MAKALAH AGAMA KRISTEN PROTESTAN
KONSEP TENTANG DOSA
Disusun Oleh :
Nama : Graceby Limbong
NPM : E1D013077
Fakultas/Prodi : Pertanian/Agribisnis
Mata Kuliah : Agama Kristen Protestan
Dosen : Pdt. Yansen Hasibuan, S.Th
UNIVERSITAS BENGKULU
BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Siapakah yang mengerti dosa? Dosa yang sudah menguasai seluruh dunia. Bagaimana manusia yang dikuasai dapat mengerti kuasa yang membelenggu mereka? Manusia yang jatuh tidak mengetahui betapa tidak berdayanya mereka di bawah kuasa dosa. Melalui penerangan Kitab Suci, umat Kristen percaya bahwa semua manusia telah berdosa. Akan tetapi seringkali kita mengungkapkan pernyataan ini begitu saja tanpa merenungkan arti yang sebenarnya. Kita meremehkan dosa dan kuasanya yang menakutkan. Banyak orang Kristen sekarang yang bahkan tidak dapat membedakan dosa dari buah dosa, walaupun perbedaan ini sangat penting.
Kurangnya pengertian ini telah mengakibatkan banyak kesalahan aplikasi, baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Bahkan seringkali sekalipun orang-orang Kristen memiliki pengertian dosa yang benar secara "teori", saat menerapkannya mereka menjadi tidak konsisten dan kadang-kadang berlawanan arah, seakan-akan mereka tiba-tiba mempunyai presaposisi yang berbeda ketika berurusan dengan "praktek". Ternyata memang mudah memisahkan pengetahuan dari aplikasi. Hmm… kontradiksi ini pun merupakan salah satu akibat dosa. Maka sangatlah perlu direnungkan bagaimana pengertian akan doktrin dosa yang benar dapat diterapkan secara konsisten di dalam hidup kita sehari-hari dan pandangan kita terhadap kebudayaan, sistem, dan semua aspek penting dalam kehidupan manusia.
Kita sering berdoa agar Tuhan mengampuni dosa kita dan kita memanggil orang-orang untuk percaya kepada Yesus Kristus dan bertobat dari dosa mereka. Tetapi di dalam rutinitas hidup, kita sepertinya tidak percaya bahwa kita adalah orang berdosa. Kita mengakui bahwa semua manusia sudah berdosa dan tidak ada yang benar, tidak ada yang baik, akan tetapi kita masih menganggap anak kesayangan kita adalah seorang malaikat yang innocent. Kita berkhotbah bahwa upah dosa adalah maut, akan tetapi kita tidak dapat menerima kenyataan ketika seseorang yang kita kasihi, yang juga manusia berdosa, meninggal dunia. Kita mengatakan bahwa tanah telah terkutuk karena dosa, dan kita harus berjerih payah seumur hidup untuk mencari nafkah dan tanah akan menghasilkan semak duri, akan tetapi kita masih bingung kok hidup ini susah sekali dan masih mengharapkan segala sesuatu berjalan lancar sesuai kemauan kita. Kita percaya ini adalah dunia yang sudah jatuh tetapi kita masih berasumsi dunia ini adalah sorga. Apakah kita benar-benar percaya kita adalah manusia berdosa dan dunia ini sudah jatuh? Seringkali pengharapan kita dan perlakuan kita terhadap kehidupan di dunia ini bertolak belakang dengan pengakuan iman kita.
Tidak banyak orang Kristen yang hidup konsisten sesuai dengan pengertian yang benar akan dosa dan dengan kesadaran akan kenyataannya. Bahkan yang mengerti pun cenderung hanya membatasi pengertian dan aplikasi kepada kehidupan pribadi dan lingkungan mereka. Sebenarnya yang lebih serius adalah cengkeraman dosa atas sistem dan kebudayaan masyarakat. Dosa perorangan memang serius, akan tetapi yang lebih menakutkan adalah ketika dosa menguasai sedemikian rupa ke dalam sistem dan kebudayaan sehingga orang-orang seakan-akan tidak dapat mencari nafkah jika mereka tidak ikut melakukan dosa. Dalam keadaan yang seperti ini, hal-hal yang salah "terpaksa" dilakukan. Lambat laun, orang-orang menjadi ahli dan terbiasa melakukan hal-hal yang salah. Mereka tidak lagi merasa bersalah karena mereka sepertinya tidak ada pilihan lain dalam sistem yang demikian.
Misalnya, kelemahan sistem di Indonesia sudah melahirkan sebuah kebudayaan yang malas dan menerima penyuapan. Ada terlalu banyak contoh bagaimana hukum dapat dimanipulasi dengan mudah di Indonesia, dari masalah-masalah kecil sampai masalah-masalah besar. Dengan kondisi sistem dan budaya sudah seperti ini, sangat sulit dan kadang-kadang hampir tidak mungkin bagi seseorang untuk menjalankan pekerjaannya kalau ingin menaati hukum yang tertulis. Kebudayaan yang seperti ini menyebabkan masyarakat kehilangan harapan dan hormat terhadap hukum.
Tujuan Penulis
Memberikan pengertian arti dosa secara kehidupan sehari-hari dan sesuai dengan perjanjian lama dan baru
Memberikan wawasan tentang wujud dosa dalam ruang lingkup sosial dan lingkungan kampus
Memberikan gagasan dosa dalam kerusakan hubungan manusia dengan Allah
Rumusan Masalah
Mampu mendefenisikan apa itu dosa ?
Menguraikan wujud dosa pada perjanjian lama ?
Menguraikan pengalaman dunia sosial dalam sogokan lingkungan kampus, apakah lobi-lobi dengan negosiasi dosen adalah perbuatan dosa ?
Menguraikan apa akibat dari kerusakan hubungan manusia dengan Allah ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apa itu Dosa ?
Artinya, adalah tidak memperhatikan peraturan (norma, kaidah, hukum) yang diadakan atau difirmankan Tuhan, sehingga terjadilah perbuatan-perbuatan sebagaimana yang disebut dalam istilah-istilah tersebut. Secara teologis, dosa adalah tidak bersih, kegagalan memegang norma, (msl Sodom dan Gemora: Kej. 18:20). Namun, semuanya itu berakar dari kelalaian lalu berkembang menjadi kesalahan (Ayub:15:5, 20:7) melawan Tuhan (1Raja. 12:9, 2Raja:8:20), pemberontakan terhadap hukum Tuhan (hosea 8:1). Akibat dari dosa, munculnya rasa malu, rasa bersalah, dan rasa takut. Oleh karena itu, dosa merupakan karakter manusia yang telah jatuh (Kej. 3).
2.2 Bagaimana Wujud dosa dalam perjanjian lama ?
2.2.1 Hatta
Kalau kita melihat istilah yang dipakai dalam bahasa Ibrani adalah "hatta". Istilah ini berarti jatuh dan mengurangi standard dari Tuhan yang suci (falling short of the standard of God). Jadi Allah telah menetapkan suatu standard. Pada waktu kita lepas, kita turun dari standard yang ditetapkan oleh Allah, itu disebut "hatta" (dosa), sehingga sebaiknya kita mengerti istilah dosa, bukan dengan cara dunia dalam pengertian hukum. Waktu berbicara tentang hukum berarti secara tidak sadar mereka sudah menyetujui bahwa fakta dosa sudah ada di dalam dunia.
Perkembangan yang terakhir, baik di Sorbone University di Paris, sebagai sekolah yang terbesar dan terkenal di dunia Latin, maupun di beberapa sekolah yang tertinggi di Amerika seperti Harvard dan Yale University, menunjukkan bahwa mereka berusaha untuk mencairkan atau berusaha untuk mengurangi konsep-konsep tentang keseriusan dosa. Meskipun demikian mereka tidak mungkin menolak bahwa fakta dosa itu memang ada di dalam dunia. Berdasarkan pengertian akan fakta dosa secara serius, maka agama mempunyai tempat dan akar yang cukup kuat dan tidak mungkin dapat dicabut oleh kebudayaan manapun.
Dosa merupakan suatu fakta dan dalam pengertian hukum dunia adalah pelanggaran terhadap sesuatu yang sudah secara perjanjian bersama (konsensus) ditetapkan oleh ahli-ahli hukum agar menjadi patokan untuk mengatur hidup sosial dan etika dalam masyarakat. Jikalau ahli-ahli hukum sudah menyetujui secara konsensus lalu mencantumkan di dalam hukum suatu negara, maka apa yang dicantumkan itu menjadi standard negara itu. Barangsiapa berbuat sesuatu yang melanggar konsensus yang dicatat dalam hukum itu, disebut dosa. Di sini saya melihat kelemahan dari semua negara, semua hukum dari dunia ini ialah mereka hanya sanggup melihat dosa dari aspek yang paling rendah yaitu kelakuan yang salah.
Sekali lagi, meskipun dalam hukum ditentukan perbedaan hukuman atas kesalahan berencana atau yang tidak berencana, tetapi tidak ada suatu hukum yang bisa langsung menghukum orang yang mempunyai niat atau rencana di dalam hati namun belum melakukan sesuatu di luar. Maksudnya, jikalau seseorang mempunyai hati yang ingin mencuri, tidak ada hukum di dunia yang boleh langsung memenjarakan dia, kecuali dia sudah melaksanakannya. Dengan demikian di seluruh dunia, pengertian hukum dan keadilan hanyalah dapat mengerti dosa di dalam hal yang superficial (yang tampak di permukaan). Dunia hanya mengerti dan menetapkan dosa berdasarkan sesuatu perbuatan yang dianggap melanggar suatu konsensus tentang hukum.
Tetapi Alkitab tidak demikian. Alkitab berkata dengan jelas, "yang membenci seseorang, sudah membunuh" (Matius 5:21-22). Di sini etika Kristen adalah etika yang melampaui perbuatan yang nyata di dunia. Etika Kristen merupakan etika yang langsung ditujukan kepada motivasi seseorang secara terbuka di hadapan Tuhan. Allah sedemikian marah seperti api yang menyala-nyala. Allah yang menembus hati sanubari manusia dan tidak melihat perbuatan di luar, tetapi Dia melihat motivasi Saudara di dalam.
Dosa dan keadilan Allah, kebenaran Allah menuntut kepada keseluruhan hidup kita, mulai dari motivasi di dalam, segala rencana di dalam, pikiran di dalam, mentalitas di dalam, sikap yang setengah di dalam setengah di luar, sampai perbuatan yang seluruhnya di luar. Semua ini dituntut oleh Tuhan. Menjadi seorang manusia berarti menjadi orang yang dicipta menurut peta dan teladan Allah dan dicipta supaya dia berdiri dan bertanggung jawab secara pribadi kepada Tuhan Allah. (To be a man as created under the image and the likeness of God is to exist with oneself alone before God). Tidak ada yang lain yang bisa menghalangi. Saya di hadapan Allah harus mempertanggungjawabkan segala motivasi saya, semua bibit pikiran saya, semua sikap mentalitas saya, semua sikap dan sifat pribadi saya, semua perkataan saya. Ketotalan ini, totalitas dan tanggung jawab ini, menjadikan kekristenan seperti apa yang dikatakan Kierkegaard bahwa menjadi orang Kristen terlalu sulit, karena Allah bukan menuntut hal-hal yang tampak di luar. Hukum-hukum di dunia terlalu rendah. Mereka hanya bisa menunjukkan Saudara berdosa setelah mereka menemukan dan membuktikan bahwa Saudara sudah berbuat, mengaku, atau sudah mengekspresikan apa yang Saudara inginkan di dalam perbuatan yang merugikan orang lain. Tetapi kekristenan dan iman Kristen bukan demikian. Ia telah menuntut keseluruhan Saudara sampai ke dalam hati sanubarimu yang sedalam-dalamnya, sampai ke dalam motivasi Saudara di hadapan Tuhan dimana orang tidak melihat Tuhannya. Menjadi orang Kristen memang tidak mudah.
Di dalam dunia abad 20 terlalu banyak gereja yang ingin mendapatkan anggota sebanyak mungkin, maka mereka menurunkan derajat mutu kekristenan menjadi kekristenan yang mudah diterima, mudah dilaksanakan, namun itu bukanlah kekristenan yang sejati. Turun lebih rendah daripada standard yang telah ditetapkan oleh Tuhan, itulah dosa
Alkitab memakai istilah ini 580 kali di dalam PL. Istilah "hatta" merupakan suatu istilah yang begitu menyedihkan Tuhan. Orang Kristen menunjukkan suatu hal yang tidak ada pada agama lain, yaitu Allah telah menetapkan suatu standard bagi Saudara, sehingga Saudara tidak bisa hidup sembarangan. Di dalam agama-agama yang lain, mereka mempunyai standard mereka sendiri. Mereka mempunyai tujuan mereka sendiri dan tujuan yang mereka harapkan itu berdasarkan diri mereka yang sudah jatuh ke dalam dosa, yang tidak mereka sadari. Mereka ingin mencapai suatu hidup yang tinggi yang suci. Namun bagaimanapun tingginya tujuan itu hanyalah merupakan hasil dari otak yang sudah jatuh di dalam dosa. Sedangkan waktu Allah mengatakan "hatta", berarti Saudara sudah lebih rendah daripada standard yang sudah ditetapkan oleh Allah sendiri. Itu artinya dosa.
Dosa jangan hanya dimengerti sebagai mencuri, berzinah, berjudi, main pelacur, atau mabuk-mabuk, itu memang tidak benar. Itu dosa, Tetapi hal itu merupakan hal yang superfisial, yang ditujukan di luar. Tuntutan Alkitab jauh lebih dalam dan lebih lengkap, secara totalitas daripada itu. Suatu standard telah ditetapkan Allah bagi manusia sebagai syarat atau kriteria tingkah laku dan moralitas manusia. Itu yang disebut kebenaran dan keadilan Allah.
2.2.2 Avon
Istilah kedua di dalam bahasa Ibrani adalah "avon". Ini berarti sesuatu "guilty" (kesalahan) atau suatu hal yang mengakibatkan kita merasa patut dihukum. Istilah ini sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Suatu perasaan di dalam diri kita yang menganggap diri cacat atau perasaan di dalam jiwa yang merasa diri kurang benar, sehingga kita selalu merasa mau menegur diri. Hal ini bersangkutpaut dengan fungsi hati nurani yang diberikan hanya kepada manusia saja. Tidak ada binatang yang mempunyai 'guilty feeling', tidak ada binatang yang bisa menegur diri karena merasakan sesuatu hal yang tidak benar yang sudah diperbuatnya. Tetapi manusia tidak demikian. Setelah Saudara berbuat kurang sopan terhadap seseorang, Saudara akan pikir lagi, "Wah, mengapa tadi saya berbuat begitu ya? Seharusnya saya tidak begini, tapi mengapa begini dan toh sudah begini lalu bagaimana atau terus begini?" Saudara mempunyai perasaan berhutang atau perasaan bahwa Saudara patut dihukum. Perasaan sedemikian berdasarkan suatu pikiran dari apa yang sudah Saudara kerjakan, lalu hal itu dikaitkan dengan diri Saudara sebagai status dalam keadaan patut dihukum, itu disebut "guilty", "avon".
2.2.3 Pesha
Alkitab memakai istilah ketiga dalam bahasa Ibrani, yaitu "pesha". "Pesha" berarti semacam pelanggaran. Pelanggaran berarti ada suatu batas yang sudah ditetapkan, tetapi Saudara melewatinya atau sudah ada suatu standard namun bukan saja tidak bisa mencapai tetapi juga Saudara mau melawan atau melanggar. Maka pengertian ini bersangkut paut dengan suatu pengetahuan yang jelas, ditambah dengan kemauan yang tidak mau taat. Saya tahu apa itu baik, tapi saya sengaja melawan. Saya tahu batas sudah di situ, tetapi saya sengaja mau melewatinya. Tahu batas dan tahu tidak baik, tapi sengaja melewati, itu disebut "pesha".
2.3 Uraikan pengalaman dunia sosial dalam lingkungan kampus, apakah lobi-lobi dengan negosiasi dosen adalah perbuatan dosa ?
Memperoleh kesempatan untuk dibina dan dibentuk dalam wadah pelayanan ketika menjadi mahasiswa merupakan sebuah panggilan. Walaupun pada akhirnya hanya sebagian kecil yang meresponi akan hal ini. Peranan mahasiswa Kristen di dunia kampus dan peranan alumni kristen di dunia kerja sangatlah besar pengaruhnya untuk menyatakan terang Kristus. Dengan demikian diperlengkapi lewat wadah Pelayanan Mahasiswa Kristen merupakan gold chance, untuk diisi dan dibentuk oleh kebenaran Firman Tuhan dalam banyak hal, diantaranya tujuan hidup dan karakter yang serupa dengan Kristus. Baik melalui ibadah persekutuan besar, Kelompok Tumbuh Bersama dan keterlibatan dalam berbagai pelayanan rutin Persekutuan Mahasiswa Kristen.
Namun Kenyataan yang ada saat ini, banyak mahasiswa Kristen dan alumni Kristen yang mendapat kesempatan dibina dalam pelayanan mahasiswa sewaktu menjadi mahasiswa hanya sebatas dibina dan tidak mau menyatakan terangnya bagi sesama di lingkungan kampus dan di dunia kerja bagi alumni atau dimana pun ditempatkan. Kita lupa bahwa kita dituntut untuk menjadi saluran berkat, menjadi duta-duta Kerajaan Surga di mana kita ditempatkan. Yesus menggambarkan panggilan ini dengan terang dan garam. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi." (Matius 5:13-14). Garam hanya akan berguna ketika keluar dari botol, sedangkan terang hanya akan bercahaya jika diletakkan pada tempat yang tepat. "Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu." (ay 15). Dan inilah seruan Yesus yang harus kita aplikasikan: "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (ay 16).
Ketika Terang Kristus ada di dalam diri kita, bagian kita selanjutnya adalah menunjukkan garam dan terang itu untuk menggarami dan menyinari orang lain di kampus, di tempat kost, di keluarga, di masyarakat dan di dunia kerja yang tawar dan gelap. Ini tidak bisa kita lakukan apabila kita terus menerus berperilaku kurang terpuji, ikut-ikutan dalam arus kesesatan dunia, dan membiarkan diri kita untuk jatuh berulang-ulang dalam dosa dan hidup dalam kecemaran. Dalam 1 Tesalonika 4:7 "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." Dan ini adalah seruan yang sangat penting.
Ada begitu banyak tantangan dan godaan yang datang silih berganti. Ketika di kampus kita hendak mempertahankan untuk tidak menyontek/ memberi contekan, tidak copypaste tugas dan tidak mengabsenkan teman. Namun disisi lain kita takut untuk dijauhi teman dan dianggap sok rohani. Ketika ada di dunia kerja jauh dari persekutuan karena kesibukan membuat disiplin rohani(Saat teduh dan PA pribadi) kita mulai bolong-bolong, pun kecenderungan untuk berbuat curang ( tidak bertanggung jawab dengan pekerjaan, tidak disiplin mengenai waktu,dll) juga merupakan tantangan tersendiri.
Kita tidak akan mampu menjadi terang Kristus apabila pola kehidupan yang kita pertontonkan kepada sesama kita di kampus dan di tempat kerja, tidak mencerminkan kasih Kristus sama sekali. Bukannya menjadi teladan dimana Tuhan bisa dipermuliakan, tapi kita justru menjadi batu sandungan dan teladan yang buruk. Sikap dan cara hidup seseorang jauh lebih banyak berbicara dan menjadi kesaksian bagi setiap orang yang melihatnya dari pada melalui perkataan. Karenanya kita perlu memiliki sikap hidup yang mencerminkan anak-anak terang. Bukankah Yesus telah mengangkat kita keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang Tuhan. Di dalam Dia kita telah menjadi ciptaan baru. Oleh karena itu kita harus benar-benar menyikapi hidup sebagai anak-anak terang. Paulus berkata "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran.Jadilah terang yang bercahaya dan garam yang bermanfaat dan menyempurnakan bagi banyak orang.
Keahlian dosen mengajar membuatnya sebagai objek dalam mendapatkan sesuatu yang diluar pekerjaannya sebagai dosen, dosen memberikan nilai kepada mahasiswanya itulah hal yg harus dan wajib dilakukan dosen dan mahasiswa disini dituntut untuk selalu menerima apa yang telah didapatkannya ketika dosen memberikan nilai tersebut. Dalam perkara ini, pertolongan Allah datang karena terpenuhinya syarat-syarat orang beriman menurut standar Allah sudah tidak lagi di jalankan, bukan hasil lobi-lobi jual beli kekuasaan. Berani berkata "tidak" kepada kompromi yang menyebabkan dosa tidak semakin bergejolak di kalangan mahasiswa. Banyak mahasiswa menggunakan metode tersebut melobi-lobi dengan jual beli kekuasaan, dalam hal ini dosa telah menghampiri pada kalangan mahasiswa untuk menyogok dosen dengan memberikan bingkisan berupa uang atau hal yang bias menarik simpatik dosen untuk membuat nilai mahasiswa tersebut bagus.
2.4 Uraikan apa akibat dari kerusakan hubungan manusia dengan Allah ?
Secara singkat akibat dari dosa: rusaknya hubungan manusia dengan Allah, dan rusaknya hubungan manusia dengan sesama. Kerusakan hubungan ini mengakibatkan putusnya hubungan. Sifat dosa adalah menjajah, membelenggu,sehingga manusia menjadi budak dosa. Kalau sudah menjadi budak dosa, manusia semakin jahat, semakin rusak, semakin terputus hubungan dengan Tuhan dan sesama (Yoh. 8:34, Roma 6:16, 7:14-15, Gal. 3:22). Dosa bisa membuat hati manusia semakin bebal, keras, membatu, membandel (tidak mudah cair, degil) pikiran mudah gelap, kalut (Ef. 4:18). Timbul kecenderungan untuk melanggar hukum dan ketentuan Tuhan (Yes. 59:2; Roma 8:7). Wujud, rusak, konflik, perang, kejahatan dsb. Upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Artinya hubungan Allah dan manusia terputus secara total,, sehingga semakin jauh dan terlepas dari Tuhan. terlepas artinya mengalami kematian kekal, kebinasaan kekal. Akibat dosa mendatangkan murka Tuhan (Mat. 3:7; Luk. 3:7, 1Tes. 1:10) akhirnya murka Tuhan akan ditimpakan (Roma 1:18).
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Dapat disimpulkan dari pemahaman tentang konsep dosa dalam Alkitab mengajarkan bahwa dosa lebih dari sekedar kegagalan etika. Untuk menyatakan dosa dengan sesuatu yang tidak tepat hanya mendangkalkan arti dosa itu. Dosa juga menjadi momok dalam kalangan mahasiswa Kristen saat ini, konteks nya pada lingkungan kampus dosa sudah menghampiri kalangan mahasiswa saat ini dalam perbuatan mereka untuk melobi-lobi dosen atau menyogok dosen untuk mendapatkan nilai yang terbaik, dan kalangan mahasiswa tidak lagi menghiraukan atas apa yang telah mereka perbuat dan tidak memikirkan tentang dosa tersebut.
Dosa dalam Perjanjian Lama, dapat disimpulkan: pelanggaran atau pemberontakan manusia terhadap kehendak dan perintah Allah, yang dilakukan manusia secara sengaja. Artinya manusia secara sadar melawan Allah. Benih dosa sudah dimulai sejak manusia meragukan Firman Allah (Kej. 2:16-17, Kej: 3:1-4). Wujud dosamemang mendatangkan kenikmatan, tetapi akibat dosa membuat manusia, merasa malu, takut, salah (Kej. 3:7-11), serta mendatangkan hukuman.
Dalam Perjanjian Baru dosa dilukiskan dalam bahaya Yunani. Hamartono, yang artinya melenceng, luput, berpikir pendek, dan sesat, membuat kesalahan, kejatuhan moral. Hamartena, artinya keliru, pelanggaran hukum. Hamartia yang artinya salah, melenceng, pemberontakan, kejahatan, khilaf. Iri, dengki, benci, jahat, bohong, mencuri, ide jahat, persetruan dengan Allah (Roma 8:7). Adikia atau kakia, pelanggaran terhadap Tuhan dan hukum-hukumNYa (!Yoh.4:8). Ketidaksetiaan, ketidak-percayaan,ketidakadilan.
Secara singkat akibat dari dosa: rusaknya hubungan manusia dengan Allah, dan rusaknya hubungan manusia dengan sesama. Kerusakan hubungan ini mengakibatkan putusnya hubungan. Sifat dosa adalah menjajah, membelenggu,sehingga manusia menjadi budak dosa. Kalau sudah menjadi budak dosa, manusia semakin jahat, semakin rusak, semakin terputus hubungan dengan Tuhan dan sesama (Yoh. 8:34, Roma 6:16, 7:14-15, Gal. 3:22).
3.2 Saran
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah melakukan peran kita sebagai garam dan terang dimana kita ditempatkan? Sudakah kita menjaga terang Kristus yang ada di dalam hati kita? Sejauh apa kita mendukung dan mendoakan teman-teman, keluarga, rekan kerja yang berada dalam pergumulan mereka?. Seharusnya sebagai mahasiswa Kristen, kita hadir sebagai teman yang mengingatkan temannya ketika jatuh dalam dosa (menyontek, copy paste tugas, memberi contekan, membayar nilai,dll) atau sebagai teman seiman yang menguatkan ketika teman berada dalam pergumulan, mendoakan teman-teman yang sulit meninggalkan kebiasaan buruknya, dll. Sebagai alumni Kristen, kita hadir sebagai rekan kerja yang menunjukkan integritas, bertanggung jawab dengan pekerjaan, disiplin dalam bekerja, peduli dan mengingatkan teman yang jatuh dalam dosa, menjadi teman yang selalu ada untuk menguatkan dan meotivasi ketika rekan kerja berada dalam pergumulan, dll.
Tentunya kita sangat rindu teman, keluarga,rekan kerja dan orang –orang di sekitar kita juga dapat menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya pribadi. Olehnya itu peran kita sebagai Mahasiswa Kristen dan Alumni kristen adalah memiliki sikap dan teladan hidup yang dapat menjadi cerminan di lingkungan di manapun ditempatkan dan tidak melupakan tugas penginjilan kita. Bersyukur kalau pada renungan di buletin sebelumnya kita boleh kembali diingatkan dan diajar untuk terus mengerjakan tugas penginjilan yang diamanatkan Sang Guru Agung kepada kita umat tebusan_Nya yaitu tugas penginjilan. Dengan demikian sebagai mahasiswa Kristen dan alumni Kristen, kita mempunyai tugas dan kontribusi penting untuk tersampaikannya berita keselamatan bagi setiap orang yang ada di sekitar kita dimanapun kita berada. Jangan biarkan Berita keselamatan itu putus di tangan kita tapi mari membagikan berita keselamatan itu kepada setiap orang yang kita jumpai, siapapun dan dimana pun kita berada dan membuat setiap bibir mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruslamatnya Pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Ajong Paulus, Pdt., M. Th. 2010/2011.Silabus Pendidikan Agama Kristen.Kalimantan Barat
STKIP Melawi.
Ballo, Boy. 2013. Makalah Agama Kristen : DOSA (Online),
http://boyballo.blogspot.com/2013/07/makalah-agama-kristen-dosa.html
Yanti, Rizahta. 2012. Peranan mahasiswa di dalam kampus, (Online)
http://rizhta.blogspot.com/2012/08/peranan-mahasiswa-di-kampus-dan-alumni.html