11 ,
Volume 6 Nomor 2, Oktober 2013
FORMULASI PAKAN IKAN DARI BIJI KARET ( H avea ) avea br asil asil iensi iensi s
(Formulation fish food from rubber seed ( havea brasiliensis)) Restu Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangkaraya Jl. RTA Milono Palangkaraya ABSTRACT
Food-Stuff which is potentially enough and and has not been exploited as fish food are rubber seeds ( Havea brasiliensis). brasiliensis). Rubber seeds can be obtained from society rubber plantation. plantation. The flour of rubber seeds contain 28,80% protein, 9,20% fat and 10,20% harsh fibre. This research aims to study the exploition of rubber rubber seeds as a formulation to make fish food, so that it could obtaun fish food which contains nutrition an good as fish food, especially for omnivore fish.The benefit from the result of the research can be adopted by fish farmers, so they can lessen to buy fish food made by factory. The result of this research show rubber seeds flour is potencially good to beprossedas a fish food formulation, to subtitute of some of fish food flour. The nutritions of the fish food from three treatments are: 28 - 33% protein; 4 - 6% fat, and 7 - 10% harsh fibre. The nutritions are higher then fish food made by factory for fish magnification period. ubi kayu Key Words: Pakan ikan, Biji Karet, daun ubi PENDAHULUAN
Keberhasilan usaha pembesaran ikan baik di kolam, karamba/jaring karamba/j aring apung maupun tambak sangat ditentukan oleh penyediaan makanan yang yang cukup dan berkualitas disamping pengelolaan lingkungan perairan tempat usaha dengan baik. Makanan yang diberikan harus mengandung nilai gizi yang baik untuk memenuhi kebutuhan pokok dan pertumbuhan ikan selama dipelihara. Selama ini usaha pembesaran ikan di wilayah Kalimantan Tengah masih mengandalkan pakan buatan pabrik yang didatangkan dari pulau Jawa. Sebab itu perlu usaha Pembuatan pakan ikan dengan memanfaatkan potensi yang tersedia di sekitar tempat tinggal petani ikan sebagai bahan untuk menyusun formulasi makanan ikan, agar masyarakat tidak hanya tergantung pada pakan buatan pabrik yang harganya semakin mahal. Bahan makanan untuk formulasi pakan ikan dapat digolongkan berasal dari hewan dan ikutannya, tumbuhan dan ikutanya dengan ketentuan bahwa bahan makanan
tersebut harus mengandung unsur gizi (Protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin). Bahan makanan untuk ikan yang berasal dari golongan hewan terdapat disekitar desa adalah berupa: Ikan rucah(ikan kecil yang tidak dimakan) karena daerah ini sebagian masyarakat bekerja sebagai nelayan diperairan umum daratan dan sebagai petani ikan dalam karamba, sedangkan yang berasal dari tumbuhan yang belum dimanfaatkan berupa biji karet ( Havea Havea brasiliensis) brasiliensis) yang diperoleh dari perkebunan karet masyarakat yang hanya berbuah sekali dalam setahun dan daun ubi kayu pada saat dipanen biasanya tidak dimanfaatkan. Menurut Murtidjo (2005), Tepung biji karet mengandung protein 28,80%, lemak 9,20% dan serat kasar 10,20%, sedangkan tepung daun ubi kayu mengandung protein 29,0%, lemak 4,80%, serat kasar 21,90%. Ikan herbivore membutuhkan protein berkisar antara 20 – 60%; karbohidrat 20 – 30% dan lemak 4 – 4 – 8% 8% (Aprianto dan Evi, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara ilmiah penggunaan biji karet dan daun
12 ,
Volume 6 Nomor 2, Oktober 2013
ubi kayu sebagai bahan untuk formulasi pembuatan pakan ikan, sehingga diperoleh pakan ikan yang cukup mengandung nilai gizi dan cocok untuk digunakan sebagai pakan ikan, terutama untuk golongan ikan herbivore. Manfaat hasil penelitian ini agar dapat diadopsi oleh para petani ikan, sehingga dapat mengurangi biaya pembelian pakan ikan buatan pabrik komersial. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangkaraya (UNKRIP) jalan RTA Milono Palangkaraya, Pada bulan Mei 2013 dengan tahapan: persiapan bahan (ikan kecil/rucah, biji karet, daun ubi kayu, Dedak Halus, tepung tapioka, dan bahan tambahan vitamin dan mineral (Mix dan Starbio), pebuatan formulasi Pakan Ikan yang akan dibuat menjadi pellet), analisa kimia kandungan nutrisi pakan, dan analisis statistik (Anova) untuk menarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Sastrosoepadi, 1999). Terdiri dari tiga perlakuan dan tiga ulangan, sebagai berikut: Perlakuan: A= Tepung ikan 50% + Biji karet 10% + Daun Ubi Kayu 5% + dedak Halus 25% + Tapioka 5% dan bahan tambahan (vitamin dan Mineral) Perlakuan: B= Tepung ikan 40% + Biji karet 20% + Daun Ubi Kayu 5% + dedak Halus 25% + Tapioka 5% + bahan tambahan (vitamin dan Mineral) Perlakuan: C= Tepung ikan 30% + Biji karet 30% + Daun Ubi Kayu 5% + dedak Halus 25% + Tapioka 5% + bahan tambahan (vitamin dan Mineral) . Prosedur Pembuatan Pakan Ikan 1. Ikan kecil, dijemur sampai kering (kadar air ±15%) dan digiling dengan gilingan daging menjadi tepung ikan 2. Dedak disaring(diayak dengan ayakan kopi) untuk memisahkan dedak halus yang akan digunakan (yang kasar dibuang).
3. Biji karet dibelah diambil isinya (lembaga dan cangkang dibuang) dan direndam dalam air dengan kadar garam 5% selama 24 jam, kemudian dijemur hingga kering untuk menghilangkan kadar racun HCN (Murtidjo 2005; Handajani dan Widodo, 2010). Digiling menggunakan gilingan kopi menjadi tepung biji karet 4. Daun ubi kayu dijemur hingga kering, kemudian ditumbuk sampai halus 5. Campur semua bahan tersebut mulai dari bagian bahan yang paling sedikit kedalam bak serta tambahkan(vitamin dan mineral) 6. Kemudian aduk hingga merata sambil menambahkan sedikit air, kemudian campuran tersebut digiling dengan gilingan daging hingga membentuk adonan padat 7. Cetak adonan tersebut menggunakan cetakan pelet. 8. Hasil cetakan di tampung di tikar atau tampah, kemudian dijemur dibawah sinar matahari hingga kering sampai kadar air ±12%. 9. Simpan pelet yang sudah jadi didalam kantung plastik agar tidak mudak rusak. 10. Analisa proksimat kandungan nutrisi pellet (Protein, lemak dan serat kasar). Parameter yang diuji dalam penelitian ini adalah kandungan nutrisi (Protein, lemak dan serat kasar) pakan ikan hasil formulasi sendiri dengan melakukan analisa laboratorium, kemudian dibandingkan dengan pakan/pelet komersial buatan pabrik. Sehingga dapat diambil kesimpulan terhadap kualitas pelet hasil formulasi sendiri dengan kualitas pelet komersial. Data kandungan nutrisi pakan hasil analisa laboratorium dibuat tabulasi data kemudian dilakukan analisis ragam (ANOVA), untuk mengambil kesimpulan hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap bahan dasar formulasi pakan yang digunakan dan indikator nutrisi pakan
13 ,
Volume 6 Nomor 2, Oktober 2013
(Protein,lemak, serat kasar,), terlihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan (%) yang digunakan untuk formulasi pembuatan makanan ikan Jenis Bahan T.Ikan Bj.Karet Dedak halus Daun ubi kayu
Protein
Lemak
52,6 28,4 9,6 28,2
3,9 9,8 7,2 4,4
Serat Kasar 1,0 10,1 20,4 21,6
Kadar Protein Hasil analisis laboratorium terhadap kadar protein pakan ikan hasil formulasi sendiri dengan bahan biji karet untuk masingmasing perlakuan dan ulangan terdapat pada tabel 2.
Tabel 2. Kadar Protein pakan ikan formulasi dari biji karet Ulagan 1 2 3 Total Rerata
Perlakuan A B C 32,98 30,63 28,56 32,64 30,89 27,94 33,18 30,77 28,42 98,8 92,29 84,92 32,93 30,76 28,31
Hasil penelitian formulasi tepung biji karet menunjukan bahwa kadar protein rerata tertinggi diperoleh pada perlakuan A = 32,93%, kemudian diikuti oleh perlakuan B = 30,76% dan terendah pada perlakuan C = 28,31%. Tingginya kadar protein pada perlakuan A karena campuran tepung ikan sebesar 50%, sedangkan tepung biji karet hanya 10%. Semakin dikurangi persentase tepung ikan maka semakin berkurang pula kadar protein pada pakan ikan yang dihasilkan, meskipun kadar tepung biji karet dinaikkan menjadi 20% untuk perlakuan B dan 30% untuk perlakuan C. Hal ini disebabkan karena kadar protein biji karet jauh lebih rendah dari protein tepung ikan. Menurut Afrianto dan Evi (2009), ikan membutuhkan protein berkisar antara 20 –
60% dari berat total makanan, namun kebutuhan optimalnya hanya 30 – 36 persen. Fungsi protein bagi ikan adalah: memperbaiki jaringan; untuk pertumbuhan dari jaringan baru; metabolisme untuk energi; metabolisme ke dalam zat-zat vital dalam fungsi tubuh; untuk enzim-enzim yang esensial bagi fungsi tubuh normal; dan untuk hormon-hormon tertentu (Murtidjo, 2005). Berdasarkan hasil uji BNT 1 %, menunjukan bahwa kadar protein yang dikandung oleh produk pakan ikan berbeda sangat nyata untuk semua perlakuan. Walaupun demikian kadar protein pakan ketiga perlakuan formulasi ini (28,31 – 32,94%) dinilai cukup tinggi jika dibandingkan dengan kadar protein pakan ikan merk “Turbo” buatan PT. Central Pangan Pertiwi dengan kadar protein 25%. dan pakan ikan buatan PT. Comfeed Indonesia Ltd. yaitu berkisar antara 17 – 29 %. Menurut Murtidjo (2005), kadar protein yang dibutuhkan untuk periode pembesaran ikan mas adalah 25%. Sedangkan untuk ikan nila periode pertumbuhan membutuhkan protein 28 – 30% (Handajani dan Widodo, 2010). Dengan demikian dari kadar protein yang dikandung formulasi pakan ikan ini sangat memenuhi syarat sebagai pakan ikan untuk usaha pembesaran ikan golongan omnivore. Lemak Hasil analisis laboratorium terhadap kadar lemak pakan ikan hasil formulasi sendiri dengan bahan biji karet untuk masingmasing perlakuan dan ulangan terdapat pada tabel 4. Beikut:
Tabel 4. Kadar Lemak pakan ikan formulasi dari biji karet Ulagan 1 2 3 Total Rerata
Perlakuan A B C 4,48 5,26 6,05 4,56 5,43 6,12 4,42 5,38 6,14 13,46 16,07 18,31 4,49 5,36 6,10
14 ,
Volume 6 Nomor 2, Oktober 2013
Hasil penelitian formulasi tepung biji karet menunjukan bahwa kadar lemak rerata tertinggi diperoleh pada perlakuan C = 6,10%, kemudian diikuti oleh perlakuan B = 5,36% dan terendah pada perlakuan A = 4,49%. Semakin tinggi persentase biji karet dalam perlakuan maka semakin tinggi pula kadar lemak yang dikandung pakan hasil formulasi. Semakin dikurangi persentase tepung ikan maka semakin berkurang pula kadar lemak pada pakan ikan yang dihasilkan, Hal ini disebabkan karena kadar lemak biji karet jauh lebih tinggi dari lemak tepung ikan. Hasil ANOVA kadar lemak pakan ikan menunjukan bahwa perlakuan persentase tepung biji karet yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar lemak yang dikandung pakan, dimana F hitung > F tab 1%. Berdasarkan hasil uji BNT 1 %, menunjukan bahwa kadar lemak yang dikandung oleh produk pakan ikan berbeda sangat nyata untuk semua perlakuan. Kadar lemak pakan ketiga perlakuan formulasi ini dinilai cukup ideal jika dibandingkan dengan kadar lemak pakan ikan merk “Turbo” produksi PT. Central Pangan Pertiwi dengan kadar lemak 3 - 5%. dan pakan ikan produksi PT. Comfeed Indonesia Ltd. yaitu berkisar antara 5 - 7%. Sebagian besar ikan membutuhkan lemak antara 4 – 8 % (Afrianto dan Evi, 2009). Dengan demikian kadar lemak yang dikandung formulasi pakan ikan ini sangat memenuhi syarat sebagai pakan untuk usaha pembesaran ikan. Lemak dalam makanan ikan berfungsi sebagai sumber energi, sumber asam lemak esensial, fospolifit, sterol dan pengantar proses penyerapan vitamin (ADEK) yang terlarut di dalam lemak (Murtidjo, 2005). Kadar Serat Kasar Hasil uji laboratorium terhadap kadar serat kasar pakan formulasi biji karet seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Kadar serat kasar pakan ikan formulasi dari biji karet Ulangan
Perlakuan A
B
C
1
7,68
8,61
9,54
2
7,72
8,59
9,61
3
7,76
8,73
9,58
Total
23,16 25,93 28,73
Rerata
7,72
8,64
9,58
Pada tabel 5 di atas terlihat bahwa semakin tinggi persentase tepung biji karet, maka semakin tinggi pula kadar serat kasar yang dikandung pakan ikan. Rerata serat kasar tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu sebesar 9,58%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian formulasi tepung biji karet cukup ideal sebagai makanan ikan dengan kandungan nutrisi protein 28 – 33 persen; lemak 4 – 6 persen, dan serat kasar 7 – 10 persen. Kandungan nutrisi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan pakan buatan pabrik untuk periode pembesaran ikan. Saran
Biji karet cukup potensial diolah menjadi makanan ikan. Karena biji karet hanya dipanen sekali dalam setahun, disarankan membuat tepung biji karet atau bungkil biji karet untuk persediaan, kemudian dipergunakan sebagai bahan campuran untuk formulasi pembuatan makanan ikan. DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Evi, 2009. Pakajn Ikan. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
15 ,
Volume 6 Nomor 2, Oktober 2013
Anonim, 2001. Laporan Hasil Uji Coba Pengolahan Hasil Perikanan pada LPPMHP . Dinas Kelautan Dan perikanan Propinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Hadiwiyoto, 1995. Teknologi pengolahan Hasil Perikanan. Jilid I. Penerbit Liberty, Jogyakarta. Handajani dan Widodo, 2010. Nutrisi Ikan. Penerbit UMM Press. Malang. Murtidjo, 2005. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Penerbit Kanisius, YogyakartaPenerbit Kanisius, Jogyakarta.
Sastrosupadi, 1999. Rancangan Percobaan Praktis (Bid. Pertanian). Penerbit Kanisius, Jogyakarta. Sudarisman dan Elvina, 1996. Petunjuk Memilih Produk Ikan dan Daging . Penebar Swadaya, Jakarta. Tjokroadikusumo, 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT. Gramedia, Jakarta.