LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PERCOBAAN ANALISIS VOLUMETRI (TITRASI ASAM-BASA)
OLEH : NAMA
: NOVA PERMATA INTAN
STAMBUK
: A1C412043
KELOMPOK
: VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING
: KAHARUDDIN
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013
ABSTRAK Telah dilakukan percobaan analisis volumetri (titirasi asam basa) dengan tujuan untuk menentukan kadar asam asetat dalam sampel dengan menggunakan natrium hidroksida, dan untuk menentukan kadar bikarbonat dalam sampel dengan menggunakan asam pekat yaitu HCl. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadarsuatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Sebelum menentukan kadar suatu larutan terlebih dahulu dilakukan standarisasi terhadap larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini larutan NaOH dan HCl menggunakan indikator PP dan MO. Untuk menentukan kadar asam asetat dalam suatu sampel maka dilakukan proses titrasi dengan menggukan indikator PP dengan penitrasi adalah NaOH. Setelah mengetahui volume titran yang digunakan maka dapat diketahui kadar asam asetat. Kadar asam asetat yang didapatkan adalah 0,24 gr dalam 100 mL sampel atau 0,24 % (b/v). Selanjutnya untuk menentukan kadar bikarbonat dan karbonat dalam suatu sampel juga dilakukan proses titrasi, tapi pada penentuan kadar bikarbonat proses titrasi dilakukan 2 kali. Titrasi pertama menggunakan indikator PP, sedangkan titrasi yang kedua menggunakan indikator MO. Setelah mengetahui volume titran yang digunakan, maka dapat diketahui kadar bikarbonat dalam sampel, yaitu 1,9 mL HCl 0,1 N atau sekitar 0,1596%, sedangkan kadar karbonat yaitu 5,04%. Kata kunci : titrasi asam basa, kadar asam asetat, kadar bikarbonat.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara garis besar analisis dikelompokkan menjadi analisis secara fisik,kimia, fisikokimia, mikrobiologis, organoleptik. Analisis berasal dari bahasa latin yaitu analisys yang berarti melepaskan. Secara umum analisis dapat diartikan usaha pemisahan satu kesatuan materi bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya sehingga dapat diketahui lebih lanjut. Analisis juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisa yang menyangkut identifikasi zat, yaitu unsur atau senyawa apa yang ada di dalam suatu contoh. Sedangkan analisis kuantitatif adalah analisa mngenai penentuan berapa zat tertentu dalam suatu contoh. Zat yang ditentukan sering disebut sebagai zat yang diinginkan atau analit (dapat terdiridari sebagian kecil atau besar dari contoh yang dianalisa). Analisis Volumetri merupakan bagian dari analisis secara kuantitatif. Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume dalam pelaksanaan analisanya. Analisis volumetri juga disebut titrimetri karena proses analisanya berupa titrasi dimana larutan standar (pereaksi) sebagi titran yang ditempatkan dalam buret yang digunakan untuk menitrasi larutan yang akan ditentukan jumlah analitnya. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya. Analisis titrimetri didasarkan pada reaksi kimia antar komponen analit dengan titiran.
Dengan melakuakn titrasi asam basa (titrimetri) maka dapat diketahui kadar suatu senyawa dalam suatu sampel. Oleh karena itu dilakukan percobaan ini untuk mengetahui kadar asam asetat, karbonat maupun bikarbonat dalam suatu sampel dengan menggunakan metode titrasi. B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara menentukan kadar sampel asam asetat dalam sampel? 2. Bagaimana cara menentukan kadar bikarbonat dalam sampel? C. TUJUAN Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menetukan kadar asam asetat dalam sampel. 2. Untuk menentukan kadar bikarbonat dari suatu sampel. D. PRINSIP PERCOBAAN Prinsip percobaan kali ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan kadar asam asetat dalam sampel dengan menggunakan titran NaOH 0,1 N (asam lemah dengan basa kuat). 2. Menentukan kadar bikarbonat dalam sampel dengan menggunakan titrasi HCl 0,1 N (asam kuat).
BAB II TEORI PENDUKUNG Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif, yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat.
Indikator asam-basa ialah zat yang dapat
berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa (Underwood, 1983). Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut. Haryadi (1986) menyebutkan bila suatu indikator digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka: 1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan titrat. 2. Perubahan warna itu harus terjadi secara
mendadak, agar tidak ada
keraguan-keraguan tentang kapan titrasi harus dihentikan (Harjanti, 2008) Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu cara atau metode yang menggunakan larutan yang disebut titran yang dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret . Bila larutan yang diuji bersifat basa maka titran harus bersifat asam dan sebaliknya (Ika, 2009). Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant (Ahyari, 2008). Dalam metode titrasi asam-basa, larutan uji (larutan standar) ditambahkan sedikit demi sedikit ( secara eksternal ), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Penambahan larutan standar ini diteruskan sampai telah dicapai kesetaraan secara kimia dengan larutan yang diuji. Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan, digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan indikator yang ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetesan larutan uji dilakukan. Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik kesetaraan ( ekuivalensi ). Titik dalam titrasi asam-basa pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat mungkin ke titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu (atau mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrasi asam-basa. Umumnya larutan uji adalah larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida. Jadi apabila
larutan yang diuji bersifat basa maka digunakan larutan uji ( larutan standar ) asam, dalam hal ini asam klorida, begitu pula sebaliknya (Sujono, 2010). Kestabilan dari senyawa komplek yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, sehingga titrasi harus dilakukan pada pH tertentu. Untuk menetapkan titik akhir titrasi (TAT) digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah daripada ikatan kompleks atau larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon karboksilat, hitam eriokrom-T dan jingga xilenol. Untuk logam yang dengan cepat dapat membentuk senyawa kompleks pada umumnya titrasi dilakukan secara langsung, sedang yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali. Seng merupakan salah satu logam yang membentuk senyawa komplek dimana penetapan kadar seng menurut Farmakope Indonesia edisi III ditetapkan secara kompleksometri menggunakan dapar amonia amonium klorida (pH dapar ± 9-10), ditambah indikator EBT dan di titrasi dengan Na2 EDTA (Yusrin, 2010).
BAB III METODE PRAKTIKUM A. ALAT DAN BAHAN Alat Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut: - Buret 2 buah - Gelas kimia 250 mL, 700 mL @1 buah - Pipet gondok 50 mL 1 buah
- Gelas ukur 100 mL 1 buah - Erlenmeyer 250 mL 1 buah - Botol semprot 1 buah - Statif dan klem Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut: - Asam asetat - HCl 0,1 M - Indikator methyl orange (MO) - NaOH 0,1 M - Indikator PP - Natrium karbonat - Bikarbonat
B. PROSEDUR KERJA 1. Titrasi asam asetat dengan natrium hidroksida asam asetet pekat 0,83 mL 0,1 gr natrium bikarbonat Dimasukan kedalam labu100 takar Dilarutkan dalam aquades mL100 mL Diencerkan dengan aquades sampai tenda tera Ditambahkan indikator PP sebanyak 36 tetes
Larutan asam asetat 0,01 N Dititrasi dengan HCl 0,1 N (hingga larutan tak berwarna Ditambahkan 3 tetes indikator PP Dicatat volume titran yang digunakan Dititrasi dengan NaOH sampai terbentk warna merah muda Ditambahkan indikator MO sebanyak 2 tetes Diamati perubahan yang terjadi Dititrasi lai dengan HCl 0,1 N 2. Penentuan kadar bikarbonat dalam sampel Dicatat volume titran yang digunakan Dicatat volume titran yang digunakan Dilakukan triplo Dihitung persentase (kadar) bikarbonat Dihitung kadar asetat dalam sampel Volume HCl yang digunakan Larutan merah muda Kadar berwarna bikarbonat
BAB IV HASIL PENGAMATAN A. DATA PENGAMATAN Standarisasi Larutan NaOH dengan Kalium Biftalat No 1 2
perlakuan 0,5 gr kalium biftalat ditambahkan aquades ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes
3
dititrasi dengan larutan NaOH
4
volume titran
hasil larutan kalium biftalat larutan tetap bening berwarna merah muda 23 mL
Titrasi Asam Asetat dengan Natrium Hidroksida N o
perlakuan
hasil
1
larutan asam asetat diambahkan dengan 3 tetes indikatr PP
larutan kalium biftalat
2
dititrasi dengan larutan NaOH
larutan tetap bening
3
volume titran
1 mL
Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Na2CO3 No 1
perlakuan larutan Na2SO3 ditambahkan 2 tetes indikator Mo
2
dititrasi dengan larutan HCl
3
volume titran yang digunakan
hasil larutan berwarna orange larutan berwarna merah muda 12,1 mL
Penentuan Kadar Bikarbonat dalam Campuran n o
perlakuan
hasil
1
0,1 gr natrium bikarbonat dilarutkan dengan 100 mL aquades
2
ditambahkan indikator PP 36 tetes
3
dititrasi dengan HCl 0,1 N
4
volume titran yang digunakan ditambahkan indikator Mo sebanyak 2 tetes
larutan natrium bikarbonat larutan berwarna bening larutan berwarna bening 0,3 mL
5 6
dititrasi dengan HCl 0,1 N
7
volume titran yang digunakan
B. PERHITUNGAN Standarisasi Larutan Biftalat V1 x N1 = V2 x N2 Kalium biftalat 500 mg, Mr = 204,2 Volume NaOH 0,1 N, Mr = 23 500 =23 x N 2 204,2 2,44=23 x N 2 N 2=0,106 Titrasi Asam Asetat dengan Natrium Hidroksida
berwarna jingga berwarna jingga merah muda 2,2 mL
V NaOH = 1 mL Dalam 10 mL sampel asam terdapat : 100 x 1 x 0,1 x 60=B 25 24=B dalam 100 mL asam cuka= kadar asam cuka=
100 x 24=240 10
100 240 x mg 10 1000 ¿ 2,4 gramdalam 100 mL
v b ¿ ¿ 2,4 ¿ Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Na2CO3 Volume HCl yang digunakan = 12,1 mL (P) Berat Na2CO3 = 100 mg (Q) Mek HCl = Mek Na2CO3 12,1 x 0,1 = Mek Na2CO3 1,21 = Mek Na2CO3 Berat zat (mg) Na2CO3 = Mek Na2CO3 x BE Na2CO3 Mek Na2CO3 = mg Na2CO3 / BE Na2CO3 100 ¿ 1 x 106 2 N HCl=
mg Na2 CO 3 x 53 P
N HCl=
100 x 53 12,1
¿ 0,155 N
Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat NaHCO3 PP NaCl + H2O + CO2 0,3 mL HCl 0,1 N (x) NaHCO3 MO NaCl + H2O + CO2 2,2 mL HCl 0,1 N (y) Bikarbonat dalam sampel = (y – x) mL HCl 0,1 N = (2,2 – 0,3) mL HCl 0,1 N = 1,9 mL HCl 0,1 N ( y−x ) mL x N . HCl x BE NaH CO3 bikarbonat = berat sampel
¿
1,9 x 0,1 x 84 100
¿ 0,1596 Karbonat dalam sampel = (2x) mL HCl 0,1 N = (2 x 0,3) mL HCl 0,1 N = 0,6 mL HCl 0,1 N
karbonat=
( 2 x ) mL x N HCl x BE NaH CO 3 berat sampel
¿
( 2 x 0,3 ) x 0,1 x 84 100
¿ 5,04
C. REAKSI-REAKSI CH3COOH + NaOH PP CH3COONa + H2O MO Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl PP NaHCO3 NaCl + H2O + CO2 MO NaHCO3 NaCl + H2O + CO2 D. PEMBAHASAN Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadarsuatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Sedangkan pada percobaan kali ini hanya akan dibahas tentang titrasi asam basa. Zat yang
akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi. Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi
merupakan
reaksi
asam
basa
(netralisasi).
Larutan
yang
kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indikator. Pada percobaan kali ini kita akan menentukan kadar atau konsentarsi asam asetat melalui proses titrasi yaitu dengan menitrasi asam asetat yang telah ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes dengan natrium hidroksida. Larutan asam asetat yang telah ditambahkan indikator PP berwarna bening, sehingga apabila larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda maka titrasi harus dihentikan. Volume titiran (NaOH) yang digunakan adalah 1 mL. Volume titran ini akan mempengaruhi hasil
konsentrasi dari asam asetat sehingga dalam menitrasi larutan tersebut kita harus memperhatikan baik-baik perubahan warna dan volume titrat yang digunakan. Setelah volume titrat diketahui maka kadar asam asetat dapat dihitung. Dari hasil perhitungan, kadar asam asetat yang didapatkan adalah 2,4% atau sekitar 2,4 g dalam 100 mL sampel. Reaksi antara CH 3COOH dengan NaOH akan menghasilkan CH3COONa + H2O. Hal ini ditunjukkan dalam reaksi berikut : CH3COOH + NaOH PP CH3COONa + H2O Pada reaksi tersebut yang yang menjadi reaktan adalah CH3COOH dan NaOH sedangkan produknya adalah CH 3COONa dan H2O. Kita telah mengetahui sifat dari reaktan tersebut, dimana asam asetat adalah asam lemah dan natrium hidroksida adalah basa kuat sehingga apabila direaksikan sifat asam dan sifat basa dari larutan tersebut akan hilang dan membentuk zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya karena hasil reaksinya dan air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada standarisasi larutan NaOH dengan
kalium
biftalat
menggunakan indikator PP. Larutan kalium biftalat yang ditambahkan 2 tetes indikator PP brewarna bening. Stelah ditiitrasi dengan NaOH sebanyak 23 mL larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda. Perubahan warna pada larutan tersebut disebabkan oleh resonansi isomer elektorn. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda, sehingga menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. Indikator PP adalah indikator yang dibuat dengan kondensasi anhidrida fthalein dengan fenol.
Pada percobaan selanjutnya yaitu menentukan kadar atau konsentrasi bikarbonat dalam sampel. Dengan terlebih dahulu dilakukan standarisasi
untuk
memperoleh
larutan
standar
yang
diketahui
konsentrasinya. Larutan standar yang digunakan yaitu HCl 0,1 N (asam kuat) yang distandarisasi dengan Na2CO3 dengan menggunakan indikator MO. Setalah dititrasi, diperoleh volume titran yang digunakan (HCl) adalah 12,1 mL. Dengan persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: Na2CO3 + HCl MO NaHCO3 + NaCl 12,1 mL HCl 0,1 N Setelah melakukan standarisasi maka akan ditentukan kadar bikarbonat dalam sampel. Padatan bikarbonat yang telah dilarutkan dengan aquades 100 mL, ditetesi dengan indikator PP sampai larutan bikarbonat tersebut berubah warna (36 tetes). Kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan tersebut tak berwarna. Volume titiran yang digunakan yaitu 0,3 mL. Selanjutkan larutan tadi ditambahkan lagi dengan indikator MO sebanyak 2 tetes. Larutan berwarna jingga. Kemudian dititrasi dengan HCl hingga berubah warna menjadi jingga ke merahjambuan. Volume titran yang digunakan adalah 2,2 mL. Dengan menitrasi larutan bikarbonat sebanyak 2 kali, kita bisa menentukan kadar bikarbonat dalam sampel. Kadar bikarbonat dalam sampek yang didapatkan adalah 1,9 mL HCl 0,1 N atau dalam persen bikarbonat yaitu 0,1596%. Dan kadar karbonat yang didapatkan yaitu 5,04% dalam sampel.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penentuan kadar asam asetat dapat diketahui dengan cara menintrasi asam asetat tersebut dengan natrium hidroksida dengan menggunakan indikator PP. Kadar asam asetat yang didapatkan adalah 2,4 % (b/v) atau sekitar 2,4 g dalam 10 mL sampel. 2. Penentuan kadar bikarbonat dan karbonat juga dapat diketahui dengan menitrasi larutan bikarbonat dengan asam kuat yaitu HCl sebanyak 2 kali. Titrasi pertama menggunakan indikator PP, sedangkan titrasi yang ke dua menggunakan indikator MO. Kadar bikarbonat yang didapatkan
adalah 1,9 mL atau sekitar 0,1596% dalam sampel, sedangkan kadar karbonat adalah 5,04% dalam sampel. B. SARAN Saran yang dapat diajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya dalam percobaan analisis volumetri percobaan yang dilakukan harus sesuai dengan penuntun agar mendapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA Ahyari.
2008. Analisa Volumetrik. http://ahyari.com/my-kampuz/mykuliah/kimia-farmasi-analisis/analisa-volumetri/ [diakses pada tanggal 26 November 2013].
Harjanti, Ratna Sri. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan Pemakaian sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses, Vol.2, No.2, 2008. Politeknik LPP : Yogyakarta. Hal.49-50 [diakses pada tanggal 25 November 2013]. Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi Asam Basa. Jurnal Neotrino, Vol.1, No.2. April 2009. Hal.4 [diakses pada tanggal 25 November 2013]. Sujono. 2010. Sistem Pengukur Molaritas Larutan dengan Metode Titrasi Asam Basa Berbasis Komputer. Universitas Budi Luhur : Surabaya. Hal.32-33 [diakses pada tanggal 25 November 2013]. Yusrin. Endang Triwahyuni M. 2010. Penggunaan Metode Kompleksimetri pada Penetapan Kadar Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfat dengan Vitamin C. Hal.3 [diakses pada tanggal 25 November 2013].