BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG KKL
Seiring dengan meningkatnya kesadaran pangan masyarakat akan pentingnya hidup sehat, maka tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga juga semakin bergeser (back to nature). Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta kenampakan dan cita rasa yang menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh. Pangan fungsional merupakan istilah untuk makanan dan atau minuman yang mengandung bahan-bahan yang diperkirakan dapat meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit-penyakit tertentu. Jamu merupakan salah satu minuman sehat yang diracik dengan bahanbahan tradisional dengan memanfaatkan aneka tumbuhan dan rempahrempah khas Indonesia. Saat ini jamu dikenal sebagai minuman yang diperjual belikan dengan cara tradisional (misalnya jamu gendong, outletoutlet jamu pinggir jalan dll). Namun CV. Merapi Farma Herbal memberikan suatu konsep baru dimana jamu diperjual belikan dengan cara yang lebih menarik yaitu dengan membuat Café Herbal Jamu Godhog. Dengan adanya Café Herbal Jamu Godhog diharapkan jamu bukan lagi minuman tradisional yang dipasarkan secara tradisional yang identik dengan orang tua, tetapi juga dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat umum dengan konsep yang lebih menarik. Merapi Farma Herbal adalah salah satu perusahaan yang ikut berperan dalam
melestarikan
akar
dan
kekayaan
budaya
bangsa
dengan
mengembangkan tanaman obat serta obat tradisional, mencari dan menggali manfaat untuk kesehatan, serta ekonomi dari tanaman obat dan jamu tradisional untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Merapi Farma Herbal mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang pemanfaatan
1
tanaman obat dan obat tradisional kepada masyarakat. Khususnya, menggunakan keahlian untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit dengan talenta meracik jamu tradisional Jawa. Mata Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kudus khususnya untuk program studi farmasi. Mata kuliah ini bertujuan agar para mahasiswa mahasiswi
Universitas
Muhammadiyah
Kudus
selain
mendapatkan
pengajaran di kampus juga mendapatkan ilmu di luar kampus yaitu dengan melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan. Sebagai
mahasiswa
tentu
dituntut
mampu
memahami
dan
mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah kedalam dunia kerja. Dengan pembekalan teori dan ilmu yang didapat dalam kelas tidak cukup untuk membekali mahasiswa agar memiliki kemampuan lain. Dan tujuan pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat menerapkan hasil yang didapat selama belajar di kampus untuk diterapkan di masa yang akan datang yaitu di dunia kerja. Dengan melakukan praktek Kuliah Kerja Lapangan di Merapi Farma Herbal diharapkan dapat memberikan kesempatan khususnya bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah. Selain itu, adanya keingintahuan mahasiswa mengenai Merapi Farma Herbal itu sendiri baik sejarahnya, pembuatan jamu tradisional, proses pengeringan simplisia hingga menjadi bentuk kemasan (ramuan) yang siap jual serta budidaya tanaman obat.
B. TUJUAN
Tujuan dilaksanakan kuliah kerja lapangan ini antara lain, sebagai berikut : 1. Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mata Kuliah Kerja Lapangan. 2. Mahasiswa mampu memahami tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab tenaga kefarmasian dalam industri farmasi.
2
3. Mahasiswa mampu mengimplementasikan ilmu dan keahlian yang didapat secara teoritis sebelumnya, dengan mengaplikasikannya secara langsung di industri farmasi. 4. Mahasiswa mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi. 5. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mempelajari proses kerja dalam industri farmasi. 6. Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi tenaga kefarmasian yang handal, siap pakai dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional. 7. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi.
C. MANFAAT
Manfaat dilaksanakan kuliah kerja lapangan ini antara lain, sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis (Ilmiah) Hasil laporan KKL ini secara teori diharapkan dapat menambah wawasan dalam pemikiran dan pengembangan khususnya terhadap seorang tenaga farmasi sehingga hasil laporan KKL ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur bagi laporan - laporan selanjutnya. Serta untuk
menambah
wawasan
dan
pengetahuan
baru.
Dan
dapat
mempraktekkan konsep dan teori yang diperoleh dari memperhatiakan materi kuliah. b. Manfaat Praktisi Dengan laporan ini diharapkan agar bermanfaat untuk mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab tenaga farmasi dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi.
3
D. RUANG LINGKUP MATERI PKL
Ruang lingkup KKL ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan jamu tradisional di Merapi Farma Herbal mulai dari proses penyortiran
bahan
bahu,
pengeringan,
pengepakan,
serta
budidaya
tanamannya.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Untuk kemudahan dalam memperoleh data dan informasi yang lengkap maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu : 1. Wawancara Melakukan wawancara dengan pengelola mengenai hal-hal dan segala sesuatu yang behubungan dengan pengolahan jamu tradisional. 2. Observasi Yaitu melakukan tinjauan secara langsung terhadap obyek dengan melakukan pengamatan. 3. Studi Literatur Mencari informasi secara lebih lengkap yang berasal dari media buku dan media lainnya yang berhubungan dengan kegiatan ini.
4
BAB II TINJAUAN INDUSTRI
A. LOKASI MERAPI FARMA HERBAL
Merapi Farma Hebal terletak di JL. Kaliurang, KM. 21.5, Hargobinangun Sleman, Banteng, Hargobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kode pos 55582.
B. SEJARAH MERAPI FARMA HERBAL
Merapi Farma Herbal didirikan pada tahun 1994 (20 tahun/dua dasawarsa) oleh Bapak Sidik Raharjo yang pada mulanya hanya untuk melayani kebutuhan konsumen di Yogyakarta dan sekitarnya. Akan tetapi melalui pengembangan dan berbagai diversifikasi produk, pemasarannya mulai merambah ke berbagai kota bahkan ke beberapa pulau lain di
5
Indonesia. Oleh karenanya, dipandang perlu untuk melegalisasi perusahaan tersebut dengan berbadan hukum pada tahun 2004, yakni sebagai berikut: Akte pendirian CV. Merapi Farma Herbal, Ijin Gangguan (HO), NPWP (perusahaan dan pribadi), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Ijin Prinsip, Ijin Usaha industri Kecil Obat Tradisional, Surat Penugasan Apoteker, dan Ijin Edar. Beberapa hal seputar peluang usaha tersebut atas akhirnya menjadi semacam (action trigger) yang mendorong berdiri dan eksisnya Merapi Farma Herbal hingga hari ini. Sehingga Merapi Farma Herbal senantiasa konsisten dan fokus dalam mengembangkan sistem dan teknologi Agro Industri Biofarmaka yang bergerak dari hulu ke hilir dimulai dari Wisata Agro berupa Pembibitan dan Budidaya Tanaman Obat, Penelitian dan Pelatihannya, hingga memproduksi Jamu Godhog untuk pengobatan, juga jamu sebagai gaya hidup (life style). Dalam rancangan usaha pada tahun 2014 ini, Merapi Farma Herbal akan semakin memperkuat di sektor Pelatihan, Pembudidayaan, serta Pendekatan Kultural bahwa Jamu merupakan warisan budaya Indonesia yang adiluhung. Di kawasan perkebunan Merapi Farma Herbal ini terdapat setidaknya 200 jenis tanaman herbal, yang sebagian besar merupakan bahan baku utama jamu godhog. Merapi Farma herbal saat ini mampu membuat 19 macam ja mu racikan umum, 9 jamu instan, 400 jenis racikan khusus dan sudah memasarkan produknya ke seluruh wilayah Indonesia. Produk Merapi Farma Herbal bermerek dagang Jamu Godhog Khas Yogyakarta telah di pasarkan mulai dari lingkungan kota Yogyakarta sejak tahun 1994 dan pada penghujung tahun 2004, mulai merambah ke pasar nasional. Tidak hanya itu, produk jamu dari industry ini pun sudah merambah pasar Amerika dan Malaysia sebagai obat tradisional khas Yogyakarta. Bahwa selain memproduksi jamu godhog, Merapi Farma Herbal juga mengusahakan pembibitan tanaman obat dan budidaya tanaman obat, yang juga digunakan sebagai bahan utama jamu, sebagian besar dipanen dari kebun budidaya tanaman obat yang terletak di lahan dalam kawasan wisata agro
6
tanaman obat Merapi Farma Herbal, sebagian yang lain merupakan hasil budidaya petani binaan dengan konsep kemitraan yang berlandaskan semangat gotong-royong untuk mencapai keuntungan bersama ( win-win solution). Dengan demikian, selain untuk kebutuhan sendiri, berbagi jenis tanaman obat tersebut juga ditanam dalam berbagai ukuran (polybag) untuk memudahkan konsumen yang berkeinginan mengoleksi tanaman obat.
C. KEGIATAN DI MERAPI FARMA HERBAL
Tiba di Merapi Farma Herbal, peserta Study Excursie
langsung
diarahkan kesebuah pondokan yang cukup luas. Sebelum memasuki pondokan, perserta diminta untuk membuat sebuah kelompok beranggotakan 10-12 orang untuk setiap kelompoknya. Satu persatu kelompok diarahkan untuk memasuki pondokan terbuka yang begitu asri dengan pepohonan tinggi disekitarnya. Setelah itu, setiap kelompok diberi peralatan dan bahan seperti temulawak, gula putih, sereh, garam, kayu manis, kompor, baskom dan lainlain. Awalnya peserta belum mengetahui bahwa setiap kelompok diminta untuk membuat temulawak serbuk. Setiap anggota kelompok pun memiliki tugas masing-masing dalam pembuatan serbuk temulawak tersebut. Mulai dari merajang temulawak, menumbuk temulawak dan memeras temulawak yang sudah ditumbuk. Sari temulawak didiamkan minimal 30 menit untuk memisahkan pati temulawak dengan air temulawak. Jika pati temulawak tidak dipisahkan, maka produk yang dihasilkan akan lengket seperti gulali. Selagi menunggu pati temulawak mengendap, peserta di sajikan tampilan berupa sejarah berdirinya Merapi Farma Herbal hingga berbagai fasilitas yang ada di Merpai Farma Herbal. Setelah semua bahan siap masing-masing bahan kemudian dimasukan ke dalam wajan dimulai dari air perasan jahe kemudian gula pasir, garam secukupnya terakhir masukan sereh dan kayu manis aduk terus campuran semua bahan hingga mendidih dan muncul gelembung-gelembung kecil,
7
kecilkan api sambil terus diaduk untuk menghancurkan gelembunggelembung kecil agar menjadi serbuk. Setelah peserta diajarkan cara membuat temulawak serbuk, peserta kemudian diajak berkeliling dengan ditemani satu orang petugas yang menjelaskan semua tentang Merapi Farma Herbal. Tempat pertama yang dikunjungi adalah koleksi tanaman herbal dari Merapi Farma Herbal disana peserta dapat melihat dan mengetahui berbagai macam khasiat dari berbagai macam tanaman herbal. Selanjutnya peserta memasuki tempat produksi dari Merapi Farma Herbal ruang pertama yang dikunjungi adalah ruang penyortiran kering disini peserta diperlihatkan bagaimana simplisia disortir untuk dipisahkan dari benda-benda asing yang kemungkinan menempel ada simplisia. Proses produksi di Merapi Farma Herbal dilakukan oleh Divisi Produksi yang berupa pencucian, pemotongan atau perajangan, pengeringan, sortasi, peracikan, pengolahan dan pengepakan. Pencucian dilakukan dengan air yang mengalir dan dilakukan dalam waktu 3 kali hingga bahan bersih. Setelah pencucian bahan yang berupa simplisia (bahan jamu kering) masuk ke proses pengeringan sedangkan bahan yang masih mentah/utuh akan masuk ke proses perajangan atau pemotongan. Perajangan/pemotongan dilakukan dengan mesin otomatis ataupun dengan alat tradisional, dalam proses perajangan diusahakan menggunakan alat yang bersih dan tajam, untuk menghasilkan hasil rajangan yang baik dan menjaga seratnya tidak terlepas ataupun hilang. Setelah proses perajangan maka bahan baku akan memasuki proses pengeringan hingga diperoleh bahan simplisia. Proses pengeringan dilakukan dengan 2 tahap yaitu pengeringan secara langsung dana tidak langsun. Proses pengeringan langsung simplisia di Merapi Farma Herbal yang masih manual yaitu dengan memanfaatkan cahaya panas dari sinar matahari. Sementara proses pengeringan tak langsung dilakukan dengan mengunakan sebah alat yang disebut oven dengan suhu tinggi. Proses pengeringan ini dilakukan hingga memperoleh bahan jamu
8
dengan kadar air kurang lebih 5% dari berat bersih bahan jamu. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya jamur dan mikroba yang ada di dalam simplisia. Setelah proses pengeringan selesai maka bahan baku obat akan masuk pada tahapan sortasi yaitu pemilihan bahan baku obat yang baik dengan yang buruk. Bahan yang baik akan masuk pada proses pengolahan dan peracikan sedangkan untuk bahan buruk dan tidak layak pakai akan dibuang/dijadikan pupuk. Pada pengolahan ini untuk bahan baku yang hasil akhirnya berupa jamu siap minum dan siap untuk dijual, sedangkan jamu yang hasil akhirnya berupa racikan akan masuk pada proses peracikan dan pengepakan serta siap untuk didistribusikan. Pada proses pengolahan bahan baku menggunakan alat-alat tradisional maupun modern, alat tradisional yang digunakan berbahan dasar tanah liat, stainlessteell sedangkan modern dengan mesin pemanas. Dalam proses pengolahan tidak menggunakan alat-alat yang terbuat dari bahan aluminium karena alat dengan bahan aluminium akan masuk ke ramuan/jamu sehingga membuat jamu yang seharusnya menyehatkan akan menjadi jamu yang membuat keracunan ataupun menimbulkan penyakit lainnya. Proses peracikan untuk bahan baku yang berupa racikan didasari oleh pengalaman empiris peracik dan berdasarkan buku materia medika atau buku induk perusahaan yang telah disetujui oleh Dinas Kesehatan dan Balai Pengobatan. Selanjutnya peserta menuju ke ruang pengemasan primer disini simplisia yang telah siap ditimbang dan dikemas sesuai dengan dosis yang ditentukan, selanjutnya peseta menuju ke ruang pengemasan sekunder disini simplisia yang sebelumnya telah dikemas diruang pengemasan primer digabungkan lagi dengan simplisia lainnya kemudian dikemas menjadi racikan. Setelah dari proses produksi, mahasiswa ditujukkan pada tempat budidaya tanaman. Di sini ada ratusan tanaman herbal yang dibudidayakan. Setelah berkeliling melihat proses produksi dan tempat budidaya tanaman di
9
Merapi Farma Herbal peserta membeli beberapa produk jamu yang di jual dipondok jamu Merapi Farma Herbal.
10
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN
Merapi Farma Herbal adalah perusahaan yang fokus pada jamu tradisional dan budidaya tanaman herbal yang berdiri sejak tahun 1999. Proses produksi di Merapi Farma Herbal dilakukan oleh Divisi Produksi yang berupa pencucian, pemotongan atau perajangan, pengeringan, sortasi, peracikan, pengolahan dan pengepakan. Di kawasan perkebunan Merapi Farma Herbal ini terdapat setidaknya 200 jenis tanaman herbal, yang sebagian besar merupakan bahan baku utama jamu godhog. Merapi Farma herbal saat ini mampu membuat 19 macam jamu racikan umum, 9 jamu instan, 400 jenis racikan khusus dan sudah memasarkan produknya ke seluruh wilayah Indonesia. Tidak hanya itu, produk jamu dari industri ini pun sudah merambah pasar Amerika dan Malaysia sebagai obat tradisional khas Yogyakarta.
B. SARAN
1. Waktu yang diberikan untuk KKL masih kurang diefektifkan karena keterbatasan waktu 2. Kedepannya semoga lebih dipersiapkan lagi segalanya dengan lebih matang dengan mempertimbangkan segala aspek dan kemungkinan untuk mengefektifkan kegiatan KKL sehingga mahasiswa lebih banyak lagi mendapatkan pengetahuan.
11
LAMPIRAN
1. Budidaya Tanaman Herbal
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
2. Denah Gudang Bahan Bersih
34
3. Gudang Penyimpanan Bahan Baku
35
4. Proses Penyortiran Bahan Baku
36
37
5. Proses Pengeringan Langsung
38
6. Gudang Penyimpanan Bahan Baku Kering
39
7. Proses Pengeringan Tak Langsung (Menggunakan Oven)
40
8. Proses Pengepakan
41
42
9. Gudang Penyimpanan Siap Jual
43
10. Proses Pembuatan Jamu Herbal Temulawak
44
11. Resep Temulawak Kristal
45