Bastanta Prawira Member Posts: 64
Menurut saya sebaiknya perdagangan bebas dilegalkan saja dengan perjanjian yang jelas antara pihak pendonor organ dan penyalur organ.Hal itu tentunya menurut saya harus ditindak lanjuti oleh pemerintah dengan membentuk hukum yang jelas yang dapat melindungi melindungi hak-hak dari pendonor organ serta hukum yang jelas untuk mengatur perijinan lembaga penyalur organ
April 5, 2010 at 6:46 AM
Hariz Adriazka Member Posts: 32
Flag Quote & Reply
sebenarnya cukup membingungkan mencari jalan keluar yang terbaik. Apabila dilihat secara kebutuhan semata, memang donor organ tidak ada masalah. Malah, sangat baik, karena bisa membantu orang lain. Namun,ketika kita berbicara terkait masalah sosial, ini baru menjadi masalah baru. Kenapa? karena organ ada sesuatu yang given dari tuhan bagi seseorang dan menjual belikan anggota tubuh, artinya tidak menghargai apa yang tuhan berikan kepada manusia. (organ dianggap sebagai barang dagangan). Namun, kembali lagi, ini akan selalu mnjadi pro dan kontra, Saya pikir, tidak boleh seseorang memperjualbelikan organ, karena dampak sosial yang terjadi bisa sangat berat (orang seperti barang dagan gan, bayangkan bila ini terjadi), namun, saya sendiri tidak bisa menemukan titik tengah dari permasalahan ini. Karena Demand yang tinggi, dan masih ada orang memberi supply, maka perdagangan ini masih akan terus terjadi. Tinggal bagaimana dokter diharapkan bisa bersikap saja. April 6, 2010 at 12:04 AM
Flag Quote & Reply
pak saya tertarik dengan pernyataan: dokter yang membantu proses donor ini sebenarnya melanggar sumpah hipocrates. di bagian yang mana yah pak dokter itu melanggar. mohon penjelasan lebih lanjut. saya termasuk dalam golongan orang yang setuju dengan donor organ ini sejauh ini dilakukan dengan legal, baik dan terkoordinasi. baik organ yang hanya bisa didonorkan saat penderita
St. Wisnu Kumara Jati akan meninggal maupun yang bisa didonorkan saat kita Member masih hidup (tentu saja dengan kondisi kesehatan kita Posts: 109 yang cukup untuk hidup layak dengan satu organ saja). saya setuju dengan israel dalam hal ini. apakah ini akan menjadi komersialisasi? bisa saja akan tetapi saya lebih melihat pada efek positif ketersediaaan organ yang dibutuhkan, kesediaan orang untuk donor walaupun dengan imbalan, dan ini diatur oleh pemerintah sehingga lebih rapi dan teratur. akan memberikan hasil yang lebih baik. April 6, 2010 at 8:28 AM
Gudono Member Posts: 71
Sy sarikan dr Koran Tempo tsb.: Sumpah Hipokrates kurang lebih terkait dengan kewajiban dokter untuk "pro kehidupan'. Maksudnya, dokter dalam profesinya dilarang melakukan hal-hal yg menyebabkan kematian, dll. (misal: aborsi dan membantu bunuih diri pasien). Mengambil organ penting manusia yg masih hidup sering dianggap sebagai upaya yang bersifat melawan prinsip "pro kehidupan" tadi (walaupun sbtlnya bs membantu memperpanjang hidup yg menerima organ).
April 6, 2010 at 8:50 AM
Aldi Fajar Member Posts: 22
Flag Quote & Reply
Flag Quote & Reply
Saya tidak sependapat jika pemerintah melegalkan jual beli organ tubuh manusia. Terutama saat manusia itu masih hidup dan bisa mendonorkannya organ pentingnya. Dapat kita lihat kasus penculikan yang berujung pembunuhan dan organnya dijual sudah banyak saat pemerintah melarang jual beli organ tubuh, bagaimana jika dilegalkan mungkin bisa lebih parah keadaannya. Mungkin sudah ada yang pernah melihat film tentang seorang ayah mencarikan donor jantung untuk anaknya,karena dia tidak punya uang hingga diabaikan oleh pihak RS, sampai-sampai dia menyandera pasien rumah sakit untuk mendapatkan donor untuk anaknya. Dan pada akhirnya dia memutuskan untuk bunuh diri agar dapat mendonorkan jantungnya untuk anaknya. Saat dia ingin memberikan jantung untuk anaknya namun dokter menolak melakukan operasi karena harus menghilangkan nyawa seseorang dan bertentangan dengan kewajiban dokter seperti yang dikatakan pak Gudono. Maksud cerita ini, kita tidak bisa sembarangan
memberikan donor dengan menghilangkan nyawa seseorang, walaupun kita berniat menolong nyawa keluarga sendiri tetapi jika dengan menghilangkan nyawa seseorang tetap saja melanggar etika. Dengan kata lain walaupun pemerintah melarang adanya perdagangan gelap jual beli organ tubuh tetapi tetap sulit ditiadakan. April 6, 2010 at 9:30 AM
Lindawati Member Posts: 36
Flag Quote & Reply
Menurut saya, masalah ini seperti dua mata uang sisi mata uang yang selalu mengikuti ke mana saja. Ada sisi positif dan negatifnya. Saya setuju dengan pemerintah Israel yang memang sudah melegalkan transaksi organ tubuh. Karena aturan dan kompensasi menjadi jelas bagi pendonor dan yang menerima organ donor. Karena tanpa adanya aturan ini pun pasti saat ini sudah banyak terjadi transaksi organ di pasar gelap dan ujung2-nya adalah penculikan orang-orang yang tidak punya keluarga dan yang diuntungkan hanya 1 pihak saja dan keluarga penerima organ pasti juga mengalami pemerasan karena harga beli organ yang tinggi. Antrian panjang pasien yang mengharapkan donor organ adalah demand yang potensial dan supply-nya adalah orang-orang yang memang berniat untuk mendonorkan baik yang memang bertujuan komersil ataupun berniat sosial. Tujuan komersil di sini bila diartikan positif adalah orang-orang (mungkin) miskin dan (pastilah) sudah menemui jalan buntu untuk mencari kerja dan berusaha demi tujuan mulia yaitu memenuhi tanggung jawab keluarga mis. untuk menghidupi keluarga / mengobati keluarga yang sakit. Sisi sosial adalah anggota keluarga yang memang mau menyerahkan organnya untuk menolong anggota keluarganya yang lain. Dari sudut pandang saya, dokter tidaklah melanggar etika pro kehidupan, karena jika dia tidak mengambil organ si donor maka pasien yang mengharapkan transplantasi itu akan meninggal. Yang perlu menjadi sorotan adalah batasan yang harus ditetapkan oleh pemerintah tentang organ-organ vital mana saja yang hanya boleh didonorkan oleh seseorang jika orang tersebut sudah meninggal, mis. Jantung. Karena kalau orang mendonorkan jantung maka otomatis
pendonor itu akan mati setelah melakukan donor sehingga harus menunggu dia mati dulu. Tapi jikalau hanya ginjal maka pendonor dapat mendonorkan 1 ginjal saja seumur hidup. Nah, kalau masalah ini harus didiskusikan dan ditetapkan sendiri oleh ikatan dokter dan bekerjasama dengan pemerintah. April 9, 2010 at 10:29 AM
Gita Mawarsih Member Posts: 102
Flag Quote & Reply
Hmm.. sudah lama tidak posting di gudono.com Saya setuju dengan komentar dari mba Lindawati.. Searah dengan komentar saya di thread "kemungkinan "legalisasi" perdagangan organ" Para ahli asal Ingris dan AS sebenarnya sudah lama loh mengembangbiakkan rekayasa genetik pada babi dengan tujuan mendapatkan organ tubuh untuk transplantasi pada manusia. Para ahli di London dan California itu mulai melakukan uji coba genetik untuk mencari solusi banyaknya pasien antri melakukan cangkok organ tubuh. Demikian dikatakan Robert Winston, ilmuwan asal Inggris, dalam tulisannya untuk koran Inggris Sunday Times. Jika penelitian ini sukses maka hati manusia bisa digantikan oleh hati babi. Dalam uji cobanya, para ilmuwan itu memperkenalkan gen manusia pada babi untuk mengurangi kemungkinan organ mereka ditolak pasian manusia. Ini mereka lakukan karena banyaknya pasien yang antri untuk melakukan cangkok organ tubuh. Sudah ada 4 pasien yang berhasil dengan dilakukannya metode ini. Keempatnya melakukan cangkok ginjal. Ada beberapa percobaan juga yang menggunakan hati babi sebagai pengganti hati manusia... Selama ini, untuk mengatasi keterbatasan donor para ilmuwan melakukan transplantasi dari organ tubuh yang berasal dari hewan yakni Babi yang paling dekat kemiripannya dengan organ manusia. Namun, metoda yang dikenal dengan istilah Xenotransplantation masih mengundang kontroversi serta dikhawatirkan dapat menularkan virus dari binatang ke manusia dan menciptakan penyakit baru. omg!! kalo ini berhasil maka dunia kedokteran dunia akan lebih maju.. sekaligus mempermahal harga daging babi ya!
April 12, 2010 at 8:12 AM
Flag Quote & Reply
Pasar Gelap & Krisis Penyediaan Organ
Muhammad Luthfy R24 Member Posts: 42
Saya setuju dengan donor organ ini selama dilakukan dengan legal, baik dan terkoordinasi. Saya setuju dengan israel dalam hal ini. apakah ini akan menjadi komersialisasi? bisa saja akan tetapi saya lebih melihat pada efek positif ketersediaaan organ yang dibutuhkan, kesediaan orang untuk donor walaupun dengan imbalan, dan kegiatan ini harus diatur oleh pemerintah sehingga dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang menguntungkan kedua pihak. -April 15, 2010 at 10:50 AM
yushar Member Posts: 8
Flag Quote & Reply
Tujuan awal donor organ adalah bersifat kemanusiaan, artinya membantu orang yang membutuhkannya terkait dengan kelangsungan hidup orang tersebut. Dasar pemberian organ (organ donor) haruslah bersifat sosial, dengan kata lain tidak ada motif lain diluar motif sosial tersebut. Kondisi saat ini, demand terhadap organ yang sangat besar menjadikan peluang (ekonomi) untuk sebagian pihak yang pada akhirnya menciptakan pasar gelap donor organ. Kesadaran masyarakat akan kesediaan untuk mendonorkan organnya mungkin dapat menjadi salah satu jalan keluar dari permasalahan ini tanpa harus melegalkan aturan tersebut hanya karena semata-mata dilatar belakangi motif uang. Karena kembali ke tujuan awalnya adalah didasari oleh motif sosial. Departemen kesehatan mungkin dapat memberikan peluang bagi masyarakat yang ingin mengkontribusikan dalam bidang sosial melalui donor organ tersebut. Ap akah memberikan sebagian organnya (mis. Ginjal) atau memberikan wasiat untuk memberikan organ tersebut kepada yang berhak menerimanya. April 25, 2010 at 4:56 AM
Flag Quote & Reply
Gudono at April 4, 2010 at 9:29 PM
Note: Tulisan ini punya kaitan dg posting sy sblumnya ttg kemungkinan "legalisasi" perdagangan organ.
Haryono P. Kamase Member Posts: 2
Dunia saat ini sedang dilanda krisis organ tubuh untuk transplantasi. Itu ditunjukkan oleh antrean panjang orang2 yg menunggu donor. Solusi tradisionil keadaan ini adalah dg mengijinkan orang hidup menyumbangkan organnya, walaupun dokter yg membantu proses tsb scr tdk langsung sebetulnya melanggar Sumpah Hipokrates. Sudah bisa ditebak celah sempit ini membuka peluang adanya "perdagangan gelap" organ tubuh yg tentu saja dikecam. Sebetulnya sdh ada Piagam Istambul 2008 yg merupakan deklarasi unt menindak pasar gelap tsb. Tapi dlm praktek siapa yg bisa mencegahnya? Perdagangan semacam itu sbetulnya jg rentan thd abuse dan sdh pasti ada dua korban: (1) yg butuh organ tertindas oleh situasi ini yg sbtlnya tdk dia maui dan (2) yg memberikan organ biasanya adalah orang miskin -- yg terdesak oleh kebutuhan uang. Perdagangan gelap jg rentan pada mslah keamanan (penculikan dll) dan kesehatan (misal: apakah yg mentranspalantasi punya skill yg bagus?). Israel mencoba mencoba membuat terobosan unt situasi ini: memberi insentif pd orang-orang yg menandatangani kartu donor. Bahkan Pusat Transpalantasi dan Donasi Organ Israel bekerja sama dg perusahaan asuransi dan Donor Card Institution meminta agar agar ada pembayaran (uang) kepada donor hidup dan keluarganya. Namun banyak pihak justru mengecam ini sebagai komersialisasi perdaganan organ yg diseponsori pemerintah. Lalu:roll:? Apa saran anda untuk mengatasi antrean sangat panjang tadi??? Berdoa saja? Penerapan kebijakan 'wajib donor' bagi orang yg meninggal? meniru Israel? atau ....? Tks komennya! Sumber : sebagian diambil dari berita di Koran Tempo 5/4/2010.
Dunia selalu berubah, darwin terlebih dahulu mengamini. Teknologi transplantasi saat ini masih terbatas sehingga banyak kontropersi, suatu saat akan menjadi hal lumrah ketika peradaban mulai mapan. Transplantasi kontropersi mungkin karena ekonomi tapi tidak jarang juga karena kasih sayang, namun alasan kemanusiaan akan lebih bijak.
April 27, 2010 at 9:04 AM
Flag Quote & Reply
darius R25 Member Posts: 180
setiap orang diberi akal budi dan kehendak bebas untuk menjalankan hak dan kewajiban hidupnya. Namun, kadang ia menghadapi situasi yang membuatnya tidak dapat melaksanakan hak hidupnya dengan baik. Misalnya, seorang pengemis karena keterbatasan dirinya dan pengetahuannya mungkin saja ia bisa mengambil keputusan untuk menjual organnya. Meski orang setuju untuk menandatangani selembar teks persetujuan tapi ia belum tentu bebas untuk bertanggung jawab atas apa yang ia tanda tangani. Mungkin saja pada saat itu ia membutuhkan uang dan mungkin juga ada informasi yang disembunyikan. berdasarkan hal itu, penjualan organ dari orang yang hidup berarti mematikan hak hidup orang itu (kecuali orang yang meninggal seijin keluarganya). Untuk mengatasi itu, menurut John Rawls, pihak yang beruntung, baik itu instansi swasta yang berkepentingan dan terutama pemerintah, perlu memberikan pendampingan dan pengarahan yang dapat memberikan informasi pengetahuan kepada pihak-pihak yang kurang beruntung tersebut. Bahkan kalau dapat dibuatkan regulasinya sehingga donatur organ dari orang hidup benar-benar di larang. May 5, 2010 at 12:59 AM
Mulyana Mingriona Puteri Member Posts: 15
Flag Quote & Reply
menurut saya donor organ tubuh sebaiknya dilegalkan saja dengan aturan-aturan dan ketentuan yang ketat dan tepat. syarat-syarat seperti kedua belah pihak yang melakuka pendnoran sama-sama merasa ikhlas dan diketahui oleh anggota keluarga dan adanya keterangan dari dokter spesialis dengan kata lain tidak ada penipuan dan hal yang ditutup-tutupi. memberikan donor terhadap orang yang membutuhkan sehingga dapat menyelamatkan hidup seseorang merupakan suatu perbuatan yang indah. namun perlu diperhatikan setiap orang telah diberikan porsinya masing-masing oleh Yang Maha Kuasa, belum tentu organ yang menggantikan organ sebelumnya akan cocok. mungkin akan terjadi masalah-msalah kedepannya. manuasia hanya bisa berusaha namun Tuhan yang menentukan. --
May 5, 2010 at 11:56 PM
Flag Quote & Reply
pernah saya tidak sengaja baca dari forum di internet (saya lupa sumbernya), memberikan informasi kira-kira seperti ini: Jika ingin berpergian ke luar negeri sendirian, misalkan dalam rangka liburan, sebaiknya berhati-hati. Sebab sudah ada beberapa kasus terjadi terhadap wisatawan yang diculik dan diambil organ-organnya. Para pelakunya adalah sindikat gelap internasional penjualan organ tubuh Univer Immanuel R25 manusia. Modus mereka biasanya menyamar sebagai Member supir taksi yang beraksi di bandara udara. Supir ini Posts: 202 kemudian menetapkan target yang akan dijadikan korban. Kemudian korban tersebut dibuat pingsan, dengan suatu cara, dan korban tersebut ketika sadar dari pingsannya, organ-organ tubuhnya seperti ginjal dan lain-lain sudah diambil, dan hidup korban biasanya tidak akan lama lagi.. Bisa jadi kejadian seperti ini dilakukan karena sudah sulit untuk mendapatkan organ tubuh manusia dari mayat yang baru saja meninggal.. Jadi berhati-hati lah buat temen2 yang akan keluar negeri sendirian,, terutama ke daerah Eropa Utara, Eropa Timur dan China.. nb: mudah2an teman2 bisa menambahkan informasi ini... thanks May 18, 2010 at 5:54 AM
Flag Quote & Reply
saya lebih setuju bila seseorang memberikan organ tubuhnya bila dia sudah meninggal.dengan begitu tidak ada yang dirugikan baik bagi pihak pendonor ataupun penerima donor. tapi hal ini haruslah ada kontrak dan persetujuan dari kedua belah pihak. selain itu, bukan kah hal seperti ini juga merupakan amal untuk membantu seseorang yang mungkin masih memiliki kesempatan untuk hidup. Merry C.M (256434) Member Posts: 31
dan pemerintah seharusnya lebih mengantisipasi perdagangan organ yang dilakukan secara ilegal dan segera memberantasnya. ini dikarenakan banyaknya orang2 yang hilang untuk diambil organnya dan diperjualbelikan. bukankah ini sama aja dengan perbuatan pembunuhan? dan biasanya korban2 diambil dari orang2 miskin yang tidak tahu apa2.
kan kasihan.... May 19, 2010 at 1:00 AM
Sumarsih Member Posts: 9
Menurut pendapat saya, saya setuju dengan pendapat saudara Merry C.M. lebih baik yang menjadi pendonor adalah orang yang sudah meninggal. Bahkan, dibuat saja aturan yang mengatur hal tersebut. Karena aturan hukum itu bersifat wajib dan tegas. Mau tidak mau harus dilakukan. Terkait pendapat saya yg diawal dulu tentang jual-beli organ ini, para ilmuwan sudah mengembangkan penyembuhan dan pembentukan organ-organ tubuh b aru lewat DNA. Hal ini juga bisa menjadi solusi terbaik dari masalah ini bkn???? May 26, 2010 at 10:14 PM
rysanti Member Posts: 44
Flag Quote & Reply
Flag Quote & Reply
Apabila dipandang dari sisi kemanusiaan, pendonoran organ tubuh tergolong kegiatan yang mulia. Namun, saya setuju dengan beberapa pendapat yang menyatakan bahwa pendonoran organ lebih baik dilakukan oleh orang-orang yang telah meninggal dunia. Organ manusia telah diciptakan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing sehingga apabila ada bagian yang diambil maka kerjanya tidak akan maksimal. Aktivitas tersebut akan sangat membahayakan si pendonor, terutama jika kondisi pendonor tidak sehat. Efeknya juga baru akan terasa dalam jangka panjang.
PERDAGANGAN ORGAN TUBUH MANUSIA SEBAGAI BAGIAN DARI KEJAHATAN “TRAFFICKING IN PERSONS” JAN 27 Posted by Jurnal Srigunting
PERDAGANGAN ORGAN TUBUH MANUSIA SEBAGAI BAGIAN DARI KEJAHATAN “TRAFFICKING IN PERSONS” Kemajuan ilmu kedokteran semakin berkembang, terdapat penemuan penemuan terkait teknologi pengobatan, perkembangan metode dan kualitas kesehatan manusia, salah satu bukti perkembangan ilmu kedoteran adalah Transplantasi atau cangkok jantung pertama di dunia dilakukan dokter Christiaan Barnard
(1922-2001) di Rumah Sakit Groote Schuur di Cape Town, Afrika Selatan atas pasien Louis Washkansky (1913-1967) tanggal 3 Desember 1967. Washkansky meninggal dunia 18 hari kemudian, bukan karena persoalan jantung baru yang diterimanya melainkan disebabkan serangan pneumonia (radang paru-paru). Perkembangan Transplantasi organ tubuh manusia semakin berkembang, tidak hanya organ Jantung manusia , namun berkembang ke Cangkok Ginjal, Hati , dan beberapa organ lain termasuk jaringan tubuh manusia seperti jaringan otot ligamen maupun syaraf . Untuk kepentingan Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia, umumnya diperoleh dari oleh penerima dari keluarga dekat. Sebagai seorang calon Donor Organ, kedekatan sifat dasar kondisi kesehatan fisik dan kelayakan secara kesehatan menjadi pertimbangan mengapa donor organ umumnya dilakukan antar keluarga yang memiliki pertalian kekerabatan dengan harapan memiliki kesamaan Golongan Darah dan kesamaan dalam sifat dan karakter antibodi / kekebalan tubuh serta terkait masalah etika dan kemanusiaan. Ketika tingkat keberhasilan trasnplantasi organ semakin meningkatkan kemungkinan penderita penyakit akut dan kronis yang harus menerima donor Organ , demikian pula artinya permintaan atas organ dan jaringan tubuh manusia yang akan dijadikan Donor semakin meningkat, pada awalmula perkembangan teknologi Transplantasi organ tubuh manusia sumber donor berasal dari pihak keluarga semata, namun kini semakin hari mulai berkembang ke lingkar yang lebih luas.
Permintaan akan Organ tubuh dan jaringan Tubuh Manusia semakin pesat , tidak terbatas pada lingkaran keluarga saja ,namun merambah lingkar yang lebih luas,dengan catatan permintaan yang berkembang pesat ini, tidak memiliki kontinuitas stock Organ donor sehingga membuka peluang terjadinya over demand organ tubuh manusia yang dimanfaatkan kemudian untuk mencari keuntungan, sebuah keuntungan besar yang diperoleh dari permintaan yang besar dan persediaan yang sangat terbatas dari Organ Manusia akhirnya melahirkan praktek Perdangangan organ dan jaringan tubuh manusia. Perdagangan organ tubuh manusia merupakan sebuah ancaman dan juga kejahatan bagi
kemanusiaan” Crimes against Humanity “ maka PBB kemudian merumusakn praktek perdagangan organ Tubuh manusia yang dilakukan dengan cara dan tujuan Illegal sebagai bagian dari Kejahatan Transnasional: “Article 3, paragraph (a) of the Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons defines Trafficking in Persons as the recruitment, transportation, transfer, harbouring or receipt of persons, by means of the threat or use of force or other forms of coercion, of abduction, of fraud, of deception, of the abuse of power or of a position of vulnerability or of the giving or receiving of payments or benefits to achieve the consent of a person having control over another person, for the purpose of exploitation. Exploitation shall include, at a minimum, the exploitation of the prostitution of others or other forms of sexual exploitation, forced labour or services, slavery or practices similar to slavery, servitude or the removal of organs”. Berdasarkan rumusan yang diberikan oleh UNODC, sebagai pelaksanan dari United Nations Convention against Transnational Organized Crime (UNTOC) dan Protocols thereto, dijelaskan bahwa pencurian dalam praktek perdagangan Organ Tubuh Manusia sebagai bentuk lain eksploitasi manusia yang harus diberantas,sehingga dalam upaya pemidanaan terhadap kegiatan perdagangan Illegal organ Tubuh Manusia perlu dilakukan terobosan terobosan hukum dan Yuridiksi terhadap segenap upaya percobaan tindakan Perdangan organ tubuh manusia, meluas dari pengertian apakah perbuatan tersebut sudah dilakukan menjadi tindakan lain yang masuk kedalam upaya mencoba melakukan atau terlibat sebagai aktor dalam perdagangan manusia, Kepada mereka yang berpartisipasi atau memberikan kemudahan dan fasilitas termasuk melakukan suatu pembiaran terhadap fenomena perdagangan illegal organtubuh
manusia,termasuk bagi mereka yang secara nyata menggurus , mengorganisasikan dan mengatur aktor lain agar dapat melakukan perdagangan illegal organ tubuh , terlepas dari eksistensi keterlibatan organisasi kriminal atau tidak , didalam atau antar negara , dengan korban tidak hanya wanita dan anak anak saja tetapi semua manusia. Transplantsi organ dan jaringan tubuh manusia kemudian berkembang menjadi suatu kegiatan yang menjadi perdebatan, apakah praktek jual beli Organ manusia perlu dilegalkan guna mencegah perkembangan jual beli organ manusia di pasar gelap ataukah dengan tegas melarang jual beli selain atas dasar kemanusian dan cara cara legal dilakukan, beberapa penelitian , menemukan bahwa demi mengejar supply Organ Tubuh dan jaringan tubuh manusia yang cukup untuk kepentingan pasar , terjadi prkatek praktek penyimpangan dan pelanggaran hukum tentang bagaimana organ dan jaringan tersebut diperoleh, siapa sumber pendonor, motivasi pendonor mau memberikan organ dan jaringan tubuhnya, bagaimana praktek pengambilan organ dan jaringan tersebut dilakukan serta terkait mengapa ditemukan banyak melibatkan organisasi kriminal antar negara dalam kegiatan pengadaan organ donor bagi manusia. Secara gamblang digambarkan bahwa praktek Transplantasi organ yang diperoleh melalui suatu perdagangan menjadi suatu kegiatan Illegal yang menjadi perdebatan dengan melihat kepada : 1. Keberadaan hukum positif di tiap tiap negara terhadap praktek perdagangan Organ tubuh manusia. 2. Sumber donor dan motif yang mendorong seseorang menjadi donor, dari sisi pendonor dan penerima organ donor juga merupakan korban dari praktek perdagangan Organ tubuh manusia. 3. Cara mencari dan mengumpulkan Organ dan
jaringan tubuh manusia tersebut dilakukan, peran Rumah sakit, tenaga profesi kedoteran dan laboratorium, rumah pemulasaraan jenazah dan ruang Otopsi menajdi sentral perdebatan. 4. Metode untuk menemukan, sukarela ketika pendonor masih hidup, ataukah setelah meninggal,adakah pemaksaan dan atau tipu daya dilakukan untuk mendapatkan donor Organ manusia. Elemen dasar dalam mengidentifikasi kegiatan perdagangan Manusia “ Element of Human Trafficking “ UNODC merumuskan kedalam 3 ( tiga ) ketetapan : The Act ( Apa yang dilakukan; proses rekruitment pendonor , kegiatan pengambilan organ ,sarana yang digunakan dalam pengangkutan dan pengiriman organ hasil donor,serta bagaimana organ donor diterimakan kepada recipient), The Means (Bagaimana Proses dilakukan ; menggunakan kekerasan atau paksaan, tipu daya , sukarela , saat masih hidup atau setelah dinyatakan meninggal dunia, dengan menyalah gunakan kekuaasaan jabatan, ataukah dengan mendapat sejumlah pembayaran atau keuntungan bagi calon pendonor), dan The Purposes (manfaat yang diperoleh dari perdagangan organ tubuh manusia) Menjelaskan fenomena Perdagangan Organ Tubuh Manusia dengan menggabungkan antara rumusan elemen dasar Human trafficking menurut UNDOC dan rumusan dalam Quantifying the Influences on human Trafficking Networks yang membagi pola perdagangan manusia menjadi tahapan:Recruitmen, Transporter,Exploiter Stage, dengan simpul indikator terhadap Supply, Customer,Regulator dan Competition. RECRUITMEN STAGE Sebagai gambaran akan kebutuhan organ Ginjal,dimulai dengan adanya kebutuhan terhadap sebuah organ manusia guna kepentingan Transplantasi medis menyebabkan timbulnya permintaan, ketika keluarga penerima calon donor organ Ginjal ( Recipient )
tidak menemukan organ yang berasal dari lingkungan keluarga terdekat,mulai mencari lewat bantuan Rumah sakit yang biasa mengadakan transplantasi Ginjal secara legal, mencari langsung ke beberapa negara yang dikenal sebagai negara sumber organ atau melalui jasa broker organ yang banyak ditemukan lewat jaringan komunikasi Internet. Demikian halnya dengan calon pendonor organ dengan pertimbangan ekonomi dan kesulitan hidup mereka rela memasang iklan melalui media massa dan internet untuk menjual salah satu Ginjal atau organ lainnya, beberapa kasus penjualan Ginjal pernah terungkap ke khalayak bahkan di beberapa situs jual beli online secara terang terangan seseorang berniat menjual Ginjal demi mendapatkan sejumlah imbalan. DESPERATE INDONESIANA SELL ORGANS, “High school student Elisa, 18, said her family had debts worth tens of thousands of dollars after a fire razed their home in Jakarta and her father’s grocery store failed.”We now live at my grandmother’s house. My mother works as a cook and my father helps out at an uncle’s grocery store, but their earnings are only enough to buy food,” Elisa said.”I owe my school six months in fees. I often cry thinking about our fate. A movie I saw said selling kidneys is a quick way to get loads of cash. I want to sell mine so I can buy a new house and pay my school fees.” She rejected two Indonesian buyers who could not meet her asking price of 800 million rupiah ($95,000), she said. Interested local and foreigner buyers are willing to pay up to 200 million rupiah ($23,000) for a kidney, sellers say. Another seller, 22-year-old graphic designer Andi, said a European and a Chinese have separately offered to buy his kidney for 200 million rupiah – four times his asking price.” Selain adanya sifat sukarela atau atas kemauan sendiri untuk menjual organ berupa Ginjal kepada pasien yang membutuhkan baik secara online internet ataupun lewat jasa Broker organ, tercatat akibat tingkat pemahaman masyarakat di suatu negara terkait bahaya dan ancaman kejahatan kemanusiaan yang mungkin timbul maupun ketiadaan hukum yang melarang dan mengatur perdagangan Organ manusia, telah terjadi pola rekruitmen dengan menggunakan tipu daya dan atau kekerasan , termasuk dengan mencuri dari jenasah di beberapa Rumah sakit maupun pusat pemulasaraan jenasah, tercatat beberapa negara yang menjadi ladang donor organ di dunia, Republik Moldova sebagai bekas bagian Uni Soviet dikabarkan merupakan salah satu ladang subur donor organ yang diperoleh melalui kekerasan maupun tipu daya, Selain merupakan negara dengan tingkat kemiskinan tinggi dan perbudakan seks, Moldova merupakan negara yang paling banyak terjadi kejahatan pencurian organ tubuh manusia. Dengan populasi penduduk lebih dari tiga juta penududuk, sepertinya pemerintah Moldova tidak begitu memerhatikan tindak kriminal pencurian organ tubuh manusia ini. Sehingga menimbulkan kecurigaan bahwa pemerintah Moldova ikut terlibat dalam upaya dan usaha perdagangan organ tubuh manusia.Pencurian tersebut dilakukan dengan cara membius calon korban, lalu membedahnya. Organ tubuh yang menjadi incaran pencuri adalah ginjal, jantung, hati, dan paru-paru. Pelaku merupakan sebuah kelompok Kriminal / Organized Crime, yang behubungan dengan mafia penjualan organ tubuh nasional dan internasional. Setelah mereka membedah korban, mereka meletakkannya
di dalam bak mandi yang dipenuhi es dalam keadaan telanjang. Seandainya sang korban memang sengaja dimatikan/dibunuh untuk diambil organnya, mereka akan membuang mayat begitu saja di jalan-jalan terpencil dan sepi. Menurut situs“ The Economics “selain Republik Moldova tercatat nama beberapa negara sebagai sumber donor Organ illegal : India , China, Iran, Romania, Pakistan bahkan di Amerika juga terdapat dalam beberapa laporan disebutkan bahwa supply organ yang berasal dari pencurian terhadap jenazah yang dilakukan melalui praktek pembedahan tanpa sepengetahuan dan ijin keluarga ; kasus “Human Tissue Broker “ di North Carolina . “Corpses are big business. Tissues from a single body can fetch as much as $10,000 in America, where every year more than 1.3 million procedures using donated tissue are performed. The most common are knee reconstructions, spinal surgeries, hip replacements and dental work.” Keuntungan bisnis yang sangat menggiurkan bagi broker dan penjual organ tubuh manusia sehingga dengan jumlah Supply yang sangat terbatas , organ menjadi Komoditas ekonomi yang menjajikan, kebutuhan uang dan keinginan lepas dari himpitan kemiskinan maupun kemudahan akses yang dimiliki para broker maupun pengumpul donor terhadap berupa keuasaan, senjata ( kasus pengambilan organ oleh kelompok bersenjata saat era perang Serbia dan Bosnia ) maupun kasus pengambilan organ terhadap gelandangan, pengemis dan jenasah secara illegal di beberapa masyarakat ikut menyuburkan perdagangan organ tubuh manusia. Konsumen sangat mebutuhkan, rumah sakit memfasilitasi sebagai daftar tunggu penerima donor organ sampai suatu saat broker Organ datang dengan sejumlah tawaran. Kedudukan regulator dalam hal ini otoritas penegak Hukum memiliki pilihan menegakkan hukum bila terdapat laporan pengambilan organ secara paksa baik dengan pasal pembunuhan dan pencurian biasa namun juga dasar hukum di tiap tiap negara yang tidak sama dalam meberikan definisi terhadap kegiatan illegal pengambilan organ tubuh manusia, beberapa perdebatan terkait landasan hukum terjadi dan merupakan celah yang dimanfaatkan Broker Organ dalam mengambil keuntungan, sebagi contoh hukum positif Di Amerika jelas melarang perdagangan organ tubuh manusia namun tidak melarang pengambilan jaringan tubuh lainnya, Di China demikian pula adanya, sebuah kasus menarik di Iran adalah ketika landasan hukum Iran memberikan jaminan kepada pembelian organ secara terstruktur lewat Organisasi Transplantasi Ginjal Nasional yang akan memberikan form ganti rugi dan pengadaan kepada pendonor anonim, bila pihak recipient tidak mampu menemukan pendonor dari keluarga dekat maupun setelah menunggu selama lebih dari 6 ( enam ) bulan belum juga kunjung mendapatkan donor ginjal yang dimaksud, walaupun pada prakteknya , pendonor dan penerima ginjal sering terlebih dahulu bertemu untuk mebicarakan tambahan dana yang harus diberikan langsung kepada pendonor. TRANSPORTER STAGE Dalam beberapa kasus menunjukan ketika Pakistan dan China pernah menerima
lonjakan “ Turis Transplantasi “ serta merta pemerintah setempat megeluarkan produk hukum yang melarang praktek jual beli ginjal kepada non warga negara yang bersangkutan, praktek yang melibatkan perdagangan organ secara illegal juga berkembang di Afrika Selatan , kota Durban menjadi pusat transpalntasi bagi Turis Transplantasi kaya dari Israel , Amerika , Inggris dan Saudi Arabia.rata rata pendonor secara sukarela datang dengan Kaya yang ditanggung oleh Broker organ yang bekerja sama dengan pihak Medis setempat untuk kemudian ketika Turis Tranplantasi datang , mereka langsung melakukan pengambnilan organ ginjal. Paket ” wisata liburan Transplantasi / Holiday Transplantasi” sempat berkembang pesat sampai ketika tesiar skandal di India yang melibatkan dokter bernama Amit Kumar yang didakwa oleh pengadilan setempat telah memberikan layanan Turis Transplantasi kepada klien kaya dari berbagai negara, walaupun Dr. Amit Kumar membatah telah menggunakan daya upaya memaksa dan tipu daya terhadap pendonor , namun pada sidang di Pengadilan terungkap bahwa Dr. Amit Kumar telah memberikan janji suatu pekerjaan dengan imbalan sebesar $2,000, terhadap orang orang yang tertarik bekerja , hal lainnya adalah terungkap Dr. Amit Kumar telah memberikan obat bius sebelum mengambil Ginjal pendonor secara illegal. Terdapat beberapa pola pada Transporter stage, dengan melihat simpul indikator kepada supply, Costumer , regulator dan Competition: 1. Pendonor secara sukarela memberikan ginjal yang dimiliki untuk diambil, namun regulasi setempat melarang adanya transplantasi ginjal selainkepada keluarga dekat maupun sesama warga negara ( contoh di Iran dan Filipina) maka Costumer akan menunggu di negara lain yang mengijinkan diadakan Transplantasi Ginjal ( Afrika Selatan atau di China), tugas broker adalah mengatar dan menyiapkan akomodasi termasuk uang muka kepada pendonor agar mau berangkat dari negara asal ke negara tujuan, di negara tujuan Broker lantas bekerjasama dengan rumah sakit setempat yang biasa melakukan transplantasi, di rumah Sakit inilah pendonor dan penerima bertemu. 2. Organ didapatkan dari hasil kejahatan (pencurian maupun pengambilan paksa ) bila regulasi setempat mengijinkan adanya Transplantasi, maka broker akan menghubungi calon penerima donor untuk datang ke Negara yang bersangkutan menggunakan jasa “ Transplantasi Holiday”, sebagai seorang Turis Trans plantasi , penerima donor bertemu di rumah sakit yang disiapkan broker. Namun bila regulasi setempat melarang adanya Transplantasi maka organ maupun jaring an organ yang dibutuhkan akan diselundupkan keluar menuju suatu negara yang mengijinkan adanya Transplantasi dilakukan. 3. Pola kompetisi terlihat dari kualitas kesehatan ( sehat atau berpenyakit ) supply organ yang mampu diberikan oleh broker , apakah berasal dari bagian tubuh manusia yang masih hidup ataukah diambil dari tubuh jenasah, kompetisi antar Broker semakin kuat tergantung jumlah biaya yang mampu dibayar. Data yang dapat menggambarkan jumlah permintaan atas organ berasal dari Manusia yang masih hidup maupun sudah menjadi mayat dilihat pada tabel berikut :
Sumber : http://www.economist.com edisi 22 Oktober 2009 EXPLOITIR STAGE Merupakan fase terahir dalam tahapan kegiatan perdagangan manusia, bentuk pengambilan Organ tubuh secara illegal dengan iming iming material dan uang maupun secara paksa terhadap mereka yang karena keterbatasan hukum, kemampuan fisik perbedaan ideologi dan Politik dimanipulasi untuk diambil organ tubuhnya sesaat setealh kematian alami maupun akibat pembunuhan dan eksekusi mati. Ada kecurigaan, sejak tahun 2001 China telah melakukan pelanggaran Hak Azasi Manusia karena telah mengeksekusi secara sengaja para pengikut Falun Gong yang dipenjara, untuk diambil organ tubuhnya. Organ-organ ini lalu dijual kepada pasien yang membutuhkan dengan mengambil keuntungan besar (laporan David Kilgour dan David Matas, 2007) . Sumber : “Health-System-Reform-in-China” The Lancet, 20 October 2008, retrieved 24 September 2010. Penerima donor sering tidak mengetahui bagaimana riwayat organ dari tubuh pendonor, apakah benar sejumlah uang yang dibayarkan sesuai dengan kualitas organ yang diberikan broker, beberapa pemberitaan menyebutkan seringkali penerima donor lantas meninggal beberapa saat setelah menerima donor Ginjal dikarenakan organ yang dicangkok kedalam tubuhnya merupakan bagian organ jenasah yang meninggal dalam keadaan mengidap penyakit. Demikian sebaliknya, Broker memanfaatkan kelemahan pendonor dari aspek materi untuk setuju menukarkan Ginjal yang dimiliki dengan sejumlah uang namun akhirnya broker menjual kembali dengan harga berkali lipat. “The amount a donor would receive for selling their organs depends on the location and available supply. The average reported price around the world that a donor receives for his kidney is $5,000, while the average price paid on the black market to receive the kidney is $150,000”. Jual beli organ terjadi akibat tidak seimbangnya Supply dan Demand organ untuk keperluan transplantasi. Dalam kaitan dengan isyu ini, China dianggap sebagai negara pelanggar terbesar. Sejak beberapa dekade terakhir, transplantasi organ merupakan penyumbang devisa negara China yang amat besar. Jaminan ketersediaan supply organ, umumnya diperoleh dari eksekusi mati Narapidana, menyebabkan banyak orang berbondong-bondong mencari organ di China. Fenomena yang perlu menjadi perhatian adalah ketika pendonor menerima terlalu murah kompensasi atas kehilangan Ginjal , dan penerima donor / recipient membayar terlalu mahal atas Ginjal yang ditransplantasikan pada dirinya. Semua bermuara kepada kelihaian dan kekuatan jaringan broker organ tubuh yang sering bekerja secar terstruktur lewat tangan tangan organisasi kriminal Internasional. TANTANGAN BAGI INDONESIA Belum terdapat dalam catatan kriminal di Indonesia , pengambilan organ tubuh manusia dilakukansecara illegal, apakah dengan bentuk tipu daya ataupun kekerasan
termasuk kemungkinan pencurian organ tubuh dari jenasah. Kemajuan teknologi dan tingkat kesejahteraan yang mebaik mendorong penderita penyakit yang selama ini harus melakukan menerima donor organ menunggu selam bertahun tahun, mengharapkan adanya donor sukarela dari keluarga terdekat, kini sering tertolong dengan keajuan teknologi kedoteran di China , Singapura dan Malaysia. Orang Indonesia yang tercatat pernah mendapat hukuman terkait trasplantasi organ secara illegal adalah Sulaiman Damanik, 26 tahun, yang pada tanggal 27 juni 2008 telah dinyatakan bersalah olehPengadilan Singapura karena didakwa telah menjual Ginjal miliknya kepada seorang warga negara Singapura bernama Tang Wee Sung , umur 55 tahun sebesar Rp. 150 Juta rupiah ( US $ 22,200), dimana diketahui secara tegas hukum di Singapura melarang perdagangan organ tubuh manusia demi mencegah adanya eksploitasi manusia atas dasar kemiskinan dan kemanusiaan, selain nama Sulaiman Damanik terdapat nama Toni, 27 tahun yang dakwaan yang sama atas perdagangan Ginjal walaupun Toni mengakui bahwa dirinya rela membeerikan Ginjal kepada orang yangtelah menjadikan dirinya sebagai anak angkat.Toni diduga telah menerima bayaran sebesar Rp. 186 juta sebelum akhirnya Pengadilan Singapura memberikan vonis selama 12 ( dua belas ) bulan penjara dan denda sebesar Sg $. 10.000. Terdapat legalitas bagi upaya Transplantasi organ di Indonesia asal dilakukan sesuai dengan peraturan dan hukum yang ada. Landasan Yuridis tentang Pengaturan Hukum Transplantasi Organ adalah dalam UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan PP No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis, serta Transplantasi Alat dan Jaringan Tubuh Manusia. Larang an komersialisasi organ atau jaringan tubuh diatur dalam Pasal 16 PP. 18 Tahun 1981 yang menyatakan bahwa “ donor dilarang menerima imbalan material dalam bentuk apapun”, kemudian Pasal 80 ayat 3 UU No 23 Tahun 1992 menyatakan bahwa “barangsiapa dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh atau tranfusi darah dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan pidana denda paling banyak 300 juta rupiah”. Termasuk ketetntuan tentang larangan untuk pengiriman dan penerimaan organ jaringan dari dan keluar negeri (pasal 19 PP No. 18 Tahun 1981). Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari UU No 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan yang telah dicabut, akan tetapi PP ini masih tetap berlaku karena berdasarkan pasal 87 UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, semua peraturan pelaksanaan dari UU No 9 Tahun 1960 masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan UU No. 23 Tahun 1992. Walaupun di dalam dunia kedokteran, praktek jual beli organ tubuh dilarang secara moral dan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. “Tidak dibenarkan seorang dokter melakukan operasi cangkok ginjal dengan menggunakan ginjal hasil jual beli organ tubuh manusia” namun terdapat beberapa hal yang perlu diwaspai adalah ketika jumlah masyarakat yang membutuhkan organ tubuh
tidak sebanding dengan jumlah pemberi donor maka kemungkinan praktek jual beli organ tubuh tetap ada dan menjanjikan keuntungan berlipat ganda. Kasus perdagangan organ tubuh yang mungkin melibatkan warga Indonesia adalah adanya trend berobat ke China , Singapura, atau ke Malaysia, seperti diketahui khususnya di China, bahwa pencarian organ yang bisa memakan waktu belasan tahun di negara lain, dapat diperoleh di China hanya dalam waktu beberapa minggu. Jaminan supply, tingkat ketrampilan dokter dan harga yang relatif terjangkau membuat China menjadi tujuan utama pasien-pasien yang memerlukan donor organ. Atas fenomena ini perlu adanya peningkatan pemahaman dan kewaspadan terhadap kemungkinan korban potensial terbesar ( pendonor Organ ) adalah dari kelompok tenaga kerja Indonesia (TKI), hal ini didasarkan kepada pertimbangan medis bahwa trasplantasi Organ tidak dapat dilakukan begitu saja , namun harus dicarikan donor yang memiliki sifat dan kemiripan dengan organ milik recipient ,mulai golongan darah, Rhesus darah, kondisi kesehatan, sampai riwayat penyakit dan pengobatan yang pernah dilakukan calon donor. DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Otopsi Anatomi, Otopsi Klinik dan Transplantasi Alat dan Jaringan Tubuh Manusia 3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis 5. “Experts warn against organ trade”. BBC News. 2007-01-08. Retrieved 2008-02-18. 6. Organ Sales and Moral Travails: Lessons from the Living Kidney Vendor Program in Iran – Cato Policy Analysis 7. “India Kidney Trade”. Retrieved 2008-05-01. 8. Bloody Harvest Revised Report into Allegations of Organ Harvesting of Falun Gong Practitioners in China, by David Matas, Esq. and Hon. David Kilgour, Esq. 31 January 2007 9. “Havocscope Black Market Organ Prices”. Retrieved 2011-06-11. 10. Abs-Cbn Interactive, Two Indonesians plead guilty in Singapore organ trading case[dead link] 11. straitstimes.com, CK Tang boss quizzed by police 12. http://www.economist.com edisi 22 Oktober 2009 13. http://www.independent.co.uk 14. “Health-System-Reform-in-China” The Lancet, 20 October 2008, retrieved 24 September 2010 15. http://nasional.kompas.com/read/2008/10/18/22474636/asalusul.transplantasi.jantung.
Jual Beli Organ Tubuh Manusia Menurut Hukum Indonesia Saya ingin bertanya, apakah praktik penjualan organ tubuh manusia dapat dikategorikan sebagai suatu kejahatan pidana yang khusus? Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih. SKITE •
Share:
• •
Jawaban: MUHAMMAD VARENO TARNES
Sebelum membahas hukum dari menjual organ tubuh, kita bahas dulu secara sekilas tentang istilah “pidana yang khusus”.
Mengenai penggunaan istilah “pidana khusus”, kami mengikuti pendapat dari Dr. Andi Hamzah dalam buku “Delik-delik Tersebar di Luar KUHP Dengan Komentar ”, halaman 5. Di dalam buku tersebut Andi Hamzah menulis antara lain bahwa dia cenderung untuk memakai kriteria bukan hukum pidana umum dan khusus, tetapi perundangundangan pidana umum dan khusus . Jadi, Andi Hamzah menekankan pada undangundangnya. Mengenai dasar penggunaan kriteria ini, dia merujuk pada Pasal 284 ayat (2) KUHAP yang menyebut soal “ perundang-undangan pidana khusus yang mempunyai acara sendiri ”.
Menurut pembagian Andi Hamzah, perundang-undangan pidana umum ialah KUHP dan semua undang-undang yang mengubah, menambah KUHP seperti UU No. 1 Tahun 1946, UU No. 73 Tahun 1958, UU (Prp) No. 18 Tahun 1960 dan lain-lain. Sedangkan, perundang-undangan pidana khusus ialah perundang-undangan pidana di luar KUHP dan yang berkaitan dengan KUHP tersebut.
Menjawab apa yang Anda tanyakan, larangan penjualan organ tubuh manusia tidak diatur dalam KUHP, tetapi dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (“UU 36/2009”). Hal ini ditegaskan dalamPasal 64 ayat (3) UU 36/2009 , yang menyebutkan bahwa organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun. Pelaku penjualan organ dan/atau jaringan tubuh ini diancam pidana sebagaimana diatur Pasal 192 UU 36/2009 . Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar.
Dengan demikian, jika mengikuti pembagian pidana umum dan khusus menurut Andi Hamzah, maka penjualan organ tubuh manusia termasuk tindak pidana khusus. Alasannya, karena KUHP tidak memiliki aturan mengenai tindak pidana penjualan organ manusia dimaksud.
Demikian. Semoga bermanfaat.
Dasar hukum: 1.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht, Staatsblad 1915 No 73)
2.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) ekilas Mengenai Transplantasi Organ Secara Medis
dari blog dr. Yasin Fadillah Quote:
Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama (auto transplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar spesies yang berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat lagi menanggung beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu penyakit. Pasal 33 UU No 23/1992 menyatakan bahwa transplantasi merupakan salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/ 1992). Transplantasi organ di Indonesia banyak pada pasien-pasien gagal ginjal terminal. Pada saat ini jumlah pasien gagal ginjal yang membutuhkan transplantasi ginjal di Indonesia mencapai 40.000 orang. Pasien gagal ginjal yang menjalani perawatan medis sangat sedikit karena biaya perawatan yang mahal dan jangka panjang. Sampai saat ini, hanya 500 pasien yang telah menjalani cangkok ginjal di Indonesia. Donor ginjal di Indonesia semuanya adalah donor hidup dan jumlahnya amat sedikit dibandingkan kebutuhan. Sebagian besar pasien lain ternyata menjalani cangkok ginjal di Cina, karena jumlah donor yang banyak dan biayanya yang relatif murah. Dengan melakukan transplantasi ginjal, menurut data Transplant Center Directory sedunia tahun 1992, lama perpanjangan hidup pasien yang menjalani transplantasi ginjal mencapai 29,9 tahun. Terdapat peraturan perundang-undangan di Indonesia yang membahas mengenai legalitas dari transplantasi organ, seperti UU No 23/1992 tentang kesehatan dan PP No. 18/1981 mengenai bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi organ, Pasal UU No 23/1992 mengenai transplantasi sebagai sarana pengobatan, Pasal 33 ayat 2 UU No. 23/1992 transplantasi untuk tujuan kemanusiaan, pasal 34 ayat 1 Uu No. 23/1992 transplantasi yang hanya boleh dilakukan tenaga kesehatan, Pasal 11 ayat 1 PP 18/1981 mengenai tenaga dokter untuk transplantasi, pasal 15 ayat 1 PP18/1981 persetujuan dari donor dan ahli waris, pasal 16 PP 18/1981 mengenai donor dilarang menerima imbalan material dalam bentuk apapun dan lain lain. Dengan peraturan perundangan ini maka diharapkan bahwa tidak ada penyalahgunaan organ dalam praktek transplantasi organ dalam masyarakat Indonesia, yang bisa merugikan kedua belah pihak baik itu pendonor maupun sang penerima donor.
dari keterangan tersebut, terlihat bahwa terdapat "defisit" persediaan organ bagi banyak penderita penyakit (terutama ginjal [e.g. diabetes, ginjal polycystic, lupus, dll]), dimana dari [sekitar] 40.000 orang yang memerlukan transplantasi ginjal, hanya 500 orang saja yang telah menjalani transplantasi (1,25%) dan sebagian [malah] melakukan transplantasi di Cina. dalam hal ini, ketatnya perundang2an RI telah menghalangi [kesembuhan dan] kebahagiaan hidup warganya. dari sekian juta rakyat miskin [sehat] yang hanya mengunakan ginjalnya untuk hidup sia2 dalam kemelaratan
[hukum] negara malah menghalangi mereka untuk memanfaatkan
sumberdaya yang mereka miliki
untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik.
Sementara orang2 kaya, membuang2 uang ke luar negeri [untuk transplantasi] padahal masih banyak rakyat miskin hidup menderita, dan memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. sehingga, adalah wajar dan rasional, jika pemerintah me-legal-kan praktik jual-beli organ, dengan aturan yg jelas, dimana baik pembeli maupun penjual mendapatkan manfaat yg maksimal
..................... tambahan: Statistik Kebutuhan dan Trend Transplantasi Organ di Beberapa Negara Quote:
Originally Posted by UNOS • More than 100,000 men, women and children currently need life-saving organ transplants. • Every 10 minutes another name is added to the national organ transplant waiting list. • An average of 18 people die each day from the lack of available organs for transplant. • In 2009, there were 8,021 deceased organ donors and 6,610 living organ donors resulting in 28,465 organ transplants. • Last year, more than 42,000 grafts were made available for transplant by eye banks within the United States. • According to research, 98% of all adults have heard about organ donation and 86% have heard of tissue donation. • 90% of Americans say they support donation, but only 30% know the essential steps to take to be a donor. SUMBER Quote:
Originally Posted by World Organ Trafficking Organ trafficking accounts for around 10 per cent of the nearly 70,000 kidney transplants performed worldwide annually, although as many as 15,000 kidneys could be trafficked each year. China, India, Pakistan, Egypt, Brazil, the Philippines, Moldova, and Romania are among the world's leading providers of trafficked organs. If China is known for harvesting and selling organs from executed prisoners, the other countries have been dealing essentially with living donors, becoming stakeholders in the fast-growing human trafficking web. Trafficked organs are either sold domestically, or exported to be transplanted into patients from the US, Europe, the
United Arab Emirates, Saudi Arabia, and especially Israel. SUMBER Quote:
Originally Posted by The China Organ Harvest In 1984, China enforced the “Rules Concerning the Utilization of Corpses or Organs for the Corpses of Executed Prisoners.”2 The rule provided “that corpses or organs of executed prisoners could be harvested if no one claimed the body, if the executed prisoner volunteered to have his corpse so used, or if the family consented.”3 China has zero tolerance for crime. The death penalty is obviously legal in China, but what constitutes a crime punishable by death? Amnesty International researcher, Arlette Leduguie, claims that, “criminals are executed for minimal offenses.”4 “In the past years, individuals have been executed for demeanors that would barely justify a custodial sentence elsewhere, pig stealing, or theft, for instance.”5 Amnesty International asserts that the Chinese government is performing executions to expand the organ trade from executed prisoners. According to witnesses in China, criminals are regularly examined to select matches for waiting patients.6 “One prisoner, during his seven year jail term, told how he saw numerous prisoners being medically prepared for organ removal. On the night before the execution, the prison staff would take blood samples.”7 According to David E. Jefferies in his article titled, "The body as a commodity: The use of markets to cure the organ deficit," a Chinese government document explains the procedures used in the extraction of executed prisoners organs generates between 2,000 and 3,000 human organs sold per year out of an estimated 4,500 executed prisoners.8 Amnesty International reports that, “China put more than 1,200 individuals to death in 1999.”9 These figures translate into an average of over forty people per week.10 The explanation for the elevated number of executed prisoners is directly related to the current Chinese Communist Party leaders' decisions to eliminate crime in China. A South China Morning Post article claims that "The executions come after leading law enforcer Luo Gan urged police to strike hard to smash blackness and wipe out evil."11 The rising criminal activity in China is from higher unemployment rates and inflation due to economic development and reform. The Chinese government wants to extinguish crime before it becomes endemic. SUMBER