LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PADA KEBUTUHAN CINTA DAN KASIH SAYANG A. Definisi
Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan di mana seseorang berkeinginan untuk menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau hubungan emosional dengan orang lain. Dorongan ini akan menekan seseorang sedemikian rupa, sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan cinta kasih dan perasaan memiliki (Alimul,2009).
Kebutuhan akan mencintai dan dicintai ini sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang terutama untuk seorang anak. Cinta berhubungan dengan emosi, bukan dengan intelektual. Perasaan lebih berperan dalam cinta daripada proses intelektual. Walaupun demikian, cinta dapat diartikan sebagai keadaan untuk saling mengerti secara dalam dan menerima sepenuh hati. Setiap individu, termasuk klien yang dirawat oleh perawat, memerlukan terpenuhinya kebutuhan mencintai dan dicintai. Klien merupakan individu yang berada dalam kondisi ketidakberdayaan karena sakit yang dialaminya.Pada kondisi ini diperlukan sentuhan perawat yang dapat memberikan kedamaian dan kenyamanan.Oleh karena itu, setiap perawat harus memiliki pemahaman yang benar mengenai konsep dalam pemenuhan kebutuhan cinta dan kasih sayang (Alimul,2009).
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadaminta yaitu perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada seseorang. Dalam berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih sayang sadar atau tidak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduannya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Seorang remaja menjadi frustasi, morfinis, berandalan dan sebagainya itu disebabkan karena kekurangan perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
Menurut Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.
1
B. Mekanisme Fisiologis
Cinta memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluaraga dan pememliharaan anak, hubungan yang erat di masyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta merupakan pengikat yang kokoh antara manusia dengan tuhannya sehingga manusia menyembah tudah dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya dan berpegang teguh pada syariat-Nya. 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan cinta dan kasih sayang Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono terdapat 3 unsur yang mempengaruhi cinta dan kasih sayang: a) Keterikatan Adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia. b) Keintiman Adanya kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa tidak ada jarak lagi. c) Kemesraan Adanya rasa ingin membelai dan dibelai, rasa rindu, adanya ungkapanungkapan yang menunjukan rasa sayang.
2.
Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada kebutuahan cinta dan kasih sayang a) Dalam masalah intelektual 1)
Mempengaruhi kemampuan pikir seperti halnya memahami proses ‘sebab-akibat’. Ketidakstabilan
atau
ketidak
konsistenan
sikap
orang
tua,
mempersulit anak melihat hubungan sebab akibat dari perilakunya dengan sikap orang tua yang diterimanya. Dampaknya akan meluas pada kemampuannya dalam memahami kejadian atau peristiwa peristiwa lain yang dialami sehari-hari. Akibatnya, anak jadi sulit belajar dari kesalahan yang pernah dibuatnya. 2)
Kesulitan belajar Kurangnya kasih sayang dengan orang tua, membuat anak lamban dalam memahami, baik itu instruksi maupun pola-pola yang seharusnya bisa dipelajari dari perlakuan orang tua terhadapnya, atau kebiasaan yang dilihat/dirasakannya.
3)
Sulit mengendalikan dorongan Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, membuat anak sulit menemukan kepuasan atas situasi/perlakuan yang diterimanya,
2
meski bersifat positif. Ia akan terdorong untuk selalu mencari dan mendapatkan perhatian orang lain. Untuk itu, ia berusaha sekuat tenaga, dengan caranya sendiri untuk mendapatkan jaminan bahwa dirinya bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
b) Dalam masalah emosional 1)
Gangguan bicara Menurut sebuah hasil penelitian, problem kasih sayang yang dialami anak sejak usia dini, dapat mempengaruhi kemampuan bicaranya. Dalam dunia, psikologi, hingga usia 2 tahun dikatakan sebagai masa oral. Pada masa ini anak mendapatkan kepuasan melalui mulut (menghisap-mengunyah makanan dan minuman). Oleh sebab itulah, proses menyusui merupakan proses yang amat penting untuk membangun rasa aman yang didapat dari pelukan dan kehangatan tubuh sang ibu.
2)
Memang, secara psikologis anak yang merasakan ketidaknyamanan akan kurang percaya diri dalam mengungkapkan keinginannya. Atau kurangnya kasih saying tersebut membuat anak berpikir bahwa orang tua tidak mau memperhatikannya sehingga ia lebih banyak menahan
diri. Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa
mengungkapkan diri, berbicara atau mengekspresikan diri lewat kata-katanya. Perlu diketahui, melalui komunikasi yang hangat seorang ibu terhadap bayinya, lebih memacu perkembangan kemampuan bicara anak karena si anak terpacu untuk merespon kata-kata ibunya.
c) Gangguan pola makan Ada banyak orang tua yang kurang reponsif/ kurang tanggap terhadap tangisan bayinya. Mereka takut jika terlalu menuruti tangisan bayinya, kelak ia akan jadi anak manja dan menjajah orang tua. Padahal, tangisan seorang bayi adalah suatu cara untuk mengkomunikasikan adanya kebutuhan seperti halnya rasa lapar atau haus.
d)
Perkembangan konsep diri yang negatif Ketiadaan perhatian orang tua, sering mendorong anak membangun image bahwa dirinya mandiri dan mampu hidup tanpa bantuan siapa pun, image itu berusaha keras ditampilkan untuk menutupi kenyataan yang sebenarnya. Padahal, dalam dirinya tersimpan ketakutan, rasa
3
kecewa, marah, sakit hat terhadap orang tua, sementara ia juga menyimpan presepsi yang buruk terhadap diri sendiri. Ia merasa tidak diperhatikan, merasa disingkirkan, merasa tidak berharga sehingga orang tua tidak mau mendekat padanya- dan, memang ia juga merasa tidak ingin didekati. Tanpa sadar semua perasaan itu diekspresikan melalui tingkah laku yang aneh-aneh, yang orang menyebutnya ‘nakal’, ‘liar’, ‘menyimpang’. Mereka juga terlihat suka menuntut secara berlebihan, suka mencari perhatian dengan cara-cara yang negatif.
e)
Sulit membedakan sesuatu Anak akan sulit melihat mana yang baik dan tidak, yang boleh dan tidak boleh, yang penting dan kurang penting, dari keberadaan orang tua yang juga tidak bisa menjamin ada tiadanya, yang tidak dapat memberikan patokan moral dan norma karena mereka mengalami kesulitan dengan dirinya sendiri. Tidak jarang anak-anak tersebut memunculkan sikap dan tindakan seperti: suka berbohong(yang sudah tidak wajar), mencuri(karena ingin mendapatkan keinginannya), suka merusak dan menyakiti(baik diri sendiri maupun orang lain), dan menurut sebuah penelitian, mereka cenderung tertarik pada darah, api dan benda tajam
C. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Cinta Dan Kasih Sayang
1. Pengkajian a) Faktor Predisposisi 1)
Faktor genetik, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.
2)
Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri.
Freud
mengatakan
bahwa
kehilangan
obyek/orang,
ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri. 3)
Teori
kehilangan,
berhubungan
dengan
factor
perkembangan
misalnya kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis denagn orang yang sangat dicintai, individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. 4)
Teori kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai akibat gangguan perkembangan terhadap penilaian diri, yaitu penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi gangguan proses pikir. Individu
4
menjadi pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak harapan. 5)
Model belajar ketidakberdayaan, mengemukakan bahwa depresi terjadi
karena
individu
mempunyai
pengalaman
kegagalan-
kegagalan, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupannya
sehingga
ia
tidak
berupaya
mengembangkan respons yang adaptif. 6)
Model perilaku, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya penguatan positif selama bereaksi dengan lingkungan.
7)
Model biologis, mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.
b) Faktor Presipitasi 1) Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri. 2) Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah 3) Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya depresi, terutama pada wanita. 4) Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter personal dan organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung social, menambah stress individu. 5) Ketidakseimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam perasaan. Khususnya obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif. Kebanyakan penyakit kronis yang melemahkan sering disertai depresi. Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika disertai kerusakan organic dan gejala depresi secara klinik.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul
a) Diagnosa 1: Ketidakefektifan koping, 00069 (NANDA,2015) Definisi: Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidakadekuatan
pilihan
respons
yang
dilakukan,
dan/atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia.
5
Batasan karakteristik: -
Akses dukungan sosial tidak adekuat
-
Kesulitan mengorganisasi informasi
-
Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
-
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
-
Ketidakmampuan meminta bantuan
-
Ketidakmampuan mengatasi masalah
-
Ketidakmampuan menghadapi situasi
-
Ketidakmampuan mengikuti informasi
-
Kurang perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan
-
Kurang resolusi masalah
-
Letih
-
Penyalahgunaan zat
-
Perilaku destruktif terhadap diri sendiri
-
Perilaku mengambil risiko
-
Perubahan konsentrasi
-
Strategi koping tidak efektif
Faktor yang berhubungan: -
Dukungan
sosial
yang
tidak
adekuat
yang
diciptakan
oleh
karakteristik hubungan
b)
-
Gangguan pola melepaskan ketegangan
-
Kurang percaya diri dalam kemampuan mengatasi masalah
-
Sumber yang tersedia tidak akurat
-
Ragu
-
Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
Diagnosa 2 : Kepedihan Kronis, 00137 (NANDA,2015) Definisi : Pola kesedihan mendalam yang rekuren, berulang, dan berpotensi progresif yang dialami (oleh orang tua, pemberi asuhan, individu yang sakit kronis atau disabilitas) dalam berespons terhadap kehilangan yang kontinu, melalui perjalanan penyakit atau disabilitas. Batasan Karakteristik : -
Kesedihan (misalnya periodik, berulang)
-
Perasaan negatif yang berlebihan
-
Perasaan yang memengaruhi kesejahteraan (mis, personal, sosial).
6
Faktor yang berhubungan :
c)
-
Disabilitas kronis (mis, fisik atau mental)
-
Kehilangan kesempatan
-
Kehilangan tempat bersandar
-
Kematian orang terdekat
-
Krisis dalam manajemen disabilitas
-
Krisis dalam manajemen penyakit
-
Krisis yang berhubungan dengan tahap perkembangan
-
Menjadi pemberi asuhan dalam waktu lama
-
Penyakit kronis.
Diagnosa 3 : Risiko Kesepian, 00054 (NANDA,2015) Definisi : Rentan mengalami ketidaknyamanan yang berkaitan dengan keinginan atau kebutuhan untuk melakukan lebih banyak kontak dengan orang lain.
Faktor Risiko : -
Deprivasi afek
-
Deprivasi emosional
-
Isolasi fisik
-
Isolasi sosial
3. Perencanaan No
1
Diagnosa Ketidakefektifan koping, 00069 (NANDA,2015)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan/atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia.
Batasan karakteristik: - Akses dukungan sosial tidak adekuat - Kesulitan mengorganisasi informasi
NOC
NIC
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan Koping dan tingkat stress menjadi efektif, dengan skala 5, Kriteria Hasil : - Mengidentifikasi pola koping yang efektif - Menyatakan perasaan akan kontrol (diri) - Melaporkan pengurangan stress - Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi stress - Menggunakan strategi koping yang
Peningkatan koping 1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang tepat 2. Bantu pasien untuk memecah tujuan yang komplek menjadi lebih kecil, dengan langkah yang dapat dikelola 3. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif 4. Dukung sikap pasien terkait dengan harapan yang realistis sebagai upaya untuk mengatasi perasaan
7
-
-
2
Ketidakmampuan memenuhi harapan peran Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar Ketidakmampuan meminta bantuan Ketidakmampuan mengatasi masalah Ketidakmampuan menghadapi situasi Ketidakmampuan mengikuti informasi Kurang perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan Kurang resolusi masalah Letih Penyalahgunaan zat Perilaku destruktif terhadap diri sendiri Perilaku mengambil risiko Perubahan konsentrasi Strategi koping tidak efektif
efektif ketidakberdayaan Mengidentifikasi 5. Dukungbaktivitas beberapa strategi aktivitas sosial dan koping komunitas (agar bisa Melaporkan dilakukan) peningkatan kenyamanan Dukungan pengambilan psikologis keputusan Melaporkan 1. Tentukan apakah penurunan perasaan terdapat perbedaan negatif antara pandangan pasien dan pandangan penyedia perawatan kesehatan mengenai kondisi pasien 2. Bantu pasien untuk mengklarifikasi nilai dan harapan yang mungkin akan membantu dalam membuat pilihan yang penting dalam hidupnya 3. Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif pilihan 4. Hormati hak-hak pasien untuk menerima atau tidak menerima informasi 5. Fasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif
-
-
-
Faktor yang berhubungan: - Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan - Gangguan pola melepaskan ketegangan - Kurang percaya diri dalam kemampuan mengatasi masalah - Sumber yang tersedia tidak akurat - Ragu - Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat Kepedihan Kronis, 00137 (NANDA,2015)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan Tingkt Definisi : depresi, resolusi Pola kesedihan mendalam yang berduka, keparahan rekuren, berulang, dan penderitaan berkurang, berpotensi progresif yang dengan skala 5, dialami (oleh orang tua, pemberi asuhan, individu yang Kriteria hasil : sakit kronis atau disabilitas) - Perasaan depresi tidak dalam berespons terhadap ada kehilangan yang kontinu, - Kehilangan minat melalui perjalanan penyakit atau pada kegiatan tidak disabilitas. ada - Peristiwa kehidupan
8
Fasilitasi proses berduka 1. Identifikasi kehilangan 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi reaksi awal terhadap kehilangan 3. Dukung pasien untuk mengekspresikan perasaan mengenai kehilangan 4. Berikan instruksi dalam proses fase berduka dengan tepat 5. Komunikasikan penerimaan dalam
Batasan Karakteristik : - Kesedihan (misalnya periodik, berulang) - Perasaan negatif yang berlebihan - Perasaan yang memengaruhi kesejahteraan (mis, personal, sosial).
-
Faktor yang berhubungan : - Disabilitas kronis (mis, fisik atau mental) - Kehilangan kesempatan - Kehilangan tempat bersandar - Kematian orang terdekat - Krisis dalam manajemen disabilitas - Krisis dalam manajemen penyakit - Krisis yang berhubungan dengan tahap perkembangan - Menjadi pemberi asuhan dalam waktu lama - Penyakit kronis.
3
Risiko Kesepian, (NANDA,2015)
00054
Definisi : Rentan mengalami ketidaknyamanan yang berkaitan dengan keinginan atau kebutuhan untuk melakukan lebih banyak kontak dengan orang lain. Faktor Risiko : - Deprivasi afek - Deprivasi emosional - Isolasi fisik - Isolasi sosial
yang negatif tidak ada Rasa bersalah yang berlebian tidak ada Kelelahan tidak ada Kesedihan tidak ada Keputusasaan tidak ada Kesendirian tidak ada Penurunan harga diri tidak ada Penggunaan narkoba tidak ada
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan Keparahan kesepian, tingkat kecemacan sosial tidak ada, dengan skala 5, Kriteria hasil : - Rasa ketakutan yang tak beralasan tidak ada - Rasa kehilangan harapan tidak ada - Rasa tidak memiliki tidak ada - Rasa dicampakkan tidak ada - Kesulitan dalam mengatasi perpisahan tidak ada - Rasa tidak dimengerti orang lain tidak ada - Rasa kehilangan harapan tidak ada - Kesulitan dalam membuat kontak dengan orang lain
9
rangka mendiskusikan kehilangan Inspirasi Harapan 1. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi area dari harapan dalam hidup 2. Demonstrasikan harapan dengan menunjukkan bahwa sesuatu dalam diri pasien adalah sesuatu yang berharga dan memandang bahwa penyakit pasien adalah hanya satu sei dari indiidu 3. Ajarkan pengenalan realitas dengan mensurvey situasi dan membuat rencana kedepan 4. Bantu pasien mengembangkan spiritualitas diri 5. Kembangkan daftar mekanisme koping pasien. Terapi Aktivitas 1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas spesifik 2. Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitasaktivitas yang biasa dilakukan (mis, bekerja, dan aktivitas-aktivitas yang disukai 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan memperoleh sumbersumber yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas yang diinginkan 4. Dorong aktivitas kreatif yang tepat 5. Berkolaborasi dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis rekreasional dalam
-
tidak ada Depresi tidak ada Gangguan tidur tidak ada
perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang diperlukan. Peningkatan sosialisasi 1. Anjurkan kegiatan sosial dan masyarakat 2. Tingkatkan berbagi masalah umum dengan orang lain 3. Bantu meningkatkan kesadaran pasien mengenai kekuatan dan keterbatasaketerbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain. 4. Berikan umpan balik positif saat pasien bersedia menjangkau orang lain 5. Fasilitasi masukan pasien dan perencanaa kegiatan di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz Alimul H.2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika Bulechek, Gloria M et all. 2016 Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam bahasa Indonesia dalam Intansari Nurjanah dan Roxsana Devi Tumanggor (eds). Amsterdam : ELSEVIER. Carpenito, Lynda Jual &Moyet.2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13.Jakarta:EGC Herdman, T. Heather, 2015. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 20152017, Jakarta : EGC. Moorhead, sue et all. 2016 Nursing Outcomes Classification (NOC) pengukuran Outcomes Kesehatan edisi kelima bahasa Indonesia dalam Intansari Nurjanah dan Roxsana Devi Tumanggor (eds). Amsterdam : ELSEVIER.
Banjarmasin, Preceptor Akademik,
Oktober 2017
Preceptor Klinik,
Mira, S.Kep.,Ns
Chairiyati, S.Kep.,Ns
10
11