DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)
A. DEFINISI
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Pada DHF terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Sudoyo Aru, dkk, 2009; Nurarif dan Kusuma, 2013).
B. ETIOLOGI DHF
Virus-virus dengue ditularkan ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi, terutana Aedes aegypty, dan karenanya dianggap sebagai arbovirus (virus yang ditularkan melalui artropoda). Bila terinfeksi, nyamuk tetap akan terinfeksi sepanjang hidupnya, menularkan virus ke individu rentan selama menggigit dan menghisap darah. Virus bersirkulasi dalam darah manusia terinfeksi pada kurang lebih waktu dimana mereka mengalami demam, dan nyamuk tak terinfeksi mungkin mendapatkan virus bila mereka menggigit individu saat ia dalam keadaan viraemik. Virus kemudian berkembang di dalam nyamuk selama periode 8-10 hari sebelum ini dapat ditularkan ke manusia lain selama menggigit atau menghisap arah berikutnya. Lama waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik ini tergantung pada kondisi lingkungan, khususnya suhu sekitar (WHO, 2004). Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae. Keempat serotip virus dengue (disebut DEN-1, DEN-2, dst) dapat dibedakan dengan metode serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial terhadap serotipe yang lain (WHO, 2004).
C. KLASIFIKASI
Menurut WHO, DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi : 1. Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet. Pada derajat 1 biasanya disertai gejala-gejala yang lain, seperti: mual, muntah, sakit pada ulu hati, pusing, nyeri oto, dan lainlain (Hastuti, 2008). 2. Derajat 2 Derajat 1 disertai perdarahan kulit/perdarahan lain. 3. Derajat 3 Terdapat kegagaln sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (20 mmHg), atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah. 4. Derajat 4 Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal DHF biasanya berupa pusing atau sakit kepala, tubuh terasa lemah, dan nafsu makan berkurang (Hindra dan Meiliasari, 2004). Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi (Nurarif dan Kusuma, 2013): 1. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik. Demam pada DHF bisa sampai 39-40 oC. Bila demam hanya berkisar 38oC kemungkinan bukan DHF, tetapi bisa jadi penyakit infeksi virus lain (Yatim, 2007). 2. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa: a. Uji tourniquet positif Perdarahan tidak selalu terlihat kasat mata dari luar, misalnya bercak (ruam) kulit. Pada permulaan penyakit, ruam kulit bisa diciptakan dan terlihat dengan tes bendung (tes tourniquet). Tanda perdarahan yang
tidak terlihat pada permulaan penyakit tetapi tetap perdarahan bisa mengancam (Yatim, 2007). b. Petekie, ekimosis, atau purpura c. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saaluran cerna, tempat bekas suntikan d. Hematemesis atau melena 3. Trombositopenia <100.000/mm 3 4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan a. Peningkatan nilai hematokrit ≥ 20 % dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin b. Penurunan nilai hematokrit ≥ 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat 5. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura
E. PATOGENESIS
Ada dua perubahan patofisiologis utama terjadi pada DHF. Pertama, peningkatan permeabilitas vaskular yang meningkatkan kehilangan plasma dari kompartemen vaskular. Keadaan ini mengakibatkan hemokonsentrasi, tekanan nadi rendah, dan tanda syok lain, bila kehilangan plasma sangat membahayakan. Perubahan kedua adalah gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskular, trombositopenia, dan koagulopati.
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap Hematokrit meningkat 20% atau lebih, trombositopeni (100 000/mm 3 atau kurang). 2. Air seni Mungkin ditemukan albuminuria ringan. 3. Sumsum tulang Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5. Sedangkan pada hari ke-10 sudah kembali normal untuk semua sistem.
4. Serologi Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas 2 kelompok besar, yaitu uju serologi memakai serum ganda dan uji serologi memakai serum tunggal. 5. Isolasi virus Bahan pemeriksaan adalah darah pasien, jaringan-jaringan baik dari pasien hidup (melalui biopsi) dan pasien yang meninggal (melalui autopsi). 6. Rontgen torax Biasanya ditemukan efusi pleura.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tirah baring 2. Diet makan lunak 3. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. 4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali). Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan, mengandung Na + 130 mEg/l, K + 4 mEg/l, korektor basa 28 mEg/l, Cl - 109 mEg/l, dan Ca ++ 3 mEg/l. 5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan). Jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. 6. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari. 7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin, dan dipiron (kolaborasi dengan dokter). 8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. 9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan dokter). 10. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk. 11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
H. PATHWAY Arbovirus (melalui nyamuk Aedes Aegypti)
Beredar dalam aliran darah
Infeksi virus dengue (viremia)
PGE2 hipothalamus
Membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a
Mengaktifkan sistem komplemen
Hipertermi
Peningkatan reabsorbsi Na+ dan H2O
Permeabilitas membran meningkat
Agregasi trombosit
Kerusakan endotel pembuluh darah
Risiko syok hipovolemik
Merangsang dan mngaktifkan faktor pembekuan
Renjatan hipvolemik dan hipotensi
Trombositopeni
DIC
Risiko perdarahan
Kebocoran plasma
Perdarahan
Resiko perfusi jaringan tidak efektif
Asidosis metabolik
Risiko syok (hipovolemik)
Hipoksi jaringan
Kekurangan volume cairan
Ke ekstravaskuler
Ke ekstravaskuler
Paru-paru
Hepar
Abdomen
Efusi pleura
Hepatomegali
Asites
Mual, muntah
Ketidakefektifan pola napas Penekanan intraabdomen
Nyeri
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
( Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA jilid 1 )
I.
MASALAH KEPERAWATAN
1.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah
2. Nyeri akut 3.
Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
4.
Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
5.
Resiko syok (hipovolemik) b.d perdrahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
6.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
7.
Resiko perdarahan b.d penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopenia)
8.
Ketidakefektifan pola napas b.d jalan napas terganggu akibat spasme otot-otot pernapasan, nyeri, hipoventilasi
J. INTERVENSI No
1.
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Ketidakefektifan perfusi NOC
NIC
jaringan perifer b.d
1. Circulation status
Perawatan sirkulasi
kebocoran plasma darah
2. Tissue perfussion:
1. Melakukan sirkulasi
Batasan karakteristik:
cerebral
perifer secara
1. Tidak ada nadi
Kriteria hasil:
komprehensif
2. Perubahan fungsi
Mendemonstasikan status
(misalnya, periksa nadi
sirkulasi yang ditandai
perifer, edema,
dengan:
pengisian kapiler,
1. Tekanan systole dan
warna, dan suhu
motorik 3. Perubahan karakteristik motorik (warna, elastisitas,
diastole dalam rentang
rambut, kelembapan,
yang diharapkan
2. Kaji tingkatrasa tidak
kuku, sensasi, suhu)
2. Tidak ada ortostatik
nyaman atau nyeri
4. Waktu pengisian
hipertensi
ekstremitas)
3. Pantau status cairan,
kapiler >3 detik 5. Warna tidak kembali
Mendemonstrasikan
meliputu asupan dan
kemampuan kognitif yang
haluaran
ke tungkai ketika
ditandai dengan:
tungkai diturunkan
1. Berkomunikasi dengan
6. Kelambatan penyembuhan luka perifer
4. Tinggikan anggota badan yang terkena 20
jelas dan sesuai dengan
derajat atau lebih tinggi
kemampuan
dari jantung untuk
2. Menunjukkan
meningkatkan aliran
7. Penurunan nadi
perhatian, konsentrasi,
darah balik vena, jika
8. Edema
dan orientasi
diperlukan
9. Nyeri ekstremitas
3. Memproses informasi
10. Bruit femoral
4.
Membuat keputusan dengan benar
2.
Nyeri akut b.d agen
NOC
NIC
cidera: penyakit
1. Pain level
Pain management
Batasan karakteristik:
2. Pain control
1. Perubahan selera
3. Comfort level
nyeri secara
Kriteria hasil:
komprehensif termasuk
1. Mampu mengontrol
lokasi, karakteristik,
makan 2. Perubahan tekanan darah 3. Perubahan frekuensi jantung 4. Perubahan frekuensi pernapasan 5. Laporan isyarat 6. Perilaku distraksi
1. Lakukan pengkajian
nyeri (tahu penyebab
durasi, frekuensi,
nyeri, mampu
kualitas, dan faktor
menggunakan teknik
presipitasi
nonfarmakologi untuk
2. Observasi reaksi
mengurangi nyeri,
nonverbal dari
mencari bantuan)
ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa
3. Gunakan teknik
(mis., berjalan
nyeri berkurang dengan
komunikasi terapeutik
mondar-mandir
menggunakan
untuk mengetahui
mencari orang lain
manajemen nyeri
pengalaman nyeri
dan atau aktivitas
3. Mampu mengenali
pasien
lain, aktivitas yang
nyeri (skala, intensitas,
berulang)
frekuensi dan tanda
mempengaruhi respon
nyeri)
nyeri
7. Mengekspresikan
4. Kaji kultur yang
perilaku (mis.,
4. Menyatakan rasa
gelisah, merengek,
nyaman setelah nyeri
menagis)
berkurang
8. Masker wajah (mis.,
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 6. Kontrol lingkungan yang dapat
mata kurang
mempengaruhi nyeri
bercahaya, tampak
seperti suhu ruangan,
kacau, gerakan mata
pencahayaan dan
berpencar atau tetap
kebisingan
pada satu fokus
7. Pilih dan lakukan
meringis)
penanganan nyeri
9. Sikap melindungi
(farmakologi, non
area nyeri
farmakologi dan
10. Fokus menyempit
interpersonal)
(mis., gangguan
8. Kaji tipe dan sumber
persepsi nyeri,
nyeri untuk
hambatan proses
menentukan intervensi
berpikir,
9. Ajarkan tentang teknik
penurunan
non farmakologi
interaksi dengan
10. Tingkatkan istirahat
orang dan
11. Kolaborasikan dengan
linkungan)
dokter jika ada
11. Melaporkan nyeri
keluhan dan tindakan
secara verbal
nyeri tidak berhasil
12. Gangguan tidur 3.
Hipertermia b.d proses
NOC
NIC
infeksi virus dengue
Thermoregulation
Fever treatment
Batasan karakteristik:
Kriteria hasil:
1. Konvulsi 2. Kulit kemerahan 3. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
1. Suhu tubuh dalam rentang normal 2. Nadi dan RR dalam rentang normal 3. Tidak ada perubahan
1. Monitor suhu sesering mungkin 2. Monitor IWL 3. Monitor warna dan suhu kulit 4. Monitor tekanan darah,
4. Kejang
warna kulit dan tiak ada
5. Takikardi
pusing
6. Takipnea
nadi dan RR 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
7. Kulit terasa hangat
6. Monitor intake dan output 7. Berikan anti piretik 8. Berikan pengobatan untuk mengobati penyebab demam 9. Kolaborasi pemberian cairan intravena 10. Kompres pasien pada pada lipat paha dan aksila
4.
Kekurangan volume
NOC
NIC
cairan b.d pindahnya
1. Fluid balance
Fluid management
cairan intravaskuler ke
2. Hydration
ekstravaskuler
3. Nutritional status: food
Batasan karakteristik: 1. Perubahan status mental 2. Penurunan tekanan darah 3. Penurunan tekanan nadi 4. Penurunan volume nadi 5. Penurunan turgor kulit 6. Penurunan turgor lidah 7. Penurunan haluara
and fluid intake Kriteria hasil:
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2. Monitor status hidrasi
1. Mempertahankan
(kelembaban membran
urinoutput sesuai
mukosa, nadi adekuat,
dengan usia dan BB, BJ
tekanan darah
urin normal, HT normal
ortostatik), jika
2. Tekanan darah, nadi,
diperlukan
suhu tubuh dalam batas
3. Monitor vital sign
normal
4. Monitor masukan
3. Tidak ada tanda-tanda
makanan/cairan dan
dehidrasi, elatisitas
hitung itake kalori
turgor kulit baik,
harian
membran mukosa
kolaborasikan
lembab, tidak ada rasa
pemberian cairan IV
urin
haus yang berlebihan
8. Penurunan pengisian
5. Dorong masukan oral 6. Dorong keluarga untuk
vena
membantu pasien
9. Membran mukosa
makan
kering
Hypovolemia management
10. Kulit kering
1. Monitor status cairan
11. Peningkatan
termasuk intake dan
hematokrit
output cairan
12. Peningkatan suhu
2. Pelihara IV line
tubuh
3. Monitor tingkat Hb
13. Peningkatan
dan hematokrit
frekueni nadi
4. Monitor tanda vital
14. Peningkatan
5. Monitor respon pasien
konsentrasi urin
terhadap penambahan
15. Penurunan berat
cairan
badan
6. Monitor berat badan
16. Haus
7. Doron pasien untuk
17. kelemahan
menambah intake oral 8. Pemberian cairan IV, monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
5.
Resiko syok
NOC
NIC
(hipovolemik) b.d
1. Syok prevention
Syok prevention
perdarahan yang
2. Syok management
1. Monitor status sirkulasi
berlebihan, pindahnya
Kriteria hasil:
BP, warna kulit, suhu
cairan intravaskuler ke
1. Nadi dalam batas yang
kulit, denyut jantung,
ekstravaskuler Batasan karakteristik: 1. Hipotensi 2. Hipovolemia 3. Hipoksemia
diharapkan 2. Irama jantung dlam batas yang diharapkan 3. Frekuensi napas dalam batas yang diharapkan
HR, dan ritme, nadi perifer, dan capillary refill 2. Monitor tanda inadekuat oksigen
4. Hipoksia
4. Irama pernapasan
5. Infeksi
dalam batas yang
6. Sepsis
diharapkan
7. Sindrom respon inflamasi sistemik
5. Natrium serum dbn 6. Kalium serum dbn 7. Klorida serum dbn 8. Kalsium serum dbn
jaringan 3. Monitor suhu dan pernapasan 4. Monitor tanda dan gejala asites 5. Monitor tanda awal syok
9. Magnesium serum dbn
6. Tempatkan pasien pada
10. PH darah serum dbn
posisi supinasi, kaki
Hidrasi
elevasi untuk
1. Mata cekung tidak
peningkatan preload
ditemukan 2. Demam tidak ditemukan 3. TD dbn 4. Hematokrit dbn
dengan tepat 7. Lihat dan pelihara kepatenan jalan napas 8. Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat 9. Berikan vasoldilator yang tepat Syok management 1. Monitor fungsi neurologis 2. Monitor tekanan nadi 3. Monitor status cairan 4. Catat gas darah arteri dan oksigen di jaringan 5. Memantau faktor penentu pengiriman jaringan oksigen (misalnya PaO2, kadar Hb, SaO2, CO), jika tersedia
6.
Ketidakseimbangan
NOC
NIC
nutrisi kurang dari
1. Nutritional status: food
Nutrition management
kebutuhan tubuh b.d
and fluid intake
1. Kaji adanya alergi
intake nutrisi yang tidak
2. Nutritional status:
adekuat akibat mual dan
nutrient intake
2. Kolaborasi dengan ahli
nafsu makan yang
3. Weight control
gizi untuk menentukan
menurun
Kriteria hasil;
jumlah kalori dan
Batasan karakteristik:
1. Adanya peningkatan
nutrisi yang dibutuhkan
1. Kram abdomen
berat badan sesuai
2. Nyeri abdomen
dengan tujuan
3. Menghindari makanan 4. Berat badan 20% atau
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3. Mampu
lebih di bawah berat
mengidentifikasi
badan ideal
kebutuhan nutrisi
5. Diare 6. Kehilangan rambut berlebihan
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5. Menunjukkan
makanan
pasien 3. Yakinkan diet yang dimakan menhandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Nutrition monitoring 1. Monitor adanya penurunan berat badan
7. Bising usus hiperaktif
peningkatan fungsi
8. Kurang makanan
pengecapan dari
dan perubahan
9. Kurang minat pada
menelan
pigmentasi
makanan 10. Penurunan berat
6. Tidak terjadi penurunan berat bdan yang berarti
2. Monitor kulit kering
3. Monitor turgor kulit 4. Monitor kekeringan,
badan dengan
rambut kusam, dan
asupan makanan
mudah patah
adekuat 11. Membran mukosa pucat
5. Monitor mual dan muntah 6. Monitor kadar albumin,
12. Tonus otot menurun
total protein, Hb dan
13. Mengeluh gangguan
kadar Ht
sensasi rasa 14. Sariawan rongga
7. Monitor pucat, kemerahan, dan
mulut
kekeringan jaringan
15. Kelemahan otot
konjungtiva
pengunyah
8. Monitor kalori dan
kelemahan otot
intake nutrisi
untuk menelan 7.
Resiko perdarahan b.d
NOC
NIC
penurunan faktor-faktor
1. Blood lose severity
Bleeding precautions
pembekuan darah
2. Blood koagulation
(trombositopenia)
Kriteria hasil: 1. Tidak ada hematuria dan hematemesis 2. Kehilangan darah yang terlihat 3. Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole 4. Tidak ada distensi abdominal 5. Hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
1. Monitor ketat tandatanda perdarahan 2. Catat nilai Hb dab Ht sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan 3. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif 4. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan 5. Identifikasi penyebab perdarahan 6. Monitor status cairan yang meliputi intake dan output 7. Pertahankan patensi IV line
DAFTAR PUSTAKA Hastuti, Oktri. 2008. Demam Berdarah Dengue: Pencegahannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Penyakit
dan
Cara
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA . Jilid 1. Yogyakarta: MediaAction Publishing Satari, Hindra I., dan Meiliasari Mila. 2004. Demam Berdarah: Perawatan di Rumah dan Rumah Sakit . Jakarta: Puspa Swara WHO. 2004. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan & Pengendalian. Edisi 2. Jakarta: EGC Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC . Ed 7. Jakarta: EGC Yatim, Faisal. 2007. Macam-macam Penyakit Menulardan cara Pencegahannya. Jilid 2. Jakarta: Pustaka Obor Populer