BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fosil masih merupakan alat terbaik dalam mempelajari, mengkaji, dan menguji teori evolusi. Apa sih sebenarnya fosil itu ? Apa saja jenisnya, bagaimana terbentuknya ? Paleontologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari fosil. Seluk beluk fosil dipelajari oleh seorang paleontologist. Fosil sendiri adalah jejak kehidupan masa lalu. Banyak yang mengira kalau ketemu fosil Dinosaurus itu berupa tulang yang utuh, namun sebenarnya yang sering ditemukan itu hanyalah bagian dari tulang, atau tulang - tulang yang berserakan. Dahulu teori evolusi banyak diuji dengan melihat fosil-fosil yang merupakan peninggalan makhluk hidup pada masa lalu. Tetapi perlu diketahui juga bahwa Charles Darwin ketika membuat buku "the origin of species" tidak diawali dengan fosil namun lebih banyak memanfaatkan fenomena burung- burung di Galapagos. Perkembangan teori evolusi saat ini sudah menggunakan bermacam - macam metode mutahir, tetapi jelas tidak hanya kearah masa kini dengan memamfaatkan DNA saja.
Dalam ilmu geologi, tujuan mempelajari fosil adalah untuk mempelajari perkembangan kehidupan yang pernah ada di muka bumi sepanjang sejarah bumi, mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat fosil tersebut hidup, menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam didasarkan atas kandungan fosilnya, untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan didasarkan atas sifat dan ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut, Untuk korelasi antar batuan batuan yang terdapat di alam (biostratigrafi) yaitu dengan dasar kandungan fosil yang sejenis atau seumur.
Oleh karena itu untuk mengetahui fosil secara spesifik kita melakukan praktikum yakni praktikum geologi fisik acara Fosil.
1.2 Tujuan
Maksud dari praktikum geologi fisik acara fosil adalah untuk mengetahui pengertian mendalam mengenai fosil. Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah
Mengetahui pengertian dari fosil
Menjelaskan tentang proses-proses pemfosilan
Menjelaskan tentang kegunaan fosil dalam geologi
1.3 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum geologi fisik acara Fosil yaitu sebagai berikut:
Kertas A4s
Format tabel praktikum
Fosil
Alat tulis-menulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Fosil
Kira-kira 550 juta tahun yang lalu longsoran lumpur yang terjadi di dasar laut purba. Tumbuhan dan binatang terangkut pada proses tersebut ke dasar laut yang lebih dalam lapisan sedimen lumpur yang kemudian mengalami litifikasi menjadi serfih. Selanjutnya serpih mengalami pengankatan membentuk pegunungan yang tinggi. Pada batuan tersebut ditemukan sejumlah sisa-sisa organisme tadi yang beberapa jenis diantaranya masih tetap hidup sampai sekarang sedang yang lainnya telah musnah.
Sisa-sisa kehidupan dimasa lampau yang telah mengalami pembatuan disebut fosil. Fosil yang tertua adalah jejak yang sangat kecil dari organisme yang menyerupai bakteri yang pernah hidup sekitar 3000 juta tahun yang lalu. Cabang ilmu geologi yang pernah dipelajari tentang kehidupan yang pernah ada di masa lampau disebut paleontologi. Paleontologi sangat membantu ahli geologi dalam melakukan interpretasi mengenai sejarah bumi.
Fosil, dari bahasa Latin fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah". Fosil adalah semua sisa, jejak, ataupun cetakan dari manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang telah terawetkan dalam suatu endapan batuan dari masa geologis atau prasejarah yang telah berlalu. Fosil mahluk hidup terbentuk ketika mahluk hidup pada zaman dahulu (lebih dari 11.000 tahun) terjebak dalam lumpur atau pasir dan kemudian jasadnya tertutup oleh endapan lumpur. Endapan lumpur tersebut akan mengeras menjadi batu di sekeliling mahluk hidup yang terkubur tersebut. Dari fosil yang ditemukan, yang paling banyak jumlahnya adalah yang sangat lembut ukurannya seperti serbuk sari, misalnnya foraminifera, ostracoda dan radiolarian. Sedangkan, hewan yang besar biasanya hancur bercerai-cerai dan bagian tertentu yang ditemukan sebagai fosil.
Bentuk fosil ada dua macam yaitu fosil cetakan dan jejak fosil. Fosil cetakan terjadi jika kerangka mahluk hidup yang terjebak di endapan lumpur meninggalkan bekas (misalnya tulang) pada endapan tersebut yang membentuk cetakan. Jika cetakan tersebut berisi lagi dengan endapan lumpur maka akan terbentuk jejak fosil persis seperti kerangka aslinya.
Berdasarkan ukurannya, jenis fosil dibagi menjadi :
Macrofossil (Fosil Besar) , dipelajari tanpa menggunakan alat bantu
Microfossil (Fosil Kecil), dipelajari dengan alat bantu mikroskop
Nannofossil (Fosil Sangat kecil), dipelajari menggunakan batuan mikroskop khusus (dengan pembesaran hingga 1000x)
Fosil adalah sisa-sisa dari organisme yang hidup di masa lampau yang kemudian terawetkan hingga bentuk sisa-sisanya masih dapat tampak di masa kini. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa organisme harus segera tertutup material sedimen agar sisa-sisa organisme terhindar dari proses pembusukan dan penghancuran oleh organisme. Suatu benda dikatakan sebagai fosil apabila memenuhi syarat-syarat berikut ini, yaitu:
Memiliki bagian tubuh yang keras, contohnya rangka, gigi, cangkang dan jaringan kayu. Namun syarat ini tidak mutlak, karena dapat juga ditemukan fosil hewan lunak.
Tubuh organisme yang mati tidak mengalami kehancuran, pelapukan, pembusukan.
Organisme harus segera terkubur material yang mencegah terjadinya pembusukan.
Fosil harus terawetkan melalui proses yang alami.
Dapat terekam pada batuan sedimen pada umumnya.
Berumur lebih dari 11.000 tahun
2.1.1 Persebaran Fosil
Diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang tersebar luas dan terpisah di beberapa benua.
Fosil Cynognathus , suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta ta hun yang lalu dan ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
Fosil Lystrosaurus , suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta ta hun yang lalu, ditemukan di benua benua Af rika, India, dan Antartika.
Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.
2.2 Proses Pemfosilan
Proses pemfosilan adalah proses perubahan dari organisme hidup menjadi fosil. Untuk mengetahui bagaimana fosil terbentuk, tergantung apa yang terjadi setelah organisme tersebut mati. Kebanyakan organisme yang telah mati dimakan oleh binatang atau hancur karena organisme yang lainnya. Selain itu, proses dekomposisi dapat juga menghancurkan organisme tersebut. Rposes tersebut kadang sangat eaktif, sehingga dapat menghilangkan sama sekali jejak-jejak dari organisme yang telah mati. Tetapi ada kondisi tertentu sisa atau jejak organisme yang mati tersebut dapat terawetkan dan menjadi fosil.
2.2.1 Proses Fosilisasi pada Mahluk Hidup
Batuan sedimen terbentuk dari lapisan mineral yang mengendap dan memisah dari air. Pasir dan endapan lumpur yang sudah lapuk dan tererosi dari tanah dibawah ke sungai menuju ke laut atau rawa, di mana bagian sedimen tersebut akan mengendap ke bagian dasar. Sedimen akan menumpuk dan menekan endapan yang lebih tua untuk menjadi batu.
Ketika ada kehidupan organisme air atau organisme darat yang terbawa dari ke lautan atau rawa itu mati, maka organisme tersebut akan terendapkan bersama-sama dengan sedimen dan akan terawetkan menjadi fosil. Catatan fosil merupakan susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan, atau strata, pada batuan sedimen yang menandai berlalunya waktu geologis. Fossil record memiliki data yang tidak lengkap. Hal ini dikarenakan banyaknya di periode masa lalu namun tidak diimbangi dengan proses sedimentasi.
Fosil digunakan untuk mencari jejak kehidupan masa lalu. Fosil ini tidak hanya sisa-sisa organisme yang sebenarnya, seperti gigi, tulang, kerang, dan daun (fosil tubuh), tetapi juga hasil dari aktivitas mereka, seperti liang dan sidik jari kaki (jejak fosil), dan senyawa organik yang mereka hasilkan oleh proses biokimia (fosil kimia). Bahkan kadang-kadang, struktur anorganik juga dihasilkan lewat jejak kehidupan, yang dikenal dengan pseudofossils.
2.2.2 Penentuan Umur Fosil
Salah satu penentuan umur fosil adalah dengan menggunakan metode radiometric dating. Metode ini paling sering dipakai untuk menentukan fosil dengan cara menentukan umur batuan dan fosil pada skala waktu absolut. Fosil mengandung isotop unsur yang terakumulasi dalam organisme ketika masih hidup. Karena setiap isotop radioaktif memiliki laju peluruhan yang sudah tetap, isotop itu dapat digunakan untuk menentukan umur suatu spesimen. Waktu paruh (half-life) suatu isotop, yaitu jumlah rentang waktu yang diperlukan untuk meluruhkan 50% dari sampel awal. Sebagai contoh karbon memiliki waktu paruh sebesar 5600-5730 tahun, yang merupakan suatu laju peluruhan yang efektif untuk menentukan umur fosil yang relatif muda. Sebagai contoh ketika suatu organisme tersebut masih hidup, organisme tersebut mengasimilasi isotop yang berbeda, salah satunya karbon. Setelah organisme tersebut mati maka karbon tersebut tersimpan dan akan meluruh sesuai dengan lama fosil tersebut. Sementara untuk isotop yang lebih lama bisa menggunakan uranium, yang memiliki waktu paruh 4,5 miliar tahun.
Sinar kosmik menumbuk atmosfer dan melepaskan neutron yang selanjutnya neutron tersebut akan menumbuk atom nitrogen untuk menghasilkan karbon yang selanjutnya akan diambil oleh organisme.
2.2.3 Mekanisme Fosilisasi
Untuk memahami proses fosilisasi, maka salah satu ilmu yang mempelajari tentang proses fosilisasi disebut dengan taphonomy. Ilmu ini memahami mekasnisme perubahan mulai dari kehidupan (life), kematian (death), pengawetan (preservation), ketahanan (survival), dan penemuan (discovery) dari suatu organisme. Dalam studi tentang mekanisme fosilisasi, maka proses tersebut dimulai ketika organisme tersebut sudah mati dan akan terawetkan melalui sedimentasi. Adapun tipe-tipe pengawetan fosil adalah permineralisasi,, replacement, unaltered, bioimmuration dan karbonisasi.
Pemineralisasi
Pemineralisasi merupakan tipe pengawetan dimana setelah organisme terekubur, maka bagian tubuhnya akan digantikan oleh mineral melalui ruang-ruang dalam organisme tersebut. Sementara rekristalisasi merupakan pengawetan dimana bagian tubuhnya digantikan oleh kristal seperti hydroxy apatite, aragonite, dan calcite.
Replacement
Replacement merupakan tipe pengawetan yang mana bagian dari tubuh organisme digantikan oleh mineral lain.
Unaltered
Merupakan tipe fosil yang mana bagian dari fosil tersebut masih menyisakan mineral aslinya seperti tulang.
Bioimmuration
Adalah tipe pengawetan fosil dimana bahan yang akan mengisi bagian organisme tersebut masih tercampur dengan bagian tubuh organisme tersebut seperti tulang atau cangkang.
Karbonisasi
Tipe pengawetan ini banyak ditemukan pada tanaman ketika tanaman tersebut banyak mengandung unsur karbon seperti karbohidrat dan dalam bentuk fosil berwarna kehitaman akibat proses penguraian yang dilakukan bakteri kekurangan oksigen dan berada pada tekanan yang tinggi.
Suatu perairan mengalami sedimentasi akibat erosi dari sungai. Dan ketika ada organisme yang mati maka akan tersedimentasi dan membentuk fosil dan selanjutnya sedimentasi masih berlanjut sehingga ketika ada organisme yang mati lagi, maka akan tersedimentasi dan terbentuklah lapisan sedimen dengan berbgai macam jenis fosil yang bebeda umurnya.
2.2.4 Syarat Terjadinya Fosilisasi
Untuk menjadi fosil, maka organisme harus mengalami beberapa persyatan antara lain:
Organisme yang mati harus segera terkubur agar terhindar dari kerusakan akibat pembusukan atau agen pelapukan seperti angin atau perubahan suhu.
Organisme yang terkubur dalam keadaan anaerob agar bakteri aerobik tidak bisa membusukkan akibat kekurangan oksigen seperti daerah rawa-rawa.
Mengandung bagian-bagian yang keras yang masih bisa dipertahankan.
2.2.5 Tipe-Tipe Fosil
Adpun tipe tipe fosil yang pada umumnya ditemukan adalah sebagai berikut:
Fosil Amber Amber adalah getah pohon atau resin yang telah membatu yang mengandung senyawa terpen yang mudah menguap, sehingga ketika ada organisme yang terperangkap maka akan terawetkan dengan sempurna menjadi fosil.
Fosil Jejak (Ichnofossils) Fosil jejak merupakan rekaman dari aktivitas suatu organisme. Fosil jejak merepresentasikan aktivitas yang terjadi ketika organisme tersebut masih hidup. Fosil jejak dapat berupa tracks (tapak), trail (jejak tubuh), boring (lubang), burrows (liang), eggshells (cangkang telur), nests (sarang burung), coprolites (fosil kotoran), dan gastroliths.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil dari praktikum geologi fisik acara Fosil saya lampirkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Neptunea Gontrapita
PRKTIKUM GEOLOGI FISIK
Acara : Fosil Nama : Wahyu Fauzi
Hari/Tgl : Selasa / 6 Oktober 2015 Nim : D61115508
SampingSampingVentralVentralDorsalDorsal Keterangan:
Samping
Samping
Ventral
Ventral
Dorsal
Dorsal
3311 1.
3
3
1
1
2.
3.
22 4.
2
2
Filum : Molusca
Kelas : Neogastropoda
Ordo : Neogastropoda
Family : Neptunea
Genus : Neptunea
Spesies : Neptunea gontrapia
Proses pemfosilan : Mineralisasi
Komposisi mineral : CaCo3
Bentuk Fosil : Konikal
Genesa : Terbentuk didaratan
Thecosmilia Trichotoma
PRKTIKUM GEOLOGI FISIK
Acara : Fosil Nama : Wahyu Fauzi
Hari/Tgl : Selasa / 6 Oktober 2015 Nim : D61115508
SampingSampingVentralVentralDorsalDorsal Keterangan:
Samping
Samping
Ventral
Ventral
Dorsal
Dorsal
1.
2.
3.
4.
Filum : Coelonterata
Kelas : Antropoda
Ordo : Sclebactina
Family : Thecosmilia
Genus : Thecosmilia
Spesies : Thecosmilia Trichotoma
Proses pemfosilan : Mineralisasi
Komposisi mineral : CaCo3
Bentuk Fosil : Konikal
Umur : Upper Jurassic
Omphyma Subturbinata
PRKTIKUM GEOLOGI FISIK
Acara : Fosil Nama : Wahyu Fauzi
Hari/Tgl : Selasa / 6 Oktober 2015 Nim : D61115508
SampingSampingVentralVentralDorsalDorsal Keterangan:
Samping
Samping
Ventral
Ventral
Dorsal
Dorsal
1.
2.
3.
4.
Filum : Cnidari
Kelas : Anthozoa
Ordo : Rugosa
Family : Omphyma
Genus : Omphyma
Spesies : Subturbinata
Proses pemfosilan : Mineralisasi
Komposisi mineral : CaCo3
Bentuk Fosil : Konikal
Umur : Silurian
Pembahasan
3.2.1 Sampel Fosil Pertama
Sampel ini merupakan dalam spesies Neptunea Contralia, klasifikasinya termasuk dalam filum moluska, kelas Gastropoda , berordo Neograstopoda termasuk dalam family Neptuneae. Genus dari sampel ini adalah Neptunea, pada sampel ini proses pemfosilan adalah permineralisasi dimana rongga dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang, komposisi mineral adalah karbonat, bentuk fosil konikal yaitu menyerupai cangkang, umur fosil ini adalah silur tengah yaitu pada masa paleozoikum, Ganesa sampel ini adlaah dataran, diketahui karena komposisi mineral pada fosil ini adalah karbonat.
3.2.3 Sampel Fosil Kedua
Sampel ini merupakan dalam spesies Thescomilia Trichotomo, klasifikasinya termasuk dalam filum Coelenterata, kelas Anthozoa , berordo Scleractinia termasuk dalam family Thescosmilianidae. Genus dari sampel ini adalah Thecosmilia, pada sampel ini proses pemfosilan adalah Replacement yaitu terjadi jika cangkang, rangka, tulang atau jaringan lain terubah oleh mineral lain. Komposisi mineral adalah Silika dengan bentuk fosil Simetris radial yaitu menempel, umur kapur tengah dan ditemukan di dasar laut dalam, diketahui karena mineral penyusunnya adalah Silika.
3.2.3 Sampel Fosil Ketiga
Sampel ini merupakan dalam spesies Omphyma Subturbinata, klasifikasinya termasuk dalam filum Mollusca, kelas Antrozoa , berordo Rugosa termasuk dalam family Omphymadeae. Genus dari sampel ini adalah Omphyma, pada sampel ini proses pemfosilan adalah kristalisasi atau pembekuan merupakan suatu proses pemfosilan yang umum, dimana sisa-sisa organisme terkena suhu dan tekanan yang lebih tinggi sehingga mineral-mineral penyusunnya berubah kebentuk yang lebih stabil pada skala maskroskopi, namun pada skala yang lebih kecil, struktur-struktur halus dari fosil tidak lagi kelihatanatau berubah, mengikuti kristal dari mineral baru, komposisi mineralny adalah karbonat, dengan bentuk fosil konikal yaitu menyerupai cangkang dan ditemukan di dataran, diketahui karena mineral penyusunnya karbonat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat diratik kesimpulan bahwa
Fosil adalah sisa jejak atau bekas organisme pada masa lampau yang mengalami pengendapan sehingga membentuk batuan. Fosil adalah petunjuk terpenting rincian kehidupan prasejarah
Adapun proses pemfosilan yaitu, Permineralisasi merupakan proses pengawetan dimana rongga dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang. Mineral pengisi bisa sama atau lain dengan mineral pembentuk cangkang asli. Replacement terjadi jika cangkang, rangka, tulang atau jaringan lain terubah oleh mineral lain. Suatu cangkang disebut sebagai mengalami rekristalisasi apabila bentuk asli masih terawetkan tetapi tersusun oleh kristal dari mineral yang berbeda. Rekristalisasi merupakan suatu proses pemfosilan yang umum, dimana sisa-sisa organisme terkena suhu dan tekanan yang lebih tinggi sehingga mineral-mineral penyusunnya berubah kebentuk yang lebih stabil pada skala maskroskopi, namun pada skala yang lebih kecil, struktur-struktur halus dari fosil tidak lagi kelihatanatau berubah, mengikuti Kristal dari mineral baru.
Adapun kegunaan fosil dalam geolodi antara lain
Menentukan umur relatif batuan yang mengandungnya
Mengetahui lingkungan pengendapan batuan yang mengandungnya
Mengetahui kedalaman (batimetri) lingkungan pengendapannya
Mengetahui Paleoklimatologi (Iklim di masa lampau)
Mengetahui Paleoekologi (Ekologi di masa lampau)
Melakukan korelasi umur antara batuan yang satu dengan yang lain
3.1 Pembahasan
Adapun pembahasan dari hasil praktikum adalah sebagai berikut:
3.1.1 Neptunea Gontrapita
3.1.2 Thecosmilia Trichotoma
3.1.3 Omphyma Subturbinata
BAB 1V
PENUTUP
Kesimpulan
Saran