LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI “OKLUSI GIGI GELIGI”
Oleh:
Anjayani Sri Utami 121610101096
LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2013
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1 DAFTAR ISI
...................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Dasar Teori
.......................................................................... 3
BAB II HASIL PERCOBAAN
II.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi Geligi II.1.1
Pemeriksaan Oklusi Statik .......................................... 8
II.1.2
Pemeriksaan Oklusi Sentrik ........................................ 8
II.1.3
Pemeriksaan Overbite dan Overjet ............................. 8
II.1.4
Pemeriksaan Oklusi Ideal ........................................... 9
II.2 Pemeriksaan Hubungan Mandibula Terhdap Maksila II.2.1
Pemeriksaan Relasi Sentrik ........................................ 9
II.2.2
Pemeriksaan Physiological Rest Position ................. 10
II.2.3
Pemeriksaan Oklusi Dinamik/ Artikulasi ................. 10
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................... 13 BAB IV KESIMPULAN ............................................................................ 16 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17
2
BAB I PENDAHULUAN I.1 Dasar Teori
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara dental system, skeletal system dan muscular system. Oklusi gigi geligi bukanlah merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga ada bermacam-macam bentuk oklusi, misalnya : sentrik, eksentrik, habitual, supra-infra, mesial distal, lingual. dsb. Dikenal dua macam istilah oklusi yaitu : 1.
Oklusi ideal adalah merupakan suatu konsep teoritis dari struktur oklusal dan
hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya setiap gigi, kecuali insisivus sentral bawah dan molar 3 atas, beroklusi dengan 2 gigi lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan. 2.
Oklusi normal adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi
pada rahang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi dikontakan dan kondilus berada dalam fosa glenoidea. Oklusi normal tidak terlalu penting dibandingkan kebutuhan untuk mencapai fungsi oklusi yang nyaman dan efisien. Menurut Leory Jhonson, oklusi normal merupakan gambaran suatu kondisi oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan suatu proses metabolic untuk mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang dalam keadaan sehat. Oklusi dikatakan normal jika : - tiap – tiap lengkung gigi harus merupakan suatu kurva berbentuk parabola - lengkung gigi atas harus lebih besar dari lengkung gigi bawah - dalam lengkung gigi , tiap – tiap gigi harus mempunyai titik kontak 3
- permukaan labial dan bukal dari gigi atas letaknya menumpang pada gigi bawah, jaraknya disebut overjet. Permukaan gigi atas selalu lebih keluar daripada gigi bawah - gigi atas berukuran lebih besar dari gigi bawah -mesiobukal cusp M1 atas terletak di groove M1bawah. Distobukal cusp M1 atas terletak diantara M1 dan M2 bawah. Mesiolingual cusp M1 atas terletak pada central fossa M1 bawah. - gigi P dan C atas interlock dengan jarak gigi antagonisnya Gigi I1 atas lebih besar daripada I1 bawah. Tidak hanya menutupi I1 bawah tetapi juga setengah dari I2 bawah. Gigi I2 atas menutupi setengah dari !2 bawah dan inklinasi mesial dari gigi C bawah. - tiap – tiap gigi atas beradu dengan 2 gigi bawah kecuali M3 atas yang hanya beradu dengan M3 bawah - tiap gigi bawah beradu dengan 2 gigi atas kecuali I1 bawah hanya beradu dengan I1 atas - gigi I1 atas menutupi I1 bawah sampai sepertiga atau seperempat mahkotanya - bukal cusp dari gigi – gigi bawah mulai dari caninus ters ke posterior akan menunjukkan bahwa tiap inklinasi distobukal beradu dengan inklinasi mesiolingual gigi atas, sedangkan tiap inklinasi mesiobukal beradu dengan inklinasi distolingual dari gigi atas - lingual cusp dari gigi P dan M atas berada diantara bukal dan lingual cusp dari gigi P dan M bawah Jadi dapat disimpulkan bahwa oklusi normal terdiri dari : hubungan yang normal antara gigi geligi, fungsi yang normal dari otot – otot, dan relasi yang normal dari TMJ.
4
Selain itu istilah maloklusi, yaitu yang menyangkut hal-hal diluar oklusi normal. Merupakan akibat dari perubahan terhadap oklusi normal terjadi pada kondisi kehilangan gigi, destruksi subtansi gigi, migrasi gigi. Pada oklusi normal masih memungkinkan adanya beberapa variasi dari oklusi ideal yang secara fungsi maupun estetik masih dapat diterima/memuaskan. Ada 2 tahap oklusi pada manusia : 1.
Perkembangan gigi geligi susu.
2.
Perkembangan gigi geligi permanen (rssm.iwarp.com). Oklusi berasal dari kata occludere yang mempunyai arti mendekatkan dua
permukaan yang berhadapan sampai kedua pemukaan tersebut saling kontak. Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa oklusi bukanlah merupakan suatu proses statik yang hanya dapat diketahui bila seseorang penutup mulut sampai gigi geliginya dalam keadaan kontak. Tetapi, kita harus pula memahami bahwa selain faktor gigi-geligi masih ada faktor lain yang ikut terlibat dalam proses tersebut. Beberapa ahli menyatakan bahwa oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antara sistem otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskuler sendi temporomadibular dan gigi-geligi (Hamzah, Zahseni; dkk). Dari aspek sejarah perkembangannya, dikenal tiga konsep dasar oklusi yang sejauh ini diajarkan dalam pendidikan kedokteran gigi. a. Pertama, konsep oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu oklusi baik atau normal, bila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas memberikan tekanan yang seimbang pada kedua rahang, baik dalam kedudukan sentrik maupun eksentrik. 5
b.
Kedua, konsep oklusi morfologik (morphologic occlusion) yang penganutnya menilai baik-buruknya oklusi melalui hubungan antar geligi bawah dengan lawannya dirahang atas pada saat geligi tersebut berkontak.
c.
Ketiga,
konsep
oklusi
dinamik/individual/fungsional
(dinamic)/individual/functional occlusion). Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian antara komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar geligi tadi. Komponenkomponen ini antara lain ialah geligi dan jaringan ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula. Bila semua struktur tersebut berada dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik, maka oklusi tersebut dikatakan normal (Gunadi, Haryanto A; dkk). Oklusi statis menurut Foster (2001) adalah hubungan atau kontak yang statis antara gigi rahang atas dengan rahang bawah. Oklusi fungsional merupakan gerak dinamis dari rahang bawah sehingga terjadi kontak dengan rahang atas saat sedang melakukan fungsi tertentu seperti mengunyah, berbiacara, dsb. Oklusi yang baik dipengaruhi oleh beberapa factor yang juga saling memperngaruhi satu sama lain, yaitu : 1. Pertumbuhan dan perkembangan yang baik dari alat – alat pengunyah 2. Integritas (hubungan) yang normal dari gigi geligi 3. Fungsi yang normal dari otot – otot 4. Hubungan yang normal dari TMJ Oklusi sentral (centric occlusion) adalah hubungan yang harmonis antara cusp dan incline plane dari gigi maksila dan mandibula saat rahang menutup dam kondylus terletak wajar di bangain paling belakang cekungan sendi. Relasi sentrik
6
adalah posisi yang sentral atau wajar dari mandibula apabila permukaan antero superior kondylus saat berkontak dengan cekungan dari diskus artikularis. Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya
2.
Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke anterior 4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakkan ke lateral. Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak
2.
Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak
3.
Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi posterior
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalamklasifikasi diatas. (Hamzah, Zahreni,dkk) Oklusi memiliki 2 aspek. Aspek yang pertama adalah statis yang mengarah kepada bentuk, susunan, dan artikulasi gigi geligi pada dan antara lengkung gigi, dan hubungan antara gigi geligi dengan jaringan penyangga. Aspek yang kedua 7
adalah dinamis yang mengarah kepada fungsi system stomatognatik ang terdiri dari gigi geligi, jaringan penyangga, sendi. BAB II HASIL PERCOBAAN II.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi Geligi II.1.1 Pemeriksaan Oklusi Statik
Jenis Kelamin L*
P
Posisi Oklusi
Sisi Kanan
Sisi Kiri
Cusp to marginal ridge
14/44 45, 15/45-
24/34 35, 25/35 36, 26/36 37
Cusp to fossa
-
26/36, 27/37
Cusp to marginal ridge
14/44 45, 15/45 46, 24/34 35, 25/35 36, 16/46 47 26/36 37
Cusp to fossa
16/46, 17/47
26/36, 27/37
Ket: * 46 hilang II.1.2 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Jenis Kelamin
Hubungan Gigi Geligi Posterior
L
26/36, 27/37, 17/47, 16/46
P
17/47, 27/37
II.1.3 Pemeriksaan Overbite dan Overjet
Jenis Kelamin
Overbite
P
3 mm
3 mm
P
2 mm
2 mm
Overjet
8
II.1.4 Pemeriksaan Oklusi Ideal
Gerakan
Orang Coba
Normal
Oklusi Sentrik
P
√
Relasi Sentris ke Oklusi Sentris
P
√
Pergerakan Mandibula ke Anterior
P
√
Hambatan
Jenis Kelamin
Gerakan Oklusi
Gigi Geligi yang Mengalami Kontak Prematur (Ditandai Spot yang Tebal)
P
ICP
42/12, 43/13, 44/14, 45/15
P
ICP
41/31, 42/11, 43/12, 44/13, 45/14
P
ICP
41/31, 42/32, 43/33, 44/11, 45/12
II.2 Pemeriksaan Hubungan Mandibula Terhdap Maksila II.2.1 Pemeriksaan Relasi Sentrik
Jenis Kelamin
Jarak Gigit Saat Oklusi Sentris
Jarak Gigi Saat Relasi Sentris
L
5 mm
6 mm
P
1,5 mm
2,5 mm
Jenis Kelamin
Jarak Pergeseran dari Posisi ICP ke RCP (mm)
L
3
P
3,5
9
II.2.2 Pemeriksaan Physiological Rest Position
Jenis Kelamin
Free Way Space (mm)
P
2
L
2
II.2.3 Pemeriksaan Oklusi Dinamik/ Artikulasi
Jenis Kelamin
Oklusi Geligi pada Sisi Kerja
Oklusi Gigi pada Sisi Keseimbangan
P
Normal
Ada hambatan
L
Normal
Ada hambatan
Jenis Kelamin
Pola Oklusi (BBO/UBO/MPO/tidak dapat diklasifikasikan)
P
BBO
L
UBO
II.6 Pertanyaan
10
1. Apakah setelah RCP rahang masih dapat digerakkan ke posisi lebih posterior? Jawab: Tidak. Karena pada kondisi RCP ini posisi gigi geligi sudah berkontak secara maksimal sehingga sudah tidak bisa digerakkan lebih ke posterior lagi. 2. Pada keadaan normal tanpa ada pergerakan rahang oklusi umumnya terjadi kontak gigi geligi RA dan RB yang bagaimana? Jawab: Akan terjadi kontak yang dinamakan overjet (jarak gigit) dan overbite pada gigi anterior. Sedangkan pada gigi posterior akan ditemukan adanya kontak cusp to margin atau cusp to fossa. 3. Hubungan terbanyak antara gigi RA dan RB adalah kontak yang bagaimana? (ICP, RCP, atau PCP) Jawab: Hubungan terbanyak antara gigi RA dan RB didominasi oleh kontak ICP. 4. Pada orang normal pada oklusi terbanyak adalah UBO, BBO, atau MPO? Jawab: Pada orang normal oklusi terbanyak adalah UBO. 5. Berapa besar free way space normal? Jawab: Range freeway space normal adalah berkisar 2-4 mm. 6. Gigi-gigi posterior manakah yang mengalami cusp to margin? Jawab: Berdasarkan percobaan, oraang coba 1 (laki-laki) : 14/44 45, 15/45- (46 hilang), 24/34 35, 25/35 36, 26/36 37, orang coba 2 (perempuan) : 14/44 45, 15/45 46, 16/46 47, 24/34 35, 25/35 36, 26/36 37. 7. Gigi-gigi posterior manakah yang mengalami cusp to fossa? Jawab: Berdasarkan percobaan, orang coba 1 (laki-laki): -, 26/36, 27/37, orang coba 2 (perempuan): 16/46, 17/47, 26/36, 27/37. 8. Untuk mencapai posisi working side, dimana posisi cusp gigi posterior RB? Jawab: Untuk mencapai posisi working side maka posisi cusp gigi posterior RB harus berkontak dengan cusp bukal RA melalui pergerakan lateral.
11
BAB III PEMBAHASAN
12
Oklusi adalah hubungan kontak antar gigi geligi yang saling berhadapan secara langsung tanpa perantara antara gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah . Posisi oklusi ini berbeda-beda setiap orang. Oklusi yang ideal adalah oklusi dimana semua gigi terletak dalam lengkung secara baik , terjadi hubungan yang harmonis antara lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah, dan hubungan antara tonjol yang baik , rahang atas dan rahang bawah. Pada kondisi oklusi sering kali ditemukan adanya keadaan tidak ideal dan berbeda-beda pada setiap orang. Percobaan II.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi Geligi (pemeriksaan oklusi statik). Pada percobaan ini pengamatan dilakukan pada dua orang coba dengan mengamati area kontak dari gigi-gigi posterior. Pada orang coba pertama (lakilaki), gigi molar pertama kanan bawah hilang dan orang coba kedua (perempuan). Dari kedua orang coba dapat diperoleh hasil bahwa gigi-gigi posterior memiliki pola area kontak: •
Cusp to ridge Baik disisi kanan maupun kiri, kedua orang coba umumnya memililki pola cusp to ridge yang sama. Yaitu antara gigi P1 atas dengan ridge antara gigi P1 dan P2 bawah, P2 atas dengan ridge antara P2 dan M1 bawah.
•
Cusp to fossa Kedua orang coba memiliki kesamaan pada kontak cusp to fossa, yaitu M1 atas dengan fossa M1 bawah, M2 atas dengan M2 bawah. Percobaan II.2 Pemeriksaan Oklusi Sentrik. Percobaan ini juga dilakukan pada
dua orang coba yang berjenis kelamin berbeda, orang pertama (laki-laki) dan orang kedua (perempuan). Oklusi sentrik merupakan posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral di dalam fossanya. Kedua orang coba diminta untuk menggerakkan RB ke posisi kontak maksimal se-posterior mungkin, namun RB masih mampu bergerak ke lateral dan tanpa disertai rasa nyeri. menunjukkan hasil yang sama yaitu adanya kontak bilateral antara M1 atas dengan M1 bawah dan M2 atas dengan M2 bawah. 13
Percobaan II.3 Pemeriksaan overbite dan overjet. Overbite merupakan jarak vertikal antara edge insisal gigi-gigi depan atas (cusp ridge gigi-gigi belakang atas) dan edge insisal gigi-gigi depan bawah (cusp ridge gigi-gigi belakang bawah). Overjet adalah jarak horisontal antara edge insisal gigi-gigi depan atas (cusp ridge gigi-gigi belakang atas) dan edge insisal gigi-gigi depan bawah (cusp ridge gigi-gigi belakang bawah). Percobaan pemeriksaan overbite dan overjet dilakukan pada dua orang coba berjenis kelamin sama (perempuan). Adapun jarak overbite normal yaitu berkisar antara 1-2 mm, dan overjet 2-3 mm. Orang coba pertama memilki overbite: 3 mm dan overjet: 3 mm. Orang coba kedua memiliki overbite: 2 mm dan overjet: 2 mm. Kedua orang coba memiliki jarak overbite dan overjet yang normal. Percobaan II.4 Pemeriksaan Oklusi Ideal. Pemeriksaan oklusi ideal dilakukan melalui tiga macam percobaan, yaitu oklusi sentrik, relasi sentrik ke oklusi sentrik, dan pergerakan mandibula ke anterior. Orang coba berjenis kelamin perempuan, memiliki oklusi sentrik normal yaitu berupa posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondil orang coba berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Pada relasi sentris ke oklusi sentris hubungan mandibula terhadap maksila menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari oklusi sentris atau kondil terletak paling distal dari fossa glenoidal, tetapi masih dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada pergerakan mandibula ke anterior, kondilus orang coba bergerak ke depan dan ke bawah menuruni eminensia artikularis. Sehingga di dapatkan bahwa oklusi orang coba termasuk normal dan ideal. Percobaan oklusi ideal pemeriksaan ICP, RCP, dan PCP digunakan orang coba perempuan dengan hasil, ICP ditemukan pada gigi 42/12, 43/13, 44/14, 45/15; RCP ditemukan pada 41/31, 42/11, 43/12, 44/13, 45/14; PCP ditemukan pada 41/31, 42/32, 43/33, 44/11, 45/12. Hal ini ditandai dengan adanya spot yang tebal pada daerah gigi-gigi tersebut. Percobaan II.2.1 Pemeriksaan Relasi Sentrik, digunakan dua orang coba. Pada orang coba pertama (laki-laki) diperoleh hasil jarak gigit saat oklusi sentris sebesar 5 mm dan jarak gigi saat relasi sentris adalah 6 mm. Pada orang coba 14
kedua (perempuan) diperoleh jarak gigit saat oklusi sentris sebesar 1,5 mm, dan jarak gigi saat relasi sentris sebesar 2,5 mm. Pada percobaan pengukuran jarak pergeseran dari posisi ICP ke RCP , orang -pertama memiliki jarak 3 mm dan orang kedua 3,5 mm. Percobaan II.2.2 Pemeriksaan Physiological Rest Position. Pada percobaan ini diukur berapa jarak free way space pada orang coba. Orang coba yang digunakan adalah dua orang. Free way space orang pertama (perempuan) memiliki free way space 2 mm, dan orang coba kedua (laki-laki) memiliki free way space 2 mm. Dari hasil yang diperoleh dari kedua orang coba tersebut, dapat digolongkan bahwa kedua orang coba memiliki jarak free way space yang normal (2-4 mm). Percobaan II.2.3 Pemeriksaan Oklusi Dinamis/Artikulasi. Pada orang coba perempuan didapatkan hasil normal untuk oklusi gigi geleigi pada sisi kerja (working side). Namun ada hambatan untuk oklusi gigi geligi pada sisi keseimbangan. Untuk orang coba laki-laki diperoleh oklusi gigi pada working side normal, namun ada hambatan pada oklusi geligi pada sisi keseimbangan. Pada orang coba perempuan, pola oklsui yang paling banyak didapatkan adalah BBO (Bilateral Balanced Occlusion) sedangkan pada laki – laki adalah UBO (Unilateral Balanced Occlusion). Dari percobaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pola oklusi orang coba perempuan dan laki-laki termasuk dalam pola oklusi normal.
BAB IV KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
15
1. Oklusi adalah kontak antara gigi geligi yang saling berhadapan secara langsung tanpa perantara dalam suatu hubungan biologis yang dinamik antara semua komponen sistem stomatognatik terhadap permukaan gigi geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi. 2. Oklusi ideal adalah oklusi dimana semua gigi berada pada lengkung yang baik, terdapat hubungan yang baik antara lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah, dan hubungan tonjol yang baik antara kedua rahang. 3. Oklusi normal adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi dikontakan dan kondilus berada dalam fosa glenoidea. 4. Oklusi statis adalah hubungan atau kontak yang statis antara gigi rahang atas dengan rahang bawah. 5. Oklusi dinamis merupakan gerak dinamis dari rahang bawah sehingga terjadi kontak dengan rahang atas saat sedang melakukan fungsi tertentu. 6. Terdapat perbedaan antara oklusi sentrik dan relasi sentrik. 7. Selisih antara dimensi vertical saat gigi geligi beroklusi dan saat mandibula istirahat disebut freeway space (normal 2-4mm). 8. Terdapat berbagai macam kontak gigi geligi akibat pergerakan mandibula.
DAFTAR PUSTAKA
16
Chandra. 2004. Textbook of Dental and Oral Anatomy Physiology and Occlusion. New Delhi: Jaypee Brothers Publishers Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi, edisi ke 3. Jakarta: EGC. Hal 32-35. Gros, Martin D; Mahtews, J.D. 1991. Oklusi Dalam Kedokteran Gigi Restoratif. Surabaya : Airlangga University Press. Gunadi, Haryanto A; dkk. 1994. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 2. Jakarta : Hipokrates. Hamzah, Zahreni drg, dkk. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blog Stomatognatik. Jember: Unej Hamzah, Zahreni; dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia. Jember : Bag. Biomedik Lab Fisiologi Manusia FKG Universitas Jember. Soeyoto; Wiyono, Adi; Nindyo P. Aris. 2009. Gigi dan Mulut. http://rssm. Iwarp.com/konsultasi.html. Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC
17