BAB 3 METODE PELAKSANAAN 3.1.
Tempat dan Waktu Kegiatan
3.1.1. Tempat Kegiatan
Kerja Praktik dilaksanakan pada pembangunan Jalan Tol GempolPasuruan Seksi II ruas Rembang-Pasuruan pada Sta 13+900 – 20+500 yang dikerjakan oleh PT. Hutama – Hutama – Gorip. Gorip. KSO. Sedangkan lokasi yang ditinjau dalam pelaksanaan kerja praktik yaitu pada Sta 15+500 – 19+600. 19+600. Lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Lokasi Proyek (Sumber : Data Kantor PT Hutama-Gorip. KSO,2016) 3.1.2. Waktu Kegiatan
Sesuai dengan peraturan akademik Politeknik Negeri Banyuwangi bahwa waktu pelaksanaan kerja praktik dijadwalkan dalam kurun waktu 450 jam atau sekitar 1,5 bulan mulai tanggal 17 Juli 2017 sampai 4 September 2017. Selama pelaksanaan kerja praktik mahasiswa diharuskan sudah berada dilokasi kerja praktik serta mengikuti aturan yang telah te lah diterapkan dilapangan oleh perusahaan yakni PT Hutama-Gorip. KSO. Waktu pelaksanaan kerja praktik sesuai jadwal yang ditetapkan oleh perusahaan dilaksanakan pada hari senin sampai hari minggu dengan waktu pukul 08.00 - 17.00 WIB. Dengan jeda istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB. Untuk pekerjaan rigid pavement dan dan lean concrete dilaksanakan concrete dilaksanakan pada waktu over over time atau (lembur) mulai pukul 17.00 WIB sampai selesai.
25
3.2.
Jadwal Kegiatan
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktik Bulan Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Minggu Ke
Minggu Ke
Minggu Ke
Minggu Ke
Minggu Ke
Minggu Ke
Keterangan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
Orientasi Studi Lapangan Studi Literatur Proses Pelaksanaan Menyusun Laporan Seminar Hasil
Sumber : Hasil Pengolahan,2017
: Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktik Keterangan : 1. Orientasi meliputi pengenalan mahasiswa kerja praktik dengan staff kantor dan staff dilapangan dan pembacaan gambar kerja dan penjelasan metode pelaksanaan sebagai dasar untuk studi langsung lapangan diproyek. 2. Studi lapangan adalah proses studi secara langsung dilokasi proyek, disana mahasiswa kerja praktik dapat melihat pekerjaan yang sedang berlangsung dan dapat mencoba interview kepada interview kepada pekerja dilapangan dan ikut membantu proses pelaksanaan pekerjaan diproyek. 3. Studi literatur meliputi studi analisa atau metode yang dipilih mahasiswa kerja praktik sebagai sumber materi pelaporan kerja praktik. 4. Menyusun laporan adalah menyusun laporan hasil kerja praktik selama berada dilapangan. 5. Sidang hasil adalah pemaparan dan presentasi hasil laporan kerja praktik kepada dosen penguji.
26
3
4
3.3.
Data Proyek
Adapun data proyek yang dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai proyek tol Gempol-Pasuruan Seksi II yaitu sebagai berikut : 1. Nama Proyek
: Pembangunan Jalan Tol Gempol-Pasuruan Gempol-Pasuruan Seksi II
2.
Ruas
: Rembang-Pasuruan (Sta 13+900 – 13+900 – 20+500) 20+500)
3.
Lokasi Pekerjaan
: Kabupaten dan Kota Pasuruan, Jawa Timur
4.
Sumber Dana
: RKAP PT. Transmarga Jatim Pasuruan
5.
Pemilik Proyek
: PT. Transmarga Jatim Pasuruan
6.
Konsultan Perencana : PT. PT. Cipta Cipta Strada
7.
Konsultan Supervisi
8.
Kontraktor Pelaksana : PT. Hutama-Gorip. Hutama-Gorip. KSO
: PT. Multi Phi Beta
9. Nilai Kontrak
: Rp. 418.758.549.000,00 418.758.549.000,00
10. Waktu Pelaksanaan
: 240 Hari Kalender
11. Masa Pemeliharaan
: 1.095 Hari Kalender
12. Jenis Kontrak
: Unit Price
13. Eskalasi
: Tidak Ada Eskalasi
14. Denda Keterlambatan : 0,1 % per hari, maks. 5 % x nilai kontrak. 15. Cara Pembayaran
: Monthly Certificate dengan Certificate dengan Uang Muka 10 %
Kondisi Geografis 1.
Geografis
: Kontur lokasi proyek relatif rata
2.
Kondisi Ligkungan
: Lokasi sebagian besar berupa area persawahan.
3.4.
Hasil Kerja Praktik
Dalam pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan seksi II ruas RembangPasuruan, PT. Hutama-Gorip. KSO bertanggung jawab sebagai Kontraktor Pelaksana. Terdapat dua kontraktor pelaksana yang dengan sistem kerja KSO atau Joint Operation. Yakni PT. Hutama Karya (Persero) sebagai Pelaksana Pekerjaan Struktur meliputi : pekerjaan Underpass, Underpass, Overpass, Overpass, Box Culvert , Box Pedestrian, Interchange, dan Tollgate. dan Tollgate. Sedangkan PT. Gorip Nanda Guna sebagai Pelaksana Main Road meliputi : Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Drainase, Lean Concrete, Concrete, Rigid Pavement . Pelaksanaan pekerjaan struktur dan main road memiliki peranan penting dan saling berkaitan dalam proses pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan ini.
27
Sesuai dengan tujuan kerja praktik, agar kerja praktik mudah perlu batasan-batasan masalah yang bertujuan untuk memfokuskan bagian yang akan di kaji dan dibahas secara terperinci. Masalah yang akan dibahas yaitu metode pelaksanaan pekerjaan rigid pavement pada pembangunan Jalan Tol GempolPasuruan Seksi II, Ruas Rembang-Pasuruan sta 13+900 – 20+500. Dalam pelaksanaan perkerasan jalan kaku (rigid pavement ) ini, ruang lingkup pekerjaan main road pada proyek meliputi : a. Pekerjaan pembersihan lahan (Clearing area). b. Pekerjaan pondasi (Subgrade). c. Pekerjaan lantai kerja ( Lean Concrete). d. Pekerjaan perkerasan jalan kaku ( Rigid Pavement ). Tipikal potongan melintang daerah timbunan dan galian pada main road dapat dilihat pada Gambar 3.2 :
Gambar 3.2 Tipikal potongan melintang daerah timbunan dan galian (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
Tipikal potongan melintang daerah timbunan pada main road dapat dilihat pada Gambar 3.3 :
Gambar 3.3 Tipikal potongan melintang daerah timbunan (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
28
Tipikal Potongan melintang pada daerah timbunan dan galian dengan relokasi jalan desa pada main road dapat dilihat pada Gambar 3.4 :
Gambar 3.4 Tipikal Potongan melintang pada daerah timbunan dan galian dengan relokasi jalan desa (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
Tipikal potongan melintang pada daerah galian pada main road dapat dilihat pada Gambar 3.5 :
Gambar 3.5 Tipikal potongan melintang pada daerah galian (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016) 3.4.1. Pekerjaan Pembersihan Lahan ( Clearing Area)
Pekerjaan
pembersihan
lahan
(clearing
area) adalah
pekerjaan
pembersihan lokasi untuk trase tol berikut pengupasan lapisan tanah asli paling atas setebal 20 cm atau jika tanah persawahan sedalam 50 cm disepanjang rencana pekerjaan pembangunan jalan tol ini. Hasil kupasan tanah akan dibuang kelokasi pembuangan disekitar kanan dan kiri dari trase tol atau dielevasi tanah yang lebih
29
rendah. Hal ini dilakukan karena untuk membuang tanah yang tidak sesuai spesifikasi untuk digunakan sebagai pondasi dasar dan dibersihkan dari tumbuhan dan akar selebar badan jalan. Pembersihan tempat kerja / pembongkaran serta pengupasan lapisan tanah mencakup pembersihan permukaan area kerja dari semua pohon, semak belukar, tanaman pagar dan benda-benda lainnya termasuk ilalang, rumput liar pendongkelan akar pohon dan tumbuhan liar lainnya, kotoran dan material lainnya yang tidak layak berada diarea yang direncanakan, digusur dengan menggunakan bulldozer , didorong menuju ke lokasi pembuangan sementara. Untuk lokasi pembuangan yang lebih dari 100 meter diangkut dengan menggunakan dump truck menuju lokasi pembuangan yang telah disetujui oleh konsultan pengawas. a.
Alur Pembersihan Lahan Berikut Flow Chart Pembersihan lahan dapat dilihat pada Gambar 3.6 : Start -Metode Kerja -Shop Drawing -Data Alat -Spesifikasi -Kuantitas
Request Pekerjaan
Diperbaiki
Disetujui Direksi Pekerjaan & Konsultan Supervisi
Pengupasan Top Soil
Penggalian Tanah
Pengecekan Elevasi Galian & Cross Section
Pembuangan Material Hasil Pengupasan
Finish
Gambar 3.6 Flow Chart pembersihan dan pembongkaran lahan (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016) 30
Berikut ilutrasi Pembersihan lahan dapat dilihat pada Gambar 3.7 :
Gambar 3.7 Ilustrasi pembersihan dan pembongkaran lahan (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
1. Group Alat A mengupas untuk aksess jalan, hasil kupasan dibuang ke sisi jalan untuk tanggul, dan dibuang ke tengah untuk diangkut menuju tahap selanjutnya. 2. Group Alat B melakukan timbunan untuk akses jalan yang telah dikupas. 3. Group Alat C mengupas untuk seluruh rencana badan jalan. 4. Jalan akses yang telah ditimbun untuk dibuat akses oleh truk pengangkut pembuangan hasil kupasan. 5. Group Alat D melakukan timbunan untuk seluruh badan jalan. b.
Peralatan Peralatan yang digunakan adalah : 1. Excavator . 2. Bulldozer . 3. Dump truck .
c.
Tahapan Pelaksanaan Persiapan mobilisasi peralatan dan tenaga kerja ke lokasi dan akan
diperiksa oleh Pengawas, apakah peralatan dan personil tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi teknis atau tidak, jika disetujui maka pekerjaan bisa dimulai, jika tidak maka peralatan dan tenaga kerja harus dilengkapi sesuai dengan spesifikasi teknik. Berikut tahapan pekerjaan permbersihan lahan :
31
1. Pengukuran dan setting out lokasi yang akan dikerjakan. 2. Mengajukan gambar kerja & kuantitas pekerjaan kepada Pengawas/ Direksi/Konsultan untuk mendapat persetujuan. 3. Apabila tidak disetujui maka kontraktor harus merevisi usulan gambar kerja dan kuantitas pekerjaan untuk kemudian diajukan kembali. 4. Apabila
disetujui
maka
pelaksanaan
pekerjaan
dimulai
dengan
pembersihan seluruh area untuk membentuk akses jalan. 5. Pembersihan & pembongkaran top soil hasil pekerjaan pembersihan dipisahkan dari akar tumbuhan dengan menggunakan bulldozer . Dengan spesikasi bulldozer D85E SS Komatsu memiliki blade selebar 4,25 m, tinggi 1,05 m dan kapasitas blade 3,7 m³ tanah. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada gambar 3.8 (a) 6. Tanah hasil pembersihan & pembongkaran sebagian dibuang ke lokasi yang telah ditentukan dan disetujui oleh konsultan. 7. Penggalian dilakukan dengan menggunakan excavator jenis PC200 dengan kapasitas bucket 0,8 m³. 8. Selanjutnya excavator menuangkan material hasil galian kedalam dump truck . Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada gambar 3.8 (b) 9. Tanah yang sesuai spesifikasi langsung diangkut dump truck dibawa ke lokasi timbunan yang telah oleh konsultan pengawas. 10. Tanah yang tidak sesuai dengan spesifikasi dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disetujui oleh konsultan. 11. Galian dilakukan secara bertahap, kedalaman galian maksimal disesuaikan jenis tanah (grafik kemiringan lereng & kedalaman yang disyaratkan) agar tidak longsor. Galian selesai apabila elevasi akhir sudah sesuai gambar kontrak dengan toleransi yang diterima. 12. Pengaturan
lokasi
galian
dan
timbunan
dengan
dibuat
aliran
galian/timbunan yang menerangkan distribusi volume/lokasi/waktu hasil galian/timbunan.. 13. Hasil pekerjaan pembersihan harus diinspeksi oleh Pengawas/ Direksi/ Konsultan untuk menentukan apakah pekerjaan telah sesuai dengan spesifikasi teknis.
32
Gambar 3.8 (a) Proses pembersihan lahan (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.8 (b) Proses pembongkaran lahan (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 3.4.2. Pekerjaan Timbunan ( Subgrade)
Pekerjaan pondasi subgrade untuk jalan tol Gempol-Pasuruan Seksi II. berupa pekerjaan timbunan untuk mendapatkan alinyemen vertikal . Awalnya tanah existing bekas tanah persawahan, kemudian ditimbun tanah lanau berpasir sebagai pondasi subgrade. Dalam proses pelaksanaan pekerjaan timbunan, akan dibagi dalam zona-zona pekerjaan yang akan dikerjakan secara bersamaan agar penyelesaiannya sesuai schedule yang direncanakan (dengan asumsi lahan bebas 100% ).
33
Pekerjaan ini meliputi penggalian dan pengangkutan, penghamparan dan pemadatan material yang diperoleh dari lokasi dari pengambilan material yang telah disetujui untuk melaksanakan timbunan, subgrade dan bagian lain sesuai dengan petunjuk direksi. pekerjaan timbunan tanah untuk trase jalan sampai mencapai top subgrade yang direncanakan. Adapun material timbunan berasal dari quarry tanah berpasir lanau dengan nilai CBR lapangan untuk lapisan bawah minimal sebesar 95%, sedangkan untuk lapisan 2 teratas disyaratkan minimal sebesar 100% dengan metode pengujian sand cone dilapangan.Quarry tanah timbunan berasal dari beberapa tempat disekitar daerah Pasuruan. Untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan timbunan agar segera selesai untuk menunjang pekerjaan lainnya, di bagi menjadi 3 zona untuk pekerjaan timbunan pondasi subgrade dari sta 13+900 s/d 20+500. Berikut peta pembagian zona pekerjaan timbunan dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Pembagian zona pekerjaan timbunan (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
34
a.
Alur Pekerjaan Timbunan Pondasi Subgrade dapat dilihat pada Gambar 3.10
Gambar 3.10 Ilustrasi penghamparan dan pemadatan timbunan ( subgrade) (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
b. Peralatan Peralatan yang digunakan : 1. Excavator 2. Dump truck 3.
Vibro Roller
4. Buldozer 5.
Grader
6.
Water tank
7.
Sheep Foot Roller
c. Tahapan Pelaksanaan Urutan pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah, termasuk tes kepadatan adalah sebagai berikut : 1.
Pada tahap awal adalah mempersiapkan personil, peralatan yang akan digunakan, dan bahan tanah timbunan yang berasal dari beberapa quarry daerah disekitar Pasuruan. Dengan rata-rata volume timbunan setiap zona ± 2.741,44 m³ / hari. 35
2.
Dilakukan setting out dan pengukuran untuk menentukan elevasi setiap lapisan pondasi. Pelaksanaannya dilakukan penentuan elevasi ditandai dengan pemberian patok pada setiap jarak 12,5 meter yang terletak pada titik center line dan batas tepi ROW. Patok pada titik center line digunakan sebagai acuan untuk elevasi sisi kanan dan kiri pada main road . patok diberi tanda elevasi dengan lapisan subgrade yang bervariasi menyesuaikan alinyemen vertikal dan horizontal . Untuk elevasi diatas top subgrade terdapat lapisan lean concrete setinggi 10 cm, untuk diatas lapisan lean concrete terdapat lapisan rigid pavement setinggi 31 cm. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.11 (a) dan Gambar 3.11 (b).
Gambar 3.11 (a) Proses setting out dan pengukuran lahan (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.11 (b) Patok penanda elevasi pada center line (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 36
3.
Kemudian material yang datang dilakukan pemeriksaan dari pihak kontraktor dan konsultan untuk kualitas dan kuantitas quarry yang digunakan sebagai timbunan lapisan pondasi subgrade. Pengangkutan quarry menggunakan dump truck dengan volume 10m³, untuk dump truck yang telah melewati pemeriksaan diarahkan pada tempat pembongkaran yang telah direncanakan. Pola pembongkaran antar dump truck satu dengan yang lain disarankan jaraknya tidak terlalu rapat agar volume timbunan tidak menumpuk sehingga ketebalan penghamparan tidak rata disatu sisi terlalu tebal sementara disisi lain terlalu tipis. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.12 (a) dan Gambar 3.12 (b).
Gambar 3.12 (a) Proses pemeriksaan material (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.12 (b) Proses pembongkaran material (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
37
4.
Setelah proses pembokaran material timbunan dilakukan pekerjaan percobaan pemadatan (trial embankment). setiap jenis bahan tanah timbunan dari quarry akan dilakukan pengujian dilaboratorium umum yang disetujui direksi sebagai acuan proses pemadatan dilapangan, yaitu diperoleh hasil CBR lapangan kepadatan minimum sebesar 95% untuk lapisan bawah pondasi dan 100% untuk lapisan pondasi subgrade teratas, dengan jumlah 10 kali lintasan untuk alat pemadat yang digunakan pada setiap layer timbunan. Pemadatan tanah dasar menggunakan sheep foot rooller dan dilanjutkan menggunakan vibro rooller untuk memadatan lapisan permukaan pondasi bawah. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.13 (a) dan Gambar 3.13 (b).
Gambar 3.13 (a) Proses pemadatan trial embankment menggunakan sheep foot. (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.13 (b) Proses pemadatan trial embankment menggunakan vibro roller. (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
38
5.
Setelah proses percobaan pemadatan dilakukan pengujiaan sand cone untuk menentukan perbandingan berat volume kering tanah dengan berat volume kering hasil dilaboratorium untuk jenis tanah yang sama sehingga angka presentase yang diperoleh menunjukkan tingkat kepadatan CBR lapangan minimal 95% yang disyaratkan. Kemudian dilakukan pengujian speedy moisture test untuk mengetahui kadar air optimum pada lapisan pondasi subgrade yang disyaratkan sebesar 16,54%. Dengan cara memasukan benda uji dan kalsium karbida (CaC2), kemudian alat dikocok selama 30 detik dan hasilnya dilakukan pembacaan pada dial indikator untuk mengetahui presentase kadar air. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.14 (a) dan Gambar 3.14 (b).
Gambar 3.14 (a) Proses pengujian kadar air pada pondasi dasar (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.14 (b) Proses pengujian sand cone pada pondasi dasar (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 39
6.
Selanjutnya dilakukan proses penghamparan dan pemadatan dilakukan per layer, untuk lapisan pondasi bawah menggunakan material tanah berbatu cadas dengan tebal per layer 10 – 15 cm, sedangkan lapisan pondasi diatasnya menggunakan material tanah lanau berpasir dengan tebal per layer 20 cm. Untuk proses penghamparan material dilaksanakan selebar badan jalan dengan menggunakan bulldozer . Dilanjutkan pemadatan material menggunakan vibro rooller dengan rata-rata 10 lintasan untuk setiap layer pada lapisan pondasi, jika memenuhi kepadatan CBR lapangan sebesar 95% yang disyaratkan, maka konsultan akan memberikan izin untuk melanjutkan pemadatan layer berikutnya. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.15 (a) dan Gambar 3.15 (b).
Gambar 3.15 (a) Proses penghamparan timbunan subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.15 (b) Proses pemadatan timbunan subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 40
7.
Berikutnya pemeriksaan leveling oleh surveyor untuk menentukan elevasi top subgrade yang direncanakan dan kemudian memberi tanda untuk mempermudah operator alat berat membaca elevasi yang akan ditentukan. Setiap tebal elevasi yang telah dikerjakan untuk dilakukan pengupasan timbunan jika elevasi berlebihan dan penghamparan kembali jika kepadatan belum mencapai elevasi rencana. Proses pelaksanaan leveling dengan menentukan elevasi pada center line yang telah diukur untuk dijadikan acuan. Proses leveling ini didampingi oleh konsultan pengawas untuk mengetahui kesesuaian dengan elevasi yang telah direncanakan hingga elevasi top subgrade. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.16 (a) dan Gambar 3.16 (b).
Gambar 3.16 (a) Proses leveling timbunan top subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.16 (b) Proses leveling timbunan top subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
41
8.
Jika sudah ditentukan elevasi top subgrade subgrade oleh oleh surveyor, surveyor, kemudian dilakukan pengupasan jika ketebalan layer melebihi dari perencanaan dan penghamparan untuk meratakan material yang belum mencapai elevasi rencana menggunakan motor greder untuk area yang memiliki elevasi lebih tinggi , agar , agar timbunan yang memiliki elevasi lebih tinggi dari rencana dapat diratakan kembali. Kemudian dilakukan pemadatan kembali pada timbunan top subgrade subgrade menggunakan vibro rooller dengan rata-rata 10 lintasan hingga mencapai elevasi rencana dan kepadatan yang disyaratkan. Jika telah mencapai elevasi rencana lahan siap untuk dilakukan pengujian sand cone dan cone dan proof proof rolling untuk untuk menguji kepadatan top subgrade. subgrade . Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.17 (a) dan Gambar 3.17 (b).
Gambar 3.17 (a) Proses pengupasan timbunan top subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.17 (b) Proses pemadatan timbunan top subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 42
9.
Kemudian Kemudian top subgrade subgrade yang sudah dipadatkan kemudian dilakukan pengujian sand pengujian sand cone. cone . Dilakukan pengambilan sample pengambilan sample acak acak yang dilakukan pada 5 titik yang berbeda pada setiap layernya. Dimana hasil pengujiaan sand cone cone dilapangan akan diperoleh perbandingan berat volume kering tanah, kemudian dibandingkan dengan berat volume kering hasil dilaboratorium untuk jenis tanah yang sama sehingga angka presentase yang diperoleh menunjukkan tingkat kepadatan yang dicapai dilapangan terhadap standar minimal 100% untuk 2 lapisan pondasi subgrade teratas. subgrade teratas. Pengujian harus disaksikan dan disetujui oleh wakil dari kontraktor dan konsultan. Bila tidak sesuai maka pemadatan dilakukan pemadatan ulang. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.18 (a) dan Gambar 3.18 (b)
Gambar 3.18 (a) Proses pengujian sand pengujian sand cone pada cone pada top top subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.18 (b) Proses perhitungan sand perhitungan sand cone pada cone pada top top subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 43
10. Kemudian pengujian proof rolling menggunakan dump truck yang melintas diatas lapisan top subgrade subgrade dengan beban ≤ 20 Ton. Uji proof roolling untuk mengetahui kepadatan top subgrade secara visual untuk membandingkan hasil pengujian sand cone telah cone telah dilakukan dengan tingkat kepadatan 100%, dari pengujian proof rooling disaksikan oleh konsultan dan kontraktor untuk memastikan kepadatan top subgrade jika diberi beban akan dilihat bekas roda dump truck mengalami penurunan atau tidak. Jika terjadi penurunan pihak konsultan minta untuk diganti material yang baru dengan melakukan pemadatan ulang, Jika sudah memenuhi persyaratan konsultan pengawas akan memberikan izin untuk lanjut ke tahap berikutnya. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.19 (a) dan Gambar 3.19 (b).
pengujian proof rolling top subgrade Gambar 3.19 (a) Proses pengujian proof (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.19 (b) Proses pengujian proof pengujian proof rolling top subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
44
11. Timbunan subgrade telah mencapai elevasi rencana dan kepadatan top subgrade, yang sudah melewati pemeriksaan dan disetujui oleh konsultan pengawas telah memenuhi persyaratan dan sesuai spesifikasi kepadatan 100% untuk lapisan top subgrade. Lahan yang telah selesai akan diberi batas agar tidak dilalui oleh kendaraan dan alat berat yang melebihi beban sehingga tidak akan mengganggu tingkat kepadatan timbunan
top
subgrade. Kemudian siap untuk dilakukan marking titik lantai kerja (lean concrete) untuk main road . Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.20 (a) dan Gambar 3.20 (b).
Gambar 3.20 (a) Timbunan Subgrade kondisi 100% (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.20 (b) Timbunan Subgrade kondisi 100% (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
45
Data timbunan Zona 1 dapat dilihat pada Gambar 3.21 :
Gambar 3.21 Data timbunan Zona 1 (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
Data timbunan Zona 2 dapat dilihat pada Gambar 3.22 :
Gambar 3.22 Data timbunan Zona 2 (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
46
Data timbunan Zona 3 dapat dilihat pada Gambar 3.23 :
Gambar 3.23 Data timbunan Zona 3 (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016) 3.4.3. Pekerjan Lantai Kerja ( Lean Concrete)
Pekerjaan lean concrete adalah pekerjaan lantai kerja untuk perkerasan rigid pavement. Panjang lean concrete dilaksanakan sesuai dengan panjang pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement ). Untuk lebar pengecoran lean concrete ditambah 10 cm dari lebar rigid pavement , yang berfungsi sebagai dudukan bekisting dari mesin concrete paver . Pekerjaan pemasangan bekisting di tepi memanjang dan melintang yang berfungsi sebagai pembatas pengecoran, harus sudah selesai sebelum pengecoran lean concrete selesai dikerjakan. Pekerjaan lean concrete dikerjakan secara manual menggunakan alat perata bernama jidar dengan alat bantu ruskam sebagai finishing permukaan dan dipadatkan menggunakan vibrator , kemudian dilakukan curing beton ketika beton berumur 12-24 jam, selama proses pengerasan tidak boleh dilewati kendaraan yang dapat merusak permukaan hingga kuat tekan beton memenuhi persyaratan.
47
Lean concrete selalu ada sebelum pekerjaan perkerasan jalan kaku (rigid pavement ). Yang berfungsi sebagai lantai kerja agar air semen tidak meresap ke dalam lapisan dibawahnya. Lean concrete menggunakan beton kelas E dengan mutu FC 10,5 dengan nilai slump 7,5 ± 2,5 cm, dengan pertimbangan alat angkut yang menggunakan truck mixer dan jarak angkut dari batching plant sekitar 15 menit menuju lokasi. Dari perencanaan lean concrete memiliki ketebalan 10 cm dan lebar tiap lajur selebar 470 cm dengan total untuk satu jalur selebar 940 cm. Untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan lantai kerja agar segera selesai untuk menunjang pekerjaan lainnya, dibagi menjadi 2 zona untuk pekerjaan lantai kerja (lean concrete) pada rigid pavement dari sta 13+900 s/d 20+500. Untuk zona 1 dari sta 13+900 – 17+270 sedangkan zona 2 dari sta 17+270 – 20+500. Berikut peta pembagian zona pekerjaan lean concrete dapat dilihat pada Gambar 3.24 :
Gambar 3.24 Pembagian Zona Pekerjaan Lantai Kerja ( Lean Concrete) (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
48
a.
Berikut ini Flow chart pekerjaan lean concrete pada main road dapat dilihat pada Gambar 3.25 : START
Persiapan (Pengukuran)
Pembersihan Lokasi
Leveling Permukaan
Pasang Bekisting
Gelar Lean Concrete
Sampling Beton
Finishing Permukaan
Curing
FINISH
Gambar 3.25 Flow chart Pekerjaan lantai kerja (lean concrete) (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
b.
Peralatan Peralatan yang digunakan :
c.
1)
Bekisting
2)
Jidar
3)
ruskam
4)
Truck Mixer
5)
Concrete Paver
6)
Vibrator
Tahapan Pelaksanaan Urutan pelaksanaan pekerjaan lantai kerja (lean concrete) pada main road
adalah sebagai berikut : 1. Persiapan (marking )
Persiapan lahan kerja untuk lean concrete dimulai dengan proses persiapan penentuan titik pinjaman yang diambil dari Bench Mark (BM) terdekat sebagai
49
titik penembakan, kemudian dilakukan marking titik koordinat per jarak 5 meter menggunakan total station dengan menentukan titik tepi dari lean concrete. Penembakan dilakukan pada salah satu sisi, untuk sisi yang lain dengan menggunakan roll meter sesuai lebar yang telah direncanakan sebesar 4,7 meter untuk 1 lajur dan 9,4 meter untuk 1 jalur. Kemudian ditandai menggunakan patok untuk setiap titiknya. Pemberian titik marking zona yang akan di lean concrete tujuannya sebagai batas alur penempatan bekisting yang akan digunakan untuk pengecoran lean concrete. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.26 (a) hingga Gambar 3.26 (d).
Gambar 3.26 (a) Proses marking titik lean concrete dengan total station (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.26 (b) Proses pemasangan patok marking titik lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
50
Gambar 3.26 (c) Pengukuran jarak kanan dan kiri marking titik lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.26 (d) Hasil pengukuran titik marking pada lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 2. Pembersihan Lokasi
Pembersihan lahan kerja meliputi pekerjaan pemberian batas patok dan batas zona yang akan lean concrete untuk disterilkan agar tidak dilewati kendaraan atau alat berat, karena lahan telah siap untuk di lean concrete sehingga lahan yang direncanakan akan tetap terjaga dari perubahan elevasi subgrade atau hal lain yang bisa merubah marking dari titik koordinat pada patok yang dipasang untuk bekisting lean concrete yang telah ditentukan. Dan area dibersihkan dari material-material berupa tumbuhan dan akar-akar sebelum proses pemasangan
51
bekisting dan siap untuk dilakukan pengecoran. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.27 (a) dan Gambar 3.27 (b).
Gambar 3.27 (a) Proses persiapan lahan lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.27 (b) lahan lean concrete telah dipersiapkan (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 3. Leveling Lean Concrete
Pekerjaan leveling lean concrete dimulai dari survei elevasi top subgarde yang telah dikerjakan dengan menggunakan waterpass untuk menentukan elevasi lean concrete. Kemudian pemberian tanda setiap beda elevasi dimulai dari top subgrade, top lean concrete, dan top rigid pavement pada batas patok yang dipasang per 5 meter sepanjang trase jalan yang direncanakan. Untuk menentukan
52
elevasi dari sisi kanan dan kiri menggunakan benang ditarik dari salah satu sisi kemudian disesuaikan tinggi elevasi yang telah direncanakan, kemudian dilakukan pengukuran menggunakan meteran untuk mengetahui elevasi setiap jalur yang akan dilakukan pengecoran. Dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh surveyor akan diperiksa oleh konsultan pengawas, jika telah disetujui maka lahan siap untuk dilakukan pemasangan bekisting pada lean concrete. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.28 (a) hingga Gambar 3.28 (d).
Gambar 3.28 (a) Proses survei leveling permukaan elevasi top subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.28 (b) Proses pemberian tanda pada patok elevasi top subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
53
Gambar 3.28 (c) Proses leveling permukaan elevasi top subgrade (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.28 (d) Proses pemeriksaan permukaan elevasi oleh konsultan (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 4. Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting pada lean concrete dimulai dengan pemasangan pelat besi profil C sesuai titik yang telah dimarking menggunakan patok besi yang diberi tanda sebagai batas tepi atau cetakan pada lean concrete. Untuk panjang besi profil C ± 6 meter dengan tinggi profil 10 cm sesuai dengan tinggi lean concrete yang telah yang direncanakan. Pemasangan bekisting dilakukan diluar patok yang telah dimarking. Bekisting dipasang sesuai lahan yang telah siap dan disetujui oleh konsultan pengawas. Kemudian siap dilakukan porses pengecoran
54
lean concrete. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.29 (a) hingga Gambar 3.29 (b).
Gambar 3.29 (a) Proses pemasangan bekisting lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.29 (b) Bekisting lean concrete yang sudah siap (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 5. Loading Beton
Beton lean concrete diproduksi oleh batching plant milik PT. Gorip Nanda Guna yang berada pada sta 16+670. Pelaksana lean concrete memberikan surat order beton sesuai lahan yang akan dikerjakan dan yang telah disetujui oleh konsultan pengawas. Proses produksi beton pada batching plant mampu menghasilkan 2mᶾ beton segar dengan waktu 5 menit dalam sekali pencampuran ,
55
kemudian beton segar dibawa kelokasi dengan menggunakan truck mixer. Untuk kapasitas truck mixer kecil sebesar 5 m³ dan truck mixer yang besar sebesar 7 m³. Perjalanan menuju ke tempat pengecoran kurang lebih selama 15 menit. Dengan setting time tidak boleh melebihi batas yang di izinkan yaitu 45 menit. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.30 (a) dan Gambar 3.30 (b).
Gambar 3.30 (a) Proses loading beton lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.30 (b) Proses loading beton lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 6. Uji Slump
Pengujian slump adalah pengujian tingkat kelecakan campuran beton segar yang siap untuk pengecoran. Pengujian slump dilapangan dilakukan oleh teknisi
56
laboratorium dari pihak kontraktor dengan mengambil sample dari beton segar yang baru diturunkan dari truck mixer untuk diuji menggunakan dengan kerucut terpancung yang dirojok sebanyak 25 kali setiap 1/3 bagian. Kemudian kerucut diangkat dan dihitung penurunan beton segar untuk mengetahui nilai slump dari beton. Hasil pengujian slump dilapangan sebesar 7,5 cm, dengan nilai yang dipersyaratkan untuk pekerjaan lantai kerja (lean concrete) sebesar 7,5 ± 2,5 cm. Dengan mempertimbangkan alat angkut menggunakan truck mixer dan finishing lean concrete menggunakan alat manual berupa jidar dan ruskam. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.31 (a) dan Gambar 3.31 (b).
Gambar 3.31 (a) Proses pengujian slump beton lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.31 (b) Hasil pengujian slump beton lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 57
7. Pengecoran Lean Concrete
Proses pengecoran lean concrete dimulai dari Penuangan beton dari truck mixer setelah disetujui oleh konsultan pengawas yang telah melewati proses uji slump telah sesuai yang ditentukan. Penuangan beton disarankan dengan tinggi jatuh beton 0,9 sampai 1,5 meter. Kemudian meratakan adonan beton menggunakan alat jidar yang diletakan diatas bekisting dari lean concrete setinggi 10 cm dengan menarik jidar tersebut searah dengan arah pengecoran beton dari truck mixer . Dengan tenaga orang rata-rata 15 orang. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.32 (a) dan Gambar 3.32 (b)
Gambar 3.32 (a) Proses penuangan beton lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.32 (b) Proses pengecoran lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 58
8. Finishing Lean Concrete
Proses finishing lean concrete dimulai dengan meratakan permukaan lean concrete yang telah diratakan menggunakan jidar. Kemudian meratakan permukaannya menggunakan ruskam dengan metode berjalan mundur sesuai arah suplai beton hingga beton lean concrete telah merata dan halus permukaannya. Pekerjaan tersebut terus menerus dilakukan secara berkesinambungan hingga tutup jalur ( stop cor ) sesuai rencana panjang lahan yang akan dilaksanakan pekerjaan lean concrete. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.33 (a) dan Gambar 3.33 (b).
Gambar 3.33 (a) Proses finishing pengecoran lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.33 (b) Proses tutup jalur pengecoran lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
59
9. Sampling Beton Lean Concrete
Sampling beton dimulai dengan pengambilan beton segar ( fresh concrete) dari truck mixer oleh teknisi laboratorium, kemudian benda uji dirojok sebanyak 25 kali setiap 1/3 bagian pada silinder yang memiliki diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Jumlah dari sample sendiri sesuai dari permintaan dan ketentuan yang diminta oleh konsultan. Pengambilan benda uji beton digunakan sebagai parameter untuk mengetahui mutu dan kualitas beton yang digunakan untuk pengecoran lean concrete. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.34 (a) dan Gambar 3.34 (b).
Gambar 3.34 (a) Proses pembuatan sample benda uji beton lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.34 (b) Hasil pembuatan sample benda uji beton lean concrete (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
60
10. Curing Beton Lean Concrete
Setelah beton lean concrete berumur 12 – 24 jam maka harus dilakukan penyiraman pada seluruh permukaan lean concrete dengan menggunakan water tank setiap pagi dan sore selama 7 hari. Tujuannya agar tetap terjaga suhunya tetap rendah dan tidak cepat terjadi penguapan faktor air semennya akibat terik matahari, apabila dibiarkan tanpa ada perawatan maka akan terjadi retak rambut dan jika retak tersebut terkena beban terus menerus dalam waktu yang tidak lama akan terjadi retak yeng lebih besar lagi. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.35 (a) dan Gambar 3.35 (b).
Gambar 3.35 (a) Proses perawatan (curing ) beton lean concrete pagi hari (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.35 (b) Proses perawatan (curing ) beton lean concrete sore hari (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
61
11. Lean Concrete Kondisi 100% Lean concrete dalam kondisi 100% adalah lahan lean concrete yang telah siap untuk dimarking dan dilakukan pekerjaan rigid pavement diatasnya dengan kuat tekan yang telah memenuhi persyaratan dapat dilihat dari pengujian umur 7 hari dengan kuat tekan sebesar 105 kg/cm² yang telah korelasi ke umur 28 hari. Kemudian konsultan pengawas menyetujui untuk dilanjutkan pengerjaan proses rigid pavement . Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.36
Gambar 3.36 Kondisi lean concrete 100% (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 3.4.4. Pekerjaan Perkerasan Kaku ( Rigid Pavement )
Proses persiapan pekerjaan rigid pavement dimulai dari seting alat, lahan sampai dengan proses finishing . Untuk tahapan pelaksanaan rigid pavement dimulai dari marking dan leveling lahan dengan menggunakan total station, marking stik besi (stake out string line) pada lintasan concrete paver, pemasangan plastik bond breaker pada permukaan lean concrete, kemudian dilakukan penghamparan beton dengan menggunakan concrete paver , lalu pemasangan dowel bar dan tie bar , dilanjutkan finishing permukaan beton rigid pavement , kemudian dilakukan curing compound serta grooving pada permukaan rigid pavement, jika telah mencapai batas pengecoran dilakukan stop cor atau tutup jalur untuk mengakhiri pengecoran rigid pavement pada segmen yang telah ditentukan. Pekerjaan perkerasan rigid pavement menggunakan beton kelas P dengan mutu Fs 45 dengan nilai slump 2,5-5 cm, namun yang digunakan ketika
62
dilapangan nilai slump sebesar 3 cm dengan pertimbangan alat yang digunakan dan alat angkut yang menggunakan dump truck dan jarak angkut dari batching plant sekitar 15 menit menuju lokasi. dari perencanaan memiliki ketebalan 31 cm dan lebar tiap lajur selebar 460 cm dengan total untuk satu jalur selebar 920 cm sesuai dengan ketentuan gambar, dengan tulangan dowel bar dan tie bar yang dipasang pada sambungan (deletasi). Pekerjaan rigid pavement ini dilaksanakan setelah pekerjaan lean concrete, dan dilakukan dengan cara pengcoran langsung ditempat (cast in situ) dengan menggunakan alat concrete paver Wirgent SP 500. Untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan perkerasan kaku agar segera selesai, dibagi menjadi 2 zona untuk pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement ) dari sta 13+900 s/d 20+500. Untuk zona 1 dari sta 13+900 – 17+270 sedangkan zona 2 dari sta 17+270 – 20+500. Berikut peta pembagian zona pekerjaan rigid pavement dapat dilihat pada Gambar 3.37
Gambar 3.37 Pembagian Zona Pekerjaan Perkerasan Kaku ( Rigid Pavement) (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
63
Berikut ini potongan melintang rigid pavement pada main road dapat dilihat pada Gambar 3.38 :
Gambar 3.38 Potongan Melintang Perkerasan Kaku ( Rigid Pavement) (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
a.
Berikut ini Flow chart pekerjaan rigid pavement pada main road dapat dilihat pada Gambar 3.39:
Gambar 3.39 Flow chart Pekerjaan Perkerasan Kaku ( Rigid Pavement) (sumber : data PT. Hutama-Gorip. KSO, 2016)
64
b.
Peralatan Peralatan yang digunakan : 1)
Concrete Paver (Wirtgen SP 500)
2)
String line
3) Dump Truck 4)
Grooving Tools
5)
Curing Sprayer
6)
Stoper Chair
7)
Concrete Saw
8)
Vibrator
9)
Water Tank
10) Ruskam dan alat bantu lainnya. c.
Tahapan Pelaksanaan Urutan pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement ) pada
main road adalah sebagai berikut : 1. Survei Marking dan Leveling Rigid Pavement
Persiapan lahan kerja untuk rigid pavement dimulai dari marking dan leveling rigid pavement. Proses persiapan yang akan dikerjakan dengan catatan umur beton lean concrete telah memenuhi persyaratan minimal berumur 7 hari berdasarkan hasil pengujian sample beton lean concrete telah memenuhi spesifikasi dengan kuat tekan sebesar 105 kg/cm² minimal yang direncanakan jika dikorelasikan beton umur 28 hari, dan atas persetujuan dari konsultan pengawas maka pekerjaan persiapan lahan rigid pavement bisa dilaksanakan. Proses survei marking rigid pavement dimulai dari : a. Penentuan titik koordinat menggunakan total station ditembak ke arah titik tepi dari rigid pavement yang telah direncanakan. b. Proses pengukuran dilakukan setiap titik yang berjarak per 5 meter, dengan lebar 4,6 meter untuk 1 lajur dan 9,2 meter untuk 1 jalur. c.
Kemudian pemberian tanda dengan menggunakan cat semprot pada titik marking zona pada rigid pavement, Sebagai acuan untuk setting mesin
65
concrete paver . Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.40 (a) hingga Gambar 3.40 (b).
Gambar 3.40 (a) Proses marking rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.40 (b) Proses marking rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Kemudian dilanjutkan dengan proses survei leveling rigid pavement dimulai dari : a. Penentuan tinggi elevasi lean concrete yang telah dikerjakan dengan menggunakan waterpass untuk mengetahui elevasi rigid pavement yang akan dikerjakan.
66
b.
Pengukuran elevasi pada top lean concrete pada 3 titik untuk setiap jarak 5 meter, untuk menetukan beda elevasi untuk realisasi elevasi pada rigid pavement .
c. Kemudian diberi tanda dan dilakukan pencatatan untuk setiap pengukuran elevasi pada top lean concrete. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.40 (c) hingga Gambar 3.40 (d)
Gambar 3.40 (c) Proses leveling rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.40 (d) Proses leveling rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
2. Survei Marking dan Leveling String L ine Setelah dilakukan marking dan leveling pada rigid pavement , kemudian dilanjutkan marking dan leveling string line untuk sensor line untuk jalur concrete paver . Proses marking pada string line dimulai dari :
67
a. marking patok ( stick ) dengan jarak per 5 meter tiap segmen sepanjang jalur atau track yang akan dilalui oleh mesin concrete paver . b. Kemudian dipasang kabel baja (wire rope) pada stick dan atur jaraknya 130 cm dari tepi rigid pavement . Kabel baja berfungsi sebagai sensor concrete paver untuk mengikuti alinyemen dari perkerasan rigid pavement yang akan direncanakan. c. Kemudian dilanjutkan setting jarak seling kanan dan kiri pada concrete paver yang berjarak 720 cm. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.41 (a) hingga Gambar 3.41 (b)
Gambar 3.41 (a) Proses marking string line (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.41 (b) Proses marking string line (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
68
Setelah dilakukan marking kemudian dilanjutkan proses survei leveling pada string line dimulai dari : a. Menarik benang dari salah satu sisi tepi rigid pavement untuk dilakukan pengukuran elevasi rigid pavement yang akan direncanakan, dengan acuan elevasi setinggi 31 cm dari lean concrete. b. Kemudian dilakukan pengukuran tinggi elevasi menggunakan meteran setiap jarak 5 meter sesuai pada titik marking yang telah ditentukan. c. Kemudian atur tinggi stick pada string line yang telah dilakukan marking. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.41 (c) hingga Gambar 3.41 (d).
Gambar 3.41 (c) Proses leveling string line (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.41 (d) Proses leveling string line (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
69
3. Persiapan Mesin Concrete Paver
Persiapan mesin concrete paver dimulai dengan memposisikan mesin concrete paver pada jalur atau track untuk menyesuaikan roda dan landasan agar tidak ada pergeseran roda pada mesin concrete paver. kemudian melakukan pengecekan kabel baja (wire rope) yang dipasang telah tersambung dengan sensor mesin concrete paver yang telah diberi marking dengan menggunakan total station.. Kemudian pemasangan bekisting buka jalur untuk memulai pengecoran. Menggunakan stoper chair dipasang sejajar dengan patok string line setiap segmen yang berjarak 5 meter. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.42 (a) dan Gambar 3.42 (b)
Gambar 3.42 (a) Proses pemasangan stoper chair pada concrete paver (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.42 (b) Proses persiapan concrete paver (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
70
4. Pemasangan Plastik Mikron ( Bond Breaker )
Pemasangan membran kedap air yang terbuat dari lembaran plastik kedap air setebal 125 micron diatas lapisan lean concrete untuk mencegah kelekatan antara plat beton dengan lapis lantai kerja (lean concrete), pemasangannya sesuai dengan kebutuhan lahan kerja yang akan dilaksanakan pengecoran agar proses shrinkage beton rigid pavement tidak terganggu oleh lapisan dibawahnya yang biasanya berupa friction. Persiapan pemasangan dilakukan sebelum penurunan beton rigid pavement . Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.43 (a) dan Gambar 3.43 (b).
Gambar 3.43 (a) Proses pemasangan plastik mikron rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.43 (b) Proses pemasangan plastik mikron rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
71
5. Loading Beton
Beton rigid pavement diproduksi oleh batching plant milik PT. Gorip Nanda Guna yang berada pada sta 16+670. Pelaksana rigid pavement memberikan surat order beton sesuai lahan yang akan dikerjakan dan yang telah disetujui oleh konsultan pengawas. Proses pengecoran beton Rigid Pavement, beton dibawa kelokasi dengan menggunakan dump truck. Untuk kapasitas dump truck kecil sebesar 5 m³ dan dump truck yang besar sebesar 10 m³. Perjalanan menuju ke tempat pengecoran sekitar selama 15 menit. Dari surat order beton, pelaksana dapat memantau volume beton yang dikirim dan telah disetujui oleh konsultan. Jika telah memenuhi persyaratan beton dibongkar dari dump truck didepan concrete paver . Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.44 (a) dan 3.44 (b).
Gambar 3.44 (a) Proses loading dan pembongkaran beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.44 (b) Proses loading dan pembongkaran beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
72
6. Uji Slump
Setelah dilakukan pembongkaran beton dilapangan kemudian teknisi laboratorium melakukan uji slump menggunakan kerucut terpancung yang dirojok sebanyak 25 kali setiap 1/3 bagian. Kemudian kerucut diangkat dan dihitung penurunan beton segar untuk mengetahui nilai slump dari beton. Untuk hasil pengujian slump dilapangan diperoleh nilai slump sebesar 3 cm, dengan nilai slump yang dipersyaratkan untuk beton rigid pavement senilai 2,5 cm sampai 5 cm. penentuan nilai slump dengan menyesuaikan alat yang digunakan. Untuk proses pengujian tersebut disaksikan oleh pelaksana dan konsultan pengawas. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.45 (a) dan Gambar 3.45 (b).
Gambar 3.45 (a) Proses pengujian slump beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.45 (b) Proses pengukuran slump beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 73
7. Pengambilan Sample Benda Uji
Pengambilan benda uji dilakukan oleh teknisi dari laboratorium kontraktor dengan menggunakan benda uji berbentuk balok atau beam dengan lebar dan tinggi 15 cm dan panjang 60 cm. Dengan merojok sebanyak 25 kali setiap 1/3 bagian dari volume balok dengan menggunakan alat rojok. Pengambilan sample benda uji beton dilapangan untuk mengetahui mutu dan kualitas beton yang digunakan untuk pengecoran rigid pavement . Jumlah dari sample sendiri sesuai dari permintaan dan ketentuan yang diminta oleh konsultan untuk mengetahui grafik kuat lentur beton tersebut. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.46 (a) dan Gambar 3.46 (b).
Gambar 3.46 (a) Proses pengambilan sample benda uji beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.46 (b) Proses pengambilan sample benda uji beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
74
8. Penghamparan Beton
Jika nilai slump beton sudah sesuai dengan rencana maka beton dituang dari dump truck dengan tinggi jatuh penuangan perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya segregasi pada beton, berdasarkan Pedoman Kontruksi dan Bangunan “Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen”, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2004 dianjurkan tinggi jatuh beton sebesar 0,9 – 1,5 meter didepan alat pencetak beton (concrete paver) kemudian diratakan menggunakan bantuan excavator . Kemudian beton segera dihampar menggunakan concrete paver yang sebelumnya telah di setting lebar dan levelnya. Untuk menjaga kelurusan alat dengan string line selalu dilakukan pengukuran oleh helper agar elevasi pekerjaan rigid pavement sesuai rencana. Pengukuran dilakukan untuk tetap menjaga mesin sesuai jalur atau track yang telah ditentukan dengan jarak concrete paver dengan seling pada string line sejauh 130 cm. Beton rigid pavement kemudian diproses melewati concrete paver dengan meratakan beton untuk menyeluruh kesemua sisi dengan menggunakan auger pada sisi depan concrete paver , kemudian vibrator memadatkan dan mencetak beton rigid sesuai elevasi yang telah di setting . Tahapan akhir dari concrete paver dengan f inishing permukaan beton rigid pavement menggunakan super smoother . Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.47 (a) hingga Gambar 3.47 (d).
Gambar 3.47 (a) Proses penghamparan beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
75
Gambar 3.47 (b) Proses pemadatan beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.47 (c) Pengukuran untuk kesesuaian sensor line pada concrete paver (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.47 (d) Proses finishing pada beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
76
9. Pemasangan Dowel Bar Dowel Bar adalah baja tulangan polos D32 dengan panjang 60 cm, dengan ½ dari panjangnya bersifat fixed dan ½ bagiannya dilumasi greasey untuk memberi kebebasan bergeser pada rigid pavement saat menerima beban dari kendaraan. Cara pemasangan dowel bar menggunakan Dowel Bar Inserter (DBI) pada mesin concrete paver dengan cara tekan sedalam 15 cm atau ½ dari tebal beton rigid pavement pada setiap 5 meter atau per segmen. Dowel bar dipasang sebanyak 15 buah per segmen dalam 1 lajur. fungsi lain dari dowel bar adalah untuk menghambat jika salah satu segmen rigid pavement mengalami retakan, sehingga retakan tersebut tidak menjalar ke segmen sebelahnya. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.48 (a) dan Gambar 3.48 (b).
Gambar 3.48 (a) Proses pemasangan dowel bar menggunakan DBI (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.48 (b) Proses pemasangan dowel bar menggunakan DBI (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
77
Detail dan perletakan tulangan dowel bar ditunjukan pada Gambar 3.48 (c) hingga Gambar 3.48 (g) :
Gambar 3.48 (c) Gambar denah penulangan pada rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.48 (d) Gambar denah penulangan pada rigid pavement 3D (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
78
Gambar 3.48 (e) Potongan melintang pada perletakan dowel bar (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.48 (f) Potongan melintang pada perletakan dowel bar 3D (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.48 (g) Tampak diagonal 3D rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
79
10.
Pemasangan Ti e Bar
Tie Bar adalah potongan baja tulangan ulir D13 dengan panjang 80 cm yang dipasang pada sambungan memanjang untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horisontal. Pemasangan tie bar ada 2 cara dengan menggunakan TBI (Tie Bar Inserter ) dan dengan cara manual. TBI terpasang pada sebelah kanan concrete paver , proses pemasangannya dengan menusukan tie bar menggunakan TBI yang terpasang pada sisi kanan mesin concrete paver kemudian dimasukan sedalam 40 cm dengan jarak pemasangan setiap 40 cm. Begitupun pemasangan tie bar sebelah kiri menggunakan cara manual ditanam setinggi 15 cm dan sedalam 0,5 L (40 cm). Setiap segmen rigid pavement atau per 5 meter terpasang 11 tie bar. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.49 (a) dan Gambar 3.49 (e).
Gambar 3.49 (a) Proses pemasangan tie bar dengan TBI (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.49 (b) Proses pemasangan tie bar secara manual (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 80
Gambar 3.49 (c) Potongan melintang pada perletakan tie bar 3D (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.49 (d) Potongan melintang pada perletakan tie bar (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.49 (e) Tampak diagonal 3D rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 81
11.
Finishing permukaan finishing permukaan beton rigid pavement meliputi berbagai macam
pekerjaan finishing yang dilakukan secara manual, meratakan kembali permukaan beton menggunakan alat perata manual (ruskam). Penambalan tepi rigid pavement yang mengalami penurunan pada tepi setelah dilalui concrete paver . Mendatarkan kerataan tepi rigid pavement dengan penggaris waterpass dan untuk menahan penurunan pada tepi menggunakan mistar hollow untuk bekisting tepi atas rigid pavement . Sebelum grooving dimarking setiap segmen menggunakan benang. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.50 (a) hingga Gambar 3.50 (d).
Gambar 3.50 (a) Proses finishing permukaan rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.50 (b) Proses finishing permukaan rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
82
Gambar 3.50 (c) Proses finishing permukaan rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.50 (d) Proses marking segmen rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 12. Surface Texture (Grooving )
Proses grooving adalah menyisir atau membuat alur pada permukaan beton rigid pavement setelah umur beton ±30 menit, arah sisiran melintang dengan kedalam 3-5 mm dilakukan secara manual menggunakan grooving tools. Agar hasil grooving dapat lurus dengan segmen yang lain dan sejajar dengan alur menggunakan bantuan mistar dan acuan joint per 5 meter. Grooving berfungsi pada saat jalan sudah mulai menerima beban dari kendaraan yaitu untuk meminimalisir akan terjadinya kecelakan akibat sleading karena permukaan yang
83
basah masih dapat memberikan pengaruh kekesatan pada roda kendaraan agar terpenuhinya skid resistence dan sebagai alur air yang mengalir diatas permukaan beton rigid pavement agar air tidak menggenang diatasnya untuk mencegah hidro planing. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.51 (a) dan Gambar 3.51 (b).
Gambar 3.51 (a) Proses grooving pada permukaan rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.51 (b) Proses grooving pada permukaan rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
13. Curing Compound Curing compound adalah proses perawatan beton dengan melakukan penyemprotan menggunakan curing sprayer saat beton berumur ± 60 menit,
84
Metode ini adalah metode paling umum dan sering digunakan untuk perawatan perkerasan beton dengan melakukan penyemprotan liquid membrane forming compound pada permukaan beton. material yang digunakan untuk membentuk kulit diatas permukaan beton dan membatasi penguapan air kira-kira 20% dibanding tanpa perlindungan. Selama proses pencetakan beton rigid pavement masih dalam keadaan basah, beton dilakukan curing compound agar beton rigid pavement tetap dalam keadaan suhu normal dibawah 30ºC. Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.52 (a) dan Gambar 3.52 (b).
Gambar 3.52 (a) Proses curing compound pada rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.52 (b) Proses curing compound pada rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
85
14. Tutup Jalur ( Stop Cor )
Proses tutup jalur pada pekerjaan rigid pavement dibantu excavator untuk membuang beton yang melebihi batas patok setiap segmen yang telah ditentukan, kemudian ditutup menggunakan stoper chair kemudian beton dipadatkan menggunakan vibrator . serta dowel bar dipasang secara manual Proses penutupan jalur pengecoran disejajarkan dengan patok string line sesuai dengan jarak per segmen pada sambungan (deletasi) rigid pavement yang telah ditentukan batas lahan yang telah disetujui oleh konsultan. Jika telah ada 2 lajur maka penutupan jalur harus diberi jarak 1 segmen untuk pemasangan untuk track dari concrete paver jika nanti dilanjutkan pengecoran kembali. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.53 (a) hingga Gambar 3.53 (d)
Gambar 3.53 (a) Proses Tutup jalur ( stop cor ) pada rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.53 (b) Proses pemasangan bekisting dengan stopper chair (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 86
Gambar 3.53 (c) Proses pemadatan beton dengan vibrator (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.53 (d) Proses pemasangan dowel bar pada stoper chair (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 15. Curing Beton
Curing beton adalah perawatan beton rigid pavement dengan dilakukan agar tetap terjaga dari terik sinar matahari untuk tetap menjaga suhu permukaan beton tetap rendah dan membantu mencegah terbentuknya retak dengan menahan penguapan (evaporation retarder ). Perawatan beton rigid pavement saat beton berumur 12 – 24 jam dengan dilakukan penyiraman menggunakan water tank secara rutin setiap pagi dan sore selama 7 hari. Kemudian permukaan rigid pavement ditutup menggunakan geotextile woven (tenun) dengan overlap 30 cm. Tujuannya untuk mencegah terjadinya retak susut plastis pada beton. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.54 (a) hingga Gambar 3.54 (c).
87
Gambar 3.54 (a) Proses perawatan (curing ) beton pada pagi hari (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.54 (b) Proses pemasangan geotextile sebagai penutup beton (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.54 (c) Proses perawatan (curing ) beton pada sore hari (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017) 88
16. Cutting Beton
Cutting beton adalah proses memotong beton untuk mencegah terjadinya retak memanjang sehingga cukup berhenti di segmen tersebut atau tidak merambat ke segmen yang lain. Proses cutting beton menggunakan concrete saw agar diperolah hasil yang akhir harus lurus dan rapi dengan jarak 5 meter dan memotong secara memanjang dan melintang selebar joint beton yaitu 4,6 meter sepanjang lajur tersebut setelah berumur beton mencapai 6 – 12 jam. maka proses cutting dapat dilakukan dengan ketentuan kedalaman minimal 7 cm atau cutting ¼ dari tebal rigid pavement yang memiliki ketebalan 31 cm. kemudian dibersihkan untuk membuang sisa cutting yang masih ada dan disemprot air untuk membersihkan hasil cutting secara keseluruhan. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.55 (a) hingga Gambar 3.55 (d).
Gambar 3.55 (a) Proses memotong (cutting ) beton secara memanjang (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.55 (b) Proses memotong (cutting ) beton secara melintang (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
89
Gambar 3.55 (c) Proses pembersihan hasil cutting beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.55 (d) Proses pembersihan hasil cutting beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
17. Joint Sealent Joint sealent adalah proses pengisian celah pada hasil saw cutting dengan kedalaman minimal 7 cm atau ¼ tebal dari rigid pavement yaitu 31 cm. Proses joint sealent dimulai dengan pembersihan dan pengeringan hasil saw cutting menggunakan kompressor, jika sudah bersih dilakukan penutupan pada tepi saw cutting agar pengisian filler tidak tumpah, kemudian dilakukan pembakaran filler dengan drum dengan pemanas menggunakan kayu bakar dengan suhu 70ºC hingga meleleh, lalu filler dituangkan kedalam saw cutting dengan menggunakan
90
canting hingga terisi penuh, setelah itu dilakukan finishing untuk merapikan dan membersihkan hasil pengisian sealent . Dengan tujuan untuk mencegah masuknya kotoran kedalam hasil saw cutting dan untuk membantu mencegah terjadinya pumping pada beton rigid pavement . Proses pekerjaan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.56 (a) hingga Gambar 3.56 (d).
Gambar 3.56 (a) Proses pembakaran joint sealent (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.56 (b) Proses penuangan joint sealent pada rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
91
Gambar 3.56 (c) Proses penuangan joint sealent pada rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.56 (d) Proses pembersihan joint sealent pada rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
18. Pengujian Sample Beton Rigid Pavement Pengujian sample beton rigid pavement menggunakan uji kuat lentur ( flexural strenght ) dari benda uji yang berbentuk beam atau balok. Proses pengujian benda uji dilakukan pada beton yang berumur 7 hari dan 28 hari. Dimulai dari perawatan benda uji setelah dibuka bekistingnya kemudian dilakukan perendaman dalam air, sebelum dilakukan pengujian sehari sebelumnya benda uji diambil untuk ditiriskan kadar air didalam benda uji agar dalam pengujian benda uji dalam keadaan kering. Kemudian benda uji ditimbang sebelum dilakukan pengujian. Proses pekerjaan terlihat pada Gambar 3.57 (a) hingga Gambar 3.57 (d).
92
Gambar 3.56 (a) Proses perawatan beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.56 (b) Proses pengeringan beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
Gambar 3.56 (c) Proses penimbangan beton rigid pavement (sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2017)
93