BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kanker Paru
2.1.1. Definisi Kanker Paru Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (WHO). Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. 2.1.2. Etiologi Kanker Paru a. Merokok Merupakan penyebab utama kanker paru. Suatu hubungan statistik yang definitif telah ditegakkan antara perokok ber at (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderungan sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor (Thomson, 1997).
Universitas Sumatera Utara
b. Iradiasi. Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif (Thomson, 1997) . c. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja . Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenikum (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsenikum (Thomson, 1997). d. Polusi Udara Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan atau pembakaran (Thomson, 1997). e. Genetik. Terdapat perubahan atau mu tasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni: i. Proton oncogen. ii. Tumor suppressor gene. iii. Gene encoding enzyme (Thomson, 1997).
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Gejala Klinis Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat bersifat (Amin et al, 2006) : - Lokal (tumor tumbuh setempat) : • Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis • Hemoptisis • Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas • Kadang terdapat kavitas seperti abses paru • Ateletaksis - Invasi lokal : • Nyeri dada • Dispnea karena efusi pleura • Invasi ke perikardium → terjadi tamponade atau aritmia • Sindrom vena cava superior • Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis) • Suara serak, karena penekanan pada nervous laryngeal recurrent • Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis - Gejala Penyakit Metastasis : • Pada otak, tulang, hati, adrenal • Limfadenopati
servikal
dan
supraklavikula
(sering
menyertai metastasis)
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Klasifikasi Kanker Paru Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil ( small lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil ( non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk di dalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe -tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya (Wilson dan Price, 2005). Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia atau displasia akibat merokok jangka panjang secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa bisasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar bening hilus, dinding dada, dan mediasternum. Karsinoma ini lebih sering pada laki -laki daripada perempuan (Wilson dan Price, 2005). Adenokarsinoma memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kad ang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstitial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala -gejala (Kumar et al, 2007). Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel -sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermaca m-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat tempat yang jauh (Kumar et al, 2007). Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu -abu pucat yang terletak di sentral dengan peluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor
Universitas Sumatera Utara
dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Bia sanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “ crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleu s akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar et al, 2007). Karsinoma sel besar adalah sel -sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam -macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat -tempat yang jauh (Wilson dan Price, 2005). Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa (Wilson dan Price, 2005).
2.1.5. Jenis dan Tahap Kanker Paru (Linda, 2006) Ada dua tipe utama kanker paru: •
Small cell lung cancer
(SCLC) --- kanker paru jenis
karsinoma sel kecil (KPKSK) •
Non-small cell lung cancer (NSCLC) --- kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yaitu terdiri dari : -
Adenokarsinoma yang mencakup 40% kanker paru, lebih banyak muncul pada wanita.
-
Skuamous sel karsinoma lebih jarang dijumpai, dan mencakup 25% dari kasus kanker paru serta paling banyak terjadi pada pria dan orang tua.
Universitas Sumatera Utara
KPKBSK adalah tipe yang paling umum dari kanker paru, mencakup 75-80% dari semua kasus. Membedakan KPKBSK and KPKSK sanga sangatlah tlah penting karena kedua tipe kanker ini memerlukan terapi yang berbeda ( Linda, 2006).
Gambar 2.1 : Tipe Kanker Paru ( Global Lung Cancer Coalition)
Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu (Linda, 2006) : a. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) • Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada jaringan disekitarnya. • Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar paru -paru tempat asalnya, atau kanker ditemukan pada organ -organ tubuh yang jauh.
Universitas Sumatera Utara
b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) • Tahap tersembunyi, merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru. Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM International menurut Union Against ( IUAC/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 : Stadium Klinis Kanker Paru
STADIUM
TNM
Karsinoma Tersembunyi
Tx, N0, M0
Stadium 0
Tis, N0, M0
Stadium IA
T1, N0, M0
Stadium IB
T2, N0, M0
Stadium IIA
T1, N1, M0
Stadium IIB
T2, N1, M0
Stadium IIIA
T3, N0, M0 ; T3, N1, M0
Stadium IIIB
T berapa pun, N3, M0 T4, N berapa pun, M0
Stadium IV
T berapa pun, N berapa pun, M1
Universitas Sumatera Utara
2.1.6. Patofisiologi Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen sub bronkus menyebabkan
silia
hilang
dan
deskuamasi
sehingga
terjadi
pengendapan karsinogen. Pengendapan karsinogen ini menyebabkan metaplasia, hiperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hiperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra (Linda, 2006). Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptisis , dyspnea, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi (Linda, 2006). Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya
menunjukkan adanya metastasis, khususnya pada hati. Metastasis kanker paru dapat terjadi ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, perikardium, otak, tulang rangka (Linda, 2006). 2.1.7. Diagnosis Kanker Paru A)
Anamnesis Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak
berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri dari keluha n subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor –faktor lain
Universitas Sumatera Utara
yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa (PDPI, 2003) : • Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak (d ahak putih, dapat juga purulen) • Batuk darah • Sesak napas • Suara serak • Sakit dada • Sulit atau sakit menelan • Benjolan di pangkal leher • Sembab muka dan leher dapat terjadi dan kadang -kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat. Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti : • Berat badan berkurang • Nafsu makan hilang • Demam hilang timbul •
Sindrom paraneoplastik, seperti " Hypertrophic Pulmonary Osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 : Alur Deteksi Dini Kanker Paru (Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia)
B)
Gambaran radiologis (Irshad, 2013) Hasil
pemeriksaan
pemeriksaan penunjang
radiologis yang
adalah
salah
satu
mutlak dibutuhkan untuk
menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan
stadium
penyakit
berd asarkan
sistem TNM.
Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin tomografi komputer toraks, skintigrafi tulang, bone survey, sonografi abdomen dan tomografi komputer pada otak dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumo r dan metastasis.
Universitas Sumatera Utara
a)
Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat
masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang irreguler, disertai indentasi pleura dan satelit tumor. Pada foto tu mor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikardia
dan
metastasis
intrapulmoner.
Sedangkan
keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja. Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada seorang penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan penting diingatkan. Seorang penderita yang tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit paru, harus disertai rujukan yang seterusnya yang te liti. Pemberian OAT yang tidak menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1 bulan harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru, tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia tersebut bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada tumor pr imer dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat produktif, dan atau cairan serohemoragik.
Universitas Sumatera Utara
b)
Tomografi Komputer Toraks : Metode pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru
secara lebih baik daripada foto toraks. Tomografi komputer dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda -tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan tomografi komputer, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stadium juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi dan mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner. c)
Pemeriksaan radiologi lain : Kekurangan dari foto toraks dan tomografi komputer
toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan r adiologik lain, misalnya tomografi komputer otak untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala atau jaringan otak, skintigrafi tulang dan atau bone survey dapat mendeteksi metastasis di seluruh jaringan tulang.
Universitas Sumatera Utara
Radiografi :
Gambar 2.3 : Kanker Paru-paru Sel Kecil Foto rontgen dada menunjukkan penyakit yang luas. Sebuah massa besar terlihat pada pertengahan paru kiri dengan opasitas yang meluas ke bagian atas. Terlihat juga nodul paru-paru kanan bawah yang menunjukkan gambaran metastasis. Peningkatan opasitas di paratrakeal kanan menunjukkan limfadenopati. Efusi pleura kiri dengan sinus kostofrenikus kiri yang tumpul.
Gambar 2.4. Kanker Paru-paru Sel Kecil Foto rontgen dada menunjukkan peningkatan opasitas di daerah hilus dan paratrakeal kanan, dengan penebalan garis paratrakeal kanan. Adanya volume yang berkurang juga terlihat pada lobus kanan bawah. Kanker paru -paru sel kecil sering terlihat sebagai massa hilus atau mediastinum
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 : Kanker Paru-paru Sel Kecil Foto rontgen dada menunjukkan pneumonitis obstruktif dengan atelektasis dari lobus kanan atas. Peningkatan opasitas pada trakeo -bronkial dan paratrakeal kanan menunjukkan suatu massa atau limfadenopati pada daerah tersebut.
Gambaran Tomografi Komputer Toraks (Ravenel, 2013) :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 : Tomografi komputer toraks potongan aksial dengan kontras intravena menunjukkan massa paru kiri yang besar dan hilus, dengan invasi dari arteri pulmonalis kiri.
Gambar 2.7 : Tomografi komputer abdomen dengan kontras intravena. Potongan aksial pada hati menunjukkan daerah hipodens multipel bulat dengan tepi tidak jelas, densitas lebih tinggi dari cairan, dan tersebar dijumpai pada pasien dengan kanker paru-paru yang dikenal paling konsisten dengan metastasis.
Universitas Sumatera Utara
.
Gambar 2.8 : Tomografi komputer perut aksial tanpa kontras pada setentang kelenjar adrenal menunjukkan massa adrenal yang besar di sisi kiri. Densitas tinggi pada gambar ini dengan ukuran besar yang besar dari massa adrenal menunjukkan lesi ganas. Kelenjar adrenal mer upakan tempat yang sering untuk metastatis kanker paru-paru sel kecil.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9 : Tomografi komputer toraks aksial pada potongan hilus menunjukkan tumor hilus besar di sisi kanan, dengan efusi pleura terlokulasi. Penebalan nodular pleura menunjukkan metastasis pleura. Massa tumor sulit untuk dibedakan dari atelektasis paru yang berdekatan.
Gambar 2.10 : Kanker paru-paru, sel kecil. Potongan aksial tomografi komputer melalui paru menunjukkan nodul soliter paru bagian perifer paru kanan. Kanker paru-paru sel kecil kadang terlihat sebagai nodul paru di perifer.
Universitas Sumatera Utara
C. Pemeriksaan Khusus (PDPI, 2003) a) Bronkoskopi
Pemeriksan bronkoskopi bertujuan untuk diagnostik sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat
mengambil
jaringan atau bahan agar dapat memastikan apakah ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya massa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol -benjol, hiperemis,
atau
stinosis
infiltratif,
mudah
berdarah.
Tindakan biopsi tumor atau dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus harus dilakukan pada tampakan yang abnormal. b) Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif.
c) Aspirasi Jarum Transbronkial (Transbronchial Needle
Aspiration, TBNA) TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.
Universitas Sumatera Utara
d) Transbronkial Biopsi
(Transbronchial Lung Biopsy,
TBLB) Biopsi paru lewat bronkus TBLB harus dilakukan jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik. e) Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTB dengan tuntunan tomografi komputer. f) Biopsi lain
Bila terdapat pembesaran KGB atau teraba massa yang dapat terlihat superfisial biopsi jarum halus dapat dilakukan. Biopsi KGB harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis sitologi atau histologi tumor primer di paru belum diketahui. Bila pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker tidak jelas terlihat maka biopsi Daniels dianjurkan. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura. f) Torakoskopi medik
Dengan tindakan ini massa tu mor di bagian perifer paru, pleura viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi.
Universitas Sumatera Utara
g) Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan metode pengumpulan
dan
pengambilan
sputum
yang
tidak
memenuhi syarat. Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk pemeriksaan sitologi atau histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau alkohol minimal 90%. Semua bahan jaringan harus di fiksasi dalam formalin 4%. D. Pemeriksaan Invasif Lain (PDPI, 2003)
Terkadang tindakan invasif seperti torakoskopi dan tindakan bedah mediastinoskopi, torakoskopi, torakotomi eksplorasi dan biopsi paru terbuka dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan pada kasus kasus yang rumit. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir bila dari semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis histologis atau patologis tidak dapat ditegakkan. Semua tindakan diagnosis untuk kanker paru diarahkan agar dapat ditentukan : 1. Jenis histologis 2. Derajat (staging) 3. Tampilan (tingkat tampil, "performance status").
Universitas Sumatera Utara
Sehingga jenis pengobatan dapat dipilih sesuai dengan kondisi penderita. E. Pemeriksaan Lain (PDPI, 2003) a) Petanda Tumor
Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan. b) Pemeriksaan biologi molekuler
Pemeriksaan
biologi
molekuler
telah
semakin
berkembang, cara paling sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan kanker paru, seperti protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan biologi molekuler adala h menentukan prognosis penyakit. 2.1.8. Pentalaksanaan Tujuan pengobatan kanker dapat berupa : a) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien. b) Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup. c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d) Suportif.
Universitas Sumatera Utara
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000). Penatalaksanaan pada pasien Kanker Paru (PDPI, 2003) A) Pembedahan (PDPI, 2003) Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker. a) Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkonfirmasi diagnosis tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi. b) Pneumonektomi pengangkatan paru Karsinoma bronkogenik bila aman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat. c) Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiektasis atau bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis. d) Resesi segmental. Merupakan pengangkatan atau atau lebih segmen paru. e) Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan -bahan fibrin dari pleura viseral.
Universitas Sumatera Utara
Radiasi (PDPI, 2003) Radioterapi dilakukan pada beberapa kasus,
sebagai
pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant atau paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi atau penekanan terhadap pembuluh darah atau bronkus. Tindakan radiasi sering merupakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak. Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK dit entukan beberapa faktor 1. Stadium penyakit 2. Status tampilan 3. Fungsi paru Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui : •
Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
•
Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA) Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 -6000
cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. •
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah : 1. Hb > 10 g% 2. Trombosit > 100.000/mm3 3. Leukosit > 3000/dl
•
Radiasi paliatif diberikan pada group yang kurang baik,
yakni : 1. PS < 70
Universitas Sumatera Utara
2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan 3. Fungsi paru buruk.
B) Kemoterapi (PDPI, 2003) Pemberian kemoterapi pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus ditentukan. Jenis histologis tumor dan tampil an (performance status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat anti kanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan. Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah: 1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin) 2. Respons obyektif satu obat antikanker 15% 3. Toksisitas obat tidak melebihi grade 3 skala WHO 4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian terjadi tumor progresif. Regimen untuk KPKBSK adalah : 1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin) 2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid) 3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin 4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin 5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin I.
Persyaratan pasien Kemoterapi ( Linda, 2006)
Universitas Sumatera Utara
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan kelemahan yang apabila diberikan kemoterap i dapat terjadi efek samping yang tidak dapat dielakkan, sebelum memberikan kemoterapi harus dipertimbangkan : 1. Menggunakan kriteria Eastren Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status penampilan < 2. 2. Jumlah lekosit lebih dari 3000/ml. 3. Jumlah trombosit lebih dari 120.000/ul. 4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misalnya Hb lebih dari 10
gr%.
5. Kliren kreatinin diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam). 6. Bilirubin kurang dari 2 ml/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal. 7. Elektrolit dalam batas normal. 8. Mengingat toksisitas obat sebaiknya tidak diberikan diatas umur 70 tahun. Status
penampilan
penderita
ini
mengambil
indikator
kemampuan pasien, di mana penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang menetukan pilihan terapi yang tepat pada pasien sesuai dengan status penampilannya.
Universitas Sumatera Utara
Skala Status Penampilan Menurut ECOG ialah : •
Grade 0 : Masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari.
•
Grade 1 : Hambatan pada pekerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
•
Grade 2 : Hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat melakukan pekerjaan lain.
•
Grade 3 : Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50 % waktunya untuk tiduran.
•
Grade 4 : Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, hanya dikursi atau tiduran terus.
Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain keadaan umum baik skala Karnofsky diatas > 70, fungsi hati, ginjal dan homeostatik (darah) baik dan masalah finansial dapat diatasi. Syarat homeostatik yang memenuhi syarat ialah : HB >10 gr%, leukosit > 4000/dl, trombosit >100000/dl (PDPI 2005).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 : Tampilan umum berdasarkan skala Karnofsky dan WHO (PDPI 2005)
Skala
Pengertian
90-100
0 Dapat beraktivitas normal, tanpa keluhan yang menetap.
70-80
1 Dapat
beraktivitas
normal
tetapi
ada
keluhan
berhubungan dengan sakitnya. 50-70
2 Membutuhkan bantuan pada orang lain untuk aktivitas spesifik.
30-50
3 Sangat tergantung pada bantuan orang lain untuk aktivitas rutin.
10-30
D)
4 Tidak dapat bangkit dari tempat tidur.
Imunoterapi (PDPI, 2003) Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun
belum ada hasil penelitian di Indonesia yang menyokong manfaatnya. E)
Hormonoterapi (PDPI, 2003) Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun
belum ada hasil penelitian di Indonesia yang men yokong manfaatnya. F)
Terapi Gen (PDPI, 2003) Metode dan manfaat pengobatan ini masih dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
2.1.9. Pencegahan Kanker Paru Menurut CDC (2010), pencegahan dari kanker paru ada empat,yaitu : a. Berhenti Merokok Dengan berhenti merokok, akan
menurunkan resiko
terjadinya kanker paru dibandingkan dengan tidak berhenti merokok sama sekali. Semakin lama seseorang berhenti merokok, maka akan semakin baik kesehatannya dibanding mereka yang merokok. Bagaimanapun, risiko bagi mereka yang berhenti merokok tetap lebih besar dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok. a. Menghindari menghisap rokok orang lain ( secondhand smoke) b. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon c. Menurut EPA (Environmental Protection Agency ), setiap rumah disarankan untuk dites apakah ada gas radon atau tidak. d. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak. Konsumsi buah dan sayuran yang banyak akan membantu melindungi dari kanker paru. 2.10.
Evaluasi hasil pengobatan (PDPI, 2003) Pemberian umum kemotera pi adalah sampai 6 siklus atau
sekuen, bila penderita
menunjukkan respons yang memadai.
Pengevaluasian respons terapi dilakukan dengan melihat perubahan ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (siklus)
Universitas Sumatera Utara
kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan men ggunakan tomografi komputer toraks setelah 4 kali pemberian. •
Pengevaluasian dilakukan terhadap - Respons subyektif yaitu penurunan keluhan awal - Respons
semisubyektif
yaitu
perbaikan
tampilan,
bertambahnya berat badan - Respons obyektif - Efek samping obat •
Respons obyektif dibagi atas 4 golongan dengan ketentuan : -
Respons komplit (complete response ,CR) : bila pada evaluasi tumor hilang 100% dan keadan ini menetap lebih dari 4 minggu.
-
Respons sebagian (partial response, PR) : bila pengurangan ukuran tumor > 50% tetapi < 100%.
-
Menetap (stable disease, SD) :bila ukuran tumor tidak berubah atau mengecil > 25% tetapi < 50%.
-
Tumor progresif (progressive disease, PD) : bila terjadi petambahan ukuran tumor > 25% atau muncul tumor ata u lesi baru di paru atau di tempat lain.
Angka kekambuhan (relapse) kanker paru paling tinggi terjadi pada 2 tahun pertama, sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi optimal dilakukan setiap 3 bulan sekali. Evaluasi meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu foto toraks PA atau lateral dan tomografi komputer toraks, sedangkan pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.11. Prognosis Prognosis dari kanker paru tergantung pada tingkat kesulitan penyembuhan dan lokasi serta ukuran tumor, gejala-gejala, tipe kanker paru, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. SCLC mempunyai pertumbuhan yang paling agresif dari semua kanker kanker paru, dengan kelangsungan hidup lebih kurang hanya dua sampai empat bulan setelah didiagnosis jika tid ak dirawat (Sutji, 2001). SCLC merupakan tipe kanker paru yang paling responsif pada terapi radiasi dan kemoterapi. Karena SCLC menyebar sangat cepat dan biasanya sudah terjadi penyebaran pada saat diagnosis, metode metode seperti pengangkatan secara operasi atau terapi radiasi lokal akan berkurang efektifnya dalam merawat tipe tumor ini. Waktu kelangsungan hidup dapat diperpanjan g empat sampai lima kali ketika penggunaan kemoterapi sendiri atau dalam kombinasi dengan metode metode lain. Dari semua pasien -pasien dengan SCLC, hanya 5%-10% masih hidup lima tahun setelah diagnosis (PDPI, 2003). Pada non-small cell lung cancer (NSCLC ), hasil-hasil dari perawatan standar biasanya secara keseluruhan jelek namun kebanyakan kanker yang terlokalisir dapat diangkat secara operasi. Bagaimanapun, pada stadium I kanker -kanker yang dapat diangkat sepenuhnya dengan angka kelangsungan hidup lima ta hun mendekati 75%. Terapi radiasi dapat menghasilkan suatu penyembuhan pada sebagian kecil pasien-pasien dengan NSCLC dan mengarah pada menghilangkan gejala-gejala pada kebanyakan pasien. Kemoterapi menawarkan perbaikan waktu kelangsungan hidup yang sedang pada
Universitas Sumatera Utara
penyakit stadium lanjut, meskipun angka -angka kelangsungan hidup keseluruhan jelek (PDPI, 2003). Jika dibandingkan dengan beberapa kanker -kanker lain, keseluruhan prognosis untuk kanker paru adalah jelek. Umumnya angka kelangsungan hidup untuk kanker
paru lebih rendah
dibandingkan kanker lainnya, dengan angka kelangsungan hidup lima tahun untuk kanker paru sebesar 16% dibandingkan dengan 65% untuk kanker usus besar, 89% untuk kanker payudara, dan untuk kanker prostat adalah lebih dari 99% (PDPI, 2003) .
Universitas Sumatera Utara