Etiologi Dan Faktor Resiko Kurang energi ProteinDeskripsi lengkap
HipokalemiaDeskripsi lengkap
fail
insomniaFull description
hipertiroid
KonstipasiDeskripsi lengkap
Hipokalemia
Deskripsi lengkap
Etiologi Dan Patofisiologi Fraktur CrurisDeskripsi lengkap
Etiologi Dan Patofisiologi Fraktur CrurisFull description
Etiologi Dan Patofisiologi Fraktur Cruris
131154753 Makalah Kurang Energi Protein
pengertian dari Kurang Energi Protein (KEP) pengklasifikasian dan gejala klinis dari Kurang Energi Protein (KEP) Bagaimana mengetahui ambang batas masalah gizi sebagai masalah kesehatan masyaraka...
Full description
Full description
Kurang Energi Kronik Pada Kehamilan
Epilepsi
Etiologi dan Patofisiologi Kurang Energi Protein (KEP) pada Anak
Oleh: Rizka Azharini, 1006759611
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari sehngga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) (Wong, 2001). Menurut Supariasa (2000) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Secara klinis, KEP dalam keadaan berat terbagi dalam 3 tipe, yaitu:
Kwashiorkor
ditandai dengan adanya edema yang dapat terjadi di seluruh tubuh; wajah
sembab dan membulat; mata sayu; rambut tipis dan kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok; anak rewel dan apatis; pembesaran hati; otot mengecil (hipotrofi); bercak merah kecoklatan di kulit dan mudah terkelupas ( crazy pavement dermatosis); sering disertai penyakit infeksi akut, terutama diare dan anemia.
Marasmus
ditandai dengan penampilan anak yang sangat kurus; wajah terlihat seperti
orang tua; cengeng dan rewel; kulit keriput; jaringan lemak subkutan minimal/tidak ada; perut cekung; iga gambang; sering disertai penyakit infeksi dan diare.
Marasmus kwashiorkor
campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.
Klasifikasi KEP
KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS.
KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS.
KEP berat/Gizi buruk bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB <70% baku median WHO-NCHS.
Etiologi
1. Pola Makan Anak kurang mendapat asupan protein dan asam amino. Pada bayi yang masih menyusui umumnya protein diperoleh dari ASI. Kurangnya pengetahuan ibu dalam mengkonsumsi makanan cukup protein untuk dirinya yang masih menyusui ataupun asupan anak blitanya sangat berpengaruh terhadap terjadinya kwashiorkor, terutama saat peralihan dari ASI ke makanan pengganti ASI. Menurut konsep klasik, diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwashiorkor, sedangkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi menderita marasmus (Solihin, 2000). 2. Faktor sosial dan ekonomi Anak yang hidup di negara berkembang dan negara miskin umunya mengalami masalah KEP karena kemiskinan keluarga membuat kebutuhan anak akan nutrisi yang adekuat tidak terpenuhi. Dalam world food conference di roma 1974 telah dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan. 3. Faktor infeksi dan penyakit lain Infeksi dapat menurunkan derajat gizi anak, begitupun sebaliknya, KEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Patofisiologi
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolic. Kalau terjadi stress katabolic (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relative, kalau kondisi ini terjadi terus menerus maka akan menunjukkan manifestasi kwashiorkor ataupun marasmus.
Faktor Penyebab
Status sosial
Kurang Pengetahuan
ekonomi rendah
tentang pemenuhan nutrisi
Aktivitas fagosit ↓
Intake nutrisi inadekuat
Daya tahan tubuh ↓ Gangguan nutrisi, vitamin, mineral Bakteri, virus, mudah masuk
Malnutrisi
Gangguan
berkepanjangan
metabolisme otak
Infeksi di usus halus
Kerusakan vili ↓ intake
Gangguan DNA di
karbohidrat
sistem saraf pusat
↑ koloid osmotik Gangguan pertumbuhan
Kompensasi:
hipoglikemia
sel-sel otak
menggunakan cadangan lemak dan protein untuk pemenuhan energi