Gambar 2. 2 Gambar furnace tipe silindris
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
9
Furnace Tipe Cabin
3.
Furnace tipe cabin mempunyai bagian radiasi (radiant section) pada section pada sisi-sisi samping dan sisi kerucut furnace, sedangkan bagian konveksi (convection section) ada dibagian atas furnace, pipa konveksi pada baris pertama dan kedua disebut shield section (pelindung). Burner dipasang pada lantai furnace dan menghadap ke atas, sehingga arah pancaran api maupun flue gas tegak lurus dengan susunan pipa, namun burner dapat juga dipasang horizontal. Keuntungan menggunakan furnace tipe cabin:
Bentuk kontruksi kompak dan mempunyai efisiensi thermal tinggi.
Beban panas antara 5-75MMKcal/jam.
Pada furnace tipe cabin multicel, memungkinkan pengendalian operasi trpisah (fleksibel).
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
10
Gambar 2. 3 Gambar furnace tipe cabin
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
11
2.3.2. Berdasarkan
Pasokan Udara Pembakaran (Draft)
Klasifikasi furnace dapat dibagi menurut cara pemasokan udara dan pembuangan gas hasil pembakaran (flue gas), sebagai berikut: Furnace Dengan Draft Alami (Natural Draft)
1.
Perbedaan tekanan inlet dan outlet air register yang disebabkan oleh perbedaan berat antar bagian flue gas yang panas di dalam stack dan udara di luar stack. Natural draft ini akan menghisap udara pembakaran masuk ke ruang dan membawa gas hasil pembakaran keluar. Kebocoran pada stack akan mengurangi draft tersebut. Natural draft biasanya di pakai pada furnace yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Mempunyai resisntance yang kecil terhadap aliran flue gas.
Tanpa air preheater.
Mempunyai stack yang cukup tinggi. Furnace Dengan Draft Induksi (Induction Draft)
2.
Gas hasil pembakaran keluar melalui stack dengan tarikan blower. Tarikan blower ini menyebabkan tekanan di dalam dapur lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara luar masuk ke dalam dapur. Furnace Dengan Draft Paksa
3.
Tekana inlet pada suplai udara melalui air register diperbesar dengan bantuan blower sehingga draft menjadi lebih besar. Forced draft biasanya di pakai untuk furnace yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
4.
Resistance nya kecil terhadap aliran flue gas
Mempunyai stack rendah Furnace Dengan Draft Berimbang (Balance Draft System)
Merupakan kombinasi dari forced draft dan induce draft. Balance draft ini memperbesar tekanan dengan air register dan mengurangi tekanan outlet. Penambahan dan pengurangan tekanan tersebut masing-masing dilakukan dengan bantuan sebuah blower. Balance draft ini di pakai heater yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
12
Resistance terhadap aliran flue gas besar
Memakai air preheater
Mempunyai stack yang rendah Komponen pada Furnace
2.4.
Furnace dilengkapi dengan berbagai peralatan diantaranya: 1.
Tube bundle (header )
Merupakan rangkaian tube dapur yang berfungsi sebagai alat untuk mengalirkan fluida yang dipanaskan. Rangkaian tube biasanya terbuat dari pipa lurus, tanpa sambungan yang disusun parallel dan antara satu dengan yang lain dihubungkan dengan 180 o return bend yang dilas pada pipa atau sambungan khusus yang disebut plug header . Tube yang dipergunakan harus tahan terhadap suhu dan tekanan operasi tertentu sehingga tidak terjadi perubahan bentuk dan mempunyai daya hantar panas yang tinggi. Pemilihan
material untuk rangkaian tube didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut:
Resistansi terhadap korosi karena fluida panas
Resistansi terhadap oksidasi karena udara pembakaran
Ketahanan mekanis terhadap suhu yang tinggi berkaitan dengan :
(1) Tekanan dalam tube yang disebabkan fluida panas, dan (2) Tegangan mekanis yang disebabkan berat dari rangkaian tube dan fluida yang ada di dalamnya. 2.
Tube Support Tube support berfungsi untuk menyangga tube agar tidak
melengkung akibat panas pembakaran pada saat Furnace beroperasi. Material yang digunakan harus tahan terhadap: flue gas, oksidasi, korosi karena liquid sisa bahan bakar (sulfat) dan memiliki ketahanan panas mekanis yang baik. 3.
Burner
Burner adalah peralatan untuk memasukkan bahan bakar ( fuel ) dan udara pembakaran (air combustion) ke dalam ruang pembakaran dengan
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
13
kecepatan (velocity), pengadukan (turbulance) serta pengaturan ratio bahan bakar/udara yang sesuai untuk menjaga stabilitas pembakaran. 4.
Dinding Dapur
Pada umumnya dinding dapur terdiri dari beberapa lapisan tergantung keperluannya. Lapisan sebelah luar, berupa dinding baja yang berfungsi sebagai penahan struktur dapur. Lapisan sebelah dalam, terdiri dari satu atau dua lapisan. Lapisan yang langsung terkena api adalah fire brick atau batu tahan api, sedangkan lapisan yang tidak langsung terkena api di pasang insulation brick atau batu insolasi untuk menahaan adanya kehilangan panas melalui dinding tersebut. Lapisan sebelah dalam dapur modern, umumnya terdiri dari satu lapis yang berfungsi sekaligus sebagai fire brick dan insulation brick . 5.
Pipa-pipa Pembuluh (Tube Coil)
Coil merupakan bagian terpenting dari furnace. Tube-tube tersebut terpasang secara pararel( pass) di convection maupun di radiation section. Fluida yang dipanaskan dialirkan di dalam tube-tube di mana mula-mula masuk di convection section, kemudian ke radiarion section dengan tujuan agar di peroleh proses perpindahan panas secara bertahap. 6.
Combustion Air Preheater (APH)
Peralatan ini berfungsi untuk memanfaatkan sisa panas dari flue gas setelah melewati pipa-pipa di dalam convection section, kemudian di manfaatkan untuk memanasi udara pembakaran yang akan masuk ke masing-maasing burner dan selanjutnya ke ruang pembakaran. Dengan demikian panas yang seharusnya dibuang lewat stack atau cerobong dapur dapat dipindahkan ke udara pembakar sehingga efisiensi dapur menjadi lebih baik. 7.
Soot Blower
Hasil pembakaran di flue gas akan menempel pada dinding luar tube di daerah convection section, sehingga proses perpindahan panas daerah tersebut akan terganggu dan menyebabkan penurunan efisiensi.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
14
Untuk membersihkan pengotor tersebeut digunakan soot blower , yaitu peralatan yang digunakan untuk membersihkan endapan kotoran di daerah konveksi agar tidak menghalangi transfer panas. Alat ini dilengkapi dengan nozzle untuk spary dari steam/air yang ditembakkan ke pipa konveksi. 8.
Cerobong ( Stack )
Stack adalah cerobong vertical yang berfungsi untuk melepas gas hasil pembakaran ( flue gas) ke udara. 9.
Stack Damper
stack damper adalah plat logam untuk mengatur tekanan di excess udara. 10. Lubang Pengintip ( Peep H ole)
Merupakan lubang kecil yang terbuat dari kaca untuk mengamati keaadan di dalam ruang pembakaran seperti nyala api, warna api dan batu tahan api. 11.
Batu Tahan Api ( Refractory )
Refractory di pasang pada bagian dalam dinding furnace dan bolier . Fungsi dari alat aini adalah untuk menahan panas agar tidak keluar dari furnace sehingga heat loss dapat diminimaze, selain itu juga berfungsi sebagai pelindung material penahan bagaian luar (plat logam dinding furnace atau boiler ). 12.
Kelengkapan Furnace
Platform adalah tempat laluan operator sekeliling dapur dalam pemeriksaan kondisi dapur.
Acces door (man way), berukuran cukup besar, digunakan pada saat pemeriksaan atau perbaikan dapur.
Exploition door , di pada bagian atas radiant section sebagai pengaman terhadap kemungkinan ekses tekanan di dalam ruang pembakaran.
Wind box, terpasang pada dudukan burner assay, selain untuk mengatur udara pembakaran, juga untuk mengurangi kebisingan operasi furnace.
Snuffing steam conection, terpasang pada daerah convection dan radiant , untuk injeksi steam guna mengatur gas liar pada start up maupun shut down.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
15
Efisiensi Furnace
2.5.
Parameter yang di jadikan patokan dalam kinerja suatu furnace adalah thermal eficiency nya. Thermal efisensi merupakan suatu gambaran pemanfaatan panas yang di hasilkan dari pembakaran bahan bakar ( fuel ) untuk memanaskan fluida proses. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisensi furnace: Udara Excess
1.
Untuk mencegah terjadinya pmbakaran yang tidak sempurna dalam proses pembakaran pada furnace, diinjeksikan udara berlebih dari kebutuhan udara teoritis. Udara excess yang rendah akan mengakibatkan pembakaran yang tidak sempurna (menghasilkan CO) sehingga menurunkan efisiensi. Namun excess udara yang berlebihan juga tidak efisien karena akan menghasilkan volume flue gas yang besar, serta pembakaran akan diserap untuk menaikkan temperatue udara. Panas hilang Panas yang hilang akan menyebabkan nilai efisiensi turun. Berikut
2.
ini merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan panas yang hilang:
Panas hilang melalui casing furnace.
Pembakaran tidak sempurna dari fuel gas yang mengakibatkan komponen yang tidak terbakar atau terbakar tidak sempurna terbawa flue gas. Temperature flue gas yang tinggi sehingga menyebabkan panas yang
terbuang melalui flue gas. 3.
Peralatan Furnace
Efisiensi pada furnace juga dipengaruhi oleh pengoperasian alat-alat bantu pada furnace. Selain ketiga faktor diatas, performa furnace juga dipengaruhi oleh kondisi operasional di lapangan. Beberapa permasalahan yang sering timbul dalam opersional di lapangan anatar lain:
Burner mati
Gas buang ( flue gas) berasap
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
16
Temperature stack tinggi
Nyala api flash back (membalik)
Nyala api pendek
Panas tidak tercapai
Suhu permukaan tube naik
Nyala api miring
Nyala api bergelombang
Lidah api menyentuh tube
Beberapa permasalahan di atas dapat di ketahui secara visual maupun dengan alat ukur (indicator ) yang tersedia dan harus selalu di lakukan pengecekan dan memperhatikan kondisi operasional di lapangan sehingga apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian akan cepat diketahui dan segera di tangani.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
17
BAB III METODOLOGI
Pengumpulan Data
3.1.
Data yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja Furnace 11-F101 adalah data pada tanggal 13 April 2017 adapun data tersebut diolah dan dibandingkan dengan kondisi desain. Pada pengumpulan data tersebut terdapat dua jenis pengumpulan data yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. 3.1.1.
Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer digunakan sebagai dasar analisa evaluasi kinerja Furnace 11-F-101 di Crude Distillation Unit (CDU). Data ini diperoleh dari Combution Sheet yang dapat dilihat pada lampiran. 3.1.2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder yang digunakan sebagai bahan perhitungan pada analisa evaluasi Furnace 11-F-101 di Crude Distillation Unit (CDU). Diperoleh dari data lapangan dan data literatur. Data studi lapangan diperoleh dengan cara melihat kondisi operasi dan aliran proses aktual Furnace 11-F-101 pada DCS (distributed control system) daily report pada tanggal 13 April 2017 dengan data yang dibutuhkan berupa data-data temperatur in dan out , serta data - data laju alir masing - masing crude oil dan fuel gas yang mengalir. Pada studi Literatur, data -data yang diperoleh adalah langkah-langkah perhitungan Furnace dan grafik serta tabel yang digunakan. Literatur yang digunakan adalah Chemical Properties Handbook , C. L. Yaws, (1999). 3.2.
Pengolahan Data
Untuk menghitung nilai efisiensi Furnace dilakukan dengan beberapa tahap penyelesaian. Adapun tahap - tahap yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
18
Untuk Neraca Massa dapat dihitung sebagai berikut : Input = Output Massa crude masuk + massa fuel gas + massa udara total + massa udara masuk + massa steam masuk = Massa crude keluar + massa flue gas + massa udara keluar + massa udara excess + massa steam keluar
Udara
Udara
masuk
Keluar T = 137,22 oC
T = 35 oC Steam
Steam
masuk
keluar
T = 150 oC
T = 335 oC
F = 11 Ton/jam
F = 11 Ton/jam
Crude
Crude
masuk
Keluar
T = 270,52 oC
T = 355,78oC
F
F
=
729,81
729,81
Udara
Fuel
T = 137,22 oC
T = 35 oC F
=
=305677,1942
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
F
=
18,08
19
1. Menghitung Total Mol komponen Fuel Gas Mol Flow = Flow Rate (mol) x %mol komponen 2. Menghitung O 2 Stoikiometri , CO2 , H20 , SO2 terbentuk dari hasil reaksi pembakaran (asumsi pembakaran sempurna)
A +1B
4C
+
2D
Mula
a
a*1
-
-
Bereaksi
a
a*1
4a
2a
Sisa
0
0
4a
2a
3. Menghitung Neraca massa fuel gas dan flue gas Inlet = Outlet
Massa total per komponen + O2 stoikiometri CO2 terbentuk + H20
=
Terbentuk + SO2 terbentuk
Flow massa = Total mol x BM
4. Mencari O2 total dari %Excess Dengan asumsi komposisi udara adalah 79% N 2 dan 21% O 2
Menentukan %excess O2 =
2 −2
Menentukan total massa N2 =
79
100%
2
2
21
2
5. Menentukan panas masuk furnace ΔH
T in
Tout
Q4
Q1
ΔH out
Q2 Tref
Q3
Tref
ΔHr
Menentukan ΔHp (Total Q masuk) ΔHp = Q 1 + Q2 + Q3 + Q4
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
20
Q = ni . Cpi . dT
6. Menghitung panas diserap crude Qc = (n . Cp i . dT)
7. Menghitung panas diserap steam Qs = (n . Cp i . dT)
8. Menghitung panas diserap udara Qu = (n . Cp i . dT) 9. Menghitung panas diserap total Qserap = Qc + Qs + Qu
10. Menghitung panas keluar Total Q Flue = Q masuk – Q diserap
11. Menghitung Efisiensi Furnace η=
x 100%
Perhitungan lengkap dapat di lihat di lampiran
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil
Dari hasil perhitungan pada furnace 11-F-101 di unit Crude Distillation Unit diperoleh hasil efisiensi sebagai berikut: η=
239,079,148 Kjoule η = 259,172,165 Kjoule x
x 100% 100%
η = 92.25 % Dari hasil perhitungan pada furnace 11-F-101 di Crude Distillation Unit diperoleh efisiensi sebesar 92,25 % sedangkan efisiensi minimal pada desain efisiensinya sebesar 87,2 %. 4.2.Pembahasan
Furnace 11-F-101 merupakan furnace yang berada pada unit CDU, yang berfungsi untuk memberikan panas pada fluida yang mengalir didalam pipa - pipa furnace sehingga mencapai temperatur yang diinginkan. Fluida yang dipanaskan adalah crude yang berasal dari keluaran desalter .Pemanasan ini bertujuan untuk penyesuaian temperature pada main fractionator untuk proses pemisahan berdasarkan trayek didih crude oil. Efisiensi panas pada suatu sistem furnace dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara energi yang berguna terhadap energi yang masuk. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung efisiensi panas di furnace. Namun dalam perhitungan ini, kami menggunakan metode panas yang diserap dengan menggunakan perbandingan yang diserap fluida di dalam tube furnace dengan panas total yang masuk furnace. Efisiensi Desain dan Efisiensi Aktual
Dari data efisiensi desain pada furnace 11-F-101 adalah 87,2% sedangkan efisiensi aktual pada furnace 11-F-101 adalah 92,25%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa efisiensi furnace aktual berada diatas efisiensi desain, jadi furnace 11-F-101 masih bekerja dengan baik dan tidak perlu diadakan cleaning .
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
22
Persen Penyimpangan Efisiensi Aktual Terhadap Efisiensi Desain
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa tidak ada penyimpangan efisiensi aktual terhadap efisiensi desain. Secara umum kondisi dari furnace 11F-101 masih baik, sehingga tidak perlu dilakukan cleaning. Hanya saja untuk menjaga efisiensi agar tetap tinggi perlu adanya perawatan seperti menghilangkan jelaga yang menempel di permukaan pipa pemanas di ruang konveksi. Beberapa hal yang menyebabkan efisiensi furnace turun, yaitu :
Kehilangan Panas dalam Furnace
Kehilangan panas pada Furnace disebabkan karena tidak seluruh panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar diserap oleh fluida da lam tube. Selain itu, panas pada Furnace juga hilang lewat dinding Furnace dan cerobong asap.
Panas yang Hilang Lewat Dinding
Kontruksi Furnace dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menahan panas yang ada. Namun demikian masih ada juga panas yang hilang lewat dinding Furnace, hal ini dipengaruhi oleh:
Suhu keliling Furnace dan kecepatan angin pada permukaan terbuka.
Daya hantar panas dari batu tahan api atau dinding yang digunakan.
Panas yang Hilang Lewat Stack
disebabkan oleh pengguanaan udara pembakaran terlalu banyak ( excess air).
Karakteristik Fuel Gas
Karena komposisi pada fuel gas tidak selalu sama ma ka panas yang dibawa akan berbeda-beda sehingga mempengaruhi nilai efisiensi.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
23
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
24
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Perhitungsn efisiensi furnace 11-F-101 di unit CDU dilakukan menggunakan
metode
panas
yang
diserap
dengan
menggunakan
perbandingan yang diserap fluida di dalam tube furnace dengan panas total yang masuk furnace. 1. Bahwa nilai efisiensi aktual furnace 11-F-101 pada tanggal 13 April 2017 adalah sebesar 92,25%. 2. Kinerja furnace 11-F-101 di unit CDU diatas desain (87,2 %). 3. Untuk meningkatkan efisiensi sesuai dengan desain dilakukan upaya – upaya pada kesempatan stop unit :
Cleaning insert tube .dengan metode Steam Air Decooking (SAD) atau intelligent piging
Cleaning convection section
Cleaning Air Pre Heater (APH)
Cleaning Burner
5.2.Saran
Menjaga efisiensi furnace 11-F-101 di unit CDU tetap maksimal maka sebaiknya perlu dilakukan tindakan-tindakan secara ketat sebagai berikut:
Mengatur nyala api
Menjaga O2 excess sesuai dengan operating windows / design.
Melakukan perawatan furnace secara berkala, agar performa furnace tetap optimal.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
25
DAFTAR PUSTAKA
[1] API Standart 560, 1995, “Fired Heaters for General Refinery Services” , AmericanPetroleum Institute, Washington DC. [2] http://www.academia.edu/10109818/DIKTAT_FURNACE [3] Kern, D.Q., 1965,’’Process Heat Transfer’’,International Edition , Mc. Graw Hill Book Company, Singapore [4] Perry’s Chemical Engineers Handbook . Robert H. Perry and Don W. Green. 7th Edition [5] Aulia A, D.H., 2012,’’Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA (Periode 1 30 September 2012) Jurusan Teknik Kimia Industri STMI Kementrian Perindustrian’’, Jakarta. [6] Azrul Syamsu,’’Laporan Kerja Praktek PT.PERTAMINA (periode 1-30 juni 2014) jurusan Teknik Kimia AKADEMI MIGAS BALONGAN”Indramayu. [7] PERTAMINA , Modul combustion (boiler dan furnace ) ,2008,Balongan. [8] Anwar, Aan Sholehan dkk.2009.Laporan Kerja Praktek di PT.PERTAMINA (persero) Unit Pengolahan VI Balongan .semarang: Universitas Dipenogoro.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
26
LAMPIRAN
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
27
Data Diketahui Suhu outlet flue gas suhu masuk fuel gas
= =
487.896 308.000
K K
Suhu Trefren
=
298.000
K
suhu T udara msuk
=
410.219
K
suhu crude masuk
=
543.520
K
suhu crude keluar
=
628.780
K
Total excess
=
2.05
%
Massa Crude Aktual
=
729.81
ton/jam
Massa Crude Desain
=
759.22
ton/jam
Massa Steam
=
11
ton/jam
Total Head Diserap Desain
=
56500000
kcal/jam
Suhu in Desain
=
280
Suhu out Desain
=
364
1. Menghitung Total Mol Komponen Fuel Gas
()×% =
100
Contoh : Methane Source 1: = Source 2: =
1028.865661×9.93
= 102,16636
100 1028.865661×32,48
= 98949,77710
100
= 102,16636 + 98949,77710 = 99051,94346 2. Menghitung O 2 stoikiometri, CO2, H20, SO2 terbentuk dari hasil reaksi pembakaran (asumsi pembakaran sempurna). Contoh : Methane CH4
+
2O2
CO2 -
+
2H2O
Mula
99051,943
198103,887
Bereaksi
99051,943
198103,887
99051,943
198103,887
0
99051,943
198103,887
Sisa
0
-
3. Menghitung Neraca massa fuel gas dan flue gas Inlet = Outlet
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
28
Massa total per komponen + O 2 stoikiometri = CO2 terbentuk + H2O Terbentuk + SO2 terbentuk 5023558,61054 gr+ 17709398 gr = 12377877 gr+ 9875123 gr + 1975422 gr 22732957,01979 gr = 22732957,01979 gr = 0
3.1. Tabel
Neraca Massa Fuel Gas inlet
Komponen
Massa (Kg) TOTAL
hidrogen
256.6971
nitrogen
372.3292
carbon monoxide
123.6901
carbon dioxide
107.4300
methane
1584.8311
ethane
549.1257
ethylene
150.1307
propane
316.3155
propylene
166.3380
iso butane
344.1318
n-butane
498.4642
1-butEne
77.7463
isobutene
119.4221
trans2 butene
80.1834
cis 2 butene
51.1809
iso pentane
97.0000
n-pentane
50.7090
hexane and heavier
77.7286
H2s
0.1049
O2
18080.0392
N2
59513.4624
Steam
11000.0000
crude oil
729810.0000
Udara
77593.5016
FUEL GAS
Udara pembakaran
Feed IN TOTAL INLET
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
901020.5619
29
3.2. Tabel
Neraca Massa Fuel Gas Outlet Massa (Kg)
Komponen
TOTAL Hasil Reaksi
CO2
12485.3072 9875.1230 0.1975
H2O SO2 N2 Udara sisa
Feed OUT
O2
372.3292 370.6408
N2 Steam
59513.4624 11000.0000
Crude Oil Udara
729810.0000 77593.5016 901020.5619
Total Outlet
4. Mencari O2 total dari %Excess Dengan asumsi komposisi udara adalah 79% N 2 dan 21% O 2
Menentukan %excess O2 =
2 − 2
100%
2
0.0205 =
2 − 553418,7003 2
100%
2 = 565001.23 79 Menentukan total massa N2 = 2
21
79 2 =
21
2
565001.23 28
2 = 2125480.80 5. Menentukan panas masuk furnace (Total Q masuk ) ΔHp
T in ΔHin
Tout
Q4
Q1
ΔH out
Q2 Tref
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
Q3
Tref
ΔHr
30
Menentukan ΔHp (Total Q masuk) ΔHp = Q in + Qudara + Qreaksi + Qoutlet Q
= ni . Cpi
5.1. Tabel
ΔH outlet Δoutlet
Komponen
Cp
mol Total
CO2
(4.4026)
12,377,877.2444
Total Panas (Kjoule) (1,238,514.2215)
H2O
(0.9783)
9,875,123.0495
(536,715.1549)
SO2
(5.0229)
197.5422
(15.5036)
N2
(5.6587)
2,125,480.8004
(12,027,526.6684)
O2
(5.8542)
370,640.8039
(67,806.9938) (13,870,578.5421)
TOTAL
5.2. Tabel
ΔHr ΔHr
Komponen hidrogen nitrogen
carbon monoxide carbon dioxide methane ethane ethylene propane propylene iso butane n-butane 1-butEne isobutene trans2 butene cis 2 butene iso pentane n-pentane hexane and heavier H2s
ΔHr (Kjoule/mol) Total Panas (Kjoule) Mol Total 128,348.5466 36,707,684.3201 286.0000 13,297.4724 4,417.5036 2,441.5899
283.0000
1,250,153.5329
-
99,051.9435 18,304.1890
1,428.6000
5,361.8106
1,322.6000
7,188.9895
2,043.1000
3,960.4283
1,925.7000
5,933.3062
2,649.0000
8,594.2099
2,657.5000
1,340.4526
2,541.2000
2,132.5383
2,524.0000
1,431.8471
2,528.7000
913.9450
2,534.4000
1,347.2223
3,240.3000
704.2922
3,245.0000
903.8205
3,855.2000
79,469,374.2377 26,149,364.3871 7,091,530.6754 14,687,824.5492 7,626,596.7207 15,717,328.2082 22,839,112.7874 3,406,358.2626 5,382,526.6681 3,620,711.8730 2,316,302.1713 4,365,404.5490 2,285,428.1416 3,484,408.6563
3.0866
519.0000
1,601.9438
TOTAL panas reaksi
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
802.3000
-
236,401,711.6846
31
5.3. Tabel
Δhin (Q gas + udara) Δhin (Q fuel gas + udara)
Komponen
Mol Total
Cp
Total Panas (Kjoule)
hidrogen
128,348.5466
0.2550
32,727.0890
nitrogen
13,297.4724
0.2932
3,899.4357
carbon monoxide
4,417.5036
0.2952
1,304.2135
carbon dioxide
2,441.5899
0.2765
675.0489
methane
99,051.9435
0.3475
34,419.1732
ethane
18,304.1890
0.2837
5,192.8161
ethylene
5,361.8106
0.3202
1,716.6964
propane
7,188.9895
0.2886
2,074.9963
propylene
3,960.4283
0.3167
1,254.1385
iso butane
5,933.3062
0.0848
502.9025
n-butane
8,594.2099
0.2146
1,844.5935
1-butEne
1,340.4526
0.2595
347.8393
isobutene
2,132.5383
0.3385
721.9260
trans2 butene
1,431.8471
0.4099
586.9317
cis 2 butene
913.9450
0.2984
272.7556
iso pentane
1,347.2223
0.0149
20.0148
n-pentane
704.2922
0.2829
199.2346
hexane and heavier
903.8205
0.2802
253.2499
3.0866
0.3382
1.0440
H2s Total
88,014.0995 Δhin (Q udara)
Komponen
Total Mol
Cp
Total Panas (Kjoule)
O2
565,001.2254
3.2753
1,850,530.5277
N2
2,125,480.8004
3.2752
6,961,329.7734
Total Panas
8,811,860.3011
Misal menghitung Q pada CO 2 keluar Q= ntotal x Cp = 12,377,877.2444 mol x 4,406 Kjoule/mol = 1,238,514.2215 Kjoule Mencari Cp 1 1 1.Cp fuel gas masuk = . ( − ) + . ( − )2 + ( − )3 2.Cp flue gas
2 1
3 1
2
3
= . ( − ) + . ( − )2 + ( − )3
Note = ΔHr didapat dari table 5.9 dan data Cp didapat dari table 5.8
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
32
6. Menghitung Panas Diserap Crude Qc = (m . Cp i ) 6.1.
Tabel Panas diserap Crude Q serap Crude
Massa Total (Ton/jam)
Cp (Kcal/Ton)
Tin (k)
Tout(k)
Qserap crude (Kjoule)
885.934311
543.52
628.78
230,647,279
729.81
Mencari Cp Desain crude
Cp =
( (−)
56.500.000 ( )
=
729,81 / (628,78 −543,52 )
= 885,934
Kcal/tonoC *Note = Data berasal dari desain
Menghitung panas di serap crude Qc = m . Cp = 729,81 x 885,93411= 55,126,023 Kcal = 230,746,506 Kjoule
7. Menghitung Panas Diserap Steam (Qs) 7.1.
Tabel Panas diserap Steam Q serap Steam
Mol Total (mol)
Cp (Kjoule/mol)
611111.1111
0.657770862
Tin (k)
Tout(k)
423
608.00
Qserap steam (Kjoule) 401971.0822
Mencari Cp steam 1
1
2
3
Cp = . ( − ) + . ( − )2 + ( − )3
Mencari Mol Total Massa = 11 ton/jam = 11.000.000 g/jam Mol = Massa x BM air = 11.000.000 g/jam x 18 = 611111,1111 mol
Mencari panas diserap steam (Qs) Qs = n . cp = 611111,1111 mol x 0,657770862 Kjoule/mol = 401871,0822 Kjoule
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
33
8. Menghitung Q Diserap Udara (Qu) 8.1.
Tabel Panas diserap Udara Q serap Udara
Komponen
Mol Total (mol)
Cp (Kjoule/mol)
Tin (k)
Tout(k) Qserap crude (Kjoule)
O2
565001.23
2.985169385
308 410.2186
1686624.361
N2
2125480.80
2.984394698
308
6343273.632 8029897.992
273 Total
Qs O2 = mol total x Cp = 565001,23 x 2,985169385 = 1686624,361 Kjoule
9. Menghitung Panas Total Yang Diserap Q Diserap = Qc + Qs + Qu = (230,746,506 + 401871,0822 + 8029897,992) Kjoule Q Diserap =
239,079,148 Kjoule
10. Menghitung Panas Keluar
Panas Keluar Flue = Panas masuk – Panas Diserap Panas Keluar Flue = 259,172,164.6274 Kjoule - 239,079,148 Kjoule = 20,093,016.4620 Kjoule 12. Menghitung Efisiensi Furnace η =
η =
x 100%
239,079,148 Kjoule 259,172,164.6274 Kjoule
100% = 92.25 %
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
34
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
35
6 3
No 1 s a
G le
u
F
2 3 4 5
w o l
6 7
M
o
F
8
l
n a D n e n o p
m o K le
b a
1
2
1.
.
T
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Komponen
hidrogen nitrogen carbon monoxide carbon dioxide methane ethane ethylene propane propylene iso butane n-butane 1-butEne isobutene trans2 butene cis 2 butene iso pentane n-pentane hexane and heavier H2s Jumlah
Source 1
0.02 4.40 0.01 6.35 9.93 8.38 0.00 26.58 0.00 8.17 18.07 0.00 0.00 0.00 0.00 6.58 0.35 10.86 0.30 100.00
Source 2
42.13 4.35 1.45 0.78 32.48 5.98
1.76 2.27
1.30 1.92 2.76
0.44 0.70 0.47 0.30 0.42
0.23 0.26
0.00 100.00
MR
2.00 28.00 28.00 44.00 16.00 30.00 28.00 44.00 42.00 58.00 58.00 58.00 56.00 56.00 56.00 72.00 72.00 86.00 34.00
mol
mol
FlowRate 1 0.20577 45.27009 0.10289
mol FlowRate 2 TOTAL 128348.34080 128348.54657 13252.20229 13297.47238 4417.40076 4417.50365
65.33297 102.16636 86.21894 0.00000 273.47249 0.00000 84.05832 185.91602 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 67.69936 3.60103 111.73481 3.08660
2376.25696 98949.77710 18217.97004 5361.81058 6915.51706 3960.42827 5849.24791 8408.29387 1340.45265 2132.53830 1431.84714 913.94499 1279.52298 700.69116 792.08565 0.00000
2441.58993 99051.94346 18304.18899 5361.81058 7188.98955 3960.42827 5933.30623 8594.20989 1340.45265 2132.53830 1431.84714 913.94499 1347.22234 704.29219 903.82046 3.08660 305677.19417 u
s F
vi
r k e a n ia U i im tr K s i
ki u d n e
nI n
ol
k i T g
I
a o s n uJ
r
u T
e
k I
l
12.2.
Tabel Heat Capacity Gas Organik
5.8. Tabel Heat Capacity Gas Organik 5.8. Tabel Heat Capacity Gas Organik 5.8. Tabel Heat Capacity Gas Organik 5.8. Tabel Heat Capacity Gas Organik 5.8. Tabel Heat Capacity Gas Organik
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
37