LAPORAN TAHUNAN PROGRAM INDRA TAHUN 2016
Disusun Oleh : Pemegang Program Indra UPTD Puskesmas Purabaya
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUKABUMI UPTD PUSKESMAS PURABAYA KECAMATAN PURABAYA KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2016
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya Laporan Tahunan BOK tahun 2016 ini. Laporan ini disusun sebagai tolak ukur keberhasilan program di tahun 2016. Seiring perjalanan waktu, tantangan pembangunan kesehatan terasa semakin berat. Setidaknya ada 2 faktor yang melatarbelakangi hal tersebut, pertama : jumlah penduduk yang setiap tahun terus bertambah, dimana dengan
bertambahnya jumlah penduduk tersebut otomatis kompleksitas permasalahan kesehatan akan semakin meningkat, kedua : tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi, hal ini akan meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya kesehatan sehingga akan meningkatkan pula tuntutan dan sikap kritis masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut, ke depan diperlukan upaya yang sungguhsungguh, kerja keras, serta komitmen semua pihak dalam memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat. Puskesmas sebagai institusi terdepan yang bertanggung jawab dalam pembangunan kesehatan, dituntut untuk berupaya lebih keras lagi dalam memberikan yang terbaik kepada masyarakat.Disamping itu dibutuhkan berbagai inovasi dan kreatifitas dalam mengembangkan suatu program kesehatan, agar hasilnya bisa lebih optimal. Dalam menghadapi tantangan ini, kami di Puskesmas Purabaya, telah, sedang, dan akan terus berupaya secara sungguh-sungguh melaksanakan apa yang menjadi tugas dan fungsi kami sebagai unit pelaksana tekhnis dinas kesehatan.
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
Laporan tahunan ini di susun untuk memberikan gambaran apa saja yang selama ini telah dilakukan oleh Puskesmas Purabaya selama Tahun 2016, khususnya kegiatan yang pendanaannya bersumber dari BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). Didalamnya terangkum berbagai bentuk kegiatan, baik itu yang sipatnya wajib ataupun pengembangan, dan ditampilkan pula cakupan kegiatan serta upaya-upaya lain yang bersipat mendukung tugas pokok puskesmas. Kami menyadari betul apa yang kami lakukan masih jauh dari apa yang menjadi harapan, tapi kami akan jadikan kekurangan itu sebagai sesuatu yang memotivasi untuk melakukan perbaikan. Mudah-mudahan untuk selanjutnya kami bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dalam upaya mewujudkan dan memandirikan masyarakat Kecamatan Purabaya, untuk bisa hidup lebih sehat.
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................
i
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................
4
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN ....................................................................
5
A. Proses Perencanaan ............................................................................
5
B. Proses Penyaluran dan Pertanggung jawaban Dana BOK ...................
6
C. Pemanfaatan Kegiatan ........................................................................
7
BAB V RENCANA KGIATAN ...............................................................................
10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
11
PENUTUP .........................................................................................................
17
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
PENDAHULUAN
P embangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang optimal. Kebersihan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena 83 % informasi seharihari masuknya melalui jalur penglihatan, melalui pendengaran 11% penciuman 3,5% dan pengecap 1,0%. Dari hasil survey kesehatan indra penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996 yang di lakukan di 8 (delapan) provinsi menunjukan bahwa prevalensi kebuyuhan di Indonesia 1,5% Menurut WHO prevalensi kebutuhan yang melebihi 1% bukan hanya masalah Medis saja tetapi sudah merupakan masalah sosial yang perlu di tangani secara lintas program dan lintas sektor, penyebab utama kebutaan adalah katarak ( 0.78%), glaukoma (0,20%) kelainan refleksi (0,14%) dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%). Menurut perkiraan WHO pada tahun 1995 terdapat 120 juta penderita gangguan pendengaran di seluruh dunia. Jumlah tsb mengalami peningkatan yang sangat bermakna pada tahun 2001 menjadi 250 juta orang; 222 juta diantaranya adalah penderita dewasa sedangkan sisanya ( 28 juta ) adalah anak berusia di bawah 15 tahun. Dari jumlah tersebut kira kira 2/3 diantaranya berada di negara berkembang. Peningkatan jumlah penderita gangguan pendengaran ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan insidens, identifikasi yang lebih baik atau akibat meningkatnya usia harapan hidup.
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
Menurut beberapa penelitian 50% populasi usia diatas 65 tahun akan mengalami gangguan pendengaran. Pada pertemuan WHO (Geneva, 2000) dilaporkan bahwa pada tahun 2005 pendud uk dunia berusia diatas 60 tahun akan mencapai 1,2 milyar orang dan 60 % dari jumlah tersebut merupakan penduduk negara berkembang. Selanjutnya pada tahun 2020 populasi dunia berusia diatas 80 tahun juga akan meningkat sampai 200 %.
Pertemuan WHO (Geneve, 2000) menyatakan bahwa 50 % gangguan pendengaran dapat dicegah ( Preventable deafness) melalui kegiatan Primary Health Centre (PUSKESMAS). Adapun faktor faktor penyebab gangguan pendengaran yang dapat dicegah adalah : 1. OMSK ( Otitis Media Supuratif Kronis) 2. Pemaparan bising 3. Pemakaian obat ototoksik 4. Infeksi selaput otak ( meningitis) 5. Pernikahan antar keluarga Pada pertemuan konsultasi WHO-SEARO (South East Asia Regional Office) Intercountry Meeting (Colombo,2002) disimpulkan bahwa pada 9 Negara dibawah koordinasi WHO SEARO penyebab gangguan pendengaran adalah OMSK, tuli sejak lahir, presbikusis, pemakaian obat ototoksik, pemaparan bising (noise induced hearing loss / NIHL) dan serumen prop. Menurut kepmenkes 1437 tahun 2005 tentang rencana strategi nasional : 1. Bahwa tingginya kebutaan di Indonesia telah menjadi masalah sosial yang perlu di tanggunglangi secara terkoordinasi dengan melibatkan berbagai sektor: 2. Bahwa untuk penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan, WHO telah merencanakan Vision 2020 The Right to Sight 3. Bahwa dalam rangka penanngulangan gangguan penglihatan dan kebutaan yang sejalan dengan visi yang di rencanakan WHO, perlu di tetapkan rencana strategi nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan untuk mencapai Vision 2020 dengan keputusan manteri kesehatan.
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
BAB II PEMBAHASAN
Indera Penglihat (Mata) Mata memiliki sejumlah reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Selain itu terdapat otot- otot yang berfungsi sebagai penggerak bola mata, kotak mata, kelopak mata dan bulu mata. Gambar. Struktur mata manusia 1. Lapisan Bola Mata Bola mata memiliki garis tengah kira- kira 2,5 cm, bagian depannya bening. Bola mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu sklera, koroid dan retina. a) Sklera Sklera merupakan lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat fibrosa dan berwarna putih. Fungsi lapisan ini sebagai pelindung. Diseb elah luar sclera terdapat lapisan sel- sel ephitelium yang membentuk membrane mukosa yang disebut konjungtiva. Lapisan konjungtiva menjaga kelembapan mata. Lapisan sclera dibagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Kornea berfungsi menerima cah aya yang masuk ke bagian dalam mata dan membelokkan berkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat difokuskan. Lapisan konjungtiva tidak menutupi sclera b) Koroid Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmem. Letaknya disebelah dalam sclera. Dibagian depan mata, lapisan koroid memisahkan diri dari sclera membentuk iris yang tengahnya berlubang. Lubang itu disebut orang- orangan mata atau pupil. Sinar masuk melalui pupil. Dibelakang iris terdapat selaput berpigmen yang memancarkan warna biru, hijau, coklat, atau hitam. Melebar atau menyempitnya pupil diakibatkan oleh kontraksi dan relaksasinya otot yang mengelilingi iris (otot sirkuler). Jadi iris berfungsi sebagai diafragma. Tepat dibelakang iris terdapat badan siliaris yang tersusun atas serabut otot sirkuler dan serabut- serabut otot yang letaknya seperti jari jari sebuah lingkaran. Selain itu dibelakang iris terdapat sebuah lensa cembung (bikonveks) yang diikat oleh otot- otot lensa. Badan siliaris ini berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi otot sirkuler pada badan siliaris menentukan tebal- tipisnya lensa (akomodasi). Akomodasi mata berarti memfokuskan bayangan, sedangkan kemampuan pemfokusan objek pada jarak yang berbeda disebut daya
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
akomodasi. Akomodasi bertujuan agar bayangan yang terjadi jatuh tepat pada bintik kuning. Apabila melihat objek yang letaknya jauh, lensa mata menjadi lebih pipih, tetapi jika melihat objek yang letaknya dekat, lensa mata menjadi lebih cembung. Pengaturan kecembungan lensa ini diatur oleh otot- otot lensa yang melingkar (otot siliaris). Saat melihat objek yang jauh otot lensa berelaksasi, sedangkan bila melihat objek yang dekat otot lensa berkontraksi. Lensa mata berbentuk bikonveks. Lensa mata membagi mata menjadi dua rongga, yaitu ruangan antara kornea denga lensa (rongga muka), dan ruangan dibelakang lensa (rongga belakang). Kedua rongga tersebut diisi cairan kental dan transparan seperti jeli. Rongga depan berisi aqueous humour (humor berair), sedangkan rongga belakang berisi vitreous humour (humor bening). Kedua macam cairan tersebut berfungsi membantu memfokuskan caha ya kedalam retina. c) Retina Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat sensitive terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor (fotoreseptor). Fotoreseptor berhubungan dengan bagian badan sel- sel saraf yang serabutnya membentyuk urat saraf optic yang memanjang sampai ke otak. Bagian lapisan retina yang dilewati berkas urat saraf yang menuju ke otak tidak me miliki reseptor dan tidak peka terhadap sinar. Apabila sinar mencapai bagian ini kita tidak dapat mengenali cahaya. Oleh karena itu, daerah ini disebut bintik buta. Gambar. Benda dan bayangan pada retina Gambar. Struktur retina mata 2. Reseptor Mata Pada retina terdapat dua macam sel reseptor (fotoreseptor), yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Jika diurutkan dari arah depan ke belakang, cahaya akan menembus melewati kornea, aqueous humour, lensa, vitreous humour, dan lapisan retina yang mengandung sel kerucut dan sel batang. Pada retina terdapat satu daerah yang disebut fovea atau bintik kuning yang hanya berisi sel- sel kerucut. Penyebaran sel kerucut dan sel batang pada retina tidak merata. Dibagian tepi (perifer) yang paling jauh dari bintik kuning hanya berisi sel batang. Gambar. Penampang sel batang Sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam setiap mata. Sel batang sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi tidak mampu membedakan warna. Oleh karena itu kita dapat melihat dimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja. Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam. Sel kerucut jumlahnya sekitar 5 juta pada setiap mata. Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas cahaya tinggi. Sehingga berperan untuk penglihatan siang
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
hari dan untuk membedakan warna. Gambar. Sel- sel yang berperan dalam menghantarkan impuls cahaya 3. Kelainan pada Mata Jarak titik dekat adalah jarak terpendek antara benda atau objek dengan mata sehingga mata masih dapat mengenali benda itu dengan jelas. Lebih pendek lagi jaraknya, mata sudah tidak dapat men genali benda dengan jelas. Usia seseorang dapat menyebabkan perubahan jarak titik dekat. Pada usia anak- anak, jarak titik dekat pendek, tetapi dengan bertambahnya usia, jarak titik dekat semakin panjang. Sebagai perbandingan pada usia 11 tahun jarak titik dekat sekitar 9 cm, namun pada seseorang yang berusia 40- 50 tahun jarak titik dekat menjadi 50 cm. itulah sebabnya orang yang berusia lanjut menjauhkan buku bacaannya apabila dia membaca buku. Untuk menolongnya digunakan kacamata lensa cembung (+). Berbagai macam kelainan penglihatan terjadi apabila unsur- unsur sistem optic tidak menunjang. Macam- macam kelainan mata diantaranya sebagai berikut: Jenis kelainan Penyebab Ditolong dengan Hipermetropia (rabun dekat) Lensa mata tidak dapat mencembung atao bola mata terlalu pendek sehingga bayangan benda jatuh dibelakang retina. Lensa cembung (konvergen/ positif) Miopia (rabun jauh) Lensa mata terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga bayangan benda jatuh didepan retina. Lensa cekung (divergen/ negatif) Presbiopia Elastisitas mata berkurang karena usia tua. Lensa rangkap (dua macam lensa) Astigmatisme Permukaan lensa mata tidak sama sehingga fokusnya tidak sama, dan bayangan benda yang terbentuk tidak sama. Lensa silindris (silinder) Katarak Lensa mata buram, tidak elastis akibat pengapuran sehingga daya akomodasi berkurang. Operasi Glaukoma Adanya penambahan tekanan dalam mata, karena cairan dalam bilik anterior mata (aqueous humour) belum sempat disalurkan kelua r sehingga tegangan yang ditimbulkan dapat menyebabkan tekanan pada saraf optik; lamakelamaan akan menyebabkan hilangnya daya penglihatan. Obat- obatan, operasi dengan menggunakan laser. B. Indera Pendengar (Telinga) Telinga merupakan alat pendengar dan alat keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam.Struktur telinga manusia 1. Telinga luar Telinga luar terdiri atas daun telinga damn lubang telinga luar. Daun telinga terdiri atas tulang rawan dan jaringan fibrosa, kecuali pada ujung telinga
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
bawah, yaitu cuping telinga, terdiri atas lemak. Da un telinga berfungsi untuk menerima dan mengumpulkan suara yang masuk. Saluran luar yang dekat denga lubang telinga dilengkapi dengan rambut- rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan terdapat kelenjar lilin yang berperan menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering. 2. Telinga tengah Telinga tengah merupakan rongga yang berhubungan dengan faring melalui saluran eustachius. Fungsi saluran ini menjaga keseimbangan tekanan udara antara udara luar dengan udara didalam telinga tengah. Pada telinga tengah terdapat membrane timpani dan tulang- tulang telinga tengah. Membrane timpani (disebut juga dengan istilah gendang telinga) merupakan selaput yang menerima \gelombang bunyi dan memisahkan antara telinga luar dan telinga dalam. Tulangtulang telinga tengah terdiri atas tiga macam, yaitu tulang matil(malleus) yang menempel pada gendang telinga, tulang landasan (incus), dan tulang sanggurdi (stapes). Tulang martil(bentuknya seperti matil) melekat pada gendang telinga dan tulang sanggurdi (bentuknya enyerupai sanggurdi, tempat pijakan kaki dalam menunggang kuda) berhubungan dengan jendela oval pada telinga dalam. Rangkaian ketiga tulang ini berfungsi untuk mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju ke rongga telinga dalam. 3. Rongga telinga dalam Rongga telinga dalam terdiri dari rongga yang menyerupai saluran saluran. Rongga rongga ini disebut labirin tulang dan dilapisi dengan membrane sehingga disebut juga labirin membrane. Labirin tulang terdiri dari tiga bagian, yaitu vestibula, koklea(rumah siput),d an tiga saluran satengah lingkaran.labirin membrane terdiri dari utrikulus dan sakulus didalam vastibula,saluran koklea didalam koklea,dan membrane saluran setengah lingkaran.vestibula (mengandung utrikulus dan sakulus) dan saluran setengah lingkaran merupakan orga keseimbangan, sedangkan koklea merupakan organ pendengar. Rumah siput atau koklea merupakan suatu tabung yang panjangnya sekitar 3 cm dan bergelung seperti cangkang keong srta berisi cairan limpa. Koklea tersebut berbentu saluran melingkar yang terdiri atas tiga ruangan, yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Skal vestibule dan skala timpani mengandung cairan yang disebut perilimfe. Skala media juga mengandung cairan yang disebut endolimfe. Skala festibuli berhubungan dengan skala timpani melalui lubang kecil yang disebut helikontrema. Skala festibuli berakhir pada jendela oval (foramen ovale), sedangkan skala timpani berakhir pada jendela bundar. Antara skala festibuli denga skala media terdapat membran reissner, sedangkan anrata skala media
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
denga skala timpani terdapat membrane basiler. Didalam skala media terdapat suatu tonjolan yang disebut membrane tektorial yang sejajar dengan membrane basiler. Didalam skala media bagian dalam atau tengah terdapat organ korti. Organ korti berisi ribuan sel rambut sensori yang merupakan reseptor getaran (reseptor fibrasi). Sel- sel rambut tersebut terletak di atara membrane basiler dan membrane tektorial dasar dari sel reseptor pendengar tersebut berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Gambar. Telinga tengah dan dalam 4)Proses mendengar Mekanisme mendengar dimulai dengan adanya gelombang bunyi yang masuk melalui liang telinga, yang akan menggetarkan membrane timpani. Getaran ini akan diteruskan ke dalam telinga tengah melalui tulang- tulang pendengaran. Selanjutnya getaran di teruskan ke telinga dalam melalui selapu t jendela oval dan mengetarkan cairan perilimfe yang terdapat di dalam skala vestibuli. Getaran cairan tersebut akan menggetarkan membrane reissner dan menghgetarkan cairan endolimfe di dalam skala media. Getaran cairan ini menggerakan membrane basiler yang selanjutnya menggetarkan cairan d alam skala timpani. Pada saat membrane basiler bergetar akan menggerakan sel- sel rambut, dan ketika se- sel rambut tersebut menyentuh membrane tektorial terjadilah rangsangan (impuls) yang akan dikirim ke pusat pendengar didalam otak melalui saraf sensori (saraf pendengar). Gambar. Proses mendengar 5)Alat keseimbangan Alat ini berupa saluran setengah lingkaran dan setiap saluran menggembung pada salah satu ujungnya yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor yang berupa kelompok sel saraf sensori yang memiliki rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah, disebut kupula. Selain tiga saluran setengah lingkaran terdapat alat keseimbangan yuang terletak di dalam utrikulus dan sakulus yang berupa sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolit, yaitu bola- bola kalsium karbonat yang ukurannya sangat kecil. Perubahan posisi kepala menyebabkan otolit bergeser possisinya, akibatnya timbul impuls yang akan dikirim ke otak, sehingga kita merasakan sedang miring atau tegak. Gerakan melingkar pada kepala mengakibatkan terjadinya cairan limfe dan menggerakan otolit meskipun kita sudah berhenti berputar. Akibatnya kita merasa pusing. Gambar. Alat- alat keseimbangan pada telinga 6) Kelainan pada telinga Kelainan pada telinga dapat di kelompokan menjadi dua kelompok, yaitu: ü Gangguan perambatan suara Suara dari luar dapat terhambat oleh kotoran telinga, tumor dan zat-zat lain yang menyumbat liang telinga. Selain itu, kerusakan tulang-tulang pendengaran juga mengganggu perambatan suara.
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
Kerusakan tulang pendengar di awali oleh gejala telinga mendengung. Infeksi telinga juga menganggu perambatan suara. Infeksi ini disebut otitis. Telinga tengah, yang berhubungan dengan faring, dapat terinfeksi oleh bakteri atau virus. Lukanya menghasilkan nanah dan bau tak sedap. ü Gangguan saraf pendengaran Gangguan saraf pendengaran biasanya terjadi pada usia lanjut. Ini disebut presbikusis. Saraf penderita mengalami kemunduran (degenerasi). Kerusakan saraf pendengaran juga dapat di akibatkan oleh kebisingan (polusi suara) yang di sebabkan oleh suara berfrekuensi tinggi. 7) Teknologi membantu pendengaran Teknologi yang umum dijumpai adalah penggunakan alat bantu dengar. Hal ini di lakukan apabila proses perambatan impuls suara tidak dapat mencapai telinga tengah, misalnya karena tulang-tulang pendengar rusak. Pada daun telinga di pasang alat penerima suara, yang kemudian mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sinyal tersebut dirambatkan melalui elektroda ke telinga dalam. Dengan demikian penderita dapat menangkap suara. C. Indera Peraba (Kulit) Kulit merupakan indra peraba, sebab memiliki ujung-ujung saraf sensori sebagai reseptor khusus untuk sentuhan, tekanan, temperature (panas dan dingin), serta rasa sakit. Sebagian reseptor terletak pada lapisan dermis, dan ada juga yang terletak pada lapisan epidermis. Ujun g-ujung saraf tersebut ada yang terbungkus kapsul (di sebut korpuskula) dan ada yang tidak terbungkus (di sebut ujung-ujung saraf bebas). Ujung saraf yang tergolong korpuskula adalah korpuskula Meissner (reseptor untuk sentuhan terletak dekat permukaan kulit), korpuskula Pacini (raseptor tekanan),dan korpuskula Ruffini (ujung saraf peraba).Ujung saraf bebas antara lain reseptor untuk rasa sakit dan sentuh an yang keduanya terletak di lapisan epidermis kulit, serta reseptor untuk sentuhan yang terletak di pangkal setiap rambut. Selain itu ada pula lempeng Merkel yang merupakan ujung saraf perasa sentuhan dan tekanan ringan.Gambar. Kulit dan reseptor pada manusia D. Indera Pengecap (Lidah) Lidah merupakan organ yang tersusun atas otot. Prmukaan lidah banyak tonjolan kecil yang disebut papilla lidah, memberi kesan lidah terkesan kasar. Pada papilla lidah terdapat indra pengecap. Pemukaan lidah di lapisi lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir. Selain itu terdapat reseptor pengecap berupa kuncup pengecap. Kumcup pengecap tersebut terdiri atas sekelompok sel sensori yang memiliki tonjoplan seperti rambut. Kuncup pengcap dapat membedakan empat macam rasa, yaitu manis, pahit,asam, dan asin. Letak kuncup pengecap tertentu lebih banyak berkumpul pada daerah tertentu pada lidah. Gambar.
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
(a) letak kuncup pengecap tertentu pada lidah, (b) struktur kuncup pengecap E. Indera Pembau (Hidung) Manusia mampu mendeteksi bau dengan menggunakan reseptor yang ada di dalam hidung. Sel-sel sensori penerima rangsang gas kimia (kemoreseptor) terdapat pada lapisan epitelium yang terletak di sebelah dorsal rongga hidung, dan terlindung oleh lender (mukus). Di akhir setiap sensori terdapat beberapa silia atau rambut pembau. Molekul-molekul yang larut dalam air dan lemak yang ada di udara akan larut dalam lapisan lendir tersebut dan menimbulkan sensasi bau. Aktifnya indra pembau di rangsang oleh gas yang terhirup oleh hidung. Indra pembau tersebut sangat peka dan kepekaannya mudah hilang jika di hadapkan pada bau yang sama dalam jangka waktu yang lama. Contohnya jika kita berada dalam ruangan yang sesak dan pengap, maka kita tidak akan segera merasakan bau yang tidak enak tersebut. Indra pembau dapat juga menjadi lemah jika selaput lender hidung sangat kering, sangat basah, atau membengkak. Antara indra pengecap dan pembau terdapat hubungan yang erat. Makanan atau bahan yang lain dapat di rasakan kenikmatannya karena adanya kerjasama antara indra pengecap dan pembau. Apabila salah satu alat itu terganggu, maka kenikmatannya berkurang. Sebagai contoh orang yang terkena flu (pilek) kurang dapat merasakan kenikmatan karena ujung-ujung saraf pembau terganggu.
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
BAB III GAMBARAN KHUSUS KONDISI PROGRAM
Pada tahun 2016 Prevalensi penyakit tidak menular yang ditemukan diantaranya Pneumonia, katarak, glaukoma termasuk penyakit lama yang muncul kembali (Reemerging Deseas). Sepuluh besar penyakit terbanyak yang ditemukan dari hasil kunjungan pasien berobat ke Puskesmas Purabaya selama tahun 2016 sebagaimana tercantum pada tabel di bawah adalah ini:
1. Kasus INDRA Tabel 14 Jumlah Kasus katarak Puskesmas Dan Desa Di Puskesmas Purabaya Tahun 2016 Puskesmas Purabaya
Jumlah
L
Kasus katarak Jumlah Kasus P
L+P
Purabaya
4
4
8
Cimerang
5
2
7
Citamiang
5
2
7
Margaluyu
3
5
8
Cicukang
1
1
1
Pagelaran
2
4
6
Neglasari
4
3
7
24
21
44
Desa
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
Tabel 15 Jumlah skrining anak sekolah Puskesmas Di Puskesmas Purabaya Tahun 2016
Kasus skrining mata Jumlah Kasus L P L+P
Puskesmas
sekolah
Purabaya
Sd cikontrang
4
4
8
ancol
5
2
7
pagelaran
5
2
7
narogong
3
5
8
cipari
1
1
1
cimerang
2
4
6
purabaya
4
3
7
udug
0
0
0
ciseureh
2
0
2
narogong
0
2
2
nangerang
0
0
0
kadaung
0
1
1
slakopi
0
0
0
kalibunder
1
0
1
cinangka
0
0
0
Cadas
0
0
0
neglaasih
0
0
0
puspa
0
0
0
cirajeg
0
0
0
27
24
50
ngampar
jumlah
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
Tabel 16 Jumlah Kasus katarak 7 Desa Purabaya Tahun 2016 Puskesmas Purabaya
Jumlah
L
Kasus katarak Jumlah Kasus P
L+P
Purabaya
0
2
2
Cimerang
0
6
6
Citamiang
0
5
5
Margaluyu
0
5
5
Cicukang
0
2
2
Pagelaran
2
4
6
Neglasari
1
5
6
3
29
32
Desa
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
BAB IV RENCANA KEGIATAN YANG AKAN DILAKSANAKAN No
1
2
Kegiatan
Tujuan
Skrining anak SD,MI,DAN SMP dari kls 5-9.
Untuk mengetahui berapa siswa yang mengalahi gangguan penglihatan
Pelacakan pelacakan katarak dari umur 30-70 tahun
Untuk menanggulangi kasus rabies sehingga dapat cepat tertangani
Pelaksana
Biaya (Rp)
Lokasi
Sasaran
Target
Logistik
Petugas indra Dokter
sekolah
37 sekolah
80%
transport
Petugas indra dokter
Desa
7 desa
100%
Transport
J
F
M
A
M
Waktu J J
A
S
O
Purabaya, 14 Januari 2016 Mengetahui : Kepala Puskesmas Purabaya,
Pelaksana Program indra
KARMI SKM.,MM NIP.19701017 199703 1 008
ASEP RAMDANI, AMKep
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan 1.
Pembuatan Laporan Tahunan Program indra sangat diperlukan baik oleh Puskesmas maupun bagi pihak yang terkait lainnya, karena dari Laporan Tahunan ini terangkum semua hasil kegiatan program indra sehingga memudahkan dalam mencari data secara lengkap.
2.
Visi dan Misi Puskesmas belum sepenuhnya dipahami oleh seluruh jajaran karyawan Puskesmas, sehingga dalam implementasi di lapangan sering terjebak dalam tugastugas yang sifatnya rutinitas tanpa sepenuhnya dilandasi oleh semangat yang terkandung dalam makna visi misi puskesmas, yang berdampak terhadap kurang maksimalnya kinerja dan pencapaian program indra di puskesmas.
3.
Walaupun belum maksimal sebagian besar program indra sudah berjalan,
hanya
diperlukan upaya peningkatan baik dari kwantitas maupun kwalitas kegiatan. 4.
Sistim Informasi dan Manejemen Kesehatan (SIMKES) Khususnya dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh petugas masih sangat lemah, dimana pencatatan yang dibuat masih kurang akurat, tepat dan cepat. Diperlukan peningkatan sumber daya manusia agar pelaksanaan SIMKES lebih maksimal.
5.
Kemampuan puskesmas untuk melakukan advokasi terhadap sektor lainnya yang ada di tingkat kecamatan masih kurang optimal, sehingga peran serta masyarakat didalam
N
D
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan 1.
Pembuatan Laporan Tahunan Program indra sangat diperlukan baik oleh Puskesmas maupun bagi pihak yang terkait lainnya, karena dari Laporan Tahunan ini terangkum semua hasil kegiatan program indra sehingga memudahkan dalam mencari data secara lengkap.
2.
Visi dan Misi Puskesmas belum sepenuhnya dipahami oleh seluruh jajaran karyawan Puskesmas, sehingga dalam implementasi di lapangan sering terjebak dalam tugastugas yang sifatnya rutinitas tanpa sepenuhnya dilandasi oleh semangat yang terkandung dalam makna visi misi puskesmas, yang berdampak terhadap kurang maksimalnya kinerja dan pencapaian program indra di puskesmas.
3.
Walaupun belum maksimal sebagian besar program indra sudah berjalan,
hanya
diperlukan upaya peningkatan baik dari kwantitas maupun kwalitas kegiatan. 4.
Sistim Informasi dan Manejemen Kesehatan (SIMKES) Khususnya dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh petugas masih sangat lemah, dimana pencatatan yang dibuat masih kurang akurat, tepat dan cepat. Diperlukan peningkatan sumber daya manusia agar pelaksanaan SIMKES lebih maksimal.
5.
Kemampuan puskesmas untuk melakukan advokasi terhadap sektor lainnya yang ada di tingkat kecamatan masih kurang optimal, sehingga peran serta masyarakat didalam konsep pembangunan berwawasan kesehatan masih disikapi secara pasif oleh masyarakat dan kelembagaan yang ada diluar kesehatan dan masih ada anggapan bahwa
pembangunan
kesehatan
masih
merupakan
tanggungjawab
petugas
kesehatan/sektor kesehatan/Puskesmas. 6.
Sarana dan prasarana, tenaga serta dana yang masih belum memadai untuk mengembangkan seluruh upaya pelayanan kesehatan, baik upaya pelayanan kesehatan wajib maupun pengembangan terutama sarana dan prasarana gedung, kendaraan operasional roda dua, sehingga pelayanan di Puskesmas belum optimal.
7.
Guna meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat maka direkomendasikan kepada semua unsur yang ada dilingkungan puskesmas agar melakukan introspeksi terhadap tanggung jawab yang diembannya serta terus melakukan upaya peningkatan mutu secara profesional.
Laporan Tahunan Program INDRA 2016
B.
Saran Kami menyadari bahwa Laporan Tahunan ini masih memerlukan penyempurnaan, dengan demikian kami sangat terbuka untuk menerima masukan, petunjuk dan bimbingan dari semua pihak demi perbaikan di masa yang akan datang. Demikian Laporan Tahunan Program indra Tahun 201 6 ini dibuat, dengan harapan menjadi sumber data bagi seluruh pihak yang berkepentingan, sebagai pedoman dalam melakukan upaya peningkatan kinerja pelayanan serta sebagai dasar dalam menyusun rencana kegiatan yang akan datang.
Purabaya, 04 Januari 2016 Mengetahui : Kepala UPTD Puskesmas Purabaya,
KARMI, SKM, MM NIP. 19701017 199703 1 008
Pelaksana Program indra,
ASEP RAMDANI, AMKep
Laporan Tahunan Program INDRA 2016