LAPORAN IKTIOLOGI PRAKTIKUM VI SISTEM PERNAFASAN
OLEH : NAMA
: MUH. DARFIANTO. D
STAMBUK
: I1A514058
JURUSAN
: ABP B
KELOMPOK
: IV (EMPAT)
ASISTEN PEMBIMBING : 1. HILDAYANTI SINAPOY 2. MARWATI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Pernafasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida dalam suatu organisme hidup. Alat pernafasan pada ikan secara umum adalah ingsang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernafasan paru-paru selalu menggunakan ingsang. Belum berfungsinya ingsang pada saat embrio, maka pernapasan dilakukan dengan menggunakan kantung telur (Yusnaini, 2009). Pernapasan juga bisa dikatakan proses pertukaran oksigen dan karbondioksida antara organisme dengan lingkungannya . Pernapasan merupakan proses pengangkutan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan organ pernapasan. Zat mutlak yang dibutuhukan oleh tubuh untuk mengoksidasi makanan sehingga menghasikllkan energy adalah oksigen (Burhanudin, 2008). Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum tentang sistem pernapasan pada ikan Cakalang (K. pelamis) dan Ikan bandeng (C.chanos).
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat yang yang digunakan dalam proses pernafasan yang meliputi insang serta ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya terdapat pada beberapa jenis ikan tertentu. Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui secara langsung bentuk ingsang serta ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya terdapat pada beberapa jenis ikan tertentu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
1. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) Cakalang sering disebut skipjack tuna dengan nama lokal cakalang. Adapun klasifikasi cakalang menurut Matsumoto, et al (1984) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Vertebrata Class : Telestoi Ordo : Perciformes Famili : Scombridae Genus : Katsuwonus Species : Katsuwonus pelamis
Gambar 1 : Ikan Cakalang (K.Pelamis) (Sumber : dok. pribadi, 2015)
2. Ikan Bandeng ( chanos-chanos ) Klasifikasi ikan bandeng menurut Manik,N (2007) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Ostheichthyes Order : Gonorynchiformes Familiy :chanidae Genus : chanus Species : chanos-chano
Gambar 2 . ikan bandeng (C. chanos) (Sumber : dok. Pribadi,2015) B. Morfologi dan Anatomi
Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae., bentuk tubuhnya memanjang seperti cerutu atau torpedo, berwarna kebiru-biruan atau biru tua pada sisi belakang dan diatas tubuhnya dengan perut silver, mempunyai dua sirip punggung, sirip depan biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang, serta mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hypura (Fauzan, 2011)
Cakalang dewasa memiliki panjang tubuh mencapai 1 m, dengan berat lebih dari 18 kg. Cakalang banyak tertangkap berukuran panjangsekitar 50 cm. Tubuh berbenruk memanjang agak bulat (fusiform), dengan dua sirip punggung yang terpisah.sirip punggung pertama terdiri dari 14-16 jari-jari tajam. Sirip punggung kedua yang terdiri dari 14-15 jari-jari lunak, didikuti oleh 7-9 sirip tambahan berukuran kecil (finlet). Sirip dubur berjumlah 14-15 jari-jari, didikuti oleh 7-8 finlet. Sirip dada pendek, dengan 26-27 jari-jari lunak. Diantar sirip perut terdapat dua lipatan kulit yang di sebut taju interpelvis. (Boekoesoe, 2011) Menutu (Jamal dkk., 2011) mengemukakan bahwa cakalang memiliki tubuh yang padat, penampang bulat, lateral line melengkung ke bawah tepat di bawah sirip punggung kedua, sirip dada pendek dan berbentuk segitiga. Warna tubuh pada saat ikan masih hidup adalah biru baja (steel blue), tingled dengan lustrous violet di sepanjang permukaan punggung dan intensitasnya menyusut di sisi tubuh hingga ketinggian pada pangkal sirip dada. Sebagian dari badannya termasuk bagian abdomen, berwarna putih hingga kuning muda, garis-garis vetikal evanescent muda tampak di bagian sisi tubuhnya pada saat baru tertangkap. Jenis ikan cakalang secara normal adalah heteroseksual yaitu dapat dibedakan atas penentuan jenis kelamin jantan dan betina. Ikan
bandeng
bentuk
tubuhnya
ramping,
muluttermina,tipesisikcycloid,Jari–jarisemuanya lunak, jumlah sirip punggung antara 13 – 17, sirip anal 9 –11, sirip perut 11 – 12, sirip ekornya panjang dan bercagak, jumlah sisik pada gurat sisi ada 75 – 80 keping, panjang maksimum 1,7 in biasanya 1,0 in (Mas’ud, 2011)
C. Habitat dan Penyebaran Keberadaan ikan cakalang dapat ditemukan sepanjang tahun di perairan Indonesia bagian timur, seperti Laut Banda, Flores, Arafura, Halmahera, Maluku, Sulawesi, Aru, dan sebelah utara Papua. Seluruh daerah tersebut merupakan jalur lintasan ikan cakalang yang beruaya menuju ke Kepulauan Philipina dan Jepang. Ikan cakalang merupakan jenis omnivora yang makanan utamanya adalah ikan pelagis kecil. Sebagian besar isi perut ikan cakalang adalah ikan pelagis kecil. Jenisnya adalah teri, sardin, selar, kembung, dan lolosi. Dengan demikian, jalur migrasi ikan cakalang sangat tergantung pada pergerakan ikan pelagis kecil yang menjadi makanannya (Puspito, 2010). Daerah penyebaran cakalang di perairan Indonesia meliputi Samudra Hindia (Perairan Barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara), Perairan Indonesia bagian Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores dan Selat Makassar) dan Samudra Pasifik (Perairan Utara Irian Jaya). Jika dilihat dari daerah sebaran ikan cakalang tersebut Selat Lombok merupakan salah satu daerah tempat penyebaran ikan cakalang (Wibawa dkk., 2012) Ikan bandeng (Chanos chanos) sebagai komoditas budi daya telah banyak dikenal masyarakat sejak lama (Prasetio & Erlania, 2009). Ikan ini dikenal masyarakat umum yang hidup di air payau dan asin. Ikan bandeng termasuk jenis ikan pemakan plankton, yang bersifat euryhaline sehingga, dapat hidup di air tawar maupun asin. Ikan bandeng dikenal oleh masyarakat sebagai ikan yang hidup di air payau atau ikan yang berasal dari tambak (Kartamiharja, 2009) .
Ikan bandeng merupakan salah satu ikan konsumsi yang hidup
tersebar didaerah tropik Indo Pasifik dan daerah penyebarannya di Asia meliputi
perairan sekitar Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia dan
Indonesia.
Indonesia merupakan daerah penyebaran bandeng yang telah diketahui meliputi
perairan pantai timur Sumatera, utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara (Vatria, 2010) D. Fisiologi dan Reproduksi Stomatopoda dan udang laut darifamili pandalidae (crustasea), cumi-cumi (molusca), dan berbagai jenis larva/ juvenil ikan merupakan makannan utama. Cakalang matang gonad selalu dujumpai dengan persentase tinggi. Indeks kematangan gonad (GI) dijumpai pada bulan Juni baik untuk jantan dan betina. Dari kedua nilai tersebut (TKG) dan (GI) , Diduga bahwa cakalang memijah sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Juni. Fekunditas berkisar antar 186.000 Untuk cakalang dengan kisaran panjang 43-45 cm (rata-rata 43.4 cm) dan 718.000 untuk panjang 65.5 cm. Hubungan yang erat diperoleh antara panajang rata-rata ikan pangkat tiga (kubik) dan jumlah gonad rat-rata.Uji chi square terhadap sex ratio secara keseluruhan tidak menunjukkan perbandingan 1:1. Ukuran cakalang pertama cakalang matang gonad adalah 42 cm dan 44 cm (Wouthoyzen dkk., 2006) Daya apung merupakan faktor penting dalam proses penyebaran dan penetasan telur ikan bandeng. Daya apung ini disebabkan oleh adanya perbedaan berat jenis telur dan air dan salah satu faktor penting yang mempengaruhinya adalah salinitas. namun, hal ini tidak menjamin telur ikan bandeng juga memiliki kemampuanadaptasi yang baik terhadap perubahan salinitas. Sampai saat ini belumdiketahui berapa kisaran salinitas yang optimum untuk penetasan telur ikan bandeng dan apakah telur yang tenggelam masih memiliki potensi untuk menetas.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai salinitas media penetasan dan daya apung terhadap daya tetas telur ikan bandeng (Karina dkk., 2011) E. Makanan dan Kebiasaan Makan Hasil pengamatan terhadap isi lambung ikan cakalang yang tertangkap di perairan Laut Flores pada musim Timur terdiri atas ikan pelagis kecil, krustasea. Bahwa makanan alami utama ikan cakalang yang tertangkap di perairan sebelah selatan Pulau Seram dan sekitar Pulau Nusa Laut, laut Banda ialah krustasea, moluska dan ikan terutama pada tahap juvenil. Ikan cakalang yang tertangkap di perairan Laut Banda tidak selektif dalam memilih makanannya, akan memakan apa saja yang dijumpai di perairan dan bahkan akan memakan sejenisnya. Ada tiga komponen utama yang merupakan makanan ikan cakalang yaitu ikan, krustasea dan moluska. Kelompok ikan terdiri dari ikan umpan (Stolephorus spp), dan jenis ikan lainnya adalah dari famili Leiognathidae, Trichiudae, Stomatopoda dan Amphipoda. Untuk kelompok moluska hanya cumi-cumi dari famili Loliginidae. Selanjutnya dikatakan bahwa berdasarkan nilai IRP, setiap jenis makanan yang dimakan komposisinya bervariasi setiap bulan, dan dapat diduga bahwa ikan cakalang tidak mempunyai preferensi dalam kebiasaan makanan (Mallawa dkk., 2014) komposisi makanan ikan cakalang yang tertangkap di perairan Laut Sulawesi berubah-ubah di mana di dalam isi lambungnya didapatkan berbagai jenis ikan pelagis kecil seperti ikan kembung (Rastrelliger sp.), ikan layang malalugis (Decapterus macarellus), ikan sardine (Clupea sp.) dan kepiting (Portunidae) di mana makanan yang dominan adalah ikan layang (57 %) (Mardijah 2008)
pengamatan makanan pada 249 isi lambung didapat tiga komponen utama makanan ikan cakalang yaitu ikan dari famili Leiognathidae, Trichiudae, Exocoeetidae dan Mulidae, krustasea dari famili Pandalidae, Stomatopoda dan Amphipoda, dan moluska dari famili Loliuginidae. Hasil analisis isi lambung ikan cakalang di perairan Pasifik Barat bahwa makanan ikan tersebut terdiri atas kepiting permukaan (59 %), ikan (37 %), dan cumi-cumi (3 %). Ada kecenderungan bahwa ikan cakalang ukuran besar lambungnya berisi lebih banyak jenis krustasea dan sedikit ikan. Rantai makanan ikan cakalang sangat pendek yaitu plankton – ikan kecil – cakalang, yang berarti bahwa jenis ikan ini memanfaatan energi secara efisien (Manik 2007) Berdasarkan jenis makanan yang ada didalam lambung maka dapat diprediksi rantai makanan ikan cakalang adalah: Phytoplankton – zooplankton – berbagai ikan pelagis kecil – cakalang. Phytoplankton – zooplankton – krustasea – ikan pelagis kecil – cakalang. Phytoplankton – zooplankton (crustacean) –ikan pelagis kecil – cakalang. Pada waktu larva, ikan bandeng tergolong karnivora, kemudian pada ukuran fry menjadi omnivore. Pada ukuran juvenil termasuk ke dalam golongan herbivore, dimana pada fase ini juga ikan bandeng sudah bisa makan pakan buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng kembali berubah menjadi omnivora lagi karena mengkonsumsi, algae, zooplankton, bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet (Aslamyah, 2008).
F. Nilai Ekonomis
Untuk meningkatkan pemanfaatan dan nilai tambahnya, ikan cakalang dapat diolah menjadi tepung ikan. Pemanfaatan ikan cakalang dalam produk pangan sebagai tepung ikan belum pernah dilakukan. Tepung ikan merupakan sumber protein yang sangat baik karena dapat meningkatkan konsumsi makana,Ikan cakalang merupakan hasil perikanan yang bersifat mudah rusak dan membusuk (perishable) karena memiliki daging berwarna gelap atau merah dan memiliki kandungan lemak yang tinggi (Litaay dan Joko, 2013) Secara ekonomis ikan cakalang memberikan kontribusi besar yang di tunjukan oleh sebagian besar masya-rakat pesisir memiliki pekerjaan seba-gai nelayan baik pada usaha penang-kapan, pengolahan, perdagangan dan industri penunjang. Keadaan ini dapat dilihat jelas di Provinsi Sulawesi Utara khususnya di wilayah administrasi Kota Bitung, Ikan cakalang juga tercatat seba-gai komoditi ekspor baik dalam bentuk segar, beku maupun olahan. Dari kegiatan ekspor tersebut negara Indonesia khususnya Sulawesi Utara mendapat tambahan devisa yang penting bagi keseimbangan neraca perdaganganluar negeri. Devisa yang masuk ke Sulawesi Utara akan menyebabkan peningkatan kesejahteraan penduduk (Lumi dkk., 2013) Ikan bandeng (Chanos-chanos forsskai) merupakan organisme perairan yang hidup disekitar pesisir dan pulau-pulau dengan turumbu koral. Merupakan salah satu ikan yang mempunyai nilai ekonomis dan merupakan komoditas ekspor yang bernilai komoditas tinggi (Nofyan dkk., 2010) Bandeng duri lunak selain lezat juga mempunyai kandungan gizi yang cukup baik. Kandungan protein mencapai 26,5 %. Komponen protein merupakan zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Lemak yang sangat rendah,
bahkan lebih rendah dari lemak hewani lainnya juga sangat menguntungkan karena kandungan kolesterolnya pun relatif rendah (TM Kariada dkk., 2009) G. Sistem Pencernaan Pada alat pencernaan ikan terdiri dari 2 bagian yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Pada saluran pencernaan yaitu lambung dan usus, terdapat perbedaan antara lambung dan usus karnivora dengan herbivora. Kemampuan ikan dalam mencerna pakan sangat bergantung pada kelengkapan
organ
pencernaan
dan
ketersediaan
enzim
pencernaan.
Perkembangan saluran pencernaan berlangsung secara bertahap dan setelah ikan mencapai ukuran atau umur tertentu maka saluran pencernaannya akan mencapai kesempurnaan. Perkembangan struktur pencernaan tersebut diikuti pula oleh perkembangan enzim pencernaan (Ermiyanti, 2006) .
III. METODOLOGI PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikun ini dilaksanakan pada hari Minggu 27 Desember 2015 pada pukul 07.00 - 09.00 Wita bertempat di laboratorium Produksi Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, kendari. B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum sistem pernafasan dapat di lihat pada tabel 1. Tabel 1.Alat dan bahan beserta kegunaannya. No Alat dan Bahan Kegunaan . Alat : 1. - Baki (Dissecting-pan) Wadah tempat meletakkan bahan pengamatan - Tissue Pengalas ikan pada saat pengamatan - Pisau bedah Membedah ikan jika gunting tidak memungkinkan - Gunting bedah Membedah ikan - Pinset Menjepit bagian tubuh yang hendak diamati - Sunlight Mencuci alat yang telah dipakai - Mistar Mengukur tubuh ikan - Lap kasar dan lap halus Membersihkan alat yang digunakan dan membersihkan permukaan meja praktik - Camera Dokumentasi - Alat tulis menulis Menulis dan menggambar hasil pengamatan Bahan : 2. - Ikan Cakalang (K. Bahan pengamatan Bahan pengamatan Pelamis) Menyiram ikan - Ikan Bandeng (C.chanos) - Air panas
C. Prosedur Kerja - Menusuk gunting bedah dengan bagian yang tumpul ke bagian anus, -
kemudian digunting pada tubuh ikan ke arah rongga perut bagian atas. Setelah gunting mencapai bagian ujung rongga perut atas terdapat (belakang kepala), gunting di arahkan kebagian bawah sampai kedasar perut, kemudian bukalah daging yang telah terbuka tersebut menggunakan pisau bedah sehingga organ-organ tubuh bagian dalam dapat terlihat, dan alat pencernaan
-
dapat dikelurkan dari dalam tubuh. Menggunting bagian kepala hingga terbelah dua, potong bagian terdepan
-
esofagus dan tariklah usus keluar kemudian potong ujung akhir anus. Mengambil usus ikan yang telah di belah, laulu ukur dan diamati, kemudian digambar hasil pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan 1. Jenis Ikan Praktikum a. Ikan Cakalang (K. pelamis)
Gambar 3. Dokumentasi Ikan Cakalang (K. pelamis) (Sumber : Dok. Pribadi, 2015) b. Ikan bandeng
Gambar 4 Dokumentasi Ikan Bandeng (C.chanos) (sumber : dok.pribadi,2015)
2. Hasil Pengamatan Pada Sistem Pernapasan
Hasil pengamatan pada praktikum sistem pencernaan ikan disajikan pada Tabel berikut ini : Tabal 2. Hasil pengamatan sistem pernapasan ikan No Ikan dan organ 1. Ikan Cakalang Daun insang (gill filament) Tulang lengkung insang (gill arch) Tapis insang (gill racker)
2.
Ikan Bandeng Daun insang (gill filament) Tulang lengkung insang Tapis Insang
Hasil pengamatan Terdapat 1132 daun insang Terdapat 8 lengkung insang Terdapat 216 tapis insang Terdapat 600 gill filament Terdapat 6 gill arch Terdapat 224 gill racker
a. Ikan Cakalang (K. pelamis) Keterangan : 1.Daun insang 2.Tulang lengkung insang 3.Tapis insanga
Gambar 5. Insang dan bagian-bagiannya (sumber : dok.pribadi,2015) b. Sistem pernapasan ikan bandeng Keterangan : 1.Daun insang 2.Tulang lengkung insang 3.Tapis insang
Gambar 3. Insang dan bagian-bagiannya (sumber : dok.pribadi,2015)
B. Pembahasan
Pernafasan adalah proses pertukaran oksigen (O 2) dan karbon dioksida (CO2) antara organism dengan lingkungannya atau proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida dalam suatu oreganisme hal ini sesuai dengan pendapat (Nadia, 2009) yang menyatakan bahwa Pernafasan adalah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida antara organisme dengan lingkungannya. Bagaian-bagian pokok insang pada ikan ada tiga yaitu meliputi daun insang (gill filament), tulang lenkung insang (gill arch), dan tapis insang (gill racker). Filament insang adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi untuk mengikat oksigen yang terlarut dalam air pada proses pernafasan. Tulang lengkung insang mempunyai saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk dari insang, dan merupakan tempat melekatnya daun insang dan tapis insang. Tapis insang terletak pada bagian yang terdepan, yang pada jenis ikan herbivora pemakan plankton (plankton feeder) berfungsi sebagai penyaring makanan dan relatif panjang dan rapat dibandingkan dengan jenis ikan karnivora. Sesuai pendapat Nadia (2009) bahwa insang ikan herbivora tapis insangnya dapat digunakan untuk menyaring makanan (plankton feeder). Alat pernafasan ikan pada umumnya adalah insang walaupun ada beberapa jenis ikan tertentu yang bernapas dengan paru-paru seperti ikan paus. Sebelum berfungsinya ingsan, vase saat embrio masa pernapasan dilakukan dengan menggunakan kantung telur. Disamping ingsan sebagai alat pernapasan yang utama tetapi, pada ikan tertentu ada yang mempunyai alat pernapasan tambahan seperti pada ikan gabus, ikan lele dan ikan mujair, dan diferticula pada ikan gabus, pernapasan tambahan
disebut labirin, alat pernapasan tambahan ini berfungsi untuk membantu bernapas saat okigen berada dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Alat yang digunakan agak lama dan merupakan bidang penyimpanan oksigen untuk proses pernapasan atau respirasi. Ikan seperti halnya dengan mahluk hidup yang lain, harus mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2. Oksigen di perlukan tubuh ikan untuk melepaskan energi melalui oksidasi lemak dan gula. Energi yang terlepas bukan saja dipergunakan untuk kegiatan tubuh seperti kontraksi otot, sekresi dan kondugsi saraf, juga untuk membangun
susunan komponen
biokimia,
pemeliharaan struktur tubuh serta reproduksi. Jumlah oksigen yang digunakan oleh ikan tidak konstan, melainkan bervariasi dengan umur dan berhubungan dengan perubahan aktifitas ikan serta kondisi perairan. Pada pengamatan yang dilakukan pada kelima jenis ikan kesemuanya mempunyai alat pernapasan yang umumnya ada pada ikan lain yaitu ingsan. Ingsan yang masing-masing terletak pada tiap sisi kepala di bawah tulang tutup ingsan yang terdiri dari beberapa keping tulang (Nadia, 2009). Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati meliputi dua tahap yakni fase Inspirasi dan Ekspirasi. .Fase Inspirasi atau pengambilan udara/ pemasukan udara dari air kedalam insang. kemudian fase ekspirasi atau pengeluaran karbondioksida dan gas-gas lain dari insang ke air. pertukaran karbondioksida dan oksigen terjadi pada fase ekspirasi
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan simpulan dari hasil pengamatan yang dilakukan dan pembahasan dalam praktikum ini adalah sebagai sistem pernapasan yang digunakan pada Ikan Cakalang dan Ikan Bandeng adalah insang yang terdiri dari tiga bagian yaitu daun insang (gill filament), tulang lengkung insang (gill arch) dan tapis insang (gill racker). Proses pernafasan pada ikan merupakan proses pertukaran Oksigen terlarut antara ikan dengan lingkungannya yang terjadi di dalam insang. B. Saran Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah peralatan yang terdapat dilaboratorium jurusan perikanan agar dilengkapi, dan sebaliknya peralatan yang sudah ada lebih dipertahankan lagi agar praktikum kedepannya lebih baik dari praktikum sebelumnya