96
Ns, Kusnadi Jaya, S.Kep
Materi Kuliah : Filsafat dan Teori Keperawatan
Prodi Magister Keperawatan FK Undip 2014
UNIT 1
PENGANTAR TEORI KEPERAWATAN : SIFAT DAN KARAKTERISTIK TEORI KEPERAWATAN, FILSAFAT DAN PARADIGMA
SAINS KEPERAWATAN
Pengajar : Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes.
Filsafat ilmu
Pokok permasalahan yang dikaji dalam filasafat, mencakup : 1) Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); 2) Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika); dan 3) Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama filsafat itu bertambah lagi dengan : 4) Teori tentang ada, tentang hakekat keberadaan zat, tentang hakekat fikiran dan kaitannya dengan zat yang semuanya terangkum dalam metafisika; serta 5) Politik, yakni kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal.
Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponenkomponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa dan bagaimana (yang) "Ada" itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masingmasing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari. Secara garis besar ontologi bermakna apa yang dibahas oleh suatu cabang ilmu. Obyek penelahaan ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia.
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft), pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya modelmodel epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif. Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian (asumsi) mengenai obyek-obyek empirik. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumsif inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelahaan. Sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa menerima yang dikemukakannya.
Akslologi llmu meliputi nilalnilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisikmaterial. Lebih dari itu nilainilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Atau dengan kata lain aksiologi menceritakan tentang apa manfaat ilmu bagi kita.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut etic dan heuristic. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan. Saat ini masyarakat makin menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi dan memuaskan. Kesiapan tenaga keperawatan dituntut lebih terampil dan professional. Masyarakat ekonomi ASEAN dan dunia menuntut profesionalisme bidang keperawatan. Karena itulah perawat mesti mengembangkan keilmuannya untuk mencari terobosan dan inovasi baru dalam pelayanan.
Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau keperawatan diperlukan keberadaannya.
Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.
Paradigma keperawatan
Paradigma adalah cara melihat fenomena dalam disipllin yang mengarahkan metodologi dan proses perkembangan. Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural.
Paradigma keperawatan merupakan suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, member makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Paradigma keperawatan dalam hal ini adalah disiplin terkait konsep sentral keperawatan yang mencakup : 1) manusia; 2) lingkungan/masyarakat; 3) kesehatan; dan 4) keperawatan itu sendiri, yang dijelaskan dalam gambar 1.1 berikut ini
Gambar 1.1
Paradigma keperawatan
Paradigma sebenarnya memiliki fungsi antara lain : 1) menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan sebagai aspek pendidikan dan pelayanan kperawatan, praktik dan organisasi profesi; dan 2) membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia keperawatan kita dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi disekitar kita.
Konsep manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992). Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan internalnya/homeostatis (Kozier, 2000). Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi (Jumadi, 1999). Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem terbuka, sistem adaptif, personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan holistik atau utuh.
Konsep manusia terdiri dari :
Manusia sebagai makhluk hidup
Manusia sebagai sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang bekerja sama serta tidak dapat ipisah-pisahkan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon perubahan lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptive. Sebagai sarana pelayanan atau askep dan praktek keperawatan. manusia adalah klien yang dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagi kesatuan untuh dari aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan bio-psiko-sosio-piritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien.
Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain, baik secara peroraan maupun secara bersama- sama didalam lingkungan sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dalam rangka membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan maslah kesehatan. Perawat berperan sebagai pendeteksi adanya masalah kesehatan pemberi askep pada anggota keluarga yang sakit, coordinator pelayanan kesehatan, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga sejauh menyangkut masalah-maslah kesehatan yang dihadapi.
Masyarakat sebagai klien
Masyarakat adalah suatu pranata yang terbentuk karena integrasi antara manusia dan budaya dalam lingkunganya bersifat dinamis dan terdiri dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang mempunyai tujuan dan norma sebagai sistem nilai, seperti halnya keluarga.
Manusia sebagai makhluk holistic atau keseluruhan/utuh, terdiri dari :
Bio – Bios = Hidup
manusia mempunyai suatu susunan system organ tubuh
mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya
tidak lepas dari hukum alam : lahir, berkembang, mati.
Psiko – psicha = jiwa, roh, sukma
mempunyai struktur kepribadian
mempunyai daya pikir, kecerdasan
mempunyai kebutuhan psikologis, berkembang
Spiritual
mempunyai keyakinan / mengakui adanya tuhan
memiliki pandangan hidup, dorongan hidup yang sejalan dengan sifat religious yang dianutnya.
Kultural
mempunyai nilai budaya yang berbeda
Konsep keperawatan
Konsep keperawatan dikembangkan dari paradigma keperwatan yang disepakati sebagai bentuk pelayanan profesional yang merupakan kajian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk perawatan bio-psiko-sosial-kultural-spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas, baik sakit maupun sehat serta mencakup seluruh kehidupan manusia. Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan atau mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangya kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Bantuan juga ditujukan kepada penyediaan pelayanan kesehatan utama dalam upaya mengadakan perbaikan sistem pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan setiap orang mencapai hidup sehat dan produktif.
Konsep kesehatan (sehat-sakit)
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk memepertahankan keadaan kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal yang mempengaruhi adalah psikologis, dimensi intelektual dan spiritual dan proses penyakit. Faktor-faktor lingkungan eksternal adalah factor-faktor yang berada diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi.
Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat atau status kesehatan adalah rentang sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat dinamis, individualis, dan tergantung pada factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Menurut model ini, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan, dimana rentang sehat sakit berada diantara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit (illness area), tetapi apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area sehat (wellness area).
Oleh karena pengetahuan sehat dan sakit tidak terlalu spesifik maka para ahli sepakat menggunakan suatu rentang atau skala seseorang. Salah satu ukuran yang dipakai adalah healthillnes continum atau rentang sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat dinamis, dan tergantung individualis dan tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Menurut model ini keadaan sehat selalu berubah secara konstan. Penyakit meningkat menyebabkan tidak sehat dan perasaan sakit menurut kemampuan fungsional.
Konsep sehat digunakan sebagai landasan untuk mencapai sasaran keperawatan yaitu derajat kesehatan yang optimal untuk itu keperawatan memberikan bantuan kepada individu, keluarga dan masyarakat untuk dapat merawat dirinya sendiri.
Konsep lingkungan
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan. Fokus lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial, budaya dan spiritual. Lingkungan dibagi 2 yaitu :
Lingkungan dalam terdiri dari:
Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
Lingkungan psikologi (psychologi environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
Lingkungan aksi (social environment)
Observasi dari lingkungan aksi terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan aksi dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
Lingkungan luar (kultur, adat, struktur masyarakat, status, udara, suara, pendidikan, pekerjaan dan faktor ekonomi budaya). Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien. Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit-penyakit.
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dimana apabila lingkungan itu kotor maka kesehatan manusia akan terganggu sehingga manusia perlu merawat dirinya atau membutuhkan perawatan dari orang lain. Keperawatan dengan lingkungan juga sangat berpengaruh dimana jika seseorang sedang rehabilitasi maka akan memerlukan lingkungan yang bersih.
Karakteristik keperawatan sebagai disiplin ilmu dan profesi
Keperawatan sebagai disiplin ilmu, memiliki :
Paradigma yang memandang manusia dalam interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai keadaaan sehat
Boundaries for inquiry : yaitu model konseptual dan teori keperawatan
Metode untuk pengembangan pengetahuan dalam bentuk penelitian dan uji coba teori keperawatan
Keperawatan sebagai profesi, memiliki :
Body of knowledge yang sistematis dan khusus
Mengembangkan body of knowledge secara konstan melalui penelitian
Melaksanakan pendidikan melalui lembaga pendidikan tinggi
Menerapkan body of knowledge dalam pelayanan
Berfungsi secara otonomi dalam merumuskan kebijakan dan mengendalikan praktek keperawatan
Memberikan pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat di atas kepentingan pribadi berpegang pada tradisi luhur dan etika profesi
Memberikan kesempatan untuk pertumbuhan profesional dan kesejahteraan profesi
Teori dan konsep keperawatan
Ide-ide global tentang individu, kelompok, situasi dna kejadian tertentu disusun menjadi model-model konseptual dalam keperawatan yang pada akhirnya digunakan untuk menyusun teori-teori keperawatan untuk : 1) memberi pemahaman peserta didik keperawatan untuk masuk kedalam perawatan klien; 2) membuka wawasan keperawatan; dan menstimulasi penemuan intervensi keperawatan baru.
Model konseptual dan teori keperawatan digunakan untuk : 1) memberi pengetahuan pada perawat; 2) meningkatkan praktik keperawatan; 3) menuntun penelitian dan kurikulum pendidikan keperawatan; dan 4) mengidentifikasi bidang dan tujuan dari praktek keperawatan.
Teori keperawatan menuntun perawat dalam hal : 1) memberikan arah tujuan pengkajian; 2) memberikan diagnosa keperawatan; 3) merencanakan intervensi keperawatan; 4) landasan dasar komunikasi; 5) otonomi; dan 6) akuntabilitas profesional. Sedangkan model-model keperawatan bertujuan untuk :
Memberi arahan untuk penelitian dalam menetapkan dasar pengetahuan empiris keperawatan;
Mengidentifikasi bidang-bidang tertentu untuk diteliti lebih lanjut;
Mengidentifikasi teknik penelitian dan instrumen yang digunakan untuk memvalidasi intervensi keperawatan;
Mengidentifikasi bentuk kontribusi dimana peneliti akan meningkatkan pengetahuan;
Merumuskan legislasi yang mengatur praktek keperawatan, riset dan pendidikan;
Merumuskan peraturan yang menginterpretasi tindakan praktik keperawatan sehingga perawat dan profesi lain memahami hukum yang berlaku;
Mengembangkan rencana kurikulum untuk pendidikan keperawatan;
Menetapkan kriteria untuk mengukur kualitas asuhan keperawatan, pendidikan dan penelitian;
Menyiapkan uraian tugas yang digunakan oleh tenaga keperawatan;
Memberikan arah pengembangan dari sistem pemberian asuhan keperawatan;
Memberikan pengetahuan untuk meningkatkan administrasi, praktik, pendidikan dan penelitian keperawatan;
Memberikan struktur yang sistematis dan rasional dalma aktivitas keperawatan;
Mengidentifikasi ranah tujuan keperawatan
Tahapan pengembangan teori keperawatan
Silent knowledge : … growth of hospital training programs with apprenticeship model of learning
Received Knowledge : …focus on nursing education in universities; RN shortage, graduate nursing education; social, biologic, medical theory
Subjective Knowledge : … Peplau (1952); philosophers Dickoff, James, Wiedenback; Nsg on nursing; functional nursing; Abdellah, Orlando, Henderson reflections on experience
Procedural Knowledge : …(separate; connected) focus on separate eg. theory development approaches, methodology, statistical analysis; less on application
Constructed Knowledge : …integration & building on previous studies, pt. experience, literature, etc
Teori keperawatan dan penggunaannya dalam dunia klinik
Teori keperawatan secara umum dibedakan menurut jenjangnya sebagai berikut :
Metateori keperawatan : paling abstrak, sangat bersifat filosofis, merupakan dasar filosofi keperawatan, teori kritis dan feminis.
Grand teori keperawatan : kompleks, cukup abstrak, tidak spesifik, tidak dapat serta merta diaplikasikan atau diujicoba tanpa pendefinisian lebih lanjut.
Middle-range teori keperawatan : kurang terlalu abstrak, fokus terhadap fenomena khusus, misalnya : dukungan sosial, kualitas hidup, harapan, kecemasan, sekarat dan kematian.
Teori praktis : terarah pada area praktek tertentu, fokus pada fenomena tertetu pada populasi tertentu pula, merupakan panduan praktik.
Pakar-pakar yang sudah memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori keperawatan antara lain :
Florence Nightingale (1860)
Hildegard E. Peplau (1952)
Ida Jean Orlando (1961, 1972)
Ernestine Weidenbach (1964)
Lydia E. Hall (1966)
Virginia Handerson (1966)
Joyce Travelbee (1966, 1971)
Myar E. Levine (1967, 1973)
Martha E. Roger (1970, 1980, 1983)
Dorothea E. Orem (1971, 1980, 1985)
Imogene M. King (1971, 1981)
Betty Neuman (1974, 1982)
Sister Callista Roy (1976, 1980, 1981, 1984)
Josephine G. Peterson dan Loretta T. Zderad (1976)
Madeleine M. Leininger (1978, 1980, 1981)
Jean Watson (1979, 1985)
Margareth A. Newman (1979, 1984)
Dorothy E. Johnson (1980)
Rosemarrie Rizzo Perse (1981, 1985).
Keperawatan sebagai keilmuan bersifat unik karena mensistesis ilmu biologik, perilaku dan sosial untuk dapat berfungsi meningkatkan kesehatan. Perawat berfungsi membantu individu sehat dan sakit dalam melakukan kegiatan yang menunjang kesehatan dan penyembuhan dengan memberi rasa nyaman, membina hubungan baik dengan individu, keluarga, atau komunitas dan menggunakan hubungan baik dengan klien melalui asuhan keperawatan (WHO,1996).
Keperawatan modern menerapkan seni dna ilmu yang mencakup aktivitas, konsep dan keterampilan yang berhubungan dengan ilmu sosial, fisik dasar, etika dan isu-isu yang beredar serta bidang lainnya. Hakekat keperawatan sendiri adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, serta ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yg mencangkup seluruh siklus kehidupan manusia. Bentuk layanan profesional yang diberikan adalah asuhan keperawatan.
Bantuan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik, mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Asuhan keperawatan sebagai sebuah pendekatan holistik merupakan rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan secara langsung diberikan pada klien (individu, keluarga, masyarakat) pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan agar terpenuhinya kebutuhan dasar klien. Inti dari asuhan keperawatan adalah keahlian perawat dalam menginterpretasikan situasi klinik dan membuat keputusan yang kompleks dengan berpikir kritis. Berpikir kritis (Tanner et al, 1987; Alfaro-Le Fevre, 1995; Bandman, 1995) memiliki karakteristik sebagai berikut :
Mampu melakukan observasi yang relevan
Mengenali masalah kesehatan
Mengembangkan pemecahan masalah yang tepat
Mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mempertahankan dan mencapai derajat kesehatan yang optimal dengan memodifikasi lingkungan sedemikian rupa sehingga klien dapat meningkatkan tanggung jawab bagi dirinya secepat mungkin, berbasis ilmu-ilmu dasar (ilmu alam, ilmu sosial, ilmu perilaku), ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan dan ilmu keperawatan klinik.
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Praktik keperawatan menggunakan pengetahuan teoritik yangmantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan untuk membuat rencana asuhan keperawatan. Kegiatan keperawatan dalam praktik keperawatan, meliputi :
Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
Mencegah penyakit, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien dan adaptasinya terhadap pengobatan dan keadaan sakit.
Mengajarkan klien merawat diri sendiri (mandiri).
Memberi nasihat dan merencanakan bersama klien tentang tujuan yang akan dicapai klien dalam mengaktualisasikan diri.
UNIT 2
PENGEMBANGAN EMPIRIS TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN
Dra. Setyowati, SKp, MAppSc, PhD, RN.
Sejarah keperawatan
Sejarah perawat profesional sebenarnya dimulai sejak Florence Nightingale yang mengemukakan pendapat bahwa untuk menjalankan perawatan dengan baik harus mempunyai ilmu dan keterampilan. Selandia Baru adalah negara pertama yang mengatur perawat secara nasional, dengan mengadopsi Undang-Undang Pendaftaran Perawat (Registrasi) 12 September 1901. Ellen Dougherty adalah perawat pertama yang terdaftar. North Carolina adalah negara bagian pertama di Amerika Serikat untuk melewati sebuah lisensi hukum keperawatan (Lisensi/Sertifikasi) pada tahun 1903.
Pengembangan teori secara alamiah terjadi pada era penelitian setelah perkembangan pendidikan keperawatan. Pada kemajuan terbaru saat ini penekanan pada penggunaan teori dan praktik keperawatan berdasarkan teori dan terus mengembangkan teori-teori lainnya.
Pengertian teori dan teori keperawatan
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Kerlinger (1973) mengemukakan bahwa teori adalah satu set konsep yang saling berhubungan yang memberikan gambaran systematical review suatu fenomena yang dapat menjelaskan dan memprediksi secara alamiah. Karenan itu teori terdiri dari konsep-konsep, definisi-definisi, model-model, proposisi-proposisi dan berdasarkan asumsi-asumsi.
Tiga hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin mengenal lebih lanjut tentang teori adalah:
Teori merupakan suatu proporsi yang terdiri dari konstrak yang sudah didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi tersebut secara jelas
Teori menjelaskan hubungan antar variabel sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas
Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel yang saling berhubungan
Teori sebenarnya dibentuk melalui dua prinsip metode yaitu: a) Deductive reasoning; dan b) Inductive reasoning. Nursing theorists menggunakan kedua metode tersebut. Teori memiliki karakteristik sebagai berikut :
Terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan sedemikian rupa untuk menghasilkan cara yang berbeda untuk melihat suatu fenomena
Logis dalam kealamiahan
Dapat digeneralisasi
Berdasarkan atas hipotesa yang telah diuji
Meningkatnya pohon keilmuan/body of knowledge setiap ilmu melalui hasil riset yang diimplementasikan untuk memvalidasinya.
Digunakan oleh para praktikan dalam memberi petunjuk dan meningkatkan pelaksanaan praktiknya.
Konsisten antara teori, hukum/legal, dan prinsip-prinsip.
Teori keperawatan adalah sekelompok konsep, definisi, hubungan-hubungan, dan asumsi atau proposisi yang dihasilkan dari model perawatan atau dari ilmu lain. Nursing theories cenderung untuk mendiskripsikan dan menjelaskan suatu fenomena (proses, kejadian) yang terjadi dalam keperawatan (Barnum, 1998). Teori digunakan oleh perawat profesional. Suatu teori membuat kemungkinan untuk diorganisirnya hubungan antar konsep untuk dideskripsikan, dijelaskan, diprediksi dan mengontrol praktik.
Adapun konsep adalah dasar pemikiran termasuk ide-ide dan imaginasi. Konsep merupakan kata-kata untuk mendeskripsikan objek, barang, atau suatu kejadian dan merupakan komponen dasar dari teori. Konsep bisa berbentuk sebagai : a) empirical concepts; b) inferential concepts; atau c) abstract concepts.
Model mewakili interaksi antara konsep-konsep sehingga menghasilkan pola tertentu. Dengan model membuat konsep-konsep didalam teori keperawatan dapat diterapkan dengan baik di praktik keperawatan. Model memberikan gambaran kerangka pikir di belakang teori dan dapat mendemonstrasikan bagaimana teori diterapkan dalam praktik, misalnya metode khusus dalam pengkajian. Sedangkan preposisi adalah pernyataan yang menjelaskan hubungan antar konsep.
Proses adalah satu set tindakan/action, perubahan atau fungsi-fungsi yang disusun untuk menghasilkan suatu hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Selama proses dilakukan secara sistematis dan tahapan yang kontinyu untuk mencapai tujuan dan menggunakan pengkajian dan umpan balik untuk melakukan tindakan sesuai tujuan. Suatu teori khusus atau kerangka konsep dibuat untuk memberikan arah bagaimana tindakan dilakukan.
Pemberian asuhan keperawatan dengan proses perawatan dilakukan dengan mengikuti arahan dari kerangka konsep dan teori tertentu yang dibedakan dalam konsep manusia (pasien), lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Pentingnya teori keperawatan
Teori keperawatan diperlukan untuk menjelaskan, mendeskripsikan dan memprediksi fenomena-fenomena dalam keperawatan (Chinn and Jacobs, 1978). Teori harus merupakan landasan untuk praktik keperawatan, membantu menggeneralisasikan pengetahuan dan indikasi kearah mana keperawatan akan dikembangkan nantinya (Brown, 1964). Teori sangat penting karena akan membantu kita untuk memutuskan apa yang kita ketahui dan apa yang ingin kita ketahui (Parsons, 1949). Dengan demikian teori keperawatan akan membantu membedakan apa yang harus secara dasar dilakukan dalam praktik dengan mendiskripsikan keperawatan secara explisit. Dengan teori akan dapat melihat bahwa profesi keperawatan dapat mempertahankan batas-batas profesionalismenya.
Tujuan teori terhadap praktik keperawatan, meliputi :
Membantu perawat untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi pengalaman sehari-hari.
Memberi petunjuk untuk melakukan pengkajian, intervensi dan evaluasi asuhan keperawatan
Menyediakan rasionalisasi setiap data yang diambil sehingga sesuai dengan keadaan dan status kesehatan klien, dimana hal ini sangat penting untuk pengambilan keputusan klinik dan implementasinya.
Membantu menetapkan kriteria untuk mengukur kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
Membantu mengembangkan terminologi umum keperawatan untuk digunakan dalam berkomunikasi dengan tim kesehatan lainnya.
Meningkatkan otonomi (independensi dan pengelolaan profesi sendiri) dari keperawatan sebagai penguraian dari fungsi independen keperawatan.
Tujuan teori untuk pendidikan keperawatan adalah : 1) untuk memberikan fokus umum untuk mendesain kurikulum; dan 2) petunjuk pengambilan keputusan kurikulum.
Tujuan teori untuk riset keperawatan meliputi :
Memberi kerangka kerja untuk generalisasi pengetahuan dan ide baru.
Membantu menemukan gaps pengetahuan pada satu bidang studi tertentu
Memberikan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi untuk studi, variabel yang dipilih, hasil riset dan validasi intervensi keperawatan
Pendekatan untuk mengembangkan teori keperawatan.
Pendekatan induktif dari praktik keperawatan sehingga menemukan teori/konsep baru untuk menjelaskan fenomena.
Pendekatan deduktif untuk menyelaraskan teori dan praktik.
Pengembangan teori keperawatan
Teori keperawatan sering berdasarkan pada pengaruh secara luas dari penerapan proses dan teori. Beberapa teori berdasarkan dari berbagai konsep keperawatan, antara lain :
General System Theory
Menjelaskan bagaimana memotong sebuah ide besar kedalam bagian kecil kemudian mempelajarinya bersama dan bekerja bersama dalam satu sistem. Konsep-konsep ini mungkin diterapkan dalam berbagai sistem misalnya sistem biokimia, sistem sosiologi, budaya, organ-organ anatomi dan kesehatan dalam keperawatan.
Adaptation Theory
Mengidentifikasi bahwa adaptasi tidak hanya menyesuaikan kehidupan dengan kehidupan orang lain dan kondisi lingkungan. Adaptasi adalah proses yang terjadi secara kontinyu yang berpengaruh terhadap perubahan dan interaksi serta respon. Adaptasi manusia terjadi tiga tingkat : a) internal (diri sendiri); b) social (orang lain); dan c) fisik (reaksi biokimia).
Developmental Theory
Merupakan garis besar dari proses tumbuh kembang manusia secara teratur dan prediktif mulai konsepsi sampai meninggal. Progres dan perilaku individu setiap tahap adalah unik. Tumbuh kembang individu dipengaruhi oleh heriditas, sifat, emosional, dan lingkungan fisik, pengalaman hidup dan status kesehatan.
Terdapat empat konsep umum dalam keperawatan. Empat konsep umum dalam teori keperawatan yang mempengaruhi dan menentukan praktik keperawatan adalah : a) manusia (pasien); b) lingkungan; c) kesehatan; d) keperawatan(tujuan, peran dan fungsi). Masing-masing konsep ini biasanya didefinisikan dan didiskripsikan oleh pengembang teori keperawatan.yang paling penting dari keempat konsep adalah manusia sebab fokus dari keperawatan adalah manusia.
Classification of nursing theories
Klasifikasi yang dibuat bergantung pada generalisasi dari prinsip-prinsipnya. Klasifikasi yang umum digunakan adalah :
Meta theory (Teori dari teori) : Mengidentifikasi fenomena spesifik melalui konsep abstrak
Grand theory : memberikan kerangka konsep dengan konsep-konsep kunci dan prinsip-prinsip dari ilmu dapat diidentifikasi.
Middle range theory : lebih tepat dan hanya analisa pada situasi khusus dengan variabel yang terbatas.
Practice theory : menggali satu situasi tertentu yang ditemukan di keperawatan. Mengidentifikasi tujuan secara eksplisit dan detail bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai.
Teori keperawatan juga dapat dikategorikan sebagai berikut :
Needs theories
Teori ini berdasarkan pada membantu individu untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental. Needs theories telah dikritik karena terlalu banyak tergantung pada model medikal dan meletakkan pasien pada posisi yang sangat tergantung.
Interaction theories
Teori ini membahas tentang interaksi antara perawat dan pasien. Teori ini telah dikritik karena terlalu mengacuhkan model medikal dalam kesehatan dan tidak memperhatikan kebutuhan fisik.
Outcome theories
Teori ini menunjukkan perawat sebagai kekuatan perubahan yang membuat seseorang dapat beradaptasi dan melakukan koping kondisi kesehatannya. (Roy 1980). Outcome theories telah dikritik karena terlalu abstrak dan sulit untuk diimplementasikan dalam praktik. (Aggletonand Chalmers 1988).
Humanistic theories:
Humanistic theories dikembangkan dalam respon psikoanalitik seseorang yang dapat ditentukan pada awal kehidupan. Humanistic theories berfokus pada kemampuan aktualisasi diri seseorang. Humanists mempercayai bahwa sesorang dalam dirinya mempunyai potensial sehat dan perkembangan yang unik. Carl Rogers mengembangkana person–centered model of psychotherapy yang berfokus pada keunikan individual. Kontribusi utama dari Roger dalam praktik keperawatan adalah pemahaman bahwa masing-masing klien adalah individu yang unik
Macam-macam teori keperawatan menurut historinya
Macam-macam teori keperawatan menurut historinya, dijabarkan sebagai berikut :
Nightingale (1860) : To facilitate "the body's reparative processes" by manipulating client's environment
Paplau (1952) : Nursing is; therapeutic interpersonal process.
Henderson (1955) : The needs often called Henderson's 14 basic needs
Abdellah (1960) : This theory focus on delivering nursing care for the whole person to meet the physical, emotional, intellectual, social, and spiritual needs of the client and family.
Orlando (1962) : To Ida Orlando (1960), the client is an individual; with a need; that, when met, diminishes distress, increases adequacy, or enhances well-being.
Johnson (1968) : Dorothy Johnson's theory of nursing 1968 focuses on how the client adapts to illness and how actual or potential stress can affect the ability to adapt. The goal of nursing to reduce stress so that; the client can move more easily through recovery.
Rogers (1970) : to maintain and promote health, prevent illness, and care for and rehabilitate ill and disabled client through "humanistic science of nursing"
Orem (1971) : This is self-care deficit theory. Nursing care becomes necessary when client is unable to fulfill biological, psychological, developmental, or social needs.
King (1971) : To use communication to help client reestablish positive adaptation to environment.
Neuman (1972) : Stress reduction is goal of system model of nursing practice.
Roy (1979) : This adaptation model is based on the physiological, psychological, sociological and dependence-independence adaptive modes.
Watson (1979) : Watson's philosophy of caring 1979 attempts to define the outcome of nursing activity in regard to the; humanistic aspects of life.
Kelompok teori yang termasuk meta theory
Florence Nightingale-Environmental Theory
Manusia : pasien adalah yang dirawat oleh perawat, dipengaruhi oleh lingkungan dan mempunyai kekuatan untuk sembuh.
Lingkungan : dasar dari teori termasuk semua lingkungan, fisik, psikologi dan sosial.
Sehat : merupakan kemampuan mempertahankan kesejahteraan dengan menggunakan kekuatan seseorang dan upaya mempertahankan kesehatan adalah dengan mengontrol lingkungan
Keperawatan : berperan menyediakan udara bersih, kehangatan, kebersihan, makanan yang baik, memfasilitasi proses penyembuhan seseorang.
Hildegard Peplau-Interpersonal Relations Model
Berdasarkan pada keperwatan psikodinamik dengan menggunakan pemahaman perilaku seseorang untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitannya. Teori ini mengaplikasikan prinsip-prinsip hubungan antar manusia/human relations
Jean Watson -Philosophy and Science of Caring
Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktikan. Caring terdiri dari 10 faktor carative dan berupaya mempromosikan perkembangan. Lingkungan yang caring adalah menerima seseorang apa adanya. Caring mempromosikan bahwa sehat lebih baik daripada pengobatan sebab caring adalah sentral dari keperawatan.
Watson's Concepts mencakup:
Manusia : manusia perlu dihargai, dirawat, dihormati, dididik, dipahami dan dibantu
Lingkungan : masyarakat
Sehat : secara lengkap dari kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang berfungsi dengan baik
Keperawatan : memperhatikan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan penyembuhan.
Kelompok teori yang termasuk grand theory
Grand theory of nursing (Newman)
Sehat : Sehat dan sakit adalah sintesa dari kesehatan : suatu fusi dimana suatu saat dalam status sakit atau sebaliknya tanpa penyakit.
Keperawatan : adalah"caring pada pengalaman kesehatan manusia". Keperawatan dilihat sebagai partner antara perawat dan klien, dimana tumbuh dalam keadaan kesadaran yang tinggi dari kedua belah pihak untuk menjaga kesehatannya.
Manusia : adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dibagi-bagi, dan bukan bagian dari unit yang lebih besar di lapangan. Manusia adalah"centers of consciousness"
Lingkungan : didiskripsikan sebagai sistem terbuka yang luas/"universe of open systems"
Roy's adaptation model
Menekankan model sistem melalui regulator dan cognator sebagai subsistem untuk mendorong adaptasi. Sister Calista Roy -Adaptation model terdiri dari lima elemen yang saling berhubungan.
Pasien : seseorang yang mendapat perawatan
Perawatan bertujuan untuk mewujudkan adapting to change
Kesehatan adalah menjadi manusia seutuhnya
Lingkungan : aktifitas keperawatan yang memfasilitasi adaptasi
Manusia adalah sistem adaptasi yang terbuka dengan input (stimuli), dapat beradaptasi melalui proses atau mekanisme kontrol(throughput) dan output dapat berupa respon adaptif atau respon tidak efektif
Orem's grand theory of self-care.
Orem mendefinisikan self-care sebagai "aktifitas praktek dimana seseorang berinisiatif dan menunjukan perilaku yang dapat mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Dorothea Orem-self-care model, mendefinisikan bahwa :
Self-care adalah aktifitas-aktifitas yang dilakukan secara independen oleh seseorang untuk mempertahankan kesejahteraan dirinya.
Self care agency adalah kemampuan individu untuk melakukan aktifitas perawatan dirinya sendiri.
Self-care deficit terjadi ketika seseorang tidak bisa melakukan perawatan dirinya. Perawat ketika menemukan kebutuhan untuk self care pada klien akan melakukan tindakan seperti : memberipetunjuk, mendidik, memberi support, atau membuat lingkungan yang mendorong kemampuan pasien untuk self care.
Wholly compensatory nursing system adalah kondisi dimana pasien sangat tergantung dengan perawat.
Partially compensatory adalah keadaan dimana pasien dapat memenuhi beberapa kebutuhannya secara mandiri tetapi perlu dibantu perawat
Supportive educative adalah keadaan dimana pasien dapat melakukan self care, tetapi membutuhkan bantuan dalam mengambil keputusan atau pengetahuan
Imogene King-Goal attainment theory
Kerangka sistem terbuka King, meliputi :
Manusia adalah sistem terbuka yang secara kontan berinteraksi dengan lingkungan sistem, meliputi :
Sistem personal-individual, yaiitu : perception, self, growth, development, time space, body image.
Sistem interpersonal : socialization; interaction, communication and transaction
Sistem sosial : family, religious groups, schools, work, peers
Perawat dan pasien melakukan komunikasi mutual, menentukan tujuan dan mengambil tindakan untuk mencapai tujuan
Setiap individu membawa nilai-nilainya, ide-ide dan kebiasaan, perilaku, persepsi untuk berubah.
Kelompok teori yang termasuk Middle-Range Theory
Middle-range explanatory theories :
Khusus hubungan antara dua atau lebih konsep.
Menjelaskan tentang mengapa dan dalam hal apa suatu konsep berhubungan dengan konsep lain
Contoh dari middle-range explanatory theory adalah Watson's theory of human caring, teori Mercer-Maternal Role Attainment –becoming mother
Middle-range predictive theories
Prediksi dari suatu hubungan antara konsep-konsep dan efeknya pada satu konsep atau lebih dari satu konsep.
Contoh middle-range predictive theory adalah teori Orlando dalam proses keperawatannya
Teori-teori keperawatan dominan yang termasuk dalam ranah middle range theory antara lain :
Comfort Theory Katharine Kolcaba
Kolcaba menjelaskan bahwa kenyamanan terdisi atas tiga komponen : relief, ease, and transcendence. Apabila kebutuhan kenyamanan yang spesifik dari pasien terpenuhi misalnya nyeri post operasi dengan diberi obat analgetik, maka individu tersebut mengalami rasa nyaman karena rasa nyeri berkurang/relief. Jika pasien merasakan nyaman dan senang maka disebut pasien mengalami rasa senang dan nyaman misalnya setelah seseorang mengalami kecemasan (ease). Akhirnya, transcendence dijelaskan sebagai status kenyamanan dimana pasien mampu meningkatkan dirinya dan menghadapi tantangan.
Kenyamanan Holistik didefinisikan sebagai pengalaman yang diperoleh sehingga memperkuat melalui relief, ease, dan transcendence dalam konteks (fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan) (Kolcaba, 2010)
Need for help.Wiedenbach
Filosopi keperawatan adalah perilakunya dan kepercayaannya tentang kehidupan dan bagaimana efek keadaannya terhadap kehidupan. Wiedenbach mempercayai ada tiga komponen keyakinan penting yang berhubungan dengan filosofi keperawatan, yaitu :
Menghargai kehidupan
Menghargai keberadaan seseorang, otonomi, guna, dan individual dalam kehidupan manusia.
Tindakan yang memecahkan masalah pada personal dan memegang teguh profesionalitas.
Keperawatan dalam praktik mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk dibantu/ need for help melalui:
Observasi perilaku dan symptom yang dilihat saat ini.
Menggali arti dari gejala-gejala tersebut bersama dengan pasien
Menetapkan penyebab dari ketidaknyamanan dan menentukan kemampuan pasien untuk mengatasi ketidaknyamanan atau pasien membutuhkan bantuan dari perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Keperawatan secara langsung bertanggungjawab untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk dibantu/need for help.
Jean Orlando
Keperawatan berlandaskan teori hubungan interpersonal yang menitikberatkan pada sifat unik individu atau klien dalam ekspresi verbal yang mengisyaratkan adanya kebutuhan dan cara-cara memenuhi kebutuhan. Teori Jean Orlando mengandung konsep kerangka kerja untuk perawat professional yang mengandung 3 elemen yaitu : perilaku klien, reaksi dan tindakan keperawatan, mengubah situasi perawat setelah perawat memperkirakan kebutuhan klien, perawat mengetahui penyebab yang mempengaruhi derajat kesehatan, lalu bertindak secara spontan atau berkolaborasi untuk memberikan pelayanan kesehatan
Watson
Keperawatan adalah filosofi dalam usaha merawat untuk memberi definisi hasil tindakan keperawatan dengan memperhatikan aspek humanistic dalam kehidupan. Tindakan keperawatan diarahkan pada pemeliharaan hubungan timbal balik dalam kesehatan. Sakit dan perilaku. Perawat berkonsentrasi pada peningkatan kesehatan, mempertahankan kesehatan dalam pencegahan penyakit. Model Jean Watson ini bentuk proses perawatannya menolong klien untuk mencapai atau memelihara kesehatan atau mati dengan tenang. Tindakan berhubungan dengan proses perawatan manusia, penguasaan ilmu pengetahuan dalam memberikan tindakan perawatan megenai perilaku manusia dan respon menusia untuk menentukan masalah yang nyata atau potensial kebutuhan klien. Perawatan diberikan secara langsung terhadap orang sakit atau sehat, kelompok, keluarga dan masyarakat. Perawatan menggunakan proses untuk melakukan rencana perawatan. Perawatan meliputi hubungan interpersonal yang berkelanjutan, hubungan perawat hubungan yang dekat dengan klien.
Kritik dalam keperawatan
Kritik dalam teori keperawatan, sangat diperlukan dengan alasan :
Untuk memahami mengapa diperlukan teori keperawatan di praktik secara umum masih tidak diperhatikan
Teori keperawatan haru smempunyai karakteristik : mudah dimengerti dan jelas
Penting untuk menggunakan bahasa yang konsisten dalam pengembangan teori
Banyak perawat yang tidak di training tentang konsep-konsep yang dilihat dalam teori
Mayoritas perawat gagal untuk memahami dan mengaplikasikan teori dalam praktik (Miller 1985).
UNIT 3
MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
Prof. Budi Anna Keliat, SKp., M.App.Sc.
Self-Care (D. E. Orem)
Keperawatan merupakan salah satu daya atau usaha manusia untuk membantu manusia lain dengan melakukan atau memberikan pelayanan yang professional dan tindakan untuk membawa manusia pada situasi yang saling menyayangi antara manusia dengan bentuk pelayanan yang berfokus kepada manusia seutuhnya yang tidak terlepas dari lingkungannya.
Orem mengklasifikasikan self care dalam 3 syarat : 1) Syarat universal : fisiologi dan psiko-sosial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, sosial, pencegahan bahaya; 2) Syarat pengembangan : untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup; dan 3) Penyimpangan kesehatan berhubungan dengan kerusakan atau penyimpangan cara, struktur norma dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care. Model konseptual Orem digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Model Konseptual Self-Care Menurut Orem
Sedangkan tindakan yang dilakukan perawat pada ketiga level asuhan keperawatan yang dikemukakan tadi dijelaskan sebagai berikut (gambar 3.2)
Gambar 3.2
Kegiatan perawat pada ketiga level perawatan menurut Orem
Implementasi model Orem pada asuhan keperawatan :
Filosofi
Keperawatan adalah sebuah pertolongan atas pelayanan yang diberikan untuk menolong orang secara keseluruhan ketika mereka atau orang yang bertanggung jawab atas perawatan mereka tidak mampu memberikan perawatan kepada mereka.
Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang memperlajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka.
Fokus pengkajian, diagnosa dan tindakan keperawatan
Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan pasien dan kemampuan pasien. Oleh karena itu ada tiga tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri, yaitu : 1) Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan pasien yang tinggi (sistem pengganti keseluruhan); 2) Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (sistem pengganti sebagian); dan 3) Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (sistem dukungan/pendidikan).
Hasil akhir
kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan
Implementasi model Orem pada manajemen keperawatan :
Perencanaan
Mengidentifikasi tingkat kemandirian klien dan kegiatan bantuan yang akan diberikan, merencanakan sumber daya yang dibutuhkan (termasuk tenaga)
Pengorganisasian
Membentuk tim pelaksana asuhan keperawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pelayanan keperawatan klien dengan melibatkan klien dan keluarganya.
Pengarahan
Memberikan petunjuk, nasihat dan arahan tentang kegiatan pertolongan yang diberikan kepada klien oleh tim. Termasuk menilai kembali pencapaian kemandirian klien.
Pengendalian
Mempertahankan dan meningkatkan pencapaian klien terhadap perawatan diri sendiri secara mandiri.
Implementasi model Orem pada penelitian keperawatan :
Pada teori
Pada kerangka konseptual
Pada metodologi
Caring
Caring dapat dilakukan secara efektif dan dipraktikkan secara interpersonal. Sepuluh faktor carative yang dapat mengangkat caring (untuk membedakan istilah carative dari bagian medis) adalah :
Pembentukan suatu sistem nilai dari human altruistic (mengutamakan nilai- nilai kemanusiaan).
Menanamkan kepercayaan-harapan.
Pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya.
Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif.
Menggunakan secara sistematis metode pemecahan masalah secara alamiah dalam membuat keputusan.
Meningkatkan pendidikan dan pengetahuan interpersonal.
Menetapkan suatu dukungan, perlindungan dan atau memiliki mental, fisik, sosial budaya dan lingkungan spiritual yang baik.
Dengan senang hati membantu kebutuhan-kebutuhan manusia.
Menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal.
Tiga dari faktor carative pertama berpengaruh dalam membuat suatu filosofi yang mendasari ilmu caring, sedangkan sisa faktor carative didiskusikan dalam suatu dasar yang ilmiah. Caring mempunyai aspek aktivitas tetapi juga menegaskan sikap dan perasaan yang menyokongnya.
Lima langkah caring (Swanson's theory) mencakup :
Mengenal (knowing)
Bersama (being with)
Berbuat untuk orang lain (doing for)
Memampukan (enabling)
Memelihara keyakinan (maintaining belief)
Karakteristik perawat yang memiliki caring (5 C's)
Compassion
Empati terhadap penderitaan orang lain
Ingin menolong, meringankan orang lain
Competence
Mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional
Sepanjang hidup selalu ditingkatkan
Confidence
Percaya diri
Dapat dipercaya
Conscience
Kata hati/suara hati, benar/salah
Commitment
Bertanggung jawab
Dedikasi
Dalam suatu analisa komperatif yang luas terhadap teori caring, terdapat 5 perbedaan konseptualisasi dari caring yaitu :
Caring sebagai human trait (mencirikan manusia) yaitu suatu komponen esensial dari manusia umumnya dan melekat dalam diri semua orang.
Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral), dalam hal ini menyangkut pemeliharaan martabat dan respek bagi pasien sebagai manusia.
Caring sebagai suatu affect (emosi kasihan) yaitu menggambarkan suatu emosi/perasaan keharuan/kasihan, dimana perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya bisa merawat pasien.
Caring sebagai interaksi interpersonal yaitu meliputi komunikasi perawat pasien, saling percaya/rasa penuh hormat dan bertanggung jawab terhadap satu dan lainnya.
Caring sebagai suatu intervensi terapeutik yaitu suatu tindakan yang berlainan yang dilakukan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Implementasi caring dalam asuhan keperawatan :
Pengkajian dan penegakan diagnosa
Keperawatan merupakan caring for dan caring about orang lain. Caring for adalah kegiatan-kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan seperti prosedur keperawatan, membantu memenuhi kebutuhan dasar pasien seperti memandikan, menggosok punggung. Caring about berkaitan dengan kegiaatan-kegiatan sharing/membagi pengalaman-pengalaman seseorang dan keberadaannya. Watson mengatakan bahwa perawat perlu menampilkan sikap empati, jujur dan tulus dalam melakukan caring about. Terkait denga pengkajian perawat harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup sebagai dasar dalam melakukan caring. Beberapa aspek caring yang dilaksanakan saat pengkajian misalnya : senyum, sapa dan salam serta melakukan komunikasi yang menempatkan klien sebagai orang penting. Misalnya : kontak mata, pandangan sejajar, intonasi suara yang lembut.
Intervensi
Suatu model caring yang berfokus pada perilaku caring yang didasarkan pada kegiatan instrumental (menolong) dan kegiatan yang expressive (menyatakan perasaan). Aktivitas instrumental dibagi dua yaitu: Aktivitas fisik yang berorientasi pada tingkah laku membantu seperti prosedur-prosedur dan aktivitas fisik yang berorientasi pada kognitif seperti mengajar. Aktivitas expressive tercipta saat hubungan dengan pasien dan bercirikan : keyakinan, hubungan saling percaya, harapan, peka/sensitif, empati, sentuhan, keramahan, keikhlasan, support, pengawasan, kenyamanan / menghibur. Identifikasi aspek complementary dari model caring yaitu aktivitas, sikap dan perasaan. Dalam hal intervensi, membutuhkan tindakan caring seperti mendengarkan dengan aktif, mendidik pasien, menjadi penasehat pasien, menyentuh, menemani pasien dan kemampuan tehnik, atau juga caring bisa meliputi tindakan-tindakan keperawatan (prosedur/intervensi keperawatan) yang membantu pasien.
Hasil akhir
Pasien merasa nyaman berinteraksi dengan perawat dan mau terbuka
Interpersonal (Peplau)
Keperawatan adalah suatu hasil proses kerja sama manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antar manusia). Pendidikan atau pematangan tujuan bertujuan untuk meningkatkan gerakan yang progresif dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun, menghasilkan pribadi dan cara hidup bermasyarakat. Hubungan interpersonal yang merupakan faktor utama model keperawatan menurut Peplau mempunyai asumsi terhadap 4 konsep utama yaitu : 1) Manusia : individu dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal; 2) Masyarakat/lingkungan : budaya dan adat istiadat merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan; 3) Kesehatan : didefinisikan sebagai perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan kearah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif; 4) Keperawatan : dipandang sebagai proses interpersonal yang bermakna.
Proses interpersonal merupakan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun klien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang penting untuk memahami klien dan mencapai resolusi masalah. Suatu model kebutuhan dapat diuraikan secara rinci, yaitu :
Tujuan asuhan keperawatan : Kepribadian yang berkembang melalui hubungan interpersonal mendidik dalam pemenuhan kebutuhan klien.
Sistem yang berkembang pada klien terdiri dari : karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.
Peran perawat : berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai orang asing, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.
Sumber kesulitan : ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang. Ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologik dan biologic individu.
Fokus intervensi : ansietas yang disebabkan oleh hubungan interpersonal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian. Terdapat 4 komponen sentral yaitu : proses interpersonal, perawat, pasien dan ansietas.
Cara intervensi: Proses interpersonal terdiri dari 4 fase yaitu :
Fase orientasi : Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif dalam pemberian askep pada klien;
Fase identifikasi : Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan memberikan askep yang tanpa penolakan diri perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan kepribadian pasien. Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa :
Pasrtisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat
Individu mandiri terpisah dari perawat
Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat.
Fase identifikasi digambarkan oleh Watson sebagai berikut :
Gambar 3.3
Hubungan perawat-klien pada fase identifikasi :
Fase eksplorasi : Memungkinkan suatu situasi pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti;
Fase resolusi : Secara hubungan dalam proses interpersonal. pasien melepaskan diribertahap dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kearah realisasi potensi.
Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana perawat membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang saling tergantung dalam lingkungan sosial. Hubungan interpersonal perawat-klien dan fase interaksi yang terjadi selama proses perawatan diilustrasikan pada gambar 3.4
Gambar 3.4
Fase interaksi dalam hubungan interpersonal perawat-klien
Perawat mempunyai 6 peran yaitu sebagai :
Mitra kerja (partnership)
Nara sumber (resources person)
Pendidik (teacher role)
Kepemimpinan (leadership role)
Perngasuh pengganti (surrogate role)
Penasihat (counselibg role) untuk meningkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif.
Adaptasi (Roy)
Filosofi : keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses analisa dan tindakan yang berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau yang kurang sehat. Sebagai ilmu pengetahuan keperawatan metode yang digunakan adalah terapeutik, scientik dan knowledge dalam memberikan pelayanan yang esensial untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat kesehatan.
Konsep utama
Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh yang memiliki mekanisme koping untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu selalu berinteraksi secara konstan atau selalu beradaptif terhadap perubahan lingkungan.
Lingkungan adalah semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
Sehat adalah suatu keadaan proses dalam menjaga integritas diri.
Peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap perubahan yang ada.
Sistem adaptasi :
Individu adalah makhluk biospikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan sosial.
Setiap orang selalu menggunakan koping baik yang bersifat positif maupun yang negatif untuk dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu : 1) Penyebab utama terjadi perubahan; 2) Faktor kondisi dan situasi yang berbeda; dan 3) Keyakinan dan pengalaman dalam beradaptasi.
Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri/kemandirian, serta kebutuhan akan kemampuan melalui peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri.
Posisi individu pada rentang sehat sakit terus berubah, berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.
Roy berpendapat ada 2 metode koping yaitu : 1) Regulator : memproses input secar sistematis melalui jalur saraf, kimia dan endokrin; dan 2) Cognator : memproses input melalui cara kognitif seperti persepsi, proses informasi, belajar, keputusan dan emosi.
Model sistem adaptasi menurut Roy digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.5
Model sistem adaptasi manusia menurut Roy
Keperawatan : Menurut Roy, tindakan keperawatan ditujukan untuk meningkatkan adaptasi individu terhadap sehat dan penyakit. Keempat model adaptasi itu adalah :
Model fisiologi : cairan dan elektrolit, sirkulasi dan oksigenasi, nutrisi dan eliminasi, proteksi, neurology dan endokrin.
Model konsep diri : gambaran diri, ideal diri, moral diri.
Model fungsi peran : kebutuhan akan integritas
Model interdependen (kemandirian) : hubungan seseorang dengan yang lain dan sumber system yang memberikan bantuan, kasih sayang dan perhatian.
Pengkajian
Pengkajian Tahap I
Pemeriksaan Fisik-Fisiologis :
Apa yang dirasakan saat ini (batuk, susah tidur, pusing, pandangan berkunang-kunang, lupa/pikun, sesak nafas, demam, tidak bisa BAB, perih saat BAK, tidak ada selera makan, jantung berdebar-debar)
Apa yang pernah dialami (jatuh dan terluka, pingsan, kejang, muntah, diare, oedema)
Konsep Diri
Persepsi tentang keadaan diri (sehat/sakit)
Persepsi tentang bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku
Persepsi tentang kegiatan yang dapat dilakukan dengan keadaan sekarang
Lingkungan yang dirasakan mengganggu atau mendukung bagi kesehatan
Perasaan saat berada dalam lingkungan sosial
Persepsi terhadap petugas
Persepsi mengenai perawatan
Persepsi mengenai hakikat sakit
Fungsi Peran
Persepsi tentang bagaimana semestinya dirinya berperilaku
Persepsi tentang apa yang dirasakan mengganggu perilaku sehat
Interdependen
Persepsi tentang apa yang dirasakan saat berada di lingkungannya yang dinamis
Persepsi tentang rasa aman saat berada di lingkungannya yang dinamis
Pengkajian Tahap II
Pemeriksaan riwayat kesehatan, faktor resiko dan riwayat adaptasi
Pemeriksaan tanda-Tanda Vital (wajib dilakukan)
Pemeriksaan penunjang
Penilaian lingkungan
Diagnosis
Diutamakan penegakan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah dalam pemenuhan kebutuhan : 1) Oksigenasi, 2) Nutrisi, 3) Eliminasi, 4) Istirahat dan Aktivitas, 5) Proteksi, 6) Perasaan, 7) Cairan dan Elektrolit, 8) Fungsi Neurologis dan 9) Fungsi Endokrin.
Intervensi
Bentuk-bentuk intervensi keperawatan yang dapat diaplikasikan meliputi :
Terapi spiritual.
Terapi relaksasi.
Terapi tawa (hasil penelitian Kazuo (2003) tertawa sebagai penanda kebahagiaan dapat meningkatkan ekspresi sel-sel tubuh yang menyandi aktivasi D4DR sebagai salah satu sistem immun.
Pemenuhan kebutuhan dasar :
Oksigenasi : terapi oksigen, latihan batuk efektif, nebulasi
Nutrisi : air minum, diet dari ahli gizi, terapi cairan/nutrisi parenteral
Eliminasi : kateterisasi, penggunaan pispot/urinal
Aktivitas/istirahat : latihan fisik ROM, pengaturan jadwal suntikan yang tidak mengganggu jam tidur.
Proteksi : penggunaan masker, pengaman samping tempat tidur, pencahayaan yang baik, lantai kamar mandi yang tidak licin.
Terapi lingkungan : memisahkan ruang rawat laki-laki dan perempuan, penerangan kamar mandi/toilet harus baik, tidak bising, pembatasan pengunjung.
Implementasi
Tindakan perorangan (konseling, pendidikan kesehatan, nasihat, bantuan)
Pemberdayaan support system (keluarga, rekan sekamar)
Tindakan kolektif (pengajian, penyuluhan)
Evaluasi
Klien mampu beradaptasi dengan peran sakit
UNIT 4
HUBUNGAN ANTARA FALSAFAH, PARADIGMA, MODEL KONSEPTUAL DAN TEORI KEPERAWATAN SECARA EMPIRIS
Falsafah keperawatan
Falsafah adalah pengetahuan yang menguraikan logika, etika, estetika, metafisika, dan epistemologi. Falsafah juga merupakan kajian tentang penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis daripada metoda empiris. Tujuan dari adanya falsafah adalah untuk menyajikan suatu gambaran pengetahuan ilmiah yang diformalisasikan, termasuk didalamnya adalah suatu aplikasi prinsip logis untuk mempertanyakan tentang gambaran ilmiah. Hal ini karena logika memberikan prinsip utama hubungan antar pernyataan ilmiah. Dengan memeriksa hubungan-hubungan ini, landasan pengetahuan ditujukan untuk menghasilkan kebutuhan logis yang sistematik untuk semua pengetahuan ilmiah.
Keperawatan merupakan profesi yang mengidentifikasi dirinya sebagai profesi yang humanistik, dan memberikan perhatian besar pada falsafah dasar yang berfokus pada individulitas dan keyakinan bahwa kegiatan manusia merupakan sesuatu yang dapat dilakukan secara bebas. Pilihan seseorang merupakan hak menentukan keinginan diri sebagai individu yang aktif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa falsafah keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit, serta terutama berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi. Orientasi filosofis suatu pengetahuan adalah naturalistik dan empiris. Orientasi ini melibatkan kegiatan mengeksplorasi, menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena melalui proses observasi dan pemeriksaan langsung.
Falsafah keperawatan hampir secara universal memiliki keyakinan tentang manusia yang holistik. Pandangan tentang manusia yang holistik. Oleh karena itu, manusia perlu dikaji secara bersamaan pada berbagai tingkatan dan perspektif yaitu status fisik, psikologis, pengetahuan diri, tujuan hidup, lingkungan sekelilingnya dan sebagainya. Disamping itu, manusia sebagai sistem terbuka memiliki kemampuan pertumbuhan yang tidak terbatas. Falsafah keperawatan merupakan landasan pemahaman perawat tentang manusia sehat-sakit yang unik dan individualistik serta memiliki kemampuan untuk berespons secara negatif dan positif. Keunikan individu dinilai dan dikatakan terkait dengan kebudayaan, sosial ekonomi, agama, dan pengalaman yang relatif. Berdasarkan keholistikan, sistem terbuka, dan pandangan unik manusia, maka setiap individu akan mengalami pengalaman tentang realita dirinya sendiri. Selain itu, setiap individu juga akan mendapatkan pengalaman yang mencerminkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial dan adaptif terhadap berbagai tingkat perubahan dan tantangan.
Berdasarkan keyakinan ini, seyogyanya perawat mampu menyisihkan respon negatif dan meningkatkan respon positif, serta memberdayakan kemampuan bersosialisasi dan beradaptasi dari seorang individu agar tetap dapat melangsungkan kehidupannya ditengah-tengah periode sakit atau ketika sehat. Perawat juga merupakan advokat untuk membantu mempertahankan hak-hak individu yaitu klien yang menjadi tanggung jawabnya. Perawat tidak membantu mewakili klien untuk menentukan pilihan akan tetapi mendidik klien bagaimana menentukan pilihan dan mendukungnya ketika klien telah menentukan pilihannya. Hal ini untuk menjamin bahwa hak menentukan diri sendiri dari k1ien dapat dipertahankan dan memberi kesempatan pada k1ien untuk terlibat atau tidak terlibat dalam merancang program perawatan kesehatannya.
Paradigma keperawatan
Paradigma merupakan pola atau skema yang mencoba mengorganisasikan atau menerangkan suatu proses. Paradigma juga disebut sebagai tahap kedua perkembangan ilmu pengetahuan, dimana pada tahap ini pencarian jalan keluar permasalahan yang rasional dilakukan berdasarkan asumsi metodologis dan metafisik untuk memahami bagaimana hagian-bagian dari alam semesta melakukan kegiatan dan bagaimana cara mempelajari hal tersebut. Paradigma memiliki arti pengetahuan umum dimana didalamnya terdapat proses ilmiah umum yang secara historis mencerminkan berbagai keberhasilan dalam suatu disiplin.
Para ilmuwan juga berpendapat bahwa paradigma menyajikan kesepakatan bersama antar ilmuwan dalam suatu disiplin tentang konsep atau beberapa konsep yang akan mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin tersebut. Paradigma memiliki dimensi penting dan memperlihatkan citra keilmuan mereka sebagai agen scientifik. Paradigma keperawatan merupakan suatu pedoman yang menjadi acuan dan mendasari pelaksanaan praktek keperawatan diberbagai tatanan kesehatan. Seperti halnya definisi paradigma secara umum, maka paradigma keperawatan merupakan serangkaian konsep yang bisa sama dan terdapat dalam berbagai disiplin keilmuan lain, tetapi tidak memiliki definisi umum yang dapat berlaku secara universal. Paradigma ini terdiri dari empat komponen yaitu manusia, sehat dan kesehatan, masyarakat dan lingkungan, serta komponen keperawatan.
Manusia
Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan keperawatannya bahwa manusia merupakan individu yang layak diperlakukan secara terhormat, dihargai keunikannya berdasarkan individualitas, dalam berbagai situasi, kondisi, dan sistem yang dapat mengancam kehormatan dan sifat kemanusiaannya. Perspektif keperawatan menjelaskan bahwa manusia merupakan pribadi-pribadi dan bukan obyek. Konseptualitas keperawatan tentang manusia dapat dibuktikan melalui model-model keperawatan tentang kemanusiaan, penghargaan terhadap manusia, dan perasaan sebagai manusia, yang telah berlaku sejak lama. Meskipun demikian, mengkonseptualisasikan manusia sebagai suatu sumber energi atau beberapa set sistem perilaku, atau memperlakukan pikiran dan perasaan manusia sebagai lingkungan internal dapat menimbulkan keraguan keperawatan untuk menerangkan tentang manusia secara jelas.
Sehat dan Kesehatan
Definisi sehat dan kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas penyakit menjadi kondisi yang mampu bertahan untuk berfungsi secara konsisten, stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui interaksi positif dengan lingkungan. Kesehatan dipandang juga sebagai sebuah kisaran antara sehat dan sakit dimana individu memiliki suatu nilai yang berharga tentang kesehatan dan bukan semata-mata suatu fenomena empiris tentang kondisi seseorang. Para teologis berpendapat bahwa kesehatan bukan suatu elemen utama yang menjadi gambaran alami seorang individu, tetapi merupakan elemen tambahan bagi gambaran alami individu. Mereka menyatakan bahwa tingkat kesehatan individu dapat berbeda dan dapat dipersepsikan sebagai pelengkap yang bervariasi. Selain itu, makna kesehatan dikaitkan dengan dua elemen dasar proses kehidupan yaitu identitas diri dan perubahan diri. Sebaliknya, keperawatan menolak bahwa kesehatan hanya merupakan kondisi bebas dari penyakit.
Masyarakat dan Lingkungan
Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma keperawatan dimana setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan juga dianggap sebagai sumber terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan atau kondisi sakit seseorang.
Fokus perhatian terhadap interaksi manusia dan lingkungannya dalam teori keperawatan dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu teori keperawatan yang berfokus parsial dan teori keperawatan yang berfokus total. Pada fokus parsial, perawat berperan sebagai pengganti, dimana peran perawat diperlukan pada saat klien tidak mampu melakukan kegiatannya. Teori ini beranggapan bahwa perawat bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kebutuhan harian klien sampai mereka dapat pulih kembali dan mampu bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup selanjutnya.
Teori yang berfokus total terhadap lingkungan dikemukakan melalui dukungan beberapa ahli teori keperawatan yaitu Nightingale, Levine, Rogers, Roy, Neuman, dan Johnson yang memandang bahwa lingkungan merupakan kondisi eksternal sebagai sumber ventilasi, kehangatan, kebisingan, dan pencahayaan dimana perawat dapat mengatur dan memanipulasinya dalam rangka membantu klien memulihkan diri. Dengan demikian, kegiatan keperawatan meliputi antara lain menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien.
Teori ini juga menekankan bahwa keperawatan seyogyanya berperan aktif dalam memfasilitasi interaksi antara individu dan lingkungannya melalui upaya menciptakan lingkungan fisik yang kondusif agar kondisi kesehatan dapat tercapai. Selain itu, berperan aktif melalui hubungan interaksi klien dan lingkungan yang tidak terpisahkan dan amat ekstensif (komplementer, helisi, dan resonansi). Juga, melalui upaya mempertahankan dan meningkatkan kemampuan proses adaptasi klien terhadap berbagai stimulus. Disamping itu, melalui kemampuan meningkatkan sistem terbuka klien secara intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal, dan memfasilitasi sistem perilaku yang positif rnelalui peningkatan fungsi - fungsi interrelasi dan interdependensi subsistem yang terdapat dalam setiap individu.
Keperawatan
Menurut Henderson, keperawatan merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit, yang dibutuhkan sampai pulih kembali atau menjelang ajal, dimana individu tidak mampu melaksanakan kegiatan kehidupannya akibat ketidak mampuan, ketidak mauan, dan ketidak-tahuan. Asuhan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan kepada klien (individu atau kelompok) yang sedang mengalami stress kesehatan - stress penyakit dimana situasi kehidupan yang seimbang menjadi terganggu dan menghasilkan tekanan (biologis, psikologis, dan sosial) serta ketidak-nyamanan.
Berbeda dengan profesi kedokteran yang memfokuskan kepada diagnosis medis dan pengobatan penyakit, serta masalah-masalah kesehatan yang terkait dengan penyakit, maka penekanan dalam keperawatan lebih kepada kehidupan manusia dan pola hidupnya serta respon terhadap penyakit. Penyakit dan masalah kesehatan bagi keperawatan bukan merupakan fokus yang dominan, tetapi faktor-faktor tersebut perlu untuk difahami karena efek dan konsekuensi faktor-faktor tersebut terhadap kehidupan manusia dan pola hidupnya. Oleh karena itu fokus, penekanan, tujuan, pohon keilmuan, model, teori, dan riset amat berbeda antara profesi medik dan keperawatan. Demikian pula aktivitas dari para praktisi dalam keperawatan akan berbeda dengan praktisi medik .
Keperawatan dapat dipandang sebagi suatu proses kegiatan dan juga sebagai suatu keluaran kegiatan, tergantung dari cara memandang dan perspektif pandangan. Sebagai proses serangkaian kegiatan, maka keperawatan perlu mengorganisasikan, mengatur, mengkoordinasikan serta mengarahkan berbagai sumber (termasuk klien didalamnya) untuk digunakan seefektif dan efisien mungkin dalam rangka memenuhi kebutuhan klien. Selain itu, untuk mengatasi masalah-masalah aktual dan potensial klien melalui suatu bentuk pelayanan keperawatan yang menekankan pada pengadaan fasilitasi interaksi klien dan lingkungannya.
Keperawatan sebagai dimensi keluaran dipandang sebagai titik akhir pencapaian tujuan dimana keperawatan berhasil menghantarkan klien kembali kepada keadaan awal sebelum sakit sehingga mampu berfungsi sebagai individu sosial yang dapat berinteraksi dengan lingkungan dalam rangka mempertahankan kesejahteraan fisik, psikologis dan sosial.
Keperawatan sering diartikan pula sebagai serangkaian kegiatan atau fungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan banyak tujuan keperawatan terkait dengan upaya mempertahankan keseimbangan, upaya adaptasi, merancang pola kehidupan kembali dimana kesemuanya dilakukan dalam rangka pulihnya situasi sehat dan kesehatan. Konseptualisasi keperawatan yang memfokuskan kepada proses interpersonal atau hubungan antar manusia telah mengarahkan keperawatan sebagai suatu pelayanan kesehatan yang menekankan pada hubungan saling menolong antar manusia.
Model konseptual
Model konseptual tersusun dari ide-ide (konsep-konsep) abstrak dan umum, dan proposisi yang menspesifikasi hubungan diantara keduanya. Model konseptual amat penting sebagai landasan perkembangan disiplin keperawatan. Tetapi, perbedaan antara skema yang abstrak dan teori substansi sering membingungkan profesi keperawatan itu sendiri. Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian idea-idea global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian, terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Fenomena ini diklasifikasikan menjadi konsep, terdiri dari kata – kata yang mengandung citra mental dari sesuatu yang akan dijelaskan. Konsep bisa berupa idea abstrak (seperti adaptasi, ekuilibrium) atau idea konkrit (misalnya bangku atau papan tulis). Karena itu, model konseptual dapat dijabarkan sebagai serangkaian konsep dan asumsi yang berintegrasi menjadi suatu gambaran yang berrnakna.
Model konseptual keperawatan menguraikan situasi yang terjadi dalam suatu lingkungan atau stressor yang mengakibatkan seseorang individu berupaya menciptakan perubahan yang adaptif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual keperawatan mencerminkan upaya menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui pengembangan mekanisme koping yang positif untuk rnengatasi stressor ini. Melalui penjelasan tentang fenomena ini dan keterkaitan antara istilah umum dan abstrak maka model konseptual mencerminkan langkah pertama. mengembangkan formulasi teoritis yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah. Model konseptual sering tersusun sebagai hasil dari pendalaman intuitif seorang ilmuwan terutarna terjadi dalam lingkup keilmuan disiplin terkait. Sintesis yang terjadi dalam pengembangan skema konseptual baru sering mengakibatkan suatu hasil yang unik untuk lingkup keilmuan tersebut.
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan surnber awal masalah tetapi juga merupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang (klien).
Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, rnasyarakat, dan kelompok lain termasuk lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penekanan pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer. Model konseptual mendefinisikan sehat sebagai kisaran sehat-sakit dari seseorang, dan lingkungan kondusif untuk pemulihan kesehatan. Model ini juga mengidentifikasi tujuan keperawatan yang biasanya menterjemahkannya dari definisi sehat yang dimaksud. Dalam konsep keperawatan juga terlibat suatu penjelasan tentang proses keperawatan dan pola pikir yang terbentuk dari konsep ini.
Teori keperawatan
Teori merupakan serangkaian konsep, definisi, dan proposisi yang menunjukkan gambaran fenomena yang sistematik dan yang bertujuan menyebutkan, menjelaskan, dan memprediksikan. Teori adalah serangkaian konsep yang saling terkait yang menspesifikasi hubungan antar variabel. Dengan demikian, teori keperawatan adalah serangkaian pemyataan tentang fenomena yang saling terkait yang amat berguna untuk menyebutkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan. Teori terdiri dari set, postulate, definisi dan hipotesa. Set adalah sekumpulan obyek atau elemen. Tetapi fakta, prinsip, dan hukum tidak merupakan suatu teori. Meskipun demikian, apabila seorang ilmuwan memilih fakta, prinsip, dan hukum tertentu dari rangkaian universal karena keterhubungan dan relevansi dari masalah yang diteliti, maka ilmuwan tersebut telah . memenuhi persaratan set yang diperlukan untuk pengembangan suatu teori. Akan tetapi ketika seorang ilmuwan ingin mengembangkan suatu teori baru, selayaknya ia juga mengkaji apa tujuan dan inti dari teori ini serta bagaimana penjelasannya.
Titik sentral suatu teori terdiri dari beberapa postulat dan merupakan suatu pernyataan kebenaran umum yang memberikan janji (harapan) penting tentang apa yang sedang diteliti. Postulat biasanya dinyatakan sebagai generalisasi yang konsisten dengan bukti-bukti ilmiah dari suatu masalah penelitian. Sebagai contoh, Roger mengembangkan teori tentang manusia dimana teori ini terdiri dari empat postulat yang membahas tentang keutuhan seorang individu, fluiditas, sense pola dan organisasi, dan kalimat.
Definisi dari suatu teori merupakan cara berkomunikasi yang penting bagi semua ilmuwan. Definisi konsep-konsep yang membentuk teori perlu dijabarkan secara jelas dan mencerminkan operasionalisasi dari teori itu sendiri. Ada tiga jenis definisi teori yaitu primitif, teoritis, dan kunci. Definisi primitif adalah definisi yang tidak dapat dioperasionalisasikan, dan hanya dapat diinterpretasikan bila seseorang yang akan menerapkan teori ini pernah mengalami atau secara intuitif memahami latar belakangnya. Definisi teoritis adalah definisi yang juga tidak dapat dioperasionalisasikan secara independent, tetapi hanya akan dapat dioperasionalisasikan apabila dikaitkan dengan konsep / terminologi lain. Definisi kunci merupakan definisi yang dapat dioperasionalisasikan sehingga hipotesis yang sedang diteliti dapat diujikan. Definisi kunci hampir sama artinya dengan definisi operasional suatu riset dimana melalui penggunaan instrumen yang valid dan reliable, hipotesa dapat diuji.
Hipotesis merupakan perkiraan atau prediksi yang berasal dari serangkaian postulat, yang menyebutkan hubungan antar dua atau lebih variabel. Melalui hubungan ini maka variabel dapat diobservasi dan diuji. Pengujian ini penting untuk rnenjembatani teori dan pengetahuan. Berdasarkan keempat denominator suatu teori. rnaka definisi teori adalah serangkaian pernyataan yang berhubungan yang berasal dari data ilmiah, dimana dari hal tersebut hipotesis dapat disusun, diuji, dan diverifikasi.
Teori keperawatan yang berkembang dan berasal dari aspek-aspek dan berbagai dimensi kemanusiaan telah dibuktikan banyak menirnbulkan dampak terhadap praktek keperawatan, dimana teori menghasilkan suatu situasi yang diharapkan. Sebaliknya, situasi yang dihasilkan oleh suatu teori dapat menolong seorang ilmuwan untuk menyusun, menguji, merevisi atau rnenghaluskan serta menggunakan teori keperawatan. Kegiatan praktek keperawatan bertujuan untuk memperbaiki dan lebih meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan seorang klien. Kegiatan ini seyogyanya berlandaskan teori dan hasil riset, karena melalui hasil uji suatu hipotesa maka kegiatan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Skema berikut ini menjelaskan tentang ilmu keperawatan yang merupakan sintesis dari berbagai ilrnu dasar dan ilmu aplikatif terkait, dapat menghasilkan suatu operasionalisasi kegiatan pengetahuan keperawatan yang mencerminkan suatu seni dari kegiatan keperawatan. Gambar 4.1 mengilustrasikan bagaimana operasionalisasi ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya.
Gambar 4.1
Operasionalisasi ilmu keperawatan
Ilmu keperawatan ( sintesis, reorganisasi, ekstensi substansi ilmu)Ilmu dasar dan ilmu aplikasi(medik dan lain-lain)Pola intervensi yang menghasilkan respon yang dapat didugaAsuhan KeperawatanStress Individu, Keluarga, KelompokPola respon thd stress
Ilmu keperawatan ( sintesis, reorganisasi, ekstensi substansi ilmu)
Ilmu dasar dan ilmu aplikasi
(medik dan lain-lain)
Pola intervensi yang menghasilkan respon yang dapat diduga
Asuhan Keperawatan
Stress Individu, Keluarga, Kelompok
Pola respon thd stress
Kegiatan pengetahuan sebagai seni keperawatan
Perbedaan model konseptual dan teori keperawatan harus diawali dengan penjelasan karakteristik dari masing-masing model konseptual dan teori. Model konseptual terrnasuk asumsinya merupakan landasan untuk mengembangkan sebuah teori, dimana ditekankan tentang konsep-konsep, definisi, dan proposisi dari teori tersebut. Sedangkan teori adalah serangkaian konsep yang saling berhubungan yang menggambarkan tentang sesuatu situasi yang diharapkan. Teori disusun secara induktif, deduktif ataupun retroduktif. Cara apapun yang ditempuh untuk menciptakan suatu teori, maka untuk mencapai akhir dari sebuah teori (menggunakan teori) perlu suatu imaginasi, pengetahuan tentang materi/substansi teori, dan pemikiran logis. Selain itu, menyusun teori bukan pekerjaan yang lurus dan mudah karena tidak banyak model konseptual yang tersedia bagi pengembangan suatu teori tertentu. Oleh karena itu, perbedaan model konseptual dan teori keperawatan terletak pada lingkar abstraksi, dimana model konseptual lebih abstrak dari teori, dan teori mengandung konsep, definisi, dan proposisi yang lebih konkrit serta memberikan spesifikasi fenomena yang lebih besar dan penjelasan hubungan postulat yang lebih rinci. Bagaimana ilustrasi hubungan antara falsafah, paradigma, model konseptual dan teori keperawatan dapat dilihat dalam gambar gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2
Hubungan falsafah, paradigma, model konseptul dan teori keperawatan
secara empiris
FalsafahParadigma Model KonseptualTeori KeperawatanKeyakinan Fokus orientasi Abstraksi konsepOperasionalisasi konsep tentang fenomena
Falsafah
Paradigma
Model Konseptual
Teori Keperawatan
Keyakinan
Fokus orientasi
Abstraksi konsep
Operasionalisasi konsep tentang fenomena
UNIT 5
PENGEMBANGAN MODEL KONSEPTUAL DAN TEORI KEPERAWATAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN FALSAFAH DAN
PARADIGMA KEPERAWATAN
Pengembangan Model Konsep dan Teori Adaptasi Roy
Pendahuluan
Teori keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai yang lebih konkrit. Level ke tiga dari teori keperawatan adalah grand theory yang menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
Grand theory keperawatan dibedakan dengan teori filosofi keperawatan. Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi. Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan, sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit (less abstract) yang dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk paradigma keperawatan. Contohnya: Nightingale dalam mendefinisikan "Modern Nursing".
Sedangkan grand theory keperawatan (Alligood, 2002), pada level ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia tertentu, kondisi keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat. Pandangan lain oleh Fawcett (1995) dalam Sell dan Kalofissudis (2004) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan hubungannya tidak dapat di uji secara empiris. Contohnya yaitu teori Roy (manusia sebagai sistem yang adaptif) berasal dari Roy's Adaptation Model".
The Roy's Adaptation Model, menjelaskan 4 (empat) elemen essensial dalam model adaptasi keperawatan yaitu: manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia memiliki sistem adaptasi terhadap berbagai stimulus atau stressor yang masuk. Mekanisme koping merupakan proses penterjemahan stimulus dengan dua sub system yaitu sub system cognator dan sub system regulator. Hasil dari proses adaptasi akan menghasilkan respon adaptive atau maladaptive. Secara spesifik Roy menyebutkan dengan istilah "manusia sebagai system adaptive". Asuhan keperawatan dengan penerapan teori Roy melalui metode prosses keperawatan merupakan masalah yang menarik untuk dipelajari.
Model konseptual
Model konseptual keperawatan menguraikan situasi yang terjadi dalam suatu lingkungan atau stressor yang mengakibatkan seseorang individu berupaya menciptakan perubahan yang adaptif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual keperawatan adalah konsep, definisi, dan proposisi yang menspesifikan hubungan tersebut untuk membentuk suatu pandangan yang terorganisir dalam memandang fenomena khusus dalam suatu disiplin ilmu (Alligood, 2014).
Model konseptual didefinisikan sebagai satu set yang relatif abstrak dan konsep-konsep umum yang membahas fenomena kepentingan pusat disiplin, laporan yang luas menjelaskan konsep-konsep, serta laporan yang menyatakan hubungan relatif abstrak dan umum antara dua atau lebih konsep (Fawcett, 2005). Model konseptual keperawatan telah memperjelas kekhususan area fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu :
Manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik.
Lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga merupakan sumber pendukung bagi individu.
Kesehatan.
Keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan pasien.
Teori keperawatan
Sebuah teori adalah serangkaian konsep dan proposisi yang menyediakan cara yang teratur untuk melihat suatu fenomena. Dalam kajian ilmiah teori dapat didefinisikan dalam berbagai cara dengan sudut pandang khusus dari seorang penulis. Tujuan dari teori dalam disiplin ilmu adalah untuk membimbing penelitian untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang ada dengan cara mendukung atau menghasilkan pengetahuan baru. Sebuah teori tidak hanya membantu kita untuk mengatur pikiran dan ide, tetapi juga dapat membantu mengarahkan kita pada apa yang harus dilakukan dan kapan dan bagaimana melakukannya (Sue, 2009).
Maleis (1991) dalam Sue (2009) menyatakan bahwa teori adalah penggambaran simbolik aspek realitas yang ditemukan atau diciptakan untuk tujuan menggambarkan, menjelaskan, meramalkan, atau memberikan tanggapan, peristiwa, situasi, kondisi, atau hubungan. Teori keperawatan mengungkapkan nilai-nilai dan keyakinan tentang disiplin, membantu untuk membingkai pengalaman manusia, dan panduan proses peduli teori keperawatan adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengoperasikan perspektif disipliner yang mencakup pandangan yang utuh tentang manusiadan membantu membentuk hubungan perawat-pasien.
Teori keperawatan menciptakan suatu cara untuk menghubungkan ontology disiplin dengan perspektif yang unik tentang individu yang dinamis/interaksi lingkungan. Hal ini berguna dalam memberikan pendekatan untuk membimbing praktek keperawatan, pendidikan dan penelitian (Roy, 2007). Teori keperawatan menyediakan kerangka kerja untuk berpikir dalam hal ini untuk memeriksa situasi. Dalam menghadapi situasi yang baru kerangka kerja ini menyediakan sebuah struktur untuk organisasi, analisis, dan pengambilan keputusan. Selain itu, teori keperawatan menyediakan struktur untuk berkomunikasi dengan perawat lain dan dengan anggota lain dari tim kesehatan . Ada berbagai jenis tingkatan teori yang dan perkembangannya. Berikut ini akan dijabarkan mengenai perbedaan tingkatan teori pada ilmu keperawatan.
Meta-theory
Meta-theory merupakan teori dari teori. Teori ini mengidentifikasi fenomena spesifik melalui konsep abstrak (Alligood, 2014). Contoh dari meta-theory antara lain konsep tentang manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Contoh dari meta-theory yaitu teori dari Florence Nightingel tentang environmental theory, Peplau tentang model hubungan interpersonal, dll.
Philosophical
Philosopical memberikan arti umum tentang keperawatan dan fenomena keperawatan. Filosofi keperawatan menggambarkan keyakinan, nilai, dan pemikiran itu sendiri (Peterson & Bredow, 2004). Filosofi dapat dikembangkan menjadi teori keperawatan. Dengan mempertimbangkan pernyataan pada filosofi perawat dapat membedakan antara nilai dan keyakinan yang ada di dalam dirinya dan di dalam teori sehingga memacu untuk timbulnya suatu pernyaan kritis. Contoh dari Philosophy theory adalah filosofi Nightingel.
Conseptual Model
Conseptual model adalah keangka kerja tentang hubungan konsep yang menggambarkan suatu fenomena. Conseptual model lebih jelas dan lebih spesifik dari pada philosophy tetapi kurang jelas dan spesifik dibandingkan teori (Peterson & Bredow, 2004). Contoh dari conceptual models adalah Neuman System Models
Grand theory
Memberikan kerangka konsep dengan konsep kunci dan prinsip-prinsip dari ilmu dapat diidentifikasi. Jangkauan dari grand theory cukup luas, merepresentasikan mengenai abstrak terbanyak dari tingkatan perkembangan ilmu. Teori dapat dikatakan sebagai grand teori ketika abstract mengarah pada model yang mempunyai kegunaan berdasarkan kekuatan dari teori (Alligood, 2014). Grand theory dapat berguna pada penelitian dan praktik karena lebih umum dibandingkan dengan konseptual model. Contoh dari grand theory adalah teori Orem tentang self care defisit.
Middle range theory
Dibandingkan dengan grand teory maka middle range terlihat lebih jelas (Peterson & Bredow, 2004). Berikut ini perbedaan antara middle range theory dan grand theory :
Middle range mempunyai cakupan yang lebih sempit
Kurang berfokus pada abstraksi, lebih spesifik pada fenomena
Terdiri dari beberapa konsep dan proporsi
Mewakili sebagian ggambaran dari realitas keperawatan
Lebih tepat untuk empirical testing
Lebih aplikatif untuk dipraktekkan dan diimplementasikan
Contoh dari middle range theory antara lain : theory comfort dari Kolkaba
Practice theory
Practice theory merupakan teori yang jelas, dapat langsung dilaksanakan pada intervensi keperawatan. Menggali satu situasi tertentu yang ditemukan di keperawatan. Mengidentifikasi tujuan secara eksplisit dan detail bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai. Practice theory dikembangkan dari middle range theory. Contoh dari practice theory comfort dikembangkan menjadi teori untuk kompres.
Setidaknya ada 3 syarat sesuatu konsep dapat dikatakan sebagai teori yaitu : model, kerangka kerja dan model konseptual. Model adalah suatu representasi dari beberapa fenomena. Sebuah model memberikan gambaran visual dari teori, menggunakan narasi yang terbatas menampilkan hubungan yang simbolis antara komponen. Kerangka adalah cara lain memberikan pandangan konsep struktural dan hubungan dalam teori. Sebuah model konseptual atau kerangka kerja mirip dengan teori dalam hal ketertarikan terhadap suatu fenomena dan berisi konsep dan proposisi. Dalam model konseptual atau kerangka kerja memiliki cakupan konsep dan proposisi khusus yang ruang lingkupnya lebih luas, namun kurang pasti dan kurang spesifik bila dibandingkan dengan teori (Fawcett, 2005).
Penerapan model konseptual dan teori keperawatan dalam tatanan pelayanan secara nyata
Model konseptual digunakan untuk menjelaskan tentang dasar pemikiran dari teori keperawatan dan menunjukkan teori keperawatan untuk diperkenalkan didalam praktek keperawatan. Misalnya : Metode pengkajian khusus. Model keperawatan banyak digunakan dalam teori keperawatan dan berhasil diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Batasan pengertian ini hanya sebagai ketepatan dan digunakan untuk dasar teori. (Colley, 2003).
Pandangan 3 (tiga) ahli keperawatan tentang penerapan model konseptual dan teori keperawatan dalam keperawatan pada tatanan nyata :
Levine
Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide dan nilai-nilai, dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan suatu rangkaian disiplin dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang dimiliki individu dalam menjalin hubungan manusia sekitarnya. Intisari dari keperawatan adalah manusia.
Asumsi Levine adalah sebagai berikut:
Kondisi klien memasuki sistem pelayanan kesehatan dalam bagian penyakit atau perubahan kesehatan.
Responsibilitas tanggung jawab. Perawat bertanggung jawab dalam mengenal respon (perubahan tingkah laku atau tingkat fungsi tubuh) sebagai adaptasi pasien atau usaha untuk beradaptasi terhadap lingkungan.
Levine berfokus pada satu orang pasien, implikasi utama dalam pengaturan perawatan fase akut, dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau terapeutik.
Betty Neuman
Model sistem merupakan pendekatan sistem pada asuhan keperawatan pasien yang dinamis dan terbuka, difokuskan pada definisi masalah keperawatan dan pemahaman pada interaksi pasien dengan lingkungan. Pasien sebagai sistem adalah individu, keluarga, grup dan komunitas. Penekanan pada penurunan stress dengan memperkuat garis-garis pertahanan fleksibel, normal, maupun resisten, dengan intervensi diarahkan pada ketiga garis pertahanan tersebut yang terkait dengan 3 level prevensi : primer, sekunder, tersier.
Dorothy E. Orem
Orem's mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan dalam keperawatan diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit. Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan untuk merawat dirinya sendiri dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu. Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan, teori ini dikenal dengan teori self care (perawatan diri).
Pengembangan model konseptual dan teori adaptasi Roy dalam praktek keperawatan
Filosopi dan teori
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system). Teori Adaptasi Roy berasumsi bahwa dasar ilmu keperawatan adalah pemahaman tentang proses adaptasi manusia dalam menghadapi situasi hidupnya. Roy mengidentifikasikan 3 aspek dalam model keperawatannya yaitu: pasien sebagai penerima layanan keperawatan, tujuan keperawatan dan intervensi keperawatan. Masing-masing aspek utama tersebut termasuk didalamnya konsep keperawatan, manusia, sehat-sakit, lingkungan dan adaptasi. Konsep adaptasi berasumsi bahwa individu merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat merespon stimulus yang datang baik dari dalam maupun luar individu (Roy, 1991 dalam Rogers-Keller, 2009). Manusia sebagai sistem diilustrasikan pada gambar 5.1 berikut
Gambar 5.1
Ilustrasi Roy tentang manusia sebagai sistem terbuka dan
interaksinya dengan stimulus
Model konsep adaptasi
Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan sebagai suatu sistim yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psycho, social) sebagai satu kesatuan yang mempunyai inputs (masukan), control dan feedback processes (proses kontrol dan mekanisme umpan balik) serta output (keluaran/hasil).
Input
Input terhadap sistem adalah stimulus yang diterima individu. Manusia adalah suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri yaitu dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus yang masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh manusia.
Stimulus yang datang dari lingkungan baik internal maupun eksternal dikategorikan tiga yaitu: 1) fokal, 2) kontekstual dan 3) residul. Stimulus fokal adalah perubahan atau situasi yang segera berakibat terhadap individu seperti stress, trauma atau sakit. Stimulus kontekstual adalah stimulus lain yang berpengaruh terhadap stimulus fokal contoh lingkungan. sedangkan stimulus residual adalah karakteristik, nilai, sikap individu yang berkembang dari pengalaman masa lalu seperti nilai, pengalaman dan sifat-sifatnya.
Proses kontrol dan mekanisme umpan balik
Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart & Sundeen, 1995 dalam Ghafari dkk, 2014). Manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu mekanisme koping bawaan dan koping yang dipelajari.
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetik yang dimiliki, umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap stimulus yang dihadapi.
Dalam mekanisme koping juga terdapat sub sistem regulator dan cognator. Regulator merupakan respon yang timbul secara otomatis terhadap stimulus berupa proses syaraf, kimia dan sistem endokrin. Cognator merespon melalui respon cognitif dan melalui saluran emosi dan kognitif yaitu persepsi dan proses informasi, belajar, keputusan dan emosi. Selain itu prilaku dikatakan sebagai aksi dan reaksi yang timbul baik internal dan eksternal dalam keadaan yang spesifik. Regulator dan Kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara penyesuaian diri yaitu: fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi
Mode Adaptasi Fisiologis (physiological-physical mode) adalah proses fisik dan kimiawi dan prilaku yang menyinggung aspek fisik individu. Terdapat 5 kebutuhan yaitu oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat dan proteksi. Perawat harus mempelajari proses yang normal. Perilaku dalam mode fisiologi-fisik adalah manifestasi dari aktifitas semua sel, jaringan, organ dan sistem yang membangun tubuh. Tubuh akan bereaksi secara fisiologis sesuai dengan stimulus yang dihadapinya, dan hal ini dapat dilihat dari perubahan fisiologis pada fisik yang bersangkutan.
Mode Adaptasi Konsep Diri-Identitas Kelompok (self consept-group identity mode) merupakan gabungan dari keyakinan dan perasaan tentang dirinya pada suatu waktu. Fokusnya adalah aspek psikologis dan spiritual individu. Model konsep diri-identitas grup mencakup komponen-komponen fisik, sensasi dan body image, perasaan personal, konsistensi, ideal diri, moral,etik dan spiritual diri sendiri yang akan berinteraksi dengan nilai-nilai, hubungan interpersonal, konsep diri kelompok, sosial budaya serta bagaimana berbagi tanggung jawab dalam grup. Dengan kata lain setiap stimulus yang diterima individu akan mempengaruhi bagaimana pola interaksinya dalam kelompok
Mode Adaptasi Fungsi Peran (role function mode) adalah harapan tentang pekerjaan yang dilakukan dan posisi individu terhadap posisi pekerjaan lainnya. Dasar kebutuhan adalah integritas sosial, untuk mengetahui hubungan satu dengan lainnya. Model fungsi peran juga memfokuskan pada peran individu dalam kelompok serta dalam komunitas sosial. Setiap stimulasi yang datang tentu akan menimbulkan perubahan dalam pelaksanaan peran dalam interaksinya dengan lingkungan sosial/kelompoknya.
Mode Adapatasi Interdependen (interdependence mode) adalah prilaku yang berkaitan dengan hubungan interpenden antara individu dan kelompok. Dasar kebutuhannya adalah perasaan aman dalam suatu hubungan. Model interdependen merupakan kategori perilaku yang berhubungan dengan hubungan interdependent, terkait dengan perilaku memberi-menerima atas cinta, respek dan nilai-nilai. Perilaku adaptif disini adalah dinamisnya interaksi individu dalam hubungan interdependen dengan lingkungannya
Gambar 5.2 dan 5.3 berikut ini akan mengilustrasikan bagaimana stimulus internal maupun eksternal menimbulkan berbagai reaksi tubuh, baik reaksi secara neurologis maupun reaksi secara kimiawi yang melibatkan sistem syaraf pusat. Situasi ini melalui serangkaian pathway kemudian menimbulkan respon tubuh yang bermacam-macam dan oleh individu pengalaman ini akan disimpan dalam memori jangka panjang serta suatu saat akan pengalaman ini akan mempengaruhi individu untuk memilih reaksi apa yang terjadi jika berhadapan dengan stimulus yang identik.
Gambar 5.2
Mekanisme koping regulator menurut Roy
Gambar 5.3
Mekanisme koping kognator menurut Roy
Gambar diatas mengilustrasikan bahwa stimulus internal dan eksternal akan diproses oleh tubuh dengan dipengaruhi juga oleh persepsi individu terhadap stimulus, kemampuan individu untuk belajar, penilaian dan kemampuan penyelesaian masalah serta emosi individu saat stimulus itu datang. Kesemuanya akan diolah secara seksama sehingga menghasilkan respon psikomotor. Pendekatan penyelesaian masalah menggunakan perspektif Roy termasuk : meningkatkan, mengurangi, mempertahankan, mengubah apa-apa yang berhubungan dengan stimulus fokal dan kontekstual yang relevan. Tujuan intervensi adalah meningkatkan adaptasi, yang berkontribusi terhadap kesehatan, dan kualitas kehidupan.
Output
Kesehatan adalah hasil dari adaptasi manusia terhadap stimulus yang dihadapinya, dan merupakan proses yang terjadi dan terintegrasi serta menggambarkan hubungan antara individu dengan lingkungan. Sedangkan adaptasi itu sendiri merupakan proses dan hasil dari apa yang dipikirkan dan dirasakan individu sebagai individu dan kelompok, dengan menggunakan kesadaran dan pilihan untuk dapat berintegrasinya individu dengan lingkungannya.
Respon yang timbul dalam proses adapatasi dapat berupa respon adaptif dan respon inefektif. Respon adaptif merupakan peningkatan integritas tujuan dari individu dalam hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan dan transformasi individu dan lingkungan. Sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang tidak berkontribusi dalam pencapaian integritas individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan integritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan "human system" dan respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang sesuai dengan tujuan "human system".
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, tergantung dari metode adaptasinya. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptif). Jika seseorang masuk pada zona maladaptif maka mereka mempunyai masalah adaptasi.
Cara penyesuaian diri ditentukan dengan menganalisa dan mengkatagorikan perilaku manusia, dimana perilaku tersebut merupakan hasil dari aktivitas cognator dan regulator yang diobservasi. Kebutuhan dasar untuk intergritas mencakup : intergritas fisik, intergritas psikologis dan integritas sosial.
Proses persepsi ditemukan baik dalam subsistim regulator maupun dalam subsistem kognator dan digambarkan sebagai proses yang menghubungkan dua subsistem tersebut.
Input-input untuk regulator diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah proses dari kognator dan respon-respon yang mengikuti sebuah persepsi adalah Feedback baik untuk kognator maupun regulator. Secara keseluruhan model konseptual manusia sebagai sistem adaptif dapat digambarkan dengan skema pada gambar 5.4.
Implementasi proses penyelesaian masalah berdasarkan Model Adaptasi Roy adalah dengan mengidentifikasi stimulus dan fungsi dari mode adaptasi individu.
Gambar 5.4
Model manusia sebagai sistem adaptasi menurut Roy
Proses kontrol
Proses kontrol
OutputInputEfektor
Output
Input
Efektor
Respons :Adaptif (mampu mengatasi masalah)Maladaptif (distress)Stimuli internal dan externalFokalKontextualResidualKemampuan adaptasi
Respons :
Adaptif (mampu mengatasi masalah)
Maladaptif (distress)
Stimuli internal dan external
Fokal
Kontextual
Residual
Kemampuan adaptasi
Mekanisme kopingRegulatorKognatorFs. Fisiologi Konsep DiriFs. PeranInterdependen
Mekanisme koping
Regulator
Kognator
Fs. Fisiologi
Konsep Diri
Fs. Peran
Interdependen
Umpan Balik
Umpan Balik
Implementasi model konsep dna teori dalam praktik keperawatan
Dalam implementasi model Roy ada dua level pengkajian yaitu pengkajian prilaku pasien dan pengkajian stimulus yang mengakibatkan prilaku pasien. Langkah pertama adalah pengkajian prilaku. Prilaku yang dikaji adalah 4 mode adaptasi yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Langkah kedua adalah menganalisis 3 tipe stimulus yang mempengaruhi prilaku yang maladaptif, terdiri dari stimulus fokal, kontekstual dan residual. Langkah selanjutnya adalah menetapkan masalah dalam bentuk pernyataan yang berbasis data tentang status adaptasi individu, termasuk prilaku dan stimulus yang relevan. Setelah itu menentukan tujuan intervensi yang meliputi pernyataan yang jelas tentang kriteria hasil dari dan intervensi yang akan diberikan. Langkah selanjutnya adalah melakukan intervensi dan menentukan bantuan yang diberikan pada individu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah terakhir adalah evaluasi yang merupakan penilaian terhadap efektifitas dari intervensi dalam mencapai tujuan.
Pengkajian tahap pertama
Pengkajian perilaku (behavior assessment) merupakan tuntunan bagi perawat untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive. Data spesifik dikumpulkan oleh perawat melalui proses Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. Faktor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetik, jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social, mekanisme koping dan gaya hidup, stress fifik dan emosi, budaya, lingkungan fisik
Pengakajian fisiologis.
Ada 9 (Sembilan) respon fisiologis yang menjadi perhatian pengkajian perawat yaitu ;
Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
Nutrsisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki kondidi tubuh dan perkembangan.
Eliminasi: menggambarkan Pola eliminasi.
Aktivitas dan istirahat: mengambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.
Intergritas kulit: mengambarkan pola fisiologis kulit.
Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensoris perceptual berhubungan dengan panca indra.
Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit.
Fungsi Neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual.
Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan pengaturan termasuk respon nstress dan system reproduksi.
Pengkajian konsep diri
Pengkajian konsep diri: menggambarkan atau menidentifikasi tentang pola nilai, kepercayaan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada keadaa diri sendiri tentang fisik, individual dan moral-etik.
Pengkajian fungsi peran
Pengkajian fungsi peran (sosial) : menggambarkan atau mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.
Pengkajian Interdependensi.
Pengkajian interdependensi: menggambarkan atau mengidentifikasi pola nilai manusia, kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap individu maupun kelompok.
Pengkajian pasien dari tiap empat model adaptive dilaksanakan dengan pendekatan sistimatis dan holistic. Pengkajian itu diklarifikasikan, difokuskan oleh perawat atau tim keperawatan sebagai data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Secara ideal keseluruhan data pasien tersebut saling berhubungan dan pengkajian keperawatan dicatat dalam format empat model adaptive keperawatan. Dan dapat dimengerti sebagai masukan data bagi tem asuhan keperawatan yang terlibat pada pasien. Dibutuhkan keahlian dalam praktek keperawatan kaitannya dengan skill pengkajian perilaku dan pengetahuan membandingkan kriteria evaluasi spesifik respon perilaku manusia yang adaptive atau inefefektive (maladaptive). Data dikelompokkan dalam: data subjective, objective dan data pengukuran/peneriksaan fisik. Perilaku yang ditemukan dapat bervariasi dari apa yang diharapkan, mewakili semua respon baik efektive maupun maladaptive. Roy sudah menidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas subsistim regulator dan subsistem Kognator yang tidak efektive, seperti pada tabel 5.1 berikut :
Tabel 5.1
Indikasi kesulitan adaptasi
Inefektifitas sub sistem regulator
Inefektifitas sub sistem kognator
Peningkatan deyut jantung dan tekanan darah.
Tegang.
Hilang nafsu makan.
Peningkatan kortisol serum
Gangguan persepsi/ proses informasi.
Pembelajaran inefektive.
Tidak mampu membuat justifikasi.
Afektive tidak sesuai.
Pengkajian tahap kedua
Pengkajian stimulus
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk menfidentifikasi respon-respon inefektive atau respon-respon adaptive yang perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku inefektive maupun perilaku adaptive yang memerlukan dukungan perawat, perawat membuat pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontektual dan residual yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi penyebab dari masalah dan mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual (faktor predisposisi) yang berhubungan erat dengan penyebab. Tabel 5.2 memuat stimulus yang berpengaruh yang telah diidentifikasi
Tabel 5.2
Stimulus yang mempengaruhi perilaku adaptasi
Budaya
Status sosial ekonomi, etnis (suku/ras), sistim kepercayaan.
Keluarga
Struktur keluarga, tugas keluarga
Fase perkembangan
Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor keturunan.
Intergritas dari cara-cara penyesuaian (modes adaptive)
Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep diri, fungsi peran, interdependensi.
Efektivefitas kognator
Persepsi, pengetahuan, skill.
Pertimbangan lingkungan
Perubahan lingkungan internal dan ekternal, menajemen pengobatan, penggunaan obat-obatan, alkohol, dan merokok.
Diagnosa keperawatan
Rumusan diagnosa keperawatan adalah Problem (P), Etiologi (E), Simptom/kharakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode merumuskan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut:
Metode pertama
Adalah menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4 (empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi perilaku empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi (lihat tabel 5.3). Respon tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan. Misalnya: inadekuat pertukaran gas (masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis. Konstipasi (masalah fisiologis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri waktu defikasi, perubahan pola BAB. Kehilangan (masalah konsep diri) datanya: diam, kadan-kadang menangis, dan kegagalan peran (masalah fungsi peran).
Metode kedua
Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai perilaku respon dari satu cara penyesuaian diri, respom perilaku tersebut dinyatakan sebagai statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang disebabkan oleh kurannya suplay oksigen ke otot jantung
Metode ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode adaptive) berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam. Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam. Kadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja melaksnakan perannya.
Tabel 5.3
Typologi masalah yang berkaitan dengan adaptasi.
MODE FISIOLOGIS
Oksigenasi.
Hipoksia/syoks.
Gangguan ventilasi.
Inadekuat pertukaran gas
Inadekuat transport gas
Gangguan perfusi jaringan
Nutrisi
Malnutrisi.
Mual,muntah.
Anoreksia.
Eliminasi.
Diare.
Konstipasi.
Kembung.
Retensi Urine.
Inkontinensia urine.
Aktivitas dan istirahat.
Inadekuat pola aktivitas dan istirahat.
Intolenransi aktivitas.
Immobilisasi.
Gangguan tidur.
Intergritas kulit.
Gatal-gatal.
Kekeringan.
Infeksi.
Dekubitus
Sensoris.
Nyeri akut.
Nyeri kronis.
Sensori overload.
Gangguan sensori primer.
Potensial injuri.
Kehilangan kemampuan perawatan diri.
Gangguan persepsi.
Potensial injuri/ hilang kemam-puan merawat diri.
Cairan dan elektriolit.
Dehidrasi.
Retensi cairan intra seluler.;
Edema.
Shok hipo/hipervolemik.
Hyper atau hipokalsemia.
Ketidakseimbangan asam basa.
Fungsi nerologis.
Penurunan kesadaran.
Defisit memori.
Ketidakstabilan perilaku dan mood.
Fungsi endokrin.
Inefektiv regulator hormon.
Inefektiv pengembangan reproduksi.
Ketidakstabilan sikulus ritme stress internal.
KONSEP DIRI
Pandangan terhadap fisik.
Penurunan konsep seksual.
Agresi.
Kehilangan.
Seksual disfungtion.
Pandangan terhadap personal.
Cemas tidak berdaya.
Harga diri rendah.
Merasa bersalah.
FUNGSI PERAN
INTERDEPENDENSI
Transisi peran.
Peran berbeda.
Konflik peran.
Kegagalan peran.
Kecemasan.
Merasa ditinggalkan/isolasi.
Merumuskan tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu dicatat merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien. Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah managemen stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator dan kognator.
Rencana tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga difokus pada besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan spesifik terhadap gangguan atau stimulus yang dialami. Standar tindakan keperawatan menurut teori adaptasi roy adalah seperti terlihat pada tabel 5.4
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Intervensi ditujukan pada peningktan kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir. Misalnya: perspesi, pengetahuan, pembelajaran).
Tabel 5.4
Kriteria standar intervensi keperawatan menurut Roy
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS
Memenuhi kebutuhan Oksigen.
Kriteria:
menyiapkan tabung oksigen dan flow meter.
menyiapkan hemodifier berisi air.
menyiapkan slang nasal dan masker.
memberikan penjelasan pada pasien.
mengatur posisi pasien.
memasang slang nsal dan masker.
memperhatikan reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Nutrisi:
Kriteria
menyiapkan peralatan dalam dressing car.
menyiapkan cairan infus/makanan/darah.
memberikan penjelasan pada pasien.
mencocokan jenis cairan/darah/diet makanan
mengatur posisi pasien.
melakukan pemasangan infus/darah/makana
Memenuhi kebutuhan Eliminasi
kriteria
menyiapkan alat pemberian hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan pemasangan kateter
memperhatikan suhu cairan/ukuran kateter
menutup dan memasang selimut.
mengobservasi keadaan feses dan uerine.
Mengobservasi rekasi pasien.
Memenuhi kebutuihan aktivitas dan Istirahat/tidur.
Kriteria
melakukan latihan gerak pada pasien tidak sadar.
melakukan mobilisasi pad pasien pasca operasi.
mengatur posisi yg nyama pada pasien.
menjaga kebersihan lingkungan.
Mengopservasi reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik)
Kriteria
memandikna pasien yang tidak sadar/ kondisinya lemah.
mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/ kotor.
Merapikan alat-alat pasien.
Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi
Kriteria
Mengopservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.
melakukan tes alergi pada pemberian obat baru.
mengobservasi reaksi pasien.
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI
Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.
Kriteria
Melaksnakan Orientasi pada pasien baru.
memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.
memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.
memperhatikan setiap keluhan pasien.
memotivasi pasien untuk berdoa.
membantu pasien beribadah.
memperhatikan pesan-pesan pasien.
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN PERAN
Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi keluarga dan msayarakat.
mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.
Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.
bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan secara benar dalam perawatan.
Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang negatif dari klein.
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI
membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.
membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.
membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).
membantu pasien untuk berhias atau berdandan.
Evaluasi
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. Perilaku tujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.
Aplikasi klinis
Selama lebih dari 30 tahun Model Adaptasi Roy telah digunakan untuk memahami dan menuntun praktik keperawatan dalam perawatan pasien. Para perawat menggunakan model ini sebagai framework untuk mengkonseptualisasi dan merencanakan intervensi keperawatan pada pasien atau menggunakan model ini untuk menciptakan intervensi untuk pemisahan populasi klinik.
Roy Adaptation Model telah diimplementasikan di :
NICU : pada perawatan bedah akut, sebagai alat dokumentasi dalam proses keperawatan
Fasilitas rehabilitasi : untuk mengintegrasi dasar professional perawatan pasien
Manajemen rumah sakit umum : sebagai konseptual framework untuk menuntun praktik, memfasilitasi sistem integral keperawatan pada bagian orthopedic, unit neurosurgical untuk mempertahankan lingkungan praktik professional bagi pelatihan mahasiswa, meningkatkan otonomi professional, membantu proses rekrutmen dan penguranan staf, dan untuk meningkatkan kejelasan peran pemberi layanan, dan menguatkan dan mengefektifkan kolaborasi interdisiplin.
Peran perawat yang diharapkan berdasarkan teori Roy. Perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain. Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara optimal.
Kepustakaan
Alligood M. R. (2014). Nursing theorists and their work. Eighth edition. Philadelpia : Mosby Inc.
(2014). Nursing theory : utilization and application. Philadelpia : Mosby Elsivier.
Brackopp, D. Y, dkk. (2000). Dasar-dasar riset keperawatan, Jakarta: EGC
Fawcett. J., (2005) Contemporary nursing knowledge: analisys and evaluation of nursing models and theorist, 2th edition. Philadelphia : FA Davis Company
George. (1995). Nursing theories (the base for profesional nursing practice), Fourth Edition. USA : Appleton & Lange.
Jones and Barlett (2009) Nursing theories, a framework for profesional practice. Diakses melalui http://www.ebscohost.com/ diakses tanggal 31 Desember 2014 jam 22.05 WIB
Nurachmah, Elly. 2010. Hubungan antara falsafah, paradigma, model konseptual, teori keperawatan dan metodologi ilmiah. Diakses melalui: http://currentnursing.com/nursing_theory/self_care_deficit_theory.html diakses tanggal 31 Desember 2014 jam 19.00 WIB
Marquis, B.L. dan Huston, C. H. (2012) Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Mariner, A. (1998). Nursing theorists and their works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott: Raven Publisher
Pearson A.; Vaughan B. (1986). Nursing model for practice. Bedford Square London, William Heinemann Medical Books
Roger, C. & Keller, C. (2009) Roy's Adaptation Model To Promote Physical Activity Among Sedentary Older Adults. Geriatr Nurs. 2009;30 (2 Suppl) : 21–26. doi:10.1016/j.gerinurse.2009.02.002
Roy, Sr. C. (2007). Nursing knowledge development and clinical practice. New York: Springer Publishing Company.
Roy, Sr. C. (2009) The Roy adaptation model (3rd edition). Upper Saddle River : Pearson
Sanyata, S. (2012) Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling Jurnal Paradigma, No. 14 Th. VII, Juli 2012. ISSN 1907-297X.
Soemowinoto, S. (2008) Pengantar filsafat ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Sue. D. C. (2009). Fundamentals of nursing standards and practice. 2nd edition. United State of America : Delmar a division of Thomson Learning, Inc.
Tomey, A. M.; Alligood M.R (2006). Nursing theoriest, utilization and application. Elsevier : Mosby
Walker, L. O.; Avant, K. C. (2004). Strategies for theory construction in nursing. Fifth edition. Norwalk, CT : Appleton & Lange