LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2 Jurusan Teknik Lingkungan – Universitas Universitas Bakrie Gasal 2016/2017 Kelompok 6 1. Luthfiaqmar Rizky Pratiwi (1152005021) 2. Pradhika Ardi Nugraha
(1152005007) (1152005007)
Asisten: Nada Nazihah
NITROGEN DIOKSIDA (NO2) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Udara adalah salah satu komponen yang sangat penting dan dibutuhkan oleh makhluk hidup. Udara sangat dibutuhkan makhluk hidup terutama dalam proses pernapasan. Oleh karenanya, untuk bernapas dengan baik dibutuhkan udara dengan kualitas yang baik pula. Namun, tuntutan manusia dalam memenuhi kebutuhannya menyebabkan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor serta industri (Fardiaz, 1992). Pencemaran udara terjadi jika komposisi zat-zat yg ada di udara melampaui ambang batas yang ditentukan. Adanya bahan-bahan
kimia yang melampaui batas dapat
membahayakan kesehatan manusia, mengganggu kehidupan hewan dan tumbuhan dan terganggunya iklim (cuaca) dengan aktivitas manusia serta kemajuan teknologi terutama akibat proses pembakaran bahan bakar di industri atau kendaraan bermotor, maka banyak gas-gas yang dihasilkan dan bercampur dengan udara sebagai zat pencemar. Bahan kimia yang merupakan zat pencemar udara adalah karbondioksida (CO 2), karbonmonoksida (CO), sulfurdioksida (SO 2), Nitrogen Dioksida (NO 2), senyawa hidrokarbon, dan partikulat logam berat. Pada penelitian ini praktikan menentukan konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO 2) sebagai senyawa pencemar udara ambien dengan menggunakan metode Griess Saltzman dan membuat kurva kalibrasi hubungan antara nilai absorbansi a bsorbansi dan jumlah NO 2 (Fardiaz, 1992).
1.2. Tujuan Percobaan
Mengukur kadar Nitrogen Dioksida (NO 2) dengan metode Griess-Saltzman Griess-Saltzman secara spektrofotometri pada udara ambien di pakiran Fakultas Seni Rupa dan Desain, Kampus A Universitas Trisakti.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat dan Karakteristik Nitrogen dioksida (NO 2)
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Udara mengandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara yang normal merupakan campuran gas-gas meliputi 78% N 2; 20% O2; 0,93% Ar ; 0,03% CO 2 dan sisanya terdiri dari neon (Ne), neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen (H2). Sebaliknya, apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/ terpolusi (Giddings 1973). Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Masuknya bahan-bahan atau zat-zat asing ke dalam udara selalu menyebabkan perubahan kualitas udara. Masuknya bahan-bahan atau zat-zat asing tersebut tidak selalu menyebabkan pencemaran udara. Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan teknologi serta lalu-lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi (Arya Wardana 2001). Nitrogen oksida (NOx) adalah senyawa gas yang terdapat di udara bebas (atmosfir) yang sebagian besar terdiri atas nitrit oksida o ksida (NO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) serta berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih lebih sedikit. sedikit. Kedua macam gas tersebut mempunyai mempunyai sifat yang sangat berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati diamat i karena gas tersebut tidak bewarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya merah kecoklatan. Sifat racun gas NO 2 empat kali lebih kuat dari pada toksiksitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO 2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematiannya (Soegianto 2005).
Udara yang tercemar oleh gas Nitrogen Dioksida(NO 2) tidak hanya berbahaya bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NO 2 pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada konsentrasi lebih tinggi, gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun, dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna. Pencemaran udara o leh gas NO2 juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil Nitrates yang disingkat dengan PAN. PAN ini menyebabkan iritasi pada mata sehingga mata terasa pedih dan berair (Soegianto 2005). Standar untuk menentukan kualitas udara disebut baku mutu udara ambien ( ambient air quality standart ) pada setiap negara. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi komponen yang ada atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu udara ambien memiliki 13 parameter, tiap parameter disertai dengan nilai maksimalnya. Nilai-nilai tersebut umumnya dinyatakan dalam (μg) permeter kubik udara dalam kondisi normal (umumnya pada suhu 250 C dan tekanan 1 atmosfer) kualitas udara ambien dikatakan baik jika konsentrasi polutan polutannya masih dibawah nilai baku mutunya (Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999).
2.2 Sumber dan Distribusi Nitrogen dioksida (NO 2)
Pembentukan nitrogen (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2) merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk nitrogen monoksida (NO), yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk nitrogen dioksida (NO 2). Emisi NO X dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena umber utama NO X yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NO X buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas dan bensin (Depkes RI, 2001). Selain itu, NO 2 dapat dihasilkan dari perilaku merokok dalam ruangan (Akhadi, 2009). Kadar NOX diudara perkotaan biasanya 10-100 kali lebih tinggi dari pada udara pedesaan. Kadar NOX di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Sejak tahun 1970, EPA(Enviromental Protection Agency) telah mencatat emisi dari enam prinsip polusi udara yang diantaranya adalah karbon monoksida, timbal, nitrogen oksida, parikulat, sulfur dioksidan dan VOC(Volatile Organic Compound). Emisi dari polutan-polutan tersebut mengalami penurunan secara signifikan kecuali NO X yang mengalami peningkatan dengan perkiraan 10 persen dari periode tersebut (Putri dan Driejana, 2009).
Sebagian NO yang terdapat diatmosfir akan diubah menjadi NO 2 melalui proses yang disebut siklus fotolisis NO2 yang bukan merupakan reaksi langsung dengan oksigen. Adapun tahap-tahap reaksi siklus fotolisis NO2 adalah sebagai berikut : a) NO2 mengabsorpsi energy dalam bentuk sinar ultraviolet dari matahari. b) Energi yang diabsorpsi tersebut memecah molekul – molekul NO 2 menjadi molekul- molekul NO dan atom-atom oksigen yang sangat reaktif. c) Atom-atom oksigen akan bereaksi dengan oksigen atmosfer membentuk O 3 yang merupakan polutan sekunder. d) O3 akan bereaksi dengan NO membentuk NO 2 dan O3 Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor. Perubahan kadar NO x berlangsung sebagai berikut: a) Sebelum matahari terbit, kadar Nitrogen Monoksida (NO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) tetap stabil dengan kadar sedikit lebih tinggi dari kadar minimum sehari – hari. b) Setelah aktivitas manusia meningkat jam 6-8 pagi kadar N itrogen Dioksida (NO2) meningkat terutama karena meningkatnya aktivitas lalu lintas yaitu kendaraan bermotor. c) Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet kadar nitrogen dioksida (NO2 ) sekunder pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm. d) Kadar ozon meningkat dengan menurunnya kadar Nitrogen Monoksida (NO) meningkat kembali. e) Jika intesitas sinar matahari menurun pada sore hari jam 5-8 kadar Nitrogen Monoksida (NO2) meningkat kembali. f) Energi matahari tidak mengubah Nitrogen Monoksida (NO) menjadi Nitrogen Dioksida (NO2) melalui reaksi hidrokarbon tetapi Ozon (O 3) g) 2.3. Dampak Nirogen Dioksida (NO 2)
Nitrogen Dioksida (NO2) empat kali lebih beracun dari pada nitrogen monoksida (NO). Nitrogen dioksida bersifat racun terutama terhadap paru. Polutan Nitrogen Dioksida (NO2) yang tersebar di udara bersifat toksik bagi tubuh manusia. Efek yang ditimbulkan bergantung pada dosis serta lama pemaparan yang diterima oleh seseorang. Apabila masuk ke dalam paru paru akan membentuk asam nitrit (HNO2) dan asam nitrat (HNO 3) yang merusak jaringan
mocuos. Kadar gas Nitrogen Dioksida (NO2) antara 50 – 100 ppm dapat menyebabkan peradangan paru-paru pada orang yang terpapar beberapa menit saja. Namun gangguan kesehatan itu dapat sembuh dalam waktu 6-8 minggu. Jika kadarnya mencapai 150-200 ppm. Gangguan kesehatannya berupa pemampatan bronshioli. Karena gangguan itu seseorang dapat meninggal dalam waktu 3-5 minggu setelah pemaparan. Jika kadar pencemar (NO 2) mencapai lebih dari 500 ppm, gangguan yang timbul adalah kematian dalam waktu 2-10 hari. Apabila bereaksi dengan uap air dalam udara atau larut pada tetesan air, polutan Nirogen Dioksida (NO2) di dalam udara juga dapat berperan sebagai sumber nitrit atau nitrat di lingkungan. Kedua senyawa itu dalam jumlah besar dapat menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan, diare campur darah disusul oleh konvulsi, koma dan bisa tidak tertolong akan meninggal. Keracunan kronis akan menyebabkan depresi umum, sakit kepala dan gangguan mental (Akhadi, 2009). Di dalam tubuh manusia, nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin (metHb). Apabila jumlahnya melebihi kadar normal, akan menyebabkan methemoglobineamia. Pada bayi sering dijumpai karena pembentukan enzim yang dapat menguraikan metHb menjadi Hb masih belum sempurna. Akibat dari gangguan ini, tubuh bayi akan kekurangan oksigen sehingga mukanya akan tampak membiru atau ser ing dikenal dengan bayi biru. Pencemaran udara o leh NO 2 dapat mengakibatkan terjadinya radang paru dan jika hal ini berlangung terus-menerus dapat megakibatkan kelainan fatal paru obstruktif, yang disebut penyakit paru obstruktis (Mukono, 2003).
2.4 . Baku Mutu
Tabel 2.4.1 Baku Mutu NO2 di Udara Ambien Parameter
Nitrogen Dioksida (NO2)
waktu
baku mutu NO2 (ug/Nm³) Gubernur DKI
Nasional
WHO
1 jam
400
400
200
24 jam
92,5
150
-
1 tahun
60
100
40
2.5. Pengendalian Dan Penanggulangan Nitrogen dioksida (NO 2)
Pengendalian
Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik. b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala. c) Memasang filter pada knalpot.
Sumber Tidak Bergerak
a) Mengganti peralatan yang rusak. b) Memasang scruber pada cerobong asap. c) Memodifikasi pada proses pembakaran.
Manusia
Apabila kadar NO2 dalam udara ambien telah melebihi baku mutu 150 ug/Nm3 (Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999) dengan waktu pengukur 24 jam maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya : a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas. b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
Penanggulangan Langkah-langkah penanggulangan dampak nitrogen dioksida adala h: a) Mengatur pertukaran udara agar berjalan dengan baik, seperti dengan menggunakan LEV b) Bila terjadi keracunan sebaiknya langsung diberika pernapasan buatan atau dibawa ke rumah sakit terdekat
III. ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat Tabel 3.1 Tabel Alat Nitogen Dioksida (NO 2) No.
Alat
1
Pompa Vakum
Gambar
‘
2
Midget Impinger.
3
Stopwatch
No.
Alat
Gambar
4
Kabel Rol
5
Pipet Volume 50 ml
6
Bulb
7
Labu Ukur 25 ml
No
Alat
8
Corong
9
Hygrometer
10
Anemometer
11
Barometer
Gambar
No.
Alat
Gambar
12
Spektrofotometer
3.2 Tabel Bahan sulfur dioksida (NO 2) No.
1
Bahan
Konsentrasi
Jumlah
Larutan
-
50 ml
-
-
Griess Saltzman
2
Vaseline
Gambar
No.
3
Bahan
Kosentrasi
Jumlah
-
-
-
25 ml
Granular
Larutan 4
penjerap Uji NO
Larutan 5.
penjerap Uji NO2
25 ml
Gambar
IV. CARA KERJA 4.1. Skema diagram sampling
Mengisi botol impinge
Membungkus impinger
dengan larutan Griess
dengan alumunium foil
Saltzamn 50 ml
Menyusun rangkaian alat (corong, botolimpinger, flow meter, dan pompa vakum)
Mematikan pompa
Mencatat laju alir 3 x
Menghidupkan pompa
vakum
(awal,tengah,akhir)
dan mengatur laju alir 0,5 – 1 l/menit
Diamkan selama 20 menit dan dibawa ke lab
4.2. Skema diagram analisis
Mempipet larutan
Mempipet larutan
Baca serapan pada
penjerap NO pada labu
penjerap NO2 pada
spektrofotometer
ukur 25 ml
labu ukur 25 ml
dengan ⁁= 550 nm
V. HASIL PENGAMATAN 5.1. Data Sampling
Lokasi
: Depan Gedung R
Hari/tanggal
: Selasa, 03 Oktober 2017
Cuaca
: Cerah
Kondisi sekitar Kopma
: Ramai Mahasiswa dan Mahasiswi yang berlalu lalang.
Titik
: -6.16782,106.790079
Suhu
: 26,2 ˚C (26,2 + 273 ) = 299,2 K
Laju alur awal (F1)
: 1,15 L/menit
Laju alur awal (F2)
: 1 L/menit
Laju alur awal (F3)
: 1 L/menit
Tabel 4.1 Hasil pengamatan pengambilan sampel Keterangan
Gambar
Pada pengambilan sampel cuaca di sekitar Kampus A Universitas Trisakti cerah,
lokasi
tepatnya
di
Depan
Gedung R Universitas Trisakti dengan koordinat -6.16782,106.790079
5.2 Data Meterologi Tabel 5.2 Data Meterologi Belakang BNI No.
Parameter
Hygrometer
Pengukuran Kelembapan 1.
dengan menggunakan Hygrometer menghasilkan 47 %RH
Anemometer
Pengukuran Kecepatan angin 2.
dan suhu dengan menggunakan Anemometer menghasilkan 0,79 m/s dan 26,20C
Barometer
Pengukuran Tekanan Udara dengan menggunakan 3.
Barometer menghasilkan 76,1 mmHg
Gambar
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Warna Larutan dan Spektrofotometer
No
Keterangan
1
Warna larutan uji NO2 berwarna bening
2
Warna larutan uji NO berwarna bening
3
Hasil dari spektofotometer
4
Hasil perbandingan dengan blanko laboratorium
Gambar
VI.
RUMUS DAN PERHITUNGAN
6.1 Rumus 6.1.1 Rumus Volume Sampel yang diuji
= Dimana: V : volume udara pada 25 0C, 76 mmHg (L) P : Tekanan atmosfer selama sampling (mmHg) T:Temperature sampel udara ( 0C) F1: Laju alir awal (L/menit) F1: Laju alir awal (L/menit) F2: Laju alir tengah (L/menit) F3: Laju alir akhir (L/menit) t : Durasi pengambilan sampel (menit) 298: Temperature pada kondisi normal 25 0C (K) 760: Tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg)
6.1.2 Volume Sampel yang diuji
Diketahui : F1 = 1,15 l/menit ; F2 = 1,27 l/menit ; F3= 1,25 l/menit ; Ditanya : v? Jawab :
v=
++ ,++ 7 = 60 7 , 7 = 160,273
liter
6.1.3. Nilai kosentrasi dari kurva kalibrasi
Conc (mg/L)
Absorban
0
0
0,004
0,008
0,007
0,018
0,011
0,027
0,014
0,037
0,018
0,047
0,022
0,060
Dik: A = -1,6186x10 -3 B = 2,74119 R = 0,998313 R² =0,996628 X = Kosentrasi Y = Absorban Dit: X? Y (untuk NO) =bx+a, 0,006=2,74119x-1,6186x10 -3, x = 2,4144x10 -3 Y (untuk NO2) =bx+a, 0,008=2,74119x-1,6186x10 -3, x =3,1441x10 -3
Grafik kosentrasi dan absorbansi 0.07 0.06
y = 2.7324x - 0.0015 R² = 0.9967
0.05 n a b r o s b A
0.04 0.03 0.02 0.01 0
-0.01
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
Kosentrasi
6.1.4. C1 jam NO dan NO2
,− , = () 1000 = 1000 ,7 = atau 1,22739x10
-3
ppm
,− , = () 1000 = 1000 ,7 = atau 1,042898x10
-3
ppm
6.1.5. C24 jam NO dan NO2 24 jam
, , = 1 () = 0,01596( ) = 8,3653103 atau 6,81771x10 -6
ppm.
= 1 (2)
,
, = 0,019621( ) = 0,01089 atau 5,788271x10
-6
ppm.
6.1.6. CNOx 1 jam
, = () (2) = , = 0,034681/³ atau 2,8265x10
-3
ppm.
6.1.7. CNOx 24 jam
, = 0,0192553/³ = () (2) = ,,− atau 1,02346x10
ppm.
-5
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum Nitrogen dioksida (NO 2) ini dilakukan pengukuran kadar oksidan dengan menggunakan metode Griess-Saltzman dan menggunakan spektofotometri dengan panjang gelombang 550 nm. Pengambilam sampel udara dilakukan berlokasi di depan Gedung R, Kampus A Universitas Trisakti pada 03 Oktober 2017 pukul 15:55 s.d 17:00 WIB. Sampling dilakukan di depan Gedung R Universitas Trisakti Kampus A Sampling dilakukan pada siang hari dengan langit cerah. Kondisi sekitar lokasi sampling terlihat ramai mahasiswa dan mahasiswi berlalu lalang. Selama pengambilan contoh uji hal-hal yang mempengaruhi kesalahan data selama proses pengambilan contoh adalah kurang tepatnya menaruh corong pada tempat yang sesuai dengan standar seperti tidak tepatnya peletakan corong pada arah angin yang cepat sehingga mempengaruhi kadar NO dan NO 2 ataupun saat pengujian di laboratorium dengan sampel yang kurang encer sehingga mempengaruhi pembacaan data pada spektrofotometer. Adapun hal-hal lain yang mungkin terlibat adalah kurang rapatnya selang pada botol penjerap fritted bubbler , kurangnya efisiensi pompa, dan lain-lain. Kemudian praktikan melakukan pengukuran secara insitu karena terdapat beberapa data meterologi yang hanya dapat diambil datanya pada saat dilokasi sampling. Parameter yang diukur secara insitu berupa kecepatan angin, suhu, kelembapan dan tekanan. Pengukuran parameter ini dilakukan secara bergiliran karena keterbatasan alat ukur yang disediakan. Suhu yang diperoleh 26,2 ˚C,. Setelah dilakukan pengukuran suhu, dilakukan pengukuran kecepatan angin 0,01 m/s, kelembapan 47% RH, tekanan 76,1 mmHg. Dan mengukur kecepatan alir dari pompa dengan mengkalibrasi kecepatan alir sebesar 1 L/menit selama 3 kali pengukuran dengan tujuan untuk membandingkan laju alir per 15 menit sebagai faktor penting dalam pertimbangan pengaruh faktor sulfur dioksida di dalam udara ambien. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil perhitungan yang telah diperoleh, diperoleh hasil nilai nitrogen dioksida selama 1 jam NO adalah 0,01506 ug/Nm 3 atau 1,22739x10 -5 ppm, Konsentrasi 1 jam untuk NO 2 sebesar 0,019621 ug/Nm3 dan 1,042898x10 -5 ppm. Perbedaan cara dalam mendapatkan data NO dan NO 2 adalah 3 botol penjerap yang disusun diberi granular pada rangkaian ke 2, fungsi dari granular ini adalah sebagai oksidator sehingga ion oksigen teroksidasi pada proses ini. Kemudian, setelah perhitungan diperoleh nilai kosentrasi untuk NO selama 24 jam sebesar 8,3653x10 -3 ug/Nm3 atau 6,81771x10-6 dan untuk NO 2 selama 24 jam sebesar 0,01089 ug/Nm3 atau 5,788271x10 -6. Serta untuk penjumlahan Kosentrasi NO
dan NO2 untuk 1 jam diperoleh sebesar 0,034681ug/Nm 3 atau 2,826565x10 -3 dan untuk penjumlahan kosentrasi NO dan NO2 sebesar 0,0192553 atau 1,02346x10 -5. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara untuk kosentrasi selama 1 jam NO 2 adalah 400 µg/Nm2 dan untuk 24 jam adalah 150 µg/Nm 2, untuk Kepgub DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan DKI Jakarta adalah standar sulfur dioksida untuk kosentrasi selama 1 jam adalah sebesar 400 µg/Nm2 dan kosentrasi selama 24 jam adalah 92,5 µg/Nm 2, sedangkan berdasarkan WHO mengenai Air Quality Guidelines for Particulate Matter, Ozone, Nirogen Dioxide, Sulfur Dioxide untuk kadar sulfur dioksida di udara adalah dengan kosentrasi selama 1 jam adalah 200 µg/Nm2. Untuk baku mutu NO tidak terdapat pada baku mutu dikarenakan polutan NO diudara yang jauh lebih kecil dibandingkan NO2 dan dampaknya yang lebih kecil dari NO 2 tersebut. Berdasarkan baku mutu baik dari gubernur DKI Jakarta, Indonesia, dan WHO dapat dikatakan untuk lokasi pengambilan contoh NO 2 masih di bawah baku mutu yang ada yang menandakan bahwa lokasi tersebut masih dalam batas aman. Hal ini sesuai dengan nilai R 2 pada kurva kalibrasi dengan nilai R 2 sebesar 0,9967 setelah diletakkan konsentrasi dan absorban NO dan NO 2, selain itu perbandingan sampel uji dengan blanko laboratorium terletak di antara blanko dan 0,1 ml menunjukkan kadar polutan yang rendah. Namun, tetap data ini masih mungkin terjadinya kesalahan menimbang dari penjelasan di atas sebelumnya. Sumber nitrogen dioksida yang dihasilkan biasanya berasal dari kepadatan penduduk yang menghasilkan zat-zat sisa pembakaran kendaraan, industri, dan reaksi kimia lainnya kemudian teroksidasi membentuk nitrogen monoksida melalui proses fotolisis dari sinar matahari. Jika kadar NO2 di udara sangat tinggi dapat menyebabkan masalah pada paru-paru manusia dan pada suati kasus dapat bereaksi hemoglobin di dalam darah membentuk methemoglobin, pada bayi biasa disebut methemoglobinia yang memnyebabkan muka menjadi biru akibat kekurangan oksigen. Pada kasus lebih besar dapat menyebabkan kematian. Untuk menanggulangi tingginya kadar NO 2 di udara maka perlunya mengatur pertumbuhan penduduk, memasang filter pada kendaraan, dan mengurangi pembakaran limbah domestik dengan mengurangi pemakaian bahan-bahan seperti plastik, kertas, dan bahan yang mudah terbakar lainnya.
Dan berdasarkan dari hasil pengamatan seluruh kelompok mengenai pengukuran kadar oksidan Kampus A Universitas Trisakti dengan berbagai tempat lokasi sampling, pada sampling ini yang mendapatkan nilai konsentrasi 1 jam dan konsentrasi 24 jam paling tinggi diantara semua kelompok dengan berbagai lokasi adalah kelompok 5 yang terletak di kantin FSRD, karena pada lokasi ini terlihat lebih dekatnya dengan kendaraan. Karena berdasarkan teori yang ada tinggimya kadar NO 2 diperoleh dari hasil pembakaran seperti kendaraan. Data dengan kosentrasi NO2 terendah adalah kelompok 4 yang berlokasi di Kopma Plaza karena pada lokasi ini sangat sedikit ditemukan hasil pembakaran melainkan banyaknya mahasiswa yang berlalu-lalang melewati tempat tersebut.
VIII. SIMPULAN
Adapun simpulan yang diperoleh dari penentuan kadar NO 2 di kampus A Universitas Trisakti adalah: 1. Kadar kosentrasi NO2 di depan gedung R masih di bawah baku mutu berdasarkan ketentuan Gubernur DKI, Nasional, dan WHO. 2. Larutan Griess-Saltzman digunakan sebagai larutan penjerap untuk senyawa NOx. 3. Kadar kosentrasi NO tidak terdapat dalam baku mutu dikarenakan jumlahnya yang sangat sedikit dan pengaruhnya kepada manusia yang kurang berbahaya jika dibandingkan dengan NO 2. 4. Granular pada botol penjerap berfungsi sebagai oksidator pada senyawa NO 2 agar terbentuk senyawa NO. 5. Sumber polutan NO 2 berasal dari hasil pembakaran seperti kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran limbah domestik. 6. Cara penanggulangan yang paling tepat adalah dengan mengendalikan
laju
pertumbuhan penduduk, memasang filter untuk kendaraan, dan mengurangi pemakaian limbah padat.
LAMPIRAN