang dimungkinkan sehingga bentuk akhir dapat dihasilkan. lni sangat berbeda pada lingkup struktur pada teknik sipil yang didasarkan pada aspek-aspek kuantitatif atau perhitungan matenratis. Ahli teknik sipil akan bekerja seberapa besar ukuran batang kuda-kuda dan bagaimana sambungan dibuat yang meliputi berapa jumlah baut yang diperlukan.
l
I
T
(ir
I d
Pendahuluan
Konstruksi r..r l
Atao ,l
l
r:rrstruksi
tama
Tf, ***R
*s*I &
Kriristrusi Pondasi
t N ffi
Gambar 1-5 lenis konstruksi bangunan
1.4.3 Bahan Bangunan Bahan bangunan adalah aspek pokok i,rerkaitan dengan pernakaiann','a dalarn struktur ataupun konstruksi serta sifat-sifat fisik yang akan diberikan pada bangttnan" Perrtakaian i:ahan tertentu akan mempengaruhi setiap aspek lain dalam perancangan. Karena pemakaian bahan tertentu akan mengakibatkan keriteria-kriteria lain pada bangunan (konstruksi, lrarga, tekstur, \,varna, kekuatan, keawetan dan sebagainya), maka pemakaian bahan hangunan juga dapal sangat menentukan desain bangunan secara luas. Sifat atau properti bahan bangunan harus diperhatikan untuk dapat menentirkan desain struktur dan konstruksi bangunan" Pada dasarnya sifat bahan bangunan yang paling Lrerkaitan dengan sistem strukturdalam arsitekturadalah [:eratatau massadan kekakilannyaselain kaitanni,adengan penarnpilan dan keawetan. Bahan bangunan seperti batu alan, batu bata dan hetorr adaiah kelonrpok bahan
bangunan berat, sementara kay,u dan baja adaiah kelompok bahan ringan. Diperlukan pengetahuan yang khusus untuk menggunakan bahan bangunan pada sebuah desain bangunan. Berat atau ringan dan kaku atau Iiatnya bahan bangunan akan mempengarulri sistem struktur bangunan pada bentuk, kemampuan pikul dan bentang, serta sambungan konstruksinya. Sebagai contoh; sambungan kayu dapat menggunakan pelat, baut ataupun hanya kayu saja tergantung berat jenis kayu yang identik dengan kekuatannya memikul beban dan penggunaannya dalam bangunan. Demikian juga dengan bahan metal, sambungan aluminium tentu berbeda derrgan besi baja dan sebagainya.
Merancang Bangltnan Cedung Eertingkat Rendah
1.4.4 Fungsi Bangunan Fungsi bangunan adalah aspek yang akan diwad;ihi dalarn struktur, sehingga pembahasannya r,r'ajib dilakukan untuk mengetahui persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh
rtlang. Karena menentukan ruang ntaka struktur dan konstruksi yang dibentuk oleh bangunan harus memperhatikan persyaratan ruang. Bangunan tidak akan berhasil rnewadahi fungsi jika kegiatan di cialamnya tidak ditasilitasi oleh ruang. Fasilitas-fasilitas ini akan berupa sistem-sistem utilitas pada bangunan yang sangat tergaittung dengan faktor-faktor lain yang telah disebut cli atas.
'!.4"5 $ite / Lokasi Bangunarr Site atau lokasi juga akan berpengarulr terhadap aspek lain karena irremberikan inforrnasi nrengen;ri kondisi lingkungan beserta aspek yang terkait sentacatr iklinr mikro Iingkungan, keadaan tanah termasLrk kekuatan dan topografinya, ketersediaan bahan bangunan, ketetanggaan clengan bangr:nan lain dan sebagainya. lnformasi pada site ini juga sangat rnenentukan tindakan-tindakan yang akan diarnbil dalam perancangan struktur. Bentul< bangunan seperti apa, sistem struktur yang mana )/an8 sesuai, pemakaian bahan yang bagaimana yang tepat dan bagaimana bentukan bersikap dengan bangunan di sekitarnya baik untuk kepentingan bangunan itu sendiri atau kepentingan Iingkungan sekitar, akan sangat mempengaruhi perancangan struktur.
i----J Li Di Tepian Air
Di Tanah Berawa/Lumpur
Gambar l-G Macam site pada bangunan
1.4.6 Sistem
- sistem Bangunan J
Persyaratan ruang yang harus dipenuhi dalam bangunan harus diwujudkan ke cialam sistemsistem bangunan atau utilitas. Sistem-sistem meliputi antara lain pengudaraan, pencahayaan, distribusi air bersih dan sanitasinya dan sebagainya, akan menuntut bentukarr-bentukan dan fasilitas struktur dan konstruksi tertentu untuk dapat terjaminnya proses kerja sistem tersebut. Oleh karena itu
Pendahuluan
bentukan struktur dan konstruksi beserta ruang yang terbentuk di dalamnya akan sangat ditentukan oleh pencapaian sistem tertentu dalam bangunan. Strategi pencapaian ini tentu saja tidak akan sama untuk setiap bangurran karma pada bangunan yang berbeda banyak aspek berbeda pula yang saling mempengaruhi sehingga desain sistem dan kaitannya dengan struktur dan konstruksi ini dalama perancangan bangunan memang harus dilihat secara spesifik.
1.4.7 Ekonomi Bangunan Yang terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah ekonomi bangunan. Mulai dari aspek ketersediaan dana yang dibutuhkan untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan hingga perawatan. Karena aspek ekonomi bangunan ini akan berada pada semua tahap dalam perancangan, maka faktor ini harus difikirakan pada setiap pentahapan bangunan. ldealnya semua pentahapan pembangunan harus menggunakan beaya yang seminimal mungkin, namun dengan hasil yang seoptimal mungkin.
@ &
?a-
I
1r
ii
!*r
Sisleruair bersih
*iii
i-l
,^
Ir
SiclerLEegl.ar-v-aa-0
Sjrlr*.P*"h*ry Gambar 1-7 Aspek bangunan yang lain Dengan demikian harus diputuskan alokasi pembeayaan yang proporsional yang jelas. Bukan berarti harga awal yang rendah berarti dapat menjadikan harga ekonomi yang baik karena masih juga dipertimbangkan harga-harga lain termasuk konstruksi, tenaga kerja dan perawatan. Secara umum pada tahap perencanaan, semakin tinggi tingkat persayaratan ruang yang berkaitan dengan bentuk, fungsi dan sistem akan menyebabkan waktu yang relatif lama pada tahap perencanaan dan perancangan. Namun tingginya beaya perencanaan dan perancangan atas waktu ini harus diimbangi dengan rendahnya proses pembangunan hingga pemeliharaan bangunan. Demikian juga sebaliknya, yang harus dihindari adalah tingginya aspek beaya pada setiap pentahapan pembangunan yang tidak diperlukan, sehingga bangunan memang dapat didirikan dengan waktu dan beaya yang semestinya. -oo0oo-
MENGETAHUI MACAM STRUKTUR UTAMA Aspek penting pertama yang harus difahami adalah tentang ketersediaan alternatif beberapa sistem struktur bangunan gedung yang mungkin dapat digunakan di dalam desain. Arsitek harus menguasai kemungkinan struktur yang paling sesuai pada bangunan. Berbagai sistem struktur tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masi ng, sehi ngga ketepatan penggunaannya harus
dipadukan dengan banyak aspek yang terdapat dalam bangunan. Untuk dapat menggunakan salah satu sistem struktur dengan tepat, maka pemahaman menyeluruh mengenai sistem struktur dan ragamnya serta kemungkinan kaitannya dengan aspek lain dalam bangunan diuraikan di bawah ini.
12
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
2.1 Kinerja Sistem Struktur Bangunan Walaupun arsitek tidak dituntut untuk menghitung pembebanan dan reaksi elemen bangunan yang dipersiapkan, prinsip kinerja struktur tetap perlu diketahui untuk dapat menentukan pilihan dari macam macam struktur yang mungkin dipakai.
Kinerja struktur bangunan tidak bertingkat
Kineria struktur banqunan bertinqkat
Gambar 2-1 Kineria struktur terhadap beban
2.1.1 Pembebanan Pada Bangunan Sistem struktur bangunan gedung pada intinya bekerja menyalurkan beban bangunan sehingga menjaga bangunan tetap berdiri, dan membentuk ruang fungsi. Beban-beban yang terjadi pada bangunan gedung berasal dari berat struktur (berat sendiri, beban mati: 1, 2, 3) dan berat fungsi (beban
berguna, berat hidup: 4) di dalamnya serta akibat pengaruh gaya luar seperti gempa dan badai (8). Berat struktur dihitung dari semua elemen struktur dari atap sampai pondasi. Berat fungsi tergantung jenis dan volume kegiatan yang diwadahi bangunan, sedangkan beban gaya luar dipengaruhi oleh bentuk, letak dan posisi bangunan.
Mengetahui Macant Struktur Utama
I ,,
Beban-beban itu disalurkap dari atas ke bawah, mulai dari elemen rangka atap, rangka utama atap, pelat lantai, rangka utama kolom balok atau dinding pemikul, dan sampai pada ponclasi (6), dan diteruskan ke dalam tanah (7). Kolom balok meneruskan Saya menurut arah garis dan dinding menurut arah bidangnya.
2.1.2 Tumpuan dan Pengaruhnya pada Sistem Struktur Beban-beban pada rangka baik rangka atap atau rangka utama, harus diletakkan pada posisi tumpuan atau titik hubung antara rangka-rangka itu. Sedangkan pada dinding pemikul dapat cliletakkan di sembarang garis dindingnya. Oleh karena itu rangka paling sesuai untuk tnenerima gaya titik atau terpusat yang diletakkan pada titik-titik hubungnya, sedangkan dinding sesuai untuk menerima gaya menerus di sepanjang dindingnya. Wujud konstruksi dari ketentuan tersebut adalah bahwa kuda kuda paling ideal jika dipasang langsung di atas kolom utama yang menerus ke bawah, juga menerus atau membentuk sedangkan gunung-gunung paling ideal didukung oleh dinding yang garis bidang di sepanjang dinding. Sebuah bangunan dapat mengkombinasikan berbagai macam
struktur yang akan dipakai tergantung efektifitas pemakaiannya. peletakkan elemen struktur yang tidak sesuai dapat dilakukan, misalnya kuda kuda yang diletakkan tidak tepat di atas kolom atau gunung-gunung yang diletakkan tidak di atas dinding, dengan catatan harus ada struktur penopang lain yang dapat menggantikan kolom untuk meneruskan beban yang ke kolorn, misalnya penggunaan balok pikul yang relatif lebih besar dimensinya. Pertimbangan harus dilakukan ketika menentukan penyimpangan ini adalah menyangkut efektifitas ruang, efisiensi bahan, bentuk-estetika, dan juga harga bangunan.
Gannbar 2-2 Prinsip tumpuan rangka pada titik tumpunYa
14
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Gambar 2-3 Konsekuensi tumpuan rangka pada balok yang harus tebal
Cambar 2-4 Tumpuan pada dinding pemikul
2.1.3 Grid Struktur Crid struktur adalah pola tertentu yang digunakan untuk meletakkan titik-titik atau garis-garis sistem struktur bangunan dalam denah. Titik-titik itu akan menunjukkan letak kolom sedangkan garis-garis akan menunjukkan letak dinding baik struktural ataupun tidak dalam bangunan. Crid struktur bukan hanya seperti milimeter-blok, yang hanya memandu pembuatan skala gambar denah namun lebih berarti karena bentuk-bentuk dan ukuran grid ini akan berkaitan langsung dengan letak elemen sistem struktur dan aspek-aspek penting lain dalam bangunan termasuk bentuk dan ukuran ruang.
I ,'
',tengetahui Macam Struktur Utama
Crid strul
o . . . o
menggambarkan sistem struktur dan konfigurasinya menentukan posisi-posisi kaitan dengan elemen sistem struktur lain memfasilitasi bentuk dan ukuran ruang fungsi di dalamnya menentukan kaitan antar lantai pada bangunan bertingkat menentukan secara pasti posisi kolom, balok atau dinding struktur
lt
,,I
tali
irt attl tla.
tt -a
ll ..-l"''a
".!"---
.iitat
a
!
rrir ', att 'tl
.trii
rli
.
?' 'r
Y
-j _t. -. I'I. 1 t .- I, I a
,.
,a.-
l,
l' i
,.a
,. l -{
t-4
{
ia.
.aaaa
lrll
ltl. i.
i r ---r. . ata:a rttri ,fiq.-I
- .
1
Gambar 2-5. Beberapa alternatif pola grid untuk peletakan sistem struktur
16
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
2.2Ma:cam Struktur Menurut Anatomi Bangunan Pembahasan struktur menurut anatomi didasarkan pada peran bagian sistem struktur yang dapat
dibagi menjadi dua bagian besar; super-structure (struktur di atas tanah) dan sub-structure (struktur di bawah tanah). Super-structure masih dibagi dua lagi yaitu struktur atap dan struktur pembentuk ruang fungsi atau selanjutnya disebut sebagai struktur utama. Pembagian berdasar anatomi ini akan sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi langkah demi langkah proses perencanaan struktur dalam arsitektur. Karena proses perencanaan struktur biasanya dilakukan mulai dengan desain atap, struktur utama dan pondasi.
2.2.1 Struktur Atap Struktur atap adalah bagian atau elemen sistem struktur yang terdapat pada bagian atas t:angunan. Elemen atap disebut juga sebagai 'naungan'. Struktur ini digr-rnakan untuk melindungi atau menaungi secara keseluruhan baik fungsi ataupun fisik bangunan itu sendiri. Struktur atap dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu atap datar dan atap miring. Atap datar umumnya terdiri dari pelat beton bertulang (dag) dan atap miring terdiri dari atap genting, seng, sirap dsb.
a.
Atap Datar
Atap datar ini biasanya digunakan pada area yang difungsikan nrisalkan pada ruang terbuka di atas atap seperti taman atap, tempat cuci-jemur, tempat tangki air, dsb. Karena fungsinya yang demikian, maka atap datar ini biasanya dibentuk dengan konstruksi beton bertulang yang kuat menerima beban dan kedap air. Struktur atap pelat beton bertulang ini tidak berbeda dengan pelat lantai pada unrumnya (tebal 7 - 15 cm, tergantung beban fungsi), hanya karena terletak pada udara terbuka, pelat pada atap ini menggunakan tulangan ganda di atas dan bawah (pada pelat lantai hanya ada tulangan di bagian bawah saja) untuk menghindari kembang susut yang terlalu besar pada atap yang dapat menyebabkan retak dan akhirnya bocor pada ruang di bawahnya. Finishing yang bersifat anti tembus airlkedap air (water prooD seperti plaster PC atau pemasangan keramik, juga diperlukan untuk menghindari rembesan air akibat pengerjaan pengecoran pelat lantai yang tidak sempurna. Treatment khusus seperti pemasangan lapisan anti air juga diperlukan untuk pelat yang sangat perlu kedap air" Konstruksi pendukung pada pelat dapat langsung ditopang oleh kolom ataupun dengan nrenggunakan tumpuan balok yang jumlah atupun konfigurasinya tergantung banyak hal. Secara umum, pelat digabung dengan balok sehingga balok-balok ini yang akan meneruskannya ke kolom. Karena dimensi (ukuran) pelat dan balok beton sangat tergantung dari bentangan atau jarak antar kolomnya, maka pada atap datar dengan dag beton, bentangan relatif tidak mampu mencapai jarak yang lebar (kecuali pada sistem atap bentang lebar seperti pelat lipat / folded, Iengkung I tunel, kubah / dome atau pelat cangkang I shell).
Mengetahui Macam Struktur Utama
17
Gambar 2-6 Contoh bangunan dengan atap datar
Atap datar dapat ditempuh melalui berbagai pilihan konstruksi dengan bentuk dan material yang beragam mulai dari batu bata, beton, kayu, atapun baja yang alternatif bentuknya seperti pada gambar 2-7 berikut.
inli$lgiti*a':'.,..
..
$t4tqr,,Qq[p$,{€!&4',,
dii
l
o:&rEdls:.::,
t..(Bft lksi,qs|!1ile{*r, traeg dh€dashtt rteabsr&ikrr:r',, l:€i*1ai6A;r::,,1'1,.,1.,
i..,ltlil'ilr,ir
s{tiiktiiirrhiitokdr*t*ir' didaos&qniidarl'krlok,'ruiur'
Bhw$t$!.tqnqtn ltsfi$flqg: ffiltrg',|fl*&,l$a *1.' :: t:::::,:':',-: kfdqifung pada iulan$ffi ,
Balok Ralgkq S{ruktur balok datar yang didapatkan dad rangka e{eman }ebih kecil yang rn€imb€nluk atsp datar yar$
rirqan
Cambar 2-7 Berbagai struktur atap datar
18 b.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Atap Miring
Atap miring berfungsi utama sebagai penerus air hujan, oleh karena itu kemiringan atap ini tergantung jenis penutup atap yang dipakai. Seng dan penutup atap lembaran lainnya dapat digunakan dengan kemiringan yang rendah karena tidak khawatir terjadinya air meluap balik. Sedangkan penutup atap jenis kecil seperti genteng dan sirap mempunyai kemiringan yang tinggi untuk mengalirkan air hujan.
Bentuk atap miring ini terdiri dari beberapa macam antara lain pelana, limas ataupun tajug. Bentuk-bentuk ini dapat dikombinasikan sehinga membentuk bentukan yang unik. Pemilihan bentuk juga harus dikaitkan dengan sistem lain termasuk penghawaan dan pencayaan bangunan. Ruang yang terbentuk di bawah atap juga berfungsi sebagai pembentuk volume ruang yang berguna untuk sirkulasi udara panas dan kelembaban. Oleh sebab itu bangunan dengan atap tinggi sangat sesuai untuk daerah tropis lembab seperti di lndonesia. Hampir semua rumah tradisional di nusantara menggunakan atap tinggi ini.
Gambar 2-B Contoh bangunan dengan atap miring
Struktur utama atap miring dapat terdiri dari kuda kuda, gununS-gunung, rangka beton (portal) atau kombinasinya. Alternatif pilihan struktur beserta konstruksinya dapat dilihat pada gambar 2-9 yang terdiri dari:
Mengetahui Macam Struktur Lltama
19
q*t&.tiinuartlixa*rl Ak.ril$cje
Cambar 2-9 Alternatif struktur atap miring
b.1 Kuda kuda Kuda-kuda adalah rangkaian rangka kayu ataupun baja. Struktur atap menggunakan kuda kuda jika diinginkan ruang-ruang di bawahnya bebas dari dinding atau kolom-kolom. pada prinsipnya,
kuda kuda hanya ditumpu oleh dua tumpuan di ujung kanan kirinya yang berupa kolom-kolom utama bangunan. Alternatif lain, kuda-kuda dapat dipasang di atas balok khusus atau dinding khusus yang disebut sebagai dinding pemikul.
20l
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
& i t'-
_ 16 n'ett'
- '1'
'.
'ii'n. :
----
1
: L
T rngg
benbig
Gambar 2-10 Berbagai macam kuda kuda (truss)
Kuda kuda kayu mencapai bentang optimal *15 meter sedangkan jarak antar kuda kudanya maksirnal 4 meter kai"ena kuda kuda dihubungkan oleh gording dan bubungan kayu yang tidak lebih dari 4 meter (yang tersedia di pasar). Jarak yang lebih lebar dapat dicapai dengan menggunakan gording atau bubungan rangka atau dengan bahan baja. Jika rnenggunakan baja, bentangan kuda kuda dapat mencapai belasan hingga puluhan meter hingga membentuk bangunan bentang lebar. Alasan penggunaan kuda kuda kayu atau baja tergantung bentangan, ketersediaan bahan dan alasan lain dalam aspek bangunan.
b.2 Cunung-gunung Cunung-gunung adalah struktur utama pembentuk kemiringan atap bukan rangka yang terdiri dari dinding batu bata dan sejenisnya. Cunung-gunung ini dipakai pada posisi di atas dinding rnenerus, sehingga penggunaan gunung-gunung ideal pada ruangan bangunan yang mempunyai banyak dinding. Karena terdiri dari dinding, gunung-gununB tidak dapat memberikan bentang ruangan di bawahnya namun memberikan ruang di antara gunung-gunung tersebut.
Mengetahui N4acam Struktur Utama
Gambar 2-11. Berbagai macam gunung-Sunung Cunung-gunung biasanya diperkuat dengan balok keliling (ring balk) beton bertulang pada ketiga sisinya untuk menambah kekakuan dindingnya. Jarak antar gunung-gunung relatif sama dengan kuda-kuda, karena gunung-gunung juga dihubungkan dengan gording dan bubungan baik kayu ataupun baja. Cunung-gunung sering digunakan pada kedua tepi atap bangunan dengan bentuk pelana. Pelubangan pada gunung-gunung dapat dilakukan untuk memberikan akses sinar matahari dan udara keluar masuk ruangan.
b.3
Rangka Beton (Portal)
Rangka beton atau portal dapat dipakai untuk menggantikan kuda-kuda atau gunung-gunung.
Prinsip dari rangka ini adalah dengan menggunakan balok beton bertulang yang dimiringkan disesuaikan dengan bentuk kemiringan atap bangunan. Karena terbuat dari beton yang berat, maka dimensi balok akan relatif besar. Ukuran balok ini juga didasarkan pada bentangan atau jarak antar dua kolom penyangganya. Bentangan ideal rangka portal untuk rangka atap ini optimal sekitar'12 meter. Semakin besar bentangan, semakin besar dimensi balok yang diperlukan. Maka bangunan juga semakin berat sehingga kolom-kolom dan balok-balok juga harus diperhitungkan untuk menerinta beban yang besar itu. Sehingga dimensi kolom balok yang lebih besar akan semakin mahal. Keuntungan pemakaian struktur ini adalah dapat memberikan ruangan yang relatif bersih cli bawahnya, baik terhindar dari pemakaian kolom atau rangka-rangka kuda kuda. I
22
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
F
-.//
\:-..
--h tl
,r'",..
A
ill]
\\\\\\
,,,..,,/
1l
Jr
ri
Gambar 2-12 Rangka portal (beton bertulang, kayu laminating, dan baia)
Ketiga macam struktur utama atap di atas dapat saling digabungkan untuk mendapatkan keuntungan masing-masing struktur secara optimal.
2.2.2 Struktur Utama Struktur utama dalam bangunan adalah sistem struktur yang dipakai untuk menyangga beban atap dan membentuk ruang fungsi. Struktur utama yang terdiri dari kolom dan atau dinding vertikal ini juga disebut dengan 'tegakan' karena berperan utama pada tegaknya bangunan. Pada dasarnya, struktur utama dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem rangka dan sistem dinding pemikul. Rangka dapat berupa kayu, baja ataupun beton. Sedangkan dinding dapat berupa dinding pemikul batu bata ataupun betr:n bertu lang.
a.
Sistem Struktur Rangka
Bentuk dari sistem struktur rangka adalah kolom balok yang dapat digabung dengan sistem pelat lantai. Rangka menyangga bangunan sedangkan dinding-dinding hanya berfungsi sebagai pembatas atau pembentuk ruang saja. Dinding ini bahkan dapat dihilangkan. Beban-beban pada bangunan pada intinya ditopang oleh kolom dan balok, sehingga dari atas hingga ke bawah bangunan, letak titik-titik beban seharusnya dipasang pada titik-titik tumpunya. Sehingga idealnya kuda kuda harus ditopang oleh kolom, dan kolom harus ditopang oleh pondasi
titik di bawahnya.
d
t
Mengetahui Macam Struktur lJtama
t,,
Keuntungan Sistem Rangka:
. o
Ruang lebih fleksibel karena dinding dapat dipasang atau dihilangkan Pelaksanaan konstruksi di lapangan yang lebih cepat karena dinding dan ruangan dapat dipasang
o
kemudian Pondasi dapat dibuat lebih sederhana dengan menggunakan pondasi setempat atau titik
Kerugian Sistem Rangka
.
Beban-beban diutamakan diletakkan pada titik-titik hubungnya, sehingga relatif sulit untuk
o
mendapatkan kedudukan sistem struktur yang benar-benar ideal pada penerapannya Bangunan harus terdiri dari kolom-kolom dan balok yang posisi dan letaknya harus memenuhi
persyaratan jarak tertentu yang dipengaruhi oleh sifat-sifat teknis bahan bangunan struktur utamanya.
Sistem struktur rangka bangunan bertingkat rendah yang paling banyak dipakai di lndonesia (kecuali daerahdaerah teftentu) adalah sistem rangka beton bertulang. Sistem rangka ini disebut dengan rangka kaku (rigid frame) karena prinsip dari struktur ini adalah kaku nya sambungan-sambungan beton nya.
Gambar 2-13 Stuktu r rangka kaku beton (rigid frame) Jenis rangka yang lain adalah rangka kayu yang sifatnya fleksibel. Kebalikan dengan rangka kaku beton, rangka kayu harus dibuat dengan sambungan yang dapat bergerak sehingga dapat melepaskan
beban. Selain sifat tersebut, struktur ini bersifat ringan sehingga sangat berguna melawan ancaman beban gempa bumi yang sering terjadi di lndonesia. Rumah tradisional di Nusantara kebanyakan menggunakan prinsip rangka fleksibel ini.
b.
Sistem Struktur Dinding Pemikul
Sistem struktur dinding pemikul menggunakan dinding sebagai penopang struktur utama selain sebagai pembatas ruang. Dinding pada struktur ini menerima beban dari bangunan dan
24
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
meneruskannya ke dalam tanah (tanpa dibantu dengan rangka), dengan demikian dinding harus menerus dari bawah (pondasi) sampai atas (ataP). Bebarr pada dinding ini dapat dipasang di sembarang tempat sepanjang dinding, dengan ijer,-rii.:ian kucla-kuda dapat di mana saja sehingga pondasi harus berbentuk garis pada sepanjang y-"tis drndingnl,a.
Gambar 2-14 Struktur dinding pemikul (satu arah) Keuntungan sistem struktur dinding pemikul a a
Tanpa harus meletakkan kolom-kolom pada ruang bangunan Letak tumpuan beban dapat di mana sepanjang dindirtg sehingga posisi kuda kuda, balok dan sebagainya mudah ditempatkan dan disesuaikan dengan aspek lain dalam bangunan
Kerugian sistem struktur dinding pemikul
o r
RuanB akan relatif terikat dengan posisi garis dinding sehingga ruang fungsi harus mengikuti ruang yang ada pondasi yang digunakan harus sesuai sepanjang dinding sehingga relatif besar dimensinya dan mahal
o
Konstruksi clinding yang tebal dan besar akan mengakibatkan bangunan menjadi relatif lebih mahal karena volume waktu dan bahan.
2.2.3 Struktur
Pondasi
Struktur pondasi adalah elemen sistem struktur yang berfungsi menopang keseluruhan beban, menjaga berdirinya bangunan dan meneruskannya ke dalam tanah. Pondasi disebut juga sebagai elemen 'landasan' karena posisinya di dasar bangunan. Pondasi dibedakan atas kedalamannya dan sifatnya meneruskan beban ke dalam tanah. Menurut kedalamannya pondasi dibagi menjadi dua; pondasi dangkal dan pondasi dalam. Sedangkan menurut sifat penerusan gayanya, pondasi dibagi menjadi tiga jenis; pondai titik, pondasi menerus dan pondasi bidang.
Mengetahui Macam Struktur lJtama
l*
Pondasi titik untuk jenis dangkal dapat berupa umpak, foot plate, pondasi buis beton dan pondasi kayu. Sementara untuk jenis dalam dapat berupa pondasi tiang pancang atau pondasi sumur bor. Pondasi menerus hanya terdiri dari pondasi dangkal yaitu pondasi menerus batu kali atau beton bertulang. Pondasi bidang atau juga disebut pondasi kapal dapat berupa pondasi pelat beton baik yang difungsikan sebagai ruang bawah tanah (basement) atau tidak. Semua jenis pondasi tersebut dapat digunakan untuk semua jenis bangunan karena penentuan
bangunan akan tergantung selain pada beban juga tergantung beberapa aspek; yaitu aspek beban bangunan, kondisi tanah dan kondisi lingkungan. Semakin tinggi dan atau besar bangunan, beban akan meningkat sehingga ukuran dan kedalaman juga akan semakin meningkat. Kondisi tanah yang mempengaruhi daya dukung tanah (tanah normal lkglcm2) akan menentukan dimensi dan kedalaman pondasi, semakin berkurang daya dukung tanah, semakin bertambah dimensi dan kedalamannya. Begitu juga dengan kondisi lingkungan, pada lokasi ekstrim, pondasi juga harus menyesuaikan. Dimensi pasti pondasi dan kedalamannya harus dihitung oleh konstruktor.
Gambar 2'15 Macam pondasititik (umpak, foot-plate, buis beton, pancang)
a.
Pondasi Titik
Pondasi titik diperlukan untuk meneruskan beban-beban terpusat atau terkumpul (pada kolom) dan meneuskannya ke dalam tanah. Pondasi ini hanya ada pada kolom-kolom utama bangunan. Pondasi titik pada bangunan strul
pondasi ini ditempatkan pada kolom-kolom utama struktur bangunan. Pada struktur kayu, umpak batu adalah pondasi titik yang banyak dipakai bangunan tradisional.
b.
Pondasi Menerus Pondasi menerus dibutuhkan untuk menopang beban menerus yang berasal dari dinding pemikul
atau dinding batu bata penyekat ruang. Pondasi menerus juga dibuat menurut struktur utama jika
26
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
dipakai sebagai pondasi utama (misal pondasi dinding pemikul). Pada dinding non struktural atau dinding pembatas ruang, pondasi dipakai hanya untuk memikul berat dinding di atasnya, sehingga untuk bangunan bertingkat yang menggunakan struktur utama beton bertulang dan menggunakan dinding batu bata, pondasi titik maupun menerus digunakan keduanya'
Gambar 2-16 Macam pondasi menerus (batu kali. beton bertulang)
c.
Pondasi Bidang
titik karena beban atau tanah atau keduanya menghendaki Iuasan yang lebih untuk mempertahankan posisi bangunan, maka titik satu pada pondasi akan mendekati atau bertemu dan yang saling bersinggungan. Kondisi ini memungkinkan untuk digabung menjadi satu kesatuan pelat disebut pondasi pelat atau pondasi bidang. Pondasi bidang ini sering digunakan untuk bangunan Jika pondasi
yang berat atau tinggi atau berada pada tanah dengan daya dukung yang rendah (tanah rawa dsb).
Gambar 2-17 Pondasi bidang (beton bertulang)
d.
Kedalaman Pondasi
pondasi dangkal atau dalam yang akan dipakai pada suatu bangunan juga terletak pada berat bangunan, tinggi bangunan, daya dukung tanah dan struktur lapisan tanah. Juga diperhatikan lokasi bangunan berada. Apakah terletak di daerah rawan gempa, banjir dan sebagainya, sebab kondisikondisi tersebut menghendaki pondai yang lebih stabil untuk mengantisipasi beban-beban eksternal tersebut.
Mengetahui Macam Stuktur lJtama
t,,
2.3 Macam Struktur Menurut Bahan Bangunan Menurut bahan dasar penyusun struktur, bangunan bertingkat rendah mempunyai berbagai jenis bahan yang dapai ciigunakan sebagai bahan utama pembentuk struktur. Bahan tersebut dapat digunakan sepenuhtlya pada semua bagian struktur dan konstruksi ataupun dapat dikombinasikan menurut kepentingan 6lemakaiannya. [3ahan yang sering dipakai adalah; Kayu, Baja dan Beton.
2.3"1 Sistem $truktur Kayu Sistem strul
dari kayu. Sistem ini sering cligunakan sepenuhnya terutama pada bangunan-bangunan
khusus
baik bangunan tradisional ataupun bangunan lainya dengan maksud tertentu (citra, suasana dsb). Penggunaatl secara parsial biasarrya dilakukan untuk bagian-bagian bangunan dengan tujuan efisiensi dan kemudalran pengerjaan, misalnya pada rangka atap. Pada masa kini, pengunaan secara total pada sehuah bangunan jarang rJilakukan karena alasan ketersediaan dan nrahalnya bahan l
Penggunaan bahan ini juga sangat dipengarLrhi ketersedian kayu di lapangan, dengan panjang penampang dan tertentu. Sehingga desain bangr-rnan harus memperhatikan pada bagian-bagian mana struktur harus disambung dan ditumpu. Sistem struktur kayu mempunyai sifat sambungan yang dapat bergerak (sendi, truss) sehingga pengkakukan sering dilakukan dengan menenrpatkan batang-batang
diagonal sehingga membentuk rangkaian segitiga-segitiga.
Gambar 2-18 Cantah struktur utuh kayu dengan rangka bataitg (fruss)
28{ 2.3.2 Sistem Struktur
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Baja
Sistem struktur baja adalah sistem struktur utama terbuat dari bahan baja. Sistem ini bersifat modern karena pengerjaannya nrembutuhkan ketrampilan yang mernadai dan harganya relatif mahal. Penggunaan pada sistem struktur secara keseluruhan pada bangunan-bangunan dengan fungsi dan maksud tertentu karena kelebihan baja adalah ringan dan mudah dibongkar pasang. Sementara pada bagian bangunan, baja sering digunakan pada konstruksi kuda-kuda atau rangka atap lainnya untuk mencapai bentangan yang lebih lebar. Sifat baja yang ringan tepat digunakan untuk bangunan ringan yang dapat mencapai ketingian dan lebar bentang yang maksimal. Oleh karena itu struktur baja tepat dugunakan untuk bangunanbangunan tinggi atau berbentang lebar. Sifat yang lain adalah relatif mampu menahan tarikan sehingga pada elemen konstrLrksi, baja lebih digunakan untuk batang-batang yang menerima gaya tarikan atau batang tarik ketimbang batang tekan (seperti pada kayu atau beton).
i
Cambar 2-19 Contoh struktur baja Beberapa kelemahan baja pada penggunaan struktur adalah karena sifat dasarnya yang mudah mengalami korosi sehingga penggunaannya harus selalu dilindungi dan dipelihara (cat, laminating, bungkus beton/komposit) dan tidak cocok untuk di luar ruang. Baja juga relatif mudah terpengaruh oleh suhu luar sehingga mudah mengalami kembang susut yang relatif besar yang akan berakibat lemahnya sistem struktur, sehingga baja relatif tidak tal-ran terhadap api dibanding struktur lain.
2.3.3 Sistem Struktur Beton
#m.iJ
Beton adalah bahan struktur yang didapatkan dari canrlluran tertentLr semen, pasir dan krikil. Penggunaan beton secara murni untuk sistem strtiktur bangunan jararrg dilakukan, karena bahan ini relatif getas dan hanya mampu menahan beban atau gaya tekan saja. Oleh karena itu penggunaan beton biasanya selalu dibarengi dengan perkuatan tulangan baja di dalamnya untuk menahan gaya-
&im irtii{1tI
Ilm-
Mengetahui Macam Struktur Utama gaya tarik pada struktur, sehingga struktur
29
ini disebut sebagai struktur beton bertulang (reinforced
concretelRC).
Penggunaan struktur beton bertulang untuk bangunan bertingkat rendah sangat banyak dilakukan (kecuali daerah-daerah yang mempunyai sumber-sumber pasir dan krikil terbatas seperti Pulau Kalimantan). Alasan penggunaan beton bertulang adalah karena bahan struktur ini relatif murah dan mudah dikerjakan pada pelaksanaan konstruksi di lapangan, sehingga hampir setiap tenaga bangunan di lndonesia terbiasa dengan beton bertulang. Bagi perencana, beton bertulang dapat dibentuk dengan fleksibel, sehingga dapat mengakomodasi berbagai macam bentukan desain. Keuntungan lain adalah karena beton bertulang mempunyai usia struktur yang sangat panjang, sehingga bangunan akan bersifat sangat permanen dan mempunyai usia pakai yang panjang pula. Perawatan bahan pun relatif tidak diperlukan karena mempunyai ketahanan terhadap segala cuaca dan juga terhadap api. Kekurangan beton bertulang terletak pada berat konstruksi atau beban mati yang tinggi. Berat ini akan mempengaruhi berat total bangunan, sehingga bangunan memerlukan sistem pondasi yang sangat stabil untuk menopangnya. Berat ini juga akan berpengaruh pada kemampuan bentang dan tinggi bangunan, sehingga desain ruang dan bangunan juga harus mempertimbangkan bentangan dan tinggi maksimal. Struktur dengan berat mati yang besar ini juga rawan terhadap beban potensial yang diakibatkan oleh gayalateral/samping seperti gempa bumi. Bangunan akan lebih mudah roboh akibat beratnya sendiri yang menjadi beban akibat goyangan gempa.
Gambar 2-2O Struktur rangka beton sistem portal
Kolom dan balok relatif mempunyai dimensi yang cukup besar dan banyak dibanding bahan struktur lain, sehingga efektifitas ruang menjadi tidak optimal. Sifat lain adalah waktu pelaksanaan konstruksi yang cukup panjang, karena beton bertulang mempunyai waktu pembentukan tertentu r ang cukup panjang dari pengerjaan cetakan (begesting), pembesian, pengecoran hingga waktu yang digunakan untuk "mematangkan" usia beton (konvensional - 28 hari)
30
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
2.3.4 Sistem Struktur Batu Bata atau Batu Kali Sistem struktur dinding yang tersusun dari dinding batu baia atau batu kali adalah sistem struktur
yang juga dapat dipakai sebagai sistem struktur bangunan berlantai 2, tanpa harus menggunakan rangka berupa kolom dan balok. Sistem struktur ini berbeda dengan ketiga sistem struktur di atas yang berbentuk struktur rangka. Sistem struktur dinding berbentuk bidang sehingga dinamakan dinding pemikul (bearing wall). Penggunaan sistem struktur dinding ini secara keseluruhan pada bangunan bertingkat jarang dilakukan karena kurang efisien dari segi pelaksanaan dan bangunan atau ruang. Struktur ini harus menggunakan dinding yang mampu mendukung beban bangunan, sehingga dinding akan semakin tebal bila bangunan semakin tinggi. Pada sebuah bangunan tidak bertingkat sederhana, dinding batu bata dapat dipakai dengan ketebalan 3/+ alau satu batu (satu batu 2 lapis batu bata standar),
:
sedangkan pada bangunan berlantai 2, dinding dapat mencapai ketebalan 1 Yz hingga dua batu dengan pelat lantai kayu. Dengan demikian pengerjaan bangunan akan menjadi relatif rumit dan mahal. Keuntungan dari sistem struktur dinding pemikul adalah bahan struktur yang sederhana dan tidak lagi menggunakan rangkaian kolom dan balok. Karena dindingnya yang tebal, bangunan dengan sistem struktur ini juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perubahan suhu yang ekstrim, dapat menyerap panas pada siang hari/suhu tinggi dan memancarkannya pada malam hari/suhu rendah.
Gambar 2-21 Struktur batubata atau batukali dengan Sunung-gunung -oo0oo-
MEWADAHI FUNGSI DAN RUANG PADA BANGUNAN Aspek utama yang harus diperhatikan pada bangunan gedung adalah aspek fungsi. Fungsi-fungsi itu mempunyai persyaratan yang harus dipenuhi oleh ruang dan bangunan, maka setiap elemen bangunan harus ditujukan untuk memenuhi persyaratan tersebut. Pemenuhan persyaratan ini akan mempengaruhi baik secara langsung atau tidak pada aspek struktur sebagai wadah dan juga bentuk bangunan sebagai hasil. Untuk dapat mengerti kaitan antara fungsi dan pengaruhnya terhadap aspek lain tersebut, di bawah ini akan dibahas dalam kaitannya dengan jenis-jenisnya dan pengaruhnya terhadap sistem struktur, bentuk rutang dan bangunan
32
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingka! Rendah
3.1 Mengidentifikasi Fungsi dan Ruang Ruang dan bangunan akan lebih mudah ditentukan jika fungsi pada ruang atau bangunan dapat didefinisikan, demikian pula sebaliknya. Fungsi-fungsi selanjutnya dibedakan menurut kompleksitas kegiatan yang berkaitan langsung dengan kompleksitas ruang dan struktur yang akan mewadahinya. Fungsi dibagi menjadi dua bagian besar yaitu fungsi seragam dan fungsi kompleks. lstilah ini digunakan untuk menghindari kerancuan dengan istilah fungsi tunggal dan fungsi jamak yang sering digunakan pada bangunan, yang kadang tidak berkaitan secara langsung dengan tingkat kompleksitas perancangan struktur pada bangunan . Fungsi tunggal sering dipahami sebagai fungsi yang terdiri dari satu golongan kegiatan (contoh: rumah tinggal, perkantoran, asrama dan sebagainya) sementara fungsi jamak terdiri berupa lebih dari satu golongan kegiatan (contoh: rumah toko/ruko, hotel konvensi dan sejenisnya)
Gambar 3-1 Contoh denah bangunan fungsi seragam (mis: kamar hotel) Fungsi seragam dan tidak seragam atau kompleks pada pembahasan struktur ini lebih diarahkan
pada kaitannya dengan kompleksitas sistem struktur dan pentahapannya dalam desain. Sering bangunan fungsi-fungsi tunggal justeru mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi atau dapat digolongkan ke dalam fungsi kompleks (bangunan rumah tinggal pada umumnya adalah contoh fungsi tunggal yang kompleks). Demikian juga sebaliknya, jenis hotel tertentu dengan kejamakan fungsi yang terjadi di dalamnnya, kadang justeru dapat digolongkan ke dalam fungsi yang seragam karena sebagian besar dari sifat kegiatan itu hanya satu yaitu kamar tidur. Demikian pula fungsifungsi lainnya.
I ,,
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan
3.1.1 Fungsi Seragam Yang dimaksud dengan fungsi seragam adalah fungsi-fungsi yang dapat dipandang sebagai satu jenis aktifitas yang akan berpengaruh sama atau seragam pada kebutuhan ruangnya. Fungsi ini dapat diidentifikasi dengan adanya satu kegiatan yang dominan, walaupun akan terdapat berbagai macam kegiatan lainnya, namun kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan menentukan fasilitas pewadahan ruang atau struktur yang sangat berbeda dengan fungsi utamanya. Ruang-ruang lain ini akan dapat didefinisikan sebagai ruang pelengkap yang dapat diwadahi dengan tuntutan pewadahan pada ruang fungsi utamanya. Contoh darijenis bangunan ini adalah bangunan perkantoran, yang ruang-ruangnya terdiri dari kegiatan utama dominan kantor, walaupun ukuran masing-masing kantor tersebut dapat berbeda, namun karena penggunaan modul ruang yang sama dari persyaratan ruang minimalnya, ukuran-ukuran tersebut dapat merupakan kelipatan atau bagian dari modul ruang utama. Demikian juga dengan ruang-ruang lain yang berfungsi sebagai penunjang semacam ruang rapat, kamar mandi, dapur dan sebagainya. Fungsi seragam ini dapat berupa satu ruang kegiatan fungsi utama disertai fungsi-fungsi ruang penunjang, misalnya pada bangunan auditorium yang terdiri dari kegiatan utama ruang pertemuan
dengan ruang-ruang lain berupa kamar mandi dan gudang. Atau dapat pula terdiri dari beberapa fungsi utama dan beberapa ruang penunjang seperti bangunan asrama yang terdiri dari kamar-kamar dan fasilitas kamar mandi dan fasilitas lainnya. Yang terakhir ini lebih sering terjadi pada bangunan bertingkat sedangkan bangunan dengan fungsi seperti auditorium biasanya hanya terdiri dari satu lantai atau dalam satu lantai pada lantai tertentu pada bangunan (jika digabungkan dengan fungsi utama lain). Pengaruhnya terhadap fasilitas ruang dan struktur pada bangunan relatif mudah dan sederhana. Karena ruang-ruang diperoleh dari kelipatan atau bagian ruang utama, maka ukuran dan bentuk struktur bangunan juga relatif sama. Keseragaman bentuk dan fungsi ini akan lebih ditegaskan dengan keteraturan sistem struktur bangunannya. Kolom-kolom dan dinding-dinding pada bangunan dapat
diatur menurut kaidah atau pedoman tertentu yang lugas yaitu dengan menggunakan salah satu jenis grid struktur. Pada bangunan bertingkat, jenis bangunan ini relatif lebih mudah dalam proses desain dan strukturnya. Tentu saja pengurangan dan penambahan kolom dan dinding ini masih dapat dilakukan untuk mendapatkan fungsi yang optimal. Pada bangunan dengan fungsi komples dapat diambil kesimpulan
t , * * , .t *
:
t^-)i-: )^-i L^^..^lFungsi-fungsi terdiri banyak f..--^: fungsi L^-L^-J^ dari berbeda
Sesuai untuk bangunan-bangunan lebih privat
Denah lebih sulit dibuat dengan tidak banyak kelipatan bentuk dan ukuran Paling tepat digunakan untuk bangunan tidak bertingkat
/ bertingkat rendah
Struktur lebih kompleks dengan pola yang tetap beraturan Perancangan lebih bersifat kompleks Pengerjaan lebih susah dilakukan
34
Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
3.1.2 Fungsi Kompleks Jika fungsi-fungsi yang menghendaki persyaratan ruangnya masing-masing termasuk ukuran ruangnya tidak dapat merupakan kelipatan salah satu fungsinya, maka fungsi demikian termasuk fungsi kompleks (misal rumah tinggal). Demikian juga dengan penggabungan beberapa fungsi utama ke dalam satu masa bangunan (misal bangunan multifungsi seperti pusat belanja terpadu, hotel konvensi dan sebagainya). Tiaptiap fungsi ini akan menuntut ruang yang berbeda baik bentuk ataupun ukuran dan persyaratan lainnya yang harus dipenuhi oleh bangunan.
Cambar 3-2 Contoh denah bangunan fungsi kompleks (mis: gedung pertuniukan) Fungsi-fungsi yang berbeda dalam satu massa bangunan ini dapat dipadukan dengan berbagai
cara yang mungkin dilakukan. Jika fungsi-fungsi tersebut hanya fungsi-fungsi utama yang relatif ukuran ruangnya kecil seperti rumah tinggal dan sejenisnya, maka ruang-ruang ini dapat diwadahi dalam satu bangunan yang utuh. Namun jika masing-masing fungsi tersebut berukuran besar karena keterbatasan struktur maka ruang-ruang tersebut dapat difasilitasi oleh jenis strukturnya masingmasing yang penerapannya dalam massa bangunan cukup digabungkan atau saling didekatkan saja. Pengaruhnya terhadap konfigurasi ruang pada bangunan tentu saja harus menggunakan grid
yang mempunyai variasi bentuk dan ukuran yang beragam. Konfigurasi beragam ini dapat berupa satu jenis grid yang saling disesuaikan ukurannya atau berbagai macam grid yang disatukan dalam satu bangunan.
lu,
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan
3.2 Memenuhi Persyaratan Ruang Ruang-ruang sebagai hasil dari perwujudan ide gagasan atau konsep bangunan dan ruangnya akan mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu yang harus difasilitasi oleh struktur dan konstruksi bangunan. Persyaratan ruang ini pada dasarnya adalah untuk memberikan tujuan fungsi pada ruang yang optimal. Persyaratan yang akan di bahas meliputi;
3.2.1 Persyaratan Bentuk dan Ukuran Karena alasan tertentu, ruang akan mempunyai bentuk dan ukuran tertentu. Bentuk dan ukuran
ruang-ruang ini harus diwadahi dalam bangunan, sehingga struktur sebagai pembentuk wadah ruang harus dapat sesuai dengan persyaratan ini. Karena fungsinya, ruang pada prinsipnya dapat mempunyai beragam bentuk dan ukuran masing-masing. Masing-masing ruang ini dapat secara langsung diwadahi dengan bentuk-bentuk dan ukuran struktur dan konstruksi yang berbeda. Akan tetapi cara ini untuk bangunan bertingkat relatif lebih sulit dilakukan, karena pada prinsipnya, struktur bangunan bertingkat lebih menghendaki keteraturan-keteraturan baik bentuk ataupun ukuran.
Gambar 3-3 Contoh pernenuhan terhadap persyaratan bentuk dan ukuran pada sebuah fungsi bangunan tertentu Pada bangunan dengan fungsi seragam dapat diambil kesimpulan
.!. * .:' * * * *
Fungsi-fungsi terdiri dari fungsi sejenis Sesuai untuk bangunan-bangunan publik
Denah lebih mudah dibuat dengan kelipatan bentuk dan ukuran Paling tepat digunakan untuk bangunan beningkat banyak
Struktur lebih sederhana dengan pola yang tetap beraturan Perancangan lebih bersifat sederhana Pengerjaan lebih mudah dilakukan
:
36
Merancang l3angunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Penggunaan grid struktur adalah cara yang paling ideal untuk menemukan kesesuaian ruang dengan tuntutan persyaratannya serta menemukan keteraturan strukturnya. Crid pada praktiknya dapat fleksibel rnewadahi bentuk dan ukuran ruang yang berbeda dalam denah bangunan.
Bentuk dan ukuran ruang-ruang tertentu dapat tidak mengikuti keteraturan atau menggunakan perkecualian dengan catatan bahwa ketidak teraturan ini harus dapat diselesaikan dengan desain khusus pada struktur atau kontruksi bangunan. Penyesuaian-penyesuaian baik bentuk atau ukuran ruang pada kasus tertentu dalam bangunan juga dapat dilakukan dengan catatan tidak sampai merubah tujuan dari persyaratan ruang. Ukuran-ukuran dapat ditambah atau dikurangi dengan syarat perubahan itu masih sesuai dengan standar minimal yang telah ditetapkan. Demikian juga dengan bentuk ruang dan bangunan.
3.2.2 Persyaratan Sistem Sistem-sistem yang akan diterapkan dalam bangunan akibat fungsi bangunan juga akan berpengaruh besar dalam desain struktur dan konstruksi. Sistem-sistem itu antara lain meliputi sitem fisik (view,, pengudaraan, pencahayaan dsb), mekanika (sirkulasi, pemipaan dsb) dan elektronika ruang (listrik, telepon dsb). Semua sistem itu harus dapat diwadahi dalam bangunan agar fungsi menjadi optimal. Pelvadahan sistem-sistem itu dalam bangunan akan berpengaruh banyak dalam sistem struktur dan konstruksinya. Mulai dari ukuran bentang ruang, ketinggian antar lantai, ketinggian atap, ruang yang harus disediakan untuk jaringan-jaringan sistem serta kelengkapannya dan sebagainya. Sistemsistem ini juga pada dasarnya untuk membuat fungsi dan bangunan menjadi optimal, sehingga struktur sebagai tempat atau wadah harus sesuai dengan tuntutan persyaratan. Untuk dapat menyesuaikan, sistem-sistem pada ruang-ruang itu harus dapat diketahui satu persatu, sehingga yang paling penting adalah bagaimana memadukan semua sistem itu pada bangunan, sehingga sistem pada satu ruang tidak akan saling menggangu ruang yang lain.
3.2.3 Persyaratan
Lain
Persyaratan lain pada ruang yang berkaitan dengan fasilitas struktur antara lain adalah persyaratan
karakter desain arsitektural meliputi warna, tekstur, gelap terang dan sebagainya. Persyaratan ini akan dapat dipenuhi dengan pemilihan penggunaan bahan bangunan yang juga akan berkaitan langsung dengan sistem struktur dan konstruksi bangunan. Bahan-bahan bangunan tertentu memiliki persayaratan tertentu pula dalam penggunaannya pada bangunan. Hal ini tentu saja akan menjadi pertimbangan utama dalam mendesain ruang dan fungsinya.
3.3 Mewadahi Organisasi Ruang Setelah ruang-ruang ditentukan persyaratannya, ruang-ruang tersebut akan disusun dalam gubahan ruang yang disebut organisasi ruang. Organisasi ruang ini adalah wujud awal dari susunan
37
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan
denah ruang dalam bangunan. Organisasi ruang selanjutnya akan menggambarkan bagaimana kedudukan masing-masing ruang dan hubungannya satu dengan yang lain. Pada desain struktur, kedudukan dan hubungan antar ruang ini menjadi penting karena akan menghasilkan pengaturan elmen struktur dan konstruksi yaitu pada pengaturan kolom-kolom dan dinding-dinding bangunan. Jika grid struktur juga sudah digunakan, maka organisasi ruang ini pada nantinya akan mempunyai saling ketergantungan dengan grid struktur yanB digunakan.
a (,
z)
LL
o z
Service
l
u
(,
z :) t tr )F Y
f d F
a
z z
:)
C'
z
c0
T Z
u o Gambar 3-4 Hubungan antara organisasi ruang dengan sistem struktur
3.3.1 Hubungan
Ruang
Di dalam hubungan ruang, ruang-ruang dihubungkan satu dengan yang lain menurut tujuannya dengan berbagai cara. Ruang dapat dihubungkan secara langsung atau tidak langsung. Secara tidak langsung akan membutuhkan ruang perantara, Ruang perantara yang sering dipakai sebagai elemen sirkulasi adalah hall atau selasar. Letak pengaturan selasar ini dapat beragam tergantung juga pada aspek bangunan yang lain.
38
h,l e r a n c an
I
g
B
an gu n a n Ce d u n g B e rti n gkat Re n d ah
332LayoutRuang
-..cut
ruang atau pengaturan posisi ruang pada bangunan bertingkat dapat dilakukan secara ^:al atau vertikal. Ruang-ruang publik biasarrya lebih diutamakan untuk berada pada bagian . .. ian yang lebih mudah dicapai yaitu di depan secara horisontal atau di lantai dasar secara - - ral, sementara ruang-ruang yang lain menyesuaikan. Ruang-ruang dengan persyaratan khusus .-=-a jenis aktifitas yang diwadahi juga karena sistem yang lebih diutamakan di lantaidasar adalah -:-E-ruang gudang, dapur, garasilparkir dan sejenisnya. Namun jenis ruang ini tidak harus terletak =.."i dengan jangkauan publik sehingga dapat diletakkan di bagian belakang bangunan atau bahkan . =,-a basement bangunan yaitu ruanB di bawah tanah. Pengaturan layout ruang yang lain dapat ,^Jkan dengan maksud dan tujuan bangunan yang berbeda.
" ''
3.4 Membuat Denah Kasar Setelah semua pertimbangan hubungan dan layout ruang dapat ditentukan, dengan atau tanpa -'ersyaratan ruang yang diketahui, gambaran kasar bentuk denah sudah dapat dihasilkan. Denah rasar ini masih sebatas menggambarkan posisi-posisi ruang dan bagaimana struktur mewadahi ruangruang tersebut. Tentu saja denah yang dihasilkan ini akan masih sangat mungkin untuk mengalami berbagai perubahan mengingat aspek-aspek lain pada bangunan belunr difikirkan. Denah kasar adalah kesimpulan pada bahasan fungsi saja beserta pertimbangan struktur dan konstruksi arval. Denah ini,
iika sudah difikirkan terhadap semua aspek pada bangunan beserta persyaratannya selanjutnya akan menjadi denah yang sesungguhnya yang akan dipakai sebagai gambar kerja bangunan.
Service
Taman luar
Dapur
R,keluarga Garasi R.tidur R.tamr Carport
R.tidur
Km
Teras
Taman luar
Gambar 3-S Contoh denah kasar (mis: rumah tinggal)
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan
39
Selanjutnya, jika denah kasar sudah dihasilkan, proses untuk menuju gambar kerja denah masih cukup panjang. Denah akhir yang dipakai sebagai pedoman gambar kerja akan banyak berkaitan
dengan aspek-aspek lain dalam bangunan, bukan hanya fungsi saja. Denah juga berhubungan dengan bagaimana sistem struktur direncanakan karena kolom-kolom dan atau dinding-dinding akan diletakkan. Sistem pencahayaan dan penghawaan juga dipengaruhi karena jendela dan pintu juga diletakkan dalam denah, demikian juga dengan sistem sirkulasi bangunan dan sistem-sistem lain dalam bangunan, termasuk yang paling banyak menentukan perancangan estetika sebuah bangunan; tampak. Komposisi denah dan bagaimana denah dibuat akan dilan.jutkan pada bagian lain dalam buku ini setelah semua sistem-sistem yang mempengaruhinya dalam bangunan dibahas terlebih dahulu. Dengan demikian, hasilnyaakan menjadi denah yang ideal bagi sebuah perancangan bangunan.
-oo0oo-
M EM FAS
I
LITAS I ASPEK-ASPEK
UTAMA BANGUNAN Aspek-aspek utama bangunan harus difahami dan drtentukan terlebih dahulu agar keterpaduannya dapat direncanakan secara utuh. Ketentuan-ketentuan baku dan kaitannya terhadap aspek yang lain harus diketahui. Permasalahan utama pada perancangan adalah bagaimana menyesuaikan dengan aspek-aspek yang lain. Terkadang juga tidak semua aspek mendapatkan bobot yang sama. Prioritas atau penekanan sebagian aspek pada fungsi-fungsi bangunan tertentu dapat dilakukan sesuai dengan tujuan desain yang telah ditetapkan.
42
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
4.1 Menentukan Sistem Sirkulasi Bangunan Bahasan pettama yang sangat penting pada bangunan bertingkat adalah sirkulasi bangunan. Karena bangunan akan mempunyai lebih dari satu lantai, maka bagaimana akses sirkulasi bangunan yang aman dan nyaman sangat diperlukan. Bentuk ruang sirkulasi pada bangunan pada umumnya terdiri dari sirkulasi vertikal (tangga,eskalator,lift) dan horisontal (selasar,hall,lorong). Keduanya akan sangat mempengaruhi desain bangunan baik pada aspek struktur dan konstruksi juga aspek-aspek lain pada bangunan.
Gambar 4-1. Berbagai macam bentuk tangga bangunan
4.1.1
Sistem Tangga Bangunan
Tangga adalah elemen utama sistem sirkulasi bangunan bertingkat. Rancangan tangga ditentukan bukan hanya terhadap sistem sirkulasi itu sendiri, tetapi juga pada rancangan bangunan secara
keseluruhan. Bentuk dan dimensi tangga akan secara langsung mempengaruhi pengaturan ruangruang fungsi bangunan, ketinggian antar lantai bangunan bertingkat hingga pada sistem sirkulasi udara dan ventilasi bangunan. Dengan demikian pada praktiknya, rancangan tangga ini akan sangat berpengaruh pada rancangan denah, potongan dan tampak bangunan. Oleh karena itu, tangga dalam proses perancangan bangunan, dapat ditentukan lebih dahulu dengan cara membuat ketentuanketentuan dalam perencanaan yang berbentuk analisa dan perhitungan awal atau konsep tangga dalam bangunan. Ketentuan-ketentuan tangga yang akan digunakan pada bangunan berlantai lebih dari satu harus
memperhatikan faktor-faktor di bawah ini:
lo,
Memfasil itasi Aspek-Aspek Utama Bangunan
a.
Fungsi Tangga
Tangga dibedakan menjadi dua fungsi utama, yaitu sebagai tangga utama dan tangga darurat. Tangga utama disediakan untuk jalur utama sirkulasi pergerakan di dalam bangunan sedangkan tangga darurat disediakan untuk jalur darurat atau melarikan diri dari kejadian yang berbahaya di dalam bangunan seperti kebakaran, gempa bumi dan sebagainya.
a.1. Tangga Utama Karena tangga utama berfungsi sebagai jalur sirkulasi utama bangunan bertingkat, maka ukuran,
bentuk dan posisi tangga sangat diperhatikan dalam rancangan tangga. Ukuran jalur tangga harus dapat menampung kebutuhan ruang sirkulasi untuk satu jalur, dua jalur dan seterusnya. Standar lebar ini ditentukan berdasarkan ukuran lebar manusia ditambah rangan antara atau spasi. Lebar minimal tangga untuk satu jalur 70 cm, 2 jalur 120 cm dst,(lihat standar). Ketentuan lebar jalur ini harus mempertimbangkan aspek rutinitas pemakaian di dalam bangunan. Semakin sering dan banyak pemakaian, semakin besar jalur yang harus disediakan. Bentuk tangga utama terdiri dari berbagai macam, mulai yang sederhana hingga yang rumit. Pemilihan bentuk ini dapat dipertimbangkan terhadap aspek-aspek lain bangunan, tetapi yang paling penting bagi tangga utama adalah kemudahan, keamanan dan kenyamanan. Railing Tangga Pagar Tangga l l
Anak Tangga
i
l
l l I
I
I
-_l
o. $l
o (D]
Jr (I, '1 l
t,
Gambar 4-2. Bagian-bagian tangga Posisi tangga utama yang ideal adalah harus terletak
di ruang-ruang yang mudah terlihat visual dan mudah ditemukan tetapi tidak mengganggu aktifitas ruang di sekitarnya.
sevara
-tl
-r4
a-2
rl
ll
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Tangga Darurat Tangga darurat disediakan sebagai akses lain selain tangga utama. pada bangunan rlmum, tangga
darurat ini harus disediakan sebuah fasilitas keselamatan pengguna bangunan untuk mengantisip=asi akses darurat karena terjadi kabakaran, gempa dsb. Oleh karena itu fasilitas tangga ini sangat diperhatikan dari aspek peraturan seperti sebagai persyaratan ijin mendirikan bangunan (lMB). pada bangunan tempat tinggal, tangga darurat dapat berupa tangga service yang berfungsi untuk melayani aktifitas service semacam tangga tempat jemur, ruang cuci atau ruang di atas atap lain. Rancangan tangga darurat yang ideal harus dapat dipakai dalam keadaan panik dan tidak gelap (karena asap dan listrik padam). Oleh karena itu, tanda-tanda pijakan dan pegangan sangat diperlukan
mudah dicapai dan tidak tergantung dari cahaya lampu listrik ruangan untuk dapat melihatnya. Cahaya matahari lebih diutamakan dari pada penggunaan lampu. Lampu dengan sumber daya sendiri atau penSSunaan cat khusus yang dapat berpendar di waktu gelap sangat diutamakan untuk menghindari hilangnya pandangan akibat mati lampu dan habisnya daya pada lampu khusus yang disebabkan kurangnya perawatan dan sebagainya. Ukuran lebar tangga dirancang idealnya hanya untuk satu orang saja. pemakaian satu orang ini dimaksudkan untuk menghindari pemakaian bersama yang relatif lebih mudah menyebabkan kecelakaan saat digunakan secara berebutan. Bentuk tangga disarankan dengan bentuk lurus atau balik yang pada sisi bawahnya harus berhubungan langsung dengan ruang luar untuk menghindari terperangkapnya pemakai di dalam bangunan.
b.
Fungsi Bangunan
Perancangan tan88a juga harus mempertimbangkan fungsi bangunan atau ruangnya. Bangunan dengan pemakai tertentu akan membedakan rancangan tangga. anak-anak, orang dewasa, manula, penyandang cacat, pemakaidengan beban bawaan dan sebagainya, harus didefinisikan dari sebagian besar pengguna gedung. Wujud rancangan tangga yang berhubungan langsung adalah pada ukuran tinggi lebar anak tangga, lebar tangBa, jumlah anak tangga dan tinggi rendah pegangan tangga. Rumus yang dipakai untuk menentukan rancangan tangga adarah sbb:
2.tinggi anak tangga + Iebar anak tangga : .............60 - 65cm. ( 1 ) tinggi antar lantai : n x tinggi anak tangga ................ ( 2 ) jumlah anak tangga (termasuk bordes) : tinggi antar lantai/tinggi anak tangga - 1 ................... ( 3 ) Rumus-rumus tangga di atas dapat diterapkan pada semua jenis tangga baik dari bahan kayu, baja, batu bata atau beton bertulang. Rumus-rumus ini harus digunakan secara berurutan sebagai
berikut; Rumus (1) 2.tinggi anak tangga + lebar anak tangga : 60 - 65 cm adalah perhitungan berdasarkan ukuran langkah yang digunakan (orang dewasa). Jika tangga dipakai oleh sebagian besar anak-anak, maka angka ini akan kurang dari 60 cm, atau tergantung rata-rata ukuran langkah
M
lot
emf as i I itas i Aspek-Aspek lJ tam a B an gu n an
pemakai. Angka langkah yang terlalu besar atau terlalu rendah akan berakibat ketidak sesuaian dengan pemakai. Akibatnya pemakai menjadi tidak nyaman dan bahkan dapat mengalami kelelahan atau kecelakaan.
Tinggi anak tangga diambil 2 kali lipat dibandingkan lebarnya adalah karena usaha untuk mencapai ketinggian atau vertikal ini dibutuhkan 2 kali lipat dibanding untuk mencapai lebar atau horizontalnya. Lebar anak tangga disesuaikan dengan kondisi rata-rata panjang pijakan kaki pengguna. Angka yang sering dipakai adalah +30 cm, sehingga hasil hitungan yang dicari adalah hanya tinggi anak tangga saja. Pada konstruksi tangga, lebar pijakan ini dapat direkayasa kurang dari 30, sehingga sudut kemiringan tangga menjadi kurang landai. Untuk kenyamanan pengguna, pada finishing lebar anak tangga masih dapat digunakan lebar standar +30 cm dengan menambah kantilever pasangan spesinya atau mengurangi dasar anak tangga di atasnya.
Rumus ( 2 ), Setelah diketahui tinggi anak tangga, maka tinggi antar lantai dapat ditentukan berdasarkan kelipatannya. Jika telah ditentukan kira-kira tinggi antar lantai sebelumnya, maka tinggi ini harus disesuaikan dengan perkalian tinggi anak tangga, sehingga mungkin hasil akhir untuk menentukan tinggi antar lantai dapat berupa angka yang tidak bilangan bulat. Cara ini lebih tepat dari pada menentukan tinggi pasti antar lantai baru menentukan tinggi anak tangga. Yang terakhir ini dapat menyebabkan angka yang sulit atau tidak seragam pada anak tangganya atau tidak sesuai dengan logika orang melangkah pada rumus (1). Jika dikehendaki perbedaan tinggi anak tangga di awal atau akhir urutan (biasanya sedikit lebih rendah untuk membedakan dengan anak tangga yang Iain), hal ini dapat dilakukan, tetapi tentu saja masih dalam batas-batas yang masih diterima (tidak terlalu terlalu rendah dari anak tangga yang lain). Rumus ( 3 ), Setelah diketahui tinggi anak tangga beserta tinggi lantai, maka jumlah anak tangga dapat ditentukan dengan cara membagi tinggi antar lantai dengan tinggi anak tangga dikurangi 1. Bilangan satu ini adalah permukaan tinggi lantai, sehingga tidak perlu dihitung sebagai anak tangga. Jumlah anak tangga ini termasuk bordes. Pada langkah keberapa bordes ditempatkan tergantung layout tangga dangan ruangnya, namun dalam satu deret, untuk mengindari kejenuhan yang dapat berakibat bahaya, menurut penelitian, tangga tidak boleh lebih dari 16 langkah, sehingga bordes harus
dipakaijika anak tangga lehih dari 16 buah. Pemakaian bordes ini dimaksudkan untuk memberikan ten:pat beristirahat bagi fisik dan konsentrasi agar tidak menimbulkan kecelakaan. struktur tangga berupa pelat beton, pelat baja atau kayu dengan konstruksi pondasi atau balok tumpuan pada lantai atas yang dilengkapi dengan:
* * * .:.
Railling untuk keamanan, kenyamanan dan keindahan Ukuran anak tangga untuk keamanan dan kenyamanan Posisi bordes sebagai ruang untuk mencegah
kejenuhan
Polafinishingyang jelas untuk keamanan dan
kenyamanan
j
ii
I?f
i L I fr
Etaiin Pa;:.t*"n--
.-
46
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Sebagai contoh; ketinggian antar lantai 4 meter dapat dibuat tangga sebagai berikut:
Ketinggian anak
tangga
: : :
(65-lebar anak tangga)/2
(6s
-
30 )/2
17.5 cm
(jika 65 diganti 60, hasilrrya menjadi 15 cm) Jumlah anak
tangga : :
(400/17)-1
21,8 (dibulatkan 22 anak tangga)
Karena terdapat perbedaan tinggi anak tangga pada tangga terakhir menuju lantai (bukan anak tangga), maka sebaiknya tinggi antar lantai disesuaikan menjadi 17.5 x 23 402.5 cm atau jika diinginkan sebagai alternatif dapat juga menjadi 17.5 x 22 385 cm.
:
c.
:
Keselamatan dan Kenyamanan
Keselamatan dan kenyamanan pada tangga harus dipenuhi agar pengguna tidak mengalami kelelahan dan kecelakaan ketika menggunakan tangga. Selain menggunakan rumus untuk menentul
tinggi dan lebar anak tangga, keselamatan pemakaian tangga juga meliputi penggunaan elemen Iain seperti pegangan atau railing dan pagar tangga. Pegangan dan pagar tangga ini menuntun dan membatasi pengguna. Tinggi pegangan harus memperhatikan proporsi tubuh pengguna (dewasa atau anak-anak). Pagar pada tangga harus dibuat agar supaya anak-anak tidak dapat menerobosnya, karena anak-anak sering menyukai bermain di area tangga. Pola pada anak tangga juga dapat menentukan keselamatan pemakai. Penggunaan pola baik pada keramik atau pada l.arpet yang dilapiskan di atas anak tangga tidak boleh terlalu rumit hingga membingungkan pemakai. Pola yang ideal justeru memperjelas baik garis-garis pijakan atau garis arah pada lebar jalur tangga. Pemakaian penutup karpet yang bermaksud memberikan kenyamanan pada injakan kaki pengguna juga harus diperhatikan agar tidak mudah terlepas yang justeru dapat menyebabkan kecelakaan. Penggunan garis-garis anti selip (nose) pada tangga yang terbuat dari bahan anti selip seperti
karet, aluminium, atau kayu sangat dianjurkan untuk mencegah pemakai terpeleset disamping memperjelas pola anak tangga.
M
e
d.
mf as i I itasi Aspek-Aspek {."/tanra B an gu
na
n
lo,
Kaitannya dengan Sistem Lain
#
Gambar 4'3 Ruang tangga yang berkaitan dengan sistem bangunan lain Rencana tangga juga terkait dengan sistem lain dalam bangunan. Karena tangga membutuhkan ruang bebas lantai tembus ke atas (void) yang juga dapat digunakan sebagai penunjang sistem
pencahayaan dan ventilasi udara. Letak posisi tangga dalam hal ini sangat penting untuk mengakomodasi sistem pencahayaan dan perrgudaraan alami bangunan. Jendela-jendela juga seoptimal mungkin diletakkan sepanjang void tangga ini yang berfungsi untuk menyinari ruang tangga dan ruang di sekitarnya. Sistem konstruksi pelat dan balok lantai juga harus mempertimbangkan bentuk dan posisi tangga, sebab tangga akan membutuhkan perkuatan berupa korom atau balok.
e.
Konstruksi Tangga
Rancangan konstruksi tangga dapat menggunakan bahan kayu, baja, batu bata atau beton bertulang. Beton bertulang lebih banyak dipakai karena alasan kesesuaian dengan struktur utama, relatif mudah dikerjakan, tidak menimbulkan suara hentakan kaki dan tahan lama. Konstruksi tangga harus dipasang pada pondasi pada lantai pertama dan balok pada lantai-laintai berikutnya, Kolom-kolom dapat dipasang langsung berclekatan dengan tangga atau tidak. Bordes yang tidak menggunakan tumpuan balok dan kolom disebut dengan nama tangga melayang.
Konstruksi tangga pada beton bertulang dapat dilakukan dengan cara langsung yaitu dengan langsung mencetak konstruksi tangga beserta anak tangganya, atau hanya dengan mencetak pelat tangga sesuai dengan kemiringannya, lalu anak tangga dibuat dengan menggunakan batu bata. Finishing pada anak tangga harus menggunakan bahan anti selip yang dapat berupa keramik kasar, batu kali, parket kayu atau karpet karet atau kain.
48
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Gambar 4-4 Contoh macam detail anak tangga
4.1.2
Sistem Setasar
Selasar adalah bentuk sistem sirkulasi bangunan dalam satu lantai secara mendatar. Sistem ini banyak diterapkan terutama pada fungsi-fungsi bangunan yang relatif lebih besar yang memerlukan
ruang sirkulasi secara khusus semacam bangunan sekolahan, kampus, kantordan sebagainya. Selasar juga berfungsi menghubungkan ruang satu dengan ruang lainnya secara khusus. Karena berfungsi sebagai ruang antara atau ruang sirkulasi, maka posisi-posisi tangga juga harus berkaitan langsung dengan selasar. Demaikian juga ruang hall yang berfungsi membagi sirkulasi bangunan.
Perencanaan tangga tidak hanya berkaitan dengan sirkulasi bangunan saja namun juga berkaitan langsung dengan sitem utama bangunan:
* * * *
Penghawaan Pencahayaan
View dsb
lon
MemfasiI itasi Aspek-Aspek Utama Bangunan
I
j
-{+ ++ 1 t-u
1V :I I
Lr*
lnl
aJ
(an ,sar
rgsi
lng Gambar 4-S Macam konfigurasise/asar luar dan selasar dalam Selasar secara struktural pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu selasar yang berkaitan dengan sistem struktur utama (selasar dalam atau tepi bangunan) dan selasar yang m(rmpunyai sistem
struktur sendiri (selasar luar).
tertutup (lorong) atau terbuka. Selasar tertutup biasanya diletakkan di tengah ruang diapit oleh dua ruang fungsi pada kedua sisinya, dan selasar terbuka diletakkan di tepi bangunan yang hanya melayani satu sisi ruang fungsi. Selasar tertutup lebih cocok pada bangunan yang menghendaki batasan langsung dengan Selasar yang berada pada sistem struktur bangunan dapat berupa selasar
udara terbuka untuk kepentingan sistem pengudaraan buatan seperti AC sistem buatan lainnya.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
50
Secara struktural, selasar ini dapat didukung oleh kolom-kolom langsung atau dengan balok cantilever yang bebas pada satu sisinya. Penempatan konstruksi sistem utama ini pada selasar juga akan berpengaruh dengan sistem lain dalam bangunan, misalnya pada fagade atau view bangunan yang sangat dipengaruhi oleh pengaturan letak kolom. Penempatan jalur-jalur sistem secara mendatar yang paling efektif diletakkan pada selasar sebagai penghubung ruang-ruang. Selasar adalah ruang
antara yang relatif berukuran sempit, sehingga dimensi ketinggian ruang juga tidak perlu terlalu tinggi atau sama dengan ruang-ruang fungsi lain, dengan demikian, ruang sisa di atas selasar dapat digunakan untuk keperluan ini. Pada selasaryang berdiri sendiri, selasar ini dapat terdiri dari satu lantai atau banyak lantai. Struktur
selasar satu lantai dapat terdiri dari rangka utama kolom-kolom dan rangka atapnya, sedangkan pada
struktur selasar bertingkat, menggunakan struktur kolom balok yang dilengkapi dengan pelat lantai yang sama dengan prinsip struktur pada bangunan bertingkat.
4.2 Menentukan Sistem Pencahayaan Bangunan Sistem pencahayaan bangunan dapat diperoleh dengan sistem pencayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami lebih disarankan semaksimal mungkin digunakan di siang hari pada jam kerja karena menurut beberapa penelitian, cahaya alami lebih dapat memberikan kenyamanan dan produktifitas aktifitas pada siang hari. Demikian juga dengan tujuan penghematan energi karena tidak memerlukan tenaga listrik. Sebaliknya pencahayaan buatan atau lampu lebih disarankan untuk penggunaan malam hari saja. Kedua sistem ini akan mempengaruhi sistem lain dalam bangunan sehingga sangat perlu juga untuk dibahas secara khusus.
4.2.1
Sistem PencahaYaan Alami
Merencanakan Sistem pencahayaan alami (day lightind pada bangunan adalah bagaimana bangunan dapat seoptimal mungkin, sesuai dengan fungsinya, dapat memasukkan sinar matahari untuk digunakan sebagai sumber cahaya di siang hari. Perencanaan sistem ini sangat penting bagi efektifitas fungsi di dalamnya termasuk meminimalisasi pemakaian energi Iistrik. Cahaya alami yang dipakai ruang adalah cahaya tidak langsung(diffuse) baik dipantulkan oleh elemen bangunan (overhang, sirip, dsb) atau oleh kubah langit. Sinar matahari langsung harus dihindarkan karena akan dapat menimbulkan efek rumah kaca, di mana suhu di dalam ruang akan jauh lebih tinggi dari suhu di luar ruang dan juga akan menimbulkan efek radiasi sinar ultra violet yang sangat merusak baik manusia ataupun benda.
Perencanaan sistem pencahayaan alami sangat berkaitan erat dengan perencanaan sistem struktur dan konstruksi bangunan. Hal-hal yang berkaitan langsung adalah p:lda ketebalan atau bentang bangunan yang berarti juga bentang struktur, tingi rendah antar lantai, pemakaian elemen atap semacam tritis dan over-hang, serta pemakaian bukaan pada dinding.
V
e
mf as i I itas i Aspek-Aspek U tam a B an gu n an
I u'
r'dt\-) t ./ i.-rr-)
,'/
Gambar 4-6 Contoh desain pencahayaan alamiah bangunan Cahaya alami secara optimal pada ruang dengan ketinggian normal dengan bukaan normal dapat menembus ruang dengan ketebalan maksimal kurang lebih 16 meter. Penentuan bentang pada struktur akan mempengaruhi jarak bentang kolom utama dan juga bentang kuda kuda. Besar kecil pintu dan jendela juga akan langsung mempengaruhi ketinggian antar lantai bangunan, semakin besar bukaan, semakin besar pula intensitas cahaya alami. Namun hal lain yang harus diperhatikan adalah penyediaan tritis atau overhang dan sun-shade (shading) yang besar pula untuk melindungi dari sinar matahari langsung.
4.2.2
Sistem Pencahayaan Buatan
Sistem pencahayaan buatan adalah sistem lampu yang pada pembahasan buku ini lebih ditekankan
pada lampu listrik arus bolak-balik atau a/ternating current (AC). Lampu yang menggunakan aliran listrik AC akan berpengaruh pada struktur dan konstruksi yaitu mulai dari sumber, pendistribusian dan alat-alat yang menggunakan listrik (fixture) termasuk lampu penerangan. Berbagai elemen struktur yang berkaitan dengan pencahayaan alamiah:
* * *
Atap beserta tritisnya
.3.
Konfigurasi massa bangunan
Dinding dan bukaanya beserta elemennya Tebal atau lebar ruang
52i
Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
SunTber arus dapat berasal dari perusahaan jaringan listrik atau sumber yang diadakan sendiri dengan generatoi' (gen"set). Censet memerlukan tempat tersendiri yang sebaiknya terpisah dari
bangunan utama untuk menghindari getaran yang akan mempengaruhi sistem-sistem lain dalam bangunan terutalna sistem struktur. Sumber listrik yang hanya mengambil dari jaringan cukup menyediakari tempat untuk sambungan dan panel utama listrik saja. Panel ini dapat berukuran besar untuk bangunan-bangunan yang memerlukan sumber energi listrik yang besar. Panel listrik ini harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau untuk akses pengawasan, pemeliharaan dan perbaikan.
Distribusi listrik dilakukan melalui kabel baik secara tegak atau merrdatar di dalam bangunan. Kabel-kabel ini sebaiknya diletakkan pada tempat tertentu (shaft) untuk memudahkan pemeliharaan dan pebaikan. Shaft listrik harus dipisahkan dengan shaft pipa untuk menghindari bocornya pipa yang dapat menyebahkan hubungan arus pendek (kons/eetind yang dapat membahayakan bangunan. Pada akhirnya arus listrik
ini akan disalurkan pada titik lampu dan titik daya pada bangunan.
Lampu-lampu dan surnber daya (stop-contact) dapat diletakkan di pelat lantai, plafond, dinding ataupun lantai. Dengan demikian konstruksi bangunan harus direncanakan untuk kepentingan ini.
4.3 Menentukan Sistem Penghawaan Sistem penghawaan juga terdiri dari penghawaan alami dan buatan. Penentuan penggunaan kedua sistem ini dipengaruhi oleh persyaratan ruang fungsi pada bangunan. Pada fungsi-fungsi tertentu lebih mengendaki penghawaan alami atau sebaliknya yang banyak dipengaruhi oleh pertimbanganpertimbangan lain dalam perencanaan ruang. Kedua sistem ini akan secara langsung berpengaruh pada desain bangunan secara keseluruhan. Sistem penghawaan alami juga mempunyai kemiripan dengan sistem pencahayaan dalam hal bentangan maksimal dan bukaan. Namun yang lebih diperhatikan selain ukuran bentang dan bukaan adalah penggunaan ruang di dalamnya dan posisi bukaanya. Untuk menjaga aliran udara, ruang tidak boleh disekat penuh, sehingga ventilasi silang di dalam ruang tetap terpelihara. Bukaan pada jendela atau pintu harus dapat dibuka daunnya pada kedua sisi ruang, sehingga udara akan dapat mengalir.
Prinsip utama penghawaan alami diperoleh dengan:
* ,
->
dua bukaan pada dua sisi bangunan Volume ruang yang besar -> jarak antar lantai besar dan ruang di bawah Ventilasi silang
atap (atap kemiringan tinggi)
M
emf as i I itas i Aspek-Aspek
l.)
tam a
B
an gu n an
l',
4.3.1 Sistem Penghawaan Alami
Gambar 4-7. Contoh desain sistem penghawaan alami Ruang di bawah atap juga berperan besar dalam menentukan aliran udara. Ruang di bawah atap
dapat digunakan sebagai ruang spasi (p/enum) dengan cara disekat dengan menggunakan plafond untuk menghambat panas matahari dari atas atap, atau dibuka untuk mengalirkan udara panas dari dalam ruangan, sementara plenum diletakkan di antara penutup atap dan rangkanya (plafond menempel pada kasau).
4.3.2 Sistem Penghawaan Buatan Pada umumnya sistem penghawaan buatan yang banyak dipakai adalah sistem air conditioner
(AC). AC ini dapat berjenis sistem terpusat (AC central) ataupun dalam satu pesawat (AC unit). Penggunaan AC central atau unit ini tergantung kapasitas dan fungsi bangunan. Pada bangunanbangunan dua lantai dengan luasan lantai kecil dan ruangan yang sedikit cenderung menggunakan AC unit karena lebih sederhana baik sistem ataupun konstruksinya. AC central memerlukan ruangruang besar baik untuk rnesin ataupun distribusinya. Mesin harus diletakkan pada ruang tersendiri seperti genset dan distribusi juga menggr.rnakan saluran khusus (ducting) yang relatif lebih besar dari pipa air bersih ataupun kotor. Pada AC unit hanya diperlukan konstruksi pemasangan unit AC yang dapat terdiri dari satu buah (AC window) dan dua buah internal dan ekternal (AC split). pengaturan unit-unit AC ini juga memerlukan strategi khusus agar tidak merusak fasade bangunan dan fungsi lain, oleh karena itu desain tempat AC dapat didesain khusus atau sekaligus sebagai sirip-sirip bangunan vang berfungsi sebagai over-hang, sun-shade bangunan dan sebagainya.
s4
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Gambar 4-8. Contoh desain sistem penghawaan buatan (air conditioner
/
AC)
4.4 Menentukan Sistem Air Bersih dan Sanitasi Bangunan Sistem air bersih dan sanitasi banyak berhubungan dengan cara penyediaan dan distribusi air bersih, air kotor dan kotoran. Rancangan struktur dan konstruksi bangunan juga akan berkaitan
langsung dengan rancangan sistem ini. Pada dasarnya sistem-sistem ini dibedakan menurut konstruksinya menjadi penyedia atau penerima dan distribusinya. Penyedia adalah tempat, wadah yang dapat berupa bak atau tangki yang digunakan untuk menyimpan. Wadah penyimpan ini dapat diletakkan di atas, di dalam atau di bawah bangunan, sementara jalur distribusinya dapat diletakkan menempel atau di dalam dinding atau pelat lantai, atau ditempatkan pada ruang khusus (shaft). Shaft ini dapat berupa jalur vertikal atau horizontal.
4.4.1 Air Bersih Penyediaan air bersih dapat diperoleh dengan sumur tanah atau dengan jaringan perusahaan air minum. Keduanya memerlukan tempat untuk menampung air dalam jumlah tertentu sesuai dengan
jenis dan jumlah penghuni bangunan. Pada bangunan hunian, kapasitas simpanan air bersih lebih besar karena digunakan untuk kegiatan sepanjang hari mulai cuci, memasak hingga mandi. Keperluan air bersih perorang perhari adalah relatif tergantung kebiasaan sosial budaya di suatu tempat. Standar normal kebutuhan air bersih adalah sekitar 100 liter. Sehingga keluarga dengan jumlah anggota 5 orang harus menyediakan air sebanyak 500 liter perharinya atau Yz m3. Dua prinsip sistem AC:
* *
AC sentral yang diperlukan mesin utama dan jaringan terpadu pada bangunan AC unit yang hanya diperlukan jaringan kecil dalam unit berupa window, split, atau cassette
i I
a
d g
s
d,
u
&
M
e
mf as i I itasi Aspek-Asp ek lJ tam a B angu n an
l,'
Bak atau tangki air ini diletakkan
di atas dengan menggunakan distribusi gravitasi (sistem down feed) atau diletakkan di bawah dengan menggunakan distribusi mesin pompa (sistem up feed). Sistem down feed harus menggunakan menara air yang dapat diletakkan menjadi satu dengan sistem struktur utama, atau bordiri sendiri dengan menggunakan konstruksi menera terpisah. Titik akhir dari sistem ini adalah kran-kran pada kamar mandi atau dapur. Ada kalanya sistem inijuga dipakai untuk persediaan air pemadam kebakaran hydrant atau sprink/ers, namun untuk bangunan berlantai dua, hal inijarang dilakukan karena daya gravitasi dengan ketinggian bak setinggi dua lantai masih terlalu kecil untuk kepentingan tersebut.
Gambar 4-9. Contoh sjstem air bersih dalam bangunan (down feed dan up feed)
4.4.2 Air Kotor dan Kotoran Setelah melewati
titik akhir, air bersih akan digunakan dan akan berubah menjadi air kotor. Air kotor ini harus segera dikeluarkan dari bangunan dengan sistem pembuangan air kotor dan kotoran yang disebut dengan sistem sanitasi. Pada bangunan bertingkat, sistem distribusi sanitasi akan didistribusikan ke luar bangunan menuju bak penampung atau sumur peresapan. Jalur distribusi ini terdiri dari pipa yang diletakkan secara mendatar (horizontal) di atas plafond atau di bawah lantai dan secara tegak (vertica/) pada cerobong shaft atau di tanam di dalam dinding. Jalur distribusi yang dapat dibuka (shaft, plafond) diutamakan untuk akses pemeliharaan dan perbaikan.
Air kotor dapat langsung diteruskan ke peresapan, sedangkan kotoran harus melalui bak pengurai (septic tank) untuk diproses atau dibusukkan sehingga berubah menjadi cairan yang dapat dimasukkan ke peresapan. Kapasitas septic-tank harus memperhitungkan jumlah pemakai dan fungsi bangunan. Sistem dan detail masing-masing sistem sanitasi ini akan lebih detail di uraikan pada bab lain di buku ini,
56
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Cambar 4-10. Contoh sistem sanitasi bangunan
4.5 Menentukan Sistem Kelistrikan Bangunan Sistem kelistrikan terutama pada sistem distribusinya, akan berpengaruh langsung terhadap konstruksi bangunan. Jaringan kabel pada bangunan dapat diletakkan secara terbuka atau tertutup (mati). Jaringan kabel yang hanya ditempelkan atau diletakkan biasanya lebih diutamakan daripada jaringan mati untuk pemeliharaan dan perbaikan. Pada distribusi utama tegak, kabel-kabel ini juga sebaiknys diletakkan di dalam shaft khusus Iistrik untuk menghindari hubungan arus pendek akibat kebocoran pipa air. Pada distribusi mendatar, jaringan diletakkan di atas plafond selasar atau ruangruang penghubung lainya. Selanjutnya jaringan dapat ditanam pada dinding atau pada lantai atau pada pelat lantai.
Pembuangan air kotor dari kamar mandi, peturasan dan dapur kontrol, bak penagkap lemak, peresapan
*
Pembuangan kotoran dari WC
->
septick tank, peresapan
il
G
g dt Ar
Hal pokok pada sistem sanitasi bangunan;
*
.I
,i
& ->
bak
(nr
Memfasi I itasi Aspek-Asp ek Utama Bangu nan
l',
dr 'y? Gambar 4-11. Contoh sistem kelistrikan bangunan
4.6 Menentukan Sistem Jaringan Keselamatan Bangunan Sistem keselamatan pada umumnya terdiri dari antisipasi terhadap bahaya kebakaran dan gempa bumi. Sistem ini juga berkaitan dengan sirkulasi seperti tangga dan tangga darurat yang dibahas pada bagian lain pada buku ini. Sistem yang berkaitan dengan perancangan struktur pada penyediaan jaringan bangunan akan meliputi:
4.6.1 Sistem Hydrant Sistem hydrant adalah sistem pemadam kebakaran yang menggunakan air untuk memadamkan api dengan cara disemprot. Sistem ini memungkinkan peletakkan stasiun hydrant pada lokai-lokasi
tertentu yang bersifat publik dan mudah dijangkau, misalnya pada pelataran luar, hall, selasar dan sebagainya. Sistem hydrant menggunakan sumber air yang memerlukan bak penampung yang dapat digabung dengan air bersih atau bak tersendiri dan jaringan pipa. Bak penampung dapat diletakkan pada struktur bangunan atau menggunakan konstruksi sendiri. Pipa-pipa diletakkan pada shaft tegak atau mendatar yang dapat disatukan dengan pipa-pipa air lainnya namun tetap menggunakan pipa yang berbeda.
58I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
r--I-T-l
Gambar 4-12. Contoh sistem pemadam kebakaran
4.6.2
Sistem Sprinklers
Sistem sprinklers adalah sistem jaringan titik-titik pemadam air yang diletakkan di atas ruangan yang dapat dilatekkan pada rangka plafond atau pelat lantai. Sistem ini akan secara otomatis
memancarkan zat pemadamnya yang dapat berupa air atau zat lain begitu terdapat api atau asap. Bak penampung air juga dapat dijadikan satu atau terpisah dengan bak penampung air bersih, namun jika menggunakan zat pemadam lain selain air, harus menggunakan bak tersendiri pada ketinggian yang setara dengan bak air bersih, namun karena kepentingan daya pancar, biasanya hydrant atau sprinklers masih menggunakan pompa khusus yang akan menyala secara otomatis jika sprinklers bekerja. Jaringan pipa sprinklers juga diletakkan pada shaft, namun setelah memasuki ruangan diletakkan lansung di atas plafond.
Dua sistem keselamatan utama terhadap api:
{. *
Sistem hydrant
)
Sistem sprinklers
jaringan pemadam utama pada tiitik-titik tertentu
)
jaringan pencegah pada semua ruang di atas ruang
-oo0oo-
MERENCANAKAN BANGUNAN BERDASARKAN ASPEK UTAMA Langkah selanjutnya setelah memahami berbagai aspek bangunan adalah
menggunakannya pada bangunan. Proses penerapan ini berbentuk analisa pada tiaptiap bagian bangunan yang dipikirkan terhadap aspek lain. Hasil pembahasan berupa solusi dan alternatifnya disebut sebagai konsep dasar perancangan. Proses pencapaian ide, gagasan dan konsep-konsep bangunan itu pada dasarnya adalah rumit dan berbelit, karena permasalahan satu aspek pada satu bentukan akan mempengaruhi aspek dan bentukan lain pada bangunan.
60
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
5.1 Merencanakan Sistem Stnuktur Utama Sistem struktur dan konstruksi bangunan dapat ditentukan terlebih dahulu untuk dapat menentukan langkah perencanaan selanjutnya. Maksud dari penentuan sistem struktur utama terlebih dahulu adalah agar dapat didefinisikan seberapa jauh kaitan sistem struktur ini dengan aspek bangunan lain. Sistem struktur yang dimaksud adalah sistem struktur menurut bahan dan jenisnya, kemudiaan juga kaitannya dengan konstruksi lainnya.
5.1.1 Mempertimbangkan fungsi ruang dan persayaratannya pada struktur Langkah pertama untuk menentukan sistem struktur utama adalah dengan mempertimbangkan aspek struktur dan aspek fungsi bangunan dengan pertimbangan-pertimbangannya dalam check /ist sbb:
Permasalahan
Area Pembahasan
Bagaimana kegiatan di wadahi dalam ruang. Apakah terdapat fungsi-fungsi yang spesifik yang harus diwadahi dalam ruang misalnya kegiatan yang memerlukan ruangruang lebar tanpa kolom, atau ruang-ruang dengan ukuran dan bentuk tertentu atau pada lantai tertentu
Konfigurasi bentuk dan ukuran grid struktur baik horisontal ataupun vertikal di mana titiktitik kolom dan dinding diletakkan yang akan membentuk sistem struktur secara keseluruhan yang disesuaikan dengan tuntutan fungsi ruang
Bagaimana sistem ruang dipenuhi oleh bangunan. Apakah terdapat ruang yang menghendaki sistem khusus semacam pencahayaan dan penghawaan alami
Bentang bangunan, konfigurasi ruang dan konfigurasi massa bangunan serta bukaan-bukaan
Bagaimanakah sistem utilitas dilayani oleh bangunan, di mana posisi-posisi bak penampung air bersih, air kotor dsb. Apakah secara langsung mempengaruhi struktur bangunan
Penentuan sistem distribusi meliputi tempat suplay, jalur distribusi dan tempat buangan serta kaitannya dengan struktur dan
yang akan mempunyai saling keterkaitan antara sistem struktur dan konstruksinya
konstruksinya
Ketiga pertimbangan pokok utama di atas akan menentukan pemakaian sistem struktur utama sebuah bangunan. Tentu saja banyak aspek penunjang lain yang juga turut menentukan selanjutnya,
namun pada dasarnya ketiga aspek di atas dapat dijadikan titik pangkal untuk masuk pada apekaspek berikutnya pada bangunan.
lu,
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama
FUNGSI BESAR
Volume ruang besar
'?J[t',xi3x;l' Gambar 5'1. Contoh pemenuhan tuntutan ruang fungsi spesifik
.:
-
+{,
Gambar 5'2. Contoh pemenuhan tuntutansistem-slste m bangunan spesifik
5.1.2 Mempertimbangkan pemitihan Bahan struktur utama Bahan sistem struktur utama akan sangat mempengaruhi jenis kinerja sistem strukturnya. Pemakaian bahan tertentu akan saling berkaitan dengan desain sistem struktur dan konstruksinya. Untuk dapat menentukan bahan utama pada sistem struktur utama dengan optimal, perencana harus memperhatikan aspek-aspek pada check /rsr sbb;
62
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Permasalahan
Area Pembahasan
Sistem struktur dari jenis apakah yang paling cocok untuk ruangan dan bangunan tertentu (pada tabel 1 di atas) yang sesuai
Bagai manakah persyaratan tekn is bahan struktu r
dengan aspek-apek bangunan
Bahan bangunan Yang
Paling yang digunakan tepat seperti apakah bangunan yang sesuai dengan struktur utama dan bahan lainnYa
sesual
untuk bahan dalam
akan dapat digunakan pada bangunan meliputi kemampuan bentang dan ketinggian bangunan serta kaitannya dengan fungsi ruang
Kesesuaian dengan aspek-aspek bangunan dan ketersediaan bahan bangunan pada suatu wilayah
bangunan
Kedua pokok bahasan di atas dapat digunakan untuk menentukan baik bahan utama dalam sistem struktur ataupun bahan lain yang akan digunakan dalam bangunan sehingga bangunan akan dapat menggunakan bahan bangunan secara ideal.
f1q 8'::T [:ffi ffiT ffi
&&f*l ft&
Cambar 5-3 Contoh pertimbangan penggunaan bahan terhadap struktur
5.1.3 Mempertimbangkan Aspek Bentuk Bangunan dari Bentuk Struktur Bentuk pada bangunan dapat merupakan tujuan atau hasil dari proses perencanaan dan perancangan. Tujuan, bila sudah ditentukan terlebih dahulu kesan, peran dan bentuk yang diinginkan dari perencana atau pemilik, kemudian baru kesesuaiannya dengan fungsi dan sistem-sistem atau ditetapkan kemudian. Hasil, bila bentukan adalah bentukan yang dihasilkan dari akibat fungsi secara kaku, sistem-sistem yang diterapkan pada bangunan. Kedua metoda ini tidak harus dilakukan Pada namun dapat saling melengkapi untuk mendapatkan hasil yang optimal pada bentuk bangunan. penentuan sistem struktur utama, bentuk dapat dibahas menurut check /ist sbb;
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek LJtarna
63
Permasalahan
Area Pembahasan
Apakah bentuk dijadikan tujuan atau hasil
Fungsi struktur sebagai fasilitas atau penentu
Apakah elemen-elemen struktur dipakai
Penentuan penonjolan atau penyembunyian
sebagai elemen bentuk bangunan
elemen struktur
Apakah sistem-sistem pada bangunan akan berpengaruh terhadap elemen dan bentuk bangunan
yang akan dipakai
Konstruksi-konstruksi yang melekat pada struktur
Atap di l€n9ah unluk sistem pencahayaan utama di lengah bangunan pada siang hari {daylighting)
Bukaan verlikal memanjang taopa shading untuk memasukkan sinar matahari langsung ke dalam ruangan umum di tengah bangunan
Atap dalar unluk pelelakan berbagai sistem mekanrkal dan elektrikal pada banqunan termasuk tangki air. outdmr AC dsh
I , i
;. t:
Sirip-sirip horisonial unluk fungsi shading dan menqarahkan aliran angin ke dalam ruangan
E'-d'
{,.,::
Fg
ffiffi ffiffi
r 1
i,:
K:V F_'"r.J
l, f]
L:] 't i i l I
,]
Kolom ekspose di lantai satu unluk menegaskan pembagian ruang (misal pada muka ruko)
Dinding pemiksl kanai kiri untuk menguatkan kesan pintu utama pada bangunan
Penggunaan anak tangga yang lebrh banyak untuk meninggikan bangunan guna kepantingan k6manan terhadap banjir dsb
Gambar 5'4 Contoh desain bentuk bangunan terhadap konsep system
#
i
Gambar 5-S Contoh
terhadap sistem ruang
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
64
5.2 Merencanakan Bentuk Bangunan dan Atapnya Bentuk bangunan rendah biasanya identik dengan bentuk atap bangunan. Sebagai mahkota bangunan, atap juga kerap kali menentukan kesan arsitektur bangunan. Bangunan-bangunan tradisional juga dapat dikenali dengan masing-nrasing bentuk atapnya yang khas. Untuk menghasilkan atap yang ideal, harus disesuaikan dengan ruangan atau fungsi yang terdapat di bawahnya, jadi bukan hanya sebagai pembentuk bangunan saja. Untuk dapat merunruskan hubungan yang baik dipakai checkiist sbb; Area Pembahasan
Permasalahan
sistem struktur
bangunan secara kompak
Kaitan antara struktur utama dengan struktur atap dan tentu struktur lain (misal: pondasi)
Apakah bentuk atap berperan dalam bentuk
Alternatif sistem struktur atap utama yang
bangunan secara keseluruhan
donrinan
Bagaimana memadukan
5.3 Merencanakan Atap dan Fungsinya Selain berfungsi membentuk bangunan seperti pada bahasan sebelumnya, atap juga akan banyak mempunyai fungsi yang ahrus ditentukan pada konsep bangunan sbb; Permasalahan
Area Pembahasan
Fungsi bentuk dan struktur
Kemungkinan berbagai bentuk atap yang dapat digunakan beserta sistem strukturnya
Fungsi ruang
Kemungkinan bentang dan sifat atap untuk menciptakan baik ruang di bawah atau di atasnya
Fungsi perlindungan
Kemungkinan alternatif konstruksi pelindung bangunan baik pada atap utama atau tidak
Fungsi sistem
Kemungkinan penerapan sistem-sistem bangunan pada atap
5.4 Merencanakan Dimensi Struktur Bangunan Dimensi struktur bukan hanya berkaitan dengan dimensi struktur utama tetapi juga diperhatikan terhadap aspek lain dalam bangunan. Dimensi rnasing-masing ruang struktur akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dimensi ini ditentukan oleh arsitek atas pertimbangan hal-hal tersebut di atas. Dimensi tersebut mutlak harus dipenuhi oleh konstruktor sipil jika tidak terdapat alasan teknis yang kuat, misalnya dimensi terlalu kecil hingga tidak mungkin bagi sebuah elemen struktur dipasang dan bangunan akan runtuh, atau terlalu besar sehingga bangunan akan menjadi sangat mahal dan tidak masuk akal dan sebagainya. Oleh karena itu sangat disarankan adanya forum komunikasi yang baik antara arsitek dan konstruktor sipil sebelum pre-design dihasilkan sehingga dapat ideal.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek )tama t
65
Adapun dimensi elemen seperti kolom, balok atau kuda-kuda dan sejenisnya digunakan prakiraan yang justeru dipertimbangkan terhadap aspek-aspek lain dalam bangunan terlebih dahulu,
sedangkan angka akhir dari dimensi ini harus dihasilkan dari konstruktor struktur untuk dapat memproduksi gambar kerja yang sebenarnya pada proyek pembangunan.
5.4.1 Menentukan Bentangan Bentangan adalah jarak antar dua sisi bangunan atau dua tumpuan kuda kuda atau rangka atap lainnya. Bentangan akan mencapaijarak rnaksimal dengan menggunakan sistem rangka ringan seperti kuda-kuda yang dapat terdiri dari beberapa bentuk. Untuk dapat menentukan bentangan bangunan banyak hal yang harus dipertimbangkan; (a) bentangan, (b) struktur bentang, (c) pencahayaan, dan (d) penghawaan.
3t 4> :4.
Gambar 5'6 Pertimbangan aspek pencahayaan dan penghawaan pada bentang struktur
a.
Fungsi dan Dimensi Bangunan dan Ruang
Bentang akan sangat dipengaruhi oleh sifat furngsi yang juga berpengaruh pada dimensi ruangnya. Ruang-ruang publik tertentu semacam ruang rapat, ruang serbaguna dan sebagainya menuntut volume ruang yang besar dan sifat bebas dari adanya kolom-kolom struktur di dalamnya. Sifat ruang yang demikian harus difasilitasi oleh struktur bangunan. Oleh karena itu ruang-ruang bentang lebar lebih ideal diletakkan di lantai-lantai atas pada bangunan bertingkat atau pada lantai khusus.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Bentang lebar pada lantai atas bangunan cukup memerlukan rangka ringan pada atap
I Bentang lebar pada tantai . bawah bangunan, walaupun
' ideal dari sisi fungsl namun tidak
' pada sistem struktur barrgunan
i karena membutuhkan treatmen khusus yang lebih mahal
Gambar 5'7 Alternatif bentang lebar pada lantai atas dan lantajbawah
b.
Penggunaan Struktur yang dibentangkan
Alternatif pencapaian bentang ini dapat dengan struktur balok pada lantai dasar atau dengan struktur rangka yang lebih ringan pada lantai atas. Tentu saja lebih disarankan ruang bentang lebar di lantai atas, karena rangka lebih mampu mengatasi bentang yang menggunakan rangka ringan daripada balok beton yang berat. Macam rangka dan macam bahan yang berupa kuda kuda pun beragam yang bentang satu dengan lain juga berbeda. Struktur yang lebih ringan akan mampu membentuk bentangan yang lebih lebar, sebaliknya struktur yang lebih berat pada bentang lebar Iebih riskan pada pembebanan bangunan baik beban vertikal (grafitasi) ataupun horisontal/lateral (gempa dsb).
c.
Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan dapat ditempuh dengan pencahayaan alami dan buatan. pencahayaan alami
lebih dianjurkan (pada siang hari) karena terbukti lebih bermanfaat dan memberikan rasa nyaman pada fungsi-fungsi ruang atau untuk beraktifitas, dan juga dapat menghemat energi bangunan. Sistem pencahayaan akan mempengaruhi bentanB secara langsung karena masuknya cahaya akan ditentukan
oleh ukuran bukaan dan kemampuan optimal pencapaian cahaya itu sendiri yang tidak lebih dari beberapa kali lebar bukaannya.
d.
Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan alami .iuga akan secara langsung mempengaruhi bentang bangunan karena kemampuan untuk mengalirnya udara akan sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dan sifat serta lokasi bukaan.
lu,
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama
5.4.2 Menentukan Jarak Antar Bentangan Jarak antar bentangan adalah jarak antar dua rangka utama yang tegak lurus dengan bentangannya seperti jarak antar balok utama atau kuda kuda. Jarak antar bentangan ini sangat penting karena akan membentuk ruangan fungsi dan juga membentuk bentukan bangunan. Untuk mendapatkan jarak antar bentangan yang optimal perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut; (a) struktur antar bentang, (b) modul, (c) bentuk/proporsi, (d) struktur penopang (pondasi)
I !,a" -l l I
lrii
l'*' .l I
I
tcl
I
I
lr;d' .t -'
Gambar 5-B Pertimbangan jarak antar bentang
a.
Penggunaan Struktur antar Bentang
Pada atap, rangka atap seperti kuda kuda dan sejenisnya dapat dihubungkan dengan batang atau rangka lain. Jika menggunakan batang baik kayu atau baja, hanya akan memperoleh jarak antar bentang ini beberapa meter saja. Namun jika digunakan rangka lain untuk menghubungkan rangka atap ini jarak antar bentangan dapat ditingkatkan.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
68
b.
,\lodul Ruang dan Bahan
Modul ruang atau ukuran satu unit ruang dari ruang yang seragam juga dapat digunakan untuk menentukan jarak antar bentangan ini. Lebar untuk kamar-kamar hotel akan dijadikan ukuran atau jarak antar bentangan demikian juga dengan fungsi lain. Bahan bangunan yang dipakai akan menentukan jarak antar kolomnya. Penggunaan kayu atau baja sebagai penghubung antar kuda kuda menentukan jarak antar kuda kuda tersebut. Demikian juga halnya dengan pemakaian ukuran-ukuran bahan dinding, plafond dan sebagainya.
Cambar 5-9 Contoh desain pengaruh permainan jarak proporsi antar kolom pada tampak bangunan
c.
Bentukan dan Proporsi Fasade Jarak antar kolom atau jarak antar bentangan (yang juga jarak antar kuda kuda) akan membentuk
garis-garis tumpuan pada kolom-kolomnya. Kolom-kolom
ini akan secara langsung mempengaruhi
fasade bangunan. Memang kolom-kolom ini dapat disembunyikan ataupun diekspos, namun proporsi
dan letak-letak bukaan dan dinding akan juga masih dipengaruhi sehingga tampak bangunan juga dipikirkan ketika menentukan jarak antar kolom bangunan.
d.
Struktur Penopang/Pondasi
Bentuk dan struktur pondasi dapat diperkirakan berdasarkan area pikul elemen kolom dalam menyalurkan beban dari bangunan ke dalam tanah. Jarak kolom yang semakin besar menyebabkan pondasi harus dibuat mampu menyalurkan beban yang lebih besar pula.
lu,
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama
5.4.3 Menentukan Jarak Antar Lantai Untuk dapat menentukan jarak antar lantai satu dengan lantai di atasnya banyak juga yang harus (d) diperhatikan, antara lain; (a) fungsi ruang dan bangunan, (b) sistem ruang, (c) ukuran tangga, dan bentang ruang.
C'} (E
c
.g o, o, 'j=
o
l(
fungsi jaringan
fungsi ruang
kelipatan anak tangga
proporsl bentang ruang
Gambar 5'10 Faktor penentu iarak antar lantai
a.
Fungsi Ruang dan Bangunan
Fungsi-fungsi tertentu mengendaki ketinggiarr ruang tertentu sehingga jarak antar lantai sangat dipengaruhi oleh ketinggian ruang yang harus disediakan.
b.
Sistem Ruangan
Sistem-sistem ruang termasuk pencayaan, penghawaan, elektrik dan mekanik akan memerlukan (plafond) atau di bawah tertentu baik pada ruang fungsi ataupun ruang yang harus disediakan di atas (lantai). Dengan demikian ketinggian antar lantai jelas akan dipengaruhi sistem-sistem ini'
c.
Ukurart Tinggi Anak Tangga
Ukuran tangga pada arah ketinggian yang dihitung dari jumlah anak tangga dan bordesnya juga akan menentukan tinggi antar lantai. Bahkan seperti disebut dalam bahasan tentang tangga, yang bahwa cara yang efisien menentukan ketinggian lantai, jumlah ketinggian tangga inilah dipakai untuk menentukan bilangan terkecilnya (satuan). Adapun angka besarnya dapat merupakan kelipatan anak tangga hingga diperoleh kesesuaian atau terpenuhinya persyaratan ruang dengan sistem bangunan lain.
70l d.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Bentang Ruang
Ruang dengan bentang lebar pada lantai bawah akan membutuhkan balok atau rangka yang berdimensi atau ketebalan yang besar juga. Dengan demikian jika fungsi juga masih dipertahankan dengan persyaratan ketinggiannya, maka tinggi antar lantai akan langsung dipengaruhinya.
Namun demikian, jika bangunan berada di wilayah rawan gempa, peletakan ruang bentang lebar dan penghilangan dinding-dinding luar bangunan pada lantai dasar akan meninggikan resiko kerentanan terhadap gempa (efek soft story). Demikian juga dengan perbedaan ketinggian antar lantai baik lebih tinggi (efek kolom langsing) ataupun lebih pendek (efek short column). Kesemua efek ini akan memperlemah kinerja bangunan jika terjadi gempa, sehingga bangunan lebih mudah rusak bahkan ambruk. I Bentang lebar pada lantai atas ! bangunan yang menggunakan
i
rangka atap miring menambah
! volume ruang sehingga diperlukan kolom yang lebih Ilpendek
Bentang lebar pada lantai bawah bangunan memsrlukan balok yang lebih tebal, akibalnya q kolom men.jadi lebih tinggi. I I
Gambar 5-11 Ukuran tinggi kolom untuk memfasilitasi bentang lebar
5.4.4 Menentukan Tinggi Ruang LantaiAtas Tinggi ruang lantai atas adalah ukuran yang diambil dari lantai atas ke dinding paling atas atau pada tempat atap berada. Ukuran ini akan menentukan tinggi bangunan secara keseluruhan ditambah
dengan lantai di bawahnya. Untuk menentukan ketinggian lantai atas ini beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu; (a) sudut kemiringan atap dan (b) sistem yang terdapat di lantai atas
a.
Sudut kemiringan atap Penggunaan sudut atap yang curam jelas akan membentuk ketinggian yang maksimal pada bangunan. Atap datar adalah atap yang tidak menambah ketinggian dinding pada lantai atas.
b.
Sistem Ruang Lantai atas Persyaratan ruang yang harus dipenuhi pada lantai atas juga mempengaruhi ketinggian lantainya. Penggunaan ruang-ruang untuk ventilasi, pencahayaan dan juga tempat sistem elektrik dan mekanik akan memerlukan ruang baik di bawah atap atau di bawah lantai. Secara langsung akan menambah
ketinggian bangunan.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek lJtama
\'r
6r'.\ ,a, "r\.:
71
\\*., ,-\ E-\
N . - iEl:. -'lt\.
>' S\ t*\ =>+-
Gambar 5-12 Aspek terkait dengan ketinggian bangunan
5.4.4 Menentukan Ketinggian Bangunan Ketinggian bangunan dua lantai dihasilkan dari ketinggian lantai satu dan lantai atas. Sementara bangunan yang berlantai lebih adalah penjumlahan semua ketinggian lantai yang biasanya berbeda pada lantai dasar, lantai-lantai tengah dan Iantai atas. Perbedaan ketinggian ini akibat fungsi ruang dan juga aspek proporsi dan bentuk bangunan. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan ketinggian selengkapnya adalah; (a) fungsi bangunan, (b) proporsi bangunan, (c) Iokasi bangunan, dan (d) peraturan bangunan setempat
a.
Fungsi Ruang dan Bangunan Fungsi-fungsi tertentu menghendaki ukuran yang berbeda. Ruang pada lantai-lantai yang bersifat
publik atau dengan kapasitas yang besar lebih mempunyai ketinggian yang besar karena proporsi ruang fungsi. Pada lantai atas ketinggian ruang lantainya juga dipertimbangkan terhadap baik fungsi ataupun sistem. Jika fungsinya ujuga untuk publik atau dengan sistem alamiah maka ruang lebih
cenderung tinggi atau sebaliknya. Pada lantai-lantai tengah jika bangunan mempunyai ketinggian lebih dari dua lantai, maka lantai-lantai ini lebih cenderung pendek karena kebanyakan digunakan untuk fungsi-fungsi privat yang tidak begitu memerlukan ketinggian ruang yang lebih tinggi. Demikian juga dengan sistem yang akan dipakai, Iebih menghendaki volume ruang yang relatif lebih kecil.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
72
b.
Proporsi Bangunan
Bangunan-bangunan bentang lebar akan lebih membentuk ketinggian atap yang maksimal, proporsi lebih-lebih dengan sudut atap yang runcing. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana juga citra bangunan bangunan yang dihasilkan. Proporsi ini sangat rnempengaruhi bentuk, tampak dan sehingga pengaturan proporsi akan menentukan juga tinggi rendah bangunan'
c.
Lokasi Bangunan
yang Bangunan harus aman dari gangguan situasi Iingkungan di sekitarnya. Hal-hal alamiah prinsipnya secara langsung berkaitan dngan ketinggian bangunan adalah angin dan petir. Pada atau angin bangunan tidak boleh berdiri sendiri di tengah padang untuk tidak mengundang bahaya petir. pada kondisi lingkungan buatan .iuga harus diperhatikan posisi-posisi jaringan listrik apalagi jaringan tegangan tinggi. Juga pada bangunan yang relatif dekat dengan kepentingan trasportasi semacam bandar udara dan sebagainya, ketinggian bangunan harus menjadi tinjauan utama.
d.
Peraturan Bangunan SetemPat peraturan bangunan alau building code pada suatu wilayah sangat beragam tergantung maksud jumlah lantai tertentu. tertentu. Ada kalanya bangunan tidak boleh melebihi ketinggian tertentu atau jalan utama, sehingga bangunan dengan Juga banyak wilayah yang menerapkan sudut 45o dari ass jumlah lantai berapapun tidak boleh melebihi garis tersebut. Bangunan-bangunan yang berada di
tepi jalan akan mempunyai ketinggian yang minimal dan sebaliknya.
wtrffi
8ew ffi ffi
$Xffi
IXil IIT
cambar 5-13 contoh batas ketinggian bangunan dari
as ialan
5.4.6 Menentukan Prakiraan Dimensi Kolom dan Balok Dimensi kolom dan balok pada bangunan memang harus dihitung secara pasti, namun bagi arsitek, prakiraan dimensi kolom dan balok ini dapat dilakukan sehingga hasildari perhitungan teknis struktural pada nantinya tidak akan jauh berbeda atau dengan kata lain dimensi yang diajukan arsitek prakiraan masih dapat disesuaikan. Sekali lagi yang harus diperhatikan adalah bahwa arsitek membuat ini tidak hanya berdasarkan pertimbangan aspek struktur saja namun didasarkan pula pada aspek lain dalam bangunan, sehingga bagi konstruktor struktur sipil, ukuran atau dimensi yang diberikan oleh
73
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama
arsitek idealnya tidak akan dirubah secara drastis, baik bentuk atau dimensinya. Proses penyesuaian atau tawar-menawar sangat dimungkinkan untuk mengasilkan bentuk dan dimensi yang optimal. Pada struktur beton bertulang, untuk dapat memperkirakan bentuk dan besaran atau dimensi kolom dan balok tentu saja aspek pertama yang dipikirkan adalah aspek bahan struktur terhadap kemampuannya melayani beban atau bentang tertentu sebagai berikut;
a.
Bentuk dan Dimensi Kolom Beton Bertulang
Kolom bangunan bertugas menopang beban bangunan yang diberikan kepadanya. Daerah atau luasan tertentu menjadi tanggung jawab sebuah kolom tertentu. Kolom-kolom pada satu bangunan belum tentu mempunyai beban yang sama, sehingga perlu dianalisis satu per satu daerah pikulnya. Untuk dapat lebih efisien, beban yang berupa bentuk ataupun area pikul kolom itu sebanyak mungkin dibuat seragam, sehingga baik proses perencanaan dan perhitungan strukturnya menjadi sederhana karena tidak menrerlukan hitungan satu persatu. Namun demikian, karena pertimbangan terhadap aspek lain, kadang kala pacla lokasi-lokasi tertentu pada bangunan, ruang-ruang menjadi berbeda sehingga mengakibatkan kolom-kolom sebagai pemikul yang berbeda pula, perbedaan ini meliputi perbedaan bentang, bertambah atau berkurang.
-:l li
.'-- "'
I
;
:.
:::':i
il; il
,_._ 2
Cambar 5-14 Co
_l
lantai
L-_l 3 lantai
natif peletakan kolont dan orientasinya dalam denah
Pada idealnya sebuah kolom akan mewakili bentuk area pikulnya. Jika grid yang terbentuk pada
ruang atau denah bangunan membentuk bujur sangkar, maka secara struktural, kolom sebaiknya bujur sangkar demikian pula bentuk-bentuk yang lain. Kolom lingkaran dapat dipakai untuk memikul area beban yang simetris pada sisi-sisinya. Sedangkan ukuran kolom beton bertulang pada bangunan bertingkat dua sangat tergantung pada bentangannya. Secara umum harus dihitung tiap satuan persegi dari Iuasan penampang kolom yang akan memikul beban tertentu yang masing-masing kualitas beton
74*
*
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
lantai tidak bertingkat menggunakan bertulang akan berbeda. Sebagai gambaran kasar, bangunan satu '10) cm setiap sambungan atau pertemuan dindingnya atau setiap luasan x9 - 12 kolom praktis - (10 x 3 - 4 meter' Untuk bentangan meter persegi atau untuk dinding setinggi - 3 meter dipasang setiap dengan ukuran dua kali lipat dari yang hampir sama, kolom-kolom pada lantai dua dapat diprakirakan kolom -(2O x 20) cm bangunan sisi-sisi kolom tersebut. Bangunan berlantai dua dapat menggunakan (30 x 30) cm, dan seterusnya. Tentu saja pertimbangan bentuk berlantai tiga dapat menggunakan dan dimensi ini' area pikul di atas harus dimasukkan dalam pencarian bentuk
-
@,
..l-. +:
-1-"
+l, l[!
il*
r:L
,it
,L.o** "!
+i!*r.,m
tt l
il {isb delsm
Gambar 5-15 Perkiraan ukuran kolom bangunan berlantai 1, 2, dan
b.
3
Bentuk dan Dimensi Balok Beton Bertulang
Balok pada struktur beton bertulang biasanya sekaligus digabung dengan pelat lantai beton dihitung dari bertulang menjadi satu kesatuan. Namun demikian penampang balok beton ini masih prakiraan bentuk dan sisi bawah sampai sisi atas pelat lantai. Demikian juga seperti pada kolom, balok dimensi balok iuga harus diperhitungkan terhadap aspek lain pada bangunan. Penampang
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek tJtarna
Ii::jf1i:::l:::i::ll:r,,:T?unyai
75
ketinggian yans rebih besardaripada rebarnya Rasio rebar nyakan
balok beton bertulang mempunyai kisaran rasio ini.
f* HI
L/H
*
1t1A
-
1t12
Gambar s-16 Teknik perkiraan dimensi barok beton berturang Pada balok tinggi memang diutamakan ketimbang lebar secara strukturar, namun karena alaan lain' dapat saia balok dibuat dengan bentuk lain. untuk memprakirakan ketinggian balok pada konstruksi beton bertulang dapat mengambil angka 1/10 hingga 1/12 daribentangan kolom penumpunya' walaupun juga angka ini masih sangat tergantung pada jenis beban dan kekuatan material betonnya' Pada beton non-konvensional seperti Leton pre-stress atau beton post-tention, rasionya dapat lebih kecil hingga .l/20 bentangannya.
-oo0oo-
MERANCANG DENAH Merancang denah adalah bagian yang paling kompleks dalam pentahapan perancangan bangunan. Denah tidak hanya menggambarkan ruang-ruang berserta fungsi dan ukurannya saja, namun juga sangat berarti untuk menempatkan posisi-posisi struktur utama (kolom dan dinding struktur), mewadahi bentangan bangunan dan jarak antar kolom, dan juga untuk menentukan posisi-posisi rangka atap. Di bangunan bertingkat, denah bahkan memegang peran penting karena denah satu lantai akan terikat dengan denah Iantai lainnya, yaitu pada sistem struktur utama, pelat-pelat lantai beserta baloknya sampai pada sistem pondasi yang akan digunakan.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
7B
6.1 Menyempurnakan Denah Kasar Langkah selanjutnya untuk mendapatkan denah jadi pada bangunan adalah dengan menyempurnakan denah kasar dengan bentuk dan ukuran yarrg disesuaikan. Bentuk dan ukuran ruang-ruang ini akan saling berpengaruh dengan apek-aspek dalam bangunan, sehingga dalam setiap rancangan ruang pada denah akan selalu dipikirkan terhadap berbagai aspek tersebut. Pada proses awal pencarian denah, arsitek biasanya terlebih dahulu hanya mempertimbangkan aspek fungsi dan hubungan antar ruang saja, dan belum secara lebih teknis mempertimbangkan aspek lain dalam bangunan. Setelah ruang-ruanB itu didapatkan, maka perencana baru melangkalr pada
proses pemikiran berikutnya pada denah yang lebih kompleks, yaitu pada kesesuaiannya dengan berbagai aspek yang akan dicapai dalam bangunan termasuk antara lain bentuk ruang dan bangunan, pencapaian struktur dan sebagainya. Walaupun proses ini tidak selamanya demikian, namun untuk
mengindari kompleksitas, langkah ini banyak dilakukan.
*.**
f--i:1--I t---.-".-.. I I
I
-l'
tl
i-.t l--.
L
i;I I
-,,-
Gambar 6-1 Contoh prases penyempurnaan denah Pada tahap pematangan denah, seringkali perancang banyak melakukan study terhadap berbagai
kemungkinan yang dapat ditempuh secara berulang hingga segenap aspek pada bangunan dapat diwadahi secara maksimal. Seringkali pula, tidak setiap aspek pada bangunan dapat diwadahi pada keputusan desain secara maksimal, jika terjadi demikian perencana biasanya mengambil keputusan yang paling sesuai pada kasus bangunan tersebut. Prioritas dalam desain memang sering dilakukan karena bangunan tidak harus mewadahi seluruh aspek-aspek secara sama.
Selanjutnya hal-hal utama yang perlu diperhatikan pada pengembangan denah dalam perancangan struktur arsitektur adalah:
o .
Fungsi ruang serta bangunan (menggunakan modul ruang fungsi) Struktur, konstruksi dan bentukan ruang serta bangunan (menggunal
Merancang Denah
o .
79
Sistem-sistem bangunan (menempatkan jaringan, ruang service dsb) Kaitannya dengan Iingkungan (orientasi, bukaan dsb)
6.2 Menggunakan Modul Ruang Fungsi Modul ruang adalah standar ukuran atau luasan dan bentukan jenis ruang fungsi tertentu yang dihasilkan dari pewadahan aktifitas pokoknya. Modul ini dapat mengambil ukuran-ukuran standar yang telah ada pada buku-buku referensi arsitektur (time saver, standard, manual, dsb) atau dengan mendapatkan ukuran dasar dengan mengarnati kebutuhan ruang minimal pada fungsi utama ruang. Modul ini sesungguhnya berasal dari kata "modLrlor" yang membahas proporsi tubuh manusia. Segala aktifitas fungsi dalam ruang tentu saja dilakukan oleh manusia, sehingga proporsi tubuh manusia ini selanjutnya digunakan untuk menentukan ukuran-ukuran yang diperlukan untuk satu aktifitas, sehingga aktifitas dapat dilakukan dengan benar dan nyaman. Ukuran modul ruang fungsi ini selanjutnya dijadikan pedoman untuk menentukan besaran dan bentukan ruang seluruhnya dengan cara melipatkannya menjadi besaran dan ukuran ruang sesungguhnya yang tergantung pada kapasitas atau volume ruang. Dengan menggunakan modul ini, aktifitas fungsi pada ruang akan diwadahi oleh besaran ruang secara optimal, sehingga tidak ada ruang yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk suatu kegiatan.
6.2.1 Menentukan Modul Utama Sebuah bangunan akan digunakan untuk beberapa fungsi dalam ruang-ruangnya, yang masingmasing ruang mempunyai persyaratan ukuran khusus tergantung fungsinya. Dengan demikian diperlukan modul fungsi untuk setiap fungsi yang berbeda. Pada fungsi-fungsi bangunan tertentu, masing-masing modul fungsi ini harus dipenuhi satu persatu, namun pada beberapa fungsi yang lain ukuran ruang pada modul dapat disesuaikan atau ditambah kurang, dengan mengutamakan fungsi utama dalam bangunan, sehingga modul utama harus ditentukan.
BOI
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
ffi$nffiL$ffi
(il
'll:l!
'li 1tt! 1.,t,
, -lr ri _ l0!
11}}
ffil r:_:,":l
t
ril,r
F.
ll
,1
".-f --?+_:j
L -:--.]l ;tal
Jr
't
1
l
-- -:::.- -l i !x'
t---,
J,
rr
r;#i-l sllt:-" I l- ---:'-,"'l
J a - ---.',-: bL--,Jl{
L
llnt
, ---=-Fi
f't :li
1
l::t.+l
|
I
tl r
-*,1
f-l*ll. Cambar 6-2 Berbagai modulfungsi
Modul utama dapat berupa satu modul kegiatan utama atau beberapa modul kegiatan utama dalam bangunan. Modul utama ini didapatkan dengan mengetahui fungsi utama ruang dan bangunan. Terkadang terdapat lebih dari satu pilihan yang harus ditentukan pada aktifitas fungsi utama. Sebuah bangunan perkantoran tentu akan manggunakan satu modul utama kegiatan kantor berupa aktifitas bekerja di atas menja tulis atau komputer yang relatif sama kebutuhan ruangnya. Namun sebuah studio gambar arsitek dapat berupa kegiatan menggunakan meja peralatan gambar manual atau set
komputer, yang kebutuhan ruangnya dan juga persyaratannya menjadi berbeda.
6.2.2 Menentukan Bentuk dan Ukuran
Ruang dengan Modul Ruang
adalah membentuk Jika modul utama pada bangunan sudah dapat ditentukan, langkah selanjutnya
kebutuhan ukuran dan bentukan ruang sebenarnya. Sebuah ruang akan mewadahi satu atau sejumlah aktifitas fungsi utama tergantung berapa kapasitas ruangnya. Ukuran ruang akhir didapatkan dari kelipatan modul ruang sesuai dengan kapasitas ruang yang telah ditentukan, sedangkan bentuk ruang dihasilkan dari layout atau tatanan modulnya.
I
Merancang Denah
tr_.
i-t {-J ;rr-){ : ,I il
_
L,.l
L i Lr-'
u,
,-,' \.-
+
LIr\
/'J
!-i
r.'i
r--1 fllj
hdrs
l
.t
'l
I I,rr: i.j'il,:r ti.irr-r4 1|
, --.,
I I
t1 L-J
[Ji
1:],
U
U i*'
tI t_,.
n Gambar 6-3 Contoh
*_i
--rr--l
ruang dengan modul fungsi
Untuk mendapatkan denah yang utuh, persyaratan fungsi ruang antara lain orientasi, bukaan dan kebutuhan ruang sirkulasi juga harus diperhatikan. Dengan demikian diperlukan penyesuaianpenyesuaian ttkuran dan bentukan yang nantinya berkaitan langsung dengan aspek-aspek lain dalam bangunan. Bentukan ruang fungsi dapat sekaligus sama dengan bentukan bangunan atau berbeda, karena bentukan bangunan lebih banyak dipengaruhi wadah strukturnya yang secara garis besar akan dibahas dalam pembahasan grid struktur.
6.3 Menggunakan Grid Struktur Crid struktur adalah titik-titik atau garis-garis yang akan dipakai untuk menempatkan sistem struktur utama bangunan. Karena sistem struktur lebih ideal dengan keteraturan, terlebih pada bangunan bertingkat, maka grid struktur adalah cara untuk mengatur letak titik-titik dan garisgaris struktur dengan teratur. Struktur yang lebih teratur akan menguntungkan dan memudahkan mulai dari proses perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi hingga sistem pengawasan di lapangan. Namun bukan berarti keteraturan ini adalah keseragaman yang identik dengan monoton atau desain yang kaku dalarn arsitektur. Justeru dengan grid ini keberagaman bentuk baik denah atau bangunan dapat difasilitasi dengan baik, karena dalam grid struktur dimungkinkan alternatifalternatif serta kombinasi keteraturan yang tidak terbatas dalam desain. Keteraturan pada penggunaan
82
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
grid ini pada nantinya akan menjamin optimalnya rancangan sistem struktur secara keselurulran, mulai dar,i rangka atap hingga pondasi.
Bentuk dan ukuran grid struktur ini dapat menyesuaikan atau diikuti modul ruang fungsinya. Satu grid struktur dapat terdiri dari kelipatan atau bagian modul ruang dan sebaliknya. Satu grid struktur ditandai dengan titik-titik kolom dan atau garis-garis dinding struktur. Bentuk dan ukuran grid struktur dalam satu bangunan dapat berubah atau bervariasi yang disesuaikan dengan aspek-aspek lain dalam bangunan. Seperti halnya pada modul ruang yang terkait langsung dengan modul fungsi, grid struktur untuk bangunan fungsi seragam akan lebih mudah ditentukan dari pada bangunan dengan fungsi kompleks.
Ukuran dan bentukan pada grid struktur akan menentukan ukuran, bentuk dan letak elemen struktur lain yaitu ukuran kolom, balok, pelat lantai, kuda-kuda, rangka atap dan pondasi. Ukuran dan bentukan grid struktur ini juga akan mempengaruhi bentang ruang dan atau konfigurasi kolom yang ada di dalamnya, sehingga pengaruhnya ke dalam akan menentukan sistem-sistem bangunan seperti pencahayaan dan penghawaan, sedangkan ke luar akan menentukan bentuk dan faEade bangunan. Dengan demikian ketika menggunakan grid struktur maka akan berpengaruh pada interior sekaligus eksterior bangunan.. Bentuk dan ukuran kolom dan dinding struktur
pada grid juga harus dapat menopang daerah pikulnya dengan optimal. Oleh karena itu bentuk kolom yang ideal harus dapat menyesuaikan area beban pikulnya sesuai bentuk gridnya. Kolom dengan bentuk bujursangkar akan lebih tepat memikul grid struktur bujursangkar, sementara kolom persegi panjang akan lebih tepat memikul grid
Gambar 6-4 Contoh aplikasi modul fungsi dan struktur pada denah
Merancang
Denah
I
u,
persegi panjang dengan arah yang sama. Sementara kolom bulat dapat digunakan untuk memikul grid bujursangkar, segi enam, segi delapan atau juga lingkaran.
6.3.1 Mewadalri Ruang-ruang pada Grid Struktur Terdapat dua cara untuk menyesuaikan ruang dengan grid strukturnya. Cara pertama yaitu grid struktur yang menyesuaikan ruang fungsinya, sedangkan cara kedua adalah fungsi ruang yang menyesuaikan grid strukturnya. Kedua cara ini dapat dilakukan, walaupun dengan
juga dapat diambil cara
memadukan keduanya, tergantung dasar dan tujuan bangunan direncanakan.
Crid struktur yang menyesuaikan ruang fungsi lebih ditujukan pada pewadahan fungsi yang mutlak, sementara sistem struktur hanya sebagai "alat" untuk membentuk ruang. Bentukan pada cara ini juga relatif tidak mudah ditentukan di awal, karena cara ini relatif lebih membentuk ketidak teraturan baik grid struktur ataupun bentuk yang dihasilkannya. Cara ini biasanya digunakan pada fungsi-fungsi bangunan yang mengendaki tiap fungsi mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak dapat di-reratakan.
Ruang yang
menyesuaikan grid biasanya ditujukan pada fungsi-fungsi yang relatif fleksibel yang
dapat disesuaikan dengan ukuran dan bentukan grid. Cara ini dilakukan, karena biasanya bentukan dan konfigurasi bangunan sudah ditentukan di depan, sehingga ruang-ruang fungsi akan disesuaikan.
rl" lr ll
Gambar 6-5 Contoh desain dengan menyesuai kan grid dengan denah
84
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat. Rendah
penyesuaian-penyesuaian memang harus dilakukan untuk mendapatkan komposisi yang kaku, namun dengan ideal, sehingga pada praktiknya, kedua cara di atas tidak dilakukan dengan yang terkait dengan ini akan meliputi penyesuaian-penyesuaian yang kompak karena aspek bangunan banyak hal seperti yang telah dibahas di depan'
6.g.2 Menyesuaikan Konfigurasi Ruang pada Denah Konsep kurnpulan ruang Faktor lain dalam membuat denah adalah mengatur ruang-ruang menjadi ruang yang diperoleh menurut organisasi ruang yang telah dikonsepkan. Apapun konfigurasi ruang pada konsep dari kedua cara di atas harus berdasarkan konsep bangunannya. Organisasi juga akan berpengaruh pada massa akan menjamin hubungan antar ruang benar dan ideal dan juga akan ditentukan pada tahap ini' bangunan. Sehingga bentuk bangunan secara garis besar perubahan penerapan organisasi ruang akan merubah tujuan utama ruang fungsinya dan juga bentuk atau massa bangunan yang bangunannya. pengaturan ruang ini juga harus mengikuti gubahan ruang aspek bangunan yang telah telah dipikirkan sebelumnya dalam rangka kaitannya dengan berbagai ditentukan.
6.3.3 Menyesuaikan Aspek-Aspek Lain pada Bangunan Crid dan bentukan yang dihasilkan juga harus dibuat dalam kerangka memenuhi aspek-aspek bentukan fungsi lain pada bangunan selain setruktur. Oleh karena itu setiap langkah mendapatkan proses ini akan sangat rumit pada ruang, harus disesuaikan dengan berbagai aspek tersebut. Memang jika tuntutan persyaratan dalam aspek bangunan banyak dan kompleks. Namun demikian, pada
pada aspek yang prinsipnya struktur dan konstruksi akan dapat disesuaikan dengan atau tanpa akibat lain misalnya pada bentuk bangunan, harga bangunan dan sebagainya'
lu,
Merancang Denah
Cambar 6'6. Contoh desain dengan konfigurasi ruang terhadap konsep
6.3.4 Menyesuaikan Posisi-posisi
Ruang dan Strukturnya
Ada kalanya ketika grid sebagai titik-titik kolom atau garis-garis dinding struktural tidak sesuai dengan peruangan dan aspeknya. Jika demikian halnya, maka alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan merubah salah satu baik ruang atau grid yang dipakai, atau keduanya. pengurangan atau penambahan
titik kolom sangat dimungkinkan walaupun itu berarti merubah keteraturan grid. \amun sebagai failitas, sistem struktur dapat flekibel memfasilitasi tuntutan ruang dan fungsinya.
Perubahan-perubahan ini pada nantinya juga harus diperhatikan konsekuensi desain pada salah satu atau beberapa elemen struktur yang akan mendapat penekanan desain khusus.
86
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Gambar G-7 Beberapa contoh alternatif penyesuaian yang mungkin dapat dilakukan
6.4 Meletakkan Tangga Tangga utama adalah jalur akses sirkulasi utama bangunan bertingkat, terutama bangunan bertingkat rendah. Posisi tangga utama ini pada denah harus diletakkan pada area umum yang mudah terlihat dan relatif berada di tengah-tengah ruang agar mudah dicapai dari segala arah. Penempatan
I
Merancang Denah
I, t
C{l
tangga sebaiknya dekat dengan ruang-ruang hall, atau ruang keiuarga pada runiah iirrggai uni-^ menghubungkan ruang-ruang ini dengan ruang-ruang lain di lantai atas, namun letak tangga juga tidak boleh mengganggu aktifitas di dalam ruang sekitarnya. Secara struktural, posisi tangga diletakkan pada void atau lui-rang vang menghir!:urigkan iantar bawah dengan atas dengan demikian posisi tangga lantai satu clengan yang lainni,2 akan berada di lokasi yang sama. Void ini dapat diletakkan diantara kolom balok atau clinding pemikul pacla ruangan. Void ini tentu saja harus dapat mewadahi ukuran iangganya, otehr karena itu sangat perlu ditekankan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai tangga ideainya harus sudah ciidapatkan sebelum proses pengerjaan denah.
Untuk kepentingan lain, posisi tangga juga dapat digunakan untr:k mernbuka akses perrcahayaan dan penghawaan alami karena tangga menggunakan void dan clapat menggunakan bukaan lebar pada dindingnya dan sekaligus untuk kepentingan vjenz baik dari atau ke arah tangga. Oleh karena itu tempat void tangga juga harus diperhatikan terhadap ruang lain disekitarnya yang akan memanfaatkan sistem-sistem itu. Tangga darurat harus disediakan untuk bangunan-bangunan publik tertentu. Tangga darurat juga harus disediakan pada setiap jarak +30 m pada bangunan. Pada bangunan hunian, tangga darurat identik dengan tangga servis yang digunakan untuk kepentingan lain selain akses utama. Yaitu digunakan sebagai tangga menuju ruang cuci, dapur atau jemur. Posisi tangga ini harus terletak di sekitar ruang-ruang servis itu sendiri.
6.5 Meletakkan Kamar Mandi dan Dapur Kamar mandi dan dapur adalah ruang servis yang harus diletakkan secara tegas areanya pada bangunan atau denahnya. Pengelompokan ruang servis ini biasanya dilakukan untuk mengoptimalkan sistem jaringan pemipaan baik air bersih atau sanitasinya. Demikian juga secara vertikal, jika pada Iantai atas juga terdapat ruang servis, kamar mandi dan atau dapur juga idealnya diletakkan pada area yang sama atau dengan cara "ditumpuk" antara lantai bawah dan atas. Hal ini dimaksudkan juga untuk menghindari kebocoran jaringan pada ruang-ruang servis ini yang dapat mengganggu ruangruang lain di bawahnya. Letak kamar mandi dan dapur juga harus memperhatikan aspel< pencahayaan dan penghawaan alami. Mengingat fungsi utama ruangan yang relatif ideal dengan pencahayaan dan penghawaan
alami, kamar mandi dan dapur harus diletakkan sedemikian hingga mempLinyai ai
juga dapat dilakukan dengan cara menentukan sistem pencahayaan cJan perrghawaan aiami khusus misalnya dengan menggunakan dinding dan jendela pantul, atap berlubang transparan clsb.
BBI
Merancang Bangunan Cedung Bertirtgkat Rendah
Wadah sistem pemipaan atau shaft ditempatkan relatif dekat dengan area ruang servis ini untuk juga harus direncanakan sejak mendapatkan sistem distribusi dan sanitasi yang baik. Shafrshaft ini (water tower) awal pada denah baik di lantai satu atau dua. Posisi sistem penyediaan air bersih konstruksi dan posisi buangan (septic tank) harus diperhitungkan pada sekitar area servis, sehingga ini' struktural pada bagian atas dan bawah bangunan akan memeperhitungkan aspek
6.6 Menentukan Posisi dan Konfigurasi Ruang-ruang posisi dan letak ruang-ruang harus disesuaikan dengan konsep layout ruang pada kaitannya dengan aspek-aspek bangunan. Pada pokoknya posisi ruang-ruang ini yang harus diperhatikan udara dan adalah ruang-ruang yang mendapatkan akses langsung terhadap sirkulasi fungsi, sirkulasi mernperhatikan cahaya serta view dari dan ke ruang-ruang dalam bangunan. Pengaturan ini harus juga aspek-apek eksternal ruangan meliputu kondisi lingkungan termasuk view, kontur, vegetasi dan sebagainya.
6.7 Menentukan Dinding dan Bukaannya posisi ruang tidak akan berarti banyak jika tanpa disertai posisi bukaan ruang baik pintu posisi ataupun jendela. Fungsi ruang dan sistem yang mengikutinya akan sangat dipengaruhi oleh dan ukuran bukaan ini. pada denah, notasi-notasi pintu jendela selain menunjukkan letak dan pencahayaan dan akan membentuk wajah bangunan (fasade),juga dapat menginformasikan sistem penghawaan ruangan.
pintu jendela yang digunakan untuk keperluan pencahayaan dan penghawaan alami harus membuka berhubungan langsung dengan ruang Iuar. Pengudaraan silang hanya dapat dicapai dengan jendela pada dua sisi bangunan yang berhubungan langsung dengan udara bergerak. Tinggi rendah panas cenderung akan bukaan juga akan mempengaruhi gerak udara di datam ruang karena udara bergerak ke atas. Tinggi rendah atau besar bukaan secara lngsung akan memepengaruhi intesitas jendela juga akan mempengaruhi cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Namun semakin besar pintu Pada ruangaspek lain pada ruang. Arah bukaan juga menjadi penting pada pintu ataupun .iendela. jika terjadi ruang publik biasanya pintu menuju ke arah luar untuk memudahkan akses keluar juga akan dalam ruang akibat api, gempa dsb. Pada jendela, bentuk dan arah bukaan
kepanikan meneruskan atau membelokkan udara dan atau cahaya'
*ag
Merancang Denah
Gambar 6-8 Denah adalah potongan bang,unan horisontal
.t
A
il
1li
til{l
l-l
e0
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
-n
ir
Kamaf ^^^lt ZUnr
arnar 212 il
ll
.-
l
ii
LobbY R Perie$uan {1r.3)
Gambar 6-10 Contoh denah fungsi asrama lantai 2
i,,
Merancang Denah
Lotlby R Perlemuan {1t.3)
I ros I
',roT-._oro 3J {g)
I
I
''I)tp,)
Gambar 6-11 Contoh denah fungsi asrama lantai 3
s2 I
N4
er an can g
B
an gu n a r t (,edu
t!,1
Gambar 6-12 Contoh rencana tangga
ng B e rti n gkat Rendah
MERANCANG ATAP
Denah dan atap adalah dua hal yang paling dahulu disesuaikan karena atapr akan secara langsung berada di atas bangunan walaupun bentuk keduarrya tidak harus identik sama. Bentuk denah persegi panjang tidak harus ditutr"rpi oleh bidang bawah atap segi panjang pula namun dapat dengan nrenggunakan bentuk atap lain atau gabungan dari bidang-bidang yang lain. Untuk satu jenis bentuk yang sama dapat mempunyai alternatif penyelesaian yang berbeda. Pencarian solusi teknis yang paling tepat untuk sebuah gambar kerja rancangarr atap memang kompleks dan beragam sehingga diperlukan beberapa langkah dan strategi yang akan dibahas di bawah ini'
94
/ler..irir:ar;g Bangi;nan Cedung Bertingkat Rendah
7.1 Menyesuaikan Atap dengan Denah Atap harus sesuaidengan derrah. Kesesuaian buka:r berarti r,arria identik pada bidang penutupan atapnya tetapi lebih berarti l
Gambar 7-1 Contoh bentuk atap yang disesuaikan dengan bentuk denah
7.1.'l
Atap yang Sama dengan Bentuk Denahnya
Bentuk bidang atap yang sama dengan denahnya adalah alternatif yang sering dipakai untuk memberi atap pada denah. Denah yang mempunyai bentuk sederhana seperti bujursangkar atau persegi panjang akan dengan mudah diberikan atap yang sesuai, namun bentuk denah yang lebih kompleks, atau gabungan dari beberapa bentuk, akan relatif kompleks juga teknis pengatapannya karena terkadang bentuk denah tersebut tidak "match" atau tidak sesuai dengan bentuk atap yang mungkin diberikan. Jika dipaksakan, maka akan ntungkin terdapat garis-garis atap yang tidak dapat "bertemu", sehingga akan terdapat beberapa ketidaksesuaian yang tidak disengaja seperti munculnya beragam sudut kemiringan atau pemakaian pelat dag datar yang juga tidak disengaja. Jika hal ini terjadi, maka sudah tentu bentuk yang terjadi pada bangunan tidal
t,,
Merancang Atap
t
,,, '. /l
rra
I
,ri---*----\rr
____*l__--_
ffi [&'
i tr
Gambar 7'2 Contoh bidang atap yang sama dengan denahnya
7.1.2 Atap yang Tidak
Sama dengan Bentuk Denahnya
Atap yang tidak sama dengan bentuk denahnya adalah salah satu strategi yang mempunyai tujuan menyesuaikan antara atap dengan denahnya. Ketidaksamaan inijuga dimaksudkan untuk tujuan lain seperti pengatapan ruang luar di luar denah jika atap lebih besar dari denahnya. Terkadang sebuah denah mempunyai bentuk rumit yang tidak mungkin bidang atap sama persis dengan bentuk denah tersebut. Dengan demikian bidang atap dapat berbentuk lain karena juga dipertimbangkan terhadap bentukan yang terjadi, struktur atap dan denah, dan juga konstruksi atau juga sistem yang diterapkan dalam bangunan yang bersangkutan.
--------t i*-----------* -----_-a...-_ --'r. f
| | r,
:.-'-
-
il'i rl
lil - r--': " r-
ii ii;, r:r |
I r-,t:-l t-_--_
:.ri, ! '+-.J, :i
ra
-r.-.
i:r -.. **
_l
..-
>
I
-l
r,l
,
il
,i
_-__-__t
I
l i-- .-.. . lil
ri, t:: lx I i.."-*,,*
|l/ | I
It tt I .'
,'
,'
Gambar 7'3 Contoh bidang atap yang tidak sama dengan denahnya
s6
h4erancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
7.1.3 Atap Gabungan Terkadang untuk nrenyamakan bidang penutupan atap dengan denahrrva, dipal
Atap gabungan ini juga dimungkinkan juga pada pemakaian atap datar dag prada beberapa bagian denah bangunan. Penggunaan atap datar ini tentu harus disesuaikart Cengan llaik bentuk justeru ataupun teknis struktur konstruksi bangunan, karena pemakaian yang tidak direncanakan akan menyebabkan bentuk yang tidak diperkirakan atau pengaruhnya terhadap fungsi i"uang di bawahnya karena dapat mempengaruhi teknis bangunan seperti kebocoran, suhu yang relatif tinggi dan sebagainya.
':,i.i.rr,,.i'.irtriiitil:illiitlillliilti'lr:ul:l
,,:':., .'::,:.:,.,,,;::i11it".Y,a :..:.:
:..'.
...-
..- .
:'
:..,,.,,,.
r
'
:..
:,
:.
ta::.:,a.:,:l;.!..:a)a.::
:,.;;:i:.!lii:l
.r.r':...i
,
.,. rr,,,,,r'r.
..ritl,r
\/ Gambar 7-4 Contoh atap gabungan pada bangunan
7.1.4 Atap Bertingkat Kombinasi yang dapat dilakukan baik pada satu bentuk atap atau pada atap gabungan adalah dengan membedakan ketinggian dasar atap. Atap bertingkat ini dimaksudkan bukan hanya sebagai pelindung atau untuk keperluan estetika bentuk bangunan tetapi juga dipakai sebagai fasilitas sistem
1,,
Merancang Atap
termasuk sistem penghawaan dan pencahayaan alamiah. Atap yang sudah sesuai dengan denahnya dapat dioptimalkan dengan strategi pembedaan ketinggian atap ini. Tentu saja kesesuaiannya dengan fungsi ruang yang ada di bawahrrya juga disesuaikan.
7.1.5
Void dan Skylight
lstilah void adalah bukaan pada atap sehingga atap tanpa penutup sedangkan skylight acjalah pemakaian atap transparant atau tembus cahaya. Kedua jenis bagian atap ini dinraksudkan untuk nremasukkan cahaya matahari dan atau udara luar ke dalam bangunan atau sebaliknya. Void atau skylight dapat dibuat dengan melubangi bagian atap tertentu atau dengan menggunakan ruang atau celah diarrtara beberapa bidang atap.
'",{ I
r Cambar 7-S Contoh bangunan dengan atap bertingkat
7.2 Menentukan Garis Atap Caris atap pada denah adalah notasi garis putus-putus pada denah untuk mengenali be::-* atap yang akan dipakai pada bangunan. Caris ini juga sekaligus menginformasikan secara a..,a kaitan antara atap dengan denahnya.Untuk menentukan garis atap ini harus melihat bentukan a:a: dan konstruksinya pada struktur utama baik kolom atau dinding pada denah. Demikian juga nar-s diperhatikan garis-garis kombinasi atap satu dengan lainnya pada ruangan. Penggunaan atap de:gar-i
f.rf
sl;;ni:alg Sangi,r;,.;;; t ,i irii;, r11 frtrtirtgkat Rendah
kemiringan tinggi dan atap datar (pelat, dag) c.ii;:-rLingkinkari secara bersai-tia cialai:-t bagiarr yang berbeda dalam satu bangunan.
Untuk rnendapatkan kenririnBan atap yang iiarta. pada atali deng;rn l;r-:nti;l< liri-:as dan lajug nrenggunakan garis limas atau garis tajug (jurai luar atatt ju;'ei claiai":ri'ialang pada iiarltinya) harus dengan sudut 45o pada tampak atasnl,3 uiiiuk stnrbarang kenii;'ingarl',''anH sanra. Untuk mempertemukan dua sisi atap yang berbeda keniiringan, iurai ini dapat lei:ih atau Icutartg dari 45'. Pada atap lengkung, garis kelengkurrgan ini tidak terlihat pacla garis atap pada denai:, naniun akan lebih dijelaskan pada rencana atap bangunan.
7.3 Menentukan Atap Utama dan Kombinasinya Bentuk atap dan kombinasinya dapat dilakukan dengan mernpe;'haiikan berriul(at'r i/ang akan diperoleh, rnaksud bentukan desain dan maksud korrstruksi yarrg akan digunakan untuk mencapai bentukan tersebut. Pada bangunan lantai 2, atap lebih dominan nrembentuk bentukan bangunan sehingga setiap kali bentuk utama dan kombinasinya diternukan harus sesuai derrgarr bentuk yang dituju. Bentuk-bentuk atap yang ideal juga sangat sarat dengan nraksud atau fungsi atap seperti pengaturan iklim mikro bangunan, pemasukan udara dan cahaya dan juga penerusan air hujan dan perl indungan terhadap sinar matahari.
Untuk dapat mempermudah kombinasi bentuk atap dan menemukan struktur utamanya, kombinasi atap harus dimulai dari bentuk atap utama beserta struktur utama rangka atapnya, baru kemudian menentukan kombinasi atau tambahan{ambahan atapnya menurut denah yang ada. Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengkombinasikan denah dengan bentuk atap dan rangka atap utamanya. Penyesuaian-penyesuaian pada denah, bentuk atap atau rangka atap sering dilakukan untuk mendapatkan keterpaduan yang ideal. Terutama pada konfigurasi grid atau modul bangunan dengan fungsi kompleks. Perubahan konstruksi struktural juga sering dilakukan terutama untuk atapatap bangunan dengan bentuk dan karakter khusus. Penyesuaian itu .iuga terkadang merubah kolom, dinding atau kuda-kuda, sehingga proses penentuan sistem struktur akan menjadi lebih kompleks.
t,,
Merancang Atap
+ :L 8l
til I I
i I
RUANG XELUARGA i
-t
3
I
-J* I
I
5t
'l I I
+
****?***.".,**
. -t.';
I
Cambar 7-6 Contoh garis atap pada denah bangunan LANTAI 02
100
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Gambar 7-7 Contoh atap utama dan kombinasinya
7.4 Menentukan Rangka AtaP Rangka utama atap dapat terdiri dari kuda-kuda, gunung-gunung atau rangka beton bertulang
seperti yang telah dibahas di muka. Penggunaan rangka utama atap ini pada Denah tergantung pada bentuk atap, kemungkinan posisi rangka atap dan posisi-posisi kolom, dinding dan ruang di bawahnya. Penentuan rangka atap ini dapat saling tawar atau menyesuaikan dengan elemen-elemen rangka utama bangunan seperti kolom, balok, dan dinding bangunan. Kondisi ideal bahwa rangka atap harus didukung langsung oleh kolom atau dinding juga dapat ditawar dengan toleransi tertentu di bawah batas-batas kekuatan konstruksi dan memang seharusnya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahli struktur atau konstruktor agar tidak menemui kesulitan baik pada tahap perancangan atau pelaksanaan konstruksi
di lapangan.
|
\lerancang Atap
,0,
Berikut ini adalah bagian-bagian utama dalam merencanakan atap bangunan;
r-' i i i i i
i i I
i i i i i
i i i
(EPII
ARfA 'TESERVT
i
i i i i
{
i
J
I
i
L-
l'ii
'' ; -;'';'-
"'1'
- I
;:' -'
'
Gambar 7-B Contoh denah dan pengaruhnya pada atap bangunan
7.4.1 Menentukan Jenis Rangka Utama Atap Rangka utama atap yang terdiri dari kuda kuda atau gur.rung-gunung harus ditentukan bentuk serta kaitannya dengan fungsi atap lainnya. Kuda kuda dan gunung-gunung dapat beragam bentuk
dan bahannya, sehingga yang perlu diperhatikan adalah apakah masing-masing bentuk itu sesuai untuk bentangan ruang dan untuk tujuan lain misalnya perannya dalam membentuk ruang dan bangunan, kemungkinan ekspos, jenis penutup atap yang akan dipakai, dan juga kemungkinan pemasangan ventilasi atau pencahayaan melewati rangka kuda kuda atau gunung-gunung. Satu bentuk atap dapat dicapai oleh beberapa rangka utamanya. Namun masing-masing rangka
utama tersebut akan mempunyai konsekuensi yang berbeda pada beberapa hal termasuk ruang
102
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
struktur dan sebagainya' interior yang diperoleh, berat konstruksi, daya tahan pemakaian, harga jenis rangka sekaligus berkaitan Keputusan pemakaian rangka utama dapat terdiri dari beberapa dengan aspek lain dalam bangunan.
Gambar 7'9 Berbagai macam bentuk struktur atap miring
7.4.2 Meletakkan Rangka Utama AtaP harus diletakkan Untuk dapat meletakkan rangka utama atap dengan tepat, maka rangka atap yang akan diperoleh dan yang dengan mempertimbangkan dua hal, pertama adalah bentukan atap dipakai' Pertimbangan kedua adatah tumpuan pada rangka bangunan di bawahnya yang akan yang sesuai dan konstruksi yang benar' keduanya harus diperhatikan untuk mendapatkan bentukan
jarak tertentu ldealnya, kuda kuda atau gunung-Sunung dan ragamnya dipasang setiap Bahan kayu dan ba'ia akan tergantung panjang penghubung keduanya yaitu gording dan bubungan' akan dapat mencapai .iarak berbeda pada ketersediaan ukuran panjangnya. Kayu, rata-rata hanya rangka atap 4 meter sedangkan baja dapat lebih panjang. Prinsip utama peletakan kuda kuda atau cording dan bubungan ini Iainnya tergantung panjang gording dan bubunSan yanS akan dipakai. jarak yang lebih panjang. Prinsip selanjutnya dapat terdiri dari rangka juga sehingga dapat mencapai atap ini dipasang juga pada setiap sudut-sudut atap limas atau tajug,
adalah bahwa rangka utama gunung-gunung terpancung walaupun hal ini juga dapat ditawar dengan membuat kuda kuda atau menyilang pada dan sejenisnya. Khusus untuk bentuk atap tajug, kuda kuda dapat dipasang secara tergantung ukuran diagonalnya atau pada arah membujur dan melintangnya. Pemilihan atas ini bangunan dan bentukan ruang yang akan diperoleh'
Merancang Atap
| ,0,
Gambar 7-1O Alternatif rangka utama atap dan strukurnya
7.4.3 Menghubungkan
Rangka Utama Atap
seperti disebut di atas bahwa untuk menghubungkan rangka utama atap dipakai balok gording atau balok bubungan' Fungsi gording dan bubungan ini adalah untuk menghubungkan dan menegakkan kuda kuda dan sebagai tempat dipasangnya usuk atau kasau, sehingga panjang gording atau bubungan ini saling tergantung dengan jarak kuda-kuda atau rangka utama lainnya. cording-gording akan dipasang secara sejajar pada sepanjang punggung kuda-kuda sebagai tempat kasau/usuk dipasang. Dengan demikian jarak antar gording dan bubungan tidak dapat terlalu panjang untuk menghindari usuk yang melengkung karena terlalu berat menyangga penutup atap dan juga untuk menopang sambungan usuk. Panjang kasau/usuk akibat jarak antar antar gording dan bubungan ini secara horisontar juga dipengaruhi oreh kemiringan atapnya. bentukan kuda kuda di bawahnya. pada rq prinsipn;,a k;,:a Pr il t)rPt t\ d l\ diretakkan pada titik_titik buhut atau ru sambunsa-Jql ta I lUUl l5d 31,:::r^:li,T:]ff:y:nsga sehingga posisi gording dan letak titik-titik buhul ini akan saling mempengaruhi,/ cara -: -:,nriL
i""::l"t:::::
[::ti:^filll
'll:ri,Te1pensaruhi o:ol: tilik vlns
104
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Ni I
ol oi Nj
I 1
l I
a1 oi
N{ I
l I
i i
o
€ri
{
o o
I
l
I
)
l
.cL\, I
N TAMPAK ATAS AN
o
O.
@i
ol
I I
I
--+
ol ql rt
-"1'
-
o N.
-1
l
.120.
35o
V ,oo Y
3so
RENCANA ATAP
I Keterangan
. i I I I' i ; ] I '
xX : Kuda kuda 8114 fIZXX : % Kuda kuda 8114 cc : Gunung gunung lrzGc : % Gunung gunung : Balok Tombok 6/'tz ef GD : Gording 8l'tz JRL : Jurai Luar 8l'12 JRO : Jurai Dalam 8/'12 BB : Bubungan 8112 LP : List Plank 3/25 Bs : Balok sokong 8114
Gambar 7-11 Contog rencana ataP
Merancang Atap
| ,0,
7.4.4 Memasang Kasau/Usuk Usuk dipasang pada bubungan, gording-gording dan pada balok tembok. Sehingga dengan demikian posisi ketiga jenis penopang itu harus membentuk satu garis jika diinginkan atap yang rata pada sembarang kemiringan, atau dapat membentuk sudut tertentu pada bentuk atap yang lebih bervariasi. Panjang usuk dapat terdiri dari 4,3,dan 2 meter (sesuai panjang kayu yang ada di pasar). Dengan demikian jarak penumpunya (bubungan, gording-gording dan balok tembok) harus mengikutinya dengan meletakkannya pada sambungan atau untuk membagi usuk yang terlalu panjang agar tidak melengkung. Usuk
d
ipasang setiap jarak tertentu tergantu ng pada uku ran usuk dan berat jen is pen utup atapnya.
Makin besar berat jenis penutup atap makin besar usuk atau rnakin banyak atau makin rapat usuk yang dipakai. Demikian pula sebaliknya. Jarak pasang antar usuk ini juga dapat disesuaikan dengan pemasangan plafond tempel pada usuk. Eternit, asbes, gypsum atau papan kayu dan multipleks adalah ragam penutup plafond yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu. Dengan menyesuaikan ukuran ini, plafond dapat dipasang tanpa harus menggunakan rangka utama lagi, Panjang usuk secara keseluruhan tergantung pada jumlah deretan genteng yang akan dipasang. Pada ujung usuk yang berada di sisi luar bangunan usuk pada bangunan tropis disisakan sepanjang
tertentu untuk melindungi dinding dan bukaannya di sepanjang dinding Iuar bangunan yang dapat berupa tritis (overhang), atau sirip-sirip pelat kantilever. pada sudut atap limas bagian bawah perlu diperhatikan agar pemasangan usuk masih tetap mempunyai dua tumpuan, sehingga biasanya usuk dipasang semakin miring pada arah luarnya. Listplank dipasang pada ujung usuk untuk melindungi penampang usuk dari udara Iuar.
Gambar 7-12 Prinsip pemasangan usuk 10,5 ]'ne-tef
106
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
7.4.5 Memasang Reng dan Genteng Reng dipasang untuk rnemasang genteng, sehingga jarak antar reng harus menyesuaikan jarak pasang gentenS. Centeng-genteng tertentu mempersyaratkan jarak reng yang tepat untuk dapat dipasang, sementara yang lain hanya disediakan sisa agar genteng tetap overlapping dan tidak menyebabkan masukknya air hujan ke dalam bangunan. Pada sisi-sisi atap harus diperhatikan pemasangan-pemasangan genteng bubungan dan talang.
7.4.6 Memasang Elemen Atap Lain Elemen-elemen atap meliputi bubungan, talang, konsol tritis dan sebagainya. Bubungan adalah tempat bertemunya ujuang atas atap baik pada posisi horisontal atau miring (jurai luar). Bubungan ini dapat dipasang secara mati atau hidup yang juga dapat terdiri dari genteng bubungan atau lembaran seng. Talang adalah tempat bertemunya atap pada bagian bawah yang dapt berupa talang nriring (jurai dalam) atau talang datar. Talang datar lebih tidak dianjurkan karena akan mudah mengalami
masalah kebocoran. Talang dikonstruksikan dengan lembaran seng, karpet platik dan sejenisnya. Konsol tritis diperlukan apabila lebihan usuk pembentuk tritis terlalu panjang sehingga diperlukan tumpuan pada ujung bawahnya. Konsol juga dapat dipasang mandiri dan bukan kepanjangan dari usuk atap utama.
a .
ii:,ill
I
i,-'
"\ j
=-r
I,
Jd
f L-#-"1-J
I]
,nGfi,
: ;;i ,;
I
; t-t4i-J
,)
'i
',-.
," I
,,
1:.' : :i.l
il
I
Gambar 7-13 Contoh elemen pada atap dan konstruksinya
Merancang Atap
7.4.7
| ,0,
Memasang Atap Datar
Atap datar yang terbuat dari dag beton bertulang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Secara fungsional, atap ini dapat dimanfaatkan sebagai ruang fungsi di atasnya, sehingga sangat sesuai diletakkan pada area-area servis, atau dapat juga digunakan sebagai ruang taman di atas atap' Atap datar ini juga dapat digunakan sebagai elemen pembentuk bangunan karena dapat menghubungkan satu atap dengan atap lain dalam satu bangunan. Dengan demikian dag juga dapat dipakai sebagai talang datar pada bangunan. Penggunaan dag sebagai talang datar ini sangat dimungkinkan mengingat dag beton relatif lebih tahan bocor dan tahan iklim. Namun tentu saja baik desain ataupun pengerjaannya harus mendapat perhatian khusus agar justeru tidak menimbulkan permasalahan kelak dikemudian hari.
7.4.8
Memasang Atap Bentuk Lain
Jenis-jenis penutup atap tertentu dapat membentuk atap yang lebih bervariasi. penggunaan pelat-pelat aluminium atau pelat fiber dapat Iebih fleksibel ditekuk atau dilengkungkan, sehingga atap akan mempunyai bentuk bermacam-macam. Karena penggunaan jenis penutup atap ini akan mempengaruhi bentuk bangunan secara keseluruhan, maka struktur dan konstruksi juga harus menyesuaikan tuntutan teknis penutup atap ini. Bentuk atap lain juga dipengaruhi oleh jenis rangka atap yang dipakai. pemakaian jenis rangka atap modern seperti rangka ruang (space frame)juga akan membentuk atap yang khas. Demikian juga dengan jenis-jenis atap yang lain menurut jenis struktur termauk kubah, pelat lipat, cangkang, tenda, kabel dan sebagainya yang pada buku ini memang tidak dibahas untuk menghindari kompleksitas pembahasan.
Gambar 7-14 Contoh bentuk atap bertingkat pada masjid
108
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
3 lantai Gambar 7-15 Contoh tampak atap bangunan asrama
(:El KeteranQan:
HEiriiit'Xiip mengsunakan Rangka Baja Ringan
3 lantai Gambar 7'16 Contoh rencana atap lantai 2 asrama
| ,0,
Merancang Atap
11.)ill ,"i {. I 'i,1,,1.: {
r-*-it---.ji*lli
.
-+r:ii"d,-#*+4+*r--.
n"iir
,- ti :. I _-,*L. _li i I - i
F ,G Cambar 7-17 Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai
Gambar 7-18 Contoh tampak hasil pada rencana atap asrama
i r--l-.r_lt . ': ..s;.,,3r.-,-,... i:.
. I
i. ,-'.i I
-,
110
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 7-19 Contoh perspektif hasil atap pada asrama
-oo0oo-
MERANCANG BALOK DAN PELAT LANTAI Rancangan balok memegang peranan penting karena berfungsi sebagai penghubung antar kolom utama dan penumpu pelat lantai dan sebagai dasar dinding berat (batu bata). Balok juga dapat berfungsi secara arsitektural pada ruang yang tidak menSSunakan plafond, di mana beberapa elemen akan dipasang seperti lampu, jaringan listrik, sound system, jaringan pemadam kebakaran dan sebagainya. Sebuah struktur beton dapat menggunakan pelat beton baik terpisah atau menjadi satu dengan baloknya, ataupun pelat lain yang dipasang pada balok
seperti pelat papan kayu atau pelat papan baja
112
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
8.1 Menempatkan Balok pada Bangunan Balok dapat berfungsi struktural ataupun arsitektural. OIeh karena itu desain balok dan juga pelat lantainya harus dapat mengintegrasikan kedua kepentingan tersebut. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan pada desain penempatan balok dan pelat lantai.
8.1.1 Fungsi dan Peran Balok pada Bangunan Secara umum, balok dalam bangunan bertingkat yang menggunakan struktur beton bertulang, berperan pada tiga bagian yang berbeda. Pada bagian bawah bangunan balok berperan sebagai sloof , pada bagian atas dinding bangunan lantai atas balok berperan sebagai ring-balk sedangkan pada bagian tengah balok berperan sebagai balok lantai dan balok /atai. Ketiga bagian fungsi balok tersebut sebenarnya berfungsi hampir serupa yaitu menghubungkan kolom-kolom struktur utama. Fungsi-fungsi lain tergantung letak dan posisinya.
Sloof beton bertulang berfungsi selain menghubungkan kolom utama, juga dapat difungsikan sebagai dasar dinding berat (batu bata dsb). Tetapi fungsi sebagai dasar dinding ini dapat digantikan oleh rolaag atau pasangan batu bata miring yang digunakan untuk menyalurkan beban dinding pada pondasinya. Penggunaan sloof atau rolaag untuk kepentingan ini tergantung beberapa pertimbangan apakah beton bertulang atau tidak dan juga pasangan batu bata lebih efisien untuk digunakan. Kadang karena alasan harga dan juga alasan lain semacam daya dukung tanah dsb, mendasari pemilihan kedua alternatif ini. Dalam penggunaannya balok sloof selalu digabungkan dengan pondasi batu kali atau pondasi menerus lainnya untuk menyangga sloof struktural dan sloof penahan dinding. Balok keliling atau ring-balk berfungsi membentuk ring atau cincin pada struktur kolom balok sehingga membentuk rangkaian tertutup. Fungsi utama ini biasanya hanya dipasang pada kolomkolom di atas dinding luar bangunan. Sedangkan pada dinding dalam, penggunaan ring-balk dapat diabail
Balok secara umum berperan sebagai:
)
.:.
Sloof
*
Balok lantai
pada bagian bawah bangunan
.i.
Balok ring
*
Balok latai
) )
)
pada bagian lantai pada bagian atas bangunan pada bukaan dinding
| ,,,
Merancang Balok dan Pelat Lantai
sehingga dinding di atasnya tidak membebani kosen bukaan. Balok latai ini juga dapat memperkuat struktur utama karena menghubungkan kolom-kolom. Balok latai ini dapat digantikan oleh pasangan
balok rolaag di atas kosen untuk menghindarkan kosen dari beban dinding berat di atasnya, namun tidak berfungsi menghubungkan kolom-kolom, sehingga balok latai jenis ini tidak berfungsi secara struktural.
ooo Irsol 250 I lrzsl 37s ---1_-___T-_._--r-l___---|-
;l ^l
B6
I
-EI
B6
;r *l _T _l
c!t
ol
ro d)
(
85 Luar
d.
Ub
ot:, !td
I
-t-
(o
F=--t
&
BP
l€{o-- ---
---=--l
c6
:lol
I
B KM Dalam
Brl LUar B6
E 6
co
IE
84 Dalam
-l -l
E
E U
s =
It1 flrlam
(1}
I I I
ol
L n
E 6
6 o
(o
o
s
I
tn
col
I
bll
[T3Da-lam
Ic
La
ls ld lo
l' I
S
83 luar
B1 luar
=l i
-+
Gambar B-1. Contoh rencana balok
Definisi Balok:
* * *
Balok struktur menghubungkan kolom Balok anak menghubungkan balok utama Balok dinding berat di atas dan di bawah
I
114
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
8.1.2 Macam Balok Lantai Balok lantai berfungsi utama secara struktural menghubungkan kolom-kolom utama sehingga membentuk satu kesatuan kerangka kolom-balok. Wujud yang paling sederhana adalah balok-balok yang menghubungkan kolom-kolom utama saja. Atau dengan bentuk lain yaitu rangkaian antar balok sehingga berhubungan satu dengan lainnya. Jika balok ini menghubungkan kolom-kolom utama disebut balok induk, jika balok menghubungkan kedua balok utama maka peran balok ini disebut sebagai balok anak. Balok anak ini juga dapat mempunyai balok anak lagi dan seterusnya. Semakin banyak balok-balok yang digunakan akan semakin rapat dan dapat memperkecil dimensi pemakaian beton bertulangnya. Bentuk balok lantai yang paling rumit adalah dengan menggunakan bentuk waffle yaitu pelat dengan dukungan balok lantai yang banyak kecil-kecil ke dua arah saling silang. Fungsi lain balok lantai adalah sebagai penyangga beban dinding berat di atasnya. Dinding batu bata pada lantai dua dan lantai atas lainnya harus menggunakan balok sepanjang dindingnya agar berat dinding tidak membebani pelat lantai secara sentris. Posisi balok ini dapat di bawah pelat lantai atau di atas lantai. Primer Balok Tersier (anak2)
f r i= ro L
0)
Balok Tersier (anak2)
E L o-
Y
o o
6
Balok Primer (induk) Gambar B-2 Macam balok lantai Kapan menggunakan pelat lantai tanpa balok, dengan balok utama saja, atau disertai anak atau waffle tergantung beberapa aspek yang harus diperhatikan termasuk volume beton, waktu pelaksanaan, beaya pelaksanaan, bentukan arsitektural, kesesuaiannya dengan aspek bangunan lain dan sebagainya. Balok pendukung pelat lantai yang hanya terdiri dari balok utama saja cenderung mempunyai ukuran yang besar dan berjarak lebih jarang sehingga jarak antar lantai pada bangunan bertingkat juga harus memperhatikan ketentuan ini. Pelat lantai harus lebih tebal karena mempunyai bentang yang besar. Pengerjaan untuk jenis balok ini relatif mudah sehingga waktu dan beaya tenaga kerja dapat diperkecil. Di lain fihak, balok lantai yang menggunakan balok anak yang banyak akan mempunyai besaran yang lebih kecil namun berjumlah banyak dan rapat, sehingga waktu yang diperlukan juga akan lama dan tenaga kerja yang diserap relatif besar dan harus dengan kecakapan skill yang cukup pula, sehingga beaya upah kerja juga besar.
Merancang Balok dan Pelat Lantai
| ,,,
Secara arsitektural baik bentukan atau kaitannya dengan sistem lain, kedua jenis pemakaian balok di atas dapat saling disesuaikan. Pelat yang rnenggunakan sedikit balok akan mempunyai bentuk datar dan rata sehingga memberikan kesan ruang yang luas. Pada pemasangan titik-titik lampu dan sistem lain dapat dengan bebas. Pada pelat yang menggunakan banyak balok akan mempunyai
bentuk rumit dan memberikan kesan ruang yang lebih dinamis. Untuk pemasangan titik-titik lampu dan sistem lain harus memperhatikan jarak antar balok yang terbentuk. Demikian juga dengan sifat memantulkan cahaya dan suara, pada pelat rata, suara dan cahaya akan mudah dipantulkan sedangkan pada pelat tidak rata atau banyak balok, suara dan cahaya akan dipendarkan. Kedua ketentuan ini dapat merugikan atau rnenguntungkan tergantung dengan fungsi ruang yang bersangkutan. Dengan demikian pemikiran keterpaduan pada desain balok-balok ini sangat diperlukan untuk mendapatkan rancangan yang optimal.
Balok Sekunder (wajib jika ada dinding di atas)
Gambar B-3 Letak balok pada struktur
8.2 Menentukan Garis-garis Balok Menentukan garis-garis balok utama sangat tergantung di mana kolom-kolom utama berada. Karena fungsi utamanya sebagai penghubung antar kolor:i utama, maka garis-garis balok ini tidak tergantung dari dinding di atasnya atau ruang di bawahnya. Caris-garis balok ini selanjutnya akan sangat tergantung pada konfigurasi grid struktur yang dipakai karena balok adalah elemen utama sistem struktur selain kolom dan dinding. Caris balok selanjutnya menentukan gambar rencana balok Jika pelat lantai ini pada nantinya juga digunakan sebagai plafond ruangan maka konfigurasi balok utama ini mau atau tidak mau harus dipakai sebagai elemen pembentuk ruang, yang dimensinya ter8antung pada bentangan antar dua kolom yang dihubungkannya. Kepentingan sistem struktur dan kenampakan bentuk dan konfigurasi balok harus dipadukan sehingga keduanya dapat dipadukan secara optimal. Kepentingan yang lain yang juga harus diperhatikan adalah desain titiktitik lampu atau sistem lain pada balok dan pelat lantai ini yang harus betul-betul diperhatikan karena akan tertanam dan bersifat permanen. Bongkar pasang pada pelat lantai beton bertulang sangat tidak memungkinkan, sehingga jika ter.iadi kesalahan jaringan, kabel atau pipa hanya dapat dipasang secara out-bow atau menempel dan akhirnya akan mengganggu estetika ruang dan sebagainya.
r16
lv'lerancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Jika
di bawah balok adalah ruang yang rnenggunakan plafond, maka konfigurasi balok ini tidak
akan menjadi masalah secara arsitektural. Tetapi iusteru yang harus diperhatikan adalah konstruksi rangka plafond terhadap balok-balok lantai serta jarak yang harus disediakan pada plafond mengingat plafond juga dibuat untuk maksud pelatal
'ii!T
:r
ift :! I6
}i a,l
I] *:::::
Gambar B-4 Contoh garis balok ekspos Untuk dapat menghasilkan bentukan kralok yang ideal harus diperhatikan ketentuan di bawah ini; a
a
Apakah balok akan diekspos atau menggunakan plafond penutup jarak plafond dengan balok Jika menggunakan plafond, maka yang harus diperhatikan adalah utama yang paling tebal, sehingga masih terdapat celah untuk memasang jalur-jalur sistem bangunan termasuk kabel dan pipa. Jika tidak maka akses ini harus disediakan dengan lubanglubang pada balok
Jika balok dan pelat lantai akan cliekspos, maka balok-balok harus dibuat sedemikian rupa sehingga terpadu dengan sistem lain antara lain Ietak posisi lampu, posisi springklers (titik alat pemadam kebakaran), posisi pengeras suara, dan jalur jalur sistem tersebut. Jalur-jalur dapat ditanam dalam balok atau pelat untuk mendapatkan kesan ruang yang bersih, atau justeru sebaliknya diekspos untuk kepentingan tertentu (kesan ruang, pemeliharaan dsb). Balok-balok ini pada posisi tertentu juga dapat digunakan sebagai pemecah gaung atau gema pada ruang sehingga akustik ruang dapat lebih baik.
Merancang Balok dan pelat Lantai
| ,,,
[il8 O
lrrnp,
t_"t
Speaker
ll
Sprinkler
Cambar B-5 Contoh layout garis balok yang dipadukan dengan kepentingan sistern
8.3 Menentukan Pelat Lantai dan Void Pelat lantai dipasang pada luasan lantai atas kecuali lubang (void) yaitu pada tangga, void pada penghubung ruang dan lubang pelat pada shaft kabel atau pipa. pelat lantai dapat dibentuk dari pelat beton bertulang atau pelat lain seperti papan kayu dan ragamnya atau pelat besi dan baja. Bangunan dengan sistem struktur utama beton bertulang dapat menggunakan berbagal alternatif tersebut walaupun secara umum pelat dag beton bertulang masih banyak dipakai karena alasanalasan; kesatuan dengan kolom baloknya sehingga dapat lebih rigid/kaku dan membentuk kekakuan struktur secara horisontal, relatif lebih murah, tahan lama, meredam getaran dan sebagainya. Namun dag beton bertulang juga mempunyai kelemahan yaitu dapat membuat beban struktur menjadi lebih besar sehingga kolom, balok dan pondasi harus dibuat lebih besar atau lebih kuat.
Definisi Balok:
.:. * *
Balok struktur menghubungkan kolom Balok anak menghubungkan balok utama Balok dinding berat di atas dan di bawah sistem yang dapat dipasang pada pelat atau di antara garis balok:
A * * *
Titik lampu Titik sound system Titik sprinklers dsb
118
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
diperhatikan aspek-aspek; Untuk dapat merancang pelat lantai dan void yang ideal maka harus pelubangan dan perbedaan Tiga perbedaan dalam rancanSan pelat lantai yaitu pelat biasa, ketinggian.
pelat+elat normal biasa dipasang pada setiap ruang lantai dua dengan bingkai balok-balok di pelat dipasang jalur-kalur sistem atau tidak. bawahnya. Harus diperhatikan apakah di dalam 9 m2 dapat berkisar mulai 10 Tebal pelat untuk lantai dengan tumpuan normal dengan luasan hingga 1 5 cm tergantung juga beban ruang dan fungsinya' lubang ruang untuk akses feluLangan-pelubangan pelat atau void dibuat pada lubang tangga, dapat sendiri dibuat atau ventirasi, cahaya dan pandangan dan rubang shaft. Void untuk tangga menjadi satu dengan void untuk ruang' pelat-pelat yang dibedakan ketinggiannya adalah pelat lantai untuk kamar mandi dan area basah air pada tempat tertentu, lainnya. perbedaan ketinggian ini dimaksudkan untuk mengalokasi pelat, dapat dialokasikan dengan mudah' sehingga akalaupun terjadi resiko kebocoran pada
Gambar 8-6 Pelat dan void pada bangunan
8.4 Menggunakan Balok dan Pelat Lantai Kayu dan Bahan Lain beton bertulang dapat Alternatif balok dan pelat lantai pada bangunan dengan struktur pelatdi luar baja. sebuah bangunan dapat mempunyai ragam balok dan
menggunakan kayu atau besi konstruksi beton adalah dengan beton bertulang. Maksud penggunaan balok dan pelat lantai selain penciptaan lantai tanpa konstruksi khusus tujuan untuk mencapai berat konstruksi yang lebih ringan, pengerjaan yang lebih cepat, merupakan konstruksi tambahan' atau
(siruktur bangunan bertingkat), hanya merupakan variasi pada elemen bangunan'
pada balok dan pelat dengan bahan kayu, yang perlu diperhatikan adalah ketentuan-ketentuan tertentu. Balok dengan ukuran 8/14 rangka pelat yang menggunakan balok-balok kayu dengan ukuran pada ,LL"g"i balok induk dan dapat dibentangkan pada jarak hingga 4 meter
cm dapat digunakan
Merancang Balok dan Pelat Lantai
| ,,n
Iantai dengan penutup papan kayu. Sementara balok yang memepunyai ukuran lebih kecil seperti 6/12 cm dapat dipasang sebagai balok anak dan masih dapat dibentangkan 3 hingga 4 meter. Setelah itu balok-balok tambahan (usuk) dengan ukuran 5/7 cm dapat dibentangkan untuk mendukung balok anak dengan bentangan 2 hingga 3 meter. Balok usuk ini dijajarkan dengan prinsip sama dengan usuk atau kasau pada setiap jarak 30 hingga 60 cm tergantung besar dan berat pelat ataupun fungsi pada lantai kayu tersebut. Papan kayu sebagai pelat lantai dapat menggunakan papan dengan ukuran ketebalan 2 hingga 4 cm dengan lebar yang bervariasi. Pada balok dan pelat dari bahan besi atau baja, ketentuan besar dan jarak balok dapat disesuaikan dengan persyaratan bahan besi atau baja yang dipakai, mengingat persyaratan bahan ini Iebih bervariatif.
Gambar B-7 Contoh balok dan atau pelat dari kayu
8.5 Menentukan Konstruksi Batok dan Pelat Lantai Pemasangan pelat lantai beton bertulang dapat langsung dipasang pada kolom struktur tanpa harus menggunakan balok lantai dengan catatan pelat harus betul-betul kaku, oleh karena itu
dimensi pelat menjadi lebih tebal. Cara ini jarang dilakukan karena cenderung membuat pelat menjadi sangat tebal sehingga memerlukan volume beton yang besar. Pelat-pelat yang diletakkan di atas balok lantai dapat dibuat menjadi satu (untuk beton bertulang) atau hanya ditumpangkan (untuk pelat kayu atau baja). Dimensi balok dapat diprakirakan kurang lebih dengan ketinggian rata-rata 1/10 hingga 1/12 dari bentangan jarak antar dua kolomnya, walaupun angka itu dapat berkurang atau bertambah tergantung aspek-aspek beban dan bahan. Beton prestress dapat hanya 1/20 dari bentangannya. Adapun lebar balok adalah berkisar 1/3 hingga 213 dari ketinggiannya. Pelat lantai beton bertulang dapat difinishing dengan bahan berat seperti tegel dan keramik namun pelat kayu atau baja biasanya menggunakan finishing yang lebih ringan seperti parket atau tegel kayu dan juga karpet. Yang lrarus diperhatikan pada pemasangan tegel atau keramik pada dag beton adalah masih digunakannya pasir setelah dag beton dengan tujuan utama untuk memisahkan
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
't2o I
finishing dengan struktur utama lantainya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan bentuk pada pelat lantai dengan finishingnya. Pada ruang-ruang luas, finishing lantaijuga harus dipisah-pisah untuk menghindari perubahan pelat struktur yang dapat mengakibatkan lantai pecah atau bahkan meledak' penggunaan pelat untuk atap juga hampir sama dengan pelat lantai ruang. Namun pelat atap selain beban, juga harus dipikirkan terhadap cuaca luar sehingga harus diantisipasi terhadap retakretak rambut yang akan semakin besar dan dapat mengakibatkan bocor pada waktu hujan. Dengan demikian selain menggunakan finishing tulangan pada pelat lantai dan atap berbeda. Pelat atap menggunakan tulangan ganda yang disebut tulangan susut untuk menghindari hal-hal tsb di atas.
T NI w-r
EXNru
I
4 -i -l I
WNW ,
*
--J-,n,
J-, *-l-,',-f-r.*
AAAA I
AJA
DENAH BALOK LANTAI 3 SKilA: t:1m
Gambar B-B Contoh rencana balok asrama lantai 3
| ,,,
Merancang Balok dan Pelat Lantai
ir "l "l
nffi[EffiltWnilffiilW
4 -l "l -l
ruEnE=WHHmilil
N[]N[1EffiililMilil
ru\n Hlil
o--]*, *-l-' o{* ','--l- ,*--{
t---, *---l- '*-l-,--l-,.**!-,*-l-5,r
A
r lt I AAAA
AI
w
--l-,
I It I AI AAA6,
Gambar B-9 Contoh rencana balok asrama lantai 2
-oo0oo-
A
MERANCANG PONDASI Pondasi adalah bagian bangunan yang tidak terlihat namun keberadaannya sangat penting sebagai penopang utama bangunan. Setelah mengetahui berbagai pondasi pada bab terdahulu, untuk dapat tepat menggunakannya diperlukan
tinjauan berbagai disiplin ilmu terkait seperti struktur dan kekuatan tanah Geoteknik). Pada perencanaan bangunan bertingkat rendah, perencana dapat memperkirakan atau mengajukan jenis pondasi dan kaitannya terhadap aspek lain. Pembahasan pondasi ini lebih ditekankan pada pemilihan jenis pondasi secara umum pada struktur tertentu berdasarkan latar belakang bangunan dan bagaimana menyajikannya ke dalam gambar rencana bangunan
121
I
fuferenc.aiig ilangut: art Cedung Bertingkat Rendah
9.1 Menentukan Jenis Pondasi Untuk dapat menentukan jenis pondasi yang tepat bag! sebr:ah bangunan, ada beberapa hal y,ang harus diperhatikan yaitu berat sendiri struktur dan korisii'irksi bangunan, ketinggian bangunan, beban fungsi dari aktifitas yang diwadahi di dalam brarigunan serta keaciaan tanah di mana bangunan didirikan. Faktor-faktor tersebut dapat digunakan untuk memprakirakan jenis pondasi yang akan dipakai pada bangunan.
9.1.1 Menggunakan Pondasi Dangkal Pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai kedalarnan tidak lebih dari ketinggian satu lantai atau berkisar dari nol centimeter hingga 2 / 3 meter. Pondasi dangkai dapat digunakan pada bangunan yang mempunyai kondisi tanah bagus (dengan daya dukung yang tinggi atau lapisan tanah keras yang dangkal), dan dengan beban atau ketinggian bangunan .vang tidak teriaiu besar.
Pada sebagian besar bangunan bertingkat rendah hingga berlantai e,q1pat, pada kondisi tanah yang lragus masih dapat menggunakan beberapa jenis pondasi dangkai tanpa harus dengan pondasi dalam. Namun sebaliknya sekalipun bangunan tidak bertingkat, pada kondisi tarrah lembek, harus
menggunakan pondasi dalam. Pondasi dangkal ini dapat berupa pondasi titik, pondasi menerus atau pondasi bidang. Wujucl pondasi yang sering dipakai adalah pondai umpak, pondasi footplate, pondasi menerus batu kali, atau pondasi bidang pelat beton bertuiang. Pondasi bidang beton bertulang ini hanya dipakai pada kondisi tanah yang jelek dengan beban bangunan yang besar. Pondasi dangkal yang paling dangkal dan paling sederhana adalah r,rrnpak yang sering dipakai pada pondasi tiangtiang atau kolonr-kolom bangunan yang tidak permanen atau bangunan yang menggr-rnakan bahan struktur ringan seperti kayu atau metal. Umpak ini mempunyai bentuk umumnya
pondasi ideal yang melebar ke bawah dengan maksud menrperlebar tumpuan dengan bidang tanah. Demikian juga pada foot-plate, pondasi menerus batu kali dan sebagainya, sehingga pada rencana pondasi, bentukan ini juga harus dapat dilihat baik pada rencana ataupun detailnya.
Aplikasi rencana pondasi dangkal ini pada gambar kerja arsitektur adalah pengaturan Iayout jenis pondasi pada titik-titik kolom atau garisgaris dinding. Ukuran dan detail pondasi harus didapatkan secara eksak melalui perhitungan
struktur yang biasanya dilakukan oleh ahli struktur atau konstruktor sebagai hragian dari atar-r diminta oleh perencana. Gambar 9-1 Cont.ah penggunaan pondasi dangkal
| ,rt
Merancang Pondasi
Pondasi dangkal menerus disamping berfungsi menopang dinding berat atau dinding pemikul juga berfungsi menahan tanah atau urugtanah untuk membedakan ketinggian lantai. Dengan demikian walaupun pada lantai satu tidak terdapat dinding berat namun masih menggunakan pondasi menerus yang berfungsi sebagai pembatas tanah atau turap untuk membedakan ketinggian lantai.
9.1.2 Menggurrakan Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang mencapai kedalaman tertentu yang disebabkan oleh beban atau ketinggian bangunan yang cukup besar atau pada kondisi tanah yang kurang bagus. Sebuah
bangunan tinggi yang mempunyai ketinggian dan jumlah lantai tertentu harus diimbangi dengan kedalarnan pondasi yang memadai agar bangunan tidak runtuh. Pada bangunan berat atau dengan fungsi berat seperti gudang atau bengkel juga menggunakan pondasi dalam untuk meyakinkan bangunan berada pcia lapisan tanah keras yang stabil pada kedalaman tertentu. Aplikasi rencana pondasidalam ini biasanya dipasang pada kolom-kolom utama dan dapat
diperlebar pada pelat-pelat pondasi untuk memperkuat daya dukung terhadap bangunan karena kondisi tanah yang jelek atau beban bangunan yang terlalu besar. Pada gambar
rencana pondasi atau potongan bangunan, kedalaman bangunan tidak ditentukan dengan pasti, karena kedalaman pondasi dalam ini menyesuaikan kondisi tempat pondasi sehingga tidak dapat d iseragam kan.
9.2 Menentukan Titik dan Garis Pondasi Untuk dapat meletakkan titik-titik dan garis pondasi harus diperhatikan penggunaan jenis pondasi pada elemen struktur yang tepat. Kapan
Gambar 9-2 Contoh penggunaan pondasi dalam
Penentuan desain pondasi tergantung pada:
.i.
* * tr
Kondisi tanah Berat bangunan
Tingglbansutan Bahan bangunan
126
|
*erancang Bangunan Cedung BertingkatRendah
menggunakan pondasi titik dan menerus harus dilihat dari jenis struktur yang dipikulnya. Cambar yang dihasilkan adalah rencana pondasi.
9.2.1 Menggunakan
Pondasi Titik
pondasi titik identik dengan pondasi setempat yang digunakan untuk menopang beban yang bersifat setempat. Beban setempat ini berasal dari kolom bangunan yang meneruskan beban-beban bangunan ke bawah secara linear menuju ke satu tempat atau satu titik di dalam tanah. Dengan demikian setiap kolom, hanya perlu menggunakan jenis pondasi titik ini baik pondasi dangkal ataupun pondasi dalam.
Wujud pondasi titik ini dapat berupa umpak, foot-plate atau tiang pancang pada pondasi dalam, yang kesemuanya berhubungan langsung dengan kolom utama. Posisi tumpuan dapat diperlebar jumlah yang dengan pelat kaki atau disebut dengan foot plate, jika digunakan pondasi dalam dalam banyak dalam satu kolom'
Gambar 9-3 Penggunaan pondasititik ienis umpak
Gambar 9-4 Contoh peng1unaan pondasi foatplate pada struktur betcn
| ,,,
Merancang Pondasi
9.2.2 Menggunakan Pondasi Menerus Pondasi menerus adalah pondasi yang paling sesuai memikul beban menerus pula. Beban menerus ini pada bangunan identik dengan beban yang disalurkan ke dalam tanah oleh dinding yang berfungsi struktural atau dinding pemikul (bearing wall) dan dinding geser (shea r wall). Dinding non struktural yang mempunyai berat konstruksi yang tinggi seperti dinding batu bata pada lantai dasar juga mernerlukan pondasi agar dinding tidak melesak ke dalam tanah.
Wujud pondasi menerus ini pada bangunan adalah pondasi batu kali atau batu bata dan juga pondasi beton bertulang dari bentuk foot-plate yang dipanjangkan.
Cambar 9-S Contah penggunaan pondasi menerus
9.2.3 Menggunakan PondasiGabungan Pada sebuah bangunan, penggunaan .jenis-jenis pcindasi secara bersamaan atau pondasi gabungan lebih sering dilakukan untuk mendapatkan tumpuan bangunan yang optimal pada tanah. Karena struktur bangunan seringkali terdiri dari kolom dan dinding secara bersamaan baik dinding struktural atau dinding berat seperti dinding batu bata, maka penggunaan pondasi titik untuk kolom dan pondasi menerus untuk dinding dapat digunakan secara bersama. Aplikasi pemakaian pondasi gabungan pada gambar kerja ini harus jelas diperlihatkan pada rencana pondasi dan potongan bangunan dengan notasi dan ukuran yang jelas.
Beban yang dipikul jenis pondasi:
* * .:.
Pondasi titik
)
beban struktur melalui kolom
Pondasi menerus
)
Pondasi gabungan
beban struktur rnelalui dinding atau untuk menopang dinding berat
)
pada penggunaan kolonr dan dinding bersama
128
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Cambar 9-6 Contoh penggunaan pondasi gabungan
9.3 Menentukan Jenis Pondasi Khusus Pada kondisi khusus seperti pada bangunan yang mempunyai beban sangat besar, pada kondisi
tanah yang sangat jelek diperlukan pondasi yang khusus pula. Demikian juga pada kondisi untuk fungsi khusus seperti ruang-ruang mesin, maka diperlukan jenis pondasi tertentu yang mampu meredam getaran mesin, sehingga menghilangkan atau mengurangi pengaruhnya pada struktur bangunan. Pondasi khusus juga terkadang digunakan sebagai bagian dalam satu bangunan justeru untuk mengurangi konstruksi yang tidak perlu. Konstruksi pondasi di tanah keras yang hanya menopang
dinding bata atau dinding partisi ringan tidak harus menggunakan pondasi batu kali yang besar. Penggunaan rolaag atau sloof saja dengan uku ran tertentu dapat
d
ipakai u ntu k mengh indari pemakaian
bahan pondasi yang terlalu besar.
Pada kondisi teftentu penggunaan sloof yang dimaksudkan untuk membantu pondasi atau bahkan menggantikan peran pondasi juga dapat dilakukan. Keputusan-keputusan ini memang harus dikonsultasikan dengan ahli pondasi atau ahli tanah agar didapatkan keputusan desain yang tepat.
Fungsi dimensi pada bagian pondasi:
t * * ,
Lebar pondasi
)
menopang berat total bangunan
Kedalaman pondasi
)
mencapaitanah keras
Proporsi kedalaman pondasi Bahan pondasi
)
)
mendirikan bangunan
sesuai ketersediaan di lingkungan
| ,r,
Merancang Pondasi
9.4 Menentukan Konstruksi Pondasi Konstruksi pondasi tergantung dari jenis, ukuran dan kondisi tanah dan lingkungan setempat di mana bangunan didirikan. Pada daerah di mana batu kali dan pasir mudah didapatkan, penggunaan
pondasi baik titik atau menurus dan dangkal atau dalam sering menggunakan beton atau beton bertulang. Sementara daerah yang banyak terdapat kayu semua jenis pondasi dapat menggunakan balok-balok kayu sebagai konstruksi pondasi. Bagian penting yang juga harus diperhatikan pada desain pondasi adalah pada konstruksi penghubung antara pondasi dan elemen struktur dan tanah di sekitarnya. Bagaimana pondasi dihubungkan dengan sloof 150
Ro ,.
250
E
-t
Kts .B
8
i
Gambar 9-7 Contoh perencanaan pondasi rumah tinggal
Penggunaan Pondasi Khusus:
* .:. * .E
Pada bangunan dengan beban ekstra Pada bangunan dengan kondisi tanah yang sangat jelek Pada bagian bangunan dengan beban yang lebih ringan Pada bagian bangunan dengan fungsi beban ekstra
130
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
t$cr\t -Tl$r] ( --i Il I
I
;
I
hro
cNl
Gambar 9-B Contoh detail Footplate
Merancang Pondasi
| ,,,
soil Slocff L5 >:2D l{ountain stone Compacted
Aanstamping
(e1ips etonef
-T
Sand
I
6D-
80
_l
20
---+
Cambar 9-9 Contoh detail Pondasi Menerus
trt
p4
P1
P2
P1
P1
P2
Pl
p4
P3A
?2
P
P1
P2
P3A
P3A
I
P3A
trt I
1
I
't
"f pl I
I
-l
A AAAA A
A AAAA A
Gambar 9-10 Contoh rencana pondasi asrama
-oo0oo-
MERANCANG ELEMEN NON STRUKTURAL penyanSgaan walaupun elemen non struktural tidak berkaitan langsung terhadap
dengan sistem struktur beban bangunan, namun secara konstruksi berkaitan erat atau tidak yang |angsung seperti letak dan posisi hubungan konstruksinya bentukan elemen struktur' langsung seperti pengaruhnya terhadap besaran dan non-struktural ini Bahkan sistem struktur dapat juga ditentukan oleh elemen yang secara langsung berkaitan karena elemen pembentuk ruang adalah elemen demikian pembahasan dengan pemenuhan persyaratan fungsi ruan8. Dengan mutlak dilakukan' elemen non-struktural pembentuk ruang ini memang
134
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
10.1 Merancang Elemen lnterior Merancang elemen interior adalah elemen yang secara langsung berkaitan dengan fungsi ruang. Ruang dibentuk oleh elemen-elemen struktural (kolom, balok dan pelat lantai) dan non struktural
(dinding, plafond, lantai). Elemen non struktural tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa elemen struktural yang bertanggung jawab menopangnya baik mulai dari atas tanah sampai lantai-lantai barrgunan bertingkat. Pada perancangan struktur, desain elemen interior tidak dapat ditinggalkan karena setiap keputusan desain struktur sebuah bangunan selalu memperhatikan fungsi bangunan yang berkaitan erat dengan elemen interior. Kolw
Balok Sebagai Rangka Utama
Plifond dan pelat lrnt i sabagal demff
.t!s ru.nq
Gambar 10-1 Ruang dalam dan elemen pembentuk fisiknya
10.1 .1 Desain Plafond
Langit-langit ruang secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang menggunakan konstruksi struktur utama (rangkaian usuk atau pelat lantai) atau dengan kata lain tanpa plafond dan langit-langit yang menggunakan lapisan plafond dengan konstruksi rangka utama sendiri yang bentuknya tidak terpengaruh dengan konstruksi struktur utama di atasnya. Kedua jenis langit-langit ini sangat berbeda dalam konstruksinya ataupun kaitannya dengan aspek lain dalam bangunan.
Untuk dapat menentukan jenis langirlangit mana yang akan dipilih adalah tergantung pada beberapa hal yaitu;
a.
Fungsi Ruang
Ruang-ruang dengan fungsi tertentu menghendaki jenis langit-langit tertentu pula. Fungsi-fungsi ruang privat termasuk kamar tidur, kamar mandi dan sejenisnya lebih menghendaki plafond yang
Merancang Elemen Non Struktural
| ,,,
sederhana secara arsitektural yaitu rata, tidak banyak menggunakan pola yang rurnit dan seterusnya. Sifat langit-langit seperti ini dapat dicapai dengan baik menggunakan piafond atau tidak. Dag beton pada ruang di lantai bawah atau rangka atap dengan lapisan penutup atapnya untuk lantai atas dapat
digunakan langsung sebagai langit-langit. Sementara penggunaan plafond dapat menggunakan jenis plafond rata dengan rangka kayu atau nretai dengan finishing lembaran seperti multipleks jika diinginkan suasana natural, Sypsum board atau eternit jika diinginkan suasana bersih dengan cat terang. Pada ruang-ruang publik dengan fungsi umum pada umurnnya menggunakan kombinasi antara langit-langit rata dengan penekanan desain pada tempat-tempat tertentu yang dianggap lebih penting, misalnya pada recept ion desk untuk lobby hotel dan sebagainya. Sementara pada ruang-ruang
publik khusus sepefti gedung auditorium dan ruang-ruang akustik lainnya lebih ditekankan pada fungsi plafond selain sebagai pembentuk estetika ruang juga sebagai rnedia peredam atau pemendar suara sehingga nreminimalkan terjadinya gaung atau gema. Plafond KM/IVC dan Seiasar
Selasar
Kamar Hotel
Gambar 10'2 Contoh desain langit-langit yang sangat berkaitan dengan fungsi
b.
Bentuk dan Ukuran Ruang
Langit-langit juga dapat berfungsi menentukan bentuk dan ukuran ruang. pemakaian plafond dapat dipasang pada posisi rendah atau tinggi, membentuk ruang dengan rata atau bersudut dan sebagainya' Ukuran ketinggian lebih ditujukan untuk kepentingan arsitektural dan sistem ruang Arah dan letak shaft pada bangunan:
* * *
Horisontal bawah Horisontalatas Vertikal
)
)
)
lantai
langit-langit, atap
dinding
136
Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
fungsinya. Langit-langit yang tinggi dapat memberikan kesan monumental, keagungan ruang dan sebagainya. Sementara ruang dengan plafond rendah dapat memberikan kesan ruang yang hangat, intim dan sebagainya. Permainan kesan ruang ini dapat dihadirkan oleh ketinggian plafond yang membentuk langit-langit sebuah ruang. Begitu juga dengan bentuk ruang, plafond dapat dibentuk untuk memberikan kesan ruang yang tenang atau lebih ramai dengan hadirnya pola-pola dan bentuk tertentu.
Untuk kepentingan sistem ruang, pengudaraan alami lebih memerlukan volume ruang yang lebih besar, sehingga plafond dapat dimaksimalkan ketinggiannya. Sebaliknya ruangan dengan sistem penghawaan buatan atau AC lebih optimal mempunyai volume ruang yang minimal pada luasan yang sama, karena diperlukan energi yang lebih besar untuk volume ruang yang lebih besar.
Plafond Tinggi: Monrrmental
Plafond Sedang: Formal
Plafond Rendah: Casual/Akrah
Cambar 10-3 Pengaruh plafond dan ukuran ruang terhadap aspek bangunan
c.
Konstruksi Ruang
Pada konstruksi lantai pelat beton dapat menggunakan secara langsurrg pelat dan balok sebagai langit-langit tanpa harus menggunakan plafond. Oleh karena itu perlu diperhatikan aspek arsitektural yaitu konfigurasi balok dan pelat lantainya, serta aspek teknis lain termasuk sistem jaringan yang harus ditanam pada pelat. Pada lantai-lantai di bawah atap, penggunaan rangka atap sebagai plafond dapat diterapkan dengan menggunakan sudut kemiringan atap sebagai langit-langit. Ekspos rangka atap termasuk kuda-kuda dan usuk dapat digunakan sebagai element arsitektural yang menarik.
Merancang Elemen Non Struktural
6
,r,
t-'-,
\.,
a,&
t'I
Plafond
Piafond
Konstruk Ranpka atap I pelat lantal
N'r4enenrpel
Dinding
Konsl
pada Rangka Atap/pelat lantai
Gambar 1o'4 Contoh alternatif konstruksi plaiond dan kaitannya dengan slstem struktur atap Pada ruang-ruang di lantai bawah bangunan bertingkat, lapisan plafond dapat dipasang baik pada dinding atau rangka pelat lantai ruang. \"ar.rg perlu diperhatikan sekali lagi adalah hal-hal yang berkaitan dengan sistem jaringan atau sistem ruang fungsi seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Konstruksi plafond menggunakan rangka yang dipasang sedemikian sehingga dapat ditutup dengan lembaran tertentu sesuai dengan ukuran atau modul bahan tersebut. Pola plafond dapat dibuat berdasarkan modul bahan ini. Rangka plafond dapat menggunakan konstruksi pembantu seperti pemasangan kabel yang dikaitkan pada pelat atau balok lantai dan juga kuda-kuda pada lantai atas, atau tiang-tiang penyangga yang penggunaanya dintegrasikan dengan letak dinding atau partisi.
Gambar 10-5 Contoh plafond yang mengekspose rangka atap
r38
d.
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Sistem Ruang
Pembahasan sistem ruang pada plafond menyangkut dua bagian yaitu bagian ruang fungsi itu sendiri dan ruang antara (plenum) yang tercipta diantara lapisan plafond dan struktur yang terdapat
di atasnya. Ruang fungsi seperti yang telah dibahas sebelumnya dapat mempunyai volume
yang
berbeda untuk jenis sistem pengudaraan yang berbeda. Demikian pula untuk sistem ruang yang lain seperti view dari dan ke ruang, pencahayaan alami dan sebagainya. Bentuk ruang juga akan berpengaruh dalam fungsi dan desain ruang. Hal-hal tersebut juga akan berpengaruh dalam desain plafond ruang. Ruang plenum yang tercipta diantara lapisan plafond dan struktur di atasnya yang berupa pelat lantai atau rangka atap dapat berperan juga dalam sistem ruang, yaitu pada penyediaan ruang perantara yang dapat berfungsi menyekat aliran udara dari dan ke dalam ruang fungsi. Sehingga panas dari dan ke ruang dapat dihambat untuk beberapa kepentingan. Ruang plenum itu juga berfungsi sebagai tempat jaringan sistem yang berupa kabel atau pipa dari dan ke dalarn ruang fungsi. Oleh karena itu perlu diperhatikan ukuran ruang yang tersedia untuk kepentingan pemasangan dan perawatan jaringan.
10.1.2 Desain Dinding Dinding pada bangunan dapat berfungsi secara struktural dan non struktural. Pada fungsi dinding interior, dinding struktural menggunakan dinding keras yang letak dan posisinya tidak dapat dirubah atau digeser lagi, sehingga kepentingan fungsi interior harus diperhatikan terhadap sifat dinding struktur ini. Pada dinding non struktural, posisi dinding ini tidak lagi terpengaruh oleh sistem struktur baik berada di tengah DindineNons'uktur di tepi bangunan. Bahkan untuk atau
beberapa jenis dinding partisi, dapat dirubah letaknya sesuai dengan fungsi yang terdapat di dalam ruangan.
Dindinestruktur
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain dinding interior ini adalah:
a.
Konstruksi Dinding
Pada bangunan bertingkat dinding interior dapat mempengaruhi struktur secara langsung atau tidak. Penggunaan dinding permanen yang berat yang terbuat dari bahan seperti batu bata akan Gambar 10-6 Contoh desain dinding dalam bangunan
Merancang Elemen Non Struktural
J ,,,
membutuhkan penopang yang cukup kuat untuk menyangga dinding dan elemen vertikal seperti kolom untuk "memegang" berdirinya dinding ini. Kondisi ini akhirnya juga akan memperbesar atau memperkuat sistem struktur karena berat jenis dinding ini cukup berpengaruh terhadap berat mati struktur bangunan. Oleh karena itu pada bangunan bertingkat penggunaan dinding ini dihindarkan, terutama pada bangunan bertingkat banyak. Pada bangunan bertingkat rendah, dinding batu bata untuk kepentingan interior ini masih banyak dipakai karena sifat permanen-nya, relatif murah konstruksinya dan mampu meredam suara dengan baik. Pada pemasangan dinding di lantai dasar, dinding berat ini memerlukan pondasi khusus berupa pondai menerus batu kali atau batu bata untuk menopang berat dinding.
o o)
!
o)
c
(o
o:
.C
dan pondasi
Gambar 10-7 Alternatif konstruksi dinding
Dinding non-permanen yang terbuat dari bahan ringan sperti kayu, gypsum, r1an atau bahan aluminium tidak memerlukan konstruksi lchusus pada pemasangannya. Bahkan dinding ini dapat
dibongkar pasang dengan mudah atau rnoveable. Karena tidak memerlukan konstruksi khusus dan mempunyai berat konstruksi yang ringan sehingga dinding ini sangat fleksibel. Dinding ringan dapat dipasang di mana saja di setiap lantai atau setiap ruang bangunan dengan bebas. Dinding ini sangat sesuai untuk bangunan bertingkat banyak karena tidak menimbulkan berat mati bangunan yang besar, sehingga sistem struktur akan lebih efisient. Kekurangan jenis dinding ringan ini adalah sifat meneruskan suara yang cukup tinggi. Apalagi jika dinding hanya terdiri dari satu lapis tanpa menggunakan elemen peredam suara yang lain, maka kenyamanan ruang akan terganggu.
Elemen pada bangunan:
.:. .:.
Struktural
)
membentuk ruang Non struktural ) dibentuk ruang
140
b.
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Fungsi Dinding terhadap Ruang Fungsi
Dinding interior berfungsi sebagai penyekat ruang fungsi. Fungsi ini akan sangat berpengaruh pada konstrr-rksi yang akan diterapkan pada dinding yang bersangkutan. Dinding yang berfungsi menyekat ruang fungsi privat harus dibuat dari dinding permanent yang dapat terbuat dari dinding batu bata yangberat. Oleh karena itu alternatif lain memang dapat dipakai selama mmberikan sifat dinding yang permanent dan meredam suara. Disamping itu juga harus dipikirkan sifat kontruksi permanent yang tidak mudah dibongkar sehingga akan memberikan keamanan dan kenyamanan dalam ruang yang ideal. Sebaliknya pada dinding non-permanent lebih ideal digunakan untuk ruang yang tidak memerlukan tingkat privasi dan keamanan yang tinggi karena mudah dibongkar. Dinding ini digunakan untuk ruang yang sering berubah kegunaan seperti perkantoran dan sebagainya.
c.
Fungsi Dinding terhadap Jaringan
Dinding juga berfungsi lain sebagai tempat jaringan sistem yang ada pada ruang fungsi. Jaringan yang bersifat permanent seperti pipa air brsih dan kotor dapat dipasang pada kontruksi dinding permanent. Sementara Dinding non-permanent hanya dapat menampung jaringan kabel baik dari listrik daya atau listrik lemah seperti sound system dan telekomunikasi. Kabel dan pipa air yang dipasang secara bersamaan pada dinding permanent harus memenuhi persyaratan jarak tertentu karena jika tidak, dikhawatirkan akan mudah terjadinya hubungan pendek (konsleeting) pada kabel listrik dan air. Pipa air yang dipasang pada dinding juga harus menggunakan pipa kedap air yang anti bocor sehingga tidak terjadi rembesan air yang dapat berpengaruh baik pada dinding atau jaringan itu sendiri. Dinding-dinding yang cenderung lembab sepanjang waktu seperti kamar mandi sebaiknya
tidak dipakai untuk menanam jaringan kabel. Dinding yang tidak dijaga dari kelembaban akibat kebocoran air akan mudah mengalami kerusakan. Untuk mengantisipasi kerusakan jaringan, dinding tempat ditanamnya pipa air dan kabel harus mudah dijangkau untuk mengadakan bongkar pasang jaringan..
10.1.3 Desain Lantai Lantai dalam sebuah konstruksi ruang juga akan berkaitan dengan konstruksi struktur utama secara langsung ataupun tidak. Lantai dalam bangunan tidak hanya membentuk ruang dan estetikanya saja, tetapi juga dapat berfungsi sebagai tempat sistem seperti pipa dan kabel. Beberapa aspek yang berkaitan dengan lantai adalah:
Merancang Elemen Non Struktural
a.
|
,o't
Pola Lantai
Dalam sebuah ruangan pola lantai sangat berfungsi untuk menciptakan kesan ruang dan estetikanya' Karena bahan finishing lantai mempunyai ukuran dan sifat bahan tertentu, maka pada penggunaan jenis finishing tettentu harus memeperhatikan persyaratan tersebut.
As ruang
r
N k
cLo
(o
cL o
N k (!
o
=
o)
CA
SA E*
lt-
o
{+
Cambar
1O-B
Prinsip pengaturan pemasangan ubin lantai
Pada penggunaan bahan dengan ukuran tidak tertentu seperti penggunaan jenis finishing lantai tanpa pola, pemasangan lebih mudah dilakukan karena tidak harus ,urnp"rhatikan kaitan antara ukuran bahan dan ukuran ruang. Contoh dari bahan ini adalah lempengan marmer, ubin teraso, lantai semen dan sebagainya. sedangkan pada penggunaan penutup lantai dengan ukuran tertentu, pola-pola lantai harus dirancang dengan ukuran tertentu. Beberapa penggunaan ukuran yang berbeda sangat dimungkinkan untuk mendapatkan varian pola yang beragam. Bahan penutup lantai dengan ukuran tertentu yaitu tegel keramik, tegel granit dan sebagainya. sebagai contoh; penggunaan bahan keramik dapat dilakukan antara ukuran-uku ran 20 x 20 cm, 40 x 4ocm dan seterunya.
Lantai dengan finishing khusus seperti penggunaan ubin kayu atau perquette atau karpet dan sejenisnya juga dapat dilakukan dengan memperhatikan pola pemasangan serat kayu atau pola karpet yang sesuai' Pola ini juga sangat penting pada finishing lantai tangga karena akan berfungsi juga sebagai penjelas pijakan untuk keselamatan penggunaan.
142
i
b.
Konstruksi Finishing Lantai
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
dengan perantara' Pada pelat Finishing lantai dapat dipasang langsung pada pelat struktur atau pasir untuk menghindari terpengaruhnya lantai beton, tegel atau keramik harus dipasang di atas (pelat), karena konstruksi seperti konstruksi finishing dengan perubahan sistem struktur utamanya atupun sifat kembang susut beton bertulang dapat berubah bentuk baik akibat beban bangunan pada pelat beton dapat lepas sewaktu-waktu betorr itu sendiri. Penutup lantai yang dipasang langsung pasir disini dimaksudkan untuk yang juga dapat membahayakan pengguna bangunan' Pemakaian tidak saling memepengaruhi' Bentang memisahkan konstruksi struktural dan non-struktural agar juga dapat menyebabkan terlepasnya finishing bangunan yang terlalu lebar dengan lantai yang Iuas lantai dari strukturnYa. parquette dan juga karpet harus dipasang secara kuat pada lantai untuk menhindari lepasnya pada area tangga, penggunaan karpet bahan yang akan membahayakan pengguna. Khususnya langkah pengguna tangga' Khusus garus dipasang dengan kuat agar tidak lepas dan mempengaruhi dan anti lembab untuk penggunaan penut;p parquette harus menggunakan lapisan anti serangga karet plastik sering dipakai untuk menjaga keawetan bahan kayu yang dipakai. Lapisan aspal atau keperluan ini.
c.
Lantai untuk Kepentingan Sistem
dipasang jalur-jalur sistem kabel atau pipa, sehingga berapa pada kemiringan dan jarak tempuh kabel ketinggian urugan pasir yang harus disediakan tergantung jalur-jalur kabel atau pipa ini dapat dibuat atau pipa. Untuk kemudahair bongkar pasang, biasanya fleksibel mewadahi ialur-jalur ini dapat khusus. pada ruang-ruang yang menghendaki lantainya lebih pada ruang-ruan8 audio visualatau ruang menggunakan lantai panggung atau raised floor, misalnya
Di bawah lantai juga dapat
komputer.
kepentingan sltem Gambar 10-9 Raised floor dan Hanged Plafand, lantai yang digunakan untuk
Merancang Elemen Non Struktural
i
t
143
Cambar 10-10 Contoh hanged plafond pada bangunan Dengan demikian baik lantai atau plafond dapat dibuat ruang khusus untuk sistem bangunan yang juga akan mempengaruhi jarak antar lantai bangunan, sehingga struktur utama juga harus memperhatikan faktor-faktor interior ini.
10.2 Merancang Elemen Eksterior Elemen non struktural eksterior juga akan secara langsung atau tidak mempengaruhi rancangan sistem struktur utama. Elemen eksterior ini meliputi envelope atau sistem selubung bangunan yang
terdiri dari atap dan dinding beserta bukaannya. Pembahasan pada masalah ini diperlukan karena sangat berkaitan erat dengan fagade dan bentuk bangunan secara keseluruhan. Atap disamping berfungsi sebagai pelindung bangunan dari panas matahari dan curah hujan, juga berfungsi sebagai pengatur udara dan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Beberapa bagian atap dapat digolongkan sebagai elemen non struktural karena tidak berfungsi sebagai sistem penyangga beban, yaitu: tritis, talang, kanopi, skylight dsb. Bagian-bagian ini adalah merupakan ragam dari atap bangunan yang akan berkaitan langsung dengan rangka utama atap atau rangka utama bangunan.
a.
Tritis Pada bangunan bertingkat tritis terdiri dari dua macam, tritis pada bagian lantai atas adalah bagian
dari struktur atap yaitu perpanjangan usuk, sedangkan tritis pada lantai bawah dapat merupakan tritis mandiri yang didukung oleh konsol pada dinding eksterior. Lebar tritis menyesuaikan fungsi perlindungan yang ada di bawahnya. Dinding, pintu dan jendela adalah bagian-bagian bangunan yang biasanya dilindungi oleh tritis dari sengatan sinar matahari langsung dan curah hujan, namun juga sekaligus memasukkan cahaya dan udara ke dalam ruang.
144
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Cambar 10-11 Contoh aplikasi Tritis dan Konstruksinya
Untuk menentukan ukuran dan letak tritis yang optimal, maka perbandingan antara ukuran bukaan dan lebar tritis diperlukan. Besar sudut yang diinginkan untuk mulainya dan berakhirnya perlindungan ini dapat ditentukan dengan melihat posisi matahari pada jam tertentu. Radiasi sinar matahari langsung ini biasanya diawali untuk diihindari pada pukul 9 pagi sampai jam 3 sore, sehingga rata-rata sudut yang diperlukan untuk melindungi bukaan berkisar 40 - 45 derajad. Perlindungan ini dilakukan pada posisi muka bangunan di bagian Timur dan Barat bangunan. Sedangkan pada bagian
Utara dan Selatan bangunan lebih ditujukan untuk perlindungan terhadap percikan air hujan yang cukup tinggi pada kawasan tropis basah.
Gambar 10-12 Contoh ragam tritis bangunan
|
Merancang Elemen Non Struktura/
,ot
a.1 Tritis dan Macamnya Tritis yang bukan bagian dari struktur atap dipasang khusus untuk melindungi dinding atau bukaan dengan konstruksi khusus pada dinding atau kolom. Tritis ini dapat berupa bentukan seperti tritis atap yang menggunakan genteng dan rangkanya yang disebut dengan konsol atau dengan konstruksi khusus dengan pelat datar dag beton bertulang atau lainnya. Tritis datar ini juga disebut dengan sirip bangunan yang dapat dibuat secara horisontal untuk menggantikan tritis genteng atau dipasang secara vertikal untuk fungsi shading terhadap cahaya matahari atau view tertentu. Selain juga berfurrgsi sebagai elemen eksterior pembentuk fagade bangunan, sirip ini juga dapat difungsikan untuk kepentingan sistem atau hanya sekedar dipakai untuk meletakkan bagian sistem bangunan antara lain seperti kabel-kabel dan pipa-pipa atau juga dapat berupa unit exterior AC split yang dipadukan dengan faEade bangunan. Sistem-sistem pencahayaan alami dan penghawaan alami sangat berkaitan langsung dengan desain tritis atau sirip bangunan ini. Demikian juga dengan sistem yang lain seperti view atau pengaturan kebisingan nolse dapat diintegrasikan.
a.2
Shading dan Macamnya
Shading adalah teknik perlindungan terhadap sinar matahari langsung pada ruangan interior dengan tetap memasukkan cahaya dan view dari dan ke dalam ruangan bangunan. Shading ini dapat berupa deretan konstruksi sirip vertikal atau horisontal yang dibentuk dengan dinding atau beton bertulang atau bahan lain seperti glass reinforced concrete (CRC) yang mempunyai berat lebih ringan dari beton sehingga dapat dipasang di nranapun secara lebih fleksibel karena tidak tergantung
',t:J'1+' ii 1:
Sirip (Louvers)
-----r*
Sirip mini (blind)
Gambar 10-13 Teknik shading pada bangunan Macam tritis:
* * *
) genteng dan rangkanya Sirip datar horisontal ) dag beton dan sejenisnya Sirip datar vertikal ) pelat beton, dinding batu bata dan ragamnya
Tritis dengan konsol
146
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
!
'l
"
.,
...i
"t'* dil-nr' d.{.4
' r
l-i
l'*7 .t
]
.J
i,l
i 1
.r
.,
,! 'lt
i,\ .
' ,t'.
i,:..t
tl!
"j
rdi
tt
,:,
""
s
: -t
J
l'
*
'
,
,
-r-
i ""
Gambar 10-14 Contoh konstruksi shading dan macamnYa pada bangunan
Gambar 10-15 Contoh penggunaan sun-shading pada bangunan
b.
Talang
Talang adalah tempat bertemunya sisi atap pada bagian dalamnya. Talang berfungsi sebagai tempat bertemunya aliran air hujan sebelum jatuh ke tanah atau dialirkan melalui pipa drainase ke tanah. Talang ini dapat berupa talang miring yaitu bertemunya bidang atap secara tegak lurus dan talang datar yaitu tempat bertemunya dua atap yang saling berhadapan. Talang yang ke dua ini tidak dianjurkan dan sebaiknya dihindari karena relatif mudah dapat menimbulkan kebocoran. Konstruksi talang dibentuk clari bertemunya usuk dengan usuk pada bidang atap yang berbeda, atau antara usuk dengan dinding.iika atap bertemu dengan tepi bangunan atau bangunan yang lain. pada bagian atas talang dilapisi clengan seng atau lapisan karpet plastik yang mengalirkan air. Bahan yang tidak tembus air yang tidak mudah bocor diperlukan agar ruangan tidak mudah dialiri air hujan.
Merancang Elemen Non Struktural
& ,0,
Begitu juga dengan kemiringan talang harus diperhatikan sehingga air tidak sampai tergenang pada atap. Air yang tergenang disamping akan cepat meruskkan konstruki talang juga akan menyebabkan kesehatan bangunan terganggu.
c
Kanopi
Kanopi adalah atap yang digunakan untuk bentukan tertentu semacam teras atau main entrance bangunan. Kanopi ini dapat berupa atap miring yang menggunakan genteng atau atap datar yang menggunakan dag beton. Kanopi ini sebenarnya adalah bentuk struktur yang lebih kecil, tetapi bukan merupakan bagian dari sistem struktur utama. Perlengkapan atap kanopi ini juga sama dengan atap utama yang dapat berupa tritis dan juga talang. Kanopi diletakkan di sekitar dinding luar bangunan.
d.
Skylight
Skylight adalah bagian atap utama yang difungsikan untuk memasukkan sinar matahari ke dalam ruang atau bangunan. Skylight ini dapat merupakan struktur sendiri pada rangka atap atau bagian dari atap yang dinaik turunkan sehingga membentuk celah yang dapat digunakan untuk memasukkan sinar matahari dan udara ke dalam bangunan. Skylight inijuga dapat menggunakan finishing transparant sehingga dapat ditembus oleh sinar matahari.
Konstruksi skylight yang menggunakan bagian atap didapatkan dari tambahan konstruksi pada bidang atap atau pada konstruksi gording atau usuknya. Sedangkan pada konstruksi mandiri, menggunakan sistem struktur sendiri seperti kuda kuda atau rangka lain yang menggunakan finishing atau penutup atap transparant.
Gambar 10-16 Contoh skylight
148
I I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
10.2.2 Desain Dinding dan Ragaru'lnya Dindirrg eksterior bukan hanya berfungsi membatasi bangunan dari ruang luar saja, tetapi juga sekaligus memasukkan cahaya dan udara ke dalam ruang. Dinding luar adalah konstruksi tempat bukaan pintu dan jendela vang juga harus dilindungi dari sinar matahari langsung dan hujan. Alternatif perlindungan dapat nrenggunakan tritis sebagai bagian dari atap atau dapat juga menggunakan siripsirip yang dipasang pada kolom atau dinding. Memasukkan jendela dan pintu lebih menjorok ke dalam juga dapat dilakukan untuk melindunginya. Dinding pada bangunan bertingkat di daerah tropis harus dapat dilindungi baik pada lantai bawah atau atas, sehingga walaupun tidak terdapat bukaan pintu dan jendela, tritis, atau cantilever I overhang tetap diperlukan.
Dincling yang berhubungan langsung dengan area lernbab seperti dinding ekspos pada dinding eksterior dan dinding yang berhubungan dengan tanah permukaan cenderung menerima udara lenibab atau air secrara langsung. Kondisi ini akan cepat mernbuat dinding terutama pada plaster atau finishingnya mengalami kerusakan atau juga ditumbuhi berbagai jamur dan lumut yang akan merusak estetika bangunan, mengganggu kesehatan dan terganggunya fungsi bangunan. Dinding ini harus dilindungi dengan konstruksi spesi dan plaster yang kedap air (PC 1:3) dan lapisan lain baik berupa lapisan finishing yang dipasang (keramik, ubin dsb) atau yang dikuaskan (cat kedap air, water-proolring dsb).
Dinding modern yang sering digunakan pada bangunan bertingkat banyak dapat menggunakan dinding panil yang terbuat dari kaca atau fiber yang disebut dengan cladding system. Dinding jenis ini mempunyai keuntungan berat konstruksi yang ringan sehingga tidak dibutuhkan konstruksi khusus dan tidak menambah berat struktur secara berarti. Konstruksi dinding dapat menggunakan rangka baik kayu atau metal dengan teknik paku atau baut pada struktur utama. Bukaan juga dapat dibuat baik dengan daun atau tidak. Perlu diperhatikan sifat kaca yang menyebabkan "efek rumah kaca", yaitu akan menciptakan suhu yang lebih tinggi pada ruang.
10.2.3 Desain Bukaan Bukaan berfungsi memasukkan udara dan cahaya ke dalam ruang atau sebaliknya. Bukaan itu
dapat berupa pintu dan jendela pada dinding ataupun sky light pada atap. Bukaan dapat dibuat maksimal pada bangunan dengan struktur rangka namun sebaliknya pada struktur dinding pemikul. elemen bukaan pada dinding luar berupa; pintu dan jendela, tritis atau sirip dan shading atau roaster.
a.
Pintu dan Jendela
Pintu atau jendela adalah elemen bukaan dinding yang digunakan untuk kepentingan sirkulasi udara dan cahaya ataupun untuk kepentingan view dan juga sebagai pembentuk fagade bangunan. Karena fungsinya yang beragam ini desain pintu dan jendela juga harus memadukan semua kepentingan bangunan tersebut dengan baik.
Merancang Elemen Non Struktural
E
,0,
Gambar 10-17 Contoh desain dinding eksterior bangunan Posisi letak pintu yang harus sesuai dengan fungsi ruang dan fungsi faEade tersebut harus didesain dengan konstruksi yang tepat karena akan berfungsi secara bersama antara fungsi interior dan fungsi eksterior. Bahan bukaan harus dibuat dari bahan seperti kayu atau metal yang tahan terhadap cuaca dan perubahan suhu supaya dapat digunakan lebih lama.
Bukaan pintu dan jendela terdiri dari rangka (frame) yang disebut dengan kosen dan lembaran penutupnya yang dapat berupa bahan transparan seperti kaca dan plastik fiber. Lembaran penutup ini khusus pada jendela dapat dibuat tetap / mati atau dapat dioperaikan (movable) atau hidup. Pintu dan jendela hidup membutuhkan lembaran ,,daun,, pintu atau jendela yang dipasang dengan menggunakan engsel dan pengunci pada kosennya. Konstruksi pemasangan kosen pada bangunan dipasang pada dinding tembok secara langsung dengan teknik baut atau angkur pada dinding. Sedangkan pada dinding ringan pintu dan jendela
dipasang dengan menggunakan rangka yang dihubungkan dengan elemen struktur seperti kolom atau balok.
Gambar 10-18 Contoh macam Bukaan Dinding Luar
'-::
l'"4
I
e ra n
ca n g B a n gu n a n Ce d u n g B e rti n
IE !
II
i:iitir lo'rl
LB;
(;
Keterangan:
@
rintu upal {4 set)
@J
Pinru rungssr (18 ser)
($
utsma ('t set)
[.lt
)
,[)
@ {il) eintu xmrwc (10 seq @ ",n,u
Lenoeta Kamar (6 sett
fflti
eintu.ten,ieta {2 seti
Jendela shaft i6 set)
{il)
Bouvenlight (e ser}
r*no*,u *"1, {1 sel menerus} ;enoeta oep6n (2 sel)
Gambar 10-19 Contoh rencana pintu jendela pada denah
gkat
Re n
dah
I
Merancang Elemen Non Struktural
i
E :f, all = TJL
a=
th
,8fi lCn t-t
L (!
Tampak sebagian
Potongan sebagiarr
Gambar 10-20 Contoh penggunan dinding kaca bingkai alumunium cladding system
-oo0oo-
151
MERANCANG SANITAS! BANGUNAN Sistem sanitasi yang terdiri dari sistem air bersih, air kotor dan kotoran akan sangat berkaitan secara langsung dengan sistem struktur dan konstruksi bangunan. Keterkaitan struktur tidak akan terlepas dari mulai penyediaan, distribusi,
pemakaian, distribusi balik dan pengolahan serta pembuangan. Semua itu memerlukan fasilitas khusus pada bangunan, maka perencanaan sistem merupakan standard pokok bangunan. Desain yang berhasil pada bangunan akan memberikan keterpaduan sistem-sistem ini dengan bangunan baik pada sistem struktur itu sendiri ataupun pengaruhnya pada bentukan, kenyamanan
dan kesehatan bangunan dan sebagainya
i
154
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
11.1 Merancang Sistem Air Bersih pada Bangunan Sistem air bersih pada bangunan memerlukan perhatian yang khusus karena sistem ini akan melibatkan bayak elemen struktur atau elemen bangunan mulai atap hingga pondasi. Secara garis besar, sistem air bersih ini akan memerlukan dua bagian pokok yaitu penyediaan atau suplay, dan pembagian atau distibufion. Sedangkan pembuangan atau pengolahan limbah air kotor akan menjadi bagian dari sistem air kotor dan kotoran yang akan dibahas kemudian. Pada proses penyediaan diperlukan ruang khusus penyimpan atau bak air baik di atas atau di bawah bangunan tergantung sistem yang dipakai, sedangkan pada distribusi diperlukan ruang khusus bagi pipa distribusi baik secara vertikal atau secara horisontal.
11.1.1 Sistem Up-feed Sistem up-feed adalah sistem penyediaan air bersih yang bergerak dari bawah ke atas pada bangunan. Sistem ini menggunakan bak penyedia pada bagian bawah bangunan dan didistribusikan ke atas ke masing-masing titik keluar outlet air bersih. Distribusi up-feed ini menggunakan tenaga pompa yang akan bekerja jika outlet air bersih dibuka. Secara struktural, bak pada bagian bawah bangunan ini dapat berkaitan langsung dengan struktur
bangunan atau berdiri sendiri di luar struktur utama bangunan. Bak penyedia di bawah ini dapat dibuat dengan bak beton bertulang atau tangki baja yang ditanam di dalam tanah. Ruang pompa juga harus disediakan dengan baik dan mudah dijangkau, karena sistem ini idealnya menggunakan mesin pompa ganda yang akan bekerja secara otomatis jika satu pompa mengalami gangguan.
Gambar 11-1 Water tank yang terletak di slte bangunan dan pompanya Keuntungan sistem ini secara struktural adalah karena tidak diperlukan bak air di atas bangunan, sehingga struktur bangunan tidak harus didesain lebih kuat atau lebih besar yang akhirnya akan lebih mahal. Keuntungan yang lain adalah hanya dengan dipakainya satu pipa distribusi saja sekali jalan
!
I 1ss
Merancang Sanitasi Bangunan
dari bawah ke atas. Sedangkan dari atas ke bawah adalah sudah merupakan sistem ditribusi air kotor. Kerugian sistem ini adalah dengan bekerjanya pompa secara terus menerus. Sehingga akan relatif mengkonsumsi tenaga Iistrik yang besar. Disamping itu sistem ini juga rentan terhadap kemacetan aliran air akibat kerusakan pompa, sehingga harus menggunakan pompa ganda.
11.1.2 Sistem Down-Feed Sistem down-feed adalah sistem distribusi air bersih dari atas ke bawah dengan menggunakan tenaga gravitasi bumi. Sistem ini memerlukan bak suplay pada bagian yang lebih atas dari fixture air bersih pada lantai yang paling atas, sehingga air masih dapat mengalir. Bak penyedia di bawah masih
diperlukan, terutama pada bangunan dengan fungsi yang lebih besar sebagai tempat persediaan karena debit yang terbatas pada sumur atau perusahaan air minum. Secara struktural, bak penyedia ini dapat juga berkaitan langsung dengan sistem struktur bangunan
atau tidak. Bak air yang dipasang pada bagian atas bangunan harus mempertimbangkan kemampuan sistem struktur untuk menopang beban air pada bak. Kapasitas air perlu diperhatikan karena berat
air satu liter identik dengan berat satu kilogram. Sehingga baik air dengan setiap kapasitas volume meter kubik identik dengan 1000 liter air dan akan mempunyai berat setara 1 ton.
cambar 11-2 water tower yang berupa tangki
atau
bak pelat beton di atap
Elernen utama penyediaan dan distribusi sistem air bersih:
* {. .:.
Bak penyedia di bawah
Tempat jaringan vertikal
) )
Tempat jaringan horisontal
di dalam atau di luar bangunan dinding atau kolom
)
lantai atau plafond
1
156
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
memerlukan Sistem ini akan sepenuhnya didistribusikan dengan gaya gravitasi sehingga tidak air dari sumber energi yang besar untuk mengalirkan air. Pompa hanya diperlukan untuk menaikkan pada kurun menuju bak penampung yang ada di atas saja, sehingga pompa hanya akan bekerja pipa yang lebih banyak waktu tertentu saja. Kerugian sistem ini adalah harus clengan menggunakan (ke atas) akan berbeda dengan pipa distribusi (ke bawah). Begitu juga dengan
karena pipa suplay posisi bak air yang harus di atas, sehingga akan memerlukan beaya khusus untuk mengkuatkan menara khusus untuk sistem struktur (jika menjadi satu dengan bangunan) atau harus mendirikan keperluan ini (water tower)' 11.1 .3
Desain Bak Air dan Distribusinya
dengan struktur Bak air dan jalur distribusi adalah bagian dari sistem yang berkaitan langsung (pada sistem down-feed) dan kontruksi bangunan. posisi bak air jika berada pada bagian bangunan pada sistem struktur baik kolom balok atau dinding pemikul secara langsung.
harus diletakkan posisi bak biasanya diletakkan langsung di atas area kamar mandi, disamping untuk mendapatkan distribusinya, penopang dari kolom atau dinding yang relatif berdekatan, juga untuk memudahkan kamar mandi' Bak karena relatif dekat dengan shaft yang biasanya diletakkan di sekitar area service air harus mudah dijangkau untuk keperluan perawatan dan pengurasan air'
Gambar 11-3 Shaft vertikal; bukaan dan isinya Konstruksi elemen sistem utilitas:
) di dalam atau di luar bangunan * Tempat jaringan vertikal ) dinding atau kolom Bak penyedia di atas ) pada struktur utama atau struktur tersendiri Tempat iaringan horisontal ) lantai atau plafond Bak penyedia di bawah
Merancang Sanitasi Bangunan
i.-I t)/
Ukuran bak air ini harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan bangunan dan fungsinya. Pada bangunan hunian, kapaitas air bersih ini lebih besar dengan mengambil pedoman kebutuhan air bersih sebesar 100 liter setiap orang per satu hari. Bangunan lain seperti kantor dan sekolah dapat lebih rendah dari ketentuan tersebut. Namun hal lain yang diperhatikan adalah juga berapa jumlah pemakai pada satu bangunan dalam satu harinya. Jumlah pemakai ini selanjutnya menentukan volume bak yang harus disediakan. Pada bak air bersih juga dapat digabungkan kebutuhan air yang akan dipakai untuk keperluan hydrantdan sprinklers. Kebutuhan air ini biasanya maksimal disediakan 1/3 volume setiap bak pada bagian bawah. Hal ini dimaksudkan juga untuk mengindari ikutnya endapan lumpur dan sejenisnya pada distribusi air bersih. Jika diperlukan volume yang lebih, dibutuhkan bak khusus untuk keperluan itu. Detail bak air ini harus sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan seperti permukaan dasar yang miring ke arah bukaan, pemakaian tutup yang mudah dibuka dan sebagainya. Posisi bak ini juga harus terlindung dari sinar matahari langsung untuk menghindari tumbuhnya lumut pada bak yang dapat membuat air menjadi kotor.
Gambar 11-4 Desain bak air yang berkaitan dengan bentuk arsitektur Pada distribusi, pipa-pipa jaringan harus diletakkan pada
jalur shaftvertikal atau horisontal. Pipa vertikal biasanya lebih besar karena merupakan jalur distribusi primer sedangkan jalur horisontal dapat lebih kecil karena merupakan jalur sekunder. Ruang shaft yang disediakan untuk jalur jaringan ini juga disesuaikan dengan kebutuhan ruang untuk pipa dan teknis pemasangan dan perawatannya. Shaft vertikal dapat biasanya berada pada area service semacam area kamar mandi dan peturasan ataupun area tangga utama atau darurat. Sedangkan shaft horisontal dapat berada di bawah lantai atau di atas plafond. Shaft-shaft ini harus mudah diakses untuk kepentingan perawatan dan perbaikan jaringan.
158
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Gambar 11-5 Konstruksi shaft horisontal di lantai dan di bawah pelat lantai
1.,|..2 Merancang Sistem Alr Kotor dan Kotoran Sistem air kotor dan kotoran disebut dengan sistem sanitasi bangunan, yaitu sistem yang menjaga bangunan dari limbah air dan kotoran. Sistem sanitasi ini pada pokoknya terdiri 3 bagian besar yaitu
jaringan balik air kotor dan kotoran, pengurai dan peresapan atau buangan. Masing-maing ketiga bagian ini harus direncanakan dengan baik baik sebagai sistem atau secara individu. Sistem sanitasi harus ditentukan terlebih dahulu untuk dapat mendesain elemen sanitasi di atas.
Sistem ini secara garis besar dimulai dari jaringan air kotor dan jaringan kotoran kemudian menuju bak pengurai lalu menuju peresapan atau buangan.
Diperhatikan juga untuk hal-hal yang berkaitan dengan:
* t +
Volume pemakaian Volume air untuk keperluan hydrant dan sprink/ers Konstruksi berat atau ringan
| ,',
Merancan g Sanitasi Bangu nan
11.?.1 Distribusi Balik Air Keitor dan Kotoran pacla 6istriirusi Lralik sanitasi, air kotor dan kotoran dlbedakan untuk memudahkan pembedaan besar. Pada bangunan pengolahan linrbah pacJa bangunan yang relatif mempunyai kapasitas se
air kotor r.ian kotoran ini dapat disatukan. Pipa air kotor dapat langstlng menuju
pengendapan. Sedangkan kotoran harus melalui peresapan atau cliendapkarr lebih dahulu pada bak bak pengurai yang disebut clengan septic-tank' rnurrgkin rnenggunakan jalur vertikal untuk mempermudah Jalur air kotor clan kotoran seSanyak pipa. .lalur pipa air kotor dan kotoran harus mempunyai rneneruskan zat l
horisontal. Dengan
memerlukan ruang yang cukup besar untuk rnencapai kemiringan tersebut. Pipa dari air bersih yaitu sekitar 3" air hotcir hiasanya menggui-rakan pipa berukuran diameter lebih besar pipa diameter 6"' hingga 4" sedattgkan pipa kotoran menggunakan pan.!a:.rg karena akan
11
.2.2 Desain SePtic'tank
kotor dan kotoran sebelum Septic+ank adalah fasilitas perrgurai dan juga pengendap bagi air riol kota. Septic-tank ini pada diteruskan pa,ia peresapan atau dibuang ke sistem air kotor kota atau dan air kotor untuk diuraikan dasarnya adalah bak yang dipakai untuk menampung sementara kotoran yang berbahaya bagi lingkungan. agar air buangan sudah tidak mengandung kuman atau bakteri dekat dengan Septictank dapat diletakkan cii mana saja parla bangunan dengan catatan harus relatif jalur horisontal yang panjang' shaft vertikal bangunan untuk menghindari penyaring yang ukurannya Bak septic-tank clapat berupa satu atau dua bak utama dengan dua bak pada 1/3 bagian relatif lebih kecil. prinsip kerja bak septictank adalah dengan meneruskan air kotor penyekat dinding atau pipa tengah bak ke bak selanjutnya yang secara teknis dapat menggunakan kotoran yang diarahkan pa,Ja ketirrggian tersebut. 1/3 bagian pada bagian atad adalah tempat bagi Lama yang mengendap. yrng t"rupung sedangkan 1/3 bagian bawah adalah tempat bagi kotoran jam, sehingga proses penguraian clan pengendapan ini berjalan selama kurang lebih selama3 x24 kapasitas septic-tank harus memperhatikan ketentuan ini'
Sistem sanitasi terdiri dari:
* {. ,i. A * *
Area titik asal buangan
9
kamar mandi, dapur
9
di bawah lantai atau di atas plafond Jalur distribusi balik vertikal ) shaft oipa jalur pengolahan dan pembuangan I pada lantai dasar Alat pengolahan I septic-tank, bak lemak, dan bak kontrol
Jalur distribusi balik horisontal
Alat penrbuangan
9
Peresapan
160
I
fi,leran,.:ang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Voiunte bak septic-tank yang harus elisediakan harus dihitung dari rata-rata kotoran atau juga air kotor jika bak juga dipakai untuk mengr:ndapkan air kotor. Jika hanya mnampung kotoran dari WC, volume tampungnya dapat menggurrakan standarcl minimal 15 liter per orang per hari. Sehingga perhitungan harus dilakukan terhadap jurnlah penghuni dikalikan 15 liter dikalikan 3 hari waktu yang dibutuhkan untuk nienguraikan koioran, sehingga volume minimal dapat ditentukan. Jika bak septictank juga dipakai untuk air kotor maka volume penampungan harus dihitung identik dengan
kebutuhan air bersih yaitu i00 liter per orang per hari selama 3 hari. Perlu diwaspadai pemakaian deterjent yang keras agar dihindarkan rnasuk ke dalam bak pengurai untul< menjaga agar kinerja bakteri pengurai tidak terganggu, kareira bagaimanapun juga diantara jenis deterjent dan zat kimia lain ada yang mengandung zat yang sulit untLlk diuraikan terutama dalam jumlah komulatif yang banyak. Untuk mengantisipasi ini, khusus pada huangan air cucian pakaian tidak diikutkan masuk ke dalam bak pengurai, narnun perlti diseciiakan bak pengendap khusus sebelum masuk ke peresapan atau riol kota.
Faktor utama pada septicktank:
t Pengendapan ) penerusan cairan pada bagian tengah , Penguraian ) volume yang dibutuhkan untuk waktu 3 hari .f. Distribusi ) jalur yang diperlukan untuk ke peresapan melaluibak kontrol * Ventilasi I menjaga tekanan yang sama dengan udara Iuar * Konstruksi 9 clinding tahan air yang terbuat dari beton atau cjinding bata FC
M erancan g Sanitasi
B
Koiom Praktis
tttt 4oo ,'120,
| ,u,
an gu n an
Dindrng 8at*bata trassraam
'100 I
120,
ilt
rltt
7s0
12fr
tl
DENAH STPIIC TANK PenrJtup Polet Beton
untuk lubang 40xt0 cm
Kolak Porns€ah
Kot*an
r
t'-r-:' l,___tli1-,
Lsoo __yy
7so ll_ l*' l: Qa
POTNTJGAN .IFPIICK TANG(
Gambar 11-6 Prinsip konstruksi septic-tank Desain bak septic+ank juga harus memperhatikan kemudahan untuk pemeliharaan dan perbaikan. Penutup yang rapat namun mudah dibuka diperlukan untuk mengadakan pengecekan, pembersiha-
endapan secara berkala atau bahkan pengurasan jika sewaktu-waktu diperlukan. Ventilasi sansa: diperlukan untuk menghindari tekanan yang berlebih akibat gas yang dapat mengancurkan konstrui, bak dan juga dapat menyebabkan bau kotoran balik ke dalam bangunan.
162
11
I
M
e r an
ca n g
B a n y,it n a
ti Cedlrn g B e rti n gkat
Ren dah
.2.3 Desain Peresapan Peresapan adalah proses akhir dari air limbah yang sudah dirrraikan atau diendapkan. Peresapan
ini secara prinsip hanyalah berfungsi meresapkan air ke dalam tanah" C)leh karena itu air limbah yang masih mengandung bakteri berbahaya atau zat kimia berbahaya harus diolah lebih dahulu baik dengan bak pengendapan atau dengan bak septic-tank. Pada fungsi bangunan yang lebih kompleks pada zat buangannya harus menggunakan sistem pengolah limbah yang lebih rumit, yang tergantung
dari zat buangnya. Pemauk€an tanah
i
'T 0i
I
Bub bolon d.900
t00 I
I
Lspisan ljuk tsb8l
15m
I
D
rocn]
I I
c c
I
Gambar 11-7 Prinsip konstruksi peresapan
T
I ro:
Merancang Sanitasi Bangu nan
Peresapan ini bekerja dengan daya resap tanah, oleh karena itu kedalaman resapan harus kurang
dari permukaan air tanah untuk dapat terjadinya proses tersebut. Daerah-daerah yang mempunyai permukaan air tanah yang dalam dapat menggunakan peresapan dalam bentuk sumur yang disebut dengan sumur peresapan. Sedarrgkan darah-daerah yang mmpunyai permukaan air tanah yang dangkal menggunakan peresapan dalam bentuk aliran yang memanjang secara horisontal. Detail peresapan ini pada intinya adalah sumur atau bak yang berhubungan langsung dengan tanah yang proses perespannya dibantu dengan berbagai material untuk menyaring berupa krikil dan pasir, material untuk penetral limbah berupa arang, dan juga material untuk membantu penyerapan berupa serabut ijuk atau sabut kelapa.
11.2.4 Desain Bak Lemak dan Bak Kontrol Bak lemak dan bak kontrol pada dasarnya adalah bak pengendap yang berfungsi menyaring air baik dari endapan atau dari apungan yang secara prinsip juga sama dengan bak septictank. Bedanya disamping pada ukuran adalah pada peruntukannya, yaitu bak lemak digunakan khusus untuk limbah
dapur yang banyak mengandung apungan lemak yang sangat berbahaya baik bagi lingkungan atau jaringan itu sendiri. Sedangkan bak kontrol lebih berfungsi sebagai bak pengendap karena lebih dimaksudkan untuk membersihkan jaringan dari endapan lumpur dan sejenisnya. Konstruksi desain kedua bak ini juga identik dengan bak septictank namun lebih kecil karena tidak diperlukan untuk volume buangan dan penguraian yang besar dan lama.
Macam peresapan:
* *
Sumur peresapan Jalur peresapan
)
)
pada permukaan air tanah dalam
pada permukaan air tanah dangkal
164
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
-,-
,120
i --"-1i
600
120i 490
120
12Q, l
Posisi Penutup Beton
Posisi Penutup Beton
DENAH BAK PENANGKAP LEMAK
DENAH BAK KONTROL AIR KOTOR
I I
I
up Beton Bertulang
Tinggi Permukaan Air Pipa Pralon d.4" Dinding
400
124 l
POTONGAN BAK KONTROLAIR KOTOR
n20
.-.,t -,
illl
,;
600
1201 :i
POTONGAN BAK PENANGKAP LEMAK Gambar 11-B Prinsip konstruksi bak lemak dan bak control
M
erancang
S
an itas i
B
| ,u,
an gu n an
! I
>{ [.:,r,
:,..".:l
I
i
ii
tartrJ
l'l
l,
rt
I
I
ll
Keterangan:
---->
SAB
SumurAir Bersih
SPAH
Sumur ResapanAir Hujan
SPAX
Sumur ResapanArr Kotor
ST BK BPL
SeptikTank
Pipa P/imer Pipa Sekunder
-*
Bak Koniroi Bak Penangkap Lemak
Cambar 11-9 Contoh rencana sanitasi (air kotor)
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
,1 .
.\
i,f i.;ti;lr*""" .c
+3 06
Gambar 11-10 Contoh detail area kamar mandi dan sYstem pentipaannya
-oo0oo-
l +812
MERANCANG TAMPAK DAN POTONGAN Cambar kerja tampak dan potongan pada proses merancang bangunan adalah hasil dari pemikiran semua aspek bangunan. Potongan dan tampak bangurran belum dapat dipastikan jika masih terdapat persoalan pada bangunan. Oleh karena itu pada pembahasan ini diletakkan pada bagian paling akhir sebagai hasil. Terkadang gambar denah, tampak dan potongan dalam proses desain disebut juga sebagai gambar "pre-design" yang masih dimungkinkan untuk mengalami perubahan. Setelah perubahan dan penyempurnaan dilakukan, maka hasilnya adalah gambar kerja sebagai dokumen perancangan akhir
168
hl e r an ca n g
I
Ban
gu n an
Cu'dung B e rti n gkat Rendah
12.1 Memotong Bangunan , GanlL-r)o (erornik , ii. )to( rJ, .:... ,r n i I 2
(. n l
'k4'):l 2/.1 cnt ' t):t,,k .517 cnt
, Gt.trciirtg 8/12 cr-rt 8i I4 cm ', KurJd kr-rrlc I/1.4 Bt.tt:tbqan ^cnt , 8tr/crk Cngtn 6/ I/. Cfi-' , Gunurtq-Qurturto , WCrler fol,ter f>lqt +9.31
Ll20
Y
+6.56r
+5.5q
,Ringbolk tSl20 cn'r ,Pelol {anlai t.120 +3.06
+2.94
t
,Sloaf
+0.00 Vl
15120
,Faot plol
I
cm
:0 01q
l
l
-1.10 vr
-20g
l
Potongan a-a
I
I
LsnLaLWi Lonfai Al ;
400
Girdong Gorost
R.Setboguncl R.Keluorgo
r Ioiiet I
Tciiiet
Krn Km
Gambar 12'1 Prinsip informasi pada gambar potangan adalah istilah yang diberikan lstilah potongan bangunan dalam perancangan struktur arsitektur bangunan secara utuh dan untuk gambar yang memperlihatkan bagian-bagian atar.t elemen-elemen gambar yang sangat penting karena disamping lengkap. Oleh karena itu gambar potongan dianggap lain dalam bangunan' Bagian memperlihatkan sistem struktur juga akan menLrnjukkan sistem-sistem
Merancang Tampak dan Potongan
| ,u,
yang dipotong dalam bangunan ditunjukkan dengan garis terpustus-putus yang menunjukkan letak dan arah pandangan dalam potongan pada denah setiap lantai bangunan. Dengan demikian proses gambar potongan ini relatif akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengolah sistem bangunan secara keseluruhan.
12.1.1 Prinsip Potongan. Cambar potongan sangat penting untuk menunjukkan prinsip struktur bangunan, kedudukan elemen bangunan, konstruksi dan bentukan, ukuran dan juga bahan yang dipakai dalam bangunan, serta dapat pula menunjukkan kaitan dengan sistem bangunan. Potongan dalam gambar kerja arsitektur biasanya sengaja diletakkan pada bagian-bagian yang memerlukan penjelasan lebih rinci yang dapat menunjukkan prinsip bangunan secara keseluruhan. Baik sistem struktur ataupun sistem yang lain dalam bangunan harus dapat ditunjukkan dengan baik dan jelas. Oleh karena itu bagian-bagian dalam bangunan yang sering tepat dipotong adalah ruang-
ruang seperti kamar mandi, tangga, shaft serta ruang-ruang khusus seperti ruang yang mempunyai ukuran lebih besar, lebih tinggi dan sebagainya. Bagian-bagian itu ditunjukkan disamping untuk memperlihatkan keterpaduannya dengan elemen bangunan lain juga ditujukan untuk memperjelas masing-masing ruang tersebut yang biasanya diperlukan potongan detail dengan skala yang lebih besar. Demikian juga dengan letak, arah serta posisi potongan diperlukan keberagamannya sehingga informasi mengenai bangunan ini akan dapat ditunjukkan dengan jelas.
Potongan dibuat dengan tujuan memperlihatkan:
* * * * * a *
Sistem struktur dan elemennya Konstruksi antar elemen sistem struktur Konstruksi inter elemen struktur Bahan bangunan
Ukuran dan satuan Konstruksi ruangan bangunan Sistem bangunan
170
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
t__.-_6 66 6 6 d d
6d s i
d
A (]
rh
,A
frtF I 6roait ;i-6-----Et
.r.ru
---TT-i-r--T--=]
6 db66dd6
/r\
6
Gambar 12-2 Contoh potongan bangunan 1
2.1 .2
Potongan Ars ite ktural
Adakalanya sebuah potongan hanya dimaksudkan untuk menunjukkan salah satu aspek saja dalam bangunan. Untuk menghindari gambar yang lebih rumit atau untuk menghindari kesalah pahaman antara perencana dengan fihak lain terutama pelaksana dan pemilik, gambar potongan hanya memberikan satu informasi saja. Potongan ruang yang hanya menunjukan bentuk dan suasana ruang biasanya dapat digambar dengan menggunakan metoda potongan tertentu seperti potongan tiga dimensi atau potongan perspektif atau axonometri. Potongan ini lebih bersifat arsitektural karena belum dapat dipakai sebagai gambar pelaksanaan di lapangan. Cambar potongan sejenis ini lebih ditujukan untuk kepentingan pencarian gagasan atau presentasi.
Merancang Tampak dan Potongan
1
2.1 .3 Potongan
| ,r,
Struktural
Fungsi utama gambar potongan lengkap pada bangunan adalah untuk menunjukkan prinsip struktur secara jelas. Oleh karena itu teknis penggambaran potongan tidaklah seperti teknik memotong kue dan memandanganya pada arah samping apa adanya seperti pada teknik arsitektural di atas. Teknik seperti itu justeru akan membingungkan karena tidak dapat memuat informasi yang lengkap dan jelas. Karena gambar potongan harus menunjukkan posisi sistem dengan lengkap, maka sekalipun bagian bangunan tersebut terdapat pada bagian belakang pandangan, elemen tersebut tetap akan digambar. Begitu juga dengan elemen yang berada secara tidak langsung pada garis potongnya pada denah, jika merupakan bagian utama dari sistem struktur, seperti pondasi, kolom, balok, kudakuda dan sebagainya tetap diperlihatkan dalam potongan. Caris potong pada denah lebih ditujukan untuk menunjukkan posisi ruang dan bukan pada posisi elemen atau sistem.
12.1.4Potongan Detail Potongan juga
d
iperlukan untuk memperjelas detail konstruksi bangunan tertentu. Potongan detail
ini sifatnya lebih teknis dan akan dipergunakan secara langsung baik sebagai pedoman pelaksanaan ataupun sebagai pedoman untuk memprakirakan harga bangunan (RAB) karena perhitungan baik jenis bahan ataupun ukurannya beserta posisinya baru dapat dihitung jika dengan gambar jelas. Dengan demikian gambar detail ini sangat diperlukan pada setiap bagian dalam bangunan dengan sangat jelas beserta notasi ketentuan bahan dan ukuran untuk dapat dilaksanakannya bangunan dengan benar.
Potongan detail dalam satu rangkaian konstruksi juga dapat digambarkan secara sekaligus. Potongan ini biasanya disebut dengan potongan prinsip yang akan menunjukkan dengan jelas prinsip-prinsip dalam satu bagian atau elemen bangunan seperti potongan pada area kamar mandi dengan shaftnya, potongan pada bagian atap bangunan beserta konstruksi pelengkapnya seperti talang dan bubungan, potongan pada dinding luar bangunan yang berkaitan dengan tritis serta kanopi dan sebagainya.
172
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Atap Genteng Kuda-kuda kayu 8/16 Rangka plafond 4/6 BV 100 x 50 cm Listplank 2/20
Sirip pelat beton 't0 cm
Jendela swing
BV 100 x 50 cm Sirip pelat beton 10 cm Sirip pelat beton 10 cm
Keramik 30x30 Pasir urug 10 cm Sloof 15/30 cm
Pondasibatukali
Pondasi Footplate 90 x 90 cn
Gambar 12-3 Contoh potongan detail pada gambar prinsip
Merancang Tampak dan potongan
l ,,,
12.2 Menentukan Garis potongan pada Denah Untuk dapat menghasilkan gambar potongan yang lengkap dan informatif, maka perlu dibuat tempat atau garis potong pada bangunan. caris potongan ini dapat digambarkan melalui denah Tentu saja denah yang telah hampir 100% b"n., untuk mendapatkan potongan yang
[::1""'
Tempat-tempat yang perru dijeraskan v'qJq,,/q pada rudr8-ruang ruang-ruang rstrmgwa ''r biasanya paLrd isti sgmacam kamar mandi karena distribusi sistem sir bersih dan rdn Korornya kotornya yang akan berpengaruh pada konstruksi harok balok, pelat atau kolom dan shaft. Ruang tangga juga perlu dipotong untuk menunjukkan konstruksi ranssa tangga tain, juga ruang-,,rng rebar untuk ,un;uriiu; struktur dapat mengakomodasi tuntutan ruang.
f:r}:,::::_"_*::ljl1l!;i'olk
il*ff:
12.2.1Memotong Atap Potongan pada atap dimaksudkan disamping untuk memperlihatkan konstruksi
sistem struktur atap juga untuk memperlihatkan fungsi-fungsi atap. Fungsi atap dapat berupa penyediaan ruang sperti tempat bak air, tempat mesin AC, taman di atas utrp drb dan juga tempat terjadinya sistem seperti penghawaan
dan pencahayaan sebagaimana yang telah disebut di depan pada buku ini. struktur utama atap harus dapat dirihat apakah atap menggunakan rangka atau gunung-gunung dan sebagainya' Bagaimana sistem rangka atap ditopang apakah oreh kolom atau dinding sangat perlu bagi penjelasan sistem struktur pada gambar kerja.
174
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
--rlrsol zso
l
Id uoot'r l--_1-- 'l
,
r
"1I
ol OI
'l ;r --l
TAMAN
ol
o!
BELAKANG , i
C'l
!tr
I
I
I
.,l
l l
'--"i--
OI
_.:t. --T
l
Bi .i
'-'1 -
I R
ot (f,
ol ol 3i
l
ldur Utama r 0.00 I
I i
I
I
_l_
-tl
I
,&l :-.-l
lo c) tr)i t\i Cf
I
dti
RUANG KELIIARGA
I
6l
i I
.
6
*
ol o;
;N. O-i
'l
_]__
ror
o .*+1
O]
ol c!l
I
l
I
I
..---t--
I
--1-
I
oi ()l 6ll
I I
t i
oi oi (.rl i l
*T I
I
n rl
:::j1
I
Gambar 72-4 Prinsip garis potongan pada denah
; ,i\A
Merancang Tampak dan Potongan
I
|
17s
12.2.2 Memotong Ruang Memotong ruang selain untuk memperlihatkan sistem struktur utama juga ditujukan untuk memperlihatkan kondisi interior bangunan. Dengan demikian konstruksi interior pada potongan juga diperlihatkan. Namun untuk menghindari kerancuan dengan sistem struktur, elemen-elemen interior ini biasanya digambarkan khusus pada detail potongan. Potongan pada kamar mandi ditujukan untuk memperlihatkan posisi kamar mandi setiap lantai pada bangunan bertingkat, serta posisinya dengan ruang lain pada lantai yang sama atau lantai yang berbeda. Area kamar mandi juga berhubungan erat dengan sistem shaft yang dipakai dalam bangunan tempat pipa-pipa akan diatur baik secara vertikal atau horisontal baik untuk air bersih ataupun air kotor dan kotoran. Detail ruang kamar mandi seperti perbedaan rendah pelat lantai dan finishingnya, finishing dinding, ketinggian plafond, jaringan yang terdapat di atas plafond serta peralatan kamar mandi seperti bak air, WC, toilet, urinoir dan sebagainya, perlu untuk diperlihatkan.
Gambar 12-S Memotong bangunan untuk potongan Potongan pada area tangga memperlihatkan konstruksi tangga dengan pondasi atau balok serta lantai di atas dan di bawahnya, memperlihatkan desain anak tangga dan pegangan atau raillingtangga menunjukkan ruang yang berhubungan langsung dengan tangga, menunjukkan sistem pencahal,aadan pengudaraan di sekitar tangBa dan sebagainya. Pada area dekat tangga juga dapat diperlihatk;kaitan dengan sistem.iaringan yang mungkin seperti shaft untuk kabel listrik atau telepon. Potongan khusus pada shaft-shaft selain akan menunjukkan konstruksi dan ukuran, juga ar.menunjukkan hubungan shaft dengan ruang yang dilayaninya. Serta kaitan dengan sistem ia-; diwadahi dengan shaft tersebut seperti posisi bak-bak penyedia atau penampung pada siste- . -
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
176 i
bersih dan air kotor, ruang-ruang pompa, atau ruang mesin serta panel-panel pada shaft listrik atau
lift dan sebagainya. Potongan pada ruang-ruang khusus dalam bangunan akan menunjukkan bagaimana sistem struktur ruang tersebut terhadap bangunan. Ruang yang lebar akan menunjukkan struktur untuk mengantisipasi bentangan yang lebar serta kaitan ruang tersebut dengan ruang lain pada lantai yang sama atau pada lantai yang berbeda. Ruang yang lebih tinggi akan menunjukkan bagaimana ketinggian ruang akan diperoleh, apakah dengan menaikkan elemen ruang seperti plafond 1
2.2.3 Memotong Pondasi Pondasi dipotong untuk memperlihatkan posisi-posisi pondasi utama dan
lainnya. Potongan
ini juga kadang diperlukan pada beberapa tempat untuk menginformasikan maksud tertentu dari penggunaan rancangan pondasi yang perlu mendapatkan dalam proses pembangunan. Bagian pondasi yang perlu dijelaskan adalah penggunaan sitem pondasi dalam dan dangkal yang mungkin digunakan, penggunaan jenis pondasi dangkal menerus untuk dinding atau titik untuk kolom, serta penggunaan pondasiyang lebih kecil seperti rolaag dan juga sloof yang berfungsi sebagai pondasi.
Atao Genteno Metal
TxasauMetal l+_!3.a
|',0, irn ru
TI 1
Pqn,
I11001 I 450l,*lI
{'osl 4s0 I
rl----_ (-qjo i .r 150
6)
Gambar 12-G Contoh potongan bangunan asrama 3 lantai melintang
Merancang Tampak dan potongan
| ,,,
-_ ,40 ff:-TfEl -/ lt I Tangki Air Dingrn/panas.
l*1t-(3) Gambar 12-7 Contoh potongan bangunan asrama
i
rantai membujur
12.3 Desain Tampak Bangunan cambar
tampak dalam bangunan adalah gambar yang sebenarnya dirangkum dari ketentuanketentuan dalam denah dan potongan bangunan. Ketentuan-ketentuan konstruksi dan ukuran dalam denah dan potonganlah yang akan menghasilkan gambar tampak akhir yang ideal. Untuk keperluan pengembangan Sagasan desain tampak juga telah dapat dihasilkan, namun tampak pada tahap awal ini bukanlah hasil seperti dalam tampak pada gambar kerja, tetapi lebih merupakan sarana proses yang masih akan sangat banyak mngalami perubahan setelah dilakukan analisis pada semua aspek dalam desain bangunan. Zonayang perlu diperlihatkan dengan gambar potongan:
{' * .t *
Kamar mandi
Void tangga Shaft
)
)
)
prinsip pelat lantai, finishing lantai atau dinding, plafond dan jaringanny,a
konstruksi tangga dan anak tangga konstruksi shaft dan sistem di dalamnya
Ruang khusus
)
ruang lebar atau tinggi
178
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
12.3.1 Prinsip TamPak prinsip tampak dalam gambar kerja arsitektur adalah gambar proyeksi yang dihasilkan dari gambar denah, potongan dan atau tampak lain dalam bangunan itu. Tampak muka atau samping atau belakang dapat saling diproyeksikan untuk melihat keterkaitan gambar-gambar tampak arah pandang yang berbeda tersebut.
rerH {rt
Era!r1&
rd7( !r_1d d! / I l d,, ,"-! 7
wli crtt frfr^lul_ rdurML+a/i\
\.:-/
Cambar 12-B Tampak Bangunan dan kaitannya dengan kontur site
Untuk menghasilkan tampak yang baik dan benar diperlukan konsistensi yang benar antara interior dan ekterior bangunan. Fungsi-fungsi ruang interior harus dapat diakomodasi dalam wajah atau fagade bangunan terutama dalam hal desain bukaan. Jumlah, ukuran dan proporsi bukaan dalam
faEade bangunan akan berhubungan langsung dengan fungsi ruang yang ada dibaliknya. Dengan demikian setiap keputusan desain harus disesuaikan antara kepentingan bentuk arsitektural dengan bentuk fungsional sehingga bangunan tidak hanya indah namun juga dapat memberikan fungsi yang
Merancang Tampak dan potongan
ttrl:t
N
,r,
R&fn!* r,r*A I I I I !
I
I
._.J
Gambar 12-9 Prinsip proyeksi untuk menghasilkan tampak Dalam gambar tampak juga akan memuat informasi bagaimana atap bangunan terbentuk. Atap juga merupakan elemen tampak utama bangunan terutama bangunan rendah atau bertingkat rendah. Kadang karena akibat hasil tampak yang kurang proporsional atau kurang sesuai dengan tujuan perencana semua gambar baik denah ataupun potongan bahkan fungsi ruang yang ada di dalam bangunan dapat dirubah atau disesuaikan. Dengan demikian ketiga gambar utama baik denah. potongan dan tampak saling kuat keterikatannya sekaligus saling dapat mempengaruhi untuk dapa: dihasilkan desain yang ideal. Seorang arsitek yang bijaksana harus dapat mengintegrasikan sem-a aspek bangunannya yang dicerminkan ke dalam ketiga gambar utama tersebut.
180
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
12.3.2 Membaca Tampak Sebuah gambar tampak disamping akan memuat informasi bentukan bangunan juga akan memberitahukan kepada fihak lain mengenai sistem-sistem bangunan. Sekalipun pada desain bangunan yang lebih menganut faham bentuk yang utama selain fungsi, sistem dan sebagainya, satu wujud tampak bangunan akan dapat menginformasikan tentang beberapa hal yang terdapat di dalamnya. Bahkan tampak bangunan ini juga kerap kali dijadikan "senjata" bagi para arsitek baik untuk membuat daya tarik bagi calon pemilik ataupun bagi sasaran fungsi bangunan. Keterpaduan keindahan tampak dengan fungsi ataupun sistem dalam bangunan adalah kunci untuk menghasilkan hasii akhir yang ideal.
TAIiPAK DEPAN Gambar 12-10 Contoh gambar tampak rumah 2 lantai
I ,,,
Merancang Tampak dan Potongan
TAMPAK DEPAN
Gambar 12-11 Contoh gambar tampak depan asrama 3 lantai
TAMPAK SAMPING KANAN
Gambar 12-12 Contoh gambar tampak samping asrama 3 lantai
MERANCANG BANGUNAN PADA KONDISI KHUSUS Pada bangunan dengan kondisi khusus, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi
bangunan harus dikenali dengan sejelas mungkin sebelum bangunan dapat direncanakan dan dirancang. Kondisi khusus ini biasanya berkaitan dengan fungsi bangunan dan aspek eksternal Iingkungan di mana bangunan itu akan ditempatkan, dalam hal ini meliputi ancaman dari kemungkinan bencana alam. Bangunan kondisi khusus ini biasanya juga dapat disebut sebagai bangunan non-standard. Oleh karena itu, aspek perancangan bangunan akan berbeda dengan bangunan biasa pada umumnya. Tujuan dari desain khusus ini pada dasarnya adalah untuk keamanan dan keselamatan pengguna dan orang-orang
di sekelilingnya.
10A t().l
Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
t !
13.1 Bangunan dengan Kondisi Fungsi Khusus Bangunan mempunyai fungsi yang beragam yang dapat digolongkan macamnya menurut tingkatan kepentingan fungsi yang diwadahinya. Berkaitan dengan fungsi penyelamatan terhadap kondisi gawat darurat, bangunan yang digunakan harus dibedakan terhadap bangunan fungsi lain. Pada bangunan bertingkat untuk fungsi ini aspek-aspek utama dalam kondisi darurat harus diutamakan. Aspek-aspek ini meliputi kekuatan dan ketahanan sistem struktur itu sendiri, sistem mekanis bangunan, sustem sirkulasi, hingga material bangunan harus direncanakan mampu menghadapi fungsi dan kondisi darurat yang diperkirakan dapat terjadi pada bangunan tertentu. Bangunan kondisi khusus ini dapat dibedakan berdasarkan fungsinya terdiri dari fungsi gawat darurat seperti rumah sakit; fungsi penyelamatan (rescue) dan keamanan seperti kantor pemadam kebakaran dan juga kantor polisi, serta fungsi komando seperti kantor pemerintah dan markas tentara. Fungsi-fungsi tersebut diutamakan untuk menjaga kelanjutan tatanan sehingga bangunan tidak boleh mudah rusak untuk mengindari keadaan rusuh (chaos) setelah terjadi kondisi gawat darurat. Disamping itu juga perlu untuk diperhatikan bangunan-bangunan sistem yang digunakan secara masal, sehingga jika terjadi kondisi darurat bangunan tersebut dapat digunakan sebagai tempat pengungsian.
13.1.1 Fungsi Gawat Darurat Bangunan dengan fungsi gawat darurat adalah bangunan rumah sakit, puskesmas ataupun klinik pertolongan pada suatu instansi ataupun kelompok masyarakat tertentu. Fungsi gawat darurat ini pada bangunan rumah sakit harus mampu mewadahi kegiatan baik secara kasus per kasus ataupun secara masal jika terjadi bencana alam seperti misalnya jika terjadi gempa bumi, banjir, dan sebagainya.
Bangunan bertingkat dengan fungsi ini harus didesain dengan aspek kekuatan bangunan yang lebih, sistem mekanikal yang mampu bekerja mandiri, sistem sirkulasi baik horisontal dan vertikal yang mudah dan aman, serta penggunaan bahan bangunan yang dapat bertahan pada kondisi ekstrim serta tidak menimbulkan ancaman pada pengguna bangunan dan orang-orang di sekelilingnya. ASPEK BANGUNAN TERHADAP KONDISIGAWAT DARURAT
{->
{} SistemStruktur Sistem-sistem
,
dan Bahan
-Aman - Kuat - Stabil
Bangunan -Mandiri, tidak tergantung pada sistem lain di luar bangunan
Sistem Sirkulasi Bangaunan - Mudah di.jangkau dar luar bangunan - Mudah keluar dari dalam bangunan
Gambar 13-1 Aspek bangunan gawat darurat
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
| ,ut
Aspek pertama sebelum perancangan bangunan adalah pemilihan lokasi dan penempatan posisi bangunan pada site atau lahannya. Pada kasus bencana gempa dan juga banjir, lokasi-lokasi tertentu sudah dapat diketahui potensi ancamannya sehingga bangunan gawat darurat tidak diletakkan di sana. Dalam satu site, juga harus dibedakan bagian-bagian yang aman dan tidak dari bencana tersebut. Selain itu, aspek kemudahan pencapaian juga harus diperhatikan mengingat fungsi darurat harus dicapai secara segera.
a.
Sistem struktur bangunan gawat darurat
Struktur bangunan rumah sakit, puskesmas, ataupun klinik harus didesain mampu menghadapi bencana yang umum terjadi di lndonesia seperti gempa dan banjir. Pada bangunan perawatan yang bertingkat, struktur yang kaku lebih diutamakan untuk meminimalisasi perubahan bentuk yang cepat pada bangunan. Rangka kaku beton bertulang mempunyai kekakuan yang lebih tinggi dibanding sistem struktur lainnya sehingga pasien akan lebih aman baik fisik ataupun kejiwaannya. Di samping itu, beton bertulang lebih mampu bertahan terhadap api, sehingga tidak mudah terbakar, walaupun secara teknis bangunan dengan struktur ringan kayu ataupun baja sebenarnya lebih mampu bertahan terhadap gempa. Rangka kaku yang kaku akan dapat diperoleh dengan menggunakan rangka kolom balok beton bertulang yang dipadukan dengan pelat lantai beton bertulang. Kolom-kolom harus diletakkan sesuai dengan besaran kamar perawatan yang relatif cenderung lebih rapat. Hal ini dilakukan selain untuk mengkakukan sistem struktur juga mencegah ukuran balok dan kolom yang besar karena bentangan
antar kolom yang besar. Ukuran elemen struktur yang besar akan menambah berat bangunan sehingga akan menambah resiko guling potensial terhadap goncangan gempa. Demikian juga untuk menghadapi bahaya banjir, struktur kaku berat berton bertulang lebih mampu bertahan dibanding dengan struktur ringan. Konfigurasi sistem struktur dengan banyak menggunakan kolom dan balok dengan jarak antar elemen yang rapat ini dapat juga digabungkan dengan penggunaan elemen dinding pemikul (bearing wall) yang mampu menahan gaya lateral gempa bumi sehingga menjadi dinding geser (shear wall). Shear wall ini digunakan untuk mengkakukan bangunan karena berfungsi sebagai pelat vertikal kaku. Dengan cara seperti ini maka kekakuan bangunan diharapkan mampu mengatasi kondisi darurat bencana alam atau bahkan perang sekalipun.
Pentingnya bangunan gawat darurat berkaitan dengan:
t * .:.
Pertolongan pertama kasus darurat Penanganan bencana alam Pernyelamatan nyawa manusia
{
186
, I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
\ :f -jr
Gambar 13-2 Konfigurasi bangunan kaku kolom kecilvs. kolom besar
ld-
Gambar 13-l Konfigurasi rangka dengan pengaku dinding pemikul
Struktur bangunan gawat darurat:
* * * .f. *
Kuat menahan beban sendiri, fungsi, dan eksternal Tidak menimbulkan potensi kerusakan lebih karena bencana
Struktur ringan untuk aman Sempa bangunan pada umumnya (namun) Struktur kaku ringan lebih cocok untuk bangunan perawatan Struktur berat untuk aman banjir dan angin
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
| ,u,
Untuk menghindari bencana banjir, penentuan ketinggian lantai bangunan harus dilakukan menurut data banjir tertinggi pada lokasi bangunan tersebut. Struktur bangunan harus diangkat pada batas tersebut. Dengan demikian, banjir tidak akan mengancam fungsi dan aktifitas di dalam bangunan. Namun demikian, pengangkatan lantai bangunan ini harus tidak mempersulit aksesibilitas atau pencapaian bangunan.
Gambar 13-4 Pengangkatan bangunan terhadap muka tanah
b.
Sistem mekanikal bangunan gawat darurat
Bangunan yang ditujukan mampu digunakan pada keadaan darurat harus dapat berfungsi mandiri tanpa harus disuplay dari sistem eksternal. Listrik, air, dan juga telepon harus dapat digunakan ketika jaringan umum sudah tidak dapat berfungsi. Oleh karena itu sistem bangunan harus direncanakan mempunyai generator pembangkit listrik (genset) yang cukup untuk mensuplay semua peralatan dan pencahayaan yang ada. Demikian juga dengan suplay air harus mempunyai sumber air bersih sendiri ataupun sumur air dalam yang mampu menyediakan air dalam jumlah yang mencukupi. Jika tidak memungkinkan, tangki persediaan air harus dibuat dengan kapasitas yang diperhitungkan terhadap lamanya bencana yang akan terjadi hingga kondisi kembal normal. Telekomunikasi juga tidak harus bergantung dengan jaringan telepon ataupun operator komersial. Saluran komunikasi radio diperlukan untuk mendukung cadangan komunikasi jika bencana terjadi.
Selain mempunyai sistem mandiri, bangunan seperti rumah sakit juga harus mempunyai sistem mekanikal yang mampu bertahan pada kondisi bencana. Penggunaan bahan yang tahan terhadap goncangan gempa dan naiknya air banjir juga harus disediakan. Pipa-pipa air sebaiknya tidak menggunakan bahan plastik yang dapat mudah pecah, demikian juga dengan kabel-kabel listrik yang harus dibuat tahan terhadap rembesan air banjir sehingga justeru tidak akan menambah kekacauan akibat konsleeting listrik dan sebagainya.
Untuk menjaga sistem mandiri yang bebas gangguan bencana ini, ruang-ruang sistem harus disediakan pada ruang khusus. Basement adalah ruang yang sering digunakan untuk itu, namun ancaman potensi banjir harus diperhitungkan agar basement terbebas dari genangan air, jika tidak,
188
I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
maka ruang-ruang isban ini justeru harus diletakkan pada ruang yang lebih tinggi dibanding dengan permukaan air tanah.
Gambar 13-5 Peletakan ruang sistem yang aman dari jangkauan baniir pada bangunan gawat darurat
c.
Sistem sirkulasi bangunan gawat darurat
Bangunan yang digunakan untuk kondisi darurat harus menggunakan sistem sirkulasi yang mudah digunakan seperti pada selasar untuk sirkulasi horisontal dan tangga untuk sirkulasi vertikal. pintu utama dan selasar harus dibuat dengan mempertimbangkan aksesibilitas dengan menggunakan roda seperti kursi roda, bed tandu, dan juga alat pengangkut barang. Perbedaan ketinggian selasar harus dibuat dengan menggunakan ramp sudut maksimal 15 derajad (1:20) sehingga alat beroda dapat digunakan untuk mengakses semua ruangan dalam bangunan.
Untuk sirkulasi vertikal, lift adalah alat wajib yang harus disediakan, sehingga pasien berkursi roda ataupun dalam bed dapat dinaik turunkan dengan mudah. Pada sirkulasi vertikal, tangga juga masih diperlukan agar pengguna bangunan tidak semuanya menggunakan lift untuk mengurangi beban operasional bangunan. Pengguna yang mampu menggunakan tangga bahkan disarankan untuk menggunakan tangga untuk satu atau dua lantai naik dan turun. Kemiringan tangga yang berkaitan dengan perbandingan lebar dan tinggi anak tangga harus dirancang aman namun juga nyaman, dalam arti tidak terlalu curam dan juga tidak terlalu landai.
Tangga darurat juga harus disediakan untuk bangunan gawat darurat agar pengguna dapat memungkinkan untuk dievakuasi dengan mudah jika diperlukan. Walapun lift harus dapat difungsikan dalam kondisi darurat dengan menggunakan genset, namun jumlah pengguna yang besar pada bangunan harus dapat diantisipasi dengan tangga darurat yang khusus. Evakuasi pasien yang mampu berjalan harus memungkinkan dilakukan lewat tangga darurat dengan desain tangga yang tidak terlalu curam. Kemiringan tangga berkisar antara 2530 derajat dapat digunakan untuk tujuan ini. Lebar anak tangga minimal 30 cm dengan karet penahan (anti slip) di ujungnya harus dibuat agar keamanan pengguna dapat dijamin.
| ,u,
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
POTONGAN
Gambar 13-6 Sistem ramp pada pintu masuk dan selasar Aksesibiltas bangunan gawat darurat juga harus dibuat agar pintu masuk utama mudah dikenali oleh orang yang sama sekali belum pernah masuk atau mengenali kompleks bangunan. Pintu masuk utama harus dirancang paling mudah terlihat dan juga paling dekat dengan gerbang masuk
ini. Ukuran pintu rnasuk juga harus besar selain untuk fungsi juga dimaksudkan untuk penunjuk visual orang yang isban. Signage atau label penunjuk juga sangat penting pada seluruh site fasilitas
bagian bangunan baik panduan menuju atau meinggalkan ruang tertentu. Tanda-tanda harus dibuat mudah terlihat, terletak di tempat strategis dan bahkan harus terlihat pada kondisi tanpa penerangan sekalipun.
Keamanan bangunan gawat darurat dipengaruhi oleh:
* * *
Sistem struktur yang mampu menahan ancaman bencana teftentu Sistem bangunan yang mampu berjalan tanpa bantuan dari luar Penggunaan yang aman pada bangunan dan site-nya
1e0
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
$
m r$H rt ffi :MT rcI uryr w ffi rcil ffi rffi tH reil m ffi Effi rcil ISET
(ADA compliant) Cambar 13.-7 Berbagai signage pada bangunan gawat darurat
d.
Bahan bangunan gedung gawat darurat
struktur dibanding Selain beton bertulang yang lebih disarankan untuk bahan utama sistem yang digunakan untuk bahan nonbahan bangunan lain seperti dibahas di clepan, bahan-bahan lain dengan kondisi darurat strukturaljuga harus diperhatikan. Ketahanan bahan diperhitungkan berkaitan lain seperti letusan gunung berapi' bencana baik gempa ataupun banjir, dan juga kondisi bencana pada kondisi tersebut, bangunan non-struktural juga dapat mengakibatkan kecelakaan akibat bagian yang ekstrim. bangunan yang jatuh, pecah, ataupun rusak lain akibat kondisi yang berada Pada bangunan rumah sakit, pengguna utama adalah pasien
di kamar perawatan
bagain-bagian bangunan ataupun ruang lain yang posisinya direncanakan tertentu. Penggunaan bencana lainnya yang mudah jatuh, mudah pecah, ataupun rusak akibat 8empa, banjir ataupun pasien harus menggunakan jendela harus dihindarkan terutanra pada ruang-ruang tersebut. Kamar yang tidak terbuat dari kaca lebar yang mudah pecah. Demikian juga dengan
penggunaan plafond Pada ruangan perawatan sebaiknya dihindari agar tidak terdapat resiko plafond jatuh akibat gempa. Demikian juga untuk elemen arsitektural seperti lampu, kipas angin, AC dan sebagainya harus dijauhkan dari posisi tempat tidur pasien dan juga ruangruang lain yang berhubungan dengan pengguna pada umumnYa.
Berkaitan dengan bencana banjir, bahan bangunan terutama pada lantai bawah bangunan harus mampu menahan air dan desakan arusnya. Pengunaan
Cambar 13-B Cbr. Layout ruang perawatan Yang terbebas dari Pecahan kaca
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
| ,,,
dinding yang kedap air tidak cukup hanya dipasang pada dinding bagian bawah, tetapi juga pada seluruh dinding pada lantai dasar. Untuk menghindari arus air, dinding beton bertulang harus dipasang sebagai penahan air pada sisi tertentu bangunan yang diperkirakan sebagai arah datangnya air.
g ro c6
(}
.=
o E
o
3 .E
E
o
Gambar 13-9 Dinding beton pada lantai dasar
13.1.2 Fungsi Penyelamatan dan Keamanan Bangunan termasuk dalam kategori ini adalah bangunan rnarkas atau kantor pemadam kebakaran dan kantor polisi. Selain pada keadaan normal, kedua institusi ini'paling berperan dalam kondisi khusustertentu atau kejadian bencana. Oleh karena itu, selain fasilitas pengobatan dan perawatan di atas, kantor pemadam kebakaran dan polisi harus dirancang mampu bertahan dan masih berfungsi. Dengan demikian penyelamatan dan pengaturan suatu kejadian di wilayah kejadian bencana dapat tetap dilakukan.
ini hal-hal yang harus diperhatikan selain aspek-aspek yang sama pada bangunan gawat darurat diatas, juga memperhatikan aspek lain yang meliputi: pola alur sirkulasi keluar dan Pada fungsi
masuk serta konfigurasi ruang dan bangunan.
a.
Pola alur sirkulasi
Untuk dapat melakukan fungsi penyelamatan dan pengamanan, terutama pada kasus khusus seperti bencana dan kerusuhan, pemadam kebakaran dan juga polisi harus mampu bergerak secara bersama dalam jumlah besar dan dengan waktu yang singkat. Pola sirkulasi ini harus dirancang baik pada ruang luar ataupun di dalam bangunan. Pada ruang luar, kaitan antara ruang parkir kendaraan dan jalan keluar site harus diatur langsung tanpa hambatan. Penggunaan jalur akses keluar ini harus dibuat khusus dan dipisahkan dari akses keluar masuk yang bukan gawat darurat seperti main entrance, ruang parkir mobil staff dan sebagainya.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
1s2 i
P6rkir kendarJan
c'l{rasioM!
P3.lr keo{arsa,i $igril:icnal Parttr pulrlh
Masuk
ff'
Keluar
{}
Gambar 13-10 Zonning dan peletakan alur sirkulasi gawat darurat Pada sirkulasi dalam ruangan pada bangunan bertingkat, tangga harus dibuat untuk orang dalam
keadaan lari sehingga dibutuhkan lebar anak tangga yang lebih sehingga sebagai akibatnya jalur tangga akan bertambah panjang. Sebagai alternatifnya, penggunaan short cut access seperti pada lubang pelat lantai dengan pipa khusus untuk melompat ke lantai bawah juga sering diterapkan pada kantor pemadam kebakaran dan juga kantor polisi.
Akses Pintas operasional
Gambar 13-11 Short cut access pada kantor pemadam kebakaran dan kantor polisi
d.
Konfigurasi ruang dan bangunan
Berkaitan dengan pola sirkulasi masal pada proses keluarnya pasukan pemadam kebakaran ataupun polisi, pada sitenya, bangunan dengan fungsi ini harus di atur agar zona publik dan zona pasukan dibedakan. Demikian juga dengan pola sirkulasinya yang tidak boleh disatukan.
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
I ,,,
Pada bangunan, harus dibedakan juga penggunaan ruang pada lantai atas dan bawah (dasar)
bangunan. Personil pasukan dan staff administrasi harus diletakkan berbeda dengan meletaklcan pasukan di lantai dasar karena berkaitan dengan operasional atau pengiriman pasukan yang harus dilakukan dengan cepat. 13.1 .3 Fungsi Pertahanan dan Pemerintahan Bangunan dengan fungsi pertahanan dan pemerintahan ini meliputi kantor kantor pemerintahan dan angkatan bersenjata. Jenis bangunan ini juga harus diperhatikan hampir sama sepefti kantor polisi dan pemadam kebakaran di atas" Namun demikian, fungsi ini juga harus diperhatikan terutama pada
kondisi darurat perang yang mungkin terjadi. Dengan demikian fungsi bangunan dapat menjamin berlangsungnya pemerintahan suatu wilayah atau negara. Pada fungsi ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah meliputi pada semua aspek-aspek di atas. Selain ruang-ruang kornando/pimpinan, ruang-ruang khusus penyimpan dokumen penting adalah ruang yang paling diutamakan aman.
13.2 Bangunan dengan Kondisi Lingkungan Fisik Khusus Selain fungsi, kondisi lingkungan sekitar di mana bangunan didirikan juga akan sangat berpengaruh terhadap rancangan bangunan. Kondisi lingkungan terutama yang berkaitan dengan lingkungan fisik alam seperti pada kondisi kontur, kandungan air dan batu pada tanah, serta kedekatan dengan bentuk permukaaan selain tanah seperti laut, danau ataupun sungai.
13.2.1 Bangunan di Lereng Lereng adalalr tanah dengan kemiringan tertentu mulai dari kemiringan landai hingga curam
yang terdapat pada sisi bukit atapun pegunungan. Pada site dengan berbagai tingkat kemiringan, peletakan bangunan dapat dilakukan dengan atau tanpa merekayasa site terlebih dahulu. Rekayasa site pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan tanah yang datar untuk lantai bangunan. Ada beberapa strategi agar didapatkan permukaan datar tersebut yaitu dengan cara menggali tanah, mengurug tanah, ataupun perpaduan dari keduanya. Setelah proses ini dilakukan, baru dibangunlah gedung di atas tanah yang sudah datar tersebut.
Gambar 13-12.Tiga ienis rekayas site; cut, fill, cut and fill
1s4
a.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Menggali lereng (Cut)
Cara mendapatl
lereng.
,'-) ", Patensi lorgsor
Gambar13.13Met'odaCUtdanperkuatanyangdiperlukan
f.
Mengurug lereng (Frl/)
Kebalikan dari metode cut di atas, cara mengurug atau fill dilakukan dengan cara mengurug ini biasanya dilakukan site yang berada di lereng hingga permukaannya menjadi rata. Mengurug site jalan' pada sisi jalan di lereng pada sisi rendah/jurang agar permukaan sama dengan
Site dengan bentuk Permukaan miring dapat didesain dengan: * Cut
* * *
Fill Cut and Fill
Natura/ s/ope
Merancang Bangunan Pada Kondisl Khusus
| ,r'
Keuntungan meratakan site dengan cara mengurug ini adalah kebalikan dari cara cut di atas. Site relatif tidak mendapatkan potensi ancaman dari rubuhnya tanah yang dipotong di atas bangunan. Namun demikian, potensi longsor akibat kegagalan bukit ataupun gunung secara makro tentu akan tetap ada.
Gambar 13-14 Metoda fill dan perkuatan yang perlu diberikan
Kerugian yang ada adalah dengan dibutuhkannya pondasi penahan tanah urug pada sisr :,.,,,,., site dan juga diperlukan tanah untuk mengurug lereng ini. Selain itu, tanah urug ini akan men-=' -,,.
waktu yang lama untuk memadatkan lapisan tanah baru, atau dilakukan dengan teknik p€-:,i. , yang akan memakan beaya yang tinggi. Jika tidak, maka dikhawatirkan lapisan tanah baru - :.., amblas dan mungkin juga longsor jika dinding penahan tanahnya tidak cukup mampu ^-:,c:-. tanah dan juga air jika hujan turun. Oleh karena itu pondasi yang digunakan juga lebih da ;-
i.
Menggali dan Mengurug lereng (Cut and Fill)
Sebagai perpaduan antara cara cut dan filldi atas adalah dengan cara menggali ser.:,mengurug sebagian site sehingga tidak terdapat tanah yang dibuang ataupun dibutuhkar untuk meratakan tanah. Cara ini disebut sebagai metode cut and fill yang dianggap =. --
:.-.: tanah urug, pondasi penahan tanah yang tidak tinggi dan -"^.
karena tidak memerlukan ancaman longsoran tanah di atasnya yang relatif lebih kecil. Cut and fill banyak dis:.=.=- mengatur lereng yang lebar menjadi bagian-bagian kecil site datar sehingga membent,-. r,-:.; terasering atau tanah berundag. Tanah berundag ini tentu akan menahan aliran air pe.---.;i- :iar debit aliran tidak tinggi sehingga tanah subur di permukaan lereng dapat dipertahanka:
1s6
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Ianah dipindah /' ,,--- ! ' (-*,/
-
Cambar 13-15 Metoda Cut and fill dan perkuatannya Salah satu kerugian cara ini adalah kurang dapat diterapkan pada sisi jalan karena hasilnya masih akan berbreda ketinggian dengan permukaan jalan tersebut. Dengan demikian posisi bangunan
tidak akan mudah diakses dari jalan tersebut.
j.
Tanpa proses rekayasa site
Site lereng juga dapat digunakan tanpa harus menggunakan ketiga metode di atas. Cara ini dikenal dengan cara yang lebih alami karena tidak dilakukan penggalian atau pengurukan sama sekali. Sebagai gantinya, pelat datar bangunan dibuat diatas tiangtiang pondasi di atas site lereng yang miring. Keuntungan tanpa proses cut atau fillini adalah dengan terjaganya lereng secara alami. Dengan cara ini semua aspek alami lereng yang berkaitan dengan lapisan tanah subur, aliran air, vegetasi tanah, bahkan ekosistem lahan dapat dipertahankan. Satu-satunya kekurangan yang timbul adalah dengan diperlukannya pelat lantai seperti pada lantai bangunan bertingkat pada lantai dasar. Dengan
demikian, struktur dan konstruksi bangunan memerlukan struktur yang lebih besar dibanding ketiga cara di atas. Sebagai akibatnya, tentu harga konstruksi akan menjadi lebih mahal.
Pondasi adalah aspek penting pada berbagai jenis tanah dan kemiringannya karena berfungsi untuk:
* .:. *
;
Menopang beban bangunan agar tidak amblas Menopang berdirinya bangunan agar tidak ambruk Memperbaiki daya dukung tanah
"""*;"r,-r-",iil ffi;i],n
r"n,", bangunan
* ,,,
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
pansuung
Tanpa perubahan lereng
Cambar 13-16 Metoda alamiah site tanpa rekayasa Pada bangunan bertingkat, strategi split levelyaitu dengan membuat ketinggian yang berbeda antara ruangsatu dengan ruang lain dalam satu lantaidapatdilakukan. Perbedaan split level initentu disesuaikan dengan luas ruangan dan kemiringan site lereng yang digunakan. Pada kemiringan yang mendekati 45 derajad bahkan dapat dilakukan perbedaan lantai untuk ruangan yang berbeda.
Pondasi yang diperlukan pada bangunan yang terletak di lereng pada umumnya pondasi titik yang dipasang pada kedalaman tertentu sehingga mampu menahan bangunan agar tidak berjalan atau longsor searah lereng bukit atau gunung. Pada lereng yang mempunyai lapisan tanah keras berbatu sekalipun, pondasi titik sebagai tiang pancang tetap diperlukan walaupun dipasang pada kedalaman yang dangkal.
Gambar 13-17 Potongan split level bangunan
1eB
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
*
13.2.2 Bangunan di Pantai yang hampir sama dalam Bangunan yang terletak di tepi pantai juga mempunyai karakter kondisi pantai tentu hal jenis kemiringan yang mungkin sama dengan lereng. Namun demikian, pada lereng gunung lebih banyak berbeda dengan lereng dalam hal perbedaan sifat alamiahnya. Jika maka pada site di pantai, memperhatikan kontur tanah yang berkaitan dengan bahaya longsor, pertimbangan utama. potensi ancaman angin dan ombak tinggi atau bahkan tsunami harus nrenjadi pada site pantai, kondisi tanah akan bervariasi dari tanah lembek hingga tanah padas berbatu.
pondasi yang digunakan pada bangunan tepi pantai tentu harus menyesuaikan kondisi tanahnya' pada tanah lembek, bangunan harus dihindarkan agar tidak amblas dengan menggunakan pondasi jumlahnya. Sebaliknya, pada pantai yang tiang pancangyang mencukupi baik kedalaman ataupun posisi bangunan agar berpadas, pondasi juga harus dimasukkan ke dalam tanah untuk menjaga tanahnya yang tidak bergeser dari tempatnya walaupun bangunan tidak mungkin amblas karena sangat keras.
Lapisan tanah keras Cambar 13-18 Pondasi bangunan tepi pantai atau rawa 13.2.3 Bangunan diTanah berawa pada kasus tanah berawa, masalah utama adalah pada daya dukung tanah yang kurang (< lkgi Permasalahan cm2). Semakin banyak kandungan air, maka tanah semakin berkurang daya dukungnya. mengimbangi pondasi untuk utama pada bangunan, terutama bangunan bertingkat adalah pada luas dan beban bangunan terhadap tumpuan pondasi. Oleh karena itu pondasi yang luas sepanjang
ini. selebar bangunan atau pondasi rakit sering dipakai untuk bangunan di tanah berawa Semakin tinggi bangunan atau semakin banyak lantai akan menyebabkan semakin besar beban yang harus disalurkan ke dalam tanah dan semakin luas pula pondasi bangunan yang harus dibuat' untuk Untuk menghindari amblasnya bangunan tersebut, digunakanlah tiang pancang yang berfungsi Panjang berawa. tanah meneruskan beban hingga lapisan tanah keras yang ada di bawah lapisan
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus atau dalam pondasi tiang pancang ini tergantung pada kedalaman lapisan tanah kerasnri -.", bangunan yang lebih sederhana, tiang pancang ini dibuat dengan menggunakan batans-:.. ,."kayu yang dipancangkan ke dalam tanah. Semakin banyak tiang pancang yang ditancapi":,,., memperbesar daya dukung tanah karena friksi atau gesekan tiangtiang pancang tersebut r:- * tanah.
13.2.4 Bangunan pada Jenis Tanah yang berbeda Pada jenis tanah yang berbeda, bangunan akan mempunyai perbedaan pada sistem p - -
yang digunakan. Selain tergantung pada berat bangunan, beban yang disangganya, dan keri-.: bangunan, pondasi juga sangat dipengaruhi oleh jenis tanah ini. Tabel 13-1 Klasifikasi tanah menurut FEMA (FEMA 3t 0) Klasifikasi Tanah
Jenis Tanah
Kecepatan rambat gelombang geser
A
Hardrock
)
B
Rock
2500-500 f/sec
C
Verydense soil
'1200-2500
5000 fi/sec
ftlsec
> 2000 psf D
Stif soil
Clay
600-1200 ftlseec 1 000-2000 psf ) 49% water < 600 ftlsec 500 psf
< Very Sott soil
Pada tanah keras dengan daya dukung )1kg/cm2, pondasi untuk bangunan bertingkat rendadapat menggunakan jenis pondasi telapak (footplate) yang dikombinasikan dengan pondasi mener_:
untuk menyangga dinding. Akan tetapi pada tanah lunak, pondasi rakit dan atau tiang pancans diperlukan untuk memperbesar daya dukung tanah.
13.3 Bangunan di daerah Rawan Bencana Indonesia dengan lokasi geografis garis katulistiwa yang terletak di antara dua samudera dan dua benua di samping memberikan keindahan dan kesuburan tanah tropis, banyak mengandung potensi ancaman bencana. Bencana tersebut terutama adalah gempa bumi dan letusan gunung berapi karena posisi negeri yang terletak di cincin api ring of fire yaitu sebuah garis area pertemuan lempene benua Eurasia dan Australia. Dari pertemuan dua lempeng benua inilah juga telah
menyebab^aribuan pulau di Nusantara terbentuk sebagai akibat dari desakan kedua benua tersebut. Lebih iice.
2oo
&
N4erancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
*
juga untungnya lagi, garis utama cincin api ini berada di lautan. Sehingga sering pula gempa bumi diikuti oleh tsunami iika sumber gempa berada di lautan dan dengan kekuatan besar dan lokasi dangkal.
't
,'
t Gambar 13-19 Pertemuan pelat bumi dan cincin api (courtesy: NASA) potensi bencana yang lain sebagai akibat letak geografis diantara dua samudera yang merupakan bentuk masiv dari air adalah banjir dan badai. Hujan lebat sebagai hasil dari kumpulan uap air di juga sangat berpengaruh daerah katulistiwa sering mengakibatkan banjir. Banjir dan angin kencang terhadap bangunan, apalagi bangunan bertingkat'
13.3.1 Daerah Rawan GemPa Bumi Hampir semua wilayah di lndonesia kecuali sebagian besar Kalirnantan adalah daerah dengan potensi gempa bumi. Dalam sejarah, gempa telah sering terjadi di sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi, hingga ke Papua' Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Bencana gempa bumi telah banyak menelan ribuan korban yang sebagain besar bukan disebabkan oleh gempa secara lamngsung namun oleh gagalnya atau rusaknya bangunan. Oleh karena itu ketahanan bangunan terhadap ancaman gempa bumi di lndonesia sangat perlu untuk diperhatikan. pada prinsipnya, bangunan yang lebih mampu bertahan dari goncangan gempa bumi adalah bangunan atau struktur ringan dengan konstruksi bahan bangunan yang ringan seperti kayu dan atau baja. Bangunan ringan dalam hal ini lebih diutamakan karena fleksibilitas sistem strukturnya dan (gaya samping) dari berat bangunan yang hanya sedikit menambah potensi guling akibat gaya lateral gempa. Semakin besar berat masa bangunan, semakin besar pula potensi beban terhadap gaya lateral.
I ,0,
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
Di samping itu, keruntuhan bangunan-bangunan yang lebih ringan akan menimbulkan korban yang relatif lebih rendah.
'*-"----"-" PETA
TOI{A'I GTMPA
"-1
IiIDONESIA
i
J'. Gambar 13-20 Peta zonasi gempa lndonesia (Kementrian PU lndonesia 2010)
Walupun demikian, struktur beton bertulang tetap dapat digunakan dengan catatan telah diperhitungkan terhadap potensi gempa ini. Sayangnya, banyak dari desain ataupun pelaksanaan lapangan dari bangunan beton bertulang kurang memperhatikan potensi ancaman gempa bumi ini. Selanjutnya, prinsip untuk desain tahan gempa khususnya pada sistem struktur utama pada intinya adalah kesederhanaan struktur. Struktur yang sederhana adalah struktur yang ditandai dengan menggunakan jalur penyaluran beban yang tidak terganggu, menerus dan langsung pada sistem struktur bangunan untuk transmisi beban gempa ke dalam tanah. Kolom-kolom pada bangunan tidak boleh terputus secera vertikal baik oleh penghilangan kolom atau perpindahan lokasi kolom pada salah satu lantai bangunan bertingkat.
a.
Kesederhanaan dan bentuk simetri
Kesederhanaan dalam denah, tampak, dan tata letak elemen struktur yang simetris adalah kunci agar perilaku bangunan ketika mengalami beban gempa dapat bekerja secara seragam, dalam arti
tidak ada bagian-bagian bangunan yang akan mengalami beban yang berlebihan dibanding dengan bagian lain. Kesederhanaan ini meliputi penggunaan bentuk grid struktur pada denah, penggunaan denah atau bentuk bangunan yang simetri serta pengaturan titik berat pada bangunan yang tidak terlalu melebar dari titik tengah bangunan.
202
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
!
Gambar 13-21 Kesederhanaan struktur
II I:
K€cedefhsnadnl . Denah - Bentuk - Grld skukl,rr - Tbmpah " Fotongan
Kerumitan: - Oensh - Benluk - Grid slruktur
*Bmpqk
- Potofigsn
Gambar 13-22 Kesederhanaan denah dan bentuk bangunan
b
Kekakuan segala arah
Struktur bangunan harus memiliki kemampuan untuk menahan kekuatan lateral horisontal untuk setiap arah. Hal ini pada dasarnya dapat diantisipasi dengan penggunaan kolom yang kuat serta
1#
&
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
| ,0,
pengaturan agar kolom dan balok dapat bekerja sekaku mungkin (monolit_rigrd) untuk menghindari kemungkinan berubahnya konstruksi struktur bangunan. Penggunaan dinding kaku atau sistem bracing dengan batang diagonal adalah solusi yang dianjr.;rkan dalam kekakuan horisontal bangunan.
IT
:t
rt
ll
Ferlgir;kuan l{$fi silr,!{al - Kol&m,it,*l0k k*ku - Difidrfili geser
P*ngkakuan hffi*$nlai .
Kslorrtlili$k fuk$ib*l
- tsrar.:ing
Cambar 13-23 Kekakuan horisontal
c.
Kekakuan puntir
Komponen yang paling penting untuk menahan beban gempa adalah selubung bangunan. Efek puntir akibat gempa terjadi maksimal pada selubung bangunan ini. oleh karena itu, selubung bangunan harus dibuat kaku agar tidak mudah mengalami gaya puntir yang besar sehingga merusak bangunan. Fasad bangunan yang menjadi satu dengan sistem struktur baik melalui penggunaan dinding geser ataupun bracing juga dimaksudkan untuk mengantisipasi efek torsional ini. Demrkian juga dengan bentuk denah sederhana serta simetri serta tidak berjarak jauh dengan titik berat denah bangunan. Prinsip utama bangunan aman gempa:
* i. * * *
Denah sederhana (menghindari bentuk rumit T, L, H, +) Tampak sederhana (menghindari selubung bangunan tidak seragam) Potongan sederhana (menghindari ketidak menerusan elemen vertikal) Struktur kaku namun fleksibel (menghindari perubahan bentuk yang tinggi namun mampu bereaki dan kembali ke bentuk semula) Material ringan (tidak membebani bangunan sehingga berpotensi menambah beban)
I il
204
I
lv4 e r a n
ca n g B an gu n a n Ce d u n g B e rti n
gkat
Re n d ah
I t Ij
Dinding g€ssr
II ot
€c 6
Bracing
€)
0 (,t l,) ,5
II d
J.
-L:.= o G
Dlnding geser
Bracing
Dinding geser pada ompat ar6h simelris
Bracing pada 6mpat arah simotris
Gambar 13-24 Kekakuan terhadap gaya puntir (torsional)
d.
Lantai yang kaku
Kekakuan lantai dan atap juga sangat membantu bangunan gedung dari gaya-gaya gempa. Sistem lantai dan atap harus didesain cukup kaku dengan sambungan yang tepat dengan sistem struktur vertikal dalam rangka untuk menahan setiap gaya-gaya lateral. Pelat lantai dan atap yang monolit dengan rangka bangunan akan sangat membantu kinerja bangunan terhadap gempa.
Pengkakuan Horisontal: - Pelat lantai kaku - Pelai atap kaku
Pengkakuan horisontal: - Pelat lantai dengan bracing - Pelat aiap dengan bracing
Gambar 13-25 Pengkakuan pelat lantai dan pelat atap
i
;
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
X
,0,
13.3.2 Daerah Rawan Tsunami Tsunami adalah melupanya air laut ke daratan (pantai) akibat energi gempa yang terjadi di tengah lautan. Namun tidak semua kejadian gempa bumi selalu disertai dengan tsunami. Hanya gempa bumi yang terjadi di lautan dengan sumber gempa dangkal dan kekuatan besar (di atas sekitar 7 SR) saja lah tsunami mungkin terjadi. Di Indonesia, tsunami sering terjadi bahkan sebagai negara yang paling banyak mengalami tsunami dengan jumlah korban besar. Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 adalah contoh tsunami terbesar di dunia yang menelan kurang lebih 200.000 jiwa di lndonesia saja (Aceh dan sekitarnya). Bahkan karena besarnya energi, tsunami ini jauh bergerak ke negara-negara Thailand, Srilanka, India hingga mencapai daratan Afrika (Somalia) dan menelan ratusan ribu korban lainnya hingga 400.000 jiwa. Tsunami terjadi di daerah tepi pantai, sehingga hanya bangunan yang berada di lokasi dekat dengan laut sajalah yang paling besar berpotensi terkena tsunami. Sifat tsunami adalah berupa terjangan air laut pada bangunan oleh karena itu beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan:
a.
Lokasi bangunan
Pada daerah dengan potensi tsunami tinggi, garis sempadan pantai harus dibuat sejauh mungkin dengan garis pantai. Walaupun gelombang
air tsunami tetap mungkin mencapai bangunan, namun energi yang dibawanya telah mengalami penyusutan akibat jarak dan benda di sekitar pantai seperti pohon dan bebatuan.
Jika pantai juga
mempunyai tebing perbukitan, maka Iokasi yang terletak di perbukitan ini akan sangat
ideal digunakan sebagai site bangunan. Sehingga jika terjadi tsunami, bangunan akan terhindar. Untuk menentukan batas ketinggian tsunami, tsunami tertinggi yang pernah terjadi seperti di Aceh (setinggi rata-rata lebih dari 7 meter) mungkin dapat digunakan.
Gambar 13-26 Lokasi bangunan terhadap garis pantai
206
b.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Struktur berat
Jika gempa bumi lebih baik diantisipasi dengan struktur ringan, maka tsunami lebih ideal dihadapi dengan struktur berat. Struktur berat beton akan mampu bertahan terhadap gempuran ombak dibanding struktur ringan kayu ataupun baja yang akan mudah hanyut disapu ombak tsunami. Disamping itu, tingkat korosi yang besar di tepi pantai tidak cocok untuk bangunan ringan baja dan juga kayr,r.
c.
Bangunan dengan lantai panggung
Untuk menghindari terjangan ombak tsunami, jika tidak dimungkinkan terdapat lokasi yang lebih tinggi, maka struktur bangunan itu sendiri harus ditinggikan. Bentuk rumah panggung dalam hal ini sesuai dibangun di area pantai, Sehingga terjangan ombak tsunami dapat diteruskan melalui kolong bangunan. Ketinggian kolong bangunan ini sangat penting untuk diperhatikan berkaitan dengan tinggi ombak tsunami yang mungkin datang'
Gambar 13-27 Struktur bangunan panggung untuk tsunami
Bangunan yang aman dari bencana air (tsunami dan banjir) harus memenuhi:
+ * ,,
Lokasi yang aman Bertahan pada posisinya (struktur berat)
Ditinggikan dari permukaan air normal (panggung, bertingkat)
Merancang Bangunan pada Kondisi Khusus
| ,0,
Untuk menjaga agar tidak terjadi efek soft story atau lantai dasar yang tidak berdinding pada rumah panggung, kolom-kolom atau penopang lantai bangunan dapat diperbanyak. Atau dengan cara lain, bracing juga dapat dipasang untuk membuat struktur bangunan menjadi kaku.
13.3.3 Daerah Rawan Banjir Baniir adalah kejadian bencana yang sering juga terjadi di rndonesia sebagai negara dengan curah hujan yang tinggi. Bencana banjir tidak saja ,"ng"kibutkan terendamnya bangunan, tetapi juga melembeknya lapisan tanah yang jenuh dengan air. serain L"rr..,i"rJffi orru dukung tanah, kemungkinan banjir yang disenai tanah longsorluga sangat mungkin terjadi jika bencana terjadi di daerah lereng di sekitar bukit atau gunung.
a.
Pada kasus bangunan di daerah rawan banjir, struktur bangunan harus dihindarkan dengan cara:
Lokasi aman banjir
Lokasi banjir pada umumnya terletak di sepanjang daerah sempadan sungai dan sekitarnya. Banjir juga bisa ter.iadi pada daerah dataran rendah di bawah pegunungan atau perbukitan. Ketinggian permukaan tanah yang lebih rendah dari muka air laut juga dapat menyebabkan banjir air laut (rob). Lokasi-lokasi tersebut sangat tidak disarankan sebagai tokaii site bangunan. Namun jika tidak terdapat alternatif lain' maka cara yang dapat ditempuh adalah dengan merekayasa struktur bangunan agar aman terhadap bahaya banjir yang mungkin terjadi.
b.
Bangunan berat
Bangunan berat seperti mengggunakan sistem struktur beton bertulang dan dinding batu bata akan lebih ideal jika dibanding dengan struktur ringan kayu ataupun baja. struktur berat ini, sepefti juga pada bangunan tepian pantai untuk tsunami di atas, akan lebih mampu bertahan dari sapuan
banjir dengan arus yan8 keras. Disamping itu, kayu dan baja juga relatif tidak tahan jika sering berhubungan langsung dengan air.
c.
Struktur bangunan bertingkat
Banjir mempunyai
ketinggian tertentu menurut data statistik pada suatu kota/wilayah. pada lokasi tersebut, bangunan harus dibuat setinggi mungkin untuk menghindari genangan air. Bangunan panggung atau bangunan bertingkat dan juga bangunan dengan loteng pada bagian atas bangunan diperlukan sebagai tempat penyelamatan darurat sementara terhadap bahaya bencana banjir.
v { rl
i
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
2oB I
Rumah tranggung
Rurnah Bertingkat
Rumah Loteng
Gambar 13-28 Bangunan bertingkat untuk evakuasiterhadap banjir
13.3.4 Daerah Rawan Bencana Lain Bencana lain yang mungkin terjadi di lndonesia adalah berkaitan dengan letusan gunung berapi, tanah longsor, dan angin ribut. Letusan gunung berapidapat mengakibatkan bencana awan panas (wedhus gembel),lahar panas dan lahar dingin. Awan panas relatif susah untuk diantisipasi pada bangunan normal kecuali dengan
konstruksi bangunan dalam tanah (bungker) yang dilengkapi dengan sistem pengudaraan mandiri. Lahar panas dan lahar dingin biasanya terjadi di daerah aliran sungai dari puncak gunung menuju daerah-daerah di bawahnya. Bangunan-bangunan di tepian sungai adalah objek yang rawan terhadap bahaya lahar ini. Lahar dingin bahkan dapat menjadi ancaman banjir yang disertai luapan material vulkanik pada daerah yang jauh dari puncak gunung berapi. Untuk mengatasinya, diperlukan strategi yang hampir sama pada bangunan untuk bencana banjir di atas. Tanah longsor adalah bencana akibat luruhnya lapisan tanah di lereng pegunungan yang pada umumnya sebagai akibat guyuran air hujan yang deras dan waktu yang lama. Tanah longsor ini dapat menggerakkan lereng gunung beserta segela sesuatu di atasnya termasuk bangunan. Untuk mengatasinya', lokasi di sekitar alur sungai harus dihindari. Disamping itu, pondasi dalam yang dimaksudkan untuk mengaitkan bangunan pada tanah harus dilakukan. Pada bencana angin ribut, topan, dan badai, desain pada bagian atas bangunan lebih diutamakan
walaupun pondasi juga berperan untuk menguatkan posisi bangunan. Atap dan bangunan yang tidak terlalu tinggi serta bentuk-bentuk bangunan yang sederhana lebih dianjurkan agar angin tidak terhambat oleh bangunan yang dapat menyebabkan robohnya bangunan. Elemen-elemen arsitektural yang tahan jatuh atau pecah serta meminimalkan penggunaan bukaan kaca adalah cara terbaik untuk
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
| ,0,
menghindari bencana lanjutan yang ditimbulkan oleh angin ribut. Jika angin ribut sangat kuat, maka basement atau bungker juga harus dibuat untuk menghindari terbangnya bangunan. oleh karena itu bangunan berat dengan menggunakan beton bertulang juga lebih disarankan agar bangunan tidak terbawa oleh angin.
13.4 Aksesibilitas pada Bangunan Aksesibilitas adalah permasalahan bangunan yang semakin dipersyaratkan dalam bangunan yang dibangun sejak kurang lebih sepuluh tahun terakhir ini. lsyu ini menjadi sangat penting berkaitaf dengan persamaan hak bagi orang-orang yang mempunyai keterbatasan (cacat fisik). pada prinsipnya,
semua bangunan publik harus dapat diakses oleh semua orang termasuk bagi para penyadang keterbatasan ini (drssability persons). Bagi sebagian besar negara di dunia, akesibilitas adalah bagian wajib untuk mendapatkan perizinan sebuah bangunan. 'l
3.4.1 Definisi Aksesibilitas
Aksesibilitas pada bangunan adalah standar minimal yang harus dipenuhi oleh desain bangunan. salah satu peraturan tentan8 ini telah dibakukan oleh Amerl cans with Disabilities Act of t gg0 (ADA) oleh pemerintah Amerikatahun 2010. Peraturan ini membahas hal-hal makro hingga mikro seperti misalnya bagaimana site bangunan harus dapat diakses secara berkelanjutan tanpa terputus hingga ukuran ramp pejalan kaki dengan kemiringan maksimum 1:20. 1
3.4.2 Persyaratan Standar Minimal Aksesi bil itas
Persyaratan minimal pada standar aksesibilitas secara gans berdasarkan ADA adalah sebagai berikut:
a.
Aplikasi Umum Secara umum aksesibilitas digunakan untuk: Semua bangunan baru harus mengikuti persyaratan minimal aksesibilitas untuk semua orang termasuk penyandang cacat.
o r
o
Penggunaan standar ini didasarkan pada jenis dan fungsi bangunan terlebih seperti pada restoran, kantin, fasilitas kesehatan dan perawatan, perdagangan, perpustakaan, ruang penyimpanan, dan ruang transportasi umum. RuanS-ruang yang hanya dapat dimasuki oleh pekerja juga harus dapat dimasuki oleh pekerja dengan keterbatasan ini (disabilities) sehingga mereka dapat masuk, menggu_
nakan, dan keluar dengan mudah
Peryaratan aksesibilitas ini juga berlaku untuk bangunan permanen khususnya bangunan non permanen yang digunakan dan diakses oleh orang banyak.
210
b.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
Aksesibilitas Ruang Luar
Untuk ruang luar, persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
o o o o o
Minimal harus ada satu rute aksesibilitas sesuai standar yang harus disediakan di sekitar site ke pintu dari tempat pemberhentian transportasi umum, tempat parkir, dan darijalan umum masuk utama bangunan Minimal harus ada satu rute aksesibilitas yang menghubungkan bangunan dengan fasilitas aksesibilitas lain pada site yang sama yang mudah digunakan Semua elemen pada jalur aksesibilitas harus sesuai dengan standard oleh orang dengan kursi roda dan alat bantu lain permukaan jalur aksesibilitas harus dapat diakses dengan kemiringan ramp tidak lebih dari 1:20 dengan tanda Yang jelas persyaratan minimal ruang aksesibilitas terhadap jumlah pengguna kendaraan menurut ruang parkir adalah sebagai berikut:
o
26-50 51 -75
2
76 - 100 101 - 150 151 -200 201 - 300 301 - 400 401 - 500 501 - 1000 Lebih dari 1000
4
3
5
6 7 B
9
2 % hingga 20 buah Lebih dari 20 buah Satu setiap 100 Parkir
minimal satu Fasilitas toilet yang juga dapat diakses dissability persons harus disediakan pada site bangunan
Tandatanda bangunan (buitding signage) harus dibuat sejelas mungkin dan diletakkan
di site dan semua lantai pada tempat yang paling strategis 'lg.4.g Persyaratan Bangunan Baru dengan Aksesibilitas
o .
pada bangunan baru persyaratan yang harus dipenuhi dalam desain adalah sebagai berikut: Minimal satu rute harus disediakan untuk menghubungkan semua fasilitas kompleks bangunan ukuran agar Semua benda yang melintang pada rute sirkulasi harus diperhitungkan berdasarkan
tidak menghambat kendaraan hingga kursi roda'
| ,r''
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
Permukaan tanah dan lantai harus mempunyai kelandaian yangtidak membahayakan penyandang cacat dan kendaraannya sefta menggunakan ramp untuk setiap perubahan ketinggian permukaan
yang signifikan
a a a
. o o
Tangga interior dan eksterior yang menghubungkan lantai bangunan bertingkat yang tidak menggunakan elevator (lift) atau ramp harus dapat diakses oleh penyandang cacat dengan kemiringan yang tidak terlalu tajam dan menggunakan pegangan handrail untuk keselamatan Minimal satu Iift penumpang harus disediakan pada bangunan bertingkat banyak. Jika lebih dari satu elevator yang digunakan, paling tidak satu dikhususkan untuk penyandang cacat. Pintu utama bangunan harus mudah dibuka oleh penyandang cacat baik dengan roda, penyangga tubuh, atapun tanpa penglihatan tanpa bantuan orang lain. Pada pintu-pintu lain, ukuran dan pegangan juga harus disediakan untuk penyandang cacat. Pada bangunan baru, pada bangunan umum paling tidak 500/o pintu harus menggunakan prinsip aksesibilitas ini Pada bangunan publik, pintu aksesibilitas keluar juga harus disediakan sejumlah sama dengan pintu masuk untuk alasan keselamatan jika terjadi kondisi darurat. Kran tempat minum umum juga harus dapat dengan mudah diakses oleh pengguna kursi roda Tempat-tempat penyimpanan harus dapat dikases oleh penyandang cacat Sistem peringatan bahaya harus dibuat dengan dua cara visual dan suara untuk semua ruang termasuk di ruang tidur. Sistem peringatan khusus hanya digunakan atau dipasang pada ruang-ruang tertentu yang berkaitan Building Signage atau tanda-tanda di luar dan dalam bangunan harus dibuat dengan jelas yang mempertimbangkan penyandang cacat termasuk tuna netra dengan sistem suara dan tanda tiga dimensi yang dapat dirasakan. Alat telekomunikasi antar ruangan dalam bangunan harus disediakan dalam bangunan yang memungkinkan untuk digunakan penyandang cacat 5% dari tempat duduk umum harus disediakan untuk penyandang cacat Standar penyediaan kursi pada ruang pertemuan adalah sebagai berikut: Kapasrtas ruang pertemuan
Persyaratan penyediaan tempat untuk kursi roda
4-25 26-50
2
51 - 300 301 - 500 Lebih dari 500
o
4 6
Bertambah satu setiap pertambahan 100 kursi
Jika terdapat mesin anjungan ATM, ruang ATM harus dapat digunakan penyandang cacat dan pengguna kursi roda. Pintu ATM juga harus dapat dibuka dalam kondisi tersebut.
212
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
+ -1l_
&la
EIE rls
il!E Els
*lt I
I
36
n'rn
I
I
-
(fj
reL*t
{n Ieusl changlYrn Changes
ca.,,*4r, r.,*r
Gambar 13-29 Standar minimal ruang sirkulasi satu dan dua pengguna kursi roda dan perbedaan ketinggian rute maksimal (ADA, 1994)
| ,,,
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
(b)
Eodmof Oafirtbn&d!
(c)
Ed.lBlst tt Bottom
Eilrnrton $foe or
€, Rm
n*
Gambar 13-30 Persyaratan tangga untuk aksesibiltas bangunan (ADA, 1994)
Prinsip aksesibi litas dalam desain:
* t *
Kesetaraan untuk semua (Equitability)
Kemungkinan perubahan kegunaan (Flexibility) Desain yang sederhana dan fungsional (Simple)
.f. Dapat dikenali dengan mudah (Perceptible information) * Direncanakan untuk toleran terhadap kesalahan penggunaan (Tolerance for error) .f. Mudah digunakan (Low physical effort)
.t
Pemikiran yang maju (Approach use)
-oo0oo-
DAFTAR PUSTAKA ADA, Standards for Accessible Design, Nondiscrimination on the Basis of Disability by public Ac-
commodations and in Commercial Facilities, American Department of Justice, 1994 Allen, Edward, "Fundamental of Building Construction : Material and Method,,, Third Edition, John Wiley & Sons, lnc., 1999
Allen, Edward and lano, Joseph, "The Architect's Studio Companion : Rules of Thumb for preliminary Design", Third Edition, John Wiley & Sons lnc., 2001 BSl, "Euro code 8: Design of structures for earthquake resistance, part 1: Ceneral rules, seismic actions and rules for buildings", British standard, 2oos, lsBN 0 s}a 4s872 s
Ching, Francis D.K, and Adams, Cassandra, "Building Construction lllustrated,,, Third Edition, Van Nostrand Reinhold, 2001
Cowan, Henry J., "Architectural Structures: An lntroduction New York, 1924
to Structural
Mechanics,,, Elsevier,
Cowan, Henry J., & Wilson, Forest, "structural System", Van Nostrand Reinhold Company, New, York Dishongh,Burl.E " Pokok-pokok Teknologi Struktur Bentuk Konstruksi dan Arsitektur,,, Erlangga, 2003
ru
216
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
FEMA, FEMA 310: Handbook for the Seismic Evaluation of Buildings, California: Applied Technol-
ogy Council, '1998
MacDonald, Angus J, ,,Struktur & Arsitektur," Ed.2, alih bahasa: Paulus Hanoto Adjie, Erlangga, Yogyakarta 2002
Salvadori, Mario
&
Levy, Matthys, "Desain Struktur dalam Arsitektur", terjemahan, Erlangga,
Jakarta, 1992
Schaeffer, Ronald E, "Elementary Structures for Architects and Builders," 2"dEd, Regents/Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1993
Schodeck, Daniel L, "Struktur", Edisi Kedua, Djadja Sibagd.ia, Erlangga, Jakarta, 1999
Alih bahasa: lr.
Bambang Suryoatmono; Editor:
Sutrisno, R., "Bentuk Struktur Bangunan dalam Arsitektur Modern", PTCramedia,Jakarta, 1984 T.y. Lin, "struktural Concepts and Systems for Architects and Engineer", John Wiley & Sons, 1981 Underwood, James R. & Chluini, Michele, "structural Design: A Practical Cuide for Architects", John Willey & Sons lnc., New York, 1998
-oo0oo-
DAFTAR INDEKS A Aksesibilitas, 209 Anatomi Bangunan, 16 Aspek struktur bangunan, Atap, 94 Atap datar, 16 Atap miring, '18
B Bahan bangunan, 7 bak kontrol, 163 Bak lemak, 163
balok anak, 114 balok induk, 114 Balok lantai, 114 Bangunan di Lereng, 193 bangunan pencakar langit,
bangunan tidak bertingkat, 4 bangunan linggi, 2
banjir,
'187
beban bangunan, 1 2 Bentangan, 65 Bentuk Bangunan, 62 Bentuk Struktur, 62 bertingkat rendah, 2 bracing, 203 building signage, 210 bukaan, 88 bungker, 208
C Cutt, 194 Cuttand Fill, 195
218
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
D
K
dapur, 87 daya dukung tanah, 1 98 denah kasar, 78 Denah kasar, 38 dimensi kolom dan balok, dinding geser, 203 disabilities, 209
Kamar mandi, BZ
72
Ketinggian bangunan, kinerja struktur, 12 Kolom bangunan, 73 Konstruksi, 6 Kuda-kuda, 19 Kuda kuda kayu, 20
E
L
ekonomi bangunan, 9
landasan, 5, 24 Layout ruang, 3B lempeng benua, 199
F Fungsi bangunan, 8
M Merencarrakan Atap, 64
G Cambar tampak, 177 gaya lateral, 200 gempa bumi, 199 Crid struktur, 14,8"1 Cunung-gunung, 20
Merencanakan Dimensi, 64 Modul ruang, 79
N naungan,
5
H
o
hubungan ruang, 37
organisasi ruang, 36
I
P
isban
21
mandiri, 187
I Jarak antar bentangan, 67 jarak antar lantai, 69
penyelamatan, 191 perancangan arsitektur, 4 Perancangan struktur dalam arsitektur, 5 Perancangan struktur dan konstruksi, 4 Persyaratan Bentuk dan Ukuran, 35 Persyaratan ruang, 35 Persyaratan Sistem, 36 pola grid, '15
| ,',
Daftar lndeks Pondasi Bidang, 26
sistem utilitas, 4
Pondasi menerus, 25
Site,
Pondasi
titik,
Struktur atap, 16 struktur berat, 206
25
preliminary design, 15 properti bahan, 7
R Rangka beton atau
portal,
B
21
rangka kaku, 23 Rekayasa site, 193 rigid frame, 23 ring of fire, 199 rute aksesibilitas, 21 0
s sanitasi,54 Shading, 145 short cut access, 1 92 Signage, 189
sirkulasi bangunan, 42 Sistem air bersih, 54 sistem detail, 6 Sistem-sistem Bangunan, 8 Sistem struktur baja, 28 Sistem Struktur Beton, 28 Sistem struktur kayu, 27 sistem struktur rangka, 22
struktur dinding pemikul , 23 Struktur pondasi, 24 struktur ringan, 200 Struktur ulama, 22 sub-structure, 16 super-structure, '16
T Talang, 146 Tangga, 42 tangga utama, 43 Tangga utama, 86 tegakan, 5,22 Tinggi ruang, 70 Tsunami, 205 Tumpuan, 13
V Void dan Skylight, 97
w waffle, 114
-oo0oo-
I.'.
;'"'-TT:..----i
i;,!.{.l.,Flf '" q -n "". :. -.:.i{&IiE
il.,rri:tfr,rqt..1.,...
F,,- .': , ;
^
F.t'*tt''1'u"
-ri,:,:f i;
Cf
a
I i
I