A. Pengertian Timah
Timah merupakan logam putih keperakan, logam yang mudah ditempa dan
bersifat fleksibel, memiliki struktur kristalin, akan tetapi bersifat mudah
patah jika didinginkan. Timah dibawah suhu 13,20C dan tidak memiliki sifat
logam sama sekali. Timah biasa disebut sebagai timah putih disebabkan
warnanya putih mengkilap, dan memiliki struktur kristal tetragonal. Tingkat
resistansi transformasi dari timah putih ke timah hitam dapat ditingkatkan
dengan pencampuran logam lain pada timah seperti seng, bismuth, atau
gallium.
Timah diklasifikasikan sebagai logam pasca-transisi. Atom timah
memiliki 50 elektron dan 50 proton dengan 4 elektron valensi di kulit
terluar. Dalam kondisi standar timah adalah logam lembut berwarna perak abu-
abu. Timah sangat lunak (yang berarti bahwa hal itu dapat potong menjadi
lembaran tipis) dan dapat dipoles agar bersinar. Timah dapat membentuk dua
alotrop berbeda di bawah tekanan normal, yaitu timah putih dan timah abu-
abu. Timah putih adalah bentuk logam timah yang paling akrab dengan kita.
Timah abu-abu adalah non-logam dan merupakan bahan tepung berwarna abu-abu.
Timah abu-abu mempunyai banyak kegunaan. Timah resistif (dapat melawan
korosi) dari air. Hal ini memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan
pelapis untuk melindungi logam lainnya.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi, akan tetapi
diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral
cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah
SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah
yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah
kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral
kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14)
merupakan mineral kompleks dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua
contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral logam
yang lain seperti perak.
Mayoritas timah saat ini digunakan untuk membuat patri solder. Patri solder
adalah campuran timah dan timbal yang digunakan untuk menyambungkan pipa
dan membuat sirkuit elektronik. Timah juga digunakan sebagai pelapis untuk
melindungi logam lainnya seperti timbal, seng, dan baja dari korosi.
Aplikasi lain untuk timah termasuk paduan logam seperti perunggu dan timah,
produksi kaca menggunakan proses Pilkington, tempat pasta gigi, dan dalam
pembuatan tekstil.
Unsur timah hadir dalam batuan beku dari kerak bumi sekitar 0,001
persen, termasuk langka tetapi tidak jarang; kelimpahan di dunia sama
besarnya seperti unsur kobalt, nikel, tembaga, dan cerium, dan itu pada
dasarnya sama dengan kelimpahan nitrogen. Dalam kosmos ada 1,33 atom timah
per 1 × 106 atom silikon, kelimpahan kurang lebih sama dengan niobium,
ruthenium, neodymium, atau platinum. Timah kosmik merupakan produk
penyerapan neutron. Kekayaan dalam isotopnya tercatat stabil.
Timah terjadi pada butir logam asli tapi sebagian besar sebagai oksida
Stannic, SnO2, di kasiterit mineral, satu-satunya mineral timah signifikan
yang komersial. Logam ini diperoleh dari kasiterit dengan reduksi
(pengangkatan oksigen) dengan batu bara atau coke dalam tungku peleburan.
Tidak ada persediaan timah yang bermutu tinggi yang diketahui. Sumber utama
adalah endapan aluvial, rata-rata sekitar 0,01 persen timah. Jenis mineral
yang memiliki kandungan unsur Timah :
1. Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO2.
Berbentuk kristal dengan banyak permukaan mengkilap sehingga tampak
seperti batu perhiasan. Kristal tipis Cassiterite tampak
translusen. Cassiterite adalah sumber mineral untuk menghasilkan
logam timah yang utama dan biasanya terdapat dialam di alluvial
atau aluvium
2. Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus
kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang
dipakai untuk memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar 28%
timah, 13% besi, 30% tembaga, dan 30% belerang. Stannite berwarna
biru hingga abu-abu.
3. Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah, timbal,
antimon, dan besi. Rumus mineral ini adalah Pb2Sn4FeSb2S14. Cylindrite
membentuk kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya berbentuk
silinder atau tube dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari
lembaran kristal ini. Warna cylindrite adalah abu-abu metalik dengan
spesifik gravity 5,4. Pertama kali ditemukan di Bolivia pada tahun
1893.
B. Pembentukan Timah
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada
daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan
turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di
dalamnya terdiri dari endapan aluvium, eluvial, dan koluvium.
Genesis kehadiran timah bermula dengan adanya intrusi granit yang
diperkirakan ± 222 juta tahun yang lalu pada Masa Triassic Atas, magma yang
bersifat asam mengandung gas F dan Cl yang membawa unsur Sn (SnF4 dan SnCl4
yang bersifat volatile) bereaksi dengan air meteoric (H2O), atau melalui
proses pneumatolitik hidrotermal menerobos bereaksi dengan air meteoric
(H2O) dan mengisi celah retakan yang ada, di mana terbentuk reaksi dasar:
SnF4 + H2O -> SnO2 + HF2 atau SnCl4 + 2H2O -> SnO2 + 4Cl2
Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat
menentukan keberadaan timah itu sendiri, fase tersebut adalah, pertama
adalah fase pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik-
hidrotermal tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal.
Fase yang terakhir ini merupakan fase terpenting dalam penambangan karena
mempunyai arti ekonomi, dimana larutan yang mengandung timah dengan
komponen utama silica (Si02) mengisi perangkap pada jalur sesar, kekar dan
bidang perlapisan. Sampai ini ada dua jenis utama timah yang berdasarkan
proses terbentuknya yaitu timah primer dan timah sekunder. Endapan timah
primer pada umumnya terdapat pada batuan granit daerah sentuhannya,
sedangkan endapan timah sekunder kebanyakan terdapat pada sungai-sungai tua
dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di laut. Produksi
delapan puluh persen dari endapan timah sekunder yang merupakan hasil
proses pelapukan endapan timah primer, sedangkan sisanya ada dua puluh
persen berasal dari endapan timah primer itu sendiri. kedua timah jenis
tersebut dibedakan atas dasar proses terbentuknya (genesa).
Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen merupakan tipe mineralisasi utama
yang membentuk sumber daya timah putih pada jalur timah yang menempati
Kepulauan Riau hingga Bangka-Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan
"Central Belt" di Malaysia dan Thailand (Mitchel, 1979).
Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit,
sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit,
kalkopirit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Timah putih
dalam bentuk cebakan dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah
primer dan sekunder. Pada tubuh bijih primer, kandungan kasiterit terdapat
pada urat maupun dalam bentuk tersebar.
Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan
timah primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun
bijih timah primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan
terdispersinya timah putih, baik dalam bentuk mineral kasiterit maupun
berupa unsur Sn.
Proses pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi
terhadap cebakan bijih timah putih pimer menghasilkan cebakan timah
sekunder, yang dapat berada pada tanah residu maupun letakan sebagai
endapan koluvial, kipas aluvial, aluvial sungai maupun aluvial lepas
pantai. Tubuh bijih primer yang berpotensi menghasilkan sumber daya cebakan
timah letakan ekonomis adalah yang mempunyai dimensi sebaran permukaan
erosi luas sebagai sumber dispersi.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral
utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum,
bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit
merupakan mineral ikutan. Sumber timah Indonesia merupakan bagian jalur
timah Asia Tenggara (The South East Tin Belt), jalur timah terkaya di dunia
yang membentang mulai dari selatan China, Thailand, Birma, Malaysia sampai
Indonesia.
Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya endapan bijih timah
sekunder dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi
batuan samping dan perpindahan mineral kasiterit (Sn02) secara
vertikal sehingga terjadi konsentrasi residual.
Ciri-ciri endapan elluvial adalah sebagai berikut :
Terdapat dekat sekali dengan sumbernya
Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
Ukuran butir agak besar dan angular
2. Endapan Kollovial
Endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil
pelapukan endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti
pada suatu gradien yang agak mendatar diikuiti dengan pemilahan.
Ciri-cirinya :
Butiran agak besar dengan sudut runcing
Biasanya terletak pada lereng suatu lembah
3. Endapan Alluvial
Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai,
dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar diendapkan
dekat dengan sumbernya. Sedangkan mineral-mineral yang berukuran lebih
kecil diendapkan jauh dari sumbernya.
Ciri-cirinya :
Terdapat di daerah lembah
Mempunyai bentuk butiran yang membundar
4. Endapan Miencan
Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang
selektif secara berulang-ulang pada lapisan tertentu.
Ciri-cirinya :
Endapan berbentuk lensa-lensa
Bentuk butiran halus dan bundar
5. Endapan Disseminated
Endapan bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air
hujan. Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran
yang luas tetapi tidak teratur.
Ciri-cirinya :
Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh
Terdapat pada lapisan pasir atau lempung
Endapan timah sekunder termasuk salah satu jenis endapan placer yang
mempunyai nilai ekonomis. Batchelor (1973) mengemukakan tentang evolusi
"Sunda land Tin Placer" yaitu pembentukan endapan timah placer terjadi
dalam kurun waktu yang lama sejak kala Miosen Tengah dengan ditandai
mineralisasi primer tersingkap dengan skala yang besar. Tubuh pluton granit
ini mengalami pelapukan laterit dalam (deep laterite weathering) yang
mengakibatkan komposisi kandungan mineral yang tidak resisten lapuk
meningalkan mineral-mineral berat termasuk kasiterit dalam matriks kaolin
kemudian mengalami erosi membentuk endapan "elluvial placer". Proses erosi
berjalan terus yang menyebabkan endapan ini tertranspor lebih jauh
membentuk endapan kolovial placer, kejadian ini terjadi pada Sunda Land
Regolith selama Miosen bawah – Pliosen awal, tipe – tipe endapan ini di
Indonesia lebih dikenal dengan endapan timah kulit.
Proses ini dilanjutkan dengan proses "mass wasting" yang mengkibatkan
terakumulasinya endapan kollovial pada dasar lereng kulit (base of
hillslope), selama proses ini terjadi zona-zona sesar dan kekar sehingga
alterasi / ubahan hydrothermal tererosi. Akumulasi yang dibentuk dari hasil
erosi ini mengandung bongkah-bongkah regolith, karena kandungan air yang
ada terlalu tinggi menyebabkan terjadinya debris flow membentuk endapan
"piedmont tin placer" dengan ciri khas butiran timah yang kasar.
Endapan "Piedmont Tin Placer" mengalami reworking lagi dan membentuk
timah berukuran gravel yang tertransport pada lingkungan fluvial yang
dikenal dengan "Braided Stream Placer". Endapan ini mengalami reworking
lagi membentuk endapan "Beach Placer" dengan karakteristik endapan lebih
tipis dan lebih luas dari pada endapan "Braided Stream Placer". Variabel –
variable yang mempengaruhi konsentrasi (kekayaan) endapan timah placer
adalah :
- Batuan sumber (source rock) : ukuran , kadar, distribusi butiran dari
daerah mineralisasi sebagai sumber.
- Tektonik : membentuk morfostruktur permukaan bumi.
- Iklim : mempengaruhi proses pada permukaan bumi yang meliputi
pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi.
Klasifikasi endapan timah placer yang didasarkan atas konsep
lingkungan pengendapan sedimen dan proses yang terjadi (Osberger, 1968,
dalam Batchelor, 1973). Aspek – aspek ini mempengaruhi keberadaan dan
terjadinya endapan placer, genesa endapan timah placer tergantung pada
beberapa aspek diantaranya :
- Sumber batuan yang mengandung endapan primer kaya akan kasiterit
- Pelapukan yang kuat sehingga mampu membebaskan mineral kasiterit
dengan mineral lainnya.
- Gerakan masa batuan yang lapuk sepanjang lereng
- Konsentrasi mekanis material lepas yang terjadi secara selektif dan
diendapkan kedalam suatu cekungan.
- Terhindar dari proses erosi selanjutnya
C. Karakteristik Pembentukan Timah Putih
Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan
timah sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat
(termasuk pulau-pulau timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder
berasal dari endapan timah primer yang mengalami pelapukan yang kemudian
terangkut oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi secara selektif
berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya. Endapan alluvial
yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut oleh air pada umumnya
terbentuk lapisan pasir atau kerikil.
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite
(Sn02). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan
dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap
akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian
atas, baik dalam bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-
pori atau retakan. Karena tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah
proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan samping.
Pembentukan mineral kasiterit (Sn02) dan mineral berat lainnya, erat
hubungannya dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah
(Sn) yang membentang dari Mynmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan
kelurusan sejumlah intrusi batholit. Batuan induk yang mengandung bijih
timah (Sn) adalah granit, adamelit, dan granodiorit. Batholit yang
mengandung timah (Sn) pada daerah Barat ternyata lebih muda (Akhir
Kretasius) daripada daerah Timur (Trias).
Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang
mengandung mineral kasiterit (Sn02). Pada saat intrusi batuan granit naik
ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk
mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah (Sn). Mineral ini
terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang
diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan
granit dan pada batuan samping yang diterobosnya.
D. Manfaat
Penggunaan timah untuk paduan logam telah berlangsung sejak 3.500
tahun sebelum masehi, sebagai logam murni digunakan sejak 600 tahun sebelum
masehi. Kebutuhan timah putih dunia setiap tahun sekitar 360.000 ton. Logam
timah putih bersifat mengkilap, mudah dibentuk dan dapat ditempa
(malleable), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat.
Kegunaan timah putih di antaranya untuk melapisi logam lainnya yang
berfungsi mencegah karat, bahan solder, bahan kerajinan untuk cendera mata,
bahan paduan logam, casing telepon genggam. Selain itu timah digunakan juga
pada industri farmasi, gelas, agrokimia, pelindung kayu, dan penahan
kebakaran. Timah merupakan logam ramah lingkungan, penggunaan untuk kaleng
makanan tidak berbahaya terhadap kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan
timah putih untuk pelapis/pelindung, dan paduan logam dengan logam lainnya
seperti timah hitam dan seng. Konsumsi dunia timah putih untuk pelat
menyerap sekitar 34% untuk solder 31%.
E. Teknik Eksplorasi Timah
1. Eksplorasi
Eksplorasi adalah segala kegiatan sebelum aktivitas penambangan
yang dikhususkan untuk mengetahui, memperkirakan, dan mendapatkan
ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata serta jumlah cadangan suatu
endapan mineral agar dapat menentukan kualitas dan kwantitas dari
suatu endapan tersebut diperuntukkan mengetahui nilai ekonomisnya.
Kegiatan eksplorasi ini perlu dilakukan sebelum kegiatan penambangan
karena menghindari resiko kerugian yang akan ditanggung perusahaan.
Seluruh kegiatan eksplorasi pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan potensi sumber daya mineral (resources) yang terdapat
dibumi menjadi cadangan terukur yang siap untuk di tambang (miniable
reserve). Tahapan eksplorasi ini mencakup kegiatan untuk mencari
dimana keterdapatan suatu endapan mineral, menghitung berapa banyak
dan bagaimana kondisinya, serta ikut memikirkan bagaimana sistem
pendayagunaannya. Kajian ekonomi pada kegiatan eksplorasi ini perlu
dilakukan terutama pada :
- Tahap menuju eksplorasi rinci (analisis ekonomi eksplorasi)
- Tahap sebelum penambangan (analisis ekonomi endapan)
- Mineral / studi kelayakan, (ekonomi makro)
Beberapa ilmu penunjang yang mendukung kegiatan eksplorasi ini antara
lain :
- Geologi, mineral, genesa bahan galian (endapan mineral)
- Teknik eksplorasi, geofisika, geokimia
- Analisis cadangan, geostatistik
- Hidrogeologi, geoteknik
- Ekonomi endapan mineral
Secara umum aliran kegiatan/eksplorasi endapan bahan galian
dimulai dengan kegiatan prospeksi atau eksplorasi pendahuluan yang
meliputi kegiatan persiapan di kantor (kompilasi foto udara, citra
landast, GIS, peta-peta yang sudah ada, atau laporan yang tersedia)
sampai kepada survei geologi awal yang terdiri dari peninjauan
lapangan, pemetaan geologi regional, pengambilan contoh (scout
sampling) serta memetakan mineralisasi endapan untuk mengetahui apakah
kegiatan eksplorasi ini bisa dilanjutkan atau tidak.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan eksplorasi detail (rinci)
yang meliputi pemetaan geologi rinci serta pengambilan contoh dengan
jarak yang relatif rapat sesuai dengan sifat endapan bahan galian
termaksud. Contoh-contoh yang diperoleh kemudian dianalisis di
laboratorium untuk ditentukan kadar, sifat fisik lain yang menunjang
kegiatan penambangan. Perhitungan cadangan dilakukan dengan berbagai
metode perhitungan yang sesuai untuk jenis endapan tertentu, antara
lain dengan cara area of influence, triagular grouping,cara penampang,
cara block system dan lain sebagainya. Secara konvensional sampai
kepada cara geostatistik (kriging). Kegiatan eksplorasi diawali dengan
melakukan studi pendahuluan, berupa studi literatur tentang genesa
timah, keterdapatan, studi fisiografis, lithologi dan stratigrafi
daerah eksplorasi. Studi ini juga dilakukan tinjauan kembali terhadap
data pemboran yang telah dilakukan. Kemudian dilakukan penetapan
wilayah studi dan dibuat suatu program pemboran.
Eksplorasi merupakan salah satu kegiatan untuk mengetahui :
1. Kadar ( %, gram/ton, kg/mᶟ, kalori )
2. Bentuk endapan
3. Kedalaman endapan
4. Penyebaran ( lateral, vertikal )
5. Posisi endapan ( miring, datar, vertikal )
6. Sifat-sifat fisik endapan ( lunak, keras )
7. Sifat-sifat batuan samping
8. Jumlah cadangan
Macam – macam metode di dalam teknik eksplorasi :
1. Metode pemetaan geologi
2. Metode geokimia
3. Metode geofisika
4. Metode pit, trench, strip
5. Metode pemetaan tambang
6. Metode pemboran
2. Operasional Penambangan ( Ekploitasi )
Didalam proses penambangan timah dikenal 2 jenis penambangan
yang dikenal di Bangka Belitung :
a. Penambangan Lepas Pantai
Penambangan Timah Lepas Pantai (laut lepas). Pada kegiatan
penambangan lepas pantai, perusahaan mengoperasikan armada kapal
keruk untuk operasi produksididaerah lepas pantai (off shore).
Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari
ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi
mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan
laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material
setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang
berjumlah lebih dari 100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi
atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun.
Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di
instalasi pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan
diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke Pusat Pengolahan
Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya
selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai
persyaratan peleburan yaitu minimal 70-72% Sn.
b. Penambangan Timah Darat - Gravel Pump
Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau Bangka
Belitung, tentunya system operasional yang digunakan tidaklah sama
seperti pada wilayah lepas pantai. Proses penambangan timah
alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump). Setiap kontraktor
atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan berdasarkan
perencanaan yang diberikan oleh perusahaan dengan memberikan peta
cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan
dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman
atau prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di
lapangan. Hasil produksi dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan
sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja
Sama.
Pada daerah tertentu, penambangan timah darat menghasilkan
wilayah sungai besar yang disebut dengan kolong/danau. Kolong/danau
itulah merupakan inti utama cara kerja penambangan darat, karena
pola kerja penambangan darat sangat tergantung pada pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita
lihat dari udara, penambangan timah darat selalu menimbulkan
genangan ari dalam jumlah besar seperti danau dan tampak berlobang-
lobang besar.
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa
Pertambangan (KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta
yang merupakan mitra usaha dibawah kendali perusahaan. Hampir 80%
dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat
mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan
Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam. Produksi penambangan timah
menghasilkan bijih pasir timah dengan kadar tertentu.