Pembangunan Kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia I ndonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemamuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. seti nggi-tingginya. Indonesia Indone sia saat ini mengalami transisi epidemiologi e pidemiologi yang ditandai dengan meningkatnya meningkatn ya kematian dan kesakitan akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke, jantung, diabetes dan lain-lain. Meskipun kesakitan dan kematian akibat penyakit menular (PM)semakin menurun, prevalensi penyakit secara umum masih cukup tinggi. Periode 19902015, pola kematian akibat PTM semakin meningkat (37% menjadi 57%), akibat PM menurun (56% menjadi me njadi 38%) dan akibat akib at kecelakaan akan meningkat (7% menjadi m enjadi 13%), dan tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup (pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktitas fisik, merokok, dll). Meningkatnya kasus PTM akan menambah beban pemerintah karena penanganannya membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, kasus PTM juga menyebabkan hilangnya potensi/modal sumber daya manusia dan menurunnya produktivitas (productivity loss) yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi. Upaya promotif dan preventif merupakan upaya yang sangat efektif untuk mencegah tingginya kesakitan dan kematian akibat PTM dan PM. Mengingat pencegahan penyakit sangat tergantung pada perilaku individu yang didukung oleh kualitas lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana serta dukungan regulasi untuk hidup sehat, diperlukan keterlibatan aktif secara terus menerus seluruh komponen baik pemerintah pusat dan daerah, sektor nonpemerintah, dan masyarakat. Untuk itu, perlu adanya sebuah gerakan untuk mendorong masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Gerakan tersebut dinamakan “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat” (GERMAS).
Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden, karena masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali. Pada era 1990, penyakit menular seperti ISPA, Tuberkulosis dan Diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Namun, perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi). Tahun 2015, PTM seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker dan Diabetes justru menduduki peringkat tertinggi. Sebuah pembelajaran berharga di era jaminan kesehatan nasional (JKN), anggaran banyak terserap untuk membiayai penyakit katastropik, yaitu: PJK, Gagal Ginjal Kronik, Kanker, dan Stroke. Selain itu, pelayanan kesehatan peserta JKN juga didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan dibandingkan di tingkat dasar. Fakta ini perlu ditindaklanjuti karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan negara. Meningkatnya PTM dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa. Hal ini berdampak pula pada besarnya beban pemerintah karena penanganan PTM membutuhkan biaya yang besar. Pada akhirnya, kesehatan akan sangat mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi. Penduduk usia produktif dengan jumlah besar yang seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan, justru akan terancam apabila kesehatannya terganggu oleh PTM dan perilaku yang tidak sehat, tutur Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, dalam sambutannya dalam rangka Hari Kesehatan nasional (HKN) ke-52 tahun 2016 di Jakarta (14/11). Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI secara khusus mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) guna mewujudkan Indonesia sehat.
Mengenai Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian. GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin.
Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan saat ini juga, dan tidak membutuhkan biaya yang besar, tutur Menkes. GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratifrehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja. Peran Kementerian dan Lembaga di sektor lainnya juga turut menentukan, dan ditunjang peran serta seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan anggotanya untuk berperilaku sehat; serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Salah satu dukungan nyata lintas sektor untuk suksesnya GERMAS, diantaranya Program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berfokus pada pembangunan akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni, yang merupakan infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal keamanan pangan. Dalam kehidupan sehari-hari, praktik hidup sehat merupakan salah satu wujud Revolusi Mental. GERMAS mengajak masyarakat untuk membudayakan hidup sehat, agar mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku tidak sehat. Untuk itu, Pemerintah RI diwakili Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Puan Maharani, mencanangkan GERMAS pada 15 November 2016 di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Tidak hanya di Bantul, GERMAS juga dicanangkan di sembilan wilayah lainnya, yaitu: Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kabupaten Pandeglang (Banten), Kota Batam (Kepulauan Riau), Kota Jambi (Jambi), Surabaya (Jawa Timur), Madiun (Jawa Timur), Pare-pare (Sulawesi Selatan), Kabupaten Purbalingga (Jawa Tengah), Kabupaten Padang Pariaman (Sumatera Barat). Pencanangan GERMAS menandai puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-52 yang jatuh pada 12 November 2016. Tahun ini, HKN ke-52 mengusung tema Indonesia Cinta Sehat dengan sub tema Masyarakat Hidup Sehat, Indonesia Kuat. Tema ini harus dimaknai secara luas, seiring dengan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS). Secara khusus, GERMAS diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan mengurangi beban biaya kesehatan. Pepatah bijak mengatakan, “lebih baik mencegah daripada mengobati.” Adalah benar adanya. Agar kesehatan dan kebugaran tubuh hari ini sampai hari tua nanti tetap terjaga, maka terapkahlah program CERDIK dan PATUH berikut ini:
Program CERDIK adalah langkah preventif yang dibuat agar masyarakat yang masih sehat dan bugar dapat terhindar dari berbagai penyakit tidak menular (PTM). Program ini terdiri atas:
Cek kesehatan secara berkala Enyahkan asap rokok Rajin Olahraga Diet sehat dengan kalori seimbang Istirahat yang cukup Kelola stress
Sedangkan program PATUH dibuat untuk pasien penyandang penyakit tidak menular (PTM) agar penyakit tidak semakin parah dan tetap terkontrol kesehatannya. Program ini meliputi:
Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur Tetap diet sehat dengan gizi seimbang Upayakan beraktivitas fisik yang aman, serta Hindari rokok, alkohol dan zat karisogenik lainnya
Biro Komunikasi Pelayanan Masyarakat dan Tim Komunikasi Pemerintah Kemkominfo
Sumber : http://www.depkes.go.id/
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai upaya telah Pemerintah lakukan dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Berbagai model pembiayaan kesehatan, sejumlah program intervensi teknis di bidang kesehatan, dan perbaikan organisasi dan manajemen telah diperkenalkan. Namun, walaupun terdapat peningkatan, tetapi jika kita bandingkan dengan beberapa Negara-negara tetangga lainnya, keadaan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia masih tertinggal. Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu masih banyak terjadi. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih saja mengalami kesulitan dalam memperoleh pelayanan kesehatan, terutama pada penduduk yang di daerah pedesaan yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Banyak hal yang menjadi penyebab yaitu selain karena faktor teknis, hal ini juga disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti: faktor geografi, faktor ekonomi, dan faktor sosial. Untuk mengatasi hal tersebut, desentralisasi bidang kesehatan dapat dilakukan sebagai salah satu strategi yang dianggap tepat untuk saat ini, yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dilaksanakan. Saat ini kita sebentar lagi akan mengakhiri tahun 2015, namun masih saja tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat Indonesia masih saja belum mencapai dapat sesuai dengan program Indonesia Sehat 2015. Oleh karena itu, pemerintah masih berupaya untuk lebih meningkatkan kembali kesehatan masyarakat dengan berbagai program peningkatan kesehatan melalui “Indonesia
Sehat 2025 ”.
B.
Tujuan
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah organisasi manajemen.
2.
Untuk mengetahui tentang Indonesia Sehat 2025.
3.
Untuk mengetahui perkembangan program pembangunan kesehatan nasional.
C.
Manfaat
1.
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.
2.
Dapat memberikan informasi tentang program pembangunan nasional di bidang kesehatan.
3.
Dapat memberikan pengetahuan tentang Indonesia Sehat 2025.
BAB II PEMBAHASAN A. INDONESIA SEHAT 2025 Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman ( safe community). Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi. Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat setinggi-tingginya.
B.
MISI Dengan berlandaskan pada Dasar Pembangunan Nasional Kesehatan, dan untuk mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan, yaitu :
1. Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawas-an Kesehatan Pembangunan Nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh hasil kerja sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi positif dari berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat juga mengandung arti terlindunginya dan terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. 2. Mendorong Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat termasuk swasta, dan pemerintah. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan setiap individu, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya dilakukan tanpa meninggalkan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Masyarakat harus mampu melakukan program pengabdian, memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan, dan melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan. Oleh
karena itu, salah satu upaya pokok atau misi pembangunan kesehatan adalah mendorong kemandirian mayarakat untuk hidup sehat. 3. Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan Terjangkau Pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya kesehatan, baik upaya kesehatan primer dan sekunder maupun upaya kesehatan tersier yang bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan pada pencegahan ( perventif ), dan peningkatan kesehatan ( promotif ) bagi segenap warga Negara Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif ), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif ). Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan, diperlukan pula upaya peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan antara pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta. Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan sosial telah berkembang, penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih diperlukan upaya kesehatan perorangan di Puskesmas. 4. Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan Dalam
penyelenggaraan
pembangunan
kesehatan,
sumber
daya
kesehatan
perlu
ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan, pembiayaan kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi pula pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang makin penting peranannya. Tenaga kesehatan yang bermutu harus tersedia secara mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna.
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan pemerintah harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil-guna serta berdaya-guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu harus tersedia secara merata serta menjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Upaya dalam meningkatkan ketersediaan tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan manajemen, pengembangan dan penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan serta pengawasan pre market dan post market sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan komprehensif. C.
ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KESEHATAN 2005-2025
1. Tujuan dan Sasaran a. Tujuan Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil, dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. b. Sasaran
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak, yaitu : 1)
Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025.
2)
Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per kelahiran hidup pada tahun 2025.
3)
Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.
4)
Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025.
D. STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi pembangunan kesehatan yang akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah : 1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yang
sangat
fundamental.
Pembangunan
kesehatan
juga
sekaligus
sebagai
investasi
Pembangunan Nasional, dengan demikian pembangunan kesehatan merupakan bagian dari Pembangunan Nasional. Dalam kaitan ini Pembangunan Nasional perlu berwawasan kesehatan. Diharapkan setiap program Pembangunan Nasional yang terkait dengan pembangunan kesehatan, dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar pembangunan kesehatan. Untuk terselenggaranya pembangunan nasional berwawasan kesehatan, perlu dilaksanakan kegiatan advokasi, sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan, sehingga semua pelaku
pembangunan nasional (stakeholders) memahami dan mampu melaksanakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Selain itu perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari pembangunan nasional berwawasan kesehatan, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan dan diukur tingkat pencapaian dan dampak yang dihasilkan. Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, pembangunan hukum kesehatan dimasa mendatang menjadi sangat penting, untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum dan manfaat hukum. 2. Pemberdayaan Masyarakat dan Daerah Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu, banyak permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggung jawabnya berada diluar sektor kesehatan. Untuk itu perlu adanya kemitraan antar berbagai pelaku pembangunan kesehatan. Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat meliputi: a) Penggerakan masyarakat; masyarakat mempunyai peluang yang sebesar-besarnya untuk terllibat aktif dalam proses pembangunan kesehatan. b) Pengorganisasian dalam pemberdayaan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin berfungsi dalam pembangunan kesehatan. c) Advokasi; masyarakat memperjuangkan kepentingannya dibidang kesehatan. d) Kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas sektor terkait, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan. e) Sumberdaya; diperlukan sumberdaya yang memadai seperti SDM, system informasi dan dana. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah. Oleh karenanya dalam pembangunan
kesehatan diperlukan adanya pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada daerah. Kesiapan daerah dalam menerima dan menjalankan kewenangannya dalam pembangunan kesehatan, sangat dipengaruhi oleh tingkat kapasitas daerah yang meliputi perangkat organisasi dan sumberdaya manusianya, serta kemampuan fisikal. Untuk itu harus dilakukan penetapan yang jelas tentang peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah di bidang kesehatan, upaya kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, dan pengembangan serta pemberdayaan sumberdaya daerah.
3. Pengembangan Upaya dan Pembiayaan Kesehatan Pengembangan pelayanan atau upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (client oriented) dan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, professional, dan bermutu. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin perlu mendapatkan pengutamaan. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan dengan prinsip kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan swasta. Menghadapi lingkungan strategis pembangunan kesehatan, perlu dilakukan reorientasi upaya kesehatan, yaitu yang berorientasi terutama pada desentralisasi, globalisasi, perubahan epidemologi, dan menghadapi keadaan bencana. Pengembangan upaya kesehatan perlu memanfaatkan teknologi kesehatan/kedokteran dan informatika yang semakin maju, antara lain: pembuatan berbagai vaksin, pemetaan dan test dari gen, terapi gen, tindakan dengan intervensi bedah yang minimal, transplantasi jaringan, otomatisasi administrasi kesehatan/kedokteran, upaya klinis dan rekam medis dengan dukungan komputerisasi, serta telekomunikasi jarak jauh. Pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber, baik dari pemerintah, masyarakat, dan swasta harus mencukupi bagi penyelenggaraan upaya kesehatan, dan dikelola secara berhasil-guna dan berdaya-guna. Pembiayaan kesehatan untuk menjamin terpelihara dan terlindunginya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, diselenggarakan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dimaksud perlu didukung dengan penelitian dan pengkajian kesehatan yang bersifat mendasar, luas dan terjangkau. 4. Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia kesehatan yang mencakupi jumlahnya, dan professional, yaitu sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nalai moral dan etika profesi yang tinggi. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi sumpah dan kode etik profesi. Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan kebutuhan dan penentuan standar kompetensi tenaga kesehatan, pengadaan tenaga kesehatan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan serta pembinaan dan pengawasan sumber daya manusia kesehatan, upaya pengadaan tenaga kesehatan di Indonesia dalam era desentralisasi dan globalisasi.
Upaya pengadaan ini dilakukan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan SDM kesehatan. Pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain meliputi: distribusi tenaga kesehatan secara merata dan peningkatan karier dari tenaga kesehatan tersebut. Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan dilakukan melalui peningkatan komitmen dan legislasi yang meliputi antara lain : sertifikasi, uji kompetensi, registrasi dan perijinan (licensing) tenaga kesehatan. Disamping itu, penting dilakukan upaya untuk pemenuhan hak-hak tenaga kesehatan. 5. Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan Keadaan darurat kesehatan dapat terjadi karena bencana, baik bencana alam maupun bencana karena ulah manusia, termasuk konflik sosial. Keadaan darurat kesehatan akan mengakibatkan dampak yang luas, tidak saja pada kehidupan masyarakat didaerah bencana namun juga pada kehidupan bangsa dan Negara. Oleh karenanya penanggulangan keadaan darurat kesehatan yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan, dilakukan secara komprehensif, mitigasi serta didukung kerjasama lintas sektor dan peran aktif masyarakat.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Permasalahan kesehatan di Indonesia memang bukanlah hal yang mudah untuk diselesaikan dengan cepat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tercapai nya keberhasilan Idonesia Sehat 2025 nantinya, maka perlu adanya peran aktif dari masyarakat Indonesia sendiri mengenai kesadaran tentang pentingkesehatan bagi dirinya. Dan diperlukan kontribusi positif sector pembangunan lainnya, agar program Pembangunan Nasional dapat berjalan dengan semestinya. B.
Saran
1.
Bagi pemerintah Sebaiknya pemerintah dapat menjalankan program pembangunan kesehatan secara tepat dan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, tanpa adanya kecurangan yang dapat merugikan masyarakat Indonesia.
2.
Bagi petugas kesehatan Sebaiknya petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan professional sesuai dengan standar, tanpa membeda-bedakan antara pasien yang satu dengan yang lainnya. Serta mereka perlu meningkatkan kualitas pelayanan, dengan terus mengikuti perkemangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/2098/2/ Diposting oleh Istikomah di 08.00 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest 3 komentar:
1. Sadia Mahtelu17 Maret 2016 04.03 setuju biar indonesia lebih sehat dan mengurangi angka kematian di indonesia Balas Balasan
1. Istikomah19 Maret 2016 04.40 terima kasih dah berkunjung ke sini ^-^ Balas
2. ramonasigmarlatu17 Mei 2018 04.10 ya saya setuju! karna dengan visi ini indonesia kedepannya mungkin akan lebih baik lagi Balas Muat yang lain... Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom) [soundcloud url="https://api.soundcloud.com/tracks/254370997" params="auto_play=true&hide_related=false&show_comments=true&show_user=true&show_r eposts=false&visual=true" width="100%" height="450" iframe="true" /]
Mengenai Saya
Istikomah Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼
2015 (3) ▼ Desember (3) o MAKALAH INDONESIA SEHAT 2025 MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN DI POLINDES Suitainable Development (SDG's)
Sehat menjadi anugerah terbesar untuk manusia dalam menjalani kehidupan. Manusia ditakdirkan untuk terus berusaha sehat agar bisa melaksanakan aktivitas sehari-hari. Namun, risiko sakit akan selalu membayangi. Salah satu penyebab sakit adalah pola gaya hidup manusia itu sendiri. Seiring perkembangan zaman dan teknologi yang semakin memudahkan manusia menjalani aktivitasnya, terdapat risiko apabila kita terlalu dimanjakan oleh fasilitas tersebut. Pola Hidup (tak) Sehat
Kemajuan teknologi yang memungkinkan aktivitas kita berada dalam genggaman, contohnya, lapar tinggal klik aplikasi, bersih-bersih rumah tinggal klik aplikasi juga; hal ini membuat manusia kurang melakukan aktivitas fisik. Manusia tipe ini bisa dipastikan juga malas berolahraga. Terlebih jika kurang mengkonsumsi buah dan sayur atau sering mengonsumsi makanan gorengan dan berlemak, akan meningkatkan risiko penyakit dalam tubuh. Lalu bagaimana cara kita hidup sehat? Dalam acara Temu Blogger Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang diselenggarakan di Bandung pada 21 April 2017, drg. Oscar Primadi, MPH menyampaikan program GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) yang digagas Kementrian Kesehatan. Oscar yang menjabat sebagai Kepala Biro Komunikasi & Pelayanan Masyarakat Kementrian Kesehatan mengutarakan setidaknya ada 7 langkah yang bisa dilakukan masyarakat dalam rangka membiasakan pola hidup sehat. Apa sajakah itu? 1. Melakukan Aktivitas Fisik Pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mencuci pakaian, mengepel lantai dan lain sebagainya bisa dikategorikan aktivitas fisik. Mulailah dengan melakukan aktivitas tersebut setiap hari. Lebih baik jika ditambah olahraga secara rutin. Lari pagi atau jalan kaki pun bisa dijadikan aktivitas rutin. 2. Mengonsumsi Sayur dan Buah Memperbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan. Mengurangi makanan junkfood dan minuman bersoda. 3. Tidak Merokok Mulailah secara perlahan untuk berhenti merokok. Jika tidak bisa sendiri, minta bantunlah kepada ahli hipnosis untuk menghentikannya. Beberapa teman saya pun ada yang berhasil. Pada dasarnya jika ada kekuatan dari diri sendiri untuk berhenti merokok, maka hal ini tak mustahil untuk dilakukan. 4. Tidak Mengonsumsi Alkohol Sama halnya seperti rokok, maka minum minuman beralkohol pun harus dihentikan. 5. Memeriksa Kesehatan Secara Rutin
Medical Checkup sangat penting dilakukan oleh setiap individu. Mendatangi rumah sakit bukanlah hanya saat kita sakit, justru saat kita (merasa) sehat. Sehingga bibit-bibit penyakit yang mungkin akan timbul di kemudian hari akan lebih mudah terdeteksi secara dini. 6. Membersihkan Lingkungan Bersama-sama dengan tetangga melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan minimal sebulan sekali. Selain untuk hidup sehat juga akan mempererat tali silaturahim antar sesama anggota masyarakat. 7. Menggunakan Jamban Mungkin terdengar aneh, tapi faktanya masih banyak daerah di Indonesia yang tidak menggunakan jamban sebagai tempat pembuangan. Penduduk tersebut masih banyak yang menggunakan sungai sebagai aktivitas mencuci pakaian, mencuci piring, mandi, pun buang air besar. Tentunya hal ini menimbulkan risiko penyakit yang diakibatkan oleh kuman. Dari 7 kegiatan Germas di atas, 3 kegiatan menjadi fokus utama Kementrian Kesehatan. Melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi buah dan sayur serta memeriksa kesehatan secara berkala adalah yang diutamakan pada gerakan tahun 2017 ini. Lalu sebenarnya apa tujuan Germas? Jelas tujuannya adalah untuk hidup sehat. Hidup sehat ini berdampak pada banyak hal seperti kesehatan terjaga, aktivitas semakin produktif, lingkungan bersih dan tentunya biaya berobat akan berkurang. Oleh karenanya, mari kita laksanakan langkah germas mulai dari diri kita sendiri dan lingkungan terdekat kita.