LAPORAN PRAKTIKUM Ekstraksi Fenol dari Jahe
Disusun unntuk memenuhi salah salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan Rempah-rempah yang diampu oleh Puji Rahmawati Nurcahyai, S.TP., M.Si dan Siti Mujdalipah, S.TP., M.Si
Disusun oleh : Dwinda Puspasari Nurlatifah Sarah Nastiti Shella Khaifa Winni Trinita M
(1304582) (1307487) (1304575) (1300163) (1304693)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2015 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan yang membantu terlaksananya penulisan makalah ini hingga bisa tersusun dengan baik. Harapan kami semoga makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Oleh karena itu penyusun menyadari bawah banyak kekurangan dari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan begitu penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii DAFTAR ISI .................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1 1.1.
Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2.
Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.3.
Manfaat ......................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................ 3 2.1. Ekstraksi dan Maserasi ....................................................................................................... 3 2.2. Jahe ..................................................................................................................................... 4 BAB III.......................................................................................................................................... 8 METODE PENELITIAN .............................................................................................................. 8 3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................................................. 8 3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................................... 8 3.3. Prosedur Kerja .................................................................................................................... 8 BAB IV ..................................................................................................................................... 9 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................. 9 4.1. Hasil ................................................................................................................................... 9 4.2.Pembahasan ......................................................................................................................... 9 BAB V ......................................................................................................................................... 12 PENUTUP ................................................................................................................................... 1 2 5.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 12
iii
5.2. Saran ................................................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13 LAMPIRAN ............................................................................................................................ 1 4
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya tanaman rempah-rempah. Begitu eksotiknya rempah Nusantara, perusahaan persatuan dagang Belanda untuk Hindia Timur atau VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) sekitar 400 tahun lampau datang untuk menguasainya. Salah satu jenis rempah yang pemanfaatannya hingga sekarang tidak terbatas yaitu jahe. Jahe merupakan salah satu jenis tanaman yang hidup sepanjang tahun. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai wilayah, seperti Indonesia, India, Karibia, Cina, Afrika Barat dan Asia Barat Daya. Adapun ciri-ciri atau karakteristik tanaman jahe yaitu memiliki bau yang khas dan tajam serta terasa hangat bila dikonsumsi. Jahe biasanya digunakan sebagai bumbu masakan, campuran jamu, atau bisa juga dibuat untuk wedang jahe. Seiring dengan perkembangan zaman, cara pengolahan jahe pun semakin berkembang dan beragam. Kini, jahe dapat digunakan sebagai campuran berbagai jenis makanan olahan, misalnya permen jahe, dodol jahe, dan selai jahe. Selain dapat diolah menjadi bermacam-macam jenis makanan, jahe ternyata memiliki begitu banyak manfaat dan khasiat bagi kesehatan tubuh. Jahe memiliki banyak kegunaan dan khasiat karena memiliki dua jenis senyawa yang utama yaitu senyawa volatil dan non-volatil. Senyawa volatile biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang
khas pada jahe.
Sedangkan senyawa non-volatil biasa disebut oleoresin salah satu senyawa kandungan jahe yang sering diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Fenol merupakan salah satu senyawa non-volatil, senyawa ini merupakan bagian dari komponen oleoresin yakni yang berpengaruh dalam sifat pedas jahe selain itu juga fenol merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai khasiat untuk kesehatan. Untuk mendapatkan komponen fenol dari jahe dapat dilakukan ekstraksi dan maserasi. Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.
1
Berdasarkan hal tersebut maka kami melakukan penelitian mengenai ekstrasksi fenol dengan cara ekstraksi dan maserasi. 1.2.Tujuan Tujuan dilakukannya praktikum ini, yaitu untuk mengetahui metode ekstraksi komponen fenol dari jahe yang optimal serta mendapat fenol dari jahe. 1.3.Manfaat Mengetahui metode ekstraksi komponen fenol dari jahe yang optimal dan mengetahui randemen komponen fenol yang dihasilkan dari jahe dengan jumlah tertentu
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekstraksi dan Maserasi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Definisi lain menyebutkan bahwa ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. (Harbone, 1987; Dirjen POM, 1986, dalam Umi, 2009). Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi, perkolasi dan alat soxhlet. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan.Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar (Depkes RI,2000 dalam Istiqomah, 2013). Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan melunakan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktumaserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan, telah tercapai maka proses
3
difusi segera berakhir.Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunannya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakinbesar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigh, 1994 dalam Istiqomah, 2013). Kerugiannya adalah pengerjaanya lama dan penyarian kurang sempurna.Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya(Depkes RI, 2000; Depkes RI, 1995, dalam Istiqomah, 2013). 2.2. Jahe Sistematika tanaman rimpang jahe, yaitu : Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Musales
Family
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Spesies
: officinale Tanaman jahe yang dapat tumbuh subur di sebagian besar wilayah
Indonesia mempunyai ciri-ciri pada akarnya tumbuh tunas yang kelak akan tumbuh menjadi tanaman. Akar tanaman jahe berupa rimpang yang menggerombol. Batang tanaman jahe berupa batang semu yang tumbuh tegak lurus, merupakan selubung daun tanaman dan pelepah yang menutupi batang. Bagian luar batang agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua dengan dihiasi titik-titik berwarna putih. Daun berbentuk lonjong dan lancip menyerupai daun rumput – rumputan besar. Pada bagian atas, daun lebar dengan ujung yang agak lancip, bertangkai pendek, berwarna hijau tua agak mengkilap, sementara bagian bawah berwarna hijau muda
4
dan berbulu halus. Panjang daun sekitar 5-25 cm dengan lebar 0,8-2,5 cm. Bunga jahe berupa bulir yang berbentuk kincir, tidak berbulu, dengan panjang 5-7 cm dan bergaris tengah 2-2,5 cm. Bulir itu menempel pada tangkai bulir yang keluar dari akar rimpang dengan panjang 15-25 cm. Bunga ter letak pada ketiak daun pelindung dengan beberapa bentuk yakni panjang, bulat telur, lonjong, runcing, atau tumpul. Jahe adalah salah satu tanaman rempah yang digunakan sebagai bumbu masakan dan obat-obatan. Jahe pada umumnya mengandung banyak kadar air dibandingkan dengan senyawa organik lainnya. Walaupun demikian jahe juga mengandung pati, abu, minyak atsiri, damar, asam-asam organik seperti asam malat dan asam oksalat, Vitamin A, B, dan C, serta senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol. Jahe (Zingiber officiale) merupakan salah satu temu-temuan dari suku Zingiberaceae. Jahe secara luas digunakan sebagai bumbu untuk bermacam-macam masakan seperti roti, acar, kue dan kembang gula. Selain itu jahe juga digunakan untuk memberi cita rasa pada minuman seperti soft drink serta banyak digunakan sebagai obat. Penggunaan jahe tersebut disebabkan karena sifat jahe yang dapat memberikan rasa pedas, hangat dan bau harum. Halia atau jahe (Zingiber officnale Roscoe) yang terhimpun di dalam famili Zingiberaceae merupakan herbal. Didasarkan pada bentuk, warna dan aroma rimpang serta komposisi kimiawinya, di Indonesia dikenal 3 tipe jahe, yaitu jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah. Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak. Ditandai ukuran rimpangnya besar dan gemuk, warna kuning muda atau kuning, berserat halus dan sedikit. Beraroma tapi berasa kurang tajam. Dikonsumsi baik saat berumur muda maupun tua, baik sebagai jahe segar maupun olahan. Pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan dan minuman. 2. Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau jahe emprit. Jahe ini ditandai ukuran rimpangnya termasuk katagori sedang, dengan bentuk agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam. Jahe ini selalu dipanen setelah umur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari jahe
5
gajah, sehingga rasanya lebih pedas. Jahe ini cocok untuk ramuan obat- obatan, atau diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya. 3. Jahe merah ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa tajam (pedas). Dipanen setelah tua dan memiliki minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil sehingga jahe merah pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan. Kandungan Kimia. Rimpang jahe mengandung 2 komponen utama, yaitu: 1. Volatil oil (minyak menguap) Biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang khas pada jahe, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe. Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%, sedangkan jahe segar yang tidak dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak dari jahe kering. Bagian tepi dari umbi atau di bawah kulit pada jaringan epidermis jahe mengandung lebih banyak minyak atsiri dari bagian tengah demikian pula dengan baunya. Kandungan minyak atsiri juga ditentukan umur panen dan jenis jahe. Pada umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi. Sedangkan pada umur tua, kandungannyapun makin menyusut walau baunya semakin menyengat. 2. Non-volatil oil (minyak tidak menguap) Biasa disebut oleoresin salah satu senyawa kandungan jahe yang sering diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Sifat pedas tergantung dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan pahit. Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung minyak atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan oleoresin dapat menentukan jenis jahe. Jahe rasa pedasnya tinggi, seperti jahe emprit, mengandung oleoresin yang tinggi dan jenis jahe badak rasa. pedas kurang karena kandungan oleoresin sedikit. Jenis pelarut yang digunakan, pengulitan serta
proses
pengeringan
dengan
sinar
matahari
atau
dengan
mesin
mempengaruhi terhadap banyaknya oleoresin yang dihasilkan. Salah satu komponen Non-volatil oil pada jahe yaitu Fenol. Fenol adalah senyawa yang mempunyai sebuah cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus
6
hidroksil. Senyawa fenol pada bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi fenol sederhana dan asam fenolat, turunan asam hidroksi sinamat dan flavonoid. Senyawa fenol dapat bergabung dengan glukosida, protein, alkaloid dan terpenoid yang terdapat dalam rongga sel. Senyawa fenol jahe merupakan bagian dari komponen oleoresin yakni yang berpengaruh dalam sifat pedas jahe. Menurut Tsai dkk (2005) senyawa yang berperan sebagai antioksidan dalam jahe adalah substansi fenol. Negri (2005) menyatakan bahwa komponen aktif hipoglisemik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah terpenoid, alkaloid, cumarin, flavonoid, dan capsaicin. Suhaj (2006) menyatakan bahwa antioksidan yang berasal dari jahe (Zingiber officinale) adalah gingerol, shogaol, alanin, dan lain-lain. Berdasarkan hal-hal tersebut maka diduga jahe yang mengandung senyawa fenol yang mempunyai kemampuan mereduksi sehingga juga mempunyai antioksidatif dan aktivitas hipoglisemik. Komponen antioksidan mempunyai peranan yang penting dalam kesehatan tubuh. Antioksidan juga banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan untuk mencegah kerusakan makanan.Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen fenol dari rempah-rempah mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Oleh karena itu pengembangan metode ekstraksi komponen fenol dari rempah-rempah sangat penting untuk pengembangan aplikasinya sebagai antioksidan ataupun pengembangan produk olahannya.
7
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ekstraksi komponen fenol dari jahe dilakukan, pada : Hari tanggal
: Kamis, 14 Mei 2015 s.d Sabtu 16 Mei 2015
Waktu
: pukul 07.00 s.d selesai
Tempat
: Laboratorium Pendidikan Teknologi dan Agroindustri FPTK UPI Lt.4 Gedung baru
3.2. Alat dan Bahan Alat
yang digunakan ketika praktikum yaitu : Pisau, talenan, labu minyak,
erlenmeyer, loyang, oven, grinder, ayakan 50 mesh, rotary evaporator, kertas saring, vacuum. Bahan yang digunakan ketika praktikum, yaitu : Jahe 1,5 kg, Etanol 90% 100 ml. 3.3. Prosedur Kerja 1. Ekstraksi dilakukan pada bahan kering 2. Mencuci, mngkuliti, memotong rimpang jahe. 3. Mengeringkan jahe dengan menggunakan oven hingga kering. 4. Menghaluskan jahe kering dengan grinder sampai semua bahan lolos ayakan 50 mesh. 5. Memasukkan bubuk jahe yang diperoleh sebanyak 50 g ke dalam erlenmeyer 500 mL dan menambahkan etanol dengan konsentrasi 95% sebanyak 250 mL. 6. Melakukan pengocokka dalam shaker selama 1 jam untuk mencapai kondisi homogen dan dimaserasi selama 36 jam. 7. Menyaring filtrat yang diperoleh dengan kertas whatman no 41. 8. Melakukan evaporasi dengan alat rotary evaporator pada suhu 400 oC selama 1,52 jam.
8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Setelah melakukan praktikum didapat : 1. Randemen jahe bubuk sebanyak 50 gram dari 1 kg jahe. 2. Randemen fenol sebanyak 4,5 ml, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
4.2.Pembahasan Jahe memiliki komponen aktif hipoglisemik yang berasal dar i tumbuh-tumbuhan yaitu terpenoid, alkaloid, cumarin, flavonoid, dan capsaicin (Negri, 2005 dalam Suryani, 2012). Suhaj (2006) dalam Suryani (2012) menyatakan bahwa antioksidan yang berasal dari jahe ( Zingiber officinale) adalah gingerol, shogaol, alanin, dan lain-lain. Berdasarkan hal-hal tersebut maka diduga jahe yang mengandung senyawa fenol yang mempunyai kemampuan mereduksi sehingga mempunyai antioksidatif dan aktivitas hipoglisemik. Komponen antioksidan mempunyai peranan yang penting dalam kesehatan tubuh. Antioksidan juga banyak digunakan sebagai bahan tambahan
dalam
makanan
untuk
mencegah
kerusakan
makanan.
Untuk
mendapatkan senyawa antioksidan tersebut dalam praktikum ini kami menggunakan metode maserasi dan juga ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol. Menurut Meloan (1999) dalam Kartika Sari (2012) ekstraksi dengan menggunakan soxhlet ekstraksi menggunakan teknik maserasi merupakan teknik ekstraksi yang mudah dan sederhana dengan hasil produk yang baik. Kelemahan yang dimiliki adalah waktu ekstraksi yang lama dan hasil pengekstrak kurang sempurna, bahan terekstrak haruslah stabil pada temperatur didih pelarut sangat
9
tidak cocok digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap suhu tinggi, ekstraksi berlangsung relatif lama karena adanya pendinginan oleh udara. Metode maserasi yang dilakukan pada jahe adalah dengan melakukan perendaman pada jahe yang telah dikeringkan. Senyawa fenolik yang terkandung di dalam jahe terkenal akan sensitisitasnya dan juga tidak stabil. Ketidakstabilan ini akan menyebabkan terdegradasinya kandungan fenolik dimana yang berpengaruh terhadap degradasi tersebut adalah temperature (Vatai, 2009 dalamKartika Sari, 2012). Menurut Liyana (2005) dalam (Kartika Sari 2012) menyatakan bahwa ada hubungan antara suhu dan fenolik secara kuadratik, naiknya suhu menyebabkan peningkatan kadar fenolik sampai pada suhu tertentu kemudian menurun seiring dengan peningkatan suhu yang lebih tinggi hal ini disebabkan dekomposisi senyawa fenolik. Menurut penelitian (Setyowati, 2013) dalam penelitiannya mengenai kurkumin bahwa maserasi berpengaruh terhadap senyawa antioksidan yang ada di dalam rempah. Dengan adanya maserasi ini akan meningkatkan senyawa antioksidan yang terkandung
di
dalam
bahan
rempah.
Dari
penelitian
tersebut
kamipun
menyimpulkan bahwa maserasi berpengaruh terhadap senyawa fenol yang ada pada jahe. Penggunaan pelarut yang digunakan untuk menekstrak sangat mempengaruhi kuantitas hasil dari ekstraksi dan aktivitas komponen fungsionalnya. Hasil analisis yang digunakan oleh penelitian (Suryani, 2012) yang menggunakan pelarut yang sama pada ekstraksi jahe menyatakan bahwa semakin besa rkonsentrasi etanol dan semakin lama waktu ekstraksi kadar fenol ekstrak semakin besar. Semakin besar konsentrasi etanol sampai 95% maka ekstrak yang diperoleh mempunyai kadar fenol yang makin besar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lee dkk. (2007) dalamSuryani (2012) yang menyatakan bahwa penggunaan etanol sebagai media pelarut komponen fenol dalam rimpang Curcuma aromatica menghasilkan ekstrak dengan kadar fenol yang lebih tinggi dibanding ekstraksi dengan air saja. Demikian pula semakin lama waktu perendaman bahan dalam pelarut, kadar fenol ekstrak juga semakin tinggi. Hal ini karena semakin lama perendaman, proses ekstraksi semakin efektif karena proses difusi pelarut ke dalam bahan semakin baik. Menurut Escribano-Bailon dan Santos-Buelga (2003)dalamSuryani (2012) ekstraksi
10
komponen polifenol dari bahan alami dengan menggunakan pelarut dapat dibagi dalam dua tahap yaitu tahap inisiasi dan tahap difusi. Dalam tahap inisiasi terjadi proses penggelembungan partikel-partikel bahan karena proses absorbsi pelarut sehingga komponen polifenol dalam sel-sel yang telah rusak akibat pemotongan atau penggilingan bahan dapat terekstrak. Sedangkan dalam tahap difusi, pelarut akan terdifusi ke bagian-bagian bahan yang lebih dalam dan komponen polifenol seperti pigmen pewarna akan ikut terekstrak.
11
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan 1. Metode maserasi untuk mendapatkan komponen fenol dari jahe cukup optimal, tetapi harus memperhatikan lama maserasi dan konsentrasi etanol yang digunakan. 2. Maserasi selama 36 jam dengan konsentrasi etanol 95% merupakan yang paling efektif. 3. Semakin lama waktu maserasi semakin banyak komponen fenol yang dihasilkan. 5.2. Saran Agar fenol yang didapat randemennya lebih banyak, sebaiknya jumlah jahe yang digunakan juga lebih banyak serta waktu maserasi juga ditingkatkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul. 2010. Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinalle) Kajian Dari Ukuran Bahan, Pelarut, Waktu dan Suhu. Jurnal Petanian MAPETA Vol. XII No.2 April 2010:72-144. ISSN : 1411-2817. Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ektraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa ( Piperis retrofracti fructus). [skripsi] Prodi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Kartika Sari, Denni. Dkk. 2012. Pengujian Kandungan Total Fenol Kappahycusalvarezzi Dengan Metode Ekstraksi Ultrasonik DenganVariasi Suhu Dan Waktu. Prosiding SNST 3. Semarang Setyowati, Asri. Dkk. 2013. Peningkatan Kadar Kurkuminoid Dan Aktivitas Antioksidan Minuman Instan Temulawak Dan Kunyit. Jurnal AGRITECH Vol. 33 No. 4 Yogyakarta. Suryani, Lilis, Ch. 2012.OptimasiMetodeEkstraksiFenol Dari RimpangJaheEmprit ( ZingiberofficinalleVar. Rubrum). Jurnal Agrisains Vol. 3 No. 4. Suryani, Ch.Lilis. 2012. Optimasi Metode Ekstraksi Fenol Dari Rimpang Jahe Emprit (Zingiber Officinalle Var.Rubrum). Jurnal AgriSains Vol.3 No.4. ISSN : 2086 – 7719. Umi. 2009. Metode Ekstraksi. [online] tersedia pada : https://fitokimiaumi.files.wordpress.com/2009/03/metode-ekstraksi.pdf Widiyanti, Ratna. 2009. Analisis Kandungan Literatur. FK. UI.
13
LAMPIRAN
14