LO 1 Menjelaskan Karies LI 1.1 Definisi Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Kidd,E.A.M, and S.J.Bechal. (1991). Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta, EGC
LI 1.2 Etiologi
Kidd,E.A.M, and S.J.Bechal. (1991). Penanggulangannya. Jakarta, EGC
Dasar-dasar
Karies
Penyakit
dan
MIKROORGANISME
Mikroorganisme sangat berperan terhadap terjadinya karies gigi. Mikroorganisme ini disebut dengan mikroorganisme kariogenik adalah strepcoccus mutans dan lactobacillus, lactobacillus, karena mikroorganisme ini mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam dengan cepat .
Bakteri-bakteri tersebut dapat tumbuh subur dalam susunan asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakharida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat. Polisakharida ini terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri dapat melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain, sehingga plak semakin menebal dan dapat menghambat saliva dalam menetralkan plak tersebut Kidd,E.A.M, and S.J.Bechal. (1991). Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta, EGC
SUBSTRAT Karbohidrat menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Karbohidrat yang dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri adalah karbohidrat yang mempunyai berat molekul yang rendah karena mudah masuk dan meresap kedalam plak. Dengan demikian makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal dibutuhkan waktu 30-60 menit Sintesa polisakarida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, fruktosa, dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik. Saliva : Kemampuan kelenjar saliva untuk menghasilkan saliva Konsentrasi saliva yang tidak terstimulus ( pada saat istirahat) Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH (sistem Buffer)
Kidd,E.A.M, and S.J.Bechal. (1991). Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta, EGC
HOST Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies adalah: 1. pit dan fisure pada permukaan oklusal dan premolar. 2. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit dibawah titik k ontak. 3. Email pada tepian di daerah cervical sedikit di atas tepi gingiva
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten 4. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gigiva karena penyakit periodontium 5. Tepi tumpatan terutama yang kurang 6. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan bridge. Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies dalam beberapa cara. Kadar flour yang bergabung dengan email selama proses pertumbuhan gigi tergantung dari ketersediaan flour dalam makanan atau minuman yang mengandung flour. Flour akan mempengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi serta mempengaruhi bakteri plak dalam membentuk asam. Kidd,E.A.M, and S.J.Bechal. (1991). Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta, EGC
WAKTU Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini Kidd,E.A.M, and S.J.Bechal. (1991). Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta, EGC
Faktor modifikasi penyebab karies, yaitu: (Mount and Hume, 2005) 1. Status kesehatan gigi dulu sampai sekarang 2. Status kesehatan umum dulu sampai sekarang 3. Oral Hygiene 4. Faktor kebiasaan 5. Faktor pendidikan. 6. Faktor kepatuhan seseorang. 7. Ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang. 8. Faktor pendapatan. 9. Status sosial.
LI 1.3 Klasifikasi A. Klasifikasi karies gigi menurut G.V. Black 1. Kelas I Karies pada permukaan oklusal yaitu pada 2/3 occlusal, baik pada permukaan labial/lingual/palatal dari gigi geligi dan juga karies yang terdapat pada permukaan lingual gigi geligi anterior. 2. Kelas II Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi posterior termasuk karies yang menjalar ke permukaan oklusalnya. 3. Kelas III Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi anterior dan belum mengenai incisal edge. 4. Kelas IV Karies pada permukaan proximal gigi-geligi anterior dan telah mengenai incisal edge. 5. Kelas V Karies yang terdapat pada 1/3 cervikal dari permukaan bukal atau labial atau lingual palatinal dari seluruh gigi geligi. 6. Kelas VI Karies yang teradapat pada daerah incisal edge gigi anterior atau pada ujung cusp dari gigi posterior. Sumawinata, N. Senarai istilah kedokteran gigi inggris-indonesia. Jakarta: EGC
Singh,A. and M.Chaudhary. Essential of Pediatric Oral Pathology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2011
Sumber gambar : Gopikshna, V. Preclinical manual of conservative dentistry. New delhi: Elsevier; 2011
B. Berdasarkan luasnya kavitas 1. Simple cavity : terdapat hanya satu kavitas 2. Compound cavity : terdapat dua kavitas 3. Complex cavity : terdapat lebih dari dua kavitas. Sumawinata, N. Senarai istilah kedokteran gigi inggris-indonesia. Jakarta: EGC
Gopikshna, V. Preclinical manual of conservative d entistry. New delhi: Elsevier; 2011
C. Menurut G. J. Mount dan W. R. Hume: (Mount and Hume, 2005) 1. Berdasarkan site (lokasi):
Site 1: karies yang terletak pada pit dan fissure. Site 2: karies terletak di area kontak gigi (proksimal), baik gigi anterior maupun posterior.
Site 3: karies yang terletak di area servikal, termasuk enamel/permukaan akar yang terbuka. 2. Berdasarkan size (ukurannya):
Size 0: lesi dini.
Size 1: kavitas minimal dan masih dapat dilakukan perawatan remineralisasi.
Size 2: ukuran kavitas sedang, dimana masih terdapat struktur gigi yang cukup u ntuk dapat menyangga restorasi yang akan ditempatkan. Size 3: kavitas yang berukuran lebih besar, sehingga preparasi kavitas diperluas agar restorasi dapat digunakan untuk melindungi struktur gigi yang tersisa dari retak/patah. Size 4: sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur gigi seperti cusp/sudut insisal.
Gopikshna, V. Preclinical manual of conservative d entistry. New delhi: Elsevier; 2011
D. Berdasarakan kecepatan penyebarannya. 1. Karies akut Sering disebut Rampant Caries, sifatnya cepat merusak gigi. Biasanya dalam bentuk lesi dengan permukaan yang lunak, berwarna cerah pada mulut dan infeksius. Warna cerah pada pigmentasi eksentrik berarti terjadi pada waktu yang singkat. Rampant caries biasanya terjadi pada gigi desidui. 2. Karies kronik ( Arrested Caries) Karies kronik lambat, bisa menetap pada beberapa fase aktif. Fase lambat berasal dari periode ketika struktur gigi sudah terdemineralisasi, kemudian seiring waktu karena perubahan higienitas oral yang yang membaik terjadi remineralisasi. Setelah terjadi remineralisasi karies pun terhenti. Kondisi ini mungkin hanya terjadi pada beberapa lo kasi pada mulut dan lesi tidak berwarna dan keras. Lesi arrested enamel berwarna coklat sampai hitam dan keras. Lesi dentin biasanya terbuka dan dentin sclerotic atau eburnated dentin. Perlu diingat bahwa arrested caries dapar terjadi jika lesi karies belum mencapai pulpa. Gillmore,H.W, et al. Operative Dentistry 4th Edition. St Louis, Mosby; 1982 E. Berdasarkan waktu terjadinya 1. karies primer 2. Karies sekunder Karies sekuder terjadi pada hubungan dan restorasi dengan gigi dan bisa berkembang dibawah restorasi, biasa juga disebut dengan recurrent caries. Kondisi seperti ini berarti ada microleakage. Bersama dengan kondisi lain yang kondusif untuk karies. 3. Karies residual F. Berdasarkan Lokasi o Pit dan fissure caries o Smooth surface caries o Root cementum caries o Linear enamel caries Gopikshna, V. Preclinical manual of conservative dentistry. New delhi: Elsevier; 2011
G. Berdasarkan permukaan yang terkena o Mesial caries o Distal Caries o Buccal caries
Gopikshna, V. Preclinical manual of conservative dentistry. New d elhi: Elsevier; 2011 H. Berdasarkan besar penyebarannya 1. Incipient Caries (reversible caries) Sumber utama aktivitas karies pada enamel. Pada permukaan licin enamel lesi muncul putih kusam ketika udaranya kering dan mulai menghilang ketika dikeringkan. Lesi ini pada enamel yang dimineralisasi tidak menyebar pada DEJ dan permukaan enamel masih keras dan masih licin saat disentuh lesi dapat diremineralisasi biasanya putih kusam atau coklat kehitaman smpai hitam dan warna luarnya, permukaannya keras dan muncul pada saat kering atau basah. 2. Cavitated caries (non-reversible) Cavitated caries, permukaan enamel hancur (tidak licin), dan biasanya lesi mencapai dentin, biasanya tidak mungkin terjadi remineralisasi dan perawan dengan reparasi gigi dan restorasi merupakan indikasinya. Gillmore,H.W, et al. Operative Dentistry 4th Edition. St Louis, Mosby; 1982
I.
Berdasarkan stadium atau tingkat keparahannya 1. Karies superfisialis. Karies superfisialis adalah karies yang baru mengenai email, dentin belum terkena karies dan biasanya pasien belum merasakan sakit. 2. Karies media (moderate caries). Karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah dentin. Menyebabkan reaksi hiperemi pulpa, gigi biasanya ngilu, nyeri bila terkena rangsangan panas atau dingin dan akan berkurang bila rangsang dihilangkan. 3. Karies profunda ( severe caries). Karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan bahkan menembus pulpa. Menimbulkan sakit yang spontan.
Karies profunda stadium I Karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang pulpa belum dijumpai. Karies profunda stadium II Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi kavitas dengan pulpa. Biasanya telah terjadi radang pulpa. Karies profunda stadium III Pulpa telah terbuka, ditemukan bermacam-macam radang pulpa.
J. Menurut International Caries Detection Assassment System (ICDAS) 0 : Tidak ada atau ada sedikit perubahan pada enamel setelah gigi dikeringkan (5 detik)
1 : Terlihat perubahan warna pada enamel (hanya terlihat setelah gigi dikeringkan atau hanya terrlihat pada bagian pit & fissure) 2 : Terlihat perubahan yang berbeda pada enamel 3 : Ada kerusakan enamel berupa warna keputihan atau perubahan warna enamel (tanpa adanya tanda perubahan dentin) 4 : Ada perubahan warna dentin yang kehitaman 5 : Terlihatnya dentin akibat kavitas 6 : Terlihatnya dentin akibat kavitas yang luas (melibatkan lebih dari setengah p ermukaan)
Dena,J.F, et al. (2013). Risk Assessment and Oral Diagnostic in Clinical Dentistry. WileyBlackwell
LI 1.4 Sign and Symptom
LI 1.5 Mekanisme Proses karies dimulai sebagai suatu area demineralisasi karena hilangnya hidroksi apatif email, dentin dan sementum oleh asam. Asam (H+) terbentuk karena adanya gula (sukrosa) dan kuman dalam plak (coccus). Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa stain bakteri S. mutant , berperanan sangat penting sebagai penyebab terjadinya karies gigi. Dan hal itu mungkin, karena S. mutans mampu memproduksi senyawa glukan (atau juga disebut mutan) dalam jumlah yang besar dari sukrosa dengan pertolongan enzim ekstra selulair yang disebut Glucosyl transferase. Gula akan mengalami fermentasi oleh kuman coccus sehingga terbentuk asam H+. Daya kariogeniknya dari kuman tersebut timbul karena adanya produksi asam laktat oleh beberapa jenis bakteri asam laktat, dengan akibat pH cairan disekitar gigi tersebut menjadi rendah atau bersifat sangat asam. Kondisi dimana cukup kuat untuk melarutkan mineral-mineral dari permukaan gigi, sehingga gigi menjadi keropos. Reaksi dari asam (H+) dengan Hydroksi sebagai berikut : Ca10(PO4)6(OH)2 + 8H+ 10Ca++ + 6 HPO4 = 2H2O Hidroxyapatit Ion Hidrogen Kalsium Hidrogen Phospat Air Reaksi diatas secara terus menerus sehingga jumlah Ca (Calsium) yang lepas bertambah banyak lama kelamaan Ca akan keluar dari email. Proses terjadinya karies gigi diawali oleh terjadinya pelepasan kalsium pada em ail, sehingga menyebabkan terjadinya bercak putih (white spot ) pada permukaan gigi yang ditumpuki oleh plak. Apabila dibiarkan berlangsung terus white spot akan berkembang menjadi suatu lubang pada permukaan gigi. Jika tidak dilakukan perawatan maka proses karies akan
berjalan terus, menjalar sampai ke jaringan dentin dan akhirnya sampai ke jaringan pulpa. Kalau proses karies sampai ke jaringan pulpa maka lama kelamaan pulpa akan mati dan membusuk dan proses radang akan menjalar terus sampai ke tulang alveolar (Schuurs 1992).
Schuurs, A.H.B., 1992. Patologi Gigi-Geligi Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi. Alih Bahasa Sutatmi Suryo, Penerbit Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta. LI 1.6 Pemeriksaan Diagnosis dan Deteksi Karies 1. Pemeriksaan Klinis Secara Visual Pemeriksaan ekstraoral secara visual merupakan pemeriksaan awal untuk mengidentifikasi karies. Pemeriksaan pada jaringan keras pada umumnya dilakukan dengan bantuan sonde atau explorer , oleh karena itu biasa disebut dengan sondasi. Dengan bantuan sonde, kita dapat mengetahui adanya margin atau celah tepi pada restorasi,kedalaman karies, serta kedalaman pit dan fissure gigi. Sebelum mengidentifikasi karies, gigi harus dibersihkan dari sisa-sisa makanan dengan menggunakan excavator kemudian sonde dimasukkan ke dalam kavitas tanpa tekanan. Apabila tersangkut maka dapat dipastikan adanya karies dan dapat dipreparasi. Syarat pemeriksaan dengan sonde harus dilakukan tanpa tekanan untuk menghindari kesalahan diagnosis untuk menghindari perforasi (atap pulpa terbuka) untuk menghindari rasa sakit Stefanac, S. J., dan Nesbit, S. P., 2001, Treatment Planning In Dentistry, Ed. Ke-1, Mosby Elsevier, Philadelphia. 2. Pemeriksaan Penunjang Radiografi o Ultraviolet illumination o Fiberoptic Transillumination (FOTI) o Wavelenght dependent FOTI o o Digital Imaging FOTI