BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dan BBLR cukup bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/prematur, biasanya mengalami penyulit, dan memerlu perawatan yang memadai. BBLR yang cukup/lebih bulan umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah dalam perawatannya (Depkes, 2009).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (Bayi Dengan Berat Lahir Rendah). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur kita dapat melihat dari sesuai masa kehamilan (SMK), besar masa kehamilan (BMK) (Sarwono, 2006).
Hampir 13 juta bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram di seluruh dunia setiap tahunnya. Dan dari jumlah tersebut lebih sejuta meninggal dalam sebulan setelah kelahiran. World Health Organization (WHO) sendiri mendefinisikan Bayi Berat Lahir Rendah sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. Definisi ini berdasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap kesehatan yang buruk. Menurunkan insiden Bayi Berat Lahir Rendah hingga sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama "A World Fit For Children" hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United Nations General Assembly Special Session on Children in 2002. Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran, merupakan BBLR di Asia adalah 22% (Rahayu,2009).
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupan. Penyebabnya adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang (WHO, 2003.)
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima menit terdapat satu neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Depkes 2008).
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh tahun 2010 angka kematian bayi di Aceh berkisar 37/1.000 kelahiran hidup, dengan jumlah kematian neonatal 655 jiwa. Penyebab kematian karena asfiksia sebanyak 180 jiwa, BBLR sebanyak 178 jiwa, infeksi sebanyak 14 jiwa, neonatus sebanyak 4 jiwa dan lain-lain 279 jiwa.
Berdasarkan data statistik dari Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara dari bulan Juni 2010 sampai dengan Mei 2011, tercatat jumlah pasien yang di rawat adalah 9.120 jiwa dan ditemukan kasus BBLR sebanyak 175 kasus (1,91%), dan dari bulan Juni 2011 sampai dengan Mei 2012 tercatat jumlah pasien yang dirawat adalah 11.565 jiwa dan ditemukan kasus BBLR sebanyak 190 kasus (1,6%).
Dari data-data diatas maka penulis tertarik mengambil kasus ini untuk dijadikan Karya Tulis Ilmiah, dengan judul "Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny.R Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Di Ruang Perinatologit Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara"
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi berat lahir rendah.
Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dengan berat badan lahir rendah
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah
Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan suatu metode deskriptif. Deskriptif adalah metode yang menguraikan suatu keadaan yang benar dari suatu objek di mulai dari pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumentasi, menganalisa dan mengambil keputusan serta memecahkan masalah serta mengevaluasi melalui:
Studi Kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan mempelajari konsep teoritis tentang pengertian, penyebab, patofisiologi dan gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah BBLR dan asuhan keperawatan yang berkaitan dengan karya tulis ini.
Studi kasus
Yaitu penulis langsung mengamati dan melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
Wawancara
Ditujukan pada klien, keluarga dan perawat lainnya, dari hasil wawancara penulis mendapatkan data tentang riwayat kesehatan klien, kesehatan keluarga dan pola kebiasaan.
Pengamatan / Observasi
Mengamati keadaan klien terhadap proses perjalanan penyakit serta gejala-gejala / keluhan-keluhan yang mungkin timbul untuk mendapatkan data.
Pemeriksaan fisik
Yaitu dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada pasien.
Dokumentasi
Yaitu catatan, hasil pemeriksaan dan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien.
Sistematika Penulisan
Untuk lebih sistematis dan terarah maka sistematika penulisan karya tulis ini terdiri dari lima bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS, meliputi konsep dasar teoritis yang terdiri dari pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda / gejala-gejala, komplikasi, penatalaksanaan dan pemeriksaan diagnostik serta konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB III : TINJAUAN KASUS, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN, menguraikan tentang permasalahan dan kesenjangan antara tinjauan teoritis pada bab II dan tinjauan kasus pada bab III.
BAB V : PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada bayi dengan masalah Bayi Berat Lahir Rendah .
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Bayi Berat Lahir Rendah
1. Pengertian
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau lebih rendah (WHO, 1961).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram.
Menurut Ikadan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2004), bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram yang ditimbang dalam 1 jam setelah bayi lahir.
Klasifikasi BBLR
Menurut Saifuddin (2000) Hassan dan Nursalam (2005) BBLR dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Menurut Ukuran
Bayi BBLR : bayi yang lahir dengan berat badan <2500 gr tanpa memperhatikan usia gestasi.
Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir eksterm rendah : bayi yang lahir dengan berat badan <1000 gr.
BBL sangat rendah : bayi yang lahir dengan berat badan <1500 gr d. Berat badan lahir rendah sedang : bayi yang lahir dengan berat badan antar 1501-2500 gr.
Bayi berat sesuai usia gestasi : bayi yang lahir dengan berat badan berada diantara persentil ke-10 dan ke-90 pada kurva pertumbuhan intra uterin.
Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi : bayi yang lahir dengan berat badan berada dibawah persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intra uterin.
Menurut penanganan dan harapan hidup
Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram 1500 gram
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000 gram
Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir kurang dari 1000 gram.
Menurut golongan
Prematuritas murni Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut noenatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Menurut Usia Gestasi
Bayi Prematur (praterm) : Bayi yang lahir sebelum gestasi minggu ke-37, tanpa memperhatikan berat badan lahir.
Bayi full-term : Bayi yang lahir antara awal minggu ke-38 sampai akhir gestasi minggu ke- 42 tanpa memperhatikan berat badan lahir.
Bayi postmatur (posterm) : Bayi lahir lebih dari usia gestasi, tanpa memperhatikan berat badan lahir.
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah sebagai berikut (Idai, 2004).
Faktor ibu, penyakit seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH dan sebagainya. komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. Usia Ibu dan paritas yaitu faktor kebiasaan ibu seperti ibu perokokm ibu pecandu alkohol dan pengguna narkotik
Faktor Janin, premature, hidramion, kehamilan kembar / ganda (gemeli), kelainan kromosom
Faktor Lingkungan, yaitu tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (Sitohang, 2004 dan WHO 2007).
Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia (Nelson, 1999).
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnya kecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh (Ngastiyah, 2005).
Manifestasi Klinik
Menurut Prawirohardjo (2002), tanda dan gejala yang mudah ditemukan pada bayi berat lahir rendah adalah sebagai berikut : a) Kepala lebih besar dari badan. b) Kulit tipis, Transparan, lanugo banyak dan lemak subkutan kurang. c) Tangis lemah atau jarang. d) Pernafasan tidak teratur, sering timbul apnea. e) Sikap selalu dalam keadaan abduksi kedua paha dengan sendi lutut dan pergelangan kaki dalam Fleksi / lurus. f) Reflek moro positif. g) Reflek Tonik leher lemah. h) Usia < 20 atau > 35 tahun.
Komplikasi
Menurut Subramanian (2006), komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu : a) Hipotermia. b) Hipoglikemia. c) Gangguan cairan dan elektrolit. d) Hiperbilirubinemia. e) Sindroma gawat nafas (asfiksia). f) Paten suktus arteriosus. g) Infeksi. h) Perdarahan intraventrikuler. i) Apnea of prematuruty. j) Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu : a) Gangguan perkembangan. b) Gangguan pertumbuhan. c) Gangguan penglihatan (retionopati). d) Gangguan pendengaran. e) Penyakit paru kronis. f) Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit. g) Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
7. Penatalaksanaan Klinis
Menurut Prawirohardjo (2002), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut :
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut, pakai topi untuk menghindari kehilangan panas.
Pelestarian suhu tubuh : Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 37 C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.
Inkubator : Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui "jendela" atau "lengan baju". Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Pemberian oksigen : Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
Pencegahan infeksi : Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
Pemberian makanan : Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
8. Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu yang dalat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (Idai, 2004).
Umur ibu
Riwayat hari pertama haid terakhir
Riwayat persalinan sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat-obatan yang diminum selama hamil
Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada BBLR antara lain :
Berat badan <2500 gram
Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
Pemeriksaan skor ballard
Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah
Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/ diperkirakan akan terjasi sindrom gawat nafas
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (Idai, 2004).
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia ditempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh berkala
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Mary (1999), pengkajian pada bayi berat lahir rendah adalah sebagai berikut :
Sirkulasi : Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten(PDA).
Makanan/cairan : Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
Neurosensori : Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.
Pernafasan : Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi "ampelas" pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
Keamanan : Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum.
Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
Seksualitas : Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (2000), rumusan masalah (diagnosa) pada bayi dengan berat lahir rendah adalah sebagai berikut :
Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi krisis, kurang pengetahuan.
Resiko tinggi tidak efektifnya termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immatur.
Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik.
Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
Resiko gangguan integritas kulit : tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
3. Perencanaan
Rencana keperawatan adalah strategi perawat yang isinya kegiatan dan tindakan yang disusun serta akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang dibuat berdasarkan SMART (Spesifik, Measureable, Achieveable, Realita, Time).
Diagnosa I : Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan.
Tujuan : Setelah mendapat tindakan keparawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan pola nafas(nafas efektif)
Kriteria Hasil : Akral hangat. Tidak ada sianosis. Tangisan aktif dan kuat
RR : 30-40x/menit. Tidak ada retraksi otot pernafasan
Intervensi : a. Monitor pernafasan (kedalaman, irama, frekuensi ). Rasional : pengawasan ketat dibutuhkan karena organ pernafasan yang tidak sempurna. b. Atur posisi kepala lebih tinggi. Rasional : Melancarkan jalan nafas. c. Monitor keefektifan jalan nafas. Rasional : Monitor yang tepat akan memudahkan tindakan pada bayi. Jika perlu dapat dilakukan suction. d. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam. Pertahankan pemberian O2. Rasional : Dengan kemampuan organ pernafsaan yang tidak kuat maka bayi membutuhkan bantuan pemberian O2 untuk memnuhi kebutuhannya. e. Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat. Rasional : Mencegah hipotermi yang dapat memperparah kondisi dan organ pernafasan bayi. f. Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat. Kolaborasii untuk X foto thorax. Rasional : Memberikan gambaran organ pernafasan bayi.
Diagnosa II : Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi krisis, kurang pengetahuan.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil : Orang tua tampak tenang. Orang tua tidak bertanya-tanya lagi. Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan
Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua. Rasional : Cemas berlebihan ditunjukkan orangtua karena tidak memahami kondisi bayi, tidak ada pamahaman bahwa kondisi bayi akan menunjukkan perbaikan akan memperburuk kondisi orang tua dan bayi. b. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya. Rasional : Membantu menganalisa masalah secara sederhana dengan mandiri. c. Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya. Rasional : Orang tua akan terlatih dalam meerawat BBLR. d. Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua. Rasional : Sebagai motivasi orag tua. e. Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang. Rasional : Perawatan mandiri harus sudah dapat dilakukan ketika bayi sudah pulang.
Diagnosa III : Resiko tinggi tidak efektifnya termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immature
Tujuan : Setelah mendapatkan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan terumoregulasi
Kriteria Hasil :Badan hangat. Suhu : 36,5-37C
Intervensi : a. Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan 37C. Rasional : Mempertahankan suhu bayi untuk terhindar dari hipotermia. b. Beri popok dan selimut sesuai kondisi. Ganti segera popok yang basah oleh urine atau feces. Rasional : Popok yang basak akan mempercepat kehilangan panas pada bayi sehingga berisiko besar terjadi hipotermia. c. Hindarkan untuk sering membuka penutup. Rasional : Dapat menyebabkan fluktuasi suhu dan peningkatan laju metabolism. d. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil. Rasional : Mempertahankan suhu bayi semakin baik.
Diagnosa IV : Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik.
Tujuan : Setelah mendapat tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :Tidak ada tanda-tanda. Infeksi (tumor, dolor, rubor, calor, fungsiolaesa).Suhu tubuh normal (36,5-37C)
Intervensi : a. Monitor tanda-tanda infeksi. Rasional : Termasuk di dalamnya (tumor, dolor, rubor, calor, fungsiolaesa). b. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. Rasional : Tindakan aseptic dibutukan untuk mencegah infeksi silang. c. Anjurkan kepada ibu bayi untuk memakai jas saat masuk ruang bayi dan sebelum dan/sesudah kontak cuci tangan. Rasional : Mencegah bayi terkontaminasi dengan zat-zat pathogen yang mungkin terbawa dari baju dan tangan ibu dari luar ruangan. d. Barikan gizi (ASI/PASI) secara adekuat. Rasional : ASI dapat menambah kekebalan tubuh bayi secara alami, dan PASI (susu formula) terkini juga mengandung antibody yang baaik untuk mencegah infeksi. e. Kolaborasi. Berikan antibiotika sesuai program. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari. Rasional : Antibiotik dibutuhkan untuk menekan infeksi, dan tali pusat yg tidak terawatt dng baik dapat menjadi pencetus awal infeksi.
Diagnosa V : Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan
Tujuan : Setelah tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria Hasil : Diet yang diberikan habis tidak ada residu. Reflek menghisap dan menelan kuat. BB meningkat 100 gr/3hr.
Intervensi : a. Kaji refleks menghisap dan menelan. Rasional : Mengetahui kemampuan fungsi pencernaan bayi. b. Monitor input dan output. Raional : Indikator langsung keadekuatan nutrisi. c. Berikan minum sesuai program lewat sonde/spin. Rasional : Membantu pemenuhan nutrisi. d. Sendawakan bayi sehabis minum. Rasional : Menambah kemampuan lambung untuk menampung dan mencerna nutrisi. e. Timbang BB tiap hari. Rasional : Berat badan bayi diharapkan meningkat setiap saatnya.
Diagnosa VI : Resiko gangguan integritas kulit : tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria hasil : Suhu 36,5-37 C. Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit. Tanda-tanda infeksi (-)
Intervensi : a. Observasi vital sign. Rasional : Memberikan informasi tanda-tanda vital. b. Observasi tekstur dan warna kulit. Raional : Kulit bayi akan terlihat berbeda dengan kulit bayi lainnya, teksturnya mungkin berkerut dengan warna kemerahan, pucat atau transparan. c. .Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic dan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. Rasional : Mencegah infeksi silang dan kerusakan integritas kulit yang dapat mengakibatkan infeksi. d. Jaga kebersihan kulit bayi. Ganti pakaian setiap basah. Jaga kebersihan tempat tidur. Rasional : Mencegah iritasi kulit pada bayi e. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. Monitor suhu dalam incubator. Rasional : Mencegah penekanan pada kulit bayi dan suhu yang baik akan menjaga kelembapan kulit sehingga dapat menurunkan risiko.
4. Implementasi
Dalam proses keperawatan, pelaksanaan atau implemnetasi adalah tahap dimana perawat melaksanakan / menerapkan semua rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. yang terbiasa adalah rencana tidak tertulis yaitu yang dipikirkan, dirasakan ini yang dilaksanakan, hal ini sangat membahayakan pasien dan perawat jika berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal (Keliat, 2000).
5. Evaluasi
Menurut Bezt & Cecily (2002), evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat ukut penilaian suatu rencana keperawatan yang telah dibuat. Meskipun evaluasi dianggap sebagai tahap akir keperawatan, evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi klien dalam menentukan apakah rencana tersebut dapat diteruskan atau dirubah atau dihentikan. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah belum teratasi. Atau muncul masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi proses adalah hasil dari setiap tindakan yang dilakukan. Sedangkan evaluasi akhir adalah evaluasi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara diagnosa keperawatan dan tujuan hasil nyata yang dicapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis akan memaparkan asuhan keperawatan pada Bayi Ny.R dengan Bayi Berat Lahir Rendah yang dirawat di ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2012 sampai dengan 26 Mei 2012, dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Pengkajian
Data Biografi
Identitas Bayi
Klien adalah Bayi dari Ny.R, lahir tanggal 18 Mei 2012, jenis kelamin laki-laki, klien adalah anak pertama. Ny.R masuk rumah sakit pada tanggal 18 Mei 2012 jam 05.00 Wib dengan kelahiran 29 minggu dan bayi berat lahir rendah 1.500 gram. waktu pencatatan tanggal 24 Mei 2012 jam 08.00 Wib
Identitas orang tua
Orang tua klien bernama Ny.R, usia 23 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah tangga, suku Aceh, alamat Blang Riek Kuta Makmur Aceh Utara.
Keluhan Utama
Ny.R melahirkan bayi dengan berat 1500 gram dengan hitungan gestasi 29 minggu, tidak segera menangis, sianosis dan sulit bernafas. Ibu klien mengatakan bahwa dirinya cemas dengan kondisi bayinya yang dirasakan sangat kritis, Ny.R tanmpak gelisah dan takut.
Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit sekarang
Ny.R mengatakan bayinya lahir dengan usia kehamilan 29 minggu, lahir tidak menangis, pucat kebiruan dan sulit bernafas. Ny.R mengatakan tidak tahu kenapa dirinya bisa melahirkan prematur dan merasa sangat cemas dengan kondisi bayinya. Pada saat pencatatan bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 1 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi
Riwayat penyakit masa lalu
Selama hamil Ny.R menderita hiperemesis, anemia, lemah dan mudah lelah. Tidak ada penyakit serius sebelumnya dan tidak ada pantangan makanan.
Riwayat Kesehatan keluarga
Ny.R mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami sama seperti melahirkan bayi berat lahir rendah.
Genogram
Gambar 1. Genogram KeluargaSumber : Data Primer
Gambar 1. Genogram Keluarga
Sumber : Data Primer
30 thn36 thn23 thn
30 thn
36 thn
23 thn
By Ny.R
By Ny.R
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Ny.R
: Klien (bayi Ny.R)
: Tinggal serumah
X : Meninggal
Riwayat Kehamilan Keluarga
Prenatal
Selama kehamilan Ny.R tidak pernah memeriksakan diri ke dokter kandungan, Ny.R hanya 1 kali memeriksakan kehamilan pada bidan puskesmas setempat pada usia kehamilan 4 minggu. Pada pemeriksaan tersebut tidak ditemukan masalah kehamilan serius, Ny.R mengatakan bahwa dirinya mengalami hiperemesis dan didiagnosa menderita Anemia. Selama hamil Ny.R mengaku tidak pernah jatuh ataupun mengalami kecelakaan, sering mengalami lemah dan mudah lelah akan ettapi tidak pernah dirawat, Ny.R tidak memakai obat apapun, hanya vitamin yang didapat dari puskesmas saat memeriksakan kehamilannya.
Natal
Pada tanggal 17 Mei 2012 Ny.R mengeluh sakit perut, mulas dan diikuti dengan kontraksi yang tidak jelas. Karena khawatir, Ny.R segera memeriksakan kandungannya pada bidan desa setempat, dan setelah dilakukan pemeriksaan Ny.R diindikasikan akan melahirkan prematur, Ny.R mendapat induksi dan pada tanggal 18 Mei 2012 jam 03.35
Post natal
Ny.R melahirkan bayi laki-laki dengan berat 1500 gram, bayi yang dilahirkan Ny.R tidak menangis dan terlihat sianosis, oleh bidan tersebut bayi segera diberi pertolongan dan di rujuk ke rumah sakit, pada jam 05.00 bayi masuk ruang perinatologi Rumah Sakit Umum Cut Meutia.
Pola Kebutuhan Sehari-hari
Nutrisi
Bayi tidak diberikan colostrum sebagai ASI pertama, pemenuhan nutrisi dilakukan dengan pipa lambung (NGT) gaya gravitasi karena terdapat residu kotor di dalam lambung bayi, setelah dipuasakan beberapa saat bayi diberikan nutrisi SGM BBLR 10cc setiap 2 jam.
Eliminasi
Dalam satu hari bayi biasanya defekasi 2-3x/ hari dengan konsistensi lunak. Untuk buang air kecil normal klien tidak menggunakan kateter, bayi hanya menggunakan Diapers, urin yang keluar berwarna kuning muda, tidak ada keruh dan darah.
Istirahat dan tidur
Kebiasaan bayi masih banyak tidur dan dibangunkan jika akan diberi susu setiap 2 jam.
Ketergantungan
Keluarga mengatakan bahwa ibu dan ayah bayi tidak pernah memiliki riwayat ketergantungan pada obat, rokok atau zat-zat tertentu.
Pemeriksaan Fisik
Ukuran pertumbuhan
Tampilan umum bayi terlihat sangat kecil dengan berat badan 1500 gram dan panjang badan 45cm, LK : 30cm, LD : 28.
Tanda vital
Suhu tubuh klien 36°C, pulse 140x/ menit, pernafasan 76x/ menit.
Pemeriksaan umum
Kepala; warna rambut hitam kecoklatan distribusi merata, rambut halus.
Mata; bentuk simetris, konjuntiva normal, sclera anemis, kelopak mata tidak ptosis dan tidak ada edema.
Hidung; mukosa basah, septum nasi normal dan tidak ditemukan penyumbatan, terdapat sekret dan tidak ditemukan perdarahan.
Mulut; mukosa basah, bibir sianosis, lidah terdapat lapisan putih keabu-abuan.
Telinga; bentuk simteris, letak normal, tidak ada benjolan dan sekret, daun telinga menonjol, kemampuan mendengar berespon dengan suara
Leher; gerakan menelan sangat kurang, tidak ditemukan pembesaran vena dan kelenjar, tidak ada edema, tumor dan lesi.
Dada; bentuk dada normal dengan pergerakan
Paru-paru; gerakan pernafasan ada, pola pernafasan cepat dan dangkal dengan frekuensi pernafasan 76x/ menit
Hepar; teraba kenyal dan tidak ada pembesaran
Kelenjar limpa; normal
Perut; inspeksi ada gerakan, palpasi rekasi menarik, auskultasi bising usus ada, umbilical normal.
Kulit; warna pucat/ anemis sedikit sianosis, tidak ditemukan lesi, sedikit keriput, kuku; bentuk simetris tidak ditemukan tumor atau lesi, warna kuku kebiruan
Punggung; normal tidak ditemukan tumor atau lesi
Ekstremitas atas dan bawah; normal dengan sedikit pergerakan
Genitalia; normal, anus tidak ditemukan perdarahan dan hemoroid. Posisi normal
Pemeriksaan Syaraf
Gejala ransangan meningen
Tidak ditemukan ransangan meningen pada bayi Ny.R.
Kelainan nervus cranial
Reflek fisiologis yang ditemukan pada bayi Ny.R yaitu ; 1) Moro : ada ditandai dengan cara dikejutkan secara sangat pelan dan tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon). 2) Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah. 3) Menghisap : Menghisap sangat lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot
tetapi daya hisap masih lemah sehingga bayi dibantu dengan NGT. 4) Rooting : positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut. 5) Babynski : positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak kaki.
Nervus I Olfaktoirus bayi masih belum berespon terhadap bau, Nervus II Optikus masih belum dapat dikaji dengan hasil pasti. Nervus III, IV dan VI bayi dapat menggerakkan bola mata ke segala arah. Nervus V Trigeminus bayi belum mengunyah dan menggigit. Nervus VII Fasialis tidak ada mimic wajah pada bayi. Nervus VIII Auditorius bayi sangat sedikit bereaksi terhadap suara. Nervus IX Glosofaringeus bayi masig belum mampu menelan dengan baik. Nervus X XI XII Vagus tidak dapat dikaji pada BBLR.
Motorik
Motorik kasar ; bayi dapat sedikit memutar kepala.
Motorik halus : bayi dapat menggenggam jari pemeriksa dengan lemah
Sosial : tidak dapat dikaji karena bayi belum dapat berinteraksi
Bahasa : menangis jika terkejut atau tidak nyaman
Therapy / Pengobatan
Diagnosa penyakit : Bayi Berat Lahir Rendah
Pengobatan yang di dapat selama di rumah sakit IVFD (intravena fluid drip) Dextrose 10% 6 tetes/ menit mikro, injeksi ceftriaxone 100mg/ 12jam, dexamethason 1/4ampul/ 12jam, oksigen 1L/ menit.
Pemeriksaan Penunjang
Tabel 1: hasil pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 24 Mei 2012
Pemeriksaan
Unit
Hasil
Normal
Haemoglobin
g%
17,9
L 13-18
P 12-16
LED
mm/jam
L < 15
P < 20
Eritrosit
x106mm3
5,1
L 4,5-6,5
P 3,8-5,8
Lekosit
x103mm3
8,6
4-11
Hematokrit
%
47,6
37-47
MCV
f l
93
76-96
MCH
Pg
35,0
27-32
MCHC
g%
37,6
30-35
RDW
%
22,7
11-15
Trombosit
x103mm3
431
150-450
Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
Data Subjektif : Ny.R mengatakan bahwa bayinya tidak menangis setelah lahir, sangat pucat kebiruan dan susah bernafas. Data Objektif : Keadaan umum lemah, bayi tampak pucat, sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit, sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi, stridor dan ronchi basah yang nyaring. Masalah : Pola nafas tidak efektif. Penyebab : Imaturitas system pernafasan.
Data Subjektif : Ny.R mengatakan bayinya tidak dirawat bersama dirinya akan tetapi dirawat terpisah didalam incubator, saat memegang bayinya terasa lebih dingin dibanding kulitnya sendiri. Data Objektif : Bayi rawat incubator, kulit teraba sedikit dingin jika diluar inkubator suhu tubuh 36°C. Masalah : Risiko tinggi hipotermi. Penyebab : Mekanisme pengaturan suhu tubuh yang immatur.
Data Subjektif : Ny.R mengeluhkan bayinya menggunakan pipa lambung untuk minum. Data Objektif : Bayi mengalami kesulitan menelan dan menggunakan pipa lambung / NGT untuk pemenuhan nutrisi. Masalah : Risiko tinggi gangguan nutrisi. Penyebab : Lemahnya daya cerna makanan.
Data Subjektif : Ny.R dan keluarga mengeluh khawatir dengan kondisi bayinya yang dirasa sangat kritis. Data Objektif : Ibu bayi tampak stress dan cemas, sering bertanya tentang kondisi bayi mereka. Masalah : Kecemasan orang tua. Penyebab : Situasi kritis bayi dan kurang pengetahuan orang tua.
Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan.
Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang immatur.
Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang pengetahuan orang tua.
Perencanaan
Diagnosa I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan.
Tujuan : Setelah mendapat tindakan keparawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan pola nafas(nafas efektif)
Kriteria Hasil : Akral hangat. Tidak ada sianosis. Tangisan aktif dan kuat
RR : 30-40x/menit. Tidak ada retraksi otot pernafasan
Intervensi : a. Monitor pernafasan (kedalaman, irama, frekuensi ). Rasional : pengawasan ketat dibutuhkan karena organ pernafasan yang tidak sempurna. b. Atur posisi kepala lebih tinggi. Rasional : Melancarkan jalan nafas. c. Monitor keefektifan jalan nafas. Rasional : Monitor yang tepat akan memudahkan tindakan pada bayi. Jika perlu dapat dilakukan suction. d. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam. Pertahankan pemberian O2. Rasional : Dengan kemampuan organ pernafsaan yang tidak kuat maka bayi membutuhkan bantuan pemberian O2 untuk memnuhi kebutuhannya. e. Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat. Rasional : Mencegah hipotermi yang dapat memperparah kondisi dan organ pernafasan bayi. f. Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat. Kolaborasii untuk X foto thorax. Rasional : Memberikan gambaran organ pernafasan bayi.
Diagnosa II : Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang immatur.
Tujuan : Setelah mendapatkan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan terumoregulasi
Kriteria Hasil :Badan hangat. Suhu : 36,5-37C
Intervensi : a. Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan 37C. Rasional : Mempertahankan suhu bayi untuk terhindar dari hipotermia. b. Beri popok dan selimut sesuai kondisi. Ganti segera popok yang basah oleh urine atau feces. Rasional : Popok yang basak akan mempercepat kehilangan panas pada bayi sehingga berisiko besar terjadi hipotermia. c. Hindarkan untuk sering membuka penutup. Rasional : Dapat menyebabkan fluktuasi suhu dan peningkatan laju metabolism. d. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil. Rasional : Mempertahankan suhu bayi semakin baik.
Diagnosa III : Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan.
Tujuan : Setelah tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria Hasil : Diet yang diberikan habis tidak ada residu. Reflek menghisap dan menelan kuat. BB meningkat 100 gr/3hr.
Intervensi : a. Kaji refleks menghisap dan menelan. Rasional : Mengetahui kemampuan fungsi pencernaan bayi. b. Monitor input dan output. Raional : Indikator langsung keadekuatan nutrisi. c. Berikan minum sesuai program lewat sonde/spin. Rasional : Membantu pemenuhan nutrisi. d. Sendawakan bayi sehabis minum. Rasional : Menambah kemampuan lambung untuk menampung dan mencerna nutrisi. e. Timbang BB tiap hari. Rasional : Berat badan bayi diharapkan meningkat setiap saatnya.
Diagnosa IV : Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang pengetahuan orang tua.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil : Orang tua tampak tenang. Orang tua tidak bertanya-tanya lagi. Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan
Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua. Rasional : Cemas berlebihan ditunjukkan orangtua karena tidak memahami kondisi bayi, tidak ada pamahaman bahwa kondisi bayi akan menunjukkan perbaikan akan memperburuk kondisi orang tua dan bayi. b. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya. Rasional : Membantu menganalisa masalah secara sederhana dengan mandiri. c. Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya. Rasional : Orang tua akan terlatih dalam meerawat BBLR. d. Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua. Rasional : Sebagai motivasi orag tua. e. Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang. Rasional : Perawatan mandiri harus sudah dapat dilakukan ketika bayi sudah pulang.
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi Tanggal 24 Mei 2012
Diagnosa I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan.
Implementasi Jam 09.00 Wib : Memeriksa pernafasan bayi. Mengatur posisi kepala lebih tinggi. Memonitor pernafasan bayi denga auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam. Memberikan bantuan O2 sebanyak 1L/ menit. Mempertahankan kondisi bayi dengan penghangat yang baik pada inkubator. Kolaborasi injeksi intra vena dexamethason ¼ ampul/ 12jam.
Evaluasi Jam 09.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bahwa bayinya masih terlihat kesulitan bernafas, masih pucat, kebiruannya mulai berkurang. Data Objektif : Keadaan umum lemah, bayi tampak pucat, sianosis berkurang, bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang menjadi respirasi 60x/ menit jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 1 liter/menit, retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi, stridor masih dengan sedikit ronchi basah. Analisa : Masalah belum teratasi. Planning : Intervensi dilanjutkan
Diagnosa II : Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang immatur.
Implementasi Jam 09.00 Wib : Mengatur suhu incubator dengan kehangatan 37C. Mengganti segera popok yang basah dan selimut ringan yang lebih tebal. Menjelaskan kepada keluarga bahwa bayinya harus di rawat diinkubator untuk beberapa waktu. Menganjurkan kepada keluarga untik tidak terlalu sering meminta untuk mengeluarkan bayi dari dalam incubator.
Evaluasi Jam 10.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bayinya baik-baik saja di dalam incubator, saat menggendong bayinya masih terasa lebih dingin dibanding dengan suhu tubuhnya sendiri. Objektif : Bayi rawat incubator, kulit teraba sedikit dingin jika diluar inkubator suhu tubuh 36°C. Analisa : Masalah belum terjadi. Planning : Intervensi dilanjutkan
Diagnosa III : Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan.
Implementasi Jam 11.00 Wib : Mengkaji kemampuan menghisap dan menelan bayi dengan meminta ibu untuk mencoba menyusui bayinya. Memantau masukan dan haluaran cairan bayi. Memberikan susu SGM BBLR 10 cc setiap 2 jam melalui pipa lambung yang sudah terpadang pada bayi. Menjelaskan pada ibu karena reflek menelan bayi masih belum sempurna dan untuk mempercepat serta membantu pemenuhan nutrisinya harus melalui pipa lambung. Menyendawakan bayi dengan cara menepuk pelan punggung bayi, dan anjurkan keluarga untuk melakukan hal tersbut jika pulang nanti. Menimbang berat badan bayi.
Evaluasi Jam 12.00 Wib : Subjektif : Ny.R ingin menyusui bayinya dan masih mengeluhkan bayinya yang menggunakan pipa lambung untuk minum. Objektif : Bayi mengalami kesulitan menelan dan menggunakan pipa lambung / NGT untuk pemenuhan nutrisi. BB 1550gram. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Planning: Intervensi dilanjutkan
Diagnosa IV : Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang pengetahuan orang tua.
Implementasi Jam 13.00 Wib: Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua tentang kondisi bblr. Memberikan penjelasan tentang keadaan bayinya yang lahir dengan kondisi tidak sempurna akan tetapi masih bias ditolong dan diberikan bantuan sehingga kedepannya dapat menjadi bayi sehat. Mengikutsertakan keluarga saat mengganti popok, member susu melalui pipa lambung, dan menyendawakan bayi. Menganjurkan orang tua bayi untuk melanjutkan perawatan bayi secara mandiri ketika pulang nanti.
Evaluasi Jam 14.00 Wib: Subjektif : Ny.R dan keluarga mengatakan bahwa mereka mulai mengerti tentang BBLR dan mengaku tidak terlalu khawatir lagi dengan kondisi bayinya. Objektif : Ibu bayi mulai tenang dan tidak gelisah, terlihat sering mengunjungi bayi mereka. Analisa : Masalah teratasi. Planning : Intervensi dipertahankan.
Implementasi Tanggal 25 Mei 2012
Diagnosa I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan.
Implementasi Jam 08.00 Wib : Memeriksa pernafasan bayi. Mengatur posisi kepala lebih tinggi. Memonitor pernafasan bayi denga auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam. Memberikan bantuan O2 sebanyak 1L/ menit. Mempertahankan kondisi bayi dengan penghangat yang baik pada inkubator. Kolaborasi injeksi intra vena dexamethason ¼ ampul/ 12jam.
Evaluasi Jam 09.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bahwa bayinya masih terlihat kesulitan bernafas, masih pucat, kebiruannya mulai berkurang. Objektif : Keadaan umum lemah, bayi tampak pucat, sianosis berkurang, bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 56 x/menit terpasang O2 1 liter/menit, stridor masih dengan sedikit ronchi basah. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Planning : Intervensi dilanjutkan
Diagnosa II : Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang immatur.
Implementasi Jam 10.00 Wib : Mengatur suhu incubator dengan kehangatan 37C. Mengganti segera popok yang basah dan selimut ringan yang lebih tebal. Menjelaskan kepada keluarga bahwa bayinya harus di rawat diinkubator untuk beberapa waktu.
Evaluasi Jam 11.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bayinya sudah lebih hangat dibanding dengan kemarin, selimut dan popok segera diganti jika basah. Objektif : Bayi masih rawat incubator, kulit mulai teraba hangat, diluar inkubator suhu tubuh 36,8°C. Analisa : Masalah belum terjadi. Planning : Intervensi dilanjutkan
Diagnosa III : Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan.
Implementasi Jam 12.00 Wib : Mengkaji kemampuan menghisap dan menelan bayi dengan meminta ibu untuk mencoba menyusui bayinya. Memantau masukan dan haluaran cairan bayi. Memberikan susu SGM BBLR 15 cc setiap 2 jam melalui pipa lambung yang sudah terpadang pada bayi. Menjelaskan pada ibu karena reflek menelan bayi masih belum sempurna dan untuk mempercepat serta membantu pemenuhan nutrisinya harus melalui pipa lambung. Menyendawakan bayi dengan cara menepuk pelan punggung bayi, dan anjurkan keluarga untuk melakukan hal tersbut jika pulang nanti. Menimbang berat badan bayi.
Evaluasi Jam 13.00 Wib : Subjektif : Ny.R masih belum bisa menyusui bayinya secara langsun dan masih mengeluhkan bayinya yang menggunakan pipa lambung untuk minum. Objektif : Bayi mulai bisa sedikit menelan, masih menggunakan pipa lambung / NGT untuk pemenuhan nutrisi. BB 1550gram. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Planning: Intervensi dilanjutkan
Diagnosa IV : Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang pengetahuan orang tua.
Implementasi Jam 13.00 Wib: Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua tentang kondisi bblr. Memberikan penjelasan tentang keadaan bayinya yang lahir dengan kondisi tidak sempurna akan tetapi masih bias ditolong dan diberikan bantuan sehingga kedepannya dapat menjadi bayi sehat. Mengikutsertakan keluarga saat mengganti popok, member susu melalui pipa lambung, dan menyendawakan bayi. Menganjurkan orang tua bayi untuk melanjutkan perawatan bayi secara mandiri ketika pulang nanti.
Evaluasi Jam 14.00 Wib: Subjektif : Ny.R dan keluarga mengatakan bahwa mereka mengerti tentang BBLR dan mengaku tidak terlalu khawatir lagi dengan kondisi bayinya. Objektif : Ibu bayi tampak tidak stress dan sangat tenang tidak gelisah, terlihat sering mengunjungi bayi mereka. Analisa : Masalah teratasi. Planning : Intervensi dihentikan.
Implementasi Tanggal 26 Mei 2012
Diagnosa I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan.
Implementasi Jam 08.00 Wib : Memeriksa pernafasan bayi. Mengatur posisi kepala lebih tinggi. Memonitor pernafasan bayi denga auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam. Memberikan bantuan O2 sebanyak 1L/ menit. Mempertahankan kondisi bayi dengan penghangat yang baik pada inkubator. Kolaborasi injeksi intra vena dexamethason ¼ ampul/ 12jam.
Evaluasi Jam 09.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bahwa sudah mulai bernafas dengan baik walau harus menggunakan oksigen. Bayinya tidak pucat lagi. Objektif : Keadaan umum lemah, bayi mulai tampak lebih kemerahan jika menangis, tidak pucat dan tidak sianosis lagi. Sesak berkurang Respirasi 52x/menit. stridor masih dengan sedikit ronchi basah. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Planning : Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan
Diagnosa II : Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang immatur.
Implementasi Jam 10.00 Wib : Mengatur suhu incubator dengan kehangatan 37C. Mengganti segera popok yang basah dan selimut ringan yang lebih tebal. Menjelaskan kepada keluarga bahwa bayinya harus di rawat diinkubator untuk beberapa waktu, walaupun suhu tubuhnya mulai hangat akan tetapi bayi tetap harus dalam pengawasan rawat incubator.
Evaluasi Jam 11.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bayinya sudah tidak dingin lagi dan meminta untuk tidak dirawat diinkubator lagi. Objektif : Bayi masih rawat incubator, kulit mulai teraba hangat, diluar inkubator suhu tubuh 37°C. Analisa : Masalah belum terjadi. Planning : Intervensi dipertahankan
Diagnosa III : Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan.
Implementasi Jam 12.00 Wib : Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan didampingi oleh perawat. Melatih kemampuan menelan bayi dengan mencoba memberikan susu melalui botol. Memantau masukan dan haluaran cairan bayi. Memberikan susu SGM BBLR 20cc setiap 2 jam melalui pipa lambung yang sudah terpadang pada bayi. Menjelaskan pada ibu karena reflek menelan bayi masih belum sempurna dan untuk mempercepat serta membantu pemenuhan nutrisinya harus melalui pipa lambung. Menyendawakan bayi dengan cara menepuk pelan punggung bayi, dan anjurkan keluarga untuk melakukan hal tersbut jika pulang nanti. Menimbang berat badan bayi.
Evaluasi Jam 13.00 Wib : Subjektif : Ny.R mulai bisa menyusui bayinya secara langsun dan masih mengeluhkan bayinya yang menggunakan pipa lambung untuk minum. Objektif : Bayi mulai bisa sedikit menelan, masih menggunakan pipa lambung / NGT untuk pemenuhan nutrisi. BB 1610gram. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Planning: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini penulis membahas tentang kesenjangan yang dijumpai antara tinjAuan teorotis yang terdapat pada bab II dengan tinjauan kasus pada bab III, untuk mendapatkan pembahasan yang sistematis maka penulis membahas langkah-langkah proses perawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada klien Bayi Berat Lahir Rendah, apabila ditinjau secara umum maka hasil pengkajian pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan pengkajian pada tinjauan teori.
Berdasarkan tinjauan teoritis klien dengan bayi berat lahir rendah biasanya lahir dengan kepala lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, lanugo banyak dan lemak subkutan kurang, tangis lemah atau jarang, pernafasan tidak teratur, sering timbul apnea, sikap selalu dalam keadaan abduksi kedua paha dengan sendi lutut dan pergelangan kaki dalam Fleksi / lurus, reflek moro positif, reflek tonik leher lemah.
Pada pengkajian tinjauan kasus penulis juga menemukan tanda dan gejala yang hampir sama, seperti berat badan lahir rendah yaitu 1500gr, kesulitan bernafas akan tetapi tidak timbul apnea seperti pada teori, kulit tipis, banyak lanugo, tangis lemah bahkan saat lahir tidak menangis, dan sebagainya.
B. Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan berdasarkan tinjauan teoritis pada bayi berat lahir rendah meliputi ; Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan. Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi krisis, kurang pengetahuan. Resiko tinggi tidak efektifnya termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immatur. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan. Resiko gangguan integritas kulit : tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan pada bayi Ny.R dengan bayi berat lahir rendah dalam tinjauan kasus berdasarkan analisa data meliputi, Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan. Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang immatur. Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan. Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang pengetahuan orang tua.
Berdasarkan perbedaan diatas penulis menyimpulkan bahwa terdapat dua diagnosa di tinjauan teoritis yang tidak dapat ditegakkan ditinjauan kasus yaitu ; Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik, diagnosa ini tidak dapat dijadikan prioritas karena dengan penanganan yang baik maka bayi dapat terhindar dari risiko infeksi, dan selama perawatan tidak ditemukan masalah penanganan, kondisi bayi cukup baik dan menunjukkan perkembangan. Kemudian diagnosa resiko gangguan integritas kulit : tipisnya jaringan kulit, imobilisasi. Diagnosa tersebut tidak dapat ditegakkan di tinjauan kasus karena selama proses pengkajian berlangsung tidak ditemukan tanda dan gejala bayi yang menunjukkan masalah tersebut gangguan integritas kulit, perawat dan keluarga segera mengganti pakaian dan pokok bayi jika basah (pada implementasi diagnose hipotermia) sehingga kondisi kulit bayi tetap baik.
C. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh klien dan prioritas masalah sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi, perencanaan yang tersusun pada tinjauan teoritis sebagian besar dapat diterapkan pada tinjauan kasus walaupun ada kekuarngan yang disebabkan oleh faktor pengetahuan penulis yang masih terbatas.
Masalah dengan pola nafas tidak efektif akibat dari imaturitas sistem pernafasan, terdapat intervensi teori yang tidak dapat diterapkan pada tinjauan kasus seperti thorax foto, hal ini dirasa oleh penulis tidak sesuai dengan kemampuan. Untuk masalah hipotermia, nutrisi, dan ansietas orang tua, penulis tidak memiliki masalah untuk perencanaan karena seluruh intervensi teori dapat diterapkan pada perencanaan kasus.
D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun, dimana tindakan keperawatan memenuhi klien sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai dengan baik. Hal ini terlaksana karena adanya kerjasama yang baik dan partisipasi klien, keluarga dan keperawatan suatu tim medis lainnya.
E. Evaluasi
Penilaian hasil akhir terhadap tindakan yang telah diimplementasikan dapat mengatasi masalah atau mengurangi keluhan yang dialami klien . Evaluasi yang dilakukan selama dalam perawatan bayi Ny.R adalah tidak semua masalah dapat diatasi.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan masalah teratasi sebagian
Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang immature risiko tidak terjadi
Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan masalah teratasi sebagian
Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang pengetahuan orang tua masalah teratasi.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian yang telah tercantum dalam bab-bab terdahulu baik pendahuluan, tinjauan teoritis, tinjauan kasus maupun pembahasan maka disini penulis akan mengambil kesimpulan yang mungkin berguna untuk menambah informasi pembaca dengan harapan dapat menyempurnakan pelayanan keperawatan pada bayi dengan berat lahir rendah khususnya dan dalam kemajuan pelaksanaan asuhan keperawatan pada umumnya. Adapun kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat lahir yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor ibu seperti seperti penyakit malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH dan sebagainya. Faktor Janin seperti premature, hidramion, kehamilan kembar / ganda (gemeli), kelainan kromosom. Faktor Lingkungan yaitu tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.
BBLR dapat diklasifikasin berdasarkan Ukuran, menurut penanganan dan harapan hidup, menurut golongan dan menurut usia gestasi.
Klien dengan bayi berat lahir rendah biasanya lahir dengan kepala lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, lanugo banyak dan lemak subkutan kurang, tangis lemah atau jarang, pernafasan tidak teratur, sering timbul apnea, sikap selalu dalam keadaan abduksi kedua paha dengan sendi lutut dan pergelangan kaki dalam Fleksi / lurus, reflek moro positif, reflek tonik leher lemah.
Tanda dan gejala ini juga terdapat pada bayi Ny.R seperti seperti berat badan lahir rendah yaitu 1500gr, kesulitan bernafas akan tetapi tidak timbul apnea seperti pada teori, kulit tipis, banyak lanugo, tangis lemah bahkan saat lahir tidak menangis, dan sebagainya. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah keperawatan yaitu ; Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan. Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang immatur. Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan. Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang pengetahuan orang tua. Dan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari hasil evaluasi yang diperoleh adalah tidak semua masalah keperawatan teratasi.
B. Saran-saran
Adapun saran yang diberikan pada keluarga dengan bayi berat lahir rendah adalah sebagai berikut :
Diharapkan pada keluarga dan klien agar dapat sering melakukan pemeriksaan kesehatan ditempat-tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Diharapkan kepada keluarga bayi agar dapat merawat bayi dengan cara yang sudah diberitahukan, bayi mungkin akan dirawat lebih lama di rumah sakit dan diharapkan kepada keluarga untuk bersabar dan tetap aktif bekerja sama dengan perawat dalam merawat bayi.
Kepada pihak rumah sakit pelayanan yang diberikan lebih maksimal dan bermutu.
Kepada staf perpustakaan AKKES pemerintahan Kabupaten Aceh Utara untuk meningkatkan jumlah buku dan referensi terbaru.
Kepada rekan-rekan mahasiswa Akademi Kesehatan bila anda merawat klien dengan BBLR harus dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masalah klien.