ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum mengenai bahan organik tanah yang bertujuan untuk mengetehaui definisi, hal-hal yang berkaitan mengenai bahan organik tanah, bagaimana menetapkan kandungan kandungan bahan organik tanah, serta menghitung data secara empiris tentang bahan organik tanah. Bahan organik tanah (BOT) merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang erkandung di dalam tanah. Metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organik tanah pada praktikum praktikum ini yaitu metode Walkey and Black, yaitu berdasarkan jumlah bahan organik tanah yang yang mudah teroksidasi. Jenis tanah yang digunakan antara lain tanah A dan B. Berdasarkan prkatikum diketahui besarnya kandungan bahan organik tanah A sebesar 4,69 %. Besarnya persentase kandungan bahan organik tanah B sebesar 2,55 %. Besarnya persentase kandungan bahan organik tanah menunjukan semakin banyak unsur hara yang tersedia. Bahan organik tanah bersumber dari sisa tanaman, hewan, akar, bat ang, dan lain-lain yang telah mengalami dekomposisi. Bahan organik tanah memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai penyedia hara bagi tanaman, memperbaiki aerasi, memperbaiki daya serap tanah terhadap air, dan sebagainya
Kata kunci : Bahan organik tanah, metode walkey and black, dekomposisi.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah memiliki berbagai macam kandungan mineral dan bahan organik sebagai pembentuk dari tekstur tanah, profil tanah, dan unsur-unsur tanah. Dimana unsurunsur tersebut saling menunjang satu sama lain. Kandungan yang ada di dalam tanah salah satunya adalah bahan organik tanah.
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi ata u pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung di dalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu. Bahan organik tanah dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjito,1992)
Untuk mempelajari secara sistematis tentang bahan organik tanah, dilakukan percobaan ini sebagai tindakan aplikatif untuk mempelajari hal-hal tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Mampu mengetahui definisi dana hal lain-lain dari bahan organik tanah 2. Mampu meneteapkan kandungan bahan organik tanah. 3. Mampu menghitung data secara empiris tentang bahan organik tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor, dan belerang. Bahan organik cenderung ma mpu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasa d mikro. Tanpa bahan organik, semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono,1983)
Bahan organik tanah adalah bahan pembentuk profil tanah yang tercakup organisme hidup atau mati dari flora dan fauna sert a akar tanaman baik hidup maupun mati. Bahan-bahan yang menyusun bahan organik tanaah adalah diantaranya perombakan (hasil) sisa organik, hasil metabolisme mi kroorganisme, plasma sel, dan zat-zat humus hasil sintetis mikroba dan hasil derivat zat-zat dari aktifitas mikrobia (Notohadiprawiro, 2000).
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-Organik. Kandungan (C) bahan organik bervariasi antara 45 % - 60 % dan konversi COrganik menjadi bahan sama dengan persentase C-Organik dikali 1,724. Kandugan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting daripada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandungan bahan organik tanah dengan metode Walkey and Bla ck ditentukan berdasarkan kandugan C-Organik (Foth,1994)
Proses mineralisasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang tidak teresisten, seperti selulosa, gula dan protein. Proses akhir mineralasasi dihasilkan ion atau hara yang nantinya menjadi pemenuh dari kebutuhan tanaman.
Sedangkan proses humifikasi terjadi bahan organik dari senyawa-senyawa yang teresisten seperti lignin, resin, minyak dan lemak. Proses ini menghasilkan humus yang lebih resisten terhadap dekomposisi (Bak,1996)
Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting dan daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta dinkorporasikan dengan tanah tersebut (Islami,1995)
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu timbangan, erlenmeyer 500 ml, pipet dan buret.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu contoh tanah kering udara yang lolos saringan 0,5 cm. K 2Cr 2O7 N, H2SO4 pekat, indikator ferroin 0,025 M, dan larutan FeSO4 0,5 N.
3.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu antara lain :
Ditimbang 0,5 g tanah kering udara kemudian ditempatkan dalam erlenmeyer 500 ml (duplo)
Ditambahkan 5 ml K 2Cr 2O7 N dengan pipet sambil digoyangkan erlenmeyer perlahan agar homogen dengan tanah
Segera ditambahkan 10 ml H 2SO4 pekat dengan gelas ukur di ruang asap sambil digoyang cepat hingga tercampur rata. Diusahakan tidak ada partikel tanah yang terlempar ke dinding erlemneyer sebelah atas hingga tidak terc ampur merata
Dibiarkan campuran tersebut di ruang asap selama 30 menit
Disterilkan dengan 100 ml air destilata
Ditambahkan 5 ml asam fosfat pekat 2,5 ml larutan NaF 4 % dan 5 tetes Indikator Difenil Amin
Segera ditritasi dengan larutan Amonium fero sulfat 0,5 N hingga warna larutan berubah dari coklat kehijauan menjadi biru keruh. Lalu dititrasi tetes demi tetes, goyang lagi terus menerus hingga mencapai titik akhir, yaitu saat warna berubah dengan tajam menjadi hijau terang
Dilakukan penetapan blanko sama seperti cara kerja diatas, tetapi tanpa menggunakan contoh tanah
HASIL
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari percobaan ini yaitu : No.
Jenis Tanah
1. 2.
A B
Volume Titrasi NH4 FeSO4 0,5 N 3,6 ml 7,4 ml
C-Organik (%) 2,72 % 1,48 %
Bahan Organik (%) 4,69 % 2,55 %
4.2 Pembahasan
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi ata u pelapukan bahan-bahan organik mineral yang terkandung di dalam tanah. Bahan Organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor, dan belerang. Bahan Organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya, bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan bio kimia akan terhenti.
Bahan organik lebih banyak di daerah Topsoil dibandingkan di daerah Subsoil, hal ini dikarenakan di daerah Topsoil, kandungan bahan organik Topsosil lebih tinggi dibandingkan di daerah Subsoil. Hal ini disebabkan adanya aktivitas mikroorganisme dalam kegiatan prose pelapukan dan dekomposisi bahan organik dimana mikroorganisme aktif men-dekomposisi pada daerah Topsoil. Apabila semakin ke dalam bawah tanah, maka aktivitas mikrorganisme akan semakin berkurang sehingga pada daerah Subsoil akan memiliki kandungan bahan organik
yang lebih rendah dibandingkan di daerah Topsoil. Sumber ata u asal bahan organik terdiri dari : a. Sumber Primer Diperoleh dari jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah. Jaringan ini akan mengalami proses dekomposisi dan akan terangkat ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah b. Sumber Sekunder Sumbernya dari hewan. Dalam kegiatannya, binata ng terlebih dahulu menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah cacing menyumbangkan bahan organiknya melalui hasil pembuangan kotorannya.
Bahan organik tanah memiliki beberapa fungsi, diantaranya : a. Sebagai penyedia hara bagi tanaman b. Memperbaiki aerasi c. Memperbaiki daya serap tanah terhadap air d. Menunjang aktivitas mikroorganisme di dalam tanah e. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehinggan aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya, daya tahan tanah terhadap erosi akan menigkat. f. Memperbarui struktur tanah. Tanah yang mengandung bahan organik berstruktur gembur, dan apabila dicampurkan bahan mineral akan memberikan struktur remah dan mudah untuk pengolahan. g. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit h. Menstabilkan temperatur tanah. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan dapat juga menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas yang rendah, sehingga temperatur optimum yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya dapat dengan baik.
Pada percobaan ini, metode yang digunakan adalah metode Walkey and Black. Tahapan yang dilakukan dalam metode ini adalah antara, yaitu artinya kandungan bahan organik ditentukan oleh besarnya C-Organik hasil titrasi kemudian dikalikan dengan konsentrasi tertentu. Pada metode ini, contoh tanah kering udara
ditimbang sebanyak 0,5 g lalu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 5 ml K 2Cr 2O7 N dengan pipet. Selanjutnya 10 ml H 2SO4 pekat ditambahkan secara perlahan lalu dikocok cepat hingga tercampur rata. Setelah itu, larutan didiamkan selama 30 menit agar dingin. Setelah dingin, ditambahkan 5 tetes Indikator Difenil Amin, lalu ditambahkan air aquades sebanyak 100 ml. Labu erlenmeyer ditutup kemudian dikocok sampai homogen dan tanah dibiarkan mengendap. Setelah itu, larutan dititrasi dengan FeSO4 0,5 N hingga warna kehijauan dan dicatut volume titrasinya. Langkah tersebut diulangi untuk keperluan blanko tanpa tanah.
Pada tahapan metode Walkey and Black, Pada saat ditmbahkan larutan H 2SO4 pekat sebanyak 10 ml, larutan berubah menjadi panas dan sedikit berasap. Panas tersebut terjadi karena adanya reaksi hidrasi asam sulfat yang sangat eksotermik. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung mengapung diatasnya. Sehingga apabia air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, ia akan dapat mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan ion hidronium :
H2SO4 + H2O HSO4- + H2O
H3O+ + HSO4H3O+ + SO4-
Afinitas asam sulfat terhadap air cukuplah kuat, sedemikiannya ia akan memisahkan atom hidrogen dan oksigen dari suatu senyawa. Sebagai contoh, mencampurkan pati (C 6H12O6) dengan asam sulfat pekat akan menghasilkan karbon dan air yang terserap dalam asam sulfat. Efek ini dilihat ketika asam sulfat pekat diteteskan ke permukaan kertas. Selulosa bereaksi dengan H2SO4 dan menghasilkan karbon yang akan terlihat seperti efek pembakaran kertas (Wikipedia,2013)
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh nilai kandungan bahan organik tanah (%) pada jenis tanah A sebesar 4,69 % sedangkan pada tanah B sebesar 2,55 %. Hal tersebut menunjukan bahwa jenis tanah A merupakan jenis
tanah yang cocok untuk pertumbuhan. Dengan ditunjukan banyaknya kandungan bahan organik, maka jenis tanah A lebih banyak menyediakan unsur hara seperti Nitrogen, Pospor (F), dan Belerang bagi tanaman.
Berbeda dengan tanah B. Jenis tanah B hanya mengandung 2,55 % kandungan bahan organik. Sehingga diketahui bahwa tanah B hanya mengandung sedikit unsur hara dibandingkan tanah A.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum mengenai bahan organik tanah antara lain : a.
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan bahan mineral yang terkandung di dalam tanah
b.
Jumlah kandungan bahan organik pada tanah A sebanyak 4,69 %, se dangkan pada tanah B sebanyak 2,55 %
c.
Adanya reaksi panas setelah ditambahkan H 2SO4 pekat yaitu reaksi hidrasi yang sangat eksotermik
d.
Bahan organik tanah yang diperoleh dari sumber primer yaitu berupa akar, batang, ranting, bunga dan buah
e.
Bahan organik tanah yang diperoleh dari sumber sekunder yaitu berasl dari hewan atau binatang
f.
Bahan organik tanah berfungsi sebagai penyedia hara bagi tanaman, memperbaiki aerasi, memperbaiki daya serap tanah terhadap air, dan lainlain.
DAFTAR PUSTAKA
Bale, Anwar. 1996. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Doeswono. 1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Jakarta : Bhatara Karya Aksara. Foth, Henry. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid Ke Enam. Jakarta : Erlangga. Islami, T. 1995. Klasifikasi Tanah. Jakarta : Aka Press. Notohadiprawiro. 2000. Tanah Dan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Soetjipto, dkk. 1992. Dasar-Dasar Irigasi. Jakarta : Erlangga Wikipedia. 2013. Metode Walkey And Black . www.wikipedia.com. Diakses Pada Tanggal 31 Oktober 2014 Pukul 20.00 WIB.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Sampel Tanah A % C-Organik = ml K 2Cr 2O7 x (1 - S/T ) . 0,3886 Berat Tanah = 5 x (1 - 3,6/12 ) . 0,3886 0,5 = 5 x (1 - 0,3) . 0,38886 0,5 = 5 x (0,7) . 0,38886 0,5 = 2,72 % 2. Sampel Tanah B % C-Organik = ml K 2Cr 2O7 x (1 - S/T ) . 0,3886 Berat Tanah = 5 x (1 – 7,4/12) . 0,38886 0,5 = 5 x (1 – 0,62) . 0,38886 0,5 = 5 x (0,38) . 0,38886 0,5 = 1,48 %
% Bahan Organik = % C-Organik x 1,724 = 1,48 % x 1,724 = 2,55 %