LAPORAN PENDAHULUAN INITIAL ASSESSMENT
Nama
: Ratnawati
NIM
: 17300017
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG TAHUN 01! 0 1!
INITIAL ASSESSMENT
Initial Assessment adalah proses penilaian awal pada penderita trauma disertai pengelolaan yang tepat guna untuk menghindari kematian. Initial assesment meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Persiapan Triase Primary survey Resusitasi Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi Secondary survey (anamnesis dan pemeriksaan fisik) Tambahan terhadap secondary survey Pemantauan dan reevaluasi berkesinambungan Penanganan definitif
Urutan dari initial assessment diterapkan secara berurutan atau sekuensial akan tetapi dalam praktek sehari!hari dapat dilakukan secara bersamaan atau simultan. 1" P#$%ia&an
Persiapan pada penderita berlangsung dalam dua fase yang berbeda yaitu fase pra rumah sakit " pre hospital dimana seluruh penanganan penderita berlangsung dalam koordinasi dengan dokter di rumah sakit. #ase kedua adalah fase rumah sakit"hospital dimana dilakukan persiapan untuk menerima penderita sehingga dapat dilakukan resusitasi dengan cepat. a. #ase pra rumah sakit $oordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan petugas di lapangan akan menguntungkan penderita. Pada fase pra rumah sakit hal yang perlu diperhatikan adalah pen%agaan airway kontrol pendarahan dan syok imobilisasi penderita dan segera dibawa ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas yang memadai. &aktu di tempat ke%adian ( scene time yang lama harus dihindari. 'elain itu %uga penting mengumpulkan keterangan yang nanti dibutuhkan di rumah sakit seperti waktu ke%adian sebab ke%adian mekanisme ke%adian serta riwayat penderita. 'ehingga dapat ditentukan %enis dan berat dari trauma. b. #ase rumah sakit Pada fase rumah sakit perlu dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba sebaiknya ada ruangan khusus resusitasi serta perlengkapan airway (laringoskop endotrac!eal tu"e yang sudah dipersiapkan. 'elain itu perlu dipersiapkan cairan kristaloid (mis : R) yang sudah dihangatkan perlengkapan monitoring serta tenaga laboratorium dan radiologi. 'emua tenaga medik yang berhubungan dengan penderita harus dihindarkan dari kemungkinan penularan penyakit menular dengan cara pengan%uran menggunakan alat!alat protektif seperti masker"face mask proteksi mata"google ba%u kedap air sepatu dan sarung tangan kedap air. " T$ia%#
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada prioritas *+ ( Air#ay dengan kontrol vertebra servikal) $reat!in% dan &irculation dengan kontrol perdarahan. Triase %uga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah sakit yang akan diru%uk. ,ua %enis keadaan triase yang dapat ter%adi: a. 'ultiple &asualties -usibah massal dengan %umlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melampaui kemampuan rumah sakit. ,alam keadaan ini penderita dengan masalah yang mengancam %iwa dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu. ". 'ass &asualties -usibah massal dengan %umlah penderita dan beratnya luka melampaui kemampuan rumah sakit. ,alam keadaan ini yang akan dilakukan penanganan terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar serta membutuhkan waktu perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit. 3. Primary Survey
Primary survey dilakukan untuk menilai keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan %enis perlukaan tanda!tanda vital dan mekanisme trauma. Pada primary survey dilakukan usaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu dengan berpatokan pada urutan berikut : A : Air#ay
ang pertama kali harus dinilai adalah kelancaran %alan nafas. /al ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi %alan nafas yang disebabkan oleh benda asing fraktur tulang wa%ah fraktur mandibula atau ma0illa fraktur laring"trakhea. Usaha uhtuk membebaskan airway harus melindungi vertebra servikal ( servical spine control ) dimulai dengan melakukan chin lift atau %aw trust. 1ika dicurigai ada kelainan pada vertebra servikalis berupa fraktur maka harus dipasang alat immobilisasi serta dilakukan foto lateral servikal. Pemasangan airway definitif dilakukan pada penderita dengan gangguan kesadaran atau 2+' ((las%o# &oma Scale) 3 4 dan pada penderita dengan gerakan motorik yang tidak bertu%uan. B : $reat!in%
Air#ay yang baik tidak men%amin ventilasi yang baik. 5entilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru dinding dada dan diafragma. ,ada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan dan dilakukan auskultasi untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura. 'edangkan inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi. Trauma yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension pneumothoraks )lailc!est dengan kontusio paru dan open pneumotoraks. 'edangkan trauma
yang dapat mengganggu ventilasi dengan dera%at lebih ringan adalah hematothoraks simple pneumothoraks patahnya tulang iga dan kontusio paru. C : &irculation
1. 5olume darah dan cardiac output Perdarahan merupakan sebab utama kematian yang dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat di rumah sakit. 'uatu keadaan hipotensi pada trauma harus dianggap disebabkan oleh hipovolemia sampai terbukti sebaliknya. ,engan demikian maka diperlukan penilaian yang cepat dari status hemodinamik penderita yang meliputi : a. Tingkat kesadaran *ila volume darah menurun perfusi otak dapat berkurang yang mengakibatkan penurunan kesadaran. b. &arna kulit &a%ah pucat keabu!abuan dan kulit ekstremitas yang pucat meruoakan tanda hipovolemia. c. 6adi Perlu dilakukan pemeriksaan pada nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri karotis kiri dan kanan untuk melihat kekuatan nadi kecepatan dan irama. 6adi yang tidak cepat kuat dan teratur biasanya merupakan tanda normovolemia. 6adi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia sedangkan nadi yang tidak teratur merupakan tanda gangguan %antung. pabila tidak ditemukan pulsasi dari arteri besar maka merupakan tanda perlu dilakukan resusitasi segera. 2. Perdarahan Perdarahan eksternal dihentikan dengan penekanan pada luka. 'umber perdarahan internal adalah perdarahan dalam rongga thoraks abdomen sekitar fraktur dari tulang pan%ang retroperitoneal akibat fraktur pelvis atau sebgai akibat dari luka dada tembus perut. D : *isa"ility+neurolo%ic evaluation
Pada tahapan ini yang dinilai adalah tingkat kesadaran ukuran dan reaksi pupil tanda!tanda lateralisasi dan tingkat atau level cedera spinal. 2+' " 2lasgow +oma 'cale adalah sistem skoring sederhana dan dapat meramal outcome penderita. Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh penurunan oksigenasi atau"dan penurunan perfusi ke otak atau disebabkan trauma langsung.
E : ,-posure+environmental
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya biasanya dengan cara menggunting dengan tu%uan memeriksa dan mengevaluasi penderita. 'etelah pakaian dibuka penderita harus diselimuti agar tidak kedinginan. 4. R#%'%ita%i
Resusitasi yang agresif dan pengelolaan cepat pada yang mengancam nyawa merupakan hal yang mutlak bila ingin penderita tetap hidup. A.
Ai$wa(
Pada penderita yang masih sadar dapat dipakai naso)arin%eal air#ay. *ila penderita tidak sadar dan tidak ada refleks batuk ( %a% re)les) dapat dipakai oro)arin%eal air#ay. B.
Breathing
$ontrol %alan nafas pada penderita yang airway terganggu karena faktor mekanik ada gangguan ventilasi dan atau ada gangguan kesadaran dicapai dengan intubasi endotrakheal baik oral maupun nasal. Sur%ical air#ay " krikotiroidotomi dapat dilakukan bila intubasi endotrakheal tidak memungkinkan karena kontraindikasi atau karena masalah teknis. C.
Circulation
*ila ada gangguan sirkulasi harus dipasang minimal dua 75 line. $ateter 75 yang dipakai harus berukuran besar. Pada awalnya sebaiknya menggunakan vena pada lengan. 'elain itu bisa %uga digunakan %alur 75 line yang seperti vena seksi atau vena sentralis. Pada saat memasang kateter 75 harus diambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium rutin serta pemeriksaan kehamilan pada semua penderita wanita berusia subur. Pada saat datang penderita diinfus cepat dengan 8!9 liter cairan kristaloid sebaiknya Ringer aktat. *ila tidak ada respon berikan darah segulungan atau (type speci)ic). 1angan memberikan infus R dan transfusi darah terus menerus untuk terapi syok hipovolemik. ,alam keadaan harus dilakukan resusitasi operatif untuk menghentikan perdarahan. 5. Tam)a*an &a+a primary survey +an $#%'%ita%i A"
M,nit,$ EKG : dipasang pada semua penderita trauma.
B"
Kat#t#$ '$in +an -am)'n.
Kat#t#$ '$#t$a
Produksi merupakan indikator yang peka untuk menilai keadaan perkusi gin%al dan hemodinamik penderita. $ateter urin %angan dipasang %ika dicurigai ada ruptur uretra yang ditandai dengan : . 8. 9. ;.
danya darah di orifisium uretra eksterna (metal "leedin% ) /ematom di skrotum atau perineum Pada /ectal 0ouc!er prostat letak tinggi atau tidak teraba. danya fraktur pelvis.
*ila dicurigai ruptur uretra harus dilakukan uretrogram terlebih dahulu.
C"
Kat#t#$ -am)'n. ata' NGT $ateter lambung dipakai untuk mengurangi distensi lambung dan mengurangi kemungkinan muntah. 7si lambung yang pekat mengakibatkan 62T tidak berfungsi lagipula pemasangannya sendiri dapat mengakibatkan muntah. ,arah dalam lambung dapat disebabkan darah tertelan pemasangan 62T yang traumatik atau perlukaan lambung. *ila lamina kribosa patah atau diduga patah kateter lambung harus dipasang melalui mulut untuk mencegah masuknya 62T dalam rongga otak. ,alam keadaan ini semua pipa %angan di masukkan lewat %alur naso! faringeal.
M,nit,$ -onitoring hasil resusitasi sebaiknya didasarkan pada penemuan klinis seperti la%u nafas nadi tekanan nadi tekanan darah *2 ( Arterial $lood (ases) suhu tubuh dan keluaran (output) urin hasil pemeriksaan di atas harus didapat secepatnya setelah menyelesaikan survei primer. . a%u nafas dan *2 dipakai untuk menilai air#ay dan "reat!in%.
D" P#m#$i/%aan $,nt.#n +an m#$i/%aan tam)a*an -ainn(a Pemeriksaan foto rontgen harus selektif dan %angan menghambat proses resusitasi. #oto toraks dan pelvis dapat mengenali kelainan yang mengancam nyawa dan foto pelvis dapat menun%ukkan adanya fraktur pelvis. Pemeriksaan ,P ( *ia%nostic Peritoneal ava%e) dan U'2 abdomen merupakan pemeriksaan bermanfaat untuk menentukan adanya perdarahan intraabdomen. 6. Secondary survey 'urvei sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (!ead to toe e-amination) termasuk re!evaluasi pemeriksaan tanda vital.
A" Anamn#%i% 'etiap pemeriksaan lengkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat perlukaan. *iasanya data ini tidak bisa didapat dari penderita sendiri dan harus didapat dari keluarga atau petugas lapangan. Riwa(at AMPLE : lergi -: -edikasi (obat yang diminum saat ini) P: Past Illness (penyakit penyerta) " pregnancy : ast meal <: ,ven + environment yang berhubungan dengan ke%adian perlukaan
-ekanisme perlukaan sangat menentukan keadaan penderita. 1enis perlukaan dapat diramalkan dari mekanisme ke%adian perlukaan itu. Trauma biasanya dibagi men%adi beberapa %enis: . Trauma tumpul ,apat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas ter%atuh dan kegiatan rekreasi atau peker%aan. $eterangan yang penting yang dibutuhkan kecelakaan lalu lintas mobil adalah pemakaian sabuk pengaman deformasi kemudi arah tabrakan kerusakan kendaraan baik kerusakan ma%or dalam bentuk luar atau hal > hal yang berhubungan dengan perlengkapan penumpang dan terlemparnya keluar penumpang. Pola perlukaan pada pasien dapat diramalkan dari mekanisme traumanya. Trauma perlukaan %uga sangat dipengaruhi usia dan aktivitas . 8. Trauma ta%am Trauma ta%am akibat pisau atau benda ta%am dan sen%ata api semakin sering ditemukan. #aktor yang menentukan %enis dan berat perlukaan adalah daerah tubuh yang terluka organ yang terkena dan velositas " kecepatan. ,engan demikian maka velositas caliber arah dan %arak dari sen%ata merupakan informasi yang sangat penting diketahui. 9. Trauma termal uka bakar dapat ter%adi sendiri atau dalam kombinasi dengan trauma tumpul atau trauma ta%am akibat mobil terbakar ledakan benda yang ter%atuh usaha penyelamatan diri ataupun serangan pisau dan sen%ata api. +edera dan keracunan monoksida dapat menyertai luka bakar. 'ecara khusus perlu ditanyakan tempat ter%adinya ke%adian perlukaan (ruang tertutup " terbakar) atau bahan yang ikut terbakar (bahan kimia plastik dsb) dan perlukaan lain yang menyerta. /ipotermia akut atau kronik dapat menyebabkan kehilangan panas umum atau local. $ehilangan panas dalam %umlah besar dapat ter%adi walaupun tidak dalam suhu yang terlalu dingin (?!8@ =c) yaitu bila penderita memakai pakaian yang basah tidak bergerak aktif atau minum alcohol sehingga tubuh tidak bisa menyimpan panas. ;. Trauma kimia toksin dan radiasi $ontak dengan bahan kimia toksin atau radiasi perlu diketahui karena dua sebab. Pertama disebabkan karena bahan > bahan ini dapat mengakibatkan berbagai
macam kelainan pada %antung paru atau organ tubuh lainnya. $edua bahan ini dapat berbahaya bagi tenaga kesehatan yang merawat pasien tersebut. B" P#m#$i/%aan Fi%i/ 7. Tam)a*an t#$*a+a& secondary survey ,alam melakukan secondary survey dapat dilakukan pemeriksaan diagnostic yang lebih spesifik seperti misalnya foto tambahan dari tulang belakang serta ekstremitas +T!'can kepala dada abdomen dan spine urografi dan angiografi U'2 transesofageal bronkoskopi esofagoskopi dan prosedur diagnostic lain. 8. P#manta'an +an $##a-'a%i )#$/#%inam)'n.an Penurunan keadaan dapat dikenali apabila dilakukan evaluasi ulang secara terus menerus sehingga ge%ala yang baru timbul segera dapat dikenali dan dapat ditangani secepatnya. -onitoring tanda vital dan produksi urin sangat penting. Produksi urin pada orang dewasa sebaiknya di%aga A cc"kg**"%am pada anak cc"kg**"%am.
Penanganan rasa nyeri merupakan hal yang penting. Rasa nyeri dan ketakuatan akan timbul pada penderita trauma terutama pada perlukaan muskulo!skeletal. 2olongan opiat atau an0iolitika harus diberikan secara intravena dan sebaiknya %angan intra!muskular. . P#nan.anan +#2initi2 Untuk keputusan meru%uk penderita dapat dipakai Inter!ospital 0ria%e &riteria. $riteria ini memakai data fisiologis penderita cedera anatomis mekanisme perlukaan penyakit penyerta serta faktor > faktor yang dapat mempengaruhi prognosis.
Daftar Pustaka
,%ohan T. *. (8@@;). penyaitantun% oroner dan !ipertensi. Universitas sumatera utara. ,oengoes -. <. -oorhouse -. f. B 2eissler . +. (8@@@). /encana Asu!an epera#atan pedoman untu perencaan dan pedoumentasian pera#atan pasien. %akarta : <2+. #irdaus 7. (8@). Pharmacoinvasive 'trategy in cute 'T<-7. urnal ardiolo%i Indonesia 8CC!8D. 2uyton . +. B /all 1. <. (8@@E). $uu Aar isiolo%i edoteran ,disi 11. 1akarta: <2+. /aris '. B Tambunan T. (8@@E). Ipertensi pada sindrom meta"oli. 1akarta: 'ari Pediatri. =Fgara p. T. frederick $ushner B ,eborah. (8@9). 8@9 ++#"/ 2U7,76< #=R T/< -62<-<6T =# 'T <<5T7=6 -=+R,7 76#R+T7=6 : R