LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN III DAN PERCOBAAN IV PENABLETAN DAN EVALUASI TABLET
Disusun oleh : Anis Pratiwi (1343050045) Yuyun Turisina (1343050092) Mita Wulandari (1343050097) Siska Fadilla Cahyani (1343050106) Grup F / Kelompok 1
LABORATORIUM FORMULASI TABLET FAKULTAS FARMASI F ARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2016
PERCOBAAN III PENABLETAN I.
TUJUAN a. Memahami cara penabletan. b. Mengetahui cara pengaturan mesin tablet untuk mendapatkan bobot dan kekerasan tertentu. c. Mencoba membuat tablet.
II.
TEORI Tablet adalah suatu sediaan padat baik yang mengandung maupun tidak mengandung bahan-bahan tambahan seperti lubricant, disintegrant, diluents atau zat pengisi, dan zat-zat tambahan yang lainnya. Ada beberapa macam tablet berdasarkan proses pengerjaannya, yaitu: Tablet dengan Proses Granulasi Basah (Wet Granulation), Tablet dengan proses Granulasi Kering (Dry Granulation) dan juga dengan Direct Compress ( Kempa Langsung). Seluruh macam tablet tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Dan juga memiliki syarat-syarat syarat-syarat tersendiri dalam pembuatannya.. Suatu tablet dikatakan memenuhi kriteria sebagai b erikut : 1. Harus mengadung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan 2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil 3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik 4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan 5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan 6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan 7. Bebas dari kerusakan fisik 8. Stabilias kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan 9. Zat aktif harus harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu 10. Tablet memenuhi persyaratan farmakope yang berlaku
Sediaan tablet harus dibuat melalui tiga macam metoda, yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode sediaan tablet disesuaikan
dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet. Berikut macam-macam metode pembuatan tablet : a.
Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukkan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukkan terpisah. Berikut keuntungan dan kerugian granulasi basah : Keuntungan : 1. Memperoleh aliran yang baik 2. Meningkatkan kompresibilitas 3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai 4. Mengontrol pelepasan 5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses 6. Distribusi keseragaman kandungan 7. Meningkatkan kecepatan disolusi
Kerugian : 1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi 2. Biaya cukup tinggi 3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut air.
b.
Granulasi kering, disebut juga juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik,
digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban. Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut : 1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi 2. Zat aktif susah mengalir 3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab.
Keuntungan cara granulasi kering adalah : 1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu. 2. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab 3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.
Kerugian cara granulasi kering : 1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug 2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam 3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.
c.
Metode kempa langsung. Yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Keuntungan metode kempa langsung : 1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit 2. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit. 3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab.
4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Kerugian kempa langsung : 1. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi diantara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet. 2. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkan makin banyak dan mah al. 3. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat mudah mengalir, kompresibilitas yang baik, kohesifitas dan adhesifitas yang baik.
Berdasarkan tujuan penggunaan tablet terdiri atas :
1. Tablet kempa tujuan saluran pencernaan : a. Tablet konvensional biasa/tablet kempa standar Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan eksipien seperti :
Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan) : mucilago amil, amilum
Desintegrasi (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet kempa multi/kepa ganda, adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut lapisan berlapis. Keuntungan dapat memisahkan zar=t aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan).
c. Tablet lepas terkendali atau tablet lepas lambat, yaitu tablet yang pelepasan zat aktifnya dikendalikan atau dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. d. Tablet lepas tunda, yiatu tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda pada daerah tertentu. Contoh yang paling umum adalah tablet salut enterik yaitu tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus. e. Tablet salut gula, yaitu tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Tujuan : melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet. f.
Tablet salut film, yaitu tablet yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.
g. Tablet effervescent, yaitu tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadiberbuih karena mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum . keuntungan tablet effervescent adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis obat yang tepat. Kerugiannya adalah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara klinis. h. Tablet kunyah, yaitu tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah di mulut sebelum ditelan . tujuannya dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan degan mudah kepada anak-anakatau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh.
Mesin Tablet
Ada berbagai macam jenis mesin tablet. Yang paling sederhana adalah mesin single punch, yaitu mesin tablet yang hanya memiliki satu set matras pengempa. Untuk industri farmasi mesin tablet semacam ini tidak pernah digunakan, yang digunakan adalah mesin tablet dengan jenis rotary dengan jumlah punch puluhan bahkan sampai ratusan.
Satu set matras pengempa terdiri dari punch atas, die, dan punch bawah. Punch atas dan punch bawah berfungsi untuk menekan granul dalam die sehingga menjadi masa kompak yang keras. Disamping sebagai penekan, punch atas dengan diatur posisinya dapat menentukan kekerasan tablet. Dengan demikian untuk mendapatkan tablet dengan bobot dan kekerasan tertentu dapat diperoleh dengan mengatur posisi kedua punch ini. Disamping punch, bahian penting dari mesin tablet adalah hopper (corong alimentasi) yaitu bagian yang memberikan pengisian granul kedalam lubang cetakan (die). Sifat alir granul berkaitan erat dengan hopper ini, semakin baik granul mengalir, maka semakin baik keseragaman bobot tablet yang dibuat. Macam – Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet
1. Binding adalah kerusakan tablet akibat massa yang akan di cetak melekat pada dinding ruang cetakan.Ini terjadi ketika pelepasan dari tablet sulit dan sering diikuti bunyi rebut/menderik yang karakteristik, tepi tablet tergores atau kasar. 2. Sticking/picking ialah perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan punch tidak licin. Sticking adalah keadaan granul menempel pada dinding die. Penyebabanya yaitu punch kurang bersih. 3. Whiskering ialah percetakan tidak pas dengan ruangan cetakan terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. 4. Splitting/capping ialah lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah. Capping adalah keadaan yang menggambarkan bagian atas atau bawah tablet terpisah sebagian atau seluruhnya. 5. Motling adalah terjadinya warna yang tidak merata pada permukaan tablet, disebabkan perbedaan obat atau hasil uraianya dengan bahan tambahan, juga karena terjadinya migrasi obat selama pengeringan atau adanya bahan tambahan berupa larutan berwarna yang tidak terbagi merata. 6. Crumbling ialah tambet menjadi retak dan rapuh. Disebabkan kurangnya tekananpada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.
III.
ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat :
Mesin tablet
Hardness tester
Jangka sorong
Timbangan
3.2 Bahan :
IV.
Granul yang telah diberi pelicin dari percobaan 2
CARA KERJA 1. Siapkan granul yang telah diberi pelicin 2. Masukkan ke dalam hopper. Coba dulu mesin tablet hingga diperoleh beberapa butir tablet 3. Ukur kekerasan dan bobotnya 4. Jika kekerasan kurang dari 4,0 kg atur punch atas sampai kekerasan anatar 4,0-7,0 kg 5. Jika bobot kurang dari 600 mg atur punch bawah sehingga bobot tablet memenuhi syarat farmakope 6. Jika bobot dan kekerasan telah terpenuhi, jalankan mesin sehingga granul habis semua menjadi tablet 7. Pisahkan antara tablet yang diberi pelicin talk dan Mg stearat simpan untuk percobaab berikutnya.
V. DATA DAN PERHITUNGAN 1. Uji keseragaman bobot Bobot rata-rata tablet = 8,213 gr : 10 = 0,8213 gr No
Bobot tablet (gr)
1
0,724
2 3
Persen
A (5%)
B (10%)
11,85 %
# Memenuhi
# Memenuhi
0,817
0,52 %
Memenuhi
Memenuhi
0,790
3,81 %
Memenuhi
Memenuhi
penyimpangan tablet
4
0,800
2,59 %
Memenuhi
Memenuhi
5
1,462
78,25 %
# Memenuhi
# Memenuhi
6
0,780
5,03 %
Memenuhi
Memenuhi
7
0,859
4,59 %
Memenuhi
Memenuhi
8
0,754
8,19 %
# Memenuhi
Memenuhi
9
0.935
13,84 %
# Memenuhi
# Memenuhi
10
0,894
9,09 %
# Memenuhi
Memenuhi
Perhitungan (+) 5% = ( 5% x 0,8213 ) + 0,8213 = 0,8624gr (-) 5% = (5% x 0,8213 ) – 0,8213 = 0,7802 gr * Range kolom A 5% = 0,7802 gr – 0,8624 gr (+) 10% = (10% x 0,8213) + 0,8213 = 0,9034 gr (-) 10% = ( 10% x 0,8213) – 0,8213 = 0,7392 gr * Range kolom B 10% = 0,7392 gr – 0,9034 gr
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1.
2. Uji keseragaman ukuran Jangka Sorong
No
Tebal (mm)
Diameter (mm)
1
0,7
1,2
2
0,7
1,2
3
0,7
1,2
4
0,7
1,2
5
0,7
1,2
6
0,7
1,2
7
0,7
1,2
8
0,65
1,2
9
0,8
1,2
10
0,65
1,2
∑ = 0,63
∑ =1,2
Perhitungan : Dik :
Ʃ tebal tablet = 0,63 Ʃ diameter tablet = 1,2
*Persyaratan : Menurut FI III, kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih dari 3X dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet. diameter tablet :
3 x 0,63 = 1,83 (Memenuhi syarat) 1 ⅓ x 0,63 = 0,84 (Memenuhi syarat)
3. Uji kekerasan tablet No
Kekerasan (Kg)
1
5
2
3
3
7
4
2
5
5
6
3
7
4
8
5
9
5
10
5
Perhitungan : Menurut Parrot kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg sedangkan menurut Fonner kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5 kg Dik : Ʃ Kekerasan tablet = 5,14 kg (Memenuhi syarat)
VI.
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan proses penabletan. Digunakan granul yang sudah melewati evaluasi granul pada percobaan kedua sebagai bahan baku pembuatan tablet. Proses penabletas delakukan dengan menimbang sejumlah granul kering hasil dari evaluasi granul pada percobaan kedua, kemudian granul dimasukkan kedalam alt pencetak tablet. Pencetakkan dihentikan ketika sudah dihasilkan tablet sebanyak 10 butir. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan, adapun evaluasi yang dilakukan meliputi, uji keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran dan uji kerapuhan tablet.
Uji keseragaman bobot Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 10 tablet yang dihasilkan,
baik berat keseluruhannya maupun berat masing-masing tablet. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan. Hasil penimbangan tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing- masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang telah ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Hasil perhitungan yang dilakukan berdasarkan data yang dapat, diketahui bahwa tablet yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope
Indonesia karena terdapat lebih dari 2 tablet yang memiliki bobot menyimpang dari harga kolom A dan terdapat pula tablet yang memiliki bobot menyimpang dari harga kolom B.
Uji keseragaman ukuran Parameter yang diperoleh dari penetapan kadar setiap tablet dari sejumlah 10
tablet dimana koefisien variansi hasil penetapan kadarnya dipakai sebagai patokan. Keseragaman kadar dikatakan memenuhi syarat apabila koefisien variansi kurang dari atau sama dengan 5% (Parrott, 1971). Sementara menurut FI edisi III, kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih dari 3X dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet. Berdasarkan uji keseragaman ukuran yang dilakukan, didapat nilai rata-rata diameter tablet yaitu 1.2. kemudian didapat nilai keseragaman ukuran tablet, yaitu : Diameter tablet :
3 x 0,63 = 1,83 1 1/3 x 0,63 = 0,84
Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa tablet yang diujikan memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Uji kekerasan tablet Tahap evalusi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet. Tujuan dari dilakukannya uji
kekerasan ini adalah untuk mengetahui kekuatan tablet dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap perlakukan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet sangat penting diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai masalah bioavailabilitas nyata atau potensial (Ansel 2008). Menurut Parrot kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg, tingkat kekerasan tablet yang melebihi nilai 4-8 kg tidak termasuk dalam hitungan. Sedangkan menurut Fonner kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5 kg. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dari data yang didapat, diketahui bahwa kekerasan dari masing-masing tablet memenuhi persyaratan yang ditentukan. Tablet memiliki nilai kekerasan yang masih berada dalam rentang persyaratan yaitu, 5,14.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kekeasan tablet adalah kompresibilitas alat cetak dan sifat fisikokimia bahan yang dikempa. Jika gaya pengepresan yang digunakan saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima oleh bahan juga akan rendah atau tablet bersifat rapuh (Marais et al 2003).
VII.
KESIMPULAN 1. Tablet yang dihasilkan titik memenuhi persyaratan keseragaman bobot yang ditentukan. 2. Tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan keseragaman ukuran yang ditentukan. 3. Tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan nilai kerapuhan yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III .Departemen kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV .Departemen kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Lachman, L.A.L. Herbert, & L.K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Industri. Diterjemahkan oleh : Siti Suyatmi. Universitas Indonesia Press. Jakarta Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet . Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta Voight, R. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi Edisi V. Diterjemahkan oleh Soewandhi, S. N., Edisi 5. UGM press. Yogyakarta
PERCOBAAN IV EVALUASI TABLET I. TUJUAN a. Memahami cara evaluasi tablet. b. Mencoba melakukan uji keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur.
II. TEORI Tablet adalah suatu sediaan padat baik yang mengandung maupun tidak mengandung bahan-bahan tambahan seperti lubricant, disintegrant, diluents atau zat pengisi, dan zat-zat tambahan yang lainnya. Tablet yang dibuat kualitasnya telah ditentukan pada saat formulasi dibuat. Untuk mengendalikan kualitas tablet yang dihasilkan, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap tablet yang dibuat. Evaluasi tablet me liputi : 1. Keseragaman bobot 2. Kekerasan tablet 3. Kerapuhan 4. Waktu hancur 5. Keseragaman kadar ¸ yaitu ukuran penyimpangan bobot tablet terhadap bobot rataKeseragaman bobot rata dari sejumlah tablet yang masih diperbolehkan menurut persyaratan yang ditentukan. Farmakope Indonesia memberikan batasan penyimpangan dengan variasi berdasarkan bobot tablet yang dikehendaki. Selama berlangsungnya proses penabletan, dilakukan kontrol terhadap bobot tablet secara teratur dalam selang waktu tertentu. Pada proses penabletan, distribusi ukuran granul akan menentukan variasi keseragaman bobot, distribusi ukuran granul yang tidak normal akan mengakibatkan granul mengalir kurang bebas, menimbulkan adanya kecenderungan partikel-partikel granul memisah menjadi lapisan-lapisan dengan ukuran berbeda selama mengalir melalui hopper pada saat penabletan. Dengan demikian variasi bobot yang dihasilkan semakin bertambah. Variasi bobot minimun diperoleh dengan granul yang mempunyai ukuran diameter 400µm sampai dengan 800µm (Rawlins, 1977).
, adalah suatu parameter yang menggambarkan ketahanan tablet Kekerasan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, tekanan dan kemungkinan terjadinya keretakan tablet pada saat pembungkusan atau pengepakkan, pengangkutan atau penyimpanan. Kekerasan tablet sangat berkaitan erat dengan waktu hancurnya. Faktor yang dapat mempengaruhi kekerasan tablet antara lain metoda granulasi, tekanan kompresi, kekerasan granul, serta macam dan jumlah pengikat yang akan digunakan. Tablet yang baik memiliki kekerasan antara 4 – 8 kg (Parrott,1971), sedangkan menurut Fonner et al.(1981), kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5 kg. Tablet yang pembuatannya melalui tahap granulasi, kekerasannya dipengaruhi oleh ikatan yang terjadi antar partikel setelah tablet mengalami pengempaan (Rawlins, 1977). Kekuatan peregangan tablet menurut Rudnic dan Kottke (1996) dapat dihitung lewat kekuatan tablet yaitu jika beban yang diperlukan untuk menghancurkan tablet telah dapat ditentukan. Kekerasan tablet dapat diamati secara diametrikal. Apabila penentuan kekerasan tablet menggunakan arah diameter tablet maka kekuatan peregangan tablet dapat dihitung melalui rumus :
Dimana : σd = Kekuatan peregangan tablet Fd = Kekuatan yang diperlukan untuk menghancurkan tablet D
= Diameter Tablet
H
= Ketebalan Tablet
Sedangkan bila penentuan kekerasan dari arah tebalnya tablet, rumusnya :
Dimana : σf = Kekuatan peregangan tablet Ff
= Kekuatan yang diperlukan untuk menghancurkan tablet
D
= Diameter tablet
D’ =
Jarak antar puncak tablet
H
Tebal tablet
=
, yaitu parameter lain dari ketahan tablet terhadap goncangan dan Kerapuhan pengikisan. Nilai kerapuhan yang baik menurut Parrott (1971) dan Fonner et al. (1981), yaitu tidak boleh lebih dari 1%. Sedangkan menurut Gunsel dan Kanig (1976) nilai kerapuhan tidak boleh lebih dari 0,8%. Rumus perhitungan untuk kerapuhan adalah :
[ ] Dimana : B = Kerapuhan (%) W = Bobot setelah diputar (dalam friability tester), setelah dibebas debukan W0 = Bobot mula-mula, setelah dibebas debukan , yaitu waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam media Waktu hancur yang sesuai, sehingga tidak ada lagi tablet yang tertinggal di atas kasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur tablet antara lain sifat fisik granul, porositas dan kekerasan tablet. Tekanan kompresi pada saat penabletan serta sifat fisik granul akan mempengaruhi porositas dan kekerasan tablet, dengan demikian semakin besar kekerasan tablet, waktu hancurnya akan semakin lama (Parrott, 1971). ¸ yaitu parameter yang diperoleh dari penetapan kadar setiap Keser agaman kadar tablet dari sejumlah 20 tablet dimana koefisien variansi dari hasil penetapan kadarnya dipakai sebagai patokan. Keseragaman kadar dikatakan memenuhi syarat apabila koefisien variansi kurang dari atau sama dengan 5% (Parrott, 1971).
III. ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat :
Hardness tester
Friability tester/abrasive tester
Timbangan
Stop watch
Disintegration tester
3.2 Bahan :
Tablet talkum
Tablet Mg. Stearat
IV. CARA KERJA 1. Uji Keseragaman Bobot Ambil 20 tablet, timbang dan hitung bobot rata-ratanyga. Tmbang lagi satu persatu. Catat penyimpanan bobotnya. Analisa hasilnya dengan persyaratan farmakope indonesia 2. Uji Kekerasan Tablet Letakkan satu tablet pada posisi tegak lurus pada alat Hardness tester selanjutnya putar penelaan alat pelan-pelan sampai tablet pecah. Baca skala alat yang menunjukan kekerasan tablet dalam satuan kg 3. Uji Kerapuhan Ditimbang 20 tablet yang sudah dibebas debukan, kemudian dimasukkan ke dalam abrasive tester, diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Tablet dibebas debukan dai fines yang menempel dan dihitung persen kehilangan bobotnya. 4. Waktu Hancur Sejumlah 6 tablet dimasukkan ke dalam masing-masing tabung pada disintegration tester. Alat tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah diisi air bersuhu antara 36-38ºc sebanyak ± 1000 ml atau sedalam ± 15 cm sehingga dapat naik turunkan denga teratur.
V. DATA DAN PERHITUNGAN 1. Uji Keseragaman Bobot a. Bobot rata – rata tablet talkum 1 = 10,997 g ꞉ 20 = 0,5450 g No
Bobot tablet
% Penyimpangan tablet
A (5%)
B (10%)
1
0,533 g
2,20%
Memenuhi
Memenuhi
2
0,523 g
4,04%
Memenuhi
Memenuhi
3
0,514 g
5,69%
#Memenuhi
Memenuhi
4
0,528 g
3,12%
Memenuhi
Memenuhi
5
0,533 g
1,46%
Memenuhi
Memenuhi
6
0,532 g
2,38%
Memenuhi
Memenuhi
7
0,538 g
1,28%
Memenuhi
Memenuhi
8
0,580 g
6,42%
#Memenuhi
Memenuhi
9
0,501 g
8,07%
#Memenuhi
Memenuhi
10
0,534 g
2,02%
Memenuhi
Memenuhi
11
0,552g
1,28%
Memenuhi
Memenuhi
12
0,505 g
7,34%
#Memenuhi
Memenuhi
13
0,535 g
1,83%
Memenuhi
Memenuhi
14
0,538 g
1,28%
Memenuhi
Memenuhi
15
0,593 g
8,81%
#Memenuhi
Memenuhi
16
0,554 g
1,65%
Memenuhi
Memenuhi
17
0,590 g
8,26%
#Memenuhi
Memenuhi
18
0,532 g
2,38%
Memenuhi
Memenuhi
19
0,580 g
6,42%
#Memenuhi
Memenuhi
20
0,542 g
0,55%
Memenuhi
Memenuhi
Perhitungan (+) 5% = ( 5% x 0,5450) + 0,5450 = 0,5722 g (-) 5% = (5% x 0,5450) – 0,5450 = 0,5177 g * Range kolom A 5% = 0,5177 g – 0,5722 g (+) 10% = (10% x 0,5450) + 0,5450 = 0,5995 g (-) 10% = ( 10% x 0,5450) – 0,5450 = 0,4905 g * Range kolom B 10% = 0,4905 g – 0,5995 g
Rumus = 1. 2.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 3.
b. Bobot rata – rata tablet talkum 2 = 10,786 g ꞉ 20 = 0,5393 g No
Bobot Tablet
% Penyimpangan Tablet
A ( 5% )
B ( 10% )
1
0,624 g
15,70%
#Memenuhi
#Memenuhi
2
0,527 g
2,28%
Memenuhi
Memenuhi
3
0,497 g
7,84%
#Memenuhi
Memenuhi
4
0,525g
2,65%
Memenuhi
Memenuhi
5
0,554 g
2,73%
Memenuhi
Memenuhi
6
0,526 g
2,47%
Memenuhi
Memenuhi
7
0,578 g
7,18%
#Memenuhi
Memenuhi
8
0,600 g
11,25%
#Memenuhi
#Memenuhi
9
0,556 g
3,10%
Memenuhi
Memenuhi
10
0,460 g
14,70%
#Memenuhi
#Memenuhi
11
0,485 g
10,25%
Memenuhi
Memenuhi
12
0,506 g
6,18%
#Memenuhi
Memenuhi
13
0,588 g
9,03%
Memenuhi
Memenuhi
14
0,534 g
0,98%
Memenuhi
Memenuhi
15
0,518g
3,95%
Memenuhi
Memenuhi
16
0,540 g
0,13%
Memenuhi
Memenuhi
17
0,565 g
4,76%
Memenuhi
Memenuhi
18
0,505 g
6,36%
#Memenuhi
Memenuhi
19
0,524 g
2,84%
Memenuhi
Memenuhi
20
0,592 g
9,77%
#Memenuhi
Memenuhi
Perhitungan (+) 5% = ( 5% x 0,5393) + 0,5393 = 0,5663 g (-) 5% = (5% x 0,5393) – 0,5393 = 0,5123 g * Range kolom A 5% = 0,5123 g – 0,5663 g (+) 10% = (10% x 0,5393) + 0,5393 = 0,5932 g (-) 10% = ( 10% x 0,5393) – 0,5393 = 0,485 g * Range kolom B 10% = 0,4854 g – 0,5932 g
2. 3. 1.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19 20 4.
c. Bobot rata – rata tablet Magnesium 1 = 13,137 g ꞉ 20 = 0,6568 No
Bobot Tablet
% Penyimpangan Tablet
A (5%)
B (10%)
1
0,641 g
2,41%
Memenuhi
Memenuhi
2
0,657 g
0,03%
Memenuhi
Memenuhi
3
0,645 g
1,80%
Memenuhi
Memenuhi
4
0,667 g
1,55%
Memenuhi
Memenuhi
5
0,640 g
2,56%
Memenuhi
Memenuhi
6
0,665 g
1,25%
Memenuhi
Memenuhi
7
0,659 g
0,33%
Memenuhi
Memenuhi
8
0,634 g
3,47%
Memenuhi
Memenuhi
9
0,669 g
1,87%
Memenuhi
Memenuhi
10
0,645 g
1,80%
Memenuhi
Memenuhi
11
0,677 g
3,07%
Memenuhi
Memenuhi
12
0,630 g
4,10%
Memenuhi
Memenuhi
13
0,643 g
2,10%
Memenuhi
Memenuhi
14
0,630 g
4,10%
Memenuhi
Memenuhi
15
0,627 g
4,54%
Memenuhi
Memenuhi
16
0,634 g
3,47%
Memenuhi
Memenuhi
17
0,654 g
0,43%
Memenuhi
Memenuhi
18
0,643 g
2,10%
Memenuhi
Memenuhi
19
0,645 g
1,80%
Memenuhi
Memenuhi
20
0,653 g
0,58%
Memenuhi
Memenuhi
Perhitungan (+) 5% = ( 5% x 0,6568) + 0,6568 = 0,6896 g (-) 5% = (5% x 0,6568) – 0,6568 = 0,6240 g * Range kolom A 5% = 0,6240 g – 0,6896 g (+) 10% = (10% x 0,6568) + 0,6568 = 0,7225 g (-) 10% = ( 10% x 0,6568) – 0,6568 = 0,5911 g * Range kolom B 10% = 0,5911 g – 0,7225 g 1) 2) 3) 4) 5)
7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 6)
d. Bobot rata – rata tablet Mangnesium 2 = 12,257 g ꞉ 20 = 0,6128 g No
Bobot Tablet
% Penyimpangan Tablet
A (5%)
B (10%)
1
0,631 g
2,97%
Memenuhi
Memenuhi
2
0,603 g
1,60%
Memenuhi
Memenuhi
3
0,675 g
10,15%
#Memenuhi
#Memenuhi
4
0,690 g
12,60%
#Memenuhi
#Memenuhi
5
0,594 g
3,07%
Memenuhi
Memenuhi
6
0,629 g
2,64%
Memenuhi
Memenuhi
7
0,583 g
4,86%
Memenuhi
Memenuhi
8
0,639 g
4,27%
Memenuhi
Memenuhi
9
0,621 g
1,34%
Memenuhi
Memenuhi
10
0,611 g
0,29%
Memenuhi
Memenuhi
11
0,636 g
3,79%
Memenuhi
Memenuhi
12
0,619 g
1,01%
Memenuhi
Memenuhi
13
0,629 g
2,62%
Memenuhi
Memenuhi
14
0,641 g
4,60%
Memenuhi
Memenuhi
15
0,629 g
2,64%
Memenuhi
Memenuhi
16
0,639 g
4,27%
Memenuhi
Memenuhi
17
0,599 g
2,25%
Memenuhi
Memenuhi
18
0,642 g
4,76%
Memenuhi
Memenuhi
19
0,635 g
3,62%
Memenuhi
Memenuhi
20
0,593 g
3,23%
Memenuhi
Memenuhi
Perhitungan (+) 5% = ( 5% x 0,6128) + 0,6128 = 0,6434 g (-) 5% = (5% x 0,6128) – 0,6128 = 0,5822 g * Range kolom A 5% = 0,5822 g – 0,6434 g (+) 10% = (10% x 0,6128) + 0,6128 = 0,6741 g (-) 10% = ( 10% x 0,6128) – 0,6128 = 0,5515 g * Range kolom B 10% = 0,5515 g – 0,6741 g 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 8)
2. Uji Kerapuhan Tablet Abrasive
No
Nama Tablet
Bobot sebelum di Abrasive
Bobot sesudah di Abrasive
1
Tablet Talkum 1
10,632 g
10,597 g
2
Tablet Talkum 2
10,759 g
10,710 g
3
Tablet Magnesium 1
13,188 g
13,015 g
4
Tablet Magnesium 2
12,247 g
12,165 g
Perhitungan Abrasive : Rumus : B =
F = [ ]
1) 2) 3) 4)
Tablet Talkum 1 Tablet Talkum 2 Tablet Magnesium 1 Tablet Magnesium 2
Friability
Bobot Setelah di
No
Nama Tablet
Bobot Sebelum di Friability
1
Tablet Talkum I
10,582 g (20 tab)
10,029 g (19 tab)
2
Tablet Talkum II
9,707 g (20 tab)
9,672 g (20 tab)
3
Tablet Magnesium I
13,010 g (20 tab)
12,995 (20 tab)
4
Tablet Magnesium II
12,160 g (20 tab)
11,519 (19 tab)
Friability
Perhitungan Friability : Rumus : B =
1) 2) 3) 4)
[ ] F =
Tablet Talkum I Tablet Talkum II Tablet Magnesium I Tablet Magnesium II
3. Uj Waktu Hancur No
Nama Tablet
Waktu
1
Tablet Talkum 1
6 menit
2
Tablet Talkum 2
5 menit
3
Tablet Magnesium 1
6 menit
4
Tablet Magnesium 2
4 menit
4. Uji Keseragaman Ukuran Jangka Sorong
a) Tablet Talkum I No
Tebal (mm)
Diameter (mm)
1
0,4
1,2
2
0,4
1,2
3
0,45
1,2
4
0,45
1,2
5
0,4
1,2
6
0,4
1,2
7
0,4
1,2
8
0,4
1,2
9
0,4
1,2
10
0,4
1,2
Ʃ = 0,41
Ʃ = 1,2
b) Tablet Talkum II No
Tebal (mm)
Diameter (mm)
1
0,4
1,2
2
0,45
1,2
3
0,4
1,2
4
0,45
1,2
5
0,4
1,2
6
0,45
1,2
7
0,45
1,2
8
0,4
1,2
9
0,4
1,2
10
0,4
1,2
Ʃ = 0,42
Ʃ = 1,2
c) Tablet Magnesium I No
Tebal (mm)
Diameter (mm)
1
0,5
1,2
2
0,45
1,2
3
0,5
1,2
4
0,5
1,2
5
0,5
1,2
6
0,5
1,2
7
0,6
1,2
8
0,45
1,2
9
0,45
1,2
10
0,45
1,2
Ʃ = 0,5
Ʃ = 1,2
d) Tablet Magnesium II No
Tebal (mm)
Diameter (mm)
1
0,5
1,2
2
0,5
1,2
3
0,5
1,2
4
0,45
1,2
5
0,5
1,2
6
0,5
1,2
7
0,5
1,2
8
0,5
1,2
9
0,45
1,2
10
0,5
1,2
Ʃ = 0,49
Ʃ = 1,2
Perhitungan : Dik :
Ʃ tebal tablet Talkum I = 0,41 Ʃ diameter tablet talkum I = 1,2
*Persyaratan : Menurut FI III,kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih dari 3X dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet. diameter tablet talcum : 3 x 0,41 = 1,23 (Memenuhi syarat)
1 ⅓ x 0,41 = 0,55 (Memenuhi syarat)
Dik :
Ʃ tebal tablet Talkum II = 0,42 Ʃ diameter tablet talkum II = 1,2
diameter tablet talcum : 3 x 0,42 = 1,26 (Memenuhi syarat)
1 ⅓ x 0,42 = 0,60 (Memenuhi syarat)
Dik :
Ʃ tebal tablet Magnesium I = 0,5 Ʃ diameter tablet Magnesium I = 1,2
Diameter tablet Magnsium : 3 x 0,5 = 1,5 (Memenuhi syarat)
1⅓ x 0, 5 = 0,70 (Memenuhi syarat)
Dik :
Ʃ tebal tablet Magnesium II = 0,49 Ʃ diameter tablet Magnesium II = 1,2
Diameter tablet Magnsium : 3 x 0,49 = 1,97 (Memenuhi syarat)
1⅓ x 0,49 = 0,65 (Memenuhi syarat)
5. Uji Kekerasan Tablet A. Tablet Talkum No
Kekerasan (Kg)
1
9
2
3
3
3
4
4
5
4
6
5
7
6
8
3
9
5
10
5
Perhitungan : Menurut Parrot kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg sedangkan menurut Fonner kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5 kg Dik : Ʃ Kekerasan tablet Talkum I = 4,83kg (Memenuhi syarat)
B. Tablet Talkum II No
Kekerasan (Kg)
1
6
2
8
3
8
4
9
5
6
6
3
7
4
8
4
9
8
10
8
Dik : Ʃ Kekerasan tablet talcum = 6,5kg (Memenuhi syarat)
C. Tablet Magnesium I No
Kekerasan (Kg)
1
9
2
5
3
8
4
8
5
5
6
4
7
3
8
5
9
5
10
4
Dik : Ʃ Kekerasan tablet talcum = 5,5kg (Memenuhi syarat)
D. Tablet Magnesium II No
Kekerasan (Kg)
1
8
2
7
3
5
4
4
5
5
6
5
7
4
8
4
9
4
10
5
Dik : Ʃ Kekerasan tablet Magnesium = 5,1 kg (Memenuhi syarat)
VI.
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan evaluasi tablet. Tujuan dilakukannya evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan adalah untuk mengetahui dan mengendalikan
kualitas tablet yang dihasilkan. Pada praktikum ini, dilakukan beberapa uji evaluasi terhadap tablet, yaitu uji keseragaman bobot, uji kerapuhan tablet, uji waktu hancur, uji keseragaman ukuran, dan uji kekerasan tablet. Tablet yang digunakan adalah tablet dengan pelicin talkum dan tablet dengan pelicin Mg. Stearat. Tujuan digunakannya dua jenis tablet ini adalah untuk membandingkan kualitas tablet dari masing-masing jenis tablet tersebut. A. Uji keseragaman bobot Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet yang dihasilkan, baik berat keseluruhannya maupun berat masing-masing tablet. Penggunaan 20 tablet untuk uji keseragaman bobot ini sesuai dengan yang tercantum pada literatur (FI IV). Dari hasil penimbangan diperoleh bobot tablet yang bervariasi dengan bobot tablet ratarata sebesar; 0,5450 untuk tabet Talkum I; 0,5393 untuk tablet Talkum II; 0,6568 untuk tablet Magnesium I dan 0,6128 untuk tablet Magnesium II. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan. Hasil penimbanngan tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masingmasing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang telah ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Hasil perhitungan yang dilakukan berdasarkan data yang dapat, diketahui bahwa pada tablet Talkum I terdapat penyimpangan bobot sebanyak 7 tablet dan pada tablet Talkum II terdapat penyimpangan bobot sebanyak 8 tablet. Pada tablet Magnesium I tidak terdapat penyimpangan bobot, sementara itu pada tablet Magnesium II terdapat penyimpangan bobot sebanyak 2 tablet. Hal ini menujukkan bahwa tablet dengan pelicin talkum yang dihasilkan belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia karena terdapat lebih dari 2 tablet yang memiliki bobot menyimpang dari harga kolom A. Tablet dengan pelicin magnesium II juga tidak memenuhi persyaratan karena terdapat tablet yang memiliki bobot menyimpang dari harga yang ditetapkan kolom B. Sementara tablet dengan pelicin magnesium I memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya variasi dalam penimbangan bobot antara lain : volume dari berat bahan yang diisikan kedalam cetakan serta garis tengah cetakan dan tekanan yang diberikan pada bahan saat dilakukan kompresi. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu kondisi peralatan yang
digunakan selama proses penabletan seperti berubahnya pengaruh tekanan. (Dirjen POM 1979)
B. Uji kerapuhan tablet Pada uji kerapuhan dilakukan dengan cara memasukkan 20 tablet yang telah ditimbang dari tiap-tiap jenis tablet pada alat uji kerapuhan, yaitu Abrasive tester dan Friabilator. Kemudian alat diputar selama 4 menit dengan kecepata 25 rpm. Setelah diputar selama 4 menit kemudian dilakukan penimbangan kembali pada semua tablet yang sebelumnya sudah dibebas debukan untuk mengetahui perbedaan bobot sebelum dan sesudah dilakukan uji kerapuhan. Hasil yang didapatkan pada uji kerapuhan dengan abrasive tester dan friabilator berturut-turut menunjukan nilai kerapuhan, yakni: 1. Tablet Talkum I sebesar 0,33% dan 5,23 % 2. Tablet Talkum II sebesar 0,45% dan 0,36 % 3. Tablet Magnesium I sebesar 1,31% dan 0,11 % 4. Tablet Magnesium II sebesar 0,67% dan 5,31 % Syarat nilai kerapuhan yang baik menurut Parrot (1971) deab Fonner et al (1981) yaitu tidak boleh lebih dari 1%. Berdasarkan data yang didapat, dapat diketahui pada pengujian dengan abrasive tester tablet Talkum I, Talkum II dan Magnesium II memenuhi syarat dengan nilai kerapuhan kurang dari 1%. Sementara tablet Magnesium I tidak memenunug syarat kaean mempunyai nilaki kerapuhan lebih dari 1%. Sementara pada pengujian dengan friabiloator, tablet Talkum II dan Magnesium I memenuhi syarat dengan nilai kerapuhan kurang dari 1%, sementara tablet Talkum I dan tablet Magnesium II tidak memenuhi syarat karena mempunyai nilai kerpuhan lebih dari 1 %. Perbedaan nilai kerapuhan yang terjadi pada tablet Talkum I dan dan tablet Magnesium II pada uji abrasive tester dan friabilator mungkin dikarenakan kerapuhan
tablet telah berkurang karena telah melewati uji dengan abrasive tester, sehingga ketika diuji dengan friabilator nilai kerapuhan tablet membesar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet diantaranya yaitu pengikat yang digunakan tidak terdistribusi dengan homogen didalam tablet atau dapat diakibatkan oleh kesalahan saat proses kompresi tablet. C. Uji waktu hancur Syarat untuk penentuan tablet dinyatakan hancur menurut FI edisi III yaitu, tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput. Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu persatu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas. Berdasarkan daya yang didapatkan dari uji menggunakan alat disintegration tester diperoleh hasil, yaitu: 1. Tablet Talkum I memiliki waktu hancur 6 menit 2. Tablet Talkum II memiliki waktu hancur 5 menit 3. Tablet Magnesium stearate I memiliki waktu hancur 6 menit 4. Tablet Magnesium stearate II memiliki waktu hancur 4 menit Dari hasil uji dengan alat disintegration tester pada keempat jenis tablet tersebut (tablet Talkum I, Talkum II, Magnesium stearat I, Magnesium stearat II), dapat diketahui bahwa kekempat jenis tablet tersebut memenuhi persyaratan yang diatur oleh Farmakope Indonesia dimana waktu hancur dari tablet tidak bersalut kurang dari 15 menit. D. Uji keseragaman ukuran Parameter yang diperoleh dari penetapan kadar setiap tablet dari sejumlah 10 tablet dimana koefisien variansi hasil penetapan kadarnya dipakai sebagai patokan. Keseragaman kadar dikatakan memenuhi syarat apabila koefisien variansi kurang dari atau sama dengan 5% (Parrott, 1971).
Sementara menurut FI edisi III, kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih dari 3X dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet. Berdasarkan uji keseragaman ukuran yang dilakukan, didapat nilai keseragaman ukuran dari masing-masing jenis tablet, yaitu : Tablet Talkum I :
3 x 0,41 = 1,23 1 1/3 x 0,41 = 0,55
Tablet Talkum II :
3 x 0,42 = 1,26 1 1/3 x 0,42 = 0,60
Tablet Magnesium I : 3 x 0,5 = 1,5 11/3 x 0,5 = 0,70 Tablet Magnesium II : 3 x 0,49 = 1,97 11/3 x 0,49 = 0,65 Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa tablet dari masing-masing jenis tablet yang diujikan memenuhi syarat yang telah ditentukan.
E. Uji kekerasan tablet Tahap evalusi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet. Tujuan dari dilakukannya uji kekerasan ini adalah untuk mengetahui kekuatan tablet dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap perlakukan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet sangat penting diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai masalah bioavailabilitas nyata atau potensial (Ansel 2008). Pada uji kekerasan tablet digunakan 10 tablet dari masing-masing tablet Talkum I, Talkum II, dan Magnesium I, Magnesium II, kemudian satu persatu tablet diuji dengan hardness tester. Menurut Parrot kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg, tingkat kekerasan tablet yang melebihi nilai 4-8 kg tidak termasuk dalam hitungan. Sedangkan menurut Fonner kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5 kg. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dari data yang didapat, diketahui bahwa kekerasan dari masing-masing tablet memenuhi persyaratan yang ditentukan, baik tablet
Talkum I, Talkum II, ataupun Magnesium I, Magnesium II. Keempatnya memiliki nilai kekerasan yang masih berada dalam rentang persyaratan yaitu, untuk tablet Talkum 1 mempunyai nilai kekerasan 4,83 kg, Talkum II 6,5 kg, Magnesium I 5,5 kg, dan Magnesium II 5,1 kg. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kekeasan tablet adalah kompresibilitas alat cetak dan sifat fisikokimia bahan yang dikempa. Jika gaya pengepresan yang digunakan saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima oleh bahan juga akan rendah atau tablet bersifat rapuh (Marais et al 2003).
VII.
KESIMPULAN 1. Pada uji keseragaman bobot diperoleh hasil bahwa penyimpangan bobot rata-rata tablet Talkum I, tablet Talkum II dan Tablet Magnesium stearat II tidak memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. Sementara penyimpangan bobot rata-rata Tablet Magnesium stearat I memenuhi syarat yang telah ditentukan pada Farmakope Indonesia edisi III. 2. Pada kerapuhan tablet diperoleh hasil bahwa, pada uji dengan abrasive tester tablet Magnesium stearat I tidak memenuhi syarat, sedangkan tablet Talkum I, Talkum II dan Magnesium sterat II memenuhi syarat dengan nilai kerapuhan <1%. Pada uji dengan friabilator, tablet Talkum I dan Magnesium stearat II tidak memenuhi persyaratan sedangkan tablet Talkum II dan Magnesium stearat I memenuhi syarat dengan nilai kerapuhan <1%. 3. Pada waktu hancur dari keempat tablet tersebut menunjukan bahwa keempat tablet tersebut memenuhi syarat waktu hancur yang ditentukan yaitu kurang dari 15 menit. 4. Pada kekerasan tablet menunjukan bahwa tablet memenuhi syarat yang ditentukan karena memiliki nilai kekerasan antara 4-8 kg.