LAPORAN PENDAHULUAN SUBDURAL HEMATOM HEMATOM A.
PENGERTIAN
Hematom Hematomaa subdur subdural al adalah adalah pengum pengumpul pulan an darah darah dianta diantara ra dura dura dan dasar dasar otak otak,, suat suatu u ruan ruang g ini ini pada pada kead keadaan aan norm normal al diis diisii oleh oleh caira cairan. n. Palin Paling g serin sering g disebabkan oleh trauma, tetapi dapat juga terjadi kecenderungan perdarahan yang serius dan aneurisma aneurisma.. Hematoma Hematoma subdural lebih lebih sering terjadi terjadi pada vena dan merupa merupakan kan akibat akibat putusn putusnya ya pembul pembuluh uh darah darah kecil kecil yang yang menjem menjembat batani ani ruang ruang subdural (Muttaqin, 200!. Perdarahan Perdarahan subdural subdural adalah perdarahan perdarahan karena trauma trauma yang terjadi antara membran luar dan menengah (meninges! yang meliputi otak. Hematoma subdural disebabkan disebabkan karena robekan robekan permukaan permukaan vena atau pengeluaran pengeluaran kumpulan kumpulan darah vena. Hematoma subdural dalam bentuk kronik, hanya darah yang e"usi ke ruang subdural subdural akibat pecahnya vena#vena vena#vena penghubu penghubung, ng, umumnya umumnya disebabkan disebabkan oleh cedera kepala tertutup. $"usi itu merupakan proses bertahap yang menyebabkan beberapa minggu setelah cedera, sakit kepala dan tanda#tanda "okal progresi" yang menunjukkan lokasi gumpalan darah (Mansjoer, 200%!. &ubdural hematoma adalah penimbunan darah di dalam rongga subdural subdural (di antara duramater dan arakhnoid!. Perdarahan ini sering terjadi akibat robeknya robeknya vena# vena je mbatan yang terletak antara kortek cerebri dan sinus venous tempat vena tadi bermuara, namun dapat t erjadi juga akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan otak. Perdarahan subdural paling sering t erjadi pada permukaan lateral hemis"erium dan sebagian sebagian di daerah temporal, sesuai dengan distribusi bridging veins. veins. Perdarahan subdural subdural
juga
men menutu utupi
otak tak
selu seluru ruh h
diba'ahnya berat.
permu ermuka kaan an
hemi hemis" s"er er
otak otak
dan
kerus erusak akan an
ambar %. &ubdural h ematoma (boards.medscape.com dan s tonybrookphys ician.adam.com!
ambar 2. M eningen ('ith"r ensh i p. p.com!
Perdarahan subdural yang disebabkan karena perdarahan vena, biasanya darah yang terkumpul hanya %00#200 cc dan berhenti karena tamponade hematom sendiri. &etelah )#* hari hematom mulai mengadakan reorganisasi yang akan terselesaikan dalam %0#20 hari. +arah yang diserap meninggalkan jaringan
yang
kaya dengan pembuluh darah sehingga dapat memicu lagi
timbulnya perdarahan#perdarahan kecil dan membentuk suatu kantong subdural yang penuh dengan cairan dan sisa darah. &ubdural hematome dibagi menjadi "ase, yaitu akut, subakut dan kronik. +ikatakan akut apabila kurang dari *2 jam, subakut #* hari setelah trauma, dan kronik bila 2% hari atau minggu lebih setelah trauma (Mansjoer, 200%!.
B.
ETIOLOGI
-eadaan subdural hematoma timbul setelah cederatrauma kepala hebat, seperti perdarahan kontusional yang mengakibatkan ruptur vena yang terjadi dalam ruangan subdural. Perdarahan sub dural dapat terjadi pada/ %. rauma kapitis 2. rauma di tempat lain pada badan yang berakibat terjadinya geseran atau putaran otak terhadap duramater, misalnya pada orang yang jatuh terduduk. . rauma pada leher karena guncangan pada badan. Hal ini lebih mudah terjadi bila ruangan subdura lebar akibat dari atro"i otak, misalnya pada orangtua dan juga pada anak # anak. 1. Pecahnya aneurysma atau mal"ormasi pembuluh darah di dalam ruangan subdura. ). angguan pembekuan darah biasanya berhubungan dengan perdarahan subdural yang spontan, dan keganasan ataupun perdarahan dari tumor intrakranial. . Pada orang tua, alkoholik, gangguan hati (Muttaqin, 200!.
C.
PATOFISIOLOGI
Perdarahan terjadi antara duramater dan arakhnoidea. Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins! yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam duramater atau karena robeknya araknoidea. -arena otak yang bermandikan cairan cerebrospinal dapat
bergerak,
sedangkan
sinus
venosus
dalam
keadaan
ter"iksir,
berpindahnya posisi otak yang terjadi pada trauma, dapat merobek beberapa vena halus pada tempat di mana mereka menembus duramater Perdarahan yang besar akan menimbulkan gejala#gejala akut menyerupai hematoma epidural. Perdarahan yang tidak terlalu besar akan membeku dan di sekitarnya akan tumbuh jaringan ikat yang membentuk kapsula. umpalan darah lambat laun mencair dan menarik cairan dari sekitarnya dan mengembung memberikan gejala seperti tumor serebri karena tekanan intracranial yang berangsur meningkat. Perdarahan sub dural kronik umumnya berasosiasi dengan atro"i serebral. 3ena jembatan dianggap dalam tekanan yang lebih besar, bila volume otak mengecil sehingga 'alaupun hanya trauma yang kecil saja dapat menyebabkan robekan pada vena tersebut. Perdarahan terjadi secara perlahan karena tekanan sistem vena yang rendah, sering menyebabkan terbentuknya hematoma yang besar sebelum gejala klinis muncul. Pada perdarahan subdural yang kecil sering terjadi perdarahan yang spontan. Pada hematoma yang besar biasanya menyebabkan terjadinya membran vaskular yang membungkus hematoma subdural tersebut. Perdarahan berulang dari pembuluh darah di dalam membran ini memegang peranan penting, karena pembuluh darah pada membran ini jauh lebih rapuh sehingga dapat berperan dalam penambahan volume dari perdarahan subdural kronik. 4kibat dari perdarahan subdural,
dapat
meningkatkan
tekanan
intrakranial dan perubahan dari bentuk otak. 5aiknya tekanan intra kranial dikompensasi oleh e"luks dari cairan likuor ke a6is spinal dan dikompresi oleh
sistem vena. Pada "ase ini peningkatan tekanan intra kranial terjadi relati" perlahan karena komplains tekanan intra kranial yang cukup tinggi. Meskipun demikian pembesaran hematoma sampai pada suatu titik tertentu akan melampaui mekanisme kompensasi tersebut. -omplains intrakranial mulai berkurang yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intra kranial yang cukup besar. 4kibatnya per"usi serebral berkurang dan terjadi iskemi serebral. 7ebih lanjut dapat terjadi herniasi transtentorial atau sub"alksin. Herniasi tonsilar melalui "oramen magnum dapat terjadi jika seluruh batang otak terdorong ke ba'ah melalui incisura tentorial oleh meningkatnya tekanan supra tentorial. 8uga pada hematoma subdural kronik, didapatkan bah'a aliran darah ke thalamus dan ganglia basaalis lebih terganggu dibandingkan dengan daerah otak yang lainnya. erdapat 2 teori yang menjelaskan terjadinya perdarahan subdural kronik, yaitu teori dari ardner yang mengatakan bah'a sebagian dari bekuan darah akan mencair sehingga akan meningkatkan kandungan protein yang terdapat di dalam kapsul dari subdural hematoma dan akan menyebabkan peningkatan tekanan onkotik didalam kapsul subdural hematoma. -arena tekanan onkotik yang meningkat inilah yang mengakibatkan pembesaran dari perdarahan tersebut. etapi ternyata ada kontroversial dari teori ardner ini, yaitu ternyata dari penelitian didapatkan bah'a tekanan onkotik di dalam subdural kronik ternyata hasilnya normal yang mengikuti hancurnya sel darah merah. eori yang ke dua mengatakan bah'a, perdarahan berulang yang dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan subdural kronik, "aktor angiogenesis juga ditemukan dapat meningkatkan terjadinya perdarahan subdural kronik, karena turut memberi bantuan dalam pembentukan peningkatan vaskularisasi di luar membran atau kapsul dari subdural hematoma. 7evel dari koagulasi, level abnormalitas en9im "ibrinolitik dan peningkatan aktivitas dari "ibrinolitik dapat menyebabkan terjadinya perdarahan subdural kronik. Perdarahan subdural dapat dibagi menjadi bagian, berdasarkan saat timbulnya gejala# gejala klinis yaitu/ %. Perdarahan 4kut
ejala yang timbul segera hingga berjam#jam setelah trauma. :iasanya terjadi pada cedera kepala yang cukup berat yang dapat mengakibatkan perburukan lebih lanjut pada pasien yang biasanya sudah terganggu kesadaran dan tanda#tanda vitalnya. Perdarahan dapat kurang dari ) mm tebalnya tetapi melebar luas. Pada gambaran skening tomogra"inya, didapatkan lesi hiperdens. 2. Perdarahan &ubakut :erkembang dalam beberapa hari biasanya sekitar 2 # %1 hari sesudah trauma. Pada subdural sub akut ini didapati campuran dari bekuan darah dan cairan darah. Perdarahan dapat lebih tebal tetapi belum ada pembentukan kapsula di sekitarnya. Pada gambaran skening tomogra"inya didapatkan lesi isodens atau hipodens. 7esi isodens didapatkan karena terjadinya lisis dari sel darah merah dan resorbsi dari hemoglobin. . Perdarahan -ronik :iasanya terjadi setelah %1 hari setelah trauma bahkan bisa lebih. Perdarahan kronik subdural, gejalanya bisa muncul dalam 'aktu berminggu# minggu ataupun bulan setelah trauma yang ringan atau trauma yang tidak jelas, bahkan hanya terbentur ringan saja bisa mengakibatkan perdarahan subdural apabila pasien juga mengalami gangguan vaskular atau gangguan pembekuan darah. Pada perdarahan subdural kronik, kita harus berhati#hati karena hematoma ini lama kelamaan bisa menjadi membesar secara perlahan#lahan sehingga mengakibatkan penekanan dan herniasi. Pada subdural kronik, didapati kapsula jaringan ikat terbentuk mengelilingi hematoma, pada yang lebih baru, kapsula masih belum terbentuk atau tipis di daerah permukaan arachnoidea. -apsula melekat pada araknoidea bila terjadi robekan pada selaput otak ini. -apsula ini mengandung pembuluh darah yang tipis dindingnya terutama pada sisi duramater. -arena dinding yang tipis ini protein dari plasma darah dapat menembusnya dan meningkatkan volume dari hematoma. Pembuluh darah ini dapat pecah dan menimbulkan perdarahan baru yang menyebabkan menggembungnya hematoma. +arah di dalam kapsula akan membentuk cairan kental yang dapat menghisap cairan dari ruangan subaraknoidea. Hematoma akan membesar
dan menimbulkan gejala seprti pada tumor serebri. &ebagaian besar hematoma subdural kronik dijumpai pada pasien yang berusia di atas )0 tahun. Pada gambaran skening tomogra"inya didapatkan lesi hipodens. GEJALA KLINIS
%. Hematoma &ubdural 4kut Hematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologik dalam 21 sampai 1 jam setelah cedera. +an berkaitan erat dengan trauma otak berat. angguan neurologik progresi" disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang otak dalam "oramen magnum, yang selanjutnya menimbulkan tekanan pada batang otak. -eadan ini dengan cepat menimbulkan berhentinya pernapasan dan hilangnya kontrol atas denyut nadi dan tekanan darah. 2. Hematoma &ubdural &ubakut Hematoma ini menyebabkan de"isit neurologik dalam 'aktu lebih dari 1 jam tetapi kurang dari 2 minggu setelah cedera. &eperti pada hematoma subdural akut, hematoma ini juga disebabkan oleh perdarahan vena dalam ruangan subdural. 4namnesis klinis dari penmderita hematoma ini adalah adanya trauma kepala yang menyebabkan ketidaksadaran, selanjutnya diikuti perbaikan status neurologik yang perlahan#lahan. 5amun jangka 'aktu tertentu penderita memperlihatkan tanda#tanda status neurologik yang memburuk. ingkat kesadaran mulai menurun perlahan#lahan dalam beberapa
jam.+engan
meningkatnya
tekanan
intrakranial
seiring
pembesaran hematoma, penderita mengalami kesulitan untuk tetap sadar dan tidak memberikan respon terhadap rangsangan bicara maupun nyeri. Pergeseran isi intracranial dan peningkatan intracranial yang disebabkan oleh akumulasi darah akan menimbulkan herniasi unkus atau sentral dan melengkapi tanda#tanda neurologik dari kompresi batang otak. . Hematoma &ubdural -ronik imbulnya gejala pada umumnya tertunda beberapa minggu, bulan dan bahkan beberapa tahun setelah cedera pertama. rauma pertama
merobek salah satu vena yang mele'ati ruangan subdural. erjadi perdarahan secara lambat dalam ruangan subdural. +alam * sampai %0 hari setelah perdarahan terjdi, darah dikelilingi oleh membrane "ibrosa. +engan adanya selisih tekanan osmotic yang mampu menarik cairan ke dalam hematoma, terjadi kerusakan sel#sel darah dalam hematoma. Penambahan ukuran hematoma ini yang menyebabkan perdarahan lebih lanjut dengan merobek membran atau pembuluh darah di sekelilingnya, menambah ukuran dan tekanan hematoma. Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering terjadi pada usia lanjut (karena venanya rapuh! dan pada alkoholik. Pada kedua keadaan ini, cedera tampaknya ringan, selama beberapa minggu gejalanya tidak dihiraukan. Hasil pemeriksaan ; scan dan M<= bisa menunjukkan adanya genangan darah. Hematoma subdural yang kecil pada de'asa seringkali diserap secara spontan. Hematoma subdural yang besar, yang menyebabkan gejala#gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui pembedahan. Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah/ a.
sakit kepala yang menetap
b.
rasa mengantuk yang hilang#timbul
c.
linglung
d. e.
D.
perubahan ingatan kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berla'anan (Muttaqin, 200!.
PENATALAKSANAAN
-onservati"/ %. :edrest total 2. Pemberian obat#obatan . >bservasi tanda#tanda vital (;& dan tingkat kesadaran!
Prioritas Pera'atan (Heardman, 20%2!/ %. Maksimalkan per"usi "ungsi otak 2. Mencegah komplikasi . Pengaturan "ungsi secara optimal mengembalikan ke "ungsi normal 1. Mendukung proses pemulihan koping klien keluarga ). Pemberian in"ormasi
tentang
proses penyakit,
prognosis, rencana
pengobatan, dan rehabilitasi. ujuan/ %. ?ungsi otak membaik / de"isit neurologis berkurangtetap 2. -omplikasi tidak terjadi . -ebutuhan sehari#hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain 1. -eluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam pera'atan ). Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber in"ormasi.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
%. ;#&can (dengan atau tanpa kontras!/ Mengidenti"ikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. ;atatan / @ntuk mengetahui adanya in"ark iskemia jangan dilakukan pada 21 # *2 jam setelah injuri. 2. M<=/ +igunakan sama seperti ;#&can dengan atau tanpa kontras radioakti". . ;erebral 4ngiography/ Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti/ perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma. 1. &erial $$/ +apat melihat perkembangan gelombang yang patologis. ). A#
B. 4:s/ Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi! jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial. %0. -adar $lektrolit/ @ntuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial %%. &creen
o6icologi/
@ntuk
mendeteksi
pengaruh
obat
sehingga
menyebabkan penurunan kesadaran (Muttaqin, 200!.
F.
PROSES KEPERAWATAN PENGKAJIAN
%. =dentitas klien dan keluarga (penanggung ja'ab!/ nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perka'inan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung ja'ab. 2.
-esadaran ;&.
?ungsi sara" kranial
trauma
yang mengenaimeluas ke batang
otak akan melibatkan penurunan "ungsi sara" kranial.
?ungsi sensori#motor
adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, ri'ayat kejang. Skala Koma Glasgow No
RESPON
%
Mm!"ka Ma#a /
#&pontan
NILAI
1
2
#erhadap rangsangan suara
#erhadap nyeri
2
#idak ada $%!al &
%
#>rientasi baik
)
#>rientasi terganggu
1
#-ata#kata tidak jelas
#&uara tidak jelas
2
#idak ada respon Mo#o%'k &
%
# Mampu bergerak
#Melokalisasi nyeri
)
#?leksi menarik
1
#?leksi abnormal
#$kstensi
2
#idak ada respon
% #%)
To#al
d. &istem pencernaan
:agaimana sensori adanya makanan di mulut, re"leks menelan, kemampuan mengunyah, adanya re"leks batuk, mudah tersedak. 8ika pasien sadar tanyakan pola makanC
Daspadai "ungsi 4+H, aldosteron / retensi natrium dan cairan.
e. -emampuan bergerak / kerusakan area motorik
hemiparesisplegia,
gangguan gerak volunter, <>M, kekuatan otot. ". -emampuan komunikasi / kerusakan pada hemis"er dominan
dis"agia atau a"asia akibat kerusakan sara" hipoglosus dan sara" "asialis. g. Psikososial
data ini penting untuk mengetahui dukungan yang
didapat pasien dari keluarga.
DIAGNOSA
+iagnosa kepera'atan yang mungkin timbul adalah/ %. angguan pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat napas di otak. 2. =ne"ekti" kebersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sputum. . angguan per"usi jaringan otak berhubungan dengan udem otak. 1. =ntoleransi akti"itas berhubungan dengan penurunan kesadaran (soporos # coma!. ).
injuri
berhubungan
dengan
menurunnya
kesadaran
atau
meningkatnya tekanan intrakranial. %%.
INTER$ENSI KEPERAWATAN
%. angguan pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat napas di otak. Tujuan / Mempertahankan pola napas yang e"ekti" melalui ventilator. Kriteria evaluasi / Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda#tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas#batas normal. Rencana tindakan / a. Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. Pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa ;> 2 dan menyebabkan asidosis respiratorik. b. ;ek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume. c. >bservasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada "ase ekspirasi biasanya 2 6 lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas. d. Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko in"eksi. e. ;ek selang ventilator setiap 'aktu (%) menit!, adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat. ".
&iapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator.
2. =ne"ekti" kebersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sputum. Tujuan / Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi Kriteria Evaluasi / &uara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan / a. -aji dengan ketat (tiap %) menit! kelancaran jalan napas. >bstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube. b. $valuasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap % jam !. Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum. c. 7akukan pengisapan lendir dengan 'aktu kurang dari %) detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan 'aktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia. d. 7akukan "isioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum. .
Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda#tanda peningkatan tekanan intrakranial. 4danya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap in"eksi. @ntuk mengetahui tanda#tanda keadaan syok akibat perdarahan. c. Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan. Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial. d. Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan. +apat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial. e. >bservasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang. -ejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania. ". :erikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien. +apat menurunkan hipoksia otak. g. :erikan obat#obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi!. Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi kimia seperti osmotik diuritik untuk menarik air dari sel#sel otak sehingga dapat
menurunkan
udem
otak,
steroid
(de6ametason!
untuk
menurunkan in"lamasi, menurunkan edema jaringan. >bat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri e"ek negati" dari peningkatan tekanan intrakranial. 4ntipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak 1. =ntoleransi akti"itas berhubungan dengan penurunan kesadaran (soporos # coma! Tujuan / -ebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat. Kriteria hasil /
-ebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan / a. :erikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien. Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun. b. :eri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri. -ebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh pera'at untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah in"eksi dan keindahan. c. :erikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari#hari yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energi. +iberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan 'aktu. d.
8elaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih. -eikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien # keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan.
e. :erikan
bantuan
untuk
memenuhi
kebersihan
dan
keamanan
lingkungan. 7ingkungan yang bersih dapat mencegah in"eksi dan kecelakaan. ).
-aji "ungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi peri"er untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
b.
-aji kulit pasien setiap jam / palpasi pada daerah yang tertekan.
c.
:erikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
d.
anti posisi pasien setiap 2 jam
e.
Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien / keadaan lembab akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit.
".
Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
g.
Pertahankan alat#alat tenun tetap bersih dan tegang.
h.
-aji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap jam.
i.
:erikan pera'atan kulit pada daerah yang rusak lecet setiap 1 # jam dengan menggunakan H 2>2
. 5yeri berhubungan dengan trauma kepala. Tujuan/ -lien akan merasa nyaman yang ditandai dengan klien tidak mengeluh nyeri, dan tanda#tanda vital dalam batas normal. Intervensi/ a. -aji keluhan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, catat lokasi nyeri, lamanya, serangannya, peningkatan nadi, na"as cepat atau lambat, berkeringat dingin. b. Mengatur posisi sesuai kebutuhan anak untuk mengurangi nyeri. c. -urangi rangsangan. d. Pemberian obat analgetik sesuai dengan program. e. ;iptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur. ". :erikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi. *. -ecemasan keluarga berhubungan keadaan yang kritis pada pasien. Tujuan / -ecemasan keluarga dapat berkurang Kriteri evaluasi / $kspresi 'ajah tidak menunjang adanya kecemasan -eluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Rencana tindakan / a. :ina hubungan saling percaya. @ntuk membina hubungan terpiutik pera'at # keluarga. b. +engarkan
dengan
akti"
dan
empati,
keluarga
akan
merasa
diperhatikan. c. :eri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan. d. :erikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien. Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga. e. :erikan dorongan spiritual untuk keluarga. &emangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis. . +e"isit pera'atan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya kesadaran. Tujuan/ -ebutuhan sehari#hari anak terpenuhi yang ditandai dengan berat badan stabil atau tidak menunjukkan penurunan berat badan, tempat tidur bersih, tubuh anak bersih, tidak ada iritasi pada kulit, buang air besar dan kecil dapat dibantu. Intervensi/ a. :antu anak dalam memenuhi kebutuhan aktivitas, makan E minum, mengenakan pakaian, :4- dan :4:, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan perseorangan. b. :erikan makanan via parenteral bila ada indikasi. c. Pera'atan kateter bila terpasang. d. -aji adanya konstipasi, bila perlu pemakaian pelembek tinja untuk memudahkan :4:. e. 7ibatkan orang tua dalam pera'atan pemenuhan kebutuhan sehari#hari dan demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan anak. B.
Tujuan/ idak ditemukan tanda#tanda kekurangan volume cayran atau dehidrasi yang ditandai dengan membran mukosa lembab, integritas kulit baik, dan nilai elektrolit dalam batas normal. Intervensi/ a. -aji intake dan out put. b. -aji tanda#tanda dehidrasi/ turgor kulit, membran mukosa, dan ubun# ubun atau mata cekung dan out put urine. c. :erikan cairan intra vena sesuai program. %0.
injuri
berhubungan
dengan
menurunnya
kesadaran
atau
meningkatnya tekanan intrakranial. Tujuan/ 4nak terbebas dari injuri.
Intervensi/ a. -aji status neurologis anak/ perubahan kesadaran, kurangnya respon terhadap nyeri, menurunnya re"leks, perubahan pupil, aktivitas pergerakan menurun, dan kejang. b. -aji tingkat kesadaran dengan ;& c. Monitor tanda#tanda vital anak setiap jam atau sesuai dengan protokol. d. :erikan istirahat antara intervensi atau pengobatan. e. :erikan analgetik sesuai program. %%.
?raktur depresi tulang tengkorak
4rteri meningeal tengah robek
3ena robek
Perdarahan dlm substansi otak
Perdarahan Perdarahan Hematoma epidural
Hematoma intrakranial Hma#oma s"!("%al
Hematoma meluas =Perpindahan jaringan otak F herniasi
4liran darah otak menurun
-erusakan jar. otak
&uplai >2 F otak menurun Hipoksia
Metabolisme anaerob
-esadaran menurun Hilang control volunteer otot pernapasan
rauma
Perubahan "rekuensi, irama, F kedalaman pernapasan
4kumulasi sekret
Pola na"as tidak e"ekti" :ersihan jl na"as tdk e"ekti"
4s. 7aktat F retensi ;>2 4sidosis respiratorik
Hiperkapnea
Hiperventilasi Pola na"as tdk e"ekti"
?raktur intertulang
memar pd area otak
5yeri akut
+e"isit pera'atan diri
immobilisasi
=ntoleran si aktivitas