Karya Sastra Minang Kabau
Karya sastra Minangkabau adalah karya seni yang menggunakan bahasa Minangkabau Mi nangkabau sebagai mediumnya. Isinya membicarakan tentang manusia dan kemanusiaan, tentang hidup dan kehidupan masyarakat dan budaya Minangkabau. Ciri umum karya sastra Minangkabau: 1.
Menggunakan bahasa Minangkabau.
2.
Berlatarbelakang budaya Minangkabau.
3.
Berbicara tentang manusia dan kemanusiaan Minangkabau.
4.
Berbicara tentang hidup dan kehidupan masyarakat Minangkabau.
5.
Diwarnai oleh kesenian Minangkabau.
Di dalam berbagai karya sastra Minangkabau akan sangat banyak ditemukan kata-kata adat. Ragam kata-kata adat itu misalnya: o
Kato petatah
Yaitu kata-kata yang mengandung patokan hukum atau norma-norma yang bisa menjadi tuntunan kehidupan. Contoh : o
hiduik dikanduang adat
Kato petiti
Yaitu kata-kata yang bisa menjadi jembatan atau jalan j alan yang bisa ditempuh dengan lebih baik untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Kato petiti digunakan digunakan untuk menjelaskan kato petatah. Contoh :
adaik hiduik tolong-manolong, adaik mati janguak-manjanguak
adaik lai bari-mambari, adaik tidak basalang tenggang karajo baiak baimbauan, karajo buruak bahambauan (kato petiti untuk menjelaskan “hiduik dikanduang adat”) o
Mamangan
Yaitu kalimat yang mengandung arti sebagai se bagai pegangan hidup, sebagai anjuran ataupun larangan. Contoh :
anak dipangku, kamanakan dibimbiang (anjuran)
gadang jan malendo, cadiak jan manjua (larangan) o
Pituah
Yaitu kalimat yang mengandung ajaran nasihat yang bijaksana. Contoh :
bakato marandah-randah, mandi di ilia-ilia
lamak dek awak, katuju dek urang o
Pameo
Yaitu kalimat yang jika dilihat artinya tampak berlawanan, bahkan tidak mungkin terjadi. Contoh : o
duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang
Kieh
Yaitu kata-kata kiasan yang berisi sindiran. Contoh : amuah!”
“ndeh, kuciang ko, banyak bana makan, manangkok mancik indak
Karya sastra Minangkabau dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu puisi dan prosa. o
Puisi
# Pasambahan adat
>>
# Pantun
>>
terdiri dari sampiran dan isi
# Talibun
>>
pantun yang terdiri dari 6 – 12 baris
# Seloka
>>
pantun 4 baris yang terdiri dari beberapa untai
# Gurindam
>>
saripati kata yang tersusun dalam 2 dan 4 baris
# Tambo
>>
sejarah yang dituangkan dalam bahasa sastra Minangkabau
# Kaba >>
cerita-cerita yang mengandung nilai moral
o
teks pidato yang menggunakan gaya bahasa sastra
Prosa
karya sastra minagkabau
PENGERTIAN KARYA SASTRA
Karya sastra adala karya seni, yang dapat memberi kepuasan bagi penikmatnya. Karya sastra diungkapkan melalui bahasa. Jadi, karya sastra adalah karya seni yang mengungkapkan bahasa sebagai medium (alat penyampaiannya). Karya sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang manusia dan kemanusiaan. Melalui karya sastra dapat dilihat penderitaan manusia, kebahagiaannya, perilaku manusia dengan segala aspeknya, dan segala hal yang menyangkut dengan sifat-sifat manusia. Bahkan, budayanya dalam satu kurun tertentu dapat dilihat di dalam karya sastra. Karya sastra Minangkabau adalah karya seni yang menggunakan bahasa Minangkabau sebagai mediumnya. Isinya berbicara tentang masyarakat Minangkabau, tentang budaya Minangkabau, tentang orang-orang yang hidup di Minangkabau dengan segala tingkah lakunya. Melalui karya sastra Minangkabau dapat dibaca budaya minangkabau. Kebiasaankebiasaan, adat istiadat, tata pergaulan, dan falsafah yan dianut masyarakatnya dapat dilihat di dalam karya sastranya. Oleh karena itu, karya sastra juga disebut sebagai gambaran kehidupan masyarakat pada kurun waktu dan daerah tertentu. Kesusastraan Minangkabau dapat dibagi atas dua jenis, yang berdasarkan penggunaan bahasanya. Yaitu prosa dan puisi. JENIS KARYA SASTRA MINANGKABAU 1. Karya Sastra Puisi
Puisi merupakan karya sastra yang diungkapkan dengan bahasa terikat, yang dapat dilihat pada irama, baris, dan baitnya. Karya sastra puisi Minangkabau biasanya berbentuk pantu Pantun, pasambahan, alua, dan pidato adat.
Pantun adalah puisi yang terdiri dari kalimat yang berirama a-b a-b. Karena itu, pantun umumnya memiliki baris dengan jumlah genap yang terdiri dari dua, empat, enam, delapan, sepuluh, dan dua belas. Setengah dari baris pantun disebut dengan sampiran dan setengahnya merupakan isi. Namun, pada pantun Minangkabau, sampiran mempunyai makna sejajar dengan isinya. Pantun di minangkabau sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, menjadi bungo dalam kaba, menjadi hiasan dalam pidato, dan dijadikan lirik dalam lagu-lagu Minangkabau. Contoh pantun: Kok upiak pai ka ladang
Baok rotan ka tali timbo Kok upiak kini lah gadang Adat sopan nan ka dijago O, upiak rambahlah paku Nak tarang jalan ka parak O, upiak ubahlah laku Nak sayang urang ka awak Macam-macam pantun:
• Berdasarkan jumlah isinya: pantun dua baris, empat baris, enam baris, delapan baris, sepuluh baris, dan dua belas baris. Pantun yang terdiri dari enam sampai dua belas baris sering disebut dengan talibun, yang banyak ditemukan dalam karya sastra Minangkabau. • Berdasarkan isinya: pantun adat, pantun tua, pantun muda, pantun suka, pantun duka. Berdasarkan keterkaitan antar baris dalam pantun: seloka dan gurindam. Seloka adalah pantun empat baris yang terdiri dari beberapa untai dengan tiap untai pantun berhubungan dengan unti berikutnya. Biasanya baris kedua dan keempat disisipkan menjadi baris pertama dan ketiga pada untai berikutnya. Gurindam merupakan pantun yang tidak mempunyai sampiran, tetapi langsung masuk kepada kandungan isi yang dimaksudnya, yaitu kandungan isi yang menjadi tujuan pantun. Gurindam dapat terdiri dari dua baris sampai dengan dua belas baris. Contoh gurindam dua baris; Awa diingek akia indak Alamaik badan nan ka rusak Pasambahan
Pasambahan merupakan rangkaian puisi panjang yang biasanya dilantunkan untuk acara-acara pertemuan resmi, acara syukuran, perhelatan. Pasambahan ini biasa juga dilantunkan secara bersahut-sahutan. Pidato
Sama dengan pasambahan, pidato adalah rangkaian puisi panjang yang dibawakan ketika acara-acara penting.
2. Karya Sastra Prosa
Prosa Minangkabau pada mulanya diungkapkan secara lisan. Setelah aksara Arab dikenal masyarakat Minangkabau, prosa ditulis dalam aksara Arab yang kemudian dikenal dengan tulisan Arab Melayu. Ketika Aksara Latin dikenal pula, prosa itupun disalin dalam tulisan tersebut. Bentuk-bentuk prosa Minangkabau: Tambo
Tambo merupakan uraian sejarah dan perjalanan adat yang dituangkan ke dalam karya sastra. Tambo adalah prosa Minangkabau yang paling penting dengan menggunakan bahasa Minangkabau klasik atau kuno. Tambo tidak hanya menghimpun peristiwa sejarah, namun juga merekam suasana dan keberadaan alam minangkabau dengan segala dinamika masa lalu. Kaba
Kaba merupakan bentuk prosa Minangkabau yang umum, yang berbentuk rangkaian cerita. Cerita dalam kaba pada umumnya bertujuan sebagai sarana hiburan, atau pelipur lara. Kaba digolongkan menjadi dua: Kaba Klasik
•
Kaba klasik adalah rangkaian cerita yang diangkat dari hikayat. Contoh dari kaba klasik misalnya kaba Malin Deman, Anggun Nan Tongga, Si Umbuik Mudo, dll. Kaba klasik juga bisa berupa rangkaian cerita yang diangkat dari cerita yang mempunyai hikayat. Contohnya: kaba Sabai Nan Aluih, Talipuak Layua, Tupai J anjang, Cindua Mato, dll. Kaba Baru
•
Kaba baru adalah rangkaian cerita yang diciptakan untuk permainan randai. Randai telah mengalami pembaruan, unsur cerita menjadi bagian utama dari acara randai. Pembaruan ini dilakukan oleh seniman-seniman randai daerah Luhak Lima Puluh Kota atau masyarakat randi di sekitar Payakumbuh. Dengan menempatkan cerita sebagai bagian utama, banyak cerita-cerita baru yang dikarang. Cerita untuk randai inilah yang disebut sebagai kaba baru. Contoh kaba baru: Si Marantang, Siti Rabiatun, Santan Batapih, Angku Kapalo Sei Teleng, dll. NILAI-NILAI KEINDAHAN (ESTETIKA KARYA SASTRA MINANGKABAU) 1. Rujukan Konsep Keindahan
Unsur keindahan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah karya sastra. Keindahan menyangku masalah rasa. Sedangkan perasaan, antara seseorang dengan
orang lainnya tidaklah sama. Akibatnya, sampai sekarang belum ada ukuran objektif tentang keindahan yang dapat diterima oleh seiap orang. Meskipun mengukur keindahan itu rumit, namun keindahan itu diakui keberadaannya. Keindahan itu dapat dirasakan, namun sulit untuk mengungkapkannya. Itulah sebabnya maka keindahan tetap perlu dibicarakan. Menurut Thomas Aquino, seorang ahli sastra mengemukakan keindahan itu mengandung tiga syarat; • Keutuhan atau kesempurnaan. • Keselarasan bentuk atau keharmonisan. • Kejelasan atau kecemerlangan. Menurut J. Grace ahli sastra lainnya, keindahan itu mempunyai tiga ciri atau unsur pokok: • Keterpaduan(integrity) • Keselarasan(harmony) • Kekhasan(induviduation) 2. Keindahan dalam Karya Sastra Puisi Minangkabau
Karya sastra puisi memiliki keindahan yang setara dengan karya lainnya, hal ini karena gaya bahasa ataupun bahasa yang digunakan adalah sama. Apabila diresapi banyak sampiran memiliki kekuatan metafora(simbol tentang perlunya kegigihan dalam berusaha). Kekuatan puisi Minangkabau maknanya menukik kian dalam serta bahasanya enak diucapkan. Contohnya: Lauik ditimbo mungkin kariang Gunuang diruntuah amuah data Dek samuik lah runtuah tabiang Apolai dek manusia nan baraka Keterkaitan, keharmonisan dan kelarasan kata-kata dan perumpamaan yang dipakai menghasilkan suasana jiwa yang khas saat meresapinya. 3. Keindahan dalam Karya Sastra Prosa
Keindahan karya sastra prosa terletak pada keragaman isi yang dikandungnya serta bahasa yang digunakan tidak kaku dan tidak bermakna sempit. Perumpamaan yang
dipakai dalam prosa sering membuat orang terjebak dalam memahaminya, seakan-akan penggubah prosa mengada-ada. Perumpamaan yang terdapat pada prosa Minangkabau berisi tentang sistem kemasyarakatan yang dicita-citakan nenek moyang orang Minangkabau. Yaitu sistem kemasyarakatan yang mencontoh pada sistem kemasyarakatan Cina yang bersuku-suku, yang memiliki landasan intelektual seperti orang romawi, serta betumpu pada gaya kepemimpinan Sultan Iskandar Zulkarnain yang mengutamakan persatuan dalam menebar kebaikan dan ketentraman, dengan memerangi kemusyrikan dan kekafiran. Jadi bahasa tambo tidaklah berupa doktrin. Namun bahasa tambo hanya mengarahkan akal pikiran, sesuai dengan fasafah “Alam Takambang Jadi guru”. Artinya, tambo tidak hanya mengungkapkan tentang sebuah konsep atau peristiwa, namun lebih jauh ia juga menyajikan penggambaran latar belakang sebuah konsep tau peristiwa yang diungkapkan. Tambo juga dihiasi dengan berbagai ragam bahasa sastra Minangkabau seperti petatah, petitih, pituah, mamangan, pameo, kias, lengkap dengan pantun, seloka, dan gurindam. NILAI MORAL DALAM KARYA SASTRA MINANGKABAU 1. Nilai Moral dalam Karya Sastra Puisi
Nilai-nilai moral dalam karya sastra puisi Minangkabau dapat ditemukan dalam sejumlah pantun ataupun pasambahan. Nilai-nilai moral ini terutama mengandung ajaran tentang perlunya membina budipekerti. Contohnya: Nan kuriak iyolah kundi Nan merah iolah sago Nan baiak iolah budi Nan indah ioah baso Pantun ini mengandung nilai-nilai moral yang sangat tinggi. Dengan mengingatkan masyarakat agar dalam kehidupan ini selalu mengutamakan budi pekerti yang baik.Pantun juga mengisyaratkan agar manusia dalam hidupnya membiasakn diri untuk memakai bahasa yang terbaik dan indah.dapat diwujudkan dengan bertingkah laku,cara bersikap dan berbicara dengan penuh rasa santun. Jadi nilai-nilai moral yang terkandung pada pantun tersebut bertujuan untuk mendidik masyarakat.Yaitu mendidik agar dalam segala bentuk dan perilakunya untuk mencapai tujuan hidup,manusia perlu mengutamakan kehidupan yang senantiasa menghayati dan menjaga budi pekerti yang baik.
2. Nilai Moral dalam Karya Sastra Prosa Minangkabau
Karya sastra rosa Minangkabau juga mengandung nilai-nilai moral yang tinggi.Hampir tidak jauh berbeda dengan nilai moral yang terdapat pada puisi Minang,hanya saja berbeda dalam bentuk dan cara penyampaiannya. CIRI-CIRI KARYA SASTRA MINANGKABAU 1. Karya Sastra Prosa
Adat Minangkabau pada hakikatnya adalah suatu susunan peraturan hidup yang diatur dengan kata-kata. Kata-kata yang dimaksudkan di sini adalah falsafah hidup orang minangkabau yang dikenal sebagai falsafah alam takambang jadi guru. Kata-kata yang dipakai dalam karya sastra minangkabau adalah kata-kata pilihan yang dirangkai sedemikian rupa sehingga bahasanya menjadi indah dan kaya dengan makna. Keindahan dalam bahasa memberikan keindahan bagi jiwa. Sedangkan maknanya mengandung pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan. Kata-kata dalam karya sastra Minangkabau sangat beragam dan umumnya memiliki makna yang bersayap. Kaya dengan perumpamaan dan kiasan. Sehingga karya sastra Minangkabau tidak hanya memiliki makna seperti yang tersurat, tetapi juga banyak makna yang tersirat. Akibatnya, bahasa dalam karya sastra Minangkabau tidak bisa langsung ditafsirkan begitu saja. a. Kebahasaan Karya Sastra Prosa
Karya sastra prosa Minangkabau lebih terlihat sebagai penggambaran usaha orang Minangkabau dalam memahami alam semesta yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan. Sesuai dengan falsafah alam takambang jadi guru. Tambo adalah karya sastra prosa yang paling khas di Minangkabau, karena bahasanya memiliki nilai sastra yang tinggi, sehingga orang sulit untuk memahaminya. Perbendaharaan bahasa yang terdapat dalam tambo adalah bahasa Minangkabau klasik, karena itu bahasa tambo penuh dengan simbol-simbol dan kode-kode bahasa yang sifatnya semu, bersayap dengan seribu makna yang dikandungnya. Bahasa tambo mencerminkan perwatakan orang Minangkabau yang sangat idealis, yang kaya dengan imajinasi dan mengutamakan rasa. Bentuk karya sastra prosa Minangkabau terpenting lainnya adalah kaba, yang juga merupakan produk yang sangat khas dari kesusastraan Minangkabau. Kekhasan dari kaba yakni bentuk bahasanya yang liris dan ungkapan-ungkapan yang plastis serta menggunakan banyak pantun di dalamnya. Bahasa kaba umumnya mempunyai susunan yang tetap, yaitu empat buah kata dalam sebuah kalimat serta ungkapan-ungkapannya juga tetap, terutama dalam mengisahkan suatu peralihan peristiwa, waktu, dan suasana.
Sebagian ada juga yang terdiri dari tiga kata bila kalimat itu bersuasana penegasan. Bentuk dan tingkah laku orang pun diungkapkan dengan bahasa klise. b. Isi Karya Sastra Prosa
Tambo berisi dua hal penting, pertama uraian sejarah, kedua perjalanan adat. Tambo bisa dikategorikan sebagai berikut: Cerita rakyat
•
Mengungkapkan tokoh-tokoh dan peristiwa masa lalu yang hadir karena dorongan untuk menyampaikan pesan atau amanat tertentu. Dongeng atau hikayat
•
Menceritakan peristiwa aneh dan menakjubkan tentang kehidupan manusia serta menceritakan tentang asal usul suatu negeri. Sastra kitab dan sejarah
•
Berisi cerita rekaan yang mengandung nilai-nilai sejarah yang bisa dibuktikan seara ilmiah. Prosa undang-undang
•
Berisi tentang ketentuan-ketentuan dan hukum adat Minangkabau. Karya sastra prosa kaba tidak serumit tambo, karena isi cerita berupa cerita pelipur lara, namun tetap memberikan suatu nilai ajaran tentan kepribadian yang luhur. Kaba banyak berisi pantun serta falsafah, yang dituangkan dalam petatah, petitih, pituah, mamangan, dll yang mengambil bentuk ungkapan dari bentuk, sifat, dan kehidupan alam. c. Tema Karya Sastra Prosa
Tema adalah gagasan utama (landasan) dalam sebuah karya. Unsur dari tema adalah pokok permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai pengarang melalui karya sastra tersebut. Pokok permasalahan adalah persoalan utama yang menjadi inti keseluruhan cerita pada karya tersebut. Tujuan yang ingin dicapai pengarang adalah amanat tertentu yang mencerminkan kesan pembaca dan jalan cerita yang disajikan pengarang kepada pembaca. Untuk mengetahui tema sebuah karya sastra prosa seperti kaba, kita perlu menjawab pertanyaan berikut ini: • Siapakah yang menjadi tokoh utama dari karya sastra tersebut? • Apa yang menjadi keinginan atau motivasi tokoh utama itu?
• Apakah masalah yang dihadapi tokoh utama tersebut? • Apakah jalan keluar yang diambilnya? Jadi, pola tema cerita kaba hampir sama yaitu pertentangan antara kebaikan dan keburukan, dimana akhirnya kebaikan akan selalu keluar menjadi pemenang.
2. Karya Sastra Puisi a. Kebahasaan Karya Sastra Puisi
Puisi Minangkabau umumnya berbentuk pantun dan pasambahan. Pantun Minangkabau berbeda dengan pantun melayu lainnya. Pantun Minangkabau memiliki makna yang lebih dalam dibanding dengan bagian yang bukan sampiran. Jadi, sampiran pada pantun Minangkabau tidak sekedar pemanis irama kata belaka. Tidak ada kata-kata yang mubazir dalam pantun ini karena bahasanya saling mendukung serta baris ketiga dan keempat yang lebih lugas dapat menjadi pengantar yang pas untuk memahami pameo yang menjadi sampiran. Contoh: Tagangnyo tajulai-julai Kanduanyo badantiang-dantiang Hati lapang paham salasai Cukuik syarat kato jo rundiang Pasambahan adat adalah satu bagian dari puisi, yang lebih menyerupai teks pidato dengan menggunakan gaya bahasa sastra, sehingga sering disebut pidato pasambahan. Gaya bahasa pasambahan adat hampir sama dengan gaya bahasa kaba dan pantun. Kalimat dalam pasambahan adat panjang-panjang dengan setiap kalimat mempunyai banyak anak kalimat. Pasambahan adat lebih banyak berisi bahasa hukum, undangundang, ajaran moral dan sebagainya. Pidato pasambahan atau pasambahan adat biasanya dilakukan dengan bersahut-sahutan. Pasambahan adat merupakan suatu dialog adat tentang hal-hal yang terkandung di dalam upacara adat. b. Isi Karya Sastra Puisi
Isi dari karya sastra puisi minangkabau sangat beragam. Pantun adat yaitu pantun yang biasanya digunakan dalam pasambahan adat dengan isi berupa kutipan dari undangundang, hukum, tambo, dsb. Misalnya seperti pantun berikut i ni: Gantang di bodi caniago Cupak nan di koto piliang
Adat mamakai syarak mangato Tujuan satu indak basimpang Pantun tua yaitu pantun yang berisi nasehat dari orang tua kepada orang muda.misalnya: Kok buyuang ka pai mandi Mandilah di tapi lauik Kok indak mandi di pantai Elok mandi di hulu-hulu Mandi bakusuak daun pagaran Kok buyuang mancari kanti Carilah urang patuik-patuik Kok indak urang nan pandai Elok dicari anak panghulu Urang batunjuak baajaran Pantun muda yaitu pantun yang isinya biasa digunakan dalam pergaulan muda-mudi, misalnya: Kalupak ambiak ka timbo Panimbo aia nan taganang Jo kida hapuih aia mato Jo suok jawek kasiah sayang Pantun suka atau pantun jenaka yaitu pantun yang isinya berupa ejekan, bahan tertawaan, atau teka-teki. Contoh: Hilia padati Batang Gadih Panuah muatan kayu kalek Maliek arancak anak gadih Mudo paratian hati pak gaek Pantun duka adalah pantun yang berisi ungkapan perasaan duka dan rasa sedih. Contoh:
Luruih jalan ka Cubadak Basimpang jalan ka Kumpulan Babelok lalu ka Palupuah Ibaraik api mamakan dadak Diluanyo indak mangasan Di dalam hanguih hancua luluah Jadi ciri-ciri karya sastra minangkabau dapat diungkapkan sebagai berikut: • Menggunakan bahasa minangkabau. • Berlatar belakang budaya minangkabau • Berbicara tentang manusia dan kemanusiaan minangkabau • Berbicara tentang hidup dan kehidupan masyarakat minangkabau • Diwarnai oleh kesenian minangkabau PETATAH DAN PETITIH 1. Pengertian dan Fungsi Petatah
Asal kata pepatah adalah “tatah”, artinya pahatan atau patokan atau tuntunan. Jadi, petatah adalah kata-kata yang berisi norma-norma yang bisa menjadi tuntunan kehidupan manusia sehari-hari. Petatah mengandung banyak pelajaran kehidupan diantaranya menjaga hubungan antar sesama masyarakat, mengerti dengan hak dan kewajibannya, dan menggunakan pikiran secara arif dan bijaksana sehingga kehidupan menjadi lebih tentram dan bahagia. Jadi, fungsi petatah yaitu : mengatur hubungan antra manusia, antra manusia dengan alam dan antra manusia dengan lingkungan sosialnya. Berfungsi sebagai hukum dasar atau patokan utama dalam masyarakat Minangkabau Contoh petatah “ Hiduik dikanduang adat “ 2. Pengertian dan Fungsi Petitih
Kata petitih berasal dari kata titi, atau titian, yaitu jembatan sederhana yang terbuat dari bambu atau kayu yang digunakan untuk menyebrangi sungai. Jadi kata petitih bisa diartikan sebagai aturan yang mengatur pelaksanaan adat dengan seksama.Ia merupakan peraturan operasional, pertauran pelaksanaan adan batasan pertauran di dalam
masyarakat. Yang berfungsi untuk pertauran pelaksanaannya. Jadi antara petatah dan petitih memiliki hubungan atas bawah (hirarkris). Contoh petitih “ Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak manjanguak, Adat lai bari mambari, Adat indak basolang tenggang, Kaba baiak baimbauan, Kaba buruak bahamabauan “
3. Ajaran Dalam Pepatah dan Petitih
Di dalam petatah dan petitih akan terdapat jaran. Ajaran itu mencakup segala aspek kehidupan masyarakat Minangkabau. Ajaran itu pada hakikatnya berhubungan dengan kehidupan orang Minangkabau sebagai individu, kehidupan orang Minangkabau dalam bermasyarakat, dan kehidupan orang Minangkabau menurut fungsinya di dalam masyarakat. Banyak petatah Minangkabau yang menuntun kehidupan individu (pribadi) seseorang. Setiap individu orang Minangkabau di arahkan untuk berbuat baik, untuk berbudi luhur, dan untuk berjasa kepada orang lain. Hal itu misalnya terungkap dalam petatah berikut: Pulai Batingkek Naiak, Maninggakan Rueh jo Buku, Manusia bapangkek turun, Maninggakan namo jo jaso. Harimau mati maninggakan balang, Gajah mati maninggakan gading, Manusia mati maninggakan jasa. Petatah di atas mengungkapkan, setiap individu hendaklah berbuat baik. Perbuatan baik itu bukan hanya akan berguna bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain. Jika pada saatnya individu telah tiada, ia telah meninggal, orang akan mengingat nama dan
jasanya. Hal itu memberi dorongan kepada setiap individu di Minangkabau untuk berusha semaksimal mungkin. Hasil husahanya itu kelak bukan saja berguna bagi diri dan keluarganya, tetapi juga bagi orang lain. Perhatikan lagi petatah berikut : Nan kuriak iyolah kundi, Nan merah iyolah sago. Nan baiak iyolah budi, Nan indah iyolah baso. Pulau pandan jauh ditangah, Dibaliak pulau angso duo. Hancur badan di kandung tanah, Budi baiak takana juo. Batang aua- palantak tungku, Pangkanyo sarang sipasan, Ligundi di sawah ladang, Sariak indak babungo lai. Mambuhua kalau mambuku, Mauleh kalau mangasan, Budi kalau kalihatan, Hiduik indak baguno lai. Pantun petatah di atas mengungkapkan betapa pentingnya budi dalam kehidupan individu. Budi menjadi sesuatu yang utama dan amat penting dalam kehidupan. Orang berbudi, keberadaanya selalu mendapat pengakuan masyarakat. Petatah dan petitih memberikan ajaran cara hidup bermasyarakat itu. Barek samo dipikua, Ringan samo dijinjing, Ka bukik samo mandaki, Kalurah samo manurun,
Nan ado samo di makan, Nan indak samo dicari, Saciok bak ayam, Sadanciang bak basi. Malompek samo patah, Manyaruduak samo bungkuak, Tatungkuik samo makan tanah, Tatilantang samo minum ambun, Tarandam samo basah, Tarapung samo anyuik. Seseorang pemimpin juga diberi panduan oleh petatah dan petitih. Pemimpin di Minagkabau tidak boleh sembarangan, tidak boleh semena-mena. Ia harus menurut ketentuan yang berlaku, ketentuan yang telah ditetapkan oleh garis dan alur adat. Dalam petatah dan petitih diungkapkan: Tumbuhan karano ditanam, Tinggi karano dianjuang, Gadang karano diamba, Mulia karano dijunjung, Bukanyao titiak dari langik, Bukanyo mambasuaik dari bumi. Keberadaan seorang pemimpin di Minangkabau karena di buat, tidak datang dengan sendirinya. Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaklah selalu menyadari keberadaannya. Ia harus memperhatikan tanggung jawabnya kepada yang dipimpinnya. Selain itu harus arif dan bijaksana dalam melaksanakan tugas kepemimpinan. Seperti diungkapkan: Ingek jo runciang nan kamancucuak, Ingek jo dahan kamaimpok, Ingek jo unak kamanyangkuik,
Tahu jo ombak nan basabuang, Tahu jo angin nan basiru, Ingek ujung jo pangka, kok manganai, Ingek-ingek nan diateh kok maimpok, Tirih kok datang dari lantai. Dalam melaksanakan kepemimpinannya, seorang pemimpin di Minangkabau memiliki jenjang dan alur yang jelas. Kamanakan barajo ka mamak, Mamak barajo ka panghulu, Panghulu barajo ka mufakat, Mufakat barajo ka nan bana, Bana badiri sandirinyo, Bana manuruik alua jo patuik, Manuruik patuik jo mungkin.