BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, permukaan bumi lebih banyak terdapat kandungan air dari pada daratan. Ekosistem perairan umumnya terbagi menjadi ekosistem air tawar, air laut dan air payau. Dalam makalah ini kami akan membahas lebih khusus tentang ekosistem air payau.
Ekosistem perairan payau merupakan suatu zona peralihan air tawar dengan air laut, dimana organisme yang tumbuh didominasi oleh vegetasi hutan bakau atau mangrove.
Estuariamenurut definisi Pritchard (1967) adalah 'suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan. Contohnya, muara sungai, teluk pantai, rawa pasang surut, dan badan air di balik pantai. Ciri-ciri ekosistem perairan estuari adalah arus yang tenang, residence time yang lama, adanya stratifikasi suhu, oksigen terlarut lebih rendah dari perairan mengalir, dan tidak ada adaptasi khusus dari organisme penghuninya. Dari hal tersebut terlihat bahwa suhu adalah faktor pengontrol yang mempengaruhi aktifitas metabolisme dalam rantai makanan'.
Cahaya merupakan faktor abiotik yang sangat menentukan laju produktifitas primer perairan. Cahaya matahari ini merupakan faktor pembatas yang cepat memudar karena kedalaman dan kekeruhan (Boyd 1982).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perairan Payau
Perairan payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan, perairan terbuka yang memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh proses-proses yang terjadi di darat.
Ekosistem perairan payau memiliki salinitas yang berada di antara salinitas air laut dan salinitas air tawar. Salinitas pada perairan payau tidak bisa ditebak, dikarenakan salinitas perairan payau sangat fluktuatif. Perubahan ini disebabkan proses biologis yang terjadi di dalam perairan tersebut serta adanya interaksi antara perairan tambak dengan lingkungan sekitarnya. Misalnya ketika hari hujan, air tawar masuk kedalam petakan tambak menyebabkan salinitas air tambak menurun. Atau ketika populasi fitoplankton berkembang pesat akibat pemupukan, kandungan oksigen dalam air tambak pada malam hari menyusut drastis.
Umumnya perubahan – perubahan yang terjadi pada perairan estuari dipengaruhi oleh dua macam ekosistem yang berbeda, yaitu ekosistem air laut dan ekosistem air tawar
Berdasarkan pola percampuran air tawar dan air laut, estuari dapat dibedakan menjadi pola berikut.
1. Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary)
Pola ini ditandai dengan desakan air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dengan air laut. Pada peristiwa ini, terjadi perbedaan salinitas antara lapisan atas dengan lapisan bawah air. Salinitas di lapisan bawah jauh lebih tinggi daripada lapisan atas.
2. Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary)
Pola ini ditandai dengan percampuran merata antara air laut dengan air tawar, sehingga tidak terbentuk lapisan air secara vertikal. Namun, secara horizontal, salinitas air akan semakin meningkat pada daerah dekat laut.
3. Kombinasi antara pola dominasi air laut dengan pola percampuran merata
Pola inni akan sangat labil dan sangat dipengaruhi desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran yang tidak merata, sehingga tidak terbentuk lapisan-lapisan air yang berbeda salinitasnya, baik secara horizontal maupun secara vertikal.
2.2 Parameter Penyusun Perairan Payau
Secara umum komponen penyusun perairan payau terdiri dari komponen abiotik yang meliputi parameter fisik dan kimia sedangkan komponen biotik meliputi parameter biologi. Semua karakteristik tersebut merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi kelangsungan hidup organisme ekosistem payau.
2.2.1 Parameter Kimia
Parameter kimia air payau mencakup konsentrasi zat-zat terlarut seperti oksigen (O2), ion hidrogen (pH), karbon dioksida (CO2), amonia (NH3), asam sulfida (H2S), nitrogen dalam bentuk nitrit (NO2-N), dan lain-lain. Beberapa diantara yang penting dijelaskan seperti di bawah ini.
a. Oksigen Terlarut
Ikan bandeng membutuhkan oksigen yang cukup untuk kebutuhan pernafasannya. Oksigen tersebut harus dalam keadaan terlarut dalam air, karena bandeng tidak dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan bandeng dan organisme-perairan lainnya mengambil oksigen ini tanpa melibatkan proses kimia.
b. DO meter (Dissolved Oxygen Meter)
Oksigen masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran air, termasuk hujan, dan proses fotosintesa tanaman berhijau daun. Kandungan oksigen dapat menurun akibat pernafasan organisme dalam air dan perombakan bahan organik. Cuaca mendung dan tanpa angin dapat menurunkan kandungan oksigen di dalam air. Untuk kehidupan ikan bandeng dengan nyaman diperlukan kadar oksigen minimum 3 mg per liter. Oksigen terlarut di dalam air (Dissolved Oxygen = DO).
Dapat diukur dengan titrasi di laboratorium serta dengan metode elektrometri menggunakan Dissolved Oxygen Meter (DO meter).
c. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman air payau dinyatakan dengan nilai negatif logaritma ion hidrogen atau nilai yang dikenal dengan istilah pH.
Kalau konsentrasi ion hidrogen (H+) tinggi, pH akan rendah, reaksi lebih asam. Sebaliknya kalau konsentrasi ion hidrogen rendah pH akan tinggi dan reaksi lebih alkalis. pH air payau sangat dipengaruhi pH tanahnya. Penurunan pH dapat terjadi selama proses produksi yang disebabkan oleh terbentuknya asam yang kuat, adanya gas-gas dalam proses perombakan bahan organik, proses metabolisme perairan dan lain-lain.
d. Konsentrasi Karbondioksida
Karbondioksida di dalam air dapat berasal dari:
- Hasil pernafasan organisme dalam air sendiri
- Difusi dari udara
- Terbawa oleh air hujan
- Terbawa oleh air.
Konsentrasi karbondioksida yang terlalu tinggi di suatu perairan akan berbahaya bagi makhluk hidup yang terdapat di perairan tersebut. Bahaya ini meliputi :
- Gangguan pelepasan CO2 waktu ikan bernafas
- Gangguan pengambilan O2 waktu ikan bernafas
- Penurunan pH
Sebaliknya CO2 yang terlalu sedikit akan berpengaruh negatif kepada fotosintesis karena gas ini merupakan bahan baku pembentukan glukosa (siklus Calvin-Benson). Kandungan CO2 yang baik untuk budidaya ikan tidak lebih dari 15 ppm. Pengukuran CO2 umumnya menggunakan metoda titrasi.
e. Amonia (NH3)
Amonia di perairan payau berasal dari hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air; dapat pula berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhandan biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur. Kadar amonia di perairan payau juga dipengaruhi oleh kadar pH dan suhu. Makin tinggi suhu dan pH air maka makin tinggi pula konsentrasi NH3. Kadar amonia dapat diukur secara kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan standar setelah diberi pereaksi tertentu. Biasanya menggunakan alat bantu spectrofotometer.
f. Asam Sulfida (H2S)
Asam sulfida yang merupakan salah satu asam belerang; terdapat perairan payau sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik dan air laut yang banyak mengandung sulfat. Kandungan H2S di perairan payau dapat diukur secara kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan standar setelah diberi pereaksi tertentu.
2.2.2 Parameter Fisika
a. Salinitas
Salinitas atau kadar garam adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan dan menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, bromida dan iodida dikonversi menjadi klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas ini dinyatakan dalam satuan gram/kg air atau permil (0/00). Nilai salinitas sangat menentukan jenis perairan tersebut, di alam dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
- Perairan tawar, salinitas <0,50/00
- Perairan payau, salinitas >0,50/00 – 300/00
- Perairan laut, salinitas >300/00
Pada perairan payau dapat dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran salinitas yang ada yaitu:
- Oligohalin, salinitas 0,50/00 – 3,00/00
- Mesohalin, salinitas>3,00/00 – 160/00
- Polyhalin, salinitas >16,00/00 – 300/00
Perubahan salinitas bisa terjadi sewaktu-waktu. Ketika hujan lebat air tawar masuk ke dalam tambak. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan salinitas. Peningkatan salinitas terjadi dikala musim kemarau, pada saat penguapan air tinggi dan pergantian air terbatas.
b. Suhu air
Suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan organisme di dalam air, termasuk ikan. Secara umum peningkatan suhu hingga nilai tertentu diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ikan. Di atas nilai tersebut pertumbuhan mulai terganggu, bahkan pada suhu tertentu ikan mati. Suhu ini berkaitan dengan kelarutan gas di dalam air, khususnya oksigen. Pada keadaan suhu perairan payau tinggi, maka kelarutan oksigen terlarut akan rendah. Sebaliknya, proses metabolisme organisme malah semakin cepat, yang berarti memerlukan oksigen makin tinggi.
c. Kecerahan
Kecerahan perairan payau sangat bergantung kepada banyak sedikitnya partikel (anorganik) tersuspensi atau kekeruhan dan kepadatan fitoplankton. Kecerahan menggambarkan transparansi perairan, dapat diukur dengan alat secchi disk. Nilai kecerahan (yang satuannya meter) sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.
2.2.3 Parameter biologi
Parameter biologi merupakan biota perairan yang menyusun kehiduan di dalam perairan, yaitu:
a. Plankton
Plankton didefinisikan sebagai semua organism hidup renik yang hidup bebas di dalam perairan dengan daya gerak yang sangat terbatas . Plankton pada perairan estuari termasuk dalam jenis plankton bahari, dimana plankton terbagi menjadi plankton bahari (haliplankton) dan plankton air tawar (limnoplankton). Plankton air payau ialah plankton yang hidup diperairan salinitas rendah (0,5 – 30,0 ppt )
b. Benthos
Benthos merupakan seluruh organism yang hidup di dasar perairan . Benthos umumnya terbagi menjadi dua, yaitu zoobenthos dan fitobenthos. Fungsi benthos dalam perairan sangat penting yaitu sebagai pengurai bahan-bahan organik yang terdapat di dasar atau di dalam dasar perairan
c. Perifiton
Perifiton ialah organism yang melekat atau bergantung pada substrat
d. Nekton
Hewan-hewan yang berukuran lebih besar dan dan tidak terpengaruhi oleh arah arus
e. Neuston
Organisme yang beristirahat atau berenang di permukaan air
2.3 KARAKTERISTIK PERAIRAN PAYAU
Air payau mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
2.3.1 Karakteristik fisik
a. Merupakan cairan tak bewarna
b. Mempunyai densitas = 1,02 dengan pH 7,8-8,2
c. Mempunyai titik beku = -2,78oC dan titik didih = 101,1oC
d. Suhu rata-rata = ± 25oC
e. Rasanya pahit dan aromanya tergan- tung pada kemurniannya.
2.3.2 Karakteristik kimia
Karakteristik kimia yang ada dalam air dapat merugikan lingkungan. Berikut ini beberapa karakteristik kimia dari air bersih :
a. Derajat keasaman (pH) antara 6 - 8,5
b. Jumlah kesadahan (Total Hardness)
c. Zat organik
d. CO2 agresif tinggi
e. Kandungan unsur kimiawi seperti . yang banyak terkandung dalam air sumur payau adalah Fe++, Na+, SO4=, Cl- , Mn++, Zn++ (Wulandari A, 2009)
2.3.3Karakteristik biologi
Termasuk karakteristik biologi adalah ganggang, lumut, dan mikroorganisme lainnya yang dapat mengganggun kesehatan, walaupun terdapat dalam jumlah kecil . (Yusuf E, 2009)
2.4 TIPE – TIPE PERAIRAN PAYAU
Estuari dapat dibedakan menjadi 4 tipe, berdasarkan karakteristik geomorfologisnya :
2 Estuari daratan pesisir, dimana pembentukannya terjadi akibat penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai dibagian pantai yang landai
3 Laguna, adalah sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir, batu karang atau semacamnya. Jadi, air yang tertutup di belakang gugusan karang (barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam atol disebut laguna.
4 Fjords,merupakansemacam teluk yang berasal dari lelehan gletser atau glaciar yaitu tumpukan es yang sangat tebal dan berat.
2.5 FUNGSI PERAIRAN PAYAU
Ekosistem perairan estuari kaya akan nutrisi yang sangat penting bagi pertumbuhan fitoplankton. Adanya fitoplankton yang melimpah di daerah ini mengakibatkan melimpahnya beragam ikan dan berbagai avertebrata lain (misalnya udang, Bivalve, Echinodermata, danAnnelida).
Ekosistem estuari juga didominasi vegetasi berupa tanaman bakau yang membentuk hutan bakau (Mangrove). Hutan bakau memiliki vegetasi yang seragam, tajuk yang rata, dan tidak membentuk stratifikasi vegetasi.
Pohon bakau hanya dapat tumbuh di lingkungan air asin, berlumpur, dan tergenang. Misalnya daerah delta, muara sungai, atau sungai-sungai pasang berlumpur. Pohon mangrove bersifat halofit, yaitu tahan dengan kandungan garam tinggi dan genangan air laut. Pohon bakau juga mempunyai adaptasi khusus untuk bertahan di daerah estuari
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Ekosistem air payau (estuari) adalah ekosistem perairan yang habitatnya merupakan percampuran antara air laut dan air tawar. Perairan estuari mempunyai salinitas (kadar garam) yang lebih rendah dibandingkan dengan lautan, namun lebih tinggidibandingkan air tawar.
Estuari merupakan habitat bagi fitoplankton, beragam ikan, dan berbagai avertebrata lain (misalnya udang, Bivalve, Echinodermata, dan Annelida), serta habitat bagi mangrove.
Pencemaran air adalah perubahan fisik atau kimiawi air dan menimbulkan pengaruh buruk bagi kehidupan organisme. Perubahan tersebut dapat terjadi di badan-badan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah. Pada umumnya, air yang tercemar mengalami perubahan warna, bau, dan rasa.
Salinitas di perairan payau sangat berfluktuasi, karena bertemunya 2 ekosistem antara air tawar dan air laut
Organisme yang hidup di daera estuari mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam di perairan ( eurohalin )
DAFTAR PUSTAKA
Miah, Mazrikhatul. Mengenal Ekosistem. 2009. Yogyakarta. PT. Pustaka Insan Madani.
Setyawan, AD. 2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Biodiversitas 7 (2): 159-163
Anonim. 2009. Ekosistem Estuari; dalamhttp://geografibaru.blogspot.com/2009/ 11/ekosistem-estuari.html, diakses tanggal 26April 2015
Anonim. 20013. Fungsi dan biota Estuari; dalamhttp://karyatulisilmiah.com/pengertian-deskripsi-fungsi-dan-biota-estuaria/, , diakses tanggal 26April 2015