ABSORPSI PERKUTAN OBAT SECARA IN VITRO 2.1 TUJUAN TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN Untuk mempelajari absorpsi obat secara perkutan secara in vitro. 2.2 PRINSI PRINSIP P
2.3 TEORI Anatomi dan fisiologis !lit
Kuli Kulitt meru merupa paka kan n lapisa lapisan n peli pelind ndun ung g tubu tubuh h yang yang sempu sempurn rnaa terh terhad adap ap pengaruh luar baik fisik fis ik ataupun kimia. Kulit berfungsi sebagai sistem siste m epitel pada tubuh untuk menjaga keluarnya subtansi-subtansi penting dari dalam tubuh dan untuk mencegah masuknya subtansi-subtansi asing yang berasal dari luar tubuh untuk masuk ke dalam tubuh. Meskipun kulit relatif permeabel terhadap senyawaseny senyawa kimi kimia, a, namu namun n dalam dalam kead keadaan aan tert terten entu tu kuli kulitt dapa dapatt dite ditemb mbus us oleh oleh senyawa-seny senyawa-senyawa awa obat atau bahan-baha bahan-bahan n yang yang diaplikasik diaplikasikan an ke permukaany permukaanya. a. Secara Secara mikro mikrosko skopik pik kulit kulit tersusu tersusun n dari dari berbag berbagai ai lapisan lapisan yang yang berbed berbeda-b a-beda eda,, berturut-turut dari luar kedalam yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis yang tersusun atas pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan lapisan jaringan di bawah kulit berlemak atau yang disebut lapisan hipodermis (iache, !""# dan $hein, !"%&'. P"ningat P"n"t#asi P"#!tan $ Penetration Enhancers%
ahan tambahan yang dapat berfungsi berfungsi untuk untuk meningkatk meningkatkan an penembusan penembusan )at akti aktiff ( penetrant penetrant enhancer ' terka terkada dang ng perl perlu u ditam ditamba bahk hkan an.. )at )at yang ang dapa dapatt meningkatkan permeabilitas obat menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau keru kerusak sakan an perm perman anen en struk struktu turr perm permuk ukaa aan n kuli kulit. t. aha ahann-ba baha han n yang yang dapa dapatt diguna digunakan kan sebagai sebagai pening peningkat kat penetr penetrasi asi antara antara lain lain air, air, sulfok sulfoksid sida, a, senyawasenyawasenyawa senyawa a)one, pyrollidones, pyrollidones, asam-asam asam-asam lemak, alkohol danglikol danglikol,, surfaktan, surfaktan, urea, minyak atsiri, terpen dan fosfolipid.
ir dapat berfungsi sebagai peningkat penetrasi karena air akan meningkatkan hidrasi pada jaringan kulit sehingga akan meningkatkan penghantaran obat baik untuk obat-obat yang bersifat hidrofilik maupun lipofilik. danya air juga akan mempengaruhi kelarutan obat dalam stratum korneum dan mempengaruhi partisi pembawa ke dalam membran
(*illiams dan arry, +'. ada asam lemak, semakin panjangnya rantai pada asam lemak maka akan meningkatan penetrasi perkutan. sam lemak yang biasa digunakan adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam laurat. sam laurat dapat meningkatkan penetrasi senyawa yang bersifat hidrofilik maupun lipofilik. Mekanismenya dengan cara berinteraksi dengan lipid pada stratum korneum menggunakan konfigurasi cis (Swarbrick dan oylan,
!""/0 *illiams dan arry, +'. 1tanol dapat meningkatkan penetrasi dari le2onorgestrel, estradiol, dan hidrokortison. 1fek peningkatan penetrasi etanol
tergantung dari
konsentrasi yang digunakan. 3atty alcohol seperti propilen glikol dapat digunakan
sebagai
peningkat
penetrasi
pada
konsentrasi
!-!4
(Swarbrick dan oylan, !""/0 *illiams dan arry, +'. ersyaratan bahan yang digunakan sebagai peningkat penetrasi antara lain (*illiams dan arry, +' 5
6idak toksis, tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan alergi 7nert, tidak memiliki sifat farmakologi 8apat mencegah hilangnya substansi endogen dari dalam tubuh 8apat bercampur dengan bahan aktif dan bahan pembawa dalam sediaan 8apat diterima oleh tubuh dan dengan segera dapat mengembalikan fungsi
kulit ketika dihilangkan dari sediaan 6idak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan relatif murah
U&i dif!si in-vitro
Suatu uji perlu dilakukan untuk memperkirakan jumlah obat yang mampu berdifusi menembus kulit. Uji tersebut dilakukan secara in-vitro menggunakan bahan dan alat yang mewakili proses difusi obat melewati stratum korneum. Salah satu metode yang digunakan dalam uji difusi adalah metode flow through. dapun
prinsip kerjanya yaitu pompa peristaltik menghisap cairan reseptor dari gelas kimia kemudian dipompa ke sel difusi melewati penghilang gelembung sehingga aliran terjadi secara hidrodinamis, kemudian cairan dialirkan kembali ke reseptor. $uplikan diambil dari cairan reseptor dalam gelas kimia dengan rentang waktu tertentu dan diencerkan dengan pelarut campur. Kemudian diukur absorbannya dan konsentrasinya pada panjang gelombang maksimum, sehingga laju difusi dapat dihitung berdasarkan hukum 3ick di atas. Membrane difusi dapat menggunakan membran sintesis yang menyerupai stuktur stratum korneum ataupun bisa menggunakan bagian kulit dari hewan uji (membran stratum korneum ular' (9ummer, !"%"'. A'so#(si ("#!tan
enggunaam obat dengan mengaplikasikannya pada kulit disebut dengan pemberian obat secara perkutan. bsorpsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari kulit ke dalam jaringan di bawah kulit, kemudian masuk kedalam sirkulasi darah dengan mekanisme difusi pasif. Mengacu pada :othaman, penyerapan perkutan merupakan gabungan fenomena penembusan senyawa dari lingkungan luar ke bagian dalam kulit dalam peredaran darah dan kelenjar getah bening. 7stilah perkutan menunjukan bahwa penembusan terjadi pada lapisan epidermis dan penyerapan dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda. bsorbsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi obat melalui stratum korneum yang terdiri dari kurang lebih 4 protein (pada umumnya keratin' dan 4 air dengan lemak berupa trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol dan fosfat lemak. Stratum korneum adalah lapisan terluar dari kulit yang terpapar ke permukaan yang masuk ke dalam bagian epidermis kulit. Stratum komeum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran buatan yang semi permeabel, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif,
jadi jumlah obat yang pindah
menyebrangi lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat. ASA) SA*ISI*AT
sam salisilat diabsorpsi melalui kulit dan didistribusikan dalam ruang ekstraseluler dan kadar plasma maksimum tercapai ;-!+ jam setelah pemakaian. Karena /-%4 dari salisilat terikat pada abumin, maka peningkatan kadar serum salisilat bebas ditemukan pada pasien dengan hipoalbuminemia. Metabolit dalam urine dari asam salisilat yang diberikan secara topikal meliputi salicyluric acid dan glukuronida-glukoronida phenolic dan acyl dari asam salisilat0 dan hanya ;4 dari keseluruhan dari asam salisilat yang diekskresi dalam bentuk tidak berubah. Kirakira "/4 dari dosis tunggal salisilat diekskresi di dalam urine dalam waktu + jam setelah diabsoprsi. Mekanisme yang menyebabkan asam salisilat menghasilkan efek-efek keratolitik dan efek-efek terapeutik lainnya belum banyak diketahui.
lat5 -
8ifusi tipe hori)ontal ( side by side)/ 8ifusi tipe 2ertikal Spektrofotometer U2-=is
ahan 5 -
sam salisilat
-
Membran milipore yang diimpregnasi dengan isopropyl miristat> kulit tikus
2.+.2 (#os"d!#
8isiapkan membrane lipid buatan sebagai membrane difusi, membrane milipore dipotong dibentuk dengan ukuran besaran lubang cincin penghubung antar kompartemen aseptor pada sel difusi, impregnasikan membrane selama
!/ menit dalam isopropyl miristat ditempatkan membrane tersebut pada kertas saring untuk menghisap kelebihan lipid selama lebih kurang / menit. 8iuji difusi untuk membrane kulit buatan, direndam membrane pada larutan dapar fosfat untuk proses hidrasi membrane selama # menit, diambil membrane dan tempatkan diantara kompartemen donor dan aseptor, ditempatkan ring karet atau silicon diantara kompartemen donor dan aseptor untuk mencegah kebocoran, dipasangkan sel difusi dengan mengencangkan mur yang ada sehingga terbentuk suatu sistem sel side by side atau 2ertical, ditempatkan larutan donor asam salisilat dengan konsentrasi !,/ mg>ml dalam air pada kompartemen donor, dijalankan pengaduk magnetic pada kecepaan + rpm pada sisi donor dan aseptor, dilakukan pengukuran transport obat ke kompartemen aseptor pada rentang waktu ,!/, #, /, ; menit, dibuat profil hubungan antara kumulatif transport terhadap waktu dan tentukan flu? berdasarkan nilai slope pada daerah linear berdasarkan persamaan @(t'
A
flu?
Bluas
membraneB
waktu,
digunakan
parameter
farmakokinetika asam salisilat 6,/ A +,/ jam, total klirens A !,#%C>jam(=ree,et al, !"", 7nt D $lin harmacol 6her' untuk mempredisikan profil kadar obat dalam plasma jika diasumsikan 5 -
Cag time kinetic asam salisilat in 2i2o dapat diabaikan
-
3lu? asam salisilat dari donor ke aseptor menggambarkan flu? asam salisilat dari donor menembus kulit menuju plasma
-
Cuas area difusi menggambarkan luas kontak antara sediaan transdermal dengan permukaan kulit
ertanyaan a. Mengapa uji in 2itro perlu dilakukan sebelum melakukan uji secara in 2i2oE
b. agaimanakan kriteria suatu obat agar formulasinya secara transdermal memberikan tingkat transport yang menjanjikanE
,ATAR PUSTAKA
DunFueira, C.$., and D. $ameiro. !"%!. Basic Histology, 3rd edition. Cange Medical ublication, 8rawer Cos ltos, $alifornia. Medidata 7ndonesia. +!!. MIMS Indonesia Petunu! "onsultasi, #disi $$ %&$$/%&$%. enerbit 7 Kelompok 9ramedia, Dakarta. Said, M.7. +. Isolasi dan Identi'i!asi "apang serta Pengaruhnya terhadap Si'at (isi! dan Stru!tur aringan "ulit "a*bing Pic!le serta +et Blue dengan Perla!uan (ungisida Sela*a Penyi*panan G6esisH, rogam Studi 7lmu eternakan, Uni2ersitas 9adjah Mada, Iogyakarta. Shargel, C.,*u, S., dan Iu, ndrew .$. +!+. Bio'ar*aseti!a (ar*a!o!ineti!a erapan, #disi !eli*a. irlangga Uni2ersity ress, Surabaya. *ebb, D.1., D. *alwork and D.J. 1lgord. !"%!. uide to iving 0eptilians, 6he Mc Millan ress Ctd., ew 8elhi.