31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Silvikultur merupakan cara-cara permudaan hutan secara alami dan buatan, serta pemeliharaan tegakan sepanjang hidupnya. Termasuk kedalam silvikultur ialah pengertian tentang persyratan tapak atau tempat tumbuh pohon perilakunya terhadap berbagai intensitas cahaya matahari, kemampuannya untuk tumbuh secara murni atau campuran, dan hal-hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan pohon. Jadi sangatlah penting untuk mengetahui silvikultur masing-masing jenis pohon, sebelum kita dapat mengelolah suatu hutan dengan baik.
Silvikultur dapat dianalogikan dengan ilmu agronomi dan holtikultura di pertanian, karena silvikultur dapat juga membicarakan cara-cara membudidayakan tumbuhan, dalam hal pohon-pohon hutan. Dalam pengertian lebih luas, silvikultur dapat disebut ilmu pembinaan hutan, dengan ruang lingkup dari pembijian, persemaian, penanaman lapangan, pemeliharaan hutan, dan cara-cara permudaannya.
Tanaman akasia mangium (Acacia mangium Willd) atau juga dikenal dengan akasia daun lebar termasuk jenis legum yang cepat tumbuh dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Akasia mangium merupakan tanaman asli yang tumbuh di Papua Nugini, Papua Barat dan Maluku, selanjutnya berkembang di Malaysia Barat dan Malaysia Timur (Sabah dan Serawak), serta Philipina. Di Indonesia berkembang sejalan dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) tahun 1984. Tanaman akasia mangium menjadi salah satu jenis favorit tanaman di HTI, khususnya dalam memenuhi kebutuhan kayu serat terutama sebagai bahan baku industri pulp dan kertas.
Persyaratan tempat tumbuh akasia mangium tidak mempersyaratkan tempat tumbuh yang khusus, dengan kata lain dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur, seperti pada lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah alluvial serta tanah yang memiliki pH rendah 4,2. Secara umum dapat tumbuh pada ketinggian antara 30 - 130 meter dpl, dengan curah hujan bervariasi antara 1.000 mm - 4.500 mm setiap tahun. Seperti jenis pionir yang cepat tumbuh dan berdaun lebar, jenis ini sangat membutuhkan sinar matahari, dengan demikian apabila terdapat naungan akan tumbuh kurang sempurna dengan bentuk tinggi dan kurus.
Tanaman akasia mangium setelah mencapai umur tujuh sampai delapan tahun dapat menghasilkan kayu yang baik untuk dibuat untuk papan partikel. Faktor lain yang mendorong pengembangan jenis ini adalah sifat pertumbuhannya yang cepat tumbuh (fast growing species) yang mempunyai batas lingkaran tumbuh yang jelas pada bagian terasnya dengan lebar 1–2 cm. Hal ini mungkin disebabkan oleh pertumbuhannya yang cepat serta adanya kayu muda.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui tehnik persemaian Mangium dilapangan, mengaplikasikan materi yang didapat di kelas.
Kegunaan praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan, sekaligus lebih menambah wawasan dan pengetahuan mahasisiwa.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Akasia Mangium.
Tanaman akasia mangium (Acacia mangium Willd) atau juga dikenal dengan akasia daun lebar termasuk jenis legum yang cepat tumbuh dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Akasia mangium merupakan tanaman asli yang tumbuh di Papua Nugini, Papua Barat dan Maluku, selanjutnya berkembang di Malaysia Barat dan Malaysia Timur (Sabah dan Serawak), serta Philipina. Di Indonesia berkembang sejalan dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) tahun 1984. Tanaman akasia mangium menjadi salah satu jenis favorit tanaman di HTI, khususnya dalam memenuhi kebutuhan kayu serat terutama sebagai bahan baku industri pulp dan kertas (Animous,2013). Klasifikasi tumbuhan akasia mangium (Acacia mangium Willd) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Acacia
Spesies : Acacia mangium Willd.
Menurut para ahli botani bahwa tanaman akasia mangium (Acacia mangium Willd) berasal dari australia.akasia dapat menyebar keseluruh penjuru dunia dengan cepat karena tanaman akasia dapat hidup dengan mudah dan cepat tanpa memiliki syarat yang sulit. ia dapat hidup dilahan miskin dan tidak subur, lahan yang memiliki ph rendah (4,2) sepanjang berada pada ketinggian tidak lebih dari 300 mm, dengan curah hujan 1.000 mm-4.500 mm setiap tahunnya dengan cahaya matahari yang cukup.
Morfologi Tanaman Akasia Mangium.
Tanaman akasia mangium (Acacia mangium Willd) memiliki tinggi pohon sampai 30 m, boleh sering lurus, untuk lebih dari setengah total tinggi pohon. Branchlets, phyllodes dan tangkai gundul atau sedikit yg berlapis ketombe. bercabang banyak (simpodial) Phyllodes 5-10 cm luas, 2-4 kali lebih lama sebagai luas, hijau tua, ketika chartaceous kering. The phyllodes memiliki (3 – 4) saraf utama memanjang yang bergabung pada margin dorsal di dasar phyllode, saraf sekunder halus dan tidak mencolok. Bunga di paku longgar untuk 10 cm panjang, soliter atau berpasangan dalam axils atas. Bunga pentamerous, kelopak 0,6-0,8 mm panjang, dengan lobus tumpul pendek, corolla dua kali lebih lama tampuk. Pods linear, gundul, 3-5 mm luas, ca 7,5 cm panjang ketika hijau, kayu, digulung dan payau-coklat ketika dewasa, depresi antara biji. Biji berkilau, hitam, ellipsoid, ovate atau lonjong, 3,5 x 2,5 mm, funicle orangish membentuk aril berdaging bawah benih.
Tumbuhan akasia mangium (Acacia mangium Willd) termasuk tumbuhan dikotil yang berakar tunggang berwarna putih kotor dan bercabang (ramosus). Akar tunggang berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, akarnya bercabang banyak sehingga dapat memberi kekuatan lebih besar kepada batang dan juga zat-zat makanan yang diperoleh lebih banyak Sehingga dapat tumbuh subur dan pesat.
Tumbuhan akasia mangium (Acacia mangium Willd) termasuk dalam jenis tanaman kuncup keatas (gemma terminalis), batangnya bersifat berkayu (lignosus) dan termasuk tumbuhan semak, bentuk batangnya bulat (teres), sifat permukaan batang kasar, tipe arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), tipe arah tumbuh batang condong keatas (patens), panjang umur tumbuhan termasuk tanaman tahunan/tanaman keras (perrenis), bercabang bayak (simpodial).
Tumbuhan akasia mangium (Acacia mangium Willd) memiliki daun majemuk menyirip, Bangun daun: lancet (lanceolatus), Ujung daun:runcing (acutas), Pangkal daun:runcing (acutus), Tipe pertulangan daun:melengkung (cervinervis), Tepi daun : rata (integer), Sifat daging daun : seperti kertas (papyraceus), Sifat permukaan helaian daun : licin (laevis), daunya ini biasanya mempunyai bantalan tanin dalam jumlah besar. tanin memiliki rasa yang pahit sehingga dapat menigkatkan atau memperkecil protein dengan cepat. tanin dapat menyebabkan perasaan kering pada mulut.
Tumbuhan akasia mangium (Acacia mangium Willd) memiliki bunga majemuk tak terbatas, Tipe untai atau bunga lada (amentum), Setiap 1 bunga satu receptakulum, letak bunga di ketiak daun (flos lateralis atau flos axilaris), menurut jenis kelamin bunga ini termasuk bunga banci karna pada bunga terdapat benang sari dan putik, bunga ini dapat dikatakan bunga lengkap atau bunga sempurna, bunga ini bersimetri banyak,yang berwarna putih kekuning-kuningan. Bunga di paku longgar untuk 10 cm panjang, soliter atau berpasangan dalam axils atas. bunganya berganda dan memiliki warna putih atau kekuningan, panjangnya mencapai 10 cm dan bentuknya tunggal atau berpasangan di sudut daun pucuk.
Tanaman buah akasia sejenis polong-polongan berwarna hijau saat masih muda dan berubah menjadi coklat setelah tua melingkar ketika masak, agak keras, panjang 7-8 cm, lebar 3-5 mm,Biji berkilau, hitam, ellipsoid, ovate atau lonjong, 3,5 x 2,5 mm, funicle orangish membentuk aril berdaging bawah benih, Benih hitam mengkilat, lonjong, 3-5 x 2-3 mm, dengan ari (funicle ) kuning cerah atau oranye yang terkait di benih.
Perkecambahan Tanaman Akasia Mangium
Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar.
Metabolisme Perkecambahan sebagai berikut :
Tahap Pertama : dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi protoplasma.
Tahap kedua : dimulai dengan kegiatan enzim dan sel serta naiknya tingkat respirasi benih.
Tahap ketiga : terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang terlarut dan di translokasikan ke titik tumbuh.
Tahap keempat : asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energy bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.
Tahap kelima : pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan sebagai berikut :
Faktor Dalam
Persediaan Makanan Dalam Biji
Fungsi utama cadangan makanan dalam biji adalah member makanan kepada embrio maupun tanaman yang masih mudad sebelum tanaman tersebut mampu memproduksi zat makanan sendiri. (Ashari, 1995)
Hormon
Memberikan kemampuan dinding sel untuk mengembang sehingga sifatnya menjadi elastic. Elastisitas dinding sel memungkinkan dinding sel bersifat permeable sehingga mempermudah imbibisi. (Ashari, 1995)
Ukuran dan kekerasan biji
Semakin besar dan semakin keras bijinya maka air akan sulit untuk masuk ke dalam biji sehingga imbibisi teerhambat. (Ashari, 1995)
Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan istirahat. Setiap benih tanaman memiliki masa dormansi yang berbeda-beda.(Gardnnes, 1991)
Faktor Luar
Air
Berfungsi sebagai pelunak kulit bji, melarutkan cadangan makanan, sarana transportasi serta bersama hormone mengatur elurgansi (pemanjangan) dan pengembangan sel.
Temperature
Benih dapat berkecambah pada temperature optimum yaitu 80oF sampai 95oF (20,5o C sampai 35o C).
Oksigen
Proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan menigkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air, dan energy yang berupa panas. Terbatasnya oksigen akan menghambat perkecambahan benih. Benih yang dikecambahkan pada keadaan yang sangat kurang cahaya ataupun gelap akan menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi.
Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan benih adalah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air, dan bebas dari pengganggu terutama cendawan.
METODE PRAKTEK
Waktu danTempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 27 November 2014, mulai pukul 14.30 WITA hingga selesai. Bertempat di Persemaian Permanen BPDAS Palu-Poso, Universitas Tadulako, Palu
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
Mika berukuran besar
Tempat sabun sedang
Alat tulis menulis
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
Benih Mangium
Tanah Humus
Pasir halus
Serbuk gergaji
Sekap padi
Cara Kerja
Langkah-langkah kerja meliputi :
Melakukan pelakuan terhadap benih dengan memakai metode remdaman air dingin dan air panas.
Mengambil Benih lalu dituangkan ke dalam wadah.
Memanaskan air hingga mengeluarkan gelembung (mendidih).
Kemudian masukkan air panas kedalam wadah yang berisi benih selama 3 menit.
Kemudian tiriskan benih hingga airnya habis dan pindahkan benih ke dalam wadah yang bersih.
Lalu masukkan air dingin pada benih yang sudah direndam dengan air panas selama 3 menit.
Siapkan Mika berukuran besar dengan diisi tanah humus dan serbuk gergaji dengan perbandingan 2:1
Taburkan benih yang sudah direndam di atas mika, kemudian tutup kembali dengan tanah.
Kemudian disimpan pada green house dan lakukan penyiraman beberapa hari.
Amatilah dan catat perkembangan benih selama 14 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil rata-rata perkembangan benih akasia mangium ( Acacia mangium Willd).
Hari
Berkecambah
Tinggi kecambah
Daun per-kecambah
Minggu, 30/11/2014
4 hingga 5 berkecambah
3 cm
2 helai
Rabu, 3/12/2014
7 hingga 15 berkecambah
3 hingga 4 cm
2 hingga 4 helai
Sabtu, 6/12/2014
16 hingga 23 berkecambah
3 hingga 5 cm
4 hingga 6 helai
Kamis, 11/12/2014
24 hingga 30 berkecambah
4 hingga 6 cm
8 hingga 16 helai
Pembahasan
Benih memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda. Terdapat dua tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hypogeal. Pada tanaman dikotil kebanyakan memiliki tipe perkecambahan epigeal sedangkan tanaman monokotil mempunyai tipe perkecambahan hypogeal.
Berdasarkan pengamatan tanaman akasia mangium (Acacia mangium willd) termasuk tanaman yang cepat tumbuh dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Tanaman akasia mangium termasuk berbiji dikotil dan tipe berkecambahan epigeal.
Tanaman akasia mangium tidak mempersyaratkan tumbuh ditempat yang khusus, dengan kata lain dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur, seperti pada lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah alluvial serta tanah yang memiliki pH rendah 4,2 dan tanaman jenis ini sangat membutuhkan sinar matahari.
Berdasarkan pengamatan dihari dihari pertama, sebagian benih mulai mengeluarkan radikula yang memanjang ke dalam tanah dan sebagian benih belum berkecambah.
Dalam pengamatan di hari ketiga, benih yang berkecambah mulai memunculkan helai daunya setelah terjadinya pemanjangan hipokotil secara keseluruhan dan membawah serta kotiledon dan plumula keatas permukaan tanah. Sebagian benih yang lain masih dalam proses keluarnya radikula.
Dalam pengamatan hari kedelapan, benih yang berkecambah tumbuh dan berkembang mengeluarkan beberapa daun. Dan benih yang lain mengeluarkan helai daun dan melepaskan kotiledon. Rata-rata tinggi hipokotil benih berkisar 3 hingga 4,5 cm.
Berdasarkan pengamatan di hari akhir, benih sudah mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan hipokotil yang terus tumbuh dan jumlah daun bertambah. Sebagian benih yang lain masih dalam memperpanjang hipokotil dan mengeluarkan helain daun.
Perbedaan tinggi dan jumlah daun disebakan karena faktor dalam dan luar. Faktor dalam seperti hormon ditiap benih berbeda maksudnya kemampuan dinding sel untuk mengembang sehigga sifatnya elastik dan memungkinkan dinding sel bersifat permeable yang dapat mempermudah imbisisnya. Faktor luarnya adalah kebutuhan air yang berfungsi melanukkan kulit benih dan melarutkan cadangan makanan sebagai transpotasi serta membantu hormon mengatur pemanjangan dan pengembangan sel.
PENUTUP
Kesimpulan
Tanaman akasia mangium (Acacia mangium Willd) termasuk tanaman yang cepat tumbuh dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Termasuk tanaman berdaun lebar dan tanaman berbiji dikotil.
Tanaman akasia mangium (Acacia mangium Willd)tidak mempersyaratkan tumbuh ditempat yang khusus, dengan kata lain dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur, seperti pada lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah alluvial serta tanah yang memiliki pH rendah 4,2 dan tanaman jenis ini sangat membutuhkan sinar matahari.
Tanaman akasia mangium (Acacia mangium Willd) termasuk tanaman yang cepat tumbuh dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Tanaman akasia mangium termasuk berbiji dikotil dan tipe berkecambahan epigeal.
Perbedaan tinggi dan jumlah daun disebakan karena faktor dalam dan luar. Faktor dalam seperti hormon ditiap benih berbeda maksudnya kemampuan dinding sel untuk mengembang sehigga sifatnya elastik dan memungkinkan dinding sel bersifat permeable yang dapat mempermudah imbisisnya. Faktor luarnya adalah kebutuhan air yang berfungsi melanukkan kulit benih dan melarutkan cadangan makanan sebagai transpotasi serta membantu hormon mengatur pemanjangan dan pengembangan sel.
Saran
Melalui praktikum ini disarankan kepada mahasiswa untuk menguasai terlebih dahulu materi yang diberikan dikelas. Kepada asisten untuk lebih lagi mendampingi mahasiswa dalam melakukan praktikum agar mahasiswa tidak melakukan kesalahan dalam praktikum.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Silvikultur merupakan cara-cara mempermudaan hutan secara alami dan buatan, serta pemeliharaan tegakan sepanjang hidupnya. Termasuk kedalam sivikultur ialah pengetian tentang persyaratan tapak atau tempat tumbuh pohon perilakunnya terhadap berbagai intensitas cahaya matahari, kemampuannya untuk tumbuh secara murni atau campuran, dan hal-hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan pohon. Jadi sangatlah penting untuk mengetahui silvikultur masing-masing jenis pohon, sebelum kita dapat mengelolah suatu hutan dengan baik.
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
Teknik penyemaian secara langsung juga dapat memanfaatan cabutan anakan alam (wildling). Benih yang jatuh di lantai hutan mudah berkecambah dan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bibit. Pencabutan sebaiknya setelah turunhujan dengan cara mencabut bagian leher akar untuk menghindari kerusakan daerahperakaran. Pada lokasi persemaian yang tergolong jauh sebaiknya memprakondisikanwildling/cabutan di bungkus dalam karung basah atau pelepah pisang serta dapatmenggunakan ice box. Tujuannya adalah menjaga kesegaran cabutan dan menjagakelembapan selama pengangkutan dan kalau perlu di siram selama 4-6 jam sekalidengan air bersih. Cabutan di bentuk dengan memotong 2/3 daun, untuk mengurangipenguapan daun akar yang terlalu panjang di bentuk untuk memudahkan penyemaiandi kantong plastik.
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.
Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati dan mempelajari pengelolaan persemaian, mengamati kegiatan oprasional di persemaian serta mempelajari proses pembibitansuatu jenis tanaman.
Manfaat dari praktikum ini mengenai persemaian/pembibitan adalah untuk mengetahui cara-cara pembibitan/persemaian yang baik sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pengetahuan untuk pembudidayaan para rimbawan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Persemaian.
Persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan dan perawatan selama jangka waktu tertentu, sehingga akan dihasilkan bibit yang berkualitas baik, yang memenuhi persyaratan umur, ukuran dan pertumbuhan yang cukup baik dan siap untuk ditanam di lapangan. Bibit yang dihasilkan dapat berupa bibit dalam kontainer, putaran, cabutan atau stump ( Animous,2014).
Kegiatan – Kegiatan Persemaian.
Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dan kegiatan penanaman hutan. Oleh karena itu kegiatan di persemaian adalah termasuk kegiatanyang sangat penting karena dapat merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapaikeberhasilan penanaman hutan (Edris, 2001).
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan di persemaian permanen sebagai berikut :
Pemilihan Lokasi Persemaian
Lokasi persemaian hendaknya tidak jauh dari permukiman untuk memudahkan mengontrol, merawat, mendapatkan tenaga kerja dan menghindari adanya kerusakan dari gangguan ternak, binatang liar dan kerusakan alam seperti kekeringan. Lapangan yang dipilih relative datar, tidak tergenang air atau drainase baik, dekat dengan sumber air, dan sedapat mungkin tidak jauh dari jalan angkutan bibit (Sukandi et al. 2002).
Pembuatan Bedeng Semai dan Media Semai
Bedeng semai biasanya digunakan untuk mengecambahkan benih-benih yang berukuran kecil dengan perawatan intensif. Ukuran bedeng semai/sapih beragam umumnya berukuran 5×1 m, letak membujur kearah Utara –Selatan, dan pinggirannya diperkuat dengan bamboo atau kayu. Atap bedeng tingginya 1 m dibuat dari daun nipah, daun kelapa, alang-alang atau sarlon, dimana bagian menghadap ke Timur di buat lebih tinggi daripada yang menghadap ke barat (Sukandi, et al. 2002).
Polybag yang mempunyai bahan dasar plastik dapat merusak lingkungan tanah. Polybag memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat didegradasi oleh mikroorganisme di dalam tanah. Meskipun polybag dapat digunakan sebagai media tanam untuk tanaman, saat ini penggunaan polybag sangatlah tidak ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan bahan dasar polybag ini terbuat oleh polyethylene, yaitu molekul polimer yang sangat panjang dan besar serta terikat dengan sangat kuat sehingga sulit dipisahkan atau diasimilasi oleh bakteri dekomposer (Marzoeki 1995).
Penggunaan polybag sebagai wadah bibit sudah banyak dilakukan dan merupakan wadah yang paling umum digunakan oleh produsen bibit maupun oleh peneliti, karena harganya murah dan mudah diperoleh. Ukuran polybag yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan / sesuai umur tanaman / bibit. Kaitannya dengan penelitian ini, ternyata polybag memberikan pertumbuhan yang lebih baik bagi bibit tanaman, mungkin disebabkan pertumbuhan akar yang ada dalam polybag lebih leluasa berkembang ( Rostiwati et al, 2007).
Ukuran polybag bermacam – macam disesuaikan dengan jenis dan umur tanaman. Keuntungan penggunaan polybag antara lain komposisi media dapt diatur, efesien dalam penyiraman dan pemupukan, tanaman dapat berpindah – pindah, pertumbuhan gulma dapat dikendalikan dan tidak memerlukan lahan yang luas, serta nutrisi yang diberikan dapat diserap oleh akar secara optimal. Penentuan ukuran polybag yang cocok untuk pertumbuhan tanaman diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi dalam penggunaan media dan nutrisi.
Media untuk persemaian harus mempunyai aerasi baik, subur dan gembur, misalnya campuran pasir, pupuk kandang dan sekam yang sudah disterilkan dengan perbandingan 1:1:1. Dengan media yang gembur, maka akar akan tumbuh lurus dan memudahkan pemindahan bibit ke polybag pembesaran. Biji yang akan disemaikan ditabur merata di atas media, lalu ditutup lagi dengan media setebal 1-2 cm dan disiram dengan gembor sampai basah (Nurwardani, 2008).
Pematahan Dormansi & Penaburan Benih
Benih yang bermutu baik diantaranya adalah yang cepat berkecambah setelah ditaburkan dan berdaya tumbuh tinggi. Hal ini akan menetukan persen tumbuh anakan di lapangan. Untuk mengatasi dormansi dan mempercepat proses perkecamabahan benih dapat dibantu dengan beberapa perlakuan pendahuluan yaitu secara mekanis ( direndam dalam air panas atau dingin, dipukul, dikikir, diamplas atau dibakar), kimiawi (direndam dalam larutan kimia tertentu), atau penggunaan sinar radio aktif (Sukandi et al. 2002).
Pemecahan dormansi dan penciptaan lingkungan yang cocok sangat perlu untuk memenuhi proses perkecambahan. Benih yang mempunyai kulit biji tidak permeable dapat dirangsang dengan mengubah kulit biji untuk membuat permeable terhadap gas–gas dan air (Lita Sutopo, 1985). Perkecambahan benih dipengaruhi oleh dua faktor (S. Sadjad, 1980) yaitu faktor dari dalam (faktor genetik) berupa tingkat pemasakan benih dan kulit benih dari luar (faktor lingkungan) yaitu pengaruh suhu, cahaya, air dan media tumbuh.
Dormansi dapat disebabkan oleh berbagi faktor antara lain impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio rudimenter, dormasi sekunder dan bahan – bahan penghambat perkecambahan. Tetapi dengan perlakuan khusus maka benih dorman dapat dirangsang untuk berkecambah (Lita Sutopo, 2002). Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah waalaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dinggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. (Sutopo, 1984)
METODE PRAKTEK
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 5 November 2014, mulai pukul 14.30 WITA hingga selesai. Bertempat di Persemaian Permanen BPDAS Palu-Poso, Universitas Tadulako, Palu
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini sebagai berikut :
Bibit yang ada dilokasi persemaian.
Alat yang digunakan dalam pengamatan ini sebagai berikut :
Alat tulis menulis.
Kamera.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambar 1. Bedengan tabur
Bedengan mahoni
Bedengan termbesi
Bedengan termbesi
Tabel 2. Hasil Pengamatan dan Wawancara.
NO
JENIS TANAMAN
ASAL BENIH
PERLAKUAN BENIH
1
JATI SUPER
GENERATIVE
Perendaman
2
KEMIRI
GENERATIVE
Dikeringkan dan direndam
3
TERMBESI
GENERATIVE
Perendaman
4
DURIAN
GENERATIVE
Perendaman
5
NANGKA
GENERATIVE
Perendaman
6
RAMBUTAN
GENERATIVE
Perendaman
7
PALAPI
GENERATIVE
Perendaman
8
NANTU
GENERATIVE
Perendaman
12
EBONI
GENERATIVE
Perendaman
Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara, Waktu penyapihan sebaiknya dilakukan sore hari, dan setelah disapih segara dilakukan penyiraman sampai tanahnya cukup basah. Setelah itu ada setiap bedengan sapih dipasang label yang bertuliskan : Nomor bedengan sapihan, species/jenis,asal bedengan penaburan. Kecambah (semai anakan) siap disapih tergantung, jenisnya biasanya sesudah keluar daun pertama sudah dapat dilakukan penyapihan. Pada umumnya, setelah bibit / semai sapihan berupa 3-4 minggu sejak disapih, kerapatan atap/naungan mulai dikurangi dan setelah berumur 8-10 minggu sebelum semai dipindahkn / ditanam ke lapangan, atap/naungan tanaman sama sekali ditiadakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan adalah: Akar tidak boleh terlipat. Semai harus berdiri tegak lurus. Semai yang telah diambil dari bak tidak boleh terlalu lama dipegang, supaya tidak luka terhadap semai yang masih kecil. Penyiraman harus hati-hati (pancaran air halus). Pemeliharaan Bibit Di Bedeng Sapih Bedeng sapih atau di sebut juga bedeng pertumbuhan dibuat berupa segi empat dengan ukuran 1 x 5 m dan sekelilingnya di perkuat dengan kayu, bata atau bahan lainnya yang kuat. Bedeng sapih di beri naungan yang tembus cahaya 50%. Luas bedeng sapih menunjukkan kapasitas bibit di persemaian.
Berdasarkan hasil wawancara dari pengamataan media sepih, adalah tanah yang di isi dalam polybag yang kemudan ditempatkan dalam bedeng sepih menurut jenis tanamannya.ukuran polybag yang kemudian ditempatkan dalam bedeng bedeng sapih menurut jenis tanamannya. Ukuran ploybag yang di gunakan adaah 10 x 12, jumlah polybag dalam setiap bedeng yaitu, antara 1000-3000 polybag.
Penaburan benih dilakukan secara merata menurut larikan/jalur-jalur atau lubang- lubang yang telah dibuat, kemudian ditutup dengan pasir atau tanah halus setebal 0,5-1 cm/ setebal benih. Secara garis besar penaburan dapat dilakukan tiga cara (1) satu persatu (drill sowing), (2) bentk garis/baris (line sowing), dan (3) menabur mereta (dust sowing). Cara pelaksanaan penyiapan lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ; Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh tanaman. Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).
Berdasarkan hasil wawancara perlakuan benih disemaikan , sebaiknya dilakukan tretment guna membangun percekembahan benih tersebut, yaitu : benih direndam dalam air panas mendidih ( 80 C ) selama 15-30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. Untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
Teknik pelaksanaan, persemai dibuat dari bahan kayu dengan atap jaringan dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm. Kemudian bedeng tabur di isi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah. Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh proses berkecambah yang dimaksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguaan yang berlebihan. Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira –kira 2,0 cm. Usahakan banih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecembah tidak bertumpuk. Setelah kecambah tidak bertumpuk. Setelah berkecambahan berumur 7-10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.
Waktu perkecembahan berbeda beda tergantung dengan bibit tanaman tersebut ada yang 2 minggu setelah persemaian dan ada pula satu bulan setelah persemaian contohnya tanaman jati, mahoni, dan palapi.
Berdasarkan hasil wawancara, setiap tanah memiliki waktu berbeda-beda sebelum siap dipindahkan dari media sapih untuk siap ditanam, waktu yang dibutuhkan antaralain 2,3,4-6 bulan sebelum siap untuk dipindahkan dan siap tanam.
Media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan. Mulai dari daya intermolekul, tekstur media tersebut dan lain-lain. Apabila media tanam memiliki daya intermolekul yang kecil maka kecepatan perkecambahan juga akan lambat dikarenakan biji sulit dalam menyerap air. Sedangkan, dilihat dari tekstur, apabila media tanam memiliki tekstur pasir atau kasar, maka akar akan sulit mendapatkan air dikarenakan tekstur pasir mudah mengalami kekeringan. Sedangkan, tekstur serat atau halus membuat akar mudah mendapatkan air karena kelembaban akan terjadi dalam jangka waktu lama.
Penyiram dilakukan 1 kali sehari, pada sore hari, pemupukan dilakukan sekali sebulan sebanyak 2 sloki, dengan menggunakan pupuk organik maupun nonorganik. Penyiangan gulma dilakukan tak menentu, hanya jika gulma mulai tumbuh maka dilakukan penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit pada bibit dilakuakan dengan hama kimia zat pengatur tumbuh tanaman.
PENUTUP
Kesimpulan.
Penyulaman tanaman yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.
Perlakuan benih disemaikan , sebaiknya dilakukan tretment guna membangun percekembahan benih tersebut, yaitu : benih direndam dalam air panas mendidih ( 80o C ) selama 15-30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. Untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
Pembibitan tanaman hutan diperlukan untuk kegiatan penanaman. Penerapan teknik pembibitan yang tepat dan penggunaan materi dangan kualitas genetik yang baik merupakan awal dari pembangunan hutan tanaman yang memiliki kualitas tegakan yang baik dengan produktivitas yang tinggi.
Waktu perkecembahan berbeda beda tergantung dengan bibit tanaman tersebut ada yang 2 minggu setelah persemaian dan ada pula satu bulan setelah persemaian contohnya tanaman jati, mahoni, dan palapi.
Media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau. Mulai dari daya intermolekul, tekstur media tersebut dan lain-lain. Apabila media tanam memiliki daya intermolekul yang kecil maka kecepatan perkecambahan juga akan lambat dikarenakan biji sulit dalam menyerap air.
Saran
Melalui praktikum ini disarankan kepada mahasiswa untuk menguasai terlebih dahulu materi yang diberikan dikelas. Kepada asisten untuk lebih lagi mendampingi mahasiswa dalam melakukan praktikum agar mahasiswa tidak melakukan kesalahan dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2014. http://www.wikipedia/Akasia mangium.htm. Diakses pada 16 Desember 2014
Anonimous, 2014. http://www.wikipedia/Tehnik persemaian.htm. Diakses pada 18 Desember 2014
Anonimous 2013. http://www.chachubbygirl.blogspot.com/Tipe Perkecambahan. Diakses pada 18 Desember 2014.
Ashari, Sumaru.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press ; Jakarta
Edris, I. 1998. Teknik Persemaian. Yayasan Pembinana Fakultas Kehutanan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Gradness. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press; Jakarta
Nurwardani, P. 2008. Teknik pembibitan Tanaman dan Produksi Benih. Direktorat Pendidikan Nasional. Jakarta.
Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press; Jakarta
Sukandi T, Sumarhani, Murniati. 2002. Informasi Teknis Pola Wanantani. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Badan Litbang Kehutanan. Bogor.