Makalah Filsafat Islam 18
Dinamisme Islam Menurut Muhammad Iqbal
K. G. Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, terj. M. I. Soelaeman, (Bandung: CV. Diponegoro, 1986), h. 13
Miss Luce-Claude Maitre, Introduction to the Thought of Iqbal (pengantar ke pemikiran Iqbal), terj. Johan Effendi, (Bandung: Mizan, 1996), h. 16
C. A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Terj. Hasan Bahari (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991), h. 174
K. G. Saiyidain, Percikan.., h. 21
Ada sedikit perbedaan informasi yang ditemukan beberapa penulis tentang tahun kelahiran Iqbal. Abdullah Siddik, Islam dan Filsafat, (Jakarta : PT. Triputra Masa, 1984 ), h. 179. Rupanya, orang tua Iqbal tidak terlalu mementingkan pencatatan tanggal kelahiran anak mereka ini waktu itu.
Ibid
Ibid , h. 182
Abdul Wahab Azzam , Filsafat dan Puisi Iqbal, terj. Ahmad Rofi'I Utsman, (Bandung : Pustaka, 1985), h. 13.
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 182
Didin Saefuddin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam, (Jakarta : Gresindo, 2003), h. 45
Ibid
Ibid, h. 47
Lahore pada masa itu merupakan sebuah kota besar, pusat kegiatan intelektualisme, dimana-mana didirikan perkumpulan-perkumpulan sastra dan sering di Lahore diadakan pula simposium-simposium mengenai bahasa Urdu dan persajakan.
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1990), h. 190.
Jhon L. Esposito, Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung : Mizan, 2001), h. 321
http://nur-alqalbi.blogspot.com/2012/11/faham-dinamisme-dalam-islam-menurut.html diunduh pada Senin, 16 Juni 2014. 00:39 WIB
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. , 2003), h. 57
http://kitaabati.blogspot.com/2013/01/pemikiran-sekuler-muhammad-iqbal.html diunduh pada Minggu, 15 Juni 2014. 10:10 WIB
http://www.risalahislam.com/2013/11/pengertian-islam-menurut-al-quran.html diunduh pada Minggu, 15 Juni 2014. 20:23 WIB
Andi Hartono, Perkembangan Modern Dalam Islam Di Indo-Pakistan, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1997) , h. 171
I'jazul Ilmi adalah adanya kesamaan antara realitas yang ilmiah dengan nash-nash kauniyah
W.C Smith, Modernis in India, (Lahore : Ashraf, 1963), h. 111
http://harunnilah.blogspot.com/2013/11/pemikiran-modern-muhammad-iqbal.html diunduh pada Senin, 16 Juni 2014. 00:20 WIB
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam…., h. 186-187
http://harunnilah.blogspot.com/2013/11/pemikiran-modern-muhammad-iqbal.html diunduh pada Senin, 16 Juni 2014. 00:30 WIB
Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986), h. 264
http://harunnilah.blogspot.com/2013/11/pemikiran-modern-muhammad-iqbal.html diunduh pada Senin, 16 Juni 2014. 00:30 WIB
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Muhammad Iqbal (1877-1938), dikenal sebagai seorang pemikir dan pembaharu dalam Islam, merupakan tokoh legendaris yang besar diantara para pujangga di negerinya. Pikirannya yang tajam telah mendapatkan perhatian dan penghargaan yang meningkat terus diantara mereka yang asyik mengkaji filsafat maupun masalah-masalah dewasa ini. Kejeniusannya yang tinggi serta dikagumi oleh mereka yang berbahasa Urdu dan Parsi, baik di India dan di Pakistan, juga di dunia. Kedua bahasa inilah yang digunakannya dengan cermat dan lancar dalam menyatakan gagasan-gagasannya secara puitis. Ia sangat tenar dikalangan luas, juga dikalangan akademis Barat, berkat terjemahan berbagai karyanya ke dalam bahasa Inggris diantaranya syair Matsnawi "Asrar-i Khudi" (Rahasia-rahasia Pribadi). Puisi-puisinya menyatukan antara kebahagiaan seorang pujangga dalam memadu-padankan nilai-nilai abadi dengan suatu diskusi tentang masalah- masalah yang dihadapi dewasa ini serta persoalan-persoalan lain yang akan menyemarakkan lagi namanya serta pengaruhnya di masa mendatang.
Hampir semua pemikiran dan gagasan-gagasannya tertuang dalam karya- karyanya yang berbentuk puisi dan sanjak, dan jika diselami dengan baik ternyata sanjak-sanjak tersebut dapat dikembalikan kepada suatu pola umum dari gagasanya itu. Keseluruhan puisinya tidak dapat dipandang dipandang sebagai semacam teka-teki silang yang disusun secara mekanis dari potongan-potongan kalimat melainkan memiliki suatu tilikan intelektual dan getaran perasaan yang sama, terpancar dari sumber iman dan pemahaman yang dalam dan asasi.
Beliau hidup pada zaman yang dikonotasikan sebagai "kemunduran". Sebab umat Islam yang pernah menguasai dunia, telah menjadi budak imperialis dan kapitalis. Para ilmuwan yang pernah terkemuka, berubah menjadi terbelakang dari segi intelektual dan terbodoh dari segi keilmuan. Dari segi moral dan kerohanian, kaum Muslim telah kehilangan segalanya. Iqbal melihat bahwa perkembangan kaum Muslim menurun drastis serta kehilangan kemauan dan kekuatan untuk menghambat, apalagi menghentikannya.
Keadaan yang terbelakang itu, membuat Iqbal memberi kritik terhadap umat Islam untuk segera memperbaharui sikap menjadi progresif. Kritik tersebut selain ditujukan dalam bidang filsafat , hukum, sufisme, juga masalah budaya yang di dalamnya terkait masalah pendidikan. Sebab "pendidikan itu dipandang sebagai suatu keseluruhan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan
perorangan maupun kelompok masyarakat".
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana riwayat hidup Muhammad Iqbal ?
Bagaimana definisi dinamisme Islam menurut Muhammad Iqbal ?
Bagaimana pemikiran Muhammad Iqbal tentang dinamisme Islam ?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui riwayat hidup dari tokoh besar Muhammad Iqbal
Untuk mengetahui definisi dinamisme Islam menurut Muhammad Iqbal
Untuk mengetahui pemikiran Muhammad Iqbal tentang dinamisme Islam
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Filsafat Islam yang telah diamanahkan kepada kami Kelompok 2 yang di bimbing oleh dosen pengampu Bapak Adenan, M.A.
BAB II
BIOGRAFI MUHAMMAD IQBAL
Nama Muhammad Iqbal dikalangan Muslimin pada masa sekarang ini bukanlah nama yang asing. Ia dikenal terutama sebagai seorang Ulama' besar yang berhasil memadukan kemampuan pemikiran dan kepenyairan sekaligus. Tidaklah mengherankan apabila orang menyebutnya sebagai pemikir yang penyair atau penyair yang pemikir. Kenyataannya, baik sebagai penyair maupun sebagai pemikir, ia telah mewariskan suatu karya filsafat yang hingga kini masih sulit dicarikan bandingannya di kalangan pemikir Muslim abad dua puluhan ini.
Muhammad Iqbal merupakan sosok reformis Islam, politisi, penyair, ahli hukum serta sosok yang ahli dalam filsafat pendidikan. Ia dilahirkan di Sialkot, Punjab, India (sekarang termasuk wilayah pakistan) pada 9 November 1877 M, bertepatan pada tanggal 3 Dzul Qa'dah. Hal ini juga diperkuat dari hasil penelitian terakhir yang mengungkapkan bahwa Muhammad Iqbal lahir pada 9 November 1877, bukan 22 Februari 1873 seperti yang kita kenal selama ini.
Iqbal merupakan keturunan dari kasta Brahma Kasymir, yang terkenal dengan kebijaksanaan rum dan tabriz nya,31 dari keluarga yang nenek moyangnya berasal dari Lembah Kasymir. Kurang lebih pada tiga abad yang lalu, ketika dinasti Moghul yaitu sebuah dinasti Islam terbesar yang berkuasa di India, salah seorang nenek moyang Iqbal masuk Islam, dan nenek moyangnya tersebut masuk Islam dibawah bimbingan Syah Hamdani, seorang tokoh muslim pada waktu itu.
Muhammad Iqbal memulai pendidikannya pada masa kanak-kanak yang dibimbing langsung oleh ayahnya sendiri, yakni Syeikh Nur Muhammad, ayahnya dikenal sebagai seorang Ulama. Setelah itu Iqbal di masukkan ke sebuah surau untuk mengikuti pelajaran Al Qur'an dan menghafalkannya serta ia menerima pendidikan Islam lainnya secara klasik di tempat tersebut.
Pendidikan formal Iqbal dimulai di Scottish Mission School di Sialkot. Ia yang dalam hal ini masih dalam usia remaja telah memperoleh bimbingan yang sangat berarti yang utama dan serta diketahui kecerdasannya oleh gurunya yang bernama Maulana Mir Hasan, seorang ahli dalam bahasa Persia dan Arab, yang juga sebagai teman dari ayah Iqbal, Nur Muhammad.
Mir Hasan, sebagai guru dari Muhammad Iqbal, berupaya secara kuat agar dapat membentuk jiwa agama pada Iqbal dan juga paling banyak memberikan dorongan bagi kemajuan pelajar muda itu. Sejak menempuh pendidikan di Sialkot, Iqbal gemar menggunakan dan mengarang syair-syair serta dapat mengesankan hati Mir Hasan pada sajak-sajak karya Iqbal. Sejak sekolah di Sialkot pula, dia sudah menampakkan bakat menggubah syair dalam bahasa Urdu. Mir Hasan merupakan sastrawan yang sangat menguasai sastra persia dan menguasai bahasa Arab. Iqbal yang gemar pada sastra dan gurunya yang ahli sastra menyebabkan karier Iqbal memperoleh momentumnya yang signifikan.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sialkot, pada tahun 1895 Muhammad Iqbal yang cerdas dan penyair yang berbakat ini hijrah ke Lahore untuk melanjutkan studinya di Governtment College sampai ia berhasil memperoleh gelar B.A pada tahun 1897 kemudian ia mengambil program Masters of Arts (MA) pada bidang filsafat pada tahun 1899. Ia juga mendapat medali emas karena keistimewaanya sebagai satu-satunya calon yang lulus dalam ujian komprehensif akhir. Dan di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang orientalis, yang menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris. Thomas Arnold berusaha memadukan pengetahuan mendalam tentang filsafat Barat, tentang budaya Islam dan literatur Arab, serta membantu menanamkan perpaduan Timur dan Barat.
Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan dalam hidupnya akhirnya, Dan Dr. Sir. Muhammad Iqbal akhirnya meninggal dunia pada usia 60 tahun Masehi, 1 bulan 26 hari; atau 63 tahun Hijriah, 1 bulan 29 hari.
BAB III
DINAMISME ISLAM MENURUT MUHAMMAD IQBAL
Pengertian Dinamisme Islam
Dinamisme, berasal dari kata dasar dinamis yang berarti penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan ditambahkan imbuhan isme yang berarti paham atau sistem, lalu menjadi dinamisme yang diketahui sebagai sistem atau paham yang merujuk kepada tidak pernah diam ditempat dalam arti sistemnya. Dalam konteks yang lain, pengertian dinamisme artinya tidak berhenti, selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
Islam berasal dari kata as-silmu (damai) dalam QS. Al-Anfal:61, aslama (menyerahkan diri) dalam QS. An-nisa:125, istalma mustaslima (penyerahan diri secara total kepada Allah) dalam QS. Ash-Shaffat:26, saliimun salim (besih, suci) dalam QS. Asy-Syu'ara:89, salamun (selamat) dalam QS. Maryam:47.
Dinamisme Islam berarti pergerakan islam yang selalu bergerak tidak berhenti seiring perkembangan zaman. dalam konsep dinamisme Muhammad Iqbal salah satunya adalah ijtihad. Ketika umat kehilangan dinamisme, maka kemunduranlah yang akan menyambut.
Dinamisme Islam Muhammad Iqbal
Iqbal mempunyai kesamaan persepsi dengan pembaharu-pembaharu lain, ia berpendapat bahwa kemunduran ummat Islam selama lima ratus tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum Islam telah sampai kepada keadaan statis. Kaum konservatif dalam Islam berpendapat bahwa rasionalisme yang ditimbulkan golongan Mu'tazilah aka membawa kepada disintegrasi dan dengan demikian berbahaya bagi kestabilan Islam sebagai kesatuan politik. Untuk memelihara kesatuan itu kaum konservatif tersebut lari ke syariat sebagai alat yang ampuh untuk membuat ummat tunduk dan diam.
Akibat dari itu, lahirlah pemikiran yang menutup pintu ijtihad. Para ulama yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan dibidang agama, menganggap kalau dibiarkan ummat Islam dengan bebas berfikir apalagi yang berkenaan dengan syariat, akan membuat mereka makin terpecah belah. Akhirnya ijtihad diberhentikan dari konsep hukum Islam. Hukum Islam pun menjadi mandeg dan statis.
Iqbal mengkritik pemikiran sufis yang ekstrem, yaitu dalam konsep zuhud. Menurutnya, zuhud yang dikumandangkan itu ternyata telah menarik perhatian ummat Islam hanya terfokus kepada akhirat. Sehingga mengabaikan kepentingan duniawi. Keadaan demikian telah mengubah masyarakat yang aktif-dinamis menjadi pasif-statis.
Sebab utama ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemajuan pemikiran umat Islam dipertengahan abad ke-13. Untuk mengelakkan disintegrasi yang lebih dalam, kaum konservatif melihat bahwa perlu diusahakan dan dipertahankan keseragaman hidup sosial dari seluruh umat. Untuk itu mereka menolak segala pembaharuan dalam bidang syariat dan berpegang teguh pada hukum-hukum yang telah ditentukan ulama terdahulu. Pintu ijtihad mereka tutup.
Hukum dalam Islam sebenarnya menurut Iqbal, tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Yang pertama berontak terhadap pendapat bahwa keempat madzhab telah membahas segala persoalan secara final dan dengan demikian ijtihad tidak diperlukan lagi, adalah Ibnu Taimiyah yang lahir pada tahun 1263, yaitu lima tahun sesudah jatuhnya Baghdad. Pendapat bahwa pintu ijtihad tidak tertutup di anut kemudian oleh Muhammad Abdul Wahab. Pada zaman modern, ijtihad telah semenjak lama dijalankan di Turki. Diantara semua Negara Islam, berulah umat Islam Turkilah yang melepaskan diri dari belenggu dogmatisme. Dan bangsa Turki pulalah yang mempergunakan hak kebebasan berfikir yang terdapat dalam Islam.
Al-Qur'an senantiasa menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat dalam alam seperti matahari, bulan, pertukaran siang menjadi malam dan sebagainya. Orang yang tidak peduli dan tidak memperhatikan tanda-tanda itu akan tinggal buta terhadap masa yang akan datang. Yang pada akhirnya hanya melahirkan manusia-manusia yang memahami Al-Qur'an sebatas hukum dalam syari'ah saja, tanpa menghiraukan kemu'jizatan-kemu'jizatan lain dalam Al-Qur'an, seperti I'jazul Ilmi.
Konsep Islam mengenai alam adalah senantiasa berkembang. Islam menolak konsep lama yang mengatakan bahwa alam ini bersifat statis. Islam mempertahankan konsep dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia. Kemajuan serta kemunduran di buat Tuhan silih berganti diantara bangsa-bangsa yang mendiami bumi ini, menurut Iqbal mengandung arti dinamisme. Dan prinsip yang dipakai dalam soal gerak dan perubahan itu adalah ijtihad. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan dalam Islam.
Paham dinamisme Islam yang ditonjolkan inilah yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan di India. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Intisari hidup adalah bergerak, sedang hukum hidup ialah menciptakan, maka Iqbal berseru kepada umat Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru. Karena tingginya ia menghargai gerak, hingga ia menyebut bahwa kafir yang aktif lebih baik dari muslim yang suka tidur.
Dalam pembaharuannya Iqbal tidak berpendapat bahwa baratlah yang harus dijadikan model. Kapitalisne dan imperialisme barat tidak dapat diterimanya. Barat menurut penilaiannya, amat banyak di pengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meniggalkan agama. Yang harus diambil umat Islam dari barat hanyalah ilmu pengetahuannya.
Sebagaimana yang telah disinggung bahwa Iqbal menjadi Presiden Liga Muslimin di tahun 1930. Dalam hubungan ini baik disebut bahwa sebelum pergi ke Eropa, ia sebenarnya ialah seorang nasionalis India. Tetapi kemudian ia ubah pandangannya mengenai nasionalis, dikarenakan dalam pandangannya nasionalisme bukanlah ajaran islam. Alasannya ia curiga bahwa dibelakang nasionalisme india terletak konsep hinduisme dalam bentuk baru.
Di India terdapat dua umat besar dan dalam pelaksanaan demokrasi Barat India, kenyataan ini harus diperhatikan. Tuntutan umat islam untuk memperoleh pemerintahan sendiri, di dalam atau diluar kerajaan Inggris, adalah tuntutan yang wajar. India pada hakikatnya tersusun dari dua bangsa, bangsa Islam dan bangsa Hindu menuju pada pembentukan negara tersendiri, terpisah dari Negara Hindu di India.
Tujuan membentuk negara tersendiri ini, ia tegaskan dalam rapat tahunan Liga Muslimin di tahun 1930. "saya ingin melihat Punjab, daerah perbatasan utara, Sindi dan Balutistan bergabung menjadi satu Negara." Disinilah ide dan tujuan membentuk Negara tersendiri diumumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India. Tidak mengherankan kalo Iqbal dipandang sebagai "Bapak Pakistan".
Ide Iqbal bahwa umat Islam India merupakan suatu bangsa dan oleh karena itu memerlukan satu Negara tersendiri tidaklah bertentangan dengan pendiriannya tentang persaudaraan dan persatuan umat Islam. Ia bukanlah seorang nasionalis dalam arti yang sempit. Ia sebenarnya adalah seorang pan-Islamis. Islam, bukanlah nasionalisme dan bukan pula imperialisme, tetapi Liga Bangsa-Bangsa. Islam dapat menerima batas-batas yang memisahkan satu daerah dari yang lain dan dapat menerima perbedaan bangsa hanya untuk memudahkan soal hubungan antara sesama mereka. Batas dan perbedaan bangsa itu tidak boleh mempersempit ufuk pandangan umat Islam. Bagi Iqbal dunia Islam seluruhnya merupakan satu keluarga yang terdiri atas republik-republik, dan Pakistan yang akan dibentuk adalah salah satu dari republik itu.
Pengaruh Iqbal dalam pembaharuan India ialah menimbulkan paham dinamisme dikalangan umat Islam dan menunjukkan jalan yang harus mereka tempuh untuk masa depan agar sebagai umat minoritas di anak benua itu mereka dapat hidup bebas dari tekanan-tekanan dari luar.
Tujuan Dinamisme Islam Dalam Pemikiran Muhammad Iqbal
Sebagaimana yang telah diuraikan, Iqbal menegaskan penolakannya kepada setiap pemahaman apa saja yang berkaitan dengan bangsa dan negara sebagai dasar masyarakat Islam. Nasionalisme menurut Iqbal, merupakan suatu alat yang bisa digunakan untuk memecah belah dunia muslim yang akan berakibat pada adanya pemisahan sesama manusia, terjadinya perpecahan antar bangsa-bangsa dan adanya pemisahan agama dari politik.
Maka dari itu ia dalam bukunya "Political Thought in Islam", menegaskan bahwa cita-cita politik Islam adalah terbentuknya suatu bangsa yang lahir dari suatu internalisasi semua ras dan kebangsaan. Terpadunya ikatan batin masyarakat ini, muncul tidak dari kesatuan geografis dan etnis. Akan tetapi dari kesatuan cita-cita politik dan agamanya. Keanggotaan atau kewarganegaraannya didasarkan atas suatu pernyataan kesatuan pendapat yang hanya berakhir apabila kondisi ini tidak berlaku lagi.
Setelah mengetahui secara teori pemikiran Iqbal mengenai dinamisme Islam maka dapat diambil pengertian bahwa beberapa tujuan yang ingin dicapai dari pemikiran dinamisme Islam adalah:
Perubahan pemahaman terhadap alam atau kenyataan. Yaitu usaha mengembalikan pemahaman itu kepada pemahaman umat Islam terdahulu, bahwa dunia ini lapangan usaha, gerak, dan pengetahuan manusia. Jadi, ia bukanlah suatu yang harus ditakuti atau dianggap buruk
Pengungkapan beberapa prinsip-prinsip Islam yang semuanya merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia bergerak dan berusaha di alam nyata ini.
Mengubah pola pemikiran manusia dari statis kearah yang dinamis.
Mengubah pemikiran umat Islam agar sesuai dengan perkembangan IPTEK dan falsafah modern agar Islam tidak ketinggalan zaman.
Mengubah pemikiran agar mau untuk membuka pintu Ijtihad, karena menurutnya pintu ijtihad tidak pernah akan tertutup.
Jadi Iqbal dengan gerakan reformasi pemikiran keagamaan dalam Islam itu, menginginkan kembalinya kejayaan bagi umat Islam. Kejayaan bukan lantaran mengikuti salah satu filsafat barat, tapi karena pemahaman yang benar tentang Islam seperti pemahaman orang-orang muslim pertama.
Pemahaman yang benar tentang Islam, menurut Iqbal menjadikan alam materi dan alam nyata bukan suatu yang keji tapi sebagai lapangan perjuangan demi personalitas. Dengan alam yang realis itu maka kepribadian menjadi kuat, dengan perjuangan dalam dunia ini ia akan tetap eksis dan abadi. Jadi, keabadian personalitas menurut Iqbal adalah melalui perjuangan, dengan menundukkan segala rintangan bukan lari dari padanya.
Karakter Berpikir Dinamis Muhammad Iqbal
Karakter berpikir dinamis yang dimaksud, yaitu:
Pola berpikir kompleks, yang meliputi:
Berpikir kritis, dan
Berpikir kreatif.
Pola berpikir maju dan berkembang
Harus memiliki pertahanan diri yang lebih besar
Memiliki psikodinamika yang kompleks
Memiliki kepribadian yang luas
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammad Iqbal berasal dari golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkol pada tahun 1877. Untuk meneruskan studi ia pergi ke Lohera dan ia belajar disana sampai memperoleh gelar kesarjanaan M.A. di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold seorang orientalis yang memberikan dorongan untuk melanjutkan studi di Inggris untuk melanjutkan studi di Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat.
Hukum dalam Islam menurut Iqbal tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Islam pada hakikatnya bersifat dinamisme, demikian pendapat Iqbal. Al-Qur'an senantiasa mengajarkan serta menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat pada alam, seperti matahari, bulan, bintang, pergantian siang dan malam dan sebagainya. Orang yang tidak peduli dengan perubahan hal tersebut maka akan tinggal buta terhadap masa yang akan datang. Menurut Iqbal konsep alam ialah bersifat dinamis atau berkembang.
Tujuan dinamisme Islam pemikiran Iqbal adalah agar umat Islam selalu melakukan perubahan dan perbaikan serta tidak bersifat statis,tetapi diperintahkan untuk bersifat dinamis.
Karakter berpikir dinamis adalah karakter berpikir yang bersifat kritis dan kreatif, yang terus berkembang dan maju. Sehingga orang yang berpikir dinamis tidak akan merasa tertinggal oleh zaman.
Saran-Saran
Dengan selesainya penulisan makalah ini, diharapkan segenap masyarakat muslim yang dimulai dari Mahasiwa-Mahasiwi IAIN Sumatera Utara menerapkan dinamis dalam islam, sehingga tidak terjadi sinkriteisme dalam agama atau pendangkalan ilmu bahkan fanatisme dalam beragama, sesungguhnya Allah SWT senantiasa menyeuruh hambanya untuk menggunakan akal untuk memikirkan segala ciptaan-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bahiy, Muhammad. 1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas
Azzam, Abdul Wahab. 1985. Filsafat dan Puisi Iqbal, terj. Ahmad Rofi'I Utsman. Bandung : Pustaka
Esposito, Jhon L. 2001. Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern. Bandung : Mizan
Hartono, Andi. 1997. Perkembangan Modern Dalam Islam Di Indo-Pakistan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003. Jakarta: Balai Pustaka
Miss Luce-Claude Maitre, Introduction to the Thought of Iqbal (pengantar ke pemikiran Iqbal). 1996. terj. Johan Effendi. Bandung: Mizan
Nasution, Hasyimsyah. 1999. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama
Nasution, Harun. 1990. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta : Bulan Bintang
Qadir, C. A. 1991. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Terj. Hasan Bahari. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Saiyidain, K. G. 1986. Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, terj. M. I. Soelaeman. Bandung: CV. Diponegoro
Siddik, Abdullah. 1984. Islam dan Filsafat. Jakarta : PT. Triputra Masa
Saefuddin, Didin. 2003. Pemikiran Modern dan Postmodern Islam. Jakarta : Gresindo
W.C Smith. 1963. Modernis in India. Lahore : Ashraf
http://nur-alqalbi.blogspot.com/2012/11/faham-dinamisme-dalam-islam-menurut.html
http://kitaabati.blogspot.com/2013/01/pemikiran-sekuler-muhammad-iqbal.html
http://www.risalahislam.com/2013/11/pengertian-islam-menurut-al-quran.html
http://harunnilah.blogspot.com/2013/11/pemikiran-modern-muhammad-iqbal.html
http://harunnilah.blogspot.com/2013/11/pemikiran-modern-muhammad-iqbal.html
http://harunnilah.blogspot.com/2013/11/pemikiran-modern-muhammad-iqbal.html