ELEKTROENSEFALOGRAFI
Definisi Elektroensefalografi adalah suatu sistem yang merekam potensial listrik otak dari elektroda yang menempel di kulit kepala. Elektroensefalogram adalah hasil rekaman potensial listrik otak.1
Kegunaan 1. Menilai gangguan di otak Biasanya digunakan untuk menunjukkan tipe dan lokasi aktivitas listrik otak yang mencetuskan terjadinya kejang. Dan digunakan juga untuk menilai fungsi otak yang berkaitan dengan masalah seperti koma, tumor intracranial, ensefalopati, gangguan memori dan pikiran, kelemahan pada bagian tubuh tertentu.2 2. Menilai telah terjadinya kematian otak Hal ini berguna untuk menunjukkan bahwa seseorang tersebut memerlukan bantuan alat untuk hidup dan tidak memiliki kesempatan untuk recovery. 2 3. Sebagai first line method untuk diagnosis tumor maupun stroke.
3
4. Membantu menentukan lokasi situs epilepticus pada neurosurgery. 3
Indikasi EEG diindikasi pada anak dengan: 3 1. Anak yang didiagnosis secara klinis sebagai epilepsy yang berguna untuk menentukan klasifikasi sindroma epilepsy 2. Untuk konfirmasi status epileptikus 3. Anak yang mengalami perkembangan regresi atau plateau atau dengan gangguan fungsi berbicara dan berbahasa 4. Anak dengan kecurigaan tumor intracranial, stroke, dan lesi intracranial lainnya. 5. Anak koma di ICU, dengan ensefalopati
6. Monitoring penatalaksanaan epilepsy Persiapan2 1. Stop antikonvulsan 1-2 hari sebelum dilakukan EEG 2. Tidak boleh mengkonsumsi kafein sebelum EEG 3. Tidak boleh menggunakan gel rambut yang dapat mempengaruhi hantaran EEG
Cara Memeriksa EEG
Gambar 1.1 Skema pemasangan EEG1 Prosedur ini memerlukan waktu 1 jam. Elektroda dilekatkan di beberapa area di kulit kepala seperti terlihat pada gambar dengan menggunakan gel khusus. Otak kita akan menghantarkan impuls listrik dari elektroda yang menempel di kepala ke EEG. Pasien biasanya disuruh menarik napas yang dalam dan pelan atau diberikan stimulus visual seperti senter cahaya kemudian diperhatikan gelombang EEG yang tercetak di kertas. Jika EEG yang diambil adalah EEG ketika tidur, maka pasien akan
dibiarkan tidur dalam posisi serelax mungkin selama 2-3 jam kemudian dilakukan perekaman. Ambulatory EEG adalah EEG yang portable dan dihubungkan dengan kaset recorder, perekaman impuls dilakukan selama 24 jam pasien beraktivitas normal kemudian dibaca hasilnya.2
Neurofisiologi EEG Fungsi elektroda kepala adalah mencatat sumasi dari perubahan potensial listrik sel saraf di bawahnya dan juga mungkin akan menunjukkan potensial yang ditimbulkan yang berasal dari ekstrakranial baik oleh karena aktivitas fisiologis/ gangguan pada alat perekam. Gelombang yang timbul berulang-ulang direkam pada permukaan otak atau kulit kepala merupaka sumasi potensial sinaps yang dibangkitkan sel piramidal korteks serebri. Potensial sinaps adalah respon dari sel korteks terhadap lepas muatan dari inti thalamus. Frekuensi dan amplitude lepas muatan dari inti thalamus ditentukan oleh interkoneksi antar sel thalamus itu sendiri. Selama aktivasi input dari formasio retikularis menghilangkan lepas muatan di thalamus secara ritmik sehingga menyebabkan terjadinya desinkronisasi potensial di korteks serebri yang direkam dalam EEG.4
Gambaran EEG Sesuai Usia Perubahan gambaran EEG dari bayi hingga usia dewasa dipengaruhi oleh maturasi dari neuron, dimana terjadi perubahan tercepat pada masa 3 bulan pertama setelah lahir, lebih lebih pada premature. Gambaran EEG saat bangun pada neonates adalah continous low voltage theta and delta rhytms (kurang dari 50uV) didaerah sentral, dan aktivitas alfa di posterior setelah usia mencapai 3-4 tahun. 4 Berikut ini adalah table yang menunjukkan gambaran EEG fisiologis sesuai usia:1
Interpretasi Gambaran EEG Abnormal Pada dasarnya gelombang EEG abnormal meliputi rekaman dengan letupan paroksismal, kelainan aktivitas dasar, kelainan fokal, dan kombinasi dari kelainan tersebut. Paroksismal adalah fenomena dengan onset tiba-tiba, cepat mencapai maksimum, dan berakhir mendadak, yang berbeda dengan aktivitas latar belakang. Pola epileptiform yaitu gelombang paku (spike) dan gelombang runcing (sharp wave) tersendiri diikuti gelombang lambat. Gloor (1971) membuat criteria yang membedakan gelombang runcing epileptiform dan non epileptiform.4 a. Gelombang runcing epileptiform sempurna4 -
Bentuk simetris, fase nanjak dan curam cepat, fase turun dan landai pelan
-
Sering disusul gelombang lambat
-
Umumnya bifasik atau trifasik
-
Masa berlangsungnya tidak sama
b. Gelombang runcing non epileptiform4 -
Simetris, najak dan turun mempunyai kelandaian kurang lebih sama
-
Tidak disusul gelombang lambat
-
Durasinya sama
EEG normal tidak menjamin fungsi dan struktur serebral yang normal, karena tidak semua kelainan struktur dan fungsi otak menyebabkan abnormalitas pada EEG. Sedangkan EEG Abnormal tidak selalu menggambarkan abnormalitas serebral. EEG normal dipengaruhi oleh usia, keadaan pasien (tidur, bangun, mengantuk) dan aktivasi saat rekaman.5 Kondisi Neurologis Yang Menyebabkan EEG Abnormal5 1. Epilepsy Grand mal spike wave, bilateral, sinkron, diffuse Petit mal spike kompleks, diffuse bilateral, sinkron simetris 2. Lesi fokal ( tumor otak, abses, stroke, subdural hematom, ensefalitis) Gelombang fokal dengan aktivitas pelan dan terlokalisir (biasanya delta), kadang-kadang ada aktivitas kejang. Pada ensefalitis herpes simplek, terjadi gelombang bertekanan tinggi secara berkala diikuti dengan gelombang pelan interval 1-3 detik di daerah temporal. Pada ensefalitis infeksius lain gelombang yang terjadi terutama gelombang paku tajam. Lesi luas akibat stroke pada diensefalon menghasilkan gelombang lambat sinkronus bilateral, tetapi lesi di pons dan medulla biasanya gelombangnya mendekati normal, meskipun secara klinis berbahaya. 3. Penyakit yang menyebabkan koma atau penurunan kesadaran Anoksik akut akibat kardiak arrest memberikan gambaran aktifitas gelombang theta secara umum, pada kondisi yang lebih berat ditandai dengan gelombang delta yang tersebar dan ketiadaan aktifitas background normal, dan kondisi yang paling berat dengan “brust suppression”, yang mana periode isoelektrik singkat diikuti dengan aktifitas gelombang tajam yang bervoltase tinggi dan gelombang delta yang tidak beraturan. Pola yang terakhir disebutkan biasanya berubah menjadi electrocerebral silence dari mati otak. Dengan hipothiroid berat, konfigurasi gelombang otak normal tapi biasanya dengan penurunan frekuensi.
Karakteristik Hepatitis kronis adalah serangan gelombang trifasik yang tajam, bilateral, sinkronus walaupun bentuk gelombang seperti itu juga bisa dilihat pada encepalopati akibat gagal ginjal atau kegagalan pulmonar dan hidrosepalus akut (perlambatan bagian frontal lebih mengarah hidrosepalus). Rekaman EEG juga bisa membantu dalam diagnosa koma ketika anamnesa tidak dapat dilakukan dan dalam menegakkan status epileptikus pada kejang absesns (nonkonvulsif status epileptikus atau spike wave stupor) dan epilepsi parsial komplek yang menyebabkan suatu keadaan fugae. EEG juga dapat mengarahkan pada penyebab yang tak diduga seperti encepalopati hepatik, di bawah pengaruh barbiturat atau obat sedative-hipnotik lainnya, cedera otak iskemia anoksia yang lama, katatonia atau histeria (rekaman EEG biasanya normal) 4. Penyakit degenerative yang difus Penyakit Alzheimer dan penyakit degeneratif lain yang menyebabkan gangguan fungsi serebrokortikal kronis diikuti oleh gambaran ringan atau menyeluruh gelombang lambat theta (4-7 Hz), banyak rekaman normal pada stadium awal dan pertengahan penyakit.
Gelombang EEG tertentu dapat ditemukan pada keadaan patologis namun dapat juga sebagai keadaan yang fisiologis. Untuk itu, dapat dilihat table di bawah ini.6
Sensitivitas dan spesifisitas EEG Sensitivitas EEG dalam membantu diagnosis terutama dalam klasifikasi sindroma epilepsy yakni 50-55%, artinya kemungkinan suatu EEG normal padahal klinis abnormal cukup tinggi. Sedangkan spesifisitasnya dapat mencapai 96% kemungkinan EEG abnormal sedangkan klinis normal sedikit.7
artinya
Daftar Pustaka 1. Stedman’s Electronic Medical Dictionary. 6th version. ©2004:Lippincott William Wilkins. 2. Vrocher D, Jowel MJ, Plantz SH, Talavera F, Cohen JS, editors. Electroencephalography [monograph on the Internet]. New York: WebMD; 2011
[cited
2011
Sep
13].
Available
from:
http://www.emedicinehealth.com/electroencephalography_eeg/article_em.htm 3. Nicholaides P. Electroencephalography [monograph on the Internet]. London:North Central London Epilepsy Network; 2009 [ cited 2011 Sep 13]. Available
from:
http://www.gosh.nhs.uk/clinical_information/clinical_guidelines/cmg_guideli ne_00041 4. Sulistyono. Hubungan gejala klinis dan pola EEG pada anak dengan keterlambatan tumbuh kembang di Poliklinik Tumbuh Kembang Anak RSUP dr.Kariadi Semarang [tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2001. 5. Gamayani U. EEG normal pada anak dan dewasa. Bandung: Universitas Padjajaran; 2011. 6. Niedermeyer E, Lopes da Silva F (2004). Electroencephalography: Basic Principles, Clinical Applications, and Related Fields. Lippincot Williams & Wilkins. 7. Oliveira SN, Rosado P. EEG sensitivity and specificity of the diagnosis of epilepsy. Acta Med Port. 2004;17 (6):465-70.