BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Metode elektromagnetik merupakan metode geofisika yang memetakkan kondisi bawah permukaan dengan melalui sifat fisis seperti konduktivitas atau resistivitas yang dimiliki suatu batuan, karena batuan memiliki sifat fisis yang berbeda-beda
tergantung
mineral
yang
dikandungnya. Tingkat
penetrasi
kedalaman yang diperoleh melalui metode elektromagnetik bergantung pada frekuensi yang digunakan. Semakin kecil frekuensi maka kedalaman yang diperoleh juga semakin dalam. Metode Elektromagnetik terbagi menjadi 2 macam. Yaitu metode aktif dan metode pasif. Metode aktif diantaranya GPR dan CMD dimana gangguan yang ada berasal dari dalam intrumen. Metode pasif diantaranya yaitu MT dan VLF dimana gangguan yang ada berasal dari luar intrumen. Perbedaan antara metode aktif dan pasif dilihat berdasarkan asal sumber gangguan. Dari jenis-jenis metode tersebut,
masing-masing
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan.
Sehingga,
mengetahui tujuan dari pengukuran penting untuk dilakukan sebagai acuan parameter metode yang cocok untuk diterapkan diterapkan Pada pengukuran kali ini menggunakan CMD (Conductivity ( Conductivity Meter Depth) Depth) sebagai acuannya. Metode CMD memanfaatkan frakuensi antara 10 sampai dengan 14,6 kHz dengan kedalamanan efektif yang dapat diperoleh cukup dangkal yaitu antara 3-6 meter di bawah permukaan. Untuk aplikasi dalam dunia nyata dapat digunakan dalam pemetaan benda konduktif seperti adanya keberadaan pipa dan melihat kecenderungan arah dari pipa.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum kali ini agar dapat memahami alur/proses dari akuisisi metode CMD dalam metode elektromagnetik untuk memetakkan kondisi geologi di bawah permukaan dengan melihat sifat fisis. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan aplikasi Surfer dan Voxler sebagai pembuatan profil bawah permukaan. Sedangkan tujuan dari praktikum kali ini agar dapat
1
memperoleh suatu grafik konduktifitas dan inphase, inphase, peta kondukftifitas dan inphase inphase beserta pemodelannya dari bawah permukaan serta melakukan interpretasi hasil pengolahan data secara kualitatif maupun kuantitatif daerah penelitian dengan target yang akan dicapai dengan melakukan pemetaan pipa bawah permukaan yang dimiliki oleh PT. Pertamina.
2
memperoleh suatu grafik konduktifitas dan inphase, inphase, peta kondukftifitas dan inphase inphase beserta pemodelannya dari bawah permukaan serta melakukan interpretasi hasil pengolahan data secara kualitatif maupun kuantitatif daerah penelitian dengan target yang akan dicapai dengan melakukan pemetaan pipa bawah permukaan yang dimiliki oleh PT. Pertamina.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi Lokal
Endapan Merapi muda tersusun atas endapan alluvial sungai dan pantai (Rahardjo, dkk, 1995) yang menenmpati sebagian besar Depresi Yogyakarta dan wilayah pesisir rendahan sekitar aliran Sungai Opak. Pada Kali Boyong, terdapat 3 satuan. Satuan vulkanik merapi tuatersusun atas breksi laharik, aglomerat dan leleran lava termasuk andesitdan basalt (Bemmelen, 1949), endapan ini tersebar di daerah Turgo,Plawangan, dan sekitar Kinahrejo.Satuan vulkanik merapi muda terbentuk setelah terjadipengendapan satuan vulkanik merapi tua, tersusun atas breksi laharik. Satuan vulkanik merapi terbaru merupakan endapan termuda,satuan ini terdiri dari material-material gunungapi lepas yang tersusundari campuran abu, pasir, dan fragmen-fragmen andesit berukuran kerikilhingga bongkah, dengan penyusun utama berupa abu dan pasirgunugnapi, berasal dari hasil kegiatan Gunung Merapi yang paling akhirditambah hasil erosi dari batuan-batuan yang dilalui lahar hujan. Tersebarpada hulu Kali Boyong dan Kali Krasak.Kali Code termasuk kedalam Cekungan Yogyakarta, yakni Formasi Sleman dan Formasi Yogyakarta . Formasi Sleman merupakan kenampakan bagian bawah dari unit volkanik
klastik
hasil
Merapi
Muda
dengan
dominasi
litologi
berupa
kerikilbongkah yang terdiri dari tuf, lanau, pasir, kerikil dan breksi. Formasi ini melampar dari lereng gunungapi ke selatan sampai disekitar Bantul, ketebalannya dari utara ke selatan semakin tipis.Formasi Yogyakarta merupakan kenampakan bagian atas dari inti volanik klastik klasti k Merapi Muda yang didominasi litologi pasirkerikilan dan terdiri dari perselang-selingan pasir, kerikil, tuf, lanau dan lempung. Formasi ini melampar dari morfologi lereng gunungapi ke selatan. Secara umum Formasi Sleman mempunyai ukuran butir yang lebih kasar daripada Formasi Yogyakarta.
3
2.2. Penelitian Mengenai Benda Terpendam Menggunakan Elektromagnetik Investigasi Tangki Bawah Permukaan dengan Menggunakan
Conductivity Multi Depth (CMD) di Perta Arun Gas (PAG) Lhokseumawe
Oleh : Asrillah1, Marwan1,2, Muzakir Zainal1 1
Jurusan Teknik Kebumian Prodi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Unsyiah 2
Jurusan Fisika FMIPA Unsyiah
Investigasi keberadaan tank/bunker yang tertimbun telah dilakukan dibagian area PT Perta Arun Gas (PAG)Lhokseumawe dengan menggunakan metode Conductivity Multi Depth (CMD) yang dilengkapi dengan satuset alat CMD. Enam buah lintasan pengukuran yang memiliki panjang 66 m dan memiliki spasi diantaranya1 m telah didesain untuk mecakup area dugaan target. Hasil investigasi menunjukkan bahwa adanyakeberadaan tangki/bunker. Keberadaan tangki/bunker tersebut sebagai hasil interpretasi nilai-nilaikonduktivitas listrik yang bervariasi mulai dari 1210-1320 mS.m-1 atau setara dengan -227,26 sampaidengan -227,82 ppt. Dari variasi nilai konduktivitas listrik, maka dapat disketsa dimensi dari tangki/bunkerdimana tangki tersebut terdiri dari 3 bagian dengan ukuran yang berbeda. Bagian pertama memiliki diameter1 m dan panjang 8 m. Bagian kedua memiliki diameter 2,8 m dan panjang 11 m, sedangkan bagian terakhirmemiliki diameter 2,5 m dan panjannya 19 m, sehingga panjang keseluruhan tangki adalah 38 m.Kedalaman tangki tersebut dari bagian yang paling kecil ke besar secara berturut-turut adalah 1 m, 3 m dan4 m. Secara umum dapat dikatakan bahwa metode ini berhasil diaplikasikan untuk mendeteksi benda bendalogam yang tertanam.
4
BAB III DASAR TEORI
3.1. Pengertian dan Prinsip Dasar CMD
CMD (Electromagnetic Conductivity Meter Depth) adalah suatu alat yang dapat mengukur secara cepat nilai konduktivitas benda memanfaatkan induksi elektromagnetik dari aliran listrk yang dipancarkan ke bawah permukaan hingga kedalaman ± 6 meter dengan frekuensi 14.6 kHz. Proses kerja dari instrumen CMD (Electromagnetic Conductivity Meter Depth) ini yaitu dengan mengirim sinyal berupa gelombang elektromagnetik baik yang dibuat sendiri maupun yang berasal dari alam melalui suatu transmiter (Tx), material bawah permukaan bumi merespon gelombang elektromagnetik tadi dan menginduksi arus eddy. Gelombang S (sekunder) yaitu induksi medan magnet terhadap arus eddy. Kemudian, di permukaan, gelombang S yang datang ini di terima oleh reciever (Rx) secara langsung dari pemancar. Arus Eddy berbanding lurus dengan konduktivitas batuan.Sehingga dalam pengukuran arus eddy, secara tidak langsung mendapatkan nilai konduktivitas batuan.
Gambar 3.1. Sistem Induksi Elektromagnetik 3.2. Perambatan Medan Elektromagnetik
Penjalaran gelombang elektromagnetik bisa terjadi melalui dua cara yakni horisontal dipol dan vertikal dipol. Pada penelitian metode EM- Conductivity
5
menggunakan CMD ini menjalarkan gelombang secara vertical dipole, berikut ilustrasi penjalaran gelombangnya.
Gambar 3.2. Penjalaran Gelombang Elektromagnetik (Vertical Dipole)
Sedangkan persamaan untuk harga konduktivitas dapat diperoleh dari : Hs 0 2 (III.1)
≅
4
Keterangan : Hs = medan magnet sekunder pada koil penerima Hp = medan magnet primer pada koil penerima Ω = 2 π f
f = frekuensi (Hz) μo = permeabilitas ruang hampa σ = konduktivitas (mS/m)
s = intercoil spacing i=
√ −1
Jadi persamaan untuk mendapatkan harga konduktivitas ( σ a) suatu medium yakni :
= 402 ( )
(III.2)
3.3. Konduktivitas
Konduktivitas merupakan parameter utama yang terukur dari instrumen CMD, hal ini dikarenakan adanya proses induksi gelombang elektromagnetik di bawah permukaan bumi yang menginduksi material yang bersifat konduktif.
6
Konduktivitas itu sendiri merupakan kemampuan material atau bahan yang terdapat di bawah permukaan untuk menghantarkan arus ataupun panas. Konduktivitas didefinisikan sebagai kuantitas dalam mS/m. 3.4. I nphase
Parameter kedua yang diukur secara simultan dengan konduktivitas jelas adalah In Phase. Hal ini didefinisikan sebagai kuantitas relatif dalam ppt dari medan magnet primer dan terkait erat dengan kerentanan magnetik bahan diukur. Jadi peta InPhase dapat membantu membedakan struktur buatan dari geologi alam di peta konduktivitas terlihat jelas. 3.5. Moving Average
Moving Average dapat diartikan sebagai perubahan harga rata – rata dari suatu time frame tertentu. MA berfungsi mengkompensasi noise acak yang muncul
selama
pengukuran
akibat
aktivitas
kelistrikan
maupun
ketidakhomogenan bawah permukaan. Dalam pengolahan data CMD, data yang diperoleh dilapangan adalah data konduktivitas serta data inphase. Data – data tersebut tak lepas dari gangguan atau noise, maka pengolahan data MA ini sangat diperlukan. Dalam pengolahan data EM terdapat langkah ini, yang sebenarnya disebut dengan filter moving average atau dapat diartikan sebagai rata – rata nilai anomali, yang kemudian dibagi dengan jumlah jendela yang digunakan. Hal ini digunakan untuk memisahkan data yang mengandung frekuensi yang tinggi dan rendah. Setelah dilakukannya tahap ini, diharapkan sinyal yang ada benar – benar menggambarkan anomali yang disebabkan oleh benda – benda konduktif dibawah permukaan. MA Xn =X(n-1)+2Xn + X(n+1)/4
7
BAB IV METODOLOGI
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengukuran survei elektromagnetik metode CMD dimulai pada hari SabtuMinggu tanggal 16-17 September 2017 di Tironirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelompok 3 mendapatkan waktu akuisisi pada Sabtu 16 September 2017 dengan pengambilan data dilakukan pada cuaca cerah dan berada di lingkungan pertanian warga. Lintasan memiliki panjang sebesar 70 meter dan azimuthnya adalah N 100o E.
4.2. Desain Survei
Gambar 4.1. Desain Survei Akuisisi data CMD
8
4.3. Peralatan dan Perlengkapan
Gambar 4.2. Peralatan dan Perlengkapan
Alat yang digunakan dalam pengukuran survei elektromagnetik acara aplikasi CMD adalah : 1.
Koil Satelit Sebagai peralatan utama dimana terdiri juga dari 2 komponen, adanya koil transmitter dan receiver . Ciri koil transmitter memiliki ukuran yang lebih panjang daripada koil receiver .
2.
Control Unit CMD (Display) Sebagai alat untuk menampilkan data hasil akuisisi. Komponen yang terukur yaitu nilai konduktifitas, inphase, dan error.
3.
Baterai Sebagai sumber arus yang digunakan untuk menyalakan display.
4.
Kabel Konektor Sebagai penghubung antara koil dan control unit CMD.
5.
Meteran Untuk melakukan pengukuran dari panjang lintasan.
6.
Alat Tulis Sebagai dokumentasi tertulis hasil data akuisisi.
9
4.4. Diagram Alir Pengambilan Data
Mulai Persiapan Alat Pemasangan alat Menentukan Lintasan Pengukuran Akuisisi Data
Low Frequency
High Frequency
Nilai Konduktivitas, Inphase, eror Mencatat Hasil Packing Alat
Selesai
Gambar 4.3. Diagram Alir Pengambilan Data
10
4.5. Pembahasan Diagram Alir Pengambilan Data
Pada pembahasan diagram alir pengambilan data adalah dengan melakukan berbagai persiapan yang diperlukan dalam kebutuhan dari pengambilan data yang akan diperoleh. Berikut adalah rinciannya: 1.
Yang pertama kali dilakukan adalah melakukan persiapan segala peralatan yang akan digunakan dan lakukan pengecekan kondisi alat agar siap untuk dipakai.
2.
Kemudian lakukan pemasangan alat dengan menghubungkan antar komponen sampai dihubungkannya koil dengan display, kemudian ikatkan dengan pengukur data akuisisi.
3.
Setelah itu menyiapkan lintasan yang akan digunakan dan lakukan pengukuran panjang lintasan sepanjang 70 meter beserta arah lintasannya.
4.
Kemudian lakukan akuisisi data dan tentukan penggunaan frekuensi yang akan digunakan rendah/tinggi terlebih dahulu. Ulangi akuisisi data hingga 3 kali pengukuran untuk mendapatkan nilai yang stabil. Akuisisi pada lintasan dilakukan 2 kali dengan berbeda frekuensi.
5.
Hasil dari akuisisi data pengukuran diperoleh nilai konduktifitas, inphase, dan error.
6.
Kemudian lakukan dokumentasi pencatatan hasil data akuisisi di lapangan beserta keterangannya.
7.
Kemudian
setelah
selesai
melakukan
akuisisi
data
lapanga
yaitu
mengembalikan peralatan yang digunakan sesuai dengan SOP alat.
11
4.6. Diagram Alir Pengolahan Data
Gambar 4.4. Diagram AlirPengolahan Data
12
4.7. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Pada pembahasan diagram alir pengolahan data adalah dengan melakukan berbagai persiapan yang diperlukan dalam kebutuhan dari pengolahan data yang akan diperoleh. Berikut adalah rinciannya: 1.
Yang pertama dilakukan adalah hasil pengolahan data dari data lapangan (nilai konduktivitas, inphase low frequency dan high frequency) disalin dalam bentuk berkas melalui Microsoft Excell , kemudian diolah untuk mendapatkan perpindahan lintasan dan titiknya secara sumbu x dan sumbu y dari titik awal.
2.
Kemudian lakukan perhitungan nilai masing-masing MA konduktifitas dan MA inphase.
3.
Kemudian dibuat grafik dari hasil nilai masing-masing perhitungan hingga berupa grafik nilai konduktifitas vs inphase beserta grafik MA konduktifitas dan MA inphase.
4.
Kemudian setelah diperoleh grafik kemudian membuat peta bawah permukaan dengan aplikasi Surfer secara dua dimensi. Hasil dari peta berupa berupa peta nilai konduktifitas vs inphase beserta peta MA konduktifitas dan MA inphase.
5.
Kemudian hasil dari pengolahan aplikasi Surfer dilanjutkan dengan pembuatan pemodelan bawah permukaan secara tiga dimensi melalui aplikasi Voxler .
6. Dari hasil pengolahan data kemudian dilakukan pembahasan dan interpretasi data dengan memperhatikan kondisi geologi regionalnya serta di akhir pembahasan dilakukan kesimpulan yang diperoleh. 7. Selesai.
13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Tabel Data Kelompok 3 Tabel 5.1. Data Kelompok 3
14
5.2. Grafik Analisis Lintasan 3 5.2.1. Grafik Konduktivitas Vs I nphase Low Penetration Lintasan 3
Konduktivitas vs Inphase Low Penetration Lintasan 3 20 15
e l t i T s i x A
10 Konduktivitas low
5
Inphase low
0 0
10
20
30
40
-5 -10
Axis Title
Gambar 5.1. Grafik Konduktivitas vs Inphase Low Penetration Lintasan 3
Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 5.1. merupakan grafik Konduktivitas vs Inphase Low Penetration Lintasan 3 hasil pengolahan data. Komponen dalam grafik terdiri dari jumlah titik pengukuran sebagai sumbu x dan ppt pada inphase beserta mS/m pada konduktivitas sebagai sumbu y. Konduktivitas berkaitan dengan sifat materi dalam menghantarkan arus listrik sedangkan inphase berkaitan dengan sifat materi dalam kemudahan untuk dimagnetisasi. Garis berwarna biru dalam grafik merupakan nilai konduktivitas rendah dan garis berwarna merah merupakan nilai inphase low. Hasil grafik memperlihatkan rentang jarak yang dimiliki antara 0 sampai 70 meter dengan spasi per 2 meter dan rentang presentase antara -10 sampai dengan 20. Kenaikan tertinggi nilai konduktivitas low berada pada offset 30 meter atau titik pengukuran ke 15 dengan nilai sebesar 17 mS/m dan terendah berada pada offset hampir seluruh grafik kecuali pada anomali dengan nilai sebesar -3 mS/m. Sedangkan kenaikan tertinggi nilai inphase low berada pada offset 28 meter atau titik pengukuran ke 14 dengan nilai sebesar 17,1 ppt dan terendah berada pada offset 70 meter hampir seluruh grafik kecuali pada anomali dengan nilai berkisar 1.41 ppt. Grafik tersebut secara umum bersifat cukup stabil dengan sebagian
beberapa
offset memiliki
suatu
puncak
yang
kemungkinan
15
diinterpretasikan sebagai keberadaan pipa bawah permukaan dikarenakan konduktivitas dengan inphase yang memiliki kesamaan nilai kecenderungan tinggi. Kecenderungan tersebut disimpulkan sebagai adanya benda yang mudah konduktif dan dapat menjadi magnet.
16
5.2.2. Grafik MA Konduktivitas Vs MA I nphase Low Penetration Lintasan 3
MA Konduktivitas Vs MA Inphase Low Penetration Lintasan 3 20 15 e 10 l t i T s i x A 5
MA Konduktivitas low MA Inphase low
0 0 -5
10
20
30
40
Axis Title
Gambar 5.2. Grafik MA Konduktivitas Vs Ma Inphase Low Penetration Lintasan 3
Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 5.2. merupakan grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase Low Penetration Lintasan 3 hasil pengolahan data. Komponen dalam grafik terdiri dari jumlah titik pengukuran sebagai sumbu x dan ppt pada inphase beserta mS/m pada konduktivitas sebagai sumbu y. Konduktivitas berkaitan dengan sifat materi dalam menghantarkan arus listrik sedangkan inphase berkaitan dengan sifat materi dalam kemudahan untuk dimagnetisasi. Garis berwarna biru dalam grafik merupakan nilai konduktivitas rendah dan garis berwarna merah merupakan nilai inphase low. Pada tahap ini nilai MA merupakan nilai yang sudah dilakukan kemungkinan adanya noise kemudian dikompensasi untuk menurunkan pengaruh dari noise atau dapat disimpulkan telah dilakukan smoothing data. Hasil grafik memperlihatkan rentang jarak yang dimiliki antara 0 sampai 70 meter dengan spasi per 2 meter dan rentang prese ntase antara -5 sampai dengan 20. Kenaikan tertinggi nilai MA konduktivitas low berada pada offset 28 meter atau titik pengukuran ke 14 dengan nilai sebesar 16,15 mS/m dan terendah berada pada offset hampir seluruh grafik kecuali pada anomali dengan nilai sebesar -3 mS/m. Sedangkan kenaikan tertinggi nilai MA inphase low berada pada offset 28
17
meter atau titik pengukuran ke 14 dengan nilai sebesar 16,35 ppt dan terendah berada pada offset 70 meter atau di titik pengukuran ke 35 dengan nilai berkisar 1.13 ppt. Grafik tersebut secara umum bersifat cukup stabil dengan sebagian beberapa offset memiliki suatu puncak yang kemungkinan diinterpretasikan sebagai keberadaan pipa bawah permukaan dikarenakan konduktivitas dengan inphase yang memiliki kesamaan nilai kecenderungan tinggi. Kecenderungan tersebut disimpulkan sebagai adanya benda yang mudah konduktif dan dapat menjadi magnet.
18
5.2.3. Grafik Konduktivitas Vs I nphase H igh Penetration Lintasan 3
Konduktivitas Vs Inphase High Penetration Lintasan 3 10 8 6 e l t i T s i x A
4 2
Konduktivitas High
0
Inphase High
-2
0
10
20
30
40
-4 -6
Axis Title
Gambar 5.3. Grafik Konduktivitas Vs Inphase High Penetration Lintasan 3
Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 5.3. merupakan grafik Konduktivitas vs Inphase High Penetration Lintasan 3 hasil pengolahan data. Komponen dalam grafik terdiri dari jumlah titik pengukuran sebagai sumbu x dan ppt pada inphase beserta mS/m pada konduktivitas sebagai sumbu y. Konduktivitas berkaitan dengan sifat materi dalam menghantarkan arus listrik sedangkan inphase berkaitan dengan sifat materi dalam kemudahan untuk dimagnetisasi. Garis berwarna biru dalam grafik merupakan nilai konduktivitas rendah dan garis berwarna merah merupakan nilai inphase high. Hasil grafik memperlihatkan rentang jarak yang dimiliki antara 0 sampai 70 meter dengan spasi per 2 meter dan rentang prese ntase antara -6 sampai dengan 10. Kenaikan tertinggi nilai konduktivitas high berada pada offset 26 meter atau titik pengukuran ke 13 dengan nilai sebesar 7,1 mS/m dan terendah berada pada offset hampir seluruh grafik kecuali pada anomali dengan nilai sebesar -3 mS/m. Sedangkan kenaikan tertinggi nilai inphase high berada pada offset 28 meter atau titik pengukuran ke 14 dengan nilai sebesar 8 ppt dan terendah berada pada offset rerrfe wefwerw dengan nilai berkisar 1.41 ppt. Grafik tersebut secara umum bersifat cukup stabil dengan sebagian beberapa offset memiliki suatu puncak yang kemungkinan diinterpretasikan sebagai keberadaan pipa bawah permukaan
19
dikarenakan
konduktivitas dengan inphase yang memiliki kesamaan nilai
kecenderungan tinggi. Kecenderungan tersebut disimpulkan sebagai adanya benda yang mudah konduktif dan dapat menjadi magnet.
20
5.2.4. Grafik MA Konduktivitas Vs MA I nphase H igh Penetration Lintasan 3
MA Konduktivitas Vs MA Inphase High Penetration Lintasan 3 8
6
4 e l t i T s i x A
MA konduktivitas high
2
MA Inphase high 0 0
10
20
30
40
-2
-4
Axis Title
Gambar 5.4. Grafik MA Kondukivitas Vs MA Inphase High Penetration Lintasan 3
Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 5.4. merupakan grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase High Penetration Lintasan 3 hasil pengolahan data. Komponen dalam grafik terdiri dari jumlah titik pengukuran sebagai sumbu x dan ppt pada inphase beserta mS/m pada konduktivitas sebagai sumbu y. Konduktivitas berkaitan dengan sifat materi dalam menghantarkan arus listrik sedangkan inphase berkaitan dengan sifat materi dalam kemudahan untuk dimagnetisasi. Garis berwarna biru dalam grafik merupakan nilai konduktivitas rendah dan garis berwarna merah merupakan nilai inphase high. Pada tahap ini nilai MA merupakan nilai yang sudah dilakukan kemungkinan adanya noise kemudian dikompensasi untuk menurunkan pengaruh dari noise atau dapat disimpulkan telah dilakukan smoothing data. Hasil grafik memperlihatkan rentang jarak yang dimiliki antara 0 sampai 70 meter dengan spasi per 2 meter dan rentang prese ntase antara -4 sampai dengan 8. Kenaikan tertinggi nilai MA konduktivitas high berada pada offset 28 meter atau titik pengukuran ke 14 dengan nilai sebesar 5,55 mS/m dan terendah berada
21
pada offset hampir seluruh grafik kecuali pada anomali dengan nilai sebesar -3 mS/m. Sedangkan kenaikan tertinggi nilai MA inphase high berada pada offset 28 meter atau titik pengukuran ke 14 dengan nilai sebesar 6,925 ppt dan terendah berada pada offset 68 meter atau di titik pengukuran ke 34 dengan nilai berkisar 1.15 ppt. Grafik tersebut secara umum bersifat cukup stabil dengan sebagian beberapa offset memiliki suatu puncak yang kemungkinan diinterpretasikan sebagai keberadaan pipa bawah permukaan dikarenakan konduktivitas dengan inphase yang memiliki kesamaan nilai kecenderungan tinggi. Kecenderungan tersebut disimpulkan sebagai adanya benda yang mudah konduktif dan dapat menjadi magnet.
22
5.3. Pembahasan Peta 5.3.1. Peta MA Konduktivitas Low Penetration
Gambar 5.5. Peta MA Konduktivitas Low Penetration
Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 5.5. merupakan hasil pengolahan data dari aplikasi Surfer berupa peta MA konduktivitas low penetration dari semua lintasan. Pada tahap ini nilai MA merupakan nilai yang sudah dilakukan kemungkinan adanya noise kemudian dikompensasi untuk menurunkan pengaruh dari noise atau dapat disimpulkan telah dilakukan smoothing data. Dengan jumlah lintasan sebanyak 6 lintasan dan sudut azimuth antar lintasan yaitu N 10 E dan azimuth antar titik N 100 E. Total masing-masing lintasan memiliki 35 titik data pengukuran. Konduktivitas berkaitan dengan sifat materi dalam menghantarkan arus listrik, sehingga semakin tinggi nilai konduktivitas maka semakin tinggi pula potensi mudahnya materi/anomali di bawah permukaan untuk menghantar arus listrik. Range yang dimiliki peta ini yaitu range rendah berwarna biru keunguan dengan nilai konduktivitas berkisar -4 sampai 3 mS/m, range sedang berwarna hijau kekuningan dengan nilai berkisar 4 sampai 11 mS/m, range tinggi berwarna kemerahan dengan nilai antara 11 sampai 17 mS/m. Hasil peta memperlihatkan distribusi melalui parameter konduktivitas bawah permukaan dengan terdapatnya anomali tertentu. Anomali dengan warna kemerahan (11-17 mS/m) yang mana merupakan sebagai nilai konduktivitas
23
tinggian dan kecenderungan membentuk garis yang lurus. Kemungkinan dapat dikatakan inilah posisi dari pipa bawah permukaan. Dikarenakan pipa terbuat dari logam, dan logam merupakan sebagai benda yang mudah dialiri oleh arus listrik dan berada di kedalaman yang dangkal tidak sampai 6 meter di bawah permukaan. Dasar dari pengambilan interpretasi kedalaman yaitu pada nilai konduktivitas yang diperoleh antara konduktivitas low peneteration dengan high penetration lebih tinggi di low penetration.
24
5.3.2. Peta MA Konduktivitas H igh Penetration
Gambar 5.6. Peta MA Konduktivitas High Penetration
Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 5.6. merupakan hasil pengolahan data dari aplikasi Surfer berupa peta MA konduktivitas high penetration dari semua lintasan. Pada tahap ini nilai MA merupakan nilai yang sudah dilakukan kemungkinan adanya noise kemudian dikompensasi untuk menurunkan pengaruh dari noise atau dapat disimpulkan telah dilakukan smoothing data. Dengan jumlah lintasan sebanyak 6 lintasan dan sudut azimuth antar lintasan yaitu N 10 E dan azimuth antar titik N 100 E. Total masing-masing lintasan memiliki 35 titik data pengukuran. Konduktivitas berkaitan dengan sifat materi dalam menghantarkan arus listrik, sehingga semakin tinggi nilai konduktivitas maka semakin tinggi pula potensi mudahnya materi/anomali di bawah permukaan untuk menghantar arus listrik. Range yang dimiliki peta ini yaitu range rendah berwarna biru keunguan dengan nilai konduktivitas berkisar -3,5 sampai 0,5 mS/m, range sedang berwarna hijau kekuningan dengan nilai berkisar 0,5 sampai 4 mS/m, range tinggi berwarna kemerahan dengan nilai antara 4 sampai 7,5 mS/m. Hasil peta memperlihatkan distribusi melalui parameter konduktivitas bawah permukaan dengan terdapatnya anomali tertentu. Anomali dengan warna kemerahan (4-7,5 mS/m) yang mana merupakan sebagai nilai konduktivitas tinggian dan kecenderungan membentuk garis yang lurus. Kemungkinan dapat
25
dikatakan inilah posisi dari pipa bawah permukaan. Dikarenakan pipa terbuat dari logam, dan logam merupakan sebagai benda yang mudah dialiri oleh arus listrik dan berada di kedalaman yang lebih dangkal daripada 6 meter. Dasar dari pengambilan interpretasi kedalaman yaitu pada nilai konduktivitas yang diperoleh antara konduktivitas low peneteration dengan high penetration lebih tinggi di low penetration.
26
5.3.3. Peta MA I nphase Low Penetration
Gambar 5.7. Peta MA Inphase Low Penetration
Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 5.7. merupakan hasil pengolahan data dari aplikasi Surfer berupa peta MA inphase low penetration dari semua lintasan. Pada tahap ini nilai MA merupakan nilai yang sudah dilakukan kemungkinan adanya noise kemudian dikompensasi untuk menurunkan pengaruh dari noise atau dapat disimpulkan telah dilakukan smoothing data. Dengan jumlah lintasan sebanyak 6 lintasan dan sudut azimuth antar lintasan yaitu N 10 E dan azimuth antar titik N 100 E. Total masing-masing lintasan memiliki 35 titik data pengukuran. Pada tahap inphase berkaitan dengan mudahnya sifat fisis batuan akan termagnetisasi. Semakin tinggi nilai inphase maka semakin tinggi pula potensi mudahnya materi/anomali di bawah permukaan untuk dimagnetisasi. Range yang dimiliki peta ini yaitu range rendah berwarna biru keunguan dengan nilai inphase berkisar 1 sampai 7 ppt, range sedang berwarna hijau kekuningan dengan nilai berkisar 7 sampai 13 ppt, range tinggi berwarna kemerahan dengan nilai antara 13 sampai 17 ppt. Hasil peta memperlihatkan distribusi melalui parameter inphase bawah permukaan dengan terdapatnya anomali tertentu. Anomali dengan warna kemerahan (13-17 ppt) yang mana merupakan sebagai nilai inphase tinggian dan kecenderungan membentuk garis yang lurus. Kemungkinan dapat dikatakan inilah
27
posisi dari pipa bawah permukaan. Dikarenakan pipa terbuat dari logam, dimana logam merupakan sebagai benda yang mudah untuk dilakukan magnetisasi dan berada di kedalaman yang lebih dangkal daripada 6 meter. Dasar dari pengambilan interpretasi kedalaman yaitu pada nilai inphase yang diperoleh antara inphase low peneteration dengan high penetration lebih tinggi di low penetration.
28
5.3.4. Peta MA I nphase H igh Penetration
Gambar 5.8.Peta MA Inphase High Penetration
Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 5.8. merupakan hasil pengolahan data dari aplikasi Surfer berupa peta MA inphase high penetration dari semua lintasan. Pada tahap ini nilai MA merupakan nilai yang sudah dilakukan kemungkinan adanya noise kemudian dikompensasi untuk menurunkan pengaruh dari noise atau dapat disimpulkan telah dilakukan smoothing data. Dengan jumlah lintasan sebanyak 6 lintasan dan sudut azimuth antar lintasan yaitu N 10 E dan azimuth antar titik N 100 E. Total masing-masing lintasan memiliki 35 titik data pengukuran. Pada tahap inphase berkaitan dengan mudahnya sifat fisis batuan akan termagnetisasi. Semakin tinggi nilai inphase maka semakin tinggi pula potensi mudahnya materi/anomali di bawah permukaan untuk dimagnetisasi. Range yang dimiliki peta ini yaitu range rendah berwarna biru keunguan dengan nilai inphase berkisar 0,5 sampai 3 ppt, range sedang berwarna hijau kekuningan dengan nilai berkisar 3 sampai 5,5 ppt, range tinggi berwarna kemerahan dengan nilai antara 5,5 sampai 7,5 ppt. Hasil peta memperlihatkan distribusi melalui parameter inphase bawah permukaan dengan terdapatnya anomali tertentu. Anomali dengan warna kemerahan (5,5 – 7,5 ppt) yang mana merupakan sebagai nilai inphase tinggian dan kecenderungan membentuk garis yang lurus. Kemungkinan dapat dikatakan
29
inilah posisi dari pipa bawah permukaan. Dikarenakan pipa terbuat dari logam, dimana logam merupakan sebagai benda yang mudah untuk dilakukan magnetisasi dan berada di kedalaman yang lebih dangkal daripada 6 meter. Dasar dari pengambilan interpretasi kedalaman yaitu pada nilai inphase yang diperoleh antara inphase low peneteration dengan high penetration lebih tinggi di low penetration.
30
5.4. Pemodelan 3D
5.4.1. Pemodelan 3D Konduktivitas
Gambar 5.9. Model 3D Konduktivitas
Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 5.9. merupakan hasil pengolahan data dari aplikasi Voxler berupa pemodelan secara 3D konduktivitas dari semua lintasan. Pada tahap ini nilai MA merupakan nilai yang sudah dilakukan kemungkinan adanya noise kemudian dikompensasi untuk menurunkan pengaruh dari noise atau dapat disimpulkan telah dilakukan smoothing data. Pemodelan ini dihasilkan dari selisih antara data pada peta konduktivitas high penetration dan low penetration. Dengan jumlah lintasan sebanyak 6 lintasan dan sudut azimuth antar lintasan yaitu N 10 E dan azimuth antar titik N 100 E. Total masing-masing lintasan memiliki 35 titik data pengukuran. Konduktivitas berkaitan dengan sifat materi dalam menghantarkan arus listrik, sehingga semakin tinggi nilai konduktivitas maka semakin tinggi pula potensi mudahnya materi/anomali di bawah permukaan untuk menghantar arus listrik. Range yang dimiliki peta ini yaitu range rendah berwarna biru keunguan dengan nilai konduktivitas berkisar -3 sampai 3 mS/m, range sedang berwarna hijau kekuningan dengan nilai berkisar 3 sampai 9 mS/m, range tinggi berwarna kemerahan dengan nilai antara 9 sampai 15 mS/m. Hasil peta memperlihatkan distribusi melalui parameter konduktivitas bawah permukaan dengan terdapatnya anomali tertentu. Anomali dengan warna kehijauan (3-9 mS/m) yang mana merupakan sebagai nilai konduktivitas sedang
31
dan kecenderungan membentuk garis yang lurus/pola linear. Kemungkinan dapat dikatakan inilah posisi dari pipa bawah permukaan. Dikarenakan pipa terbuat dari logam, dan logam merupakan sebagai benda yang mudah dialiri oleh arus listrik. Tidak berwarna kemerahan juga diinterpretasikan sebagai pengaruh dari penggunaan aplikasi Voxler yang mengisi ruang kosong lapisan bawah permukaan melalui selisih dari nilai kedua konduktivitas yang dihasilkan. Tidak seperti pemodelan pada inphase yang memiliki distribusi warna yang lebih jernih dan hanya membentuk pola anomali yang linear, pemodelan ini menghasilkan citra visual bawah permukaan sebagian terdapat warna sedang seperti hijau dikarenakan adanya pengaruh keberadaan saluran irigasi untuk pertanian milik warga.
32
5.4.2. Pemodelan 3D I nphase
Gambar 5.10. Model 3D Inphase
Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 5.9. merupakan hasil pengolahan data dari aplikasi Voxler berupa pemodelan secara 3D inphase dari semua lintasan. Pada tahap ini nilai MA merupakan nilai yang sudah dilakukan kemungkinan adanya noise kemudian dikompensasi untuk menurunkan pengaruh dari noise atau dapat disimpulkan telah dilakukan smoothing data. Pemodelan ini dihasilkan dari selisih antara data pada peta inphase high penetration dan low penetration. Dengan jumlah lintasan sebanyak 6 lintasan dan sudut azimuth antar lintasan yaitu N 10 E dan azimuth antar titik N 100 E. Total masing-masing lintasan memiliki 35 titik data pengukuran. Pada tahap inphase berkaitan dengan mudahnya sifat fisis batuan akan termagnetisasi. Semakin tinggi nilai inphase maka semakin tinggi pula potensi mudahnya materi/anomali di bawah permukaan untuk dimagnetisasi. Range yang dimiliki peta ini yaitu range rendah berwarna biru keunguan dengan nilai konduktivitas berkisar 1 sampai 5 ppt, range sedang berwarna hijau kekuningan dengan nilai berkisar 5 sampai 10 ppt, range tinggi berwarna kemerahan dengan nilai antara 10 sampai 15 ppt. Hasil peta memperlihatkan distribusi melalui parameter inphase bawah permukaan dengan terdapatnya anomali tertentu. Anomali dengan warna birukeunguan (1-5 ppt) yang mana merupakan sebagai nilai konduktivitas rendah dan kecenderungan membentuk garis yang lurus/pola linear. Kemungkinan dapat dikatakan inilah posisi dari pipa bawah permukaan. Dikarenakan pipa terbuat dari
33
logam, dan logam merupakan sebagai benda yang mudah untuk termagnetisasi. Tidak berwarna kemerahan juga diinterpretasikan sebagai pengaruh dari penggunaan aplikasi Voxler yang mengisi ruang kosong lapisan bawah permukaan melalui selisih dari nilai kedua inphase yang dihasilkan.
34
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Hasil pengolahan dan pembahasan data metode elektromagnetik acara CMD diperoleh kesimpulan adalah sebagai berikut:
Pengolahan data menghasilkan data yang berupa nilai MA konduktivitas low&high penetration dan MA inphase low&high penetration, grafik konduktivitas vs inphase, grafik MA konduktivitas vs MA inphase beserta peta dan pemodelannya dalam bentuk 3 dimensi.
Hasil grafik konduktivitas vs inphase dan MA konduktivitas vs MA inphase memperlihatkan persamaan grafik yang memiliki kenaikan dan penurunan secara tajam dan hanya pada bagian titik pengukuran ke 12 sampai titik pengukuran ke 15 lintasan 3. Hal ini dikarenakan adanya pipa milik perusahaan pertamina di bawah permukaan. Pipa tersebut bersifat konduktif dan mudah termagnetisasi.
Hasil masing-masing keseluruhan peta konduktifitas dan peta inphase menunjukkan interpretasi terduga dari pipa dengan orientasi barat lauttenggara yang dibuktikan dengan papan penanda pipa milik pertamina pada pengamatan di lapangan adalah sesuai/cocok.
Hasil pemodelan konduktivitas dan inphase menghasilkan penggambaran bawah permukaan secara 3 dimensi. Tidak berwarna kemerahan pada pemodelan 3 dimensi konduktifitas diinterpretasikan sebagai pengaruh dari penggunaan aplikasi Voxler yang mengisi ruang kosong lapisan bawah permukaan melalui selisih dari nilai kedua konduktivitas yang dihasilkan.
Tidak seperti pemodelan pada inphase yang memiliki distribusi warna yang lebih jernih dan hanya membentuk pola anomali yang linear, pemodelan
pada
konduktifitas
menghasilkan
citra
visual
bawah
permukaan sebagian terdapat warna sedang seperti hijau dikarenakan adanya kemungkinan pengaruh keberadaan saluran irigasi untuk pertanian milik warga. 35