TITRASI BALIK PENETAPAN KADAR ASPIRIN DALAM TABLET
I.
DASAR TEORI 1.1 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%. Natrium hidroksida berbentuk pelet, serpihan atau batang atau bentuk lain, berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab, mudah larut dalam air dan dalam etanol netral serta disimpan dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
1.2 Asam Oksalat (C2H2O4)
Asam oksalat mengandung tidak kurang dari 99,5% C 2H2O4. Asam oksalat berbentuk hablur, tidak berwarna, larut dalam air dan etanol (95%) P. Penetapan kadar asam oksalat dilakukan dengan menimbang asam oksalat kurang lebih 3 gram, dilarutkan dalam 50 50 mL air bebas CO2 P, dititrasi dengan NaOH 1 N menggunakan indikator fenolftalein P (Depkes RI, 1979).
Gambar 1. Struktur Kimia Asam Oksalat (Oxtoby, 2001)
1.3 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida mengandung tidak kurang dari 36,5% b/b dan tidak lebih dari 38,0% HCl. Asam klorida memiliki pemerian berupa cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2
0
bagian volume air, asap menjadi hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,18 (Depkes RI, 1995).
1.4 Phenolphthalein (PP)
Phenolphthalein tidak mengandung kurang dari 98 % dan tidak lebih dari 101 % C 20H14O4 dihitung terhadap zat yang telah diberikan. Pemerian berupa serbuk putih atau putih kekuningan lemak, tidak berbau, stabil di udara (Depkes RI, 1995).
Gambar 2. Struktur Kimia Phenolphthalein (Watson, 2007)
1.5 Aspirin (Asam (Asam Asetil Salisilat) Salisilat)
Aspirin atau disebut juga asam asetilsalisilat atau asetosal memiliki pemerian antara lain hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Bersifat stabil di udara kering, di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisis menjadi asam salisilat dan asam asetat. Aspirin sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform, dan dalam eter, agak sukar larut dalam eter mutlak. Rumus molekulnya adalah C9H8O4 dengan BM 180,16 dimana 1 mL natrium hidroksida 0,5 N setara dengan 45,04 mg C9H8O4 (Depkes RI, 1995).
Gambar 3. Struktur Kimia Aspirin (Depkes RI, 1995)
1
bagian volume air, asap menjadi hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,18 (Depkes RI, 1995).
1.4 Phenolphthalein (PP)
Phenolphthalein tidak mengandung kurang dari 98 % dan tidak lebih dari 101 % C 20H14O4 dihitung terhadap zat yang telah diberikan. Pemerian berupa serbuk putih atau putih kekuningan lemak, tidak berbau, stabil di udara (Depkes RI, 1995).
Gambar 2. Struktur Kimia Phenolphthalein (Watson, 2007)
1.5 Aspirin (Asam (Asam Asetil Salisilat) Salisilat)
Aspirin atau disebut juga asam asetilsalisilat atau asetosal memiliki pemerian antara lain hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Bersifat stabil di udara kering, di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisis menjadi asam salisilat dan asam asetat. Aspirin sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform, dan dalam eter, agak sukar larut dalam eter mutlak. Rumus molekulnya adalah C9H8O4 dengan BM 180,16 dimana 1 mL natrium hidroksida 0,5 N setara dengan 45,04 mg C9H8O4 (Depkes RI, 1995).
Gambar 3. Struktur Kimia Aspirin (Depkes RI, 1995)
1
1.6 Titrasi Balik
Titrasi balikatau titrasi kembali adalah suatu teknik kimia analisis yang digunakan untuk mencari konsentrasi suatu reaktan yang tidak diketahui dengan bereaksi pada kelebihan volume dari reaktan yang konsentrasinya sudah diketahui.Campuran yang dihasilkan kemudian dititrasi dengan mempertimbangkan molaritas dari reaktan berlebih yang ditambahkan. Titrasi kembali ini dapat digunakan apabila titik akhir titrasi memang lebih mudah untuk diamati dibandingkan dengan titik akhir titrasi pada titrasi standar(Widiarto,2009). Tujuan dari titrasi balik ini adalah untuk mengubah reagen yang tidak stabil menjadi bentuk yang lebih stabil, memudahkan pengamatan perubahan warna yang terjadi pada titik akhir titrasi serta untuk sampel yang mengandung pengotor yang dapat menganggu jika dilakukan titrasi langsung. Titrasi balik dilakukan untuk penetapan kadar jika bahan atau senyawa yang digunakan sebagai berikut : a.
Sampel yang mudah menguap, misalnya ammonia dimana sebagian sampel dari ammonia dapat menguap selama titrasi.
b.
Senyawa yang tidak larut, misalnya kalium karbonat sehingga diperlukan penambahan larutan untuk menghasilkan reaksi yang kuantitatif. (Kar, 2005) Keuntungan menggunakan titrasi kembali adalah metode ini lebih
mudah digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi dibandingkan dengan titrasi normal, serta berguna untuk mengetahui jumlah atau kadar asam atau basa yang terkandung dalam suatu padatan yang tidak larut. Sedangkan kerugian dari metode ini adalah membutuhkan skill dan latihan untuk hasil yang efektif, instrumen yang digunakan harus dikalibrasi, kereaktifan dari elemen-elemen yang akan dititrasi harus dilakukan dengan baik serta membutuhkan lebih banyak waktu apabila dilakukan manual (Thompson,2008).
2
Salah satu aplikasi dari titrasi balik adalah menghitung kadar aspirin dalam suatu larutan. Penetapan kadar aspirin akan sulit apabila menggunakan titrasi langsung karena aspirin merupakan asam lemah dan reaksinya
berjalan
dengan
sangat
lambat.
Sedangkan
apabila
menggunakan titrasi balik, titik akhir titrasi lebih mudah diamati karena merupakan reaksi antara asam kuat dan basa kuat. Reaksi ini terjadi pada tingkat tinggi dengan demikian menghasilkan titik akhir titrasi yang mudah dilihat. Titrasi untuk asam kuat dan basa kuat menunjukkan kesetaraan titik akhir titrasi terjadi pada pH 7, yang artinya indikator phenolphthalein dapat digunakan. Titik akhir titrasi terlihat ketika larutan merah yang dihasilkan oleh penambahan phenolphthalein memudar hingga akhirnya menjadi larutan tidak berwarna (Liakatas, 2008). Tahap pertama dari reaksi ini adalah hidrolisis basa yang melibatkan aspirin dengan natrium hidroksida (NaOH), dimana jumlah dari NaOH ditambahkan berlebih. Karena reaksi hidrolisis ini berjalan lambat pada suhu ruangan, maka untuk meningkatkan laju reaksi dilakukan pemanasan. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Sedangkan reaksi keseluruhannya adalah sebagai berikut:
Tahap kedua merupakan titrasi balik NaOH berlebih dengan HCl. Reaksinya adalah sebagai berikut: NaOH + HCl → NaCl + H2O
3
Dengan metode titrasi balik ini, jumlah HCl yang dibutuhkan untuk menitrasi NaOH yang tidak bereaksi dengan aspirin bisa dihitung, sehingga jumlah NaOH yang bereaksi dengan aspirin juga dapat ditentukan (Liakatas, 2008).
II. ALAT DAN BAHAN 2.1 Alat
a.
Aluminium foil
b. Bulb filler c.
Beaker glass
d.
Buret
e.
Erlenmeyer
f.
Labu ukur
g.
Mortir dan stamper
h. Neraca analitik i.
Sendok tanduk
j.
Statif dan klem
k.
Pengaduk ultrasonik
l.
Pipet ukur
m. Pipet tetes 2.2 Bahan
a.
Akuades
b.
Etanol
c.
Indikator Phenolphthalein
d.
Larutan Asam Oksalat 0,1 N
e.
Larutan NaOH 0,1 N
f.
Larutan HCl 0,1 N
g.
Tablet Aspirin
4
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Pembuatan Indikator Phenolphthalein 1% b/v Diketahui
: Kadar Phenolphthalein = 1% b/v = 1 gram/100 mL Volume Phenolphthalein yang akan dibuat = 5 mL
Ditanya
: Massa Phenolphthalein yang ditimbang ?
Jawab
: a
L
=
a L
a L
x gram
=
massa
=0,05 gram
L
Prosedur Kerja : Phenolphthalein ditimbang sebanyak 0,05 gram, kemudiandimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan etanol 95% secukupnya, kemudian dikocok hingga larut. Etanol 95% ditambahkan hingga tanda batas 5 mL kemudian dikocok hingga homogen.
3.2 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N Diketahui
: N Asam oksalat = 0,1 N V Asam oksalat = 100 mL BM Asam oksalat = 126 gram/mol
Ditanya
: Massa Asam oksalat yang ditimbang ?
Jawab
:
Reaksi : H2C2O4 → 2H+ + C2O4ek = 2 grek/mol M asam oksalat = M
=
0,05 M
=
Massa
=
N aa ala
N
e
2 el
=
aa
M
×
aa
×
2 al
= 0,05 M
L
0,63 gram
Prosedur Kerja :
5
Asam oksalat ditimbang dengan beaker glass sebanyak 0,63 gram, kemudian dilarutkan dengan akuades hingga larut sambil diaduk dengan batang pengaduk. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan akuades hingga tanda batas, digojog hingga homogen, kemudian ditampung dalam botol coklat dan dilapisi dengan aluminium foil .
3.3 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N Diketahui
: N NaOH = 0,1 N V NaOH = 500 mL BM NaOH = 40 gram/mol
Ditanya
: Massa NaOH yang ditimbang ?
Jawab
:
Reai : NaOH → Na + + OHek = 1 grek/mol M NaOH =
N NaH
N
e
el
=
aa
M
M
=
×
0,1 M
=
Massa
= 2 gram
aa
×
al
= 0,1 M
L
Prosedur Kerja : NaOH ditimbang dengan beaker glass sebanyak 2 gram kemudian dilarutkan dengan akuades hingga larut sambil diaduk dengan batang pengaduk.Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 500 m L, ditambahkan akuades
hingga
tanda
batas
500
mL
dan
digojog
hingga
homogen.Ditampung dalam botol coklat dan dilapisi dengan aluminium foil .
3.4 Pembuatan Larutan HCl 0,1 N Diketahui
: Cstok = 37%b/b = 37 gram/100 gram BM HCl = 36,5 gram/mol
6
BJ HCl = 1,19 gram/mL V HCl = 250 mL N HCl = 0,1 N Ditanya
: Volume stok HCl 37% b/b yang dipipet ?
Jawab
:
Reai : HCl → H+ + Clek = 1 grek/mol M HCl =
N HCl
N
e
el
=
M Larutan Stok = =
= 0,1 M
aa
M
aJ
×
a
× a
⁄ aL
al
=12,06 M Pengenceran dari 12,06 M menjadi 0,1 M Vstok × Mstok × ek
=
Vlart × Mlart× ek
Vstok × 12,06 M
=
250 mL × 0,1 M
=
2,073 mL
Vstok Prosedur Kerja :
HCl 37% b/b dipipet sebanyak 2,073 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL yang telah berisi akuades secukupnya. Ditambahkan akuades sampai tanda batas lalu digojog hingga homogen.
3.5 Standardisasi Larutan NaOH 0,1 N Larutan asam oksalat dipipet sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein, kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N.Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna merah muda yang stabil pada larutan, lalu dicatat volume larutan NaOH 0,1 N yang digunakan. Dilakukan titrasi sebanyak 3 kali.
7
3.6 Standardisasi Larutan HCl 0,1 N 10 mL NaOH 0,1 N dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan indikator phenolphthalein 3 tetes. Dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan yang berwarna merah muda berubah menjadi bening. Dilakukan titrasi sebanyak 3 kali dan dicatat volume HCl yang dibutuhkan.
3.7 Penetapan Kadar Tablet Aspirin Tablet aspirin digerus kemudian serbuk ditimbang 100 mg. Serbuk kemudian dilarutkan dengan 10 mL etanol dalam erlenmeyer kemudian ditutup dengan aluminium foil dan dilarutkan dengan ultrasonik selama 5 menit. Setelah diultrasonik, ditambahkan 10 mL akuades dan 3 tetes indikator phenolphthalein. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga larutan berwarna merah muda stabil. Dicatat volume NaOH yang dibutuhkan untuk menitrasi. Ditambahkan 5 mL NaOH (NaOH berlebih) kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga larutan berwarna bening. Dilakukan langkah yang sama sebanyak 3 kali. Dihitung kadar rata-rata dari tablet aspirin.
IV. SKEMA KERJA
4.1 Pembuatan Indikator Phenolphthalein 1% b/v Ditimbang phenolphtalein sebanyak 0,05 gram kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL.
Ditambahkan etanol 95% secukupnya.
Dikocok hingga larut.
Ditambahkan etanol 95% hingga tanda batas dan digojog hingga homogen. 4.2 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N 8
Ditimbang asam oksalat sebanyak 0,63 gram. Dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambahkan akuades secukupnya sambil diaduk hingga larut. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
Ditambahkan akuades sampai tanda batas 100 mL.
Digojog larutan hingga homogen dan ditutup dengan aluminium foil. 4.3 Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1 N Ditimbang NaOH sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Ditambahkan akuades secukupnya sambil diaduk sampai larut.
Larutan NaOH dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL. Ditambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga batas volume 500 mL. Digojog hingga homogen dan ditampung ke dalam botol dan ditutup dengan aluminium foil . 4.4 Pembuatan Larutan HCl 0,1 N Dipipet HCl 37% b/b sebanyak 2,073 mL.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL yang telah berisi akuades secukupnya. Ditambahkan akuades sampai tanda batas, digojog hingga homogen dan ditampung ke dalam botol, kemudian ditutup dengan aluminium foil . 4.5 Standardisasi Larutan NaOH 0,1 N
9
Dipipet larutan asam oksalat sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
Ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein.
Dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N, titik akhir tit rasi ditandai dengan terbentuknya warna merah muda yang stabil pada larutan.
Dicatat volume larutan standar NaOH 0,1 N yang digunakan.
Dilakukan titrasi sebanyak 3 kali. 4.6 Standardisasi Larutan HCl 0,1 N Dipipet 10 mL NaOH 0,1 N kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
Ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein.
Dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan yang berwarna merah muda berubah menjadi bening.
Dicatat volume HCl yang dibutuhkan.
Dilakukan titrasi sebanyak 3 kali.
4.7 Penetapan Kadar Tablet Aspirin
10
Tablet aspirin digerus kemudian serbuk ditimbang sebanyak 100 mg.
Serbuk kemudian dilarutkan dengan 10 mL etanol dalam erlenmeyer kemudian ditutup dengan aluminium foil dan dilarutkan dengan ultrasonik selama 5 menit.
Ditambahkan 10 mL akuades dan 3 tetes indikator phenolphthalein.
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga larutan berwarna merah muda stabil.
Dicatat volume NaOH yang dibutuhkan untuk menitrasi.
Ditambahkan 5 mL NaOH (NaOH berlebih) kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga larutan berwarna bening.
Dicatat volume HCl yang dibutuhkan untuk menitrasi.
Dilakukan langkah yang sama sebanyak 3 kali.
Dihitung kadar rata-rata dari tablet aspirin.
11
V. HASIL PENGAMATAN 5.1 Hasil Percobaan
a.
Standardisasi Larutan NaOH Titrasi Larutan Asam Oksalat 0,1 N dengan Larutan NaOH Indikator : Phenolphthalein Volume
Pengamatan
Kesimpulan
0,0 - 10,8mL
Bening menjadi merah muda
Mencapai titik akhir titrasi
0,0 - 10,7mL
Bening menjadi merah muda
Mencapai titik akhir titrasi
0,0 - 10,7mL
Bening menjadi merah muda
Mencapai titik akhir titrasi
NaOH (mL)
Titik Akhir Titrasi : 10,8 mL; 10,7 mL; 10,7 mL Normalitas NaOH : 0,093 N; 0,094 N; 0,094 N Titrasi Diulang 3 kali Normalitas NaOH rata-rata : 0,094 N b.
Standardisasi Larutan HCl Larutan NaOH yang digunakan :0,094 N Indikator : Phenolphthalein Volume HCl
Pengamatan
Kesimpulan
0,0 - 8,7 mL
Merah muda menjadi bening
Mencapai titik akhir titrasi
0,0 - 8,6 mL
Merah muda menjadi bening
Mencapai titik akhir titrasi
0,0 - 8,6 mL
Merah muda menjadi bening
Mencapai titik akhir titrasi
(mL)
Titik Akhir Titrasi : 8,7 mL; 8,6 mL; 8,6 mL Normalitas HCl : 0,108 N; 0,109 N; 0,109 N Titrasi Diulang 3 kali Normalitas HCl rata-rata : 0,1087 N c.
Penetapan Kadar Aspirin Larutan standar NaOH yang digunakan : 0,094 N Larutan standar HCl yang digunakan : 0,1087 N
12
Indikator : Phenolphthalein Volume
Pengamatan
Kesimpulan
0,0 - 5 mL
Bening menjadi merah muda
Mencapai titik akhir titrasi
0,0 - 5,1 mL
Bening menjadi merah muda
Mencapai titik akhir titrasi
0,0 - 5,1 mL
Bening menjadi merah muda
Mencapai titik akhir titrasi
NaOH (mL)
Titik Akhir Titrasi : 5 mL; 5,1 mL; 5,1 mL Volume HCl
Pengamatan
Kesimpulan
0,0 - 3,3 mL
Merah muda menjadi bening
Mencapai titik akhir titrasi
0,0 - 3,5 mL
Merah muda menjadi bening
Mencapai titik akhir titrasi
0,0 - 3,5 mL
Merah muda menjadi bening
Mencapai titik akhir titrasi
(mL)
Titik Akhir Titrasi : 3,3 mL; 3,5 mL; 3,5 mL Kadar Aspirin rata-rata : 315,49 mg/tab; 52,34 % b/b; 72,757% b/v 5.2 Tabel Penimbangan
No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama Bahan
Jumlah
Asam Oksalat
0,63 gram
Akuades
ad 100 mL
HCl 37% b/v
2,073 mL
Akuades
ad 250 mL
NaOH
2 gram
Akuades
ad 500 mL
Paraf Terlampir
Standarisasi NaOH 0,1 N Asam Oksalat I, II, III
10 mL
Indikator PP I, II, III
3 tetes
Standarisasi HCl 0,1 N NaOH I, II, III
10 mL
Indikator PP I, II, III
3 tetes
Penetapan Kadar Aspirin
13
Tablet Aspirin I
608 mg
Tablet Aspirin II
600 mg
Tablet Aspirin III
599,4 mg
Serbuk Aspirin I
100,7 mg
Serbuk Aspirin II
100,4 mg
Serbuk Aspirin III
100,4 mg
Etanol 95% I, II, III
10 mL
Akuades I, II, III
10 mL
Indikator PP I, II, III
3 tetes
NaOH berlebih I, II, III
5 mL
VI. ANALISIS DATA 6.1 Menentukan Normalitas Larutan Standar NaOH
- Perhitungan Diketahui : Normalitas Asam Oksalat = 0,1 N Volume Asam Oksalat
= 10 mL = 0,01 L
Volume NaOH
= titrasi I = 10,8 mL titrasi II = 10,7 mL titrasi III = 10,7 mL
Ditanya : Normalitas NaOH rata - rata
= …?
Jawab :
= = 0,05 M
M C2H2O4 . 2 H2O
=
mol C2H2O4 . 2 H2O
= M x V C2H2O4 . 2 H2O = 0,05 M x 0,01 L = 0,0005 mol = 0,5 mmol
Reaksi
: C2H2O4 . 2 H2O + 2 NaOH
Awal
:
0,5 mmol
Na2C2O5 + 2 H2O
1 mmol
14
Reaksi
:
0,5 mmol
1 mmol
Sisa
:
-
-
0,5 mmol1 mmol 0,5 mmol 1 mmol
- Untuk mol NaOH yang diperlukan untuk dapat bereaksi dengan C2H2O4 . 2 H2O adalah 1 mmol a. Titrasi I : Volume NaOH = 10,8 mL M NaOH =
= = 0,093 M
Normalitas = 0,093 M x 1 grek/L = 0,093 N Jadi, Normalitas NaOH pada titrasi I adalah 0,093 N b. Titrasi II : Volume NaOH = 10,7 mL M NaOH =
= = 0,094 M
Normalitas = 0,094 M x 1 grek/L = 0,094 N Jadi, Normalitas NaOH pada titrasi II adalah 0,094 N c. Titrasi III : Volume NaOH = 10,7 mL M NaOH =
= = 0,094 M
Normalitas = 0,094 M x 1 grek/L = 0,094 N Jadi, Normalitas NaOH pada titrasi III adalah 0,094 N Normalitas Rata – Rata NaOH
= =
= 0,094 N No. Titrasi
N NaOH
N NaOH
(X-Xrata-rata)
(X-Xrata-rata)
rata-rata
1.
I
0,093
0,094
0,001
2.
II
0,094
0,094
0
0
3.
III
0,094
0,094
0
0
1x
∑ (X-Xrata-rata)2 = 1 x
15
√ = √ = 7,07 x
Standar devisiasi =
Jadi, diperoleh N NaOH sebesar 0,094 N ± 7,07 x
x 100% = x 100 %
Nilai rSD
N
=
= 0,75 % 6.2 Menentukan Normalitas Larutan Standar HCl
- Perhitungan Diketahui : Normalitas NaOH
= 0,094 N
Volume NaOH
= 10 mL = 0,01 L
Volume HCl
= titrasi I = 8,7 mL titrasi II = 8,6 mL
titrasi III = 8,6 mL Ditanya : N HCl rata - rata = …? Jawab :
= = 0,094 M
M NaOH
=
mol NaOH
= M x V NaOH = 0,094 M x 0,01 L = 0,00094 mol = 0,94 mmol
Reaksi
:
NaOH
+
HCl
NaCl
+ H2O
Awal
:
0,94 mmol
0,94 mmol
Reaksi
:
0,94 mmol
0,94 mmol
0,94mmol0,94mmol
Sisa
:
-
-
0,94mmol 0,94mmol
16
- Untuk mol HCl yang diperlukan untuk dapat bereaksi dengan NaOH adalah 0,94 mmol a. Titrasi I : Volume HCl = 8,7 mL M HCl =
= = 0,108 M
Normalitas = 0,108 M x 1 grek/L = 0,108 N Jadi, Normalitas HCl pada titrasi I adalah 0,108 N b. Titrasi II : Volume HCl = 8,6 mL M HCl =
= = 0,109 M
Normalitas = 0,109 M x 1 grek/L = 0,109 N Jadi, Normalitas HCl pada titrasi II adalah 0,109 N c. Titrasi III : Volume HCl = 8,6 mL M HCl =
= = 0,109 M
Normalitas = 0,109 M x 1 grek/L = 0,109 N Jadi, Normalitas HCl pada titrasi III adalah 0,109 N Normalitas Rata – Rata HCl
= =
= 0,1087 N No. Titrasi
N NaOH
N NaOH rata-rata
S t 1.
I
0,108
0,1087
-0,0007
a 2.
II
0,109
0,1087
0,0003
n3.
III
0,109
0,1087
0,0003
d
(X-Xrata-rata)2
(X-Xrata-rata)
9 x 9 x ) = 6,7 x 4,9 x
∑ (X-Xrata-rata
a
17
Standar deviasi
√ = √ = 5,79 x =
Jadi, diperoleh N HCl sebesar 0,1087 N ± 5,79 x Nilai rSD
x 100% = x 100 %
N
=
= 0,53 % 6.3 Penetapan Kadar Aspirin
Diketahui : N NaOH
= 0,094 N
N HCl
= 0,1087 N
Volume NaOH I
= 5 mL
Volume NaOH II
= 5,1 mL
Volume NaOH III
= 5,1 mL
Volume HCl I
= 3,3 mL
Volume HCl II
= 3,5 mL
Volume HCl III
= 3,5 mL
Tablet Aspirin I
= 608 mg
Tablet Aspirin II
= 600,5 mg
Tablet Aspirin III
= 599,4 mg
Serbuk Aspirin I
= 100,7 mg
Serbuk Aspirin II
= 100,4 mg
Serbuk Aspirin III
= 100,4 mg
NaOH berlebih I, II, III
= 5 mL
BM aspirin
= 180,16 gram/mol
BJ aspirin
= 1,39 gram/mL
Ditanya : Kada apiin dala % bb dan dala % bv = …? Jawab : 18
= = 0,094 M = 0,1087 M = =
M NaOH
=
M HCl
Reaksi yang terjadi antara aspirin dengan NaOH : C9H8O4 + 2 NaOH
→C7H5O3 Na + CH3COONa + H2O
Reaksi yang terjadi antara NaOH berlebih dengan HCl : NaOH + HCl → NaCl + H2O a. Titrasi I -
Volume NaOH total = V NaOH + V NaOH berlebih = 5 mL + 5 mL = 10 mL
-
Mol NaOH total
= M NaOH x V NaOH total = 0,094 M x 10 mL = 0,94 mmol
-
Mol HCl
= M HCl x V HCl = 0,1087 M x 3,3 ml = 0,3587 mmol
-
Mol NaOH yang bereaksi dengan aspirin = mol NaOH total – mol NaOH yang bereaksi dengan HCl= 0,94 mmol – 0,3587 mmol = 0,5813 mmol
-
Mol aspirin =
x mol NaOH yang bereaksi dengan
aspirin
= x 0,5813 mmol = 0,291 mmol -
Massa aspirin dalam sampel = mol aspirin x BM aspirin = 0,291 mmol x 180,16 gram/mol = 52,43 mg
-
Massa aspirin dalam tablet =
x massa aspirin dalam
sampel =
x 52,43 mg 19
= 316,56 mg -
Persentase kadar aspirin dalam % b/b =
x
100% =
x 100 %
= 52,07 % b/b -
Kadar aspirin dalam % b/v = kadar dalam b/b x BJ aspirin x 100% =
x 1,39 gram/mL x 100%
= 72,38% b/v b. Titrasi II -
Volume NaOH total = V NaOH + V NaOH berlebih = 5,1 mL + 5 mL = 10,1 mL
-
Mol NaOH total
= M NaOH x V NaOH total = 0,094 M x 10,1 mL = 0,949 mmol
-
Mol HCl= M HCl x V HCl = 0,1087 M x 3,5 ml = 0,38 mmol
-
Mol NaOH yang bereaksi dengan aspirin = mol NaOH total – mol NaOH yang bereaksi dengan HCl = 0,949 mmol – 0,38 mmol = 0,569 mmol
-
Mol aspirin =
x mol NaOH yang bereaksi dengan
aspirin
= x 0,569 mmol = 0,2845 mmol -
Massa aspirin dalam sampel = mol aspirin x BM aspirin = 0,2845 mmol x 180,16 gram/mol
20
= 51,256 mg -
Massa aspirin dalam tablet =
x massa aspirin dalam
sampel =
x 51,256 mg
= 306,56 mg -
Persentase kadar aspirin dalam % b/b =
x
100% =
x 100% = 51,05% b/b -
Kadar aspirin dalam % b/v = kadar dalam b/b x BJ aspirin x 100% =
x 1,39 gram/mL x 100%
= 70,96% b/v c. Titrasi III -
Volume NaOH total = V NaOH + V NaOH berlebih = 5,1 mL + 5 mL = 10,1 mL
-
Mol NaOH total
= M NaOH x V NaOH total = 0,094 M x 10,1 mL = 0,949 mmol
-
Mol HCl
= M HCl x V HCl = 0,1087 M x 3,5 ml = 0,38 mmol
-
Mol NaOH yang bereaksi dengan aspirin = mol NaOH total – mol NaOH yang bereaksi dengan HCl = 0,949 mmol – 0,38 mmol = 0,569 mmol
-
Mol aspirin =
x mol NaOH yang bereaksi dengan
aspirin 21
= x 0,569 mmol = 0,2845 mmol -
Massa aspirin dalam sampel = mol aspirin x BM aspirin = 0,2845 mmol x 180,16 gram/mol = 51,26 mg
-
Massa aspirin dalam tablet =
x massa aspirin dalam
sampel =
x 51,26 mg
= 306,03 mg -
Persentase kadar aspirin dalam % b/b =
x
100% =
x 100%
= 51,056 % b/b -
Kadar aspirin dalam % b/v = kadar dalam b/b x BJ aspirin x 100%
=
x 1,39 gram/mL x 100% = 70,97 % b/v
-
=
Kadar rata – rata aspirin dalam mg/tab =
= 309,7 mg/tab No.
Titrasi
Kadar
Kadar
(X-Xrata-
(X-Xrata-
(mg/tab)
(mg/tab)
rata)
2 rata)
rata-rata 1.
I
316,56
309,7
6,86
47,06
2.
II
306,56
309,7
-3,14
9,86
3.
III
306,03
309,7
-3,67
13,47
∑ (X-Xrata-rata) = 70,39
22
Standar deviasi
√ = √ =
= 5,93 mg/tab Jadi diperoleh kadar aspirin dalam mg/tab sebesar 309,7 mg/tab ± 5,93 mg/tab
x 100% x 100 % =
Nilai rSD
=
= 1,9 %
=
Kadar rata – rata aspirin dalam % b/b=
= 51,39 % b/b
No.
Titrasi
Kadar (%
Kadar (% b/b)
(X-Xrata-
(X-Xrata-
b/b)
rata-rata
rata)
2 rata)
1.
I
52,07
51,39
0,68
0,46
2.
II
51,05
51,39
-0,34
0,12
3.
III
51,056
51,39
-0,33
0,11
∑ (X-Xrata-rata) = 0,69
Standar deviasi
√ = √ =
= 0,59% b/b Jadi diperoleh kadar aspirin dalam % b/b sebesar 51,39% b/b ± 0,59% b/b Nilai rSD
x 100% x 100 % = =
23
= 1,15 %
=
Kadar rata – rata aspirin dalam % b/v =
= 71,44% b/v No.
Titrasi
Kadar (%
Kadar (%
(X-Xrata-
(X-Xrata-
b/v)
b/v) rata-rata
rata)
2 rata)
1.
I
72,38
71,44
0,94
0,88
2.
II
70,96
71,44
-0,48
0,23
3.
III
70,97
71,44
-0,47
0,22
∑ (X-Xrata-rata) = 1,33 Standar deviasi
√ = √ =
= 0,8 % b/v Jadi diperoleh kadar aspirin dalam % b/v sebesar 71,44% b/v ± 0,8% b/v Nilai rSD
x 100% x 100 % = =
= 1,12 % -
Perolehan Kembali atau % Recovery Diketahui
:
Massa I
= 316,56 mg/tab
Massa II
= 306,56 mg/tab
Masaa III
= 306,03 mg/tab
Massa pada kemasan 1 tablet aspirin
= 500 mg/tab
Ditanya : % Recovery = …? Jawab :
24
=
a. % Recovery
=
= 63,31% b. % Recovery
=
=
= 61,31%
=
c. % Recovery
=
= 61,20% VII. PEMBAHASAN
Penetapan kadar aspirin dalam tablet dilakukan dengan menggunakan metode titrasi balik. Dipilihnya metode titrasi balik dalam penetapan kadar aspirinini karena penetapan kadar aspirin akan sulit apabila menggunakan titrasi langsung karena aspirin merupakan asam lemah dan reaksinya berjalan dengan sangat lambat. Sedangkan apabila menggunakan titrasi balik, titik akhir titrasi lebih mudah diamati karena merupakan reaksi antara asam kuat dan basa kuat. Reaksi ini terjadi pada tingkat tinggi dengan demikian menghasilkan titik akhir titrasi yang mudah dilihat. Kesetaraan reaksi ini akan menghasilkan pH 7, sehingga indikator PP dapat digunakan(Liakatas, 2008). Berikut adalah reaksi hidrolisis senyawa ester secara umum pada suasana basa, yang terdiri dari reaksi adisi yang berlangsung lambat dan dilakhiri dengan reaksi eliminasi – protonasi dan reaksi NaOH dengan aspirin. C9H8O4(s) + 2 NaOH(aq) → C7H5O3 Na(aq) + CH3COONa(aq) + H2O(l) Aspirin
Natrium Salisilat Natrium Asetat
25
Gambar 4. Reaksi Hidrolisis Gugus Ester pada Suasana Basa(Solomon dan Fryhle, 2011) Dalam praktikum ini disediakan tablet aspirin yang kemudian akan ditentukan kadarnya. Dibuat beberapa larutan antara lain NaOH 0,1 N, HCl 0,1N dan asam oksalat 0,1N. NaOH dan HCl digunakan sebagai titran sedangkan asam oksalat sebagai larutan baku primer. NaOH merupakan larutan baku sekunder maka agar dapat digunakan untuk menetapkan kadar asam salisilat, NaOH harus distandardisasi terlebih dahulu. NaOH perlu distandardisasi agar kadar atau konsentrasinya dapat diketahui secara teliti. Konsentrasi NaOHyang dapat berubah-ubah selama penyimpanan dapat disebabkan oleh reaksi oksidasi selama penyimpanan karena NaOH mudah bereaksi dengan CO 2 di udara membentuk Na2CO3 dan melepaskan air. Hal ini menyebabkan kadar NaOH menjadi bervariasidan juga disebabkan oleh sifat NaOH yang higroskopis sehingga dapat mengubah konsentrasinya selama penyimpanan. Berikut adalah reaksi NaOH dengan CO 2. 2 NaOH(s)+ CO2(g)→ Na2CO3(aq)+ H2O(l) Standardisasi larutan NaOH dilakukan dengan menggunakan larutan baku primer asam oksalat (C2H2O4). Asam oksalat bertindak sebagai baku primer dimana larutan yang ingin digunakan sebagai larutan baku haruslah memiliki persyaratan murni, mudah diperoleh, mudah larut, tidak berubah saat penimbangan dan tidak teroksidasi oleh udara (Gandjar dan Rohman,2007). Dalam standardisasi NaOH digunakan indikator phenolphthalein untuk mendeteksi titik akhir titrasi. Titrasi dilakukan hingga larutan berwarna merah muda stabil dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang valid. Volume NaOH yang diperlukan untuk
26
mencapai titik akhir titrasi berturut-turut adalah 10,8 mL; 10,7 mL; dan 10,7 mL. Dari volume tersebut didapatkan rata-rata konsentrasi baku dari NaOH yaitu (0,094 ± 7,07 x
Ndengan persentase standar deviasi relatif 0,75
%yang berarti presisi kadar yang diperoleh sudah baik karena berada dibawah 2%. Larutan NaOH yang telah distandardisasi kemudian digunakan untuk mentitrasi larutan HCl sebanyak 3 kali. Standardisasi larutan HCl dilakukan untuk memastikan kadar HCl ketika digunakan saat penetapan kadar aspirin. Selain itu standardisasi dilakukan karena kemungkinan terjadinya peruraian pada HCl atau asam klorida dimana HCl memiliki sifat sebagai larutan baku sekunder (Gandjar dan Rohman, 2007). Titrasi dihentikan ketika warna merah pada titrat berubah menjadi warna bening yang menandakan telah terjadinya kesetimbangan pH antara asam dan basa pada proses standardisasi. Volume HCl yang diperlukan adalah 8,7 mL; 8,6 mL; dan 8,6 mL. Dengan perhitungan diperoleh kadar HCl (0,1087 ±5,79 x
N
dengan nilai persen standar deviasi relatif 0,53%, yaitu kurang dari 2%, hal ini menunjukkan presisikadar yang diperoleh dari penetapan cukup baik. Setelah semua titran yang akan digunakan distandardisasi selanjutnya dilakukan penetapan kadar aspirin dalam tablet aspirin. 100 mg serbuk aspirin dilarutkan dengan 10 mL etanol karena sifatnya yang mudah larut dalam etanol (Depkes RI, 1995). Kemudian dilakukan pengadukan ultrasonik selama 5 menit dan ditambahkan dengan aquadest serta 3 tetes indikator phenolphthalein. Ultrasonikasi ini dilakukan untuk mempercepat dan meratakan proses pelarutan. Sampel kemudiandititrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan baku NaOH hingga terbentuk warna merah muda stabildengan pengulangan sebanyak 3 kali. Volume yang digunakan yaitu 5 mL; 5,1 mL; dan 5,1 mL. Selanjutnya pada sampel ditambahkan NaOH dengan volume berlebih sebanyak 5 mL. Karena NaOH diberikan secara berlebih menyebabkan seluruh molekul aspirin habis bereaksi secara ekivalen dan menyisakan NaOH secara berlebih dalam larutan yang
27
memberikan suasana basa yang berwarna merah akibat keberadaan indikator phenolphthalein pada larutan. Kelebihan NaOH kemudian dititrasi kembali dengan larutan standar HCl 0,1 N. Larutan HCl yang bersifat asam sebagai lawan dari NaOH yang bersifat basa yang tersisa dalam larutan. Titrasi dengan titran larutan HCl baku dilakukan sampai larutan berwarna bening. Jika diperhatikan, titrasi yang kedua dengan titran HCl merupakan titrasi asam kuat basa kuat sehingga titik ekivalen secara teoritis berada pada pH 7, hal ini menjadi alasan penggunaan phenolphthalein yang mana mengalami perubahan warna (titik akhir titrasi) pada pH 8,4 – 10,4 mendekati titik ekuivalen tersebut (Depkes RI, 1995; Skoog, dkk., 2007). Reaksi yang terjadi pada proses penetapan kadar aspirin terdiri daridua tahap yaitu: 1. Reaksi antara aspirin dengan NaOH, yaitu:
2. Reaksi antara NaOH dengan HCl, yaitu: NaOH + HCl → NaCl + H2O (Kar, 2005) Berdasarkan hasil pengamatan, volume HCl yang digunakan yaitu 3,3 mL; 3,5 mLdan 3,5 mL. Dari volume-volume ini maka dapat diketahui kadar aspirin dalam tablet dimana mol total NaOH yang digunakan dikurangi dengan mol HCl yang digunakan sehingga didapatkan kadar ratarata
aspirin
dalam
tablet.
Melalui
perhitungan
tersebut
praktikan
memperoleh kadar aspirin dalam tablet dari hasil titrasi ketiga sampel dalam mg/tablet, yaitu sebanyak (309,7 ±5,93) mg/tablet dengan persen standar deviasi relatif sebesar 1,9 %. Dalam %b/b diperoleh kadar asam salisilat sebesar (51,39 ± 0,59) % b/b dengan nilai persen standar deviasi relatif 1,15 %. Sedangkan dalam % b/v diperoleh kadar asam salisilat sebesar (71,44 ± 0,8) % b/v dengan persen standar deviasi relatif sebesar 1,12 %. Dari ketiga
28
persen standar diviasi relatif yang diperoleh menunjukkan hasil bahwa kadar yang diperoleh dalam mg/tablet, dalam % b/b dan dalam % b/v menunjukkan presisi yang cukup baik dimana presisi yang baik ditunjukkan dengan nilai RSD di bawah 2%. Kemudian ditinjau dari segi akurasi perolehan kadar, dapat dilihat dari persen perolehan kembali rata-rata sebesar 61,94%, ini menunjukkan adanya kehilangan sekitar 38,06%, yaitu lebih dari 10%. Menurut
Farmakope
Indonesia
Edisi
IV,
aspirin
atau
asam
asetilsalisilat atau asetosal mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C 9H8O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, maka hasil yang didapat tidak sesuai dengan pustaka. Penyimpangan ini mungkin disebabkan karena ketidakhomogenan serbuk aspirin yang telah digerus dan aspirin yang ditetapkan kadarnya kurang larut sempurna. Selain itu kesalahan mungkin disebabkan karena pada titrasi balik digunakan dua macam titran, yaitu titran NaOH dan HCl baku yang menyebabkan kesalahan yang diperoleh semakin besar (Gandjar dan Rohman, 2007).
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan
8.1.1 Penetapan kadar aspirin dalam tablet dilakukan dengan menggunakan metode titrasi balik dimana suatu senyawa yang akan ditetapkan kadarnya direaksikan dengan suatu reagen dengan volume berlebih, kemudian kelebihan volume ini dititrasi kembali dengan pereaksi yang sesuai. 8.1.2
Normalitas rata-rata NaOH yang diperoleh saat standarisasi adalah sebesar 0,094 N dengan standar deviasi sebesar 7,07 x
dan persentase standar deviasi relatif 0,75 % yang berarti presisi kadar yang diperoleh sudah baik karena berada dibawah 2%. 8.1.3
Normalitas rata-rata HCl yang diperoleh adalah sebesar 0,1087 N dengan standar deviasi sebesar 5,79 x
dan nilai persen 29
standar deviasi relatif 0,53%, yaitu kurang dari 2%, hal ini menunjukkan presisi kadar yang diperoleh dari penetapan cukup baik. 8.1.4
Kadar rata-rata aspirin dalam tablet adalah (309,7 ±5,93) mg/tablet atau (51,39 ± 0,59) % b/b atau (71,44 ± 0,8) % b/v. Dari ketiga data diperoleh persen standar deviasi relatif di bawah 2% yang menunjukkan presisi kadar yang diperoleh cukup baik.
8.1.5
Dari segi akurasi perolehan kadar, dapat dilihat dari persen perolehan kembali rata-rata sebesar 61,94%, ini menunjukkan adanya kehilangan sekitar 38,06%, yaitu lebih dari 10%.
8.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum titrasi balik ini alat-alat untuk keperluan titrasi perlu diperbanyak lagi, salah satunya adalah buret dan statif. Dalam titrasi balik ini, diperlukan buret lebih banyak (dua kali lipat) agar saat selesai titrasi dengan suatu titran tidak perlu lagi meminjam ke kelompok sebelah untuk menitrasi dengan titran lainnya. Secara tidak langsung, hal ini akan mengefisienkan waktu dalam proses titrasi.
30