MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHILD ABUSE
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Disusun Oleh:
YUNIAR DEWI ATAPSARI
P1337420615036
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2017
KATA PENGANTAR Puji dan syukur pada Allah subhanahu wa taala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Child Abuse. Penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satutugas kuliah Perawatan Anak. Makalah ini disusun sesuai dengan pengetahuan yang kami miliki saat ini. Kami berharap makalah ini dapat memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah kuliah Perawatan Komunitas. Komunitas. Meskipun makalah ini masih jauh dari kesan sempurna karena keterbatasan pengetahuan kami, mengenai Asuhan Keperawatan dengan Child Abuse.Dengan segenap kesadaran diri, kami sangat mengharapkan saran dan kritik untuk membangun dan penyempurnaan makalah yang kami tulis .
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini, kekerasan pada anak semakin merajalela di mana-mana. Hamper setiap hari dimedia masa mulai dari kekerasan ringan hingga kekerasan yangmerenggut nyawa anak tersebut. Fenomena-fenomena kekerasan yang terjadi mengundang keprihatinan dari banyak pihak terutama komnas HAM. Kekerasan memiliki dampak negative secara psikologis terhadap anak yang menjadi korban kekerasan dari orang tuanya. Kekerasan pada anak tentu memberikan dampak-dampak serius kepada perilaku anak dimasa yang akan datang. Menurut harian kompas (2010), seorang ibu tega memukul anaknya setiap kali anaknya berbuat kesalahan karena pada waktu masa kecilnya ia pun mengalami kekerasan fisik yang diperlukan oleh orang tuanya Bukankah fenomena tersebut sangat berdampak buruk secara psikologis terhadap perkembangan anak ? Kekerasan pada anak merupakan masalah serius yang seharusnyamendapatkan perhatian bagi masyarakat karena akanmemberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap lingkungan sekitar mereka. Sebagian besar perilaku agresif yang timbul dalam diri seorang remaja disebabkan oleh masalalu mereka yang tidak terima dengan apa yang telah terjadi. Dala ilmu psikologis, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk memberikan penanganan terhadap korban yang pernah mengalami kekerasan. Salahsatu pendekatan yang bias dilakukan adalah dengan hipnoterapi, dimana posisi terapis adalah menggali segala informasi dalam al am bawah sadar seorang individu agar mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari Child Abuse 2. Untuk mengetahui etiologi dari Child Abuse 3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Child Abuse 4. Untuk mengetahui pathways dari Child Abuse 5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Child Abuse 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Child Abuse 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Child Abuse 8. Untuk mengetahui komplikasi dari Child Abuse 9. Untuk mengetahui prognosis dari Child Abuse
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Definisi Child Abuse Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu badan dan menghasilkan pelayanan yang melindungi anak tersebut. (Delsboro, 1963) Child abuse dimana termasuk m alnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium awal dari indrom perlakuan salah, dan pengania yaan fisik berada pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya / pengasuh. (Fontana, 1971) Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi (David Gill, 1973) Child Abuse adalah perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 1983) Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam. Klasifikasi child abuse Perlakuan salah pada anak, menurut sifatnya dapat diklasifikasikan seba gai berikut: 1.Penganiayaan fisik Kekerasan ringan atau berat berupa trauma, atau penganiayaan yang dapat menimbulkan risiko kematian. Yang termasuk dalam katagori ini meliputi memar, perdarahan internal, perdarahan subkutan, fraktur, trauma kepala, luka tikam dan luka bakar, keracunan, serta penganiayaan fisik bersifat ritual. 2. Penganiayaan seksual Penganiayaan seksual dapat berupa inces (penganiayaan seksual oleh orang yang masih mempunyai hubungan keluarga), hubungan orogenital, pornografi, prostitusi, ekploitas, dan penganiayaan seksual yang bersifat ritual. 3. Penganiayaan psikologis Yang termasuk dalam kategori ini meliputi trauma psikologik yang dapat menganggu kehidupan sehari-hari seperti ketakutan, ansietas, depresi, is olasi, tidak adanya respons dan agresi yang kuat.
4.Pengetahuan Pengabaian disengaja, tetapi dapat juga karen a ketidaktahuan atupun akibat kesulitan ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini meliputi: a.Pengabaian nutrisi atau dengan sengaja kurang memberikan makanan, paling sering dilakukan pada bayi yang berat badan rendah. Gagal tumbuh, yaitu suatu kegagalan dalam pemenuhan masukan kalori serta kebutuhan emosi anak yang cukup. b.Pengabaian medis bagi anak penderita suatu penyakit akut atau kronik sehingga mengakibatkan memburuknya keadaan, bahkan kematian. c.Pengabaian pendidikan anak setelah mencapai usia sekolah, dengan tidak menyekolahkannya. d.Pengabaian emosional, dimana orangtua kurang perhatian terhadap anaknya. e.Pengabagian keamanan anak. Anak kurang pengawasan s ehingga menyebabkan anak mengalami risiko tinggi terhadap fisik dan jiwanya. 5.Sindroma munchausen Sindroma munchausen merupakan permintaan pengobatan terhadap penyakit yang dibuat dengan pemberian keterangan medis palsu oleh orang tua, yang menyebabkan anak banyak mendapat pemeriksaan/prosedur rumah sakit. 6.Penganiayaan emosional Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain 4. Etiologi Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah: A. Stress yang berasal dari anak a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik.Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna. b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. c. Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.
d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di dalam keluarga sdan lingkungan sekitarnya. e. Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kas ar disebabkan orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua.
B. Stress keluarga a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga. b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak. c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua. d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua,misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb. C. Stress berasal dari orangtua, yaitu: a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain. b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya. c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan membuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan 5. Patofisologi Kekerasan pada anak dapat terjadi karena banyak alasan. Faktor risiko yang ada dalam masyarakat misalnya, miskin sistem dukungan keluarga, kemiskinan, tidak memadai / penuh sesak perumahan, dalam keluarga misalnya, depresi, model peran miskin, penyalahgunaan narkoba, dan dalam anak misalnya, medis rapuh, prematuritas, masalah perilaku. Telah diusulkan bahwa penyalahgunaan membutuhkan orangtua yang mampu kekerasan , seorang anak yang aktif atau pasif target, dan krisis yang memicu respon yang tidak pantas. 4 kategori tumpang tindih
dari pelecehan anak adalah (1) kekerasan fisik, (2) pelecehan seksual, pelecehan psikologis (3), dan (4) pengabaian. Masing-masing memiliki karakteristik yang unik dan membutuhkan pendekatan individu untuk diagnosis dan manajemen.Kekerasan fisik ditandai oleh cedera fisik (misalnya, memar, patah tulang, gangguan jaringan) yang dihasilkan dari memukul, meninju, mencubit, menendang, menggigit, pembakaran, gemetar, atau merugikan anak. Kadangkadang, cedera yang diderita dalam perjalanan hukuman fisik. Baik dari sudut pandang hukum dan medis, maksud dari pelaku (untuk menimbulkan cedera atau tidak) tidak relevan dengan diagnosis. 6. Pathway Stress
Cemas
Marah
Perubahan Penampilan Peran
Perilaku kekerasan anak (Child Abuse)
Gangguan konsep diri (harga diri rendah)
Gangguan Citra Tubuh
Ideal Diri Tidak Realistis
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain , dan lingkungan.
Perawatan Diri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Maninfestasi Klinis Akibat pada fisik anak : a. Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan reti na akibat dari adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya. b. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf,gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya. c. Kematian. Akibat pada tumbuh kembang anak .Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu: a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari a nak-anak sebayanya yang tidak mendapat perlakuan salah. b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:Kecerdasan c. Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik. d. Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga karena malnutrisi. e. Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi. Emosi a. Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan social dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri. b. Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb. Konsep diri a. Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri. Agresif a. Anak mendapatkan perlakuan yang salah secara badani, lebih agresif terhadap temansebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep harga diri. Hubungan sosial a. Pada anak-anak ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orangdewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan-perbuatan kriminal lainnya.
7. Sindrom munchausen a. Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala: Gejala yang tidak biasa/tidak spesifik. Gejala terlihat hanya kalau ada orangtuanya. Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa. Tingkah laku orangtua yang berlebihan. 8. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan. Pada penganiayaanseksual, dilakukan pemeriksaan: Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah pen o ganiayaan seksual. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus o o Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B o Analisa rambut pubis
b. Radiologi Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak,yaitu untuk: 1. Identifiaksi fokus dari jejas 2. Dokumentasi pemeriksaan radiologi pada anak dibawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak di atas usia 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang , keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penganiayaab fisik (Mackner, 1997). 9. Penatalaksanaan Karena perlakuan salah pada anak ini merupakan akibat dari penyebab yang kompleks, maka penanganan harus dilakukan oleh suat u tim dari multidisiplin ilmu yang terdiri dari dokter anak, psikiater, psikolog, petugas sosial, ahli hukum, pendidik, dan lain-lain. Seorang anak yang dicurigai mengalami penganiayaan atau pengabaian harus dirumahsakitkan, terlepas dari luas dan hebatny a jejas yang dialaminya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi anak tersebut ( Soetjiningsih,1995). Dapat dilakukan dengan berbagai tindakan sebagai berikut : 1. Tindakan Keperawatan Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga dalam mengatasi marah klien yaitu : a. Berteriak, menjerit, memukul Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur b. Cari gara-gara Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga. Latihan pernafasan 2x/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas. c. Bantu melalui humor Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
2. Terapi Medis Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes (2000), jenis obat psikofarmaka adalah : a. Clorpromazine (CPZ, Largactile) Indikasi untuk mensupresi gejala -gejala psikosa : agitasi, ansietas,ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejalagejala lain yang bisanya terdapat pda penderita skizofrenia, manik depresif, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil. Cara pemberian untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan intramuskuler. Dosis permulaan ada lah 25 – 100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu kalipada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala psikosabelum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan-lahan sampai 600 – 900 mg perhari. Kontra indikasi sebaiknya tidak diberikan kepada kliendengan keadaan koma, keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika dan penderita yang hipersensitif terhadap derifat fenothiazine. Efek samping yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenorrhae pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapirami da. Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan do sis yang tinggi menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan saraf pusat, hipotensi, ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan intoksikasi. b. Haloperidol (Haldol, Serenace) Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilles de la Tourette pada anak-anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak -anak. Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 – 5 mg intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan. Kontra indikasinya depresi sistem saraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. Efek samping yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, leti h, gelisah, gejala ekstrapiramidal atau pseudo parkinson. Efek samping yang jarang adalah nausea diare, konstipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi, reak si hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemasan otot atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernafasan. c. Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin) Indikasinya untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia. Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah (12,5 mg) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan -lahan. Kontra indikasinya pada depresi susunan saraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif t er hadap phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala-gejala sesuai dengan efek samping yang hebat.
Pengobatan over dosis; hentikan obat berikan terapi simptomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarterenol hindari menggunakan ephineprine. Terapi Medis ( Kaplan dan Sadock, 1997 ) 10. Komplikasi Beberapa anak mengatasi efek fisik dan psikologis dari kekerasan terhadap anak, terutama mereka dengan dukungan sosial yang kuat yang dapat beradaptasi dan mengatasi pengalaman buruk. Bagi banyak orang lain, namun, pelecehan anak dapat mengakibatkan masalah fisik, perilaku, emosi atau mental - bahkan bertahuntahun kemudian. Berikut adalah beberapa contoh Masalah fisik: a. Kematian b. Cacat dan masalah kesehatan fisik c. Mempelajari ketidakmampuan d. Penyalahgunaan zat Masalah perilaku: a. Perilaku nakal atau kekerasan b. Penyalahgunaan lain c. Usaha bunuh diri atau melukai diri d. Berisiko tinggi perilaku seksual atau kehamilan remaja e. Terbatas keterampilan sosial dan hubungan Masalah emosional: a. Tingkat percaya diri yang rendah b. Kesulitan membangun atau mempertahankan hubungan c. Tantangan dengan keintiman dan kepercayaan d. Sebuah sehat pandangan orangtua yang mungkin mengabadikan siklus kekerasan e. Ketidakmampuan untuk mengatasi stres dan frustrasi f. Penerimaan bahwa kekerasan adalah bagian normal dari hubungan Cacat mental : a. Gangguan Makan b. gangguan kepribadian c. Depresi d. Kegelisahan e. Trauma f. gangguan tidur 11. Prognosis
Ada cara primer, sekunder, dan tersier mencegah kekerasan anak. intervensi primer melibatkan pelatihan kesadaran bagi para profesional yang bekerja dengan anakanak, para pembuat kebijakan untuk masalah anak-anak, dan untuk masyarakat umum. program pencegahan sekunder bekerja untuk mengurangi faktor risiko yang membuat anak-anak rentan berisiko karena melanggar. program pencegahan tersier bekerja dengan keluarga di mana pelecehan telah terjadi dalam upaya untuk mengurangi efek dari pelecehan dan untuk mencegah terjadi lagi. Upaya pencegahan sekunder dan tersier dari pelecehan anak cenderung untuk mengatasi faktor-faktor risiko dan memperkuat faktor protektif. Program-program tersebut sering menggunakan pendekatan yang memperkuat keterampilan orangtua dan mendukung, serta meningkatkan kemampuan untuk caretaker untuk menyediakan kebutuhan anak. Kebalikan dari faktor risiko yang paling, faktor pelindung untuk pelecehan anak termasuk memiliki keterlibatan keluarga mendukung, memperkuat hubungan keluarga dan rekan, mengembangkan keterampilan koping yang sehat, dan meningkatkan regulasi.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHILD ABUSE 1. Pengkajian Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berkaitan dengan child abuse, antara lain: A. Psikososial 1) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau 2) Gagal tumbuh dengan baik 3) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan psikososial 4) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa B. Muskuloskeletal 1) Fraktur 2) Dislokasi 3) Keseleo (sprain) C. Genito Urinaria 1) Infeksi saluran kemih 2) Perdarahan per vagina 3) Luka pada vagina/penis 4) Nyeri waktu miksi 5) Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus. D. Integumen 1) Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok) 2) Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi 3) Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan 4) Bengkak. 2. Diagnosa Keperawatan a. Resiko tinggi b.d perilaku agresif b. Tidak efektifnya koping keluarga: kompromi b.d factor-faktor yang menyebabkan child abuse c. Resiko perilaku kekerasan oleh anggota keluarga yang lain yang berhubungan dengan kelakuan yang maladaptive d. Peran orang tua berubah berhubungan dengan ikatan keluarga yang terganggu 3. Intervensi 1. Resiko tinggi b.d perilaku agresif Tujuan : Anak tidak mengalami cidera Intervensi : a. Lindungi anak dari cidera lebih lanjut
Rasional : menghindari anak dari cidera/ luka yang lebih parah dan meminimalkan dampak psikologis yang ditimbulkan. b. Bantu diagnosis penganiaan anak: fisik, seksual /emosional Rasional : membantu dalam menetukan alternatif tindakan yang tepat untuk menghindari penganiaan anak lebih lanjut. c. Laporkan kecurigaan adanya penganiayaan Rasional : dengan melaporkan adanya penganiaan anak seperti luka pada kulit dapat mencegah terjadinya cidera yang lebih serius pada anak serta mencegah kematian. d. Lakukan resusitasi dan stabilisasi seperlunya Rasional : resusitasi dan stabilsasi dilakukan ketika anak mendapatkan penganiayaan yang menyebabkan mengalami henti nafas, dilakukan sampai stabil dan dibawa kerumah sakit. 2. Tidak efektifnya koping keluarga: kompromi b.d factor-faktor yang menyebabkan child abuse Tujuan : mekanisme koping keluarga menjadi efektif Intervensi : a. Identifikasi factor-faktor yang menyebabkan rusaknya mekanisme koping pada keluarga ,usia orang tua, anak keberapa dalam keluarga, status social ekonomi terhadap perkembangan keluarga , adanya support system dan kejadian lainnya. Rsional : dengan mengidentifikasi factor-faktor yang dilakukan intervensi yang dibutuhkan dan penyerahan pada pejabat yang berwenang pada pelayanan kesehatan dan organisasi social. b. Konsulkan pada pekerja social dan pelayanan kesehatan pribadi yang tepat menngenai problem keluarga, tawrkan terapi untuk individu atau keluarga. Rasional : keluarga dengan child abuse dan neglect biasanya memerlukan kerjasama multi disiplin, support kelompok dapat membantu memecahkan masalah yang spesifik. c. Dorong anak dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang apa yang mungkin menyebabkan perilaku kekerasan. Rasional: dengan mendorong keluarga dengan mendiskusikan masalah mereka maka dapat dicari jalan keluar untuk memodifikasi perilaku mereka. d. Ajarkan orang tua tentang perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai tingkat umur. Ajarkan kemampuan merawat spesifik dan terapkan teknik disiplin Rasional : orang tua mungkin mempunyai harapan yang tidak realitis tentang pertumbuhan dan perkembangan anak . 3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya perawatan Tujuan : Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat disesuaikan dengan tingkatan umurnya Intervensi Keperawatan: a. Diskusikan hasil test kepada orang tua dan anak
Rasional : orang tua menyadari, sehingga meraka dapat merencanakan tujuan jangka panjang dan jangka pendek. b. Melakukan aktivitas (seperti membaca, bermain sepeda, dll) antara orang tua dan anak untuk meningkatkan perkembangan. Rasional: kekerasan pada akan menyebabkan keterlambatan perkembangan karena tugas keluarga. Aktivitas dapat mengkoreksi masalah perkembangan akibat dari hubungan yang terganggu. c. Tentukan tahap perkembangan anak seperti 1 bulan , 2 bulan , 6 bulan dan 1 tahun. Rasional : dengan menentukan tahap perkembangan anak dapat membantu perkembangan yang diharapkan. d. Libatkan keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan yang normal. Rasional :Program stimulasi dapat membantu meningkatkan perkembangan menentukan intervensi yang tepat. 4. Resiko perilaku kekerasan oleh anggota keluarga yang lain yang berhubungan dengan kelakuan yang maladaptif. Tujuan : Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang. Intervensi Keperawatan : a. Identifikasi perilaku kekerasan ,saat menggunakanmengkonsumsi alkohol atau obat atau saat menganggur. Rasional: Dengan mengidentifikasi perilaku kekerasan dapat membantu menentukan intervensi yang tepat. b. Selidiki faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kekerasan seperti minum alkohol atau obat-obatan. Rasional : Dengan mengidentifikasi factor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan akan lebih memberikan kesadaran akan tipe situasi yang mempengaruhi perilaku , membantu dirinya untuk mencegah kekambuhan. c. Lakukan konseling kerjasama multi disiplin , termasuk organisasi komunitas dan psikologis. Rasional : konseling dapat membantu perkembangan koping yang efektif. d. Menyarankan keluarga kepada seorang terapi keluarga yang tepat. Rasional : Terapi keluarga menekan dan memberikan support kepada seluruh keluarga untuk mencegah kebiasaan yang terdahulu. e. Melaporkan seluruh kejadian yang aktual yang sebenarnta yang mungkin terjadi kepada pejabat berwenang . Rasional : perawat mempunyai tanggung jawab legal untuk melaporkan semua khasus dan menyimpan keakuratan data untuk investigasi. 5. Peran orang tua berubah berhubungan dengan ikatan keluarga yang terganggu. Tujuan : Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif. Intervensi Keperawatan : a. Diskusikan ikatan yang wajar dan perikatan dengan orangtua yang keras Rasional : Menyadarkan orangtua akan perikatan normal dan proses pengikatan akan membantu dalam mengembangkan keahlian menjadi orang tua yang tepat.
b. Berikan model peranan untuk orangtua. Rasional : Model peranan untuk orang tua,memungkinkan orang tua untuk menciptakan perilaku orang tua yang tepat. c. Dukung pasien untuk mendaftarkan dalam kelas yang mengajarkan keahlian yang efektif. Rasional:Kelas akan memberikan teladan & forum praktek untuk mengemb angkan keahlin orang tua tepat d. Arahkan orang tua ke pelayanan kesehatan yang tepat untuk konsultasi dan intervensi seperlunya. Rasional : Kelas akan memberikan teladan dan forum praktek untuk mengembangkan keahlian orangtua yang efektif.
1.
2.
3.
4.
4. Implementasi Resiko tinggi b.d perilaku agresif a. Melindungi anak dari cidera lebih lanjut. b. Membantu diagnosis penganiaan anak: fisik, seksual /emosional c. Melaporkan kecurigaan adanya penganiayaan d. Melakukan resusitasi dan stabilisasi seperlunya Tidak efektifnya koping keluarga: kompromi b.d factor-f aktor yang menyebabkan child abuse a. Mengidentifikasi factor-faktor yang menyebabkan rusaknya mekanisme koping pada keluarga ,usia orang tua, anak keberapa dalam keluarga, status social ekonomi terhadap perkembangan keluarga , adanya support system dan kejadian lainnya. b. Mengonsulkan pada pekerja social dan pelayanan kesehatan pribadi yang tepat menngenai problem keluarga, tawrkan terapi untuk individu atau keluarga. c. Mendorong anak dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang apa yang mungkin menyebabkan perilaku kekerasan. d. Mengajarkan orang tua tentang perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai tingkat umur. Ajarkan kemampuan merawat spesifik dan terapkan teknik disiplin Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya perawatan a. Mendiskusikan hasil test kepada orang tua dan anak b. Melakukan aktivitas (seperti membaca, bermain sepeda, dll) antara orang tua dan anak untuk meningkatkan perkembangan. c. Menentukan tahap perkembangan anak seperti 1 bulan , 2 bulan , 6 bulan dan 1 tahun. d. Melibatkan keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan yang normal.. Resiko perilaku kekerasan oleh anggota keluarga yang lain yang berhubungan dengan kelakuan yang maladaptif. a. Mengindentifikasi perilaku kekerasan ,saat menggunakanmengkonsumsi alkohol atau obat atau saat menganggur. b. Menyelidiki factor yang dapat mempengaruhi perilaku kekerasan seperti minum alcohol atau obat-obatan.
c. Mengidentifikasi factor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan akan lebih memberikan kesadaran akan tipe situasi yang mempengaruhi perilaku , membantu dirinya untuk mencegah kekambuhan. d. Melakukan konseling kerjasama multi disiplin , termasuk organisasi komunitas dan psikologis. e. Menyarankan keluarga kepada seorang terapi keluarga yang tepat. f. Melaporkan seluruh kejadian yang aktual yang sebenarnta yang mungkin terjadi kepada pejabat berwenang . 5. Peran orang tua berubah berhubungan dengan ikatan keluarga yang terganggu. a. Mendiskusikan ikatan yang wajar dan perikatan dengan orangtua yang keras b. Memberikan model peranan untuk orangtua. c. Mendukung pasien untuk mendaftarkan dalam kelas yang mengajarkan keahlian yang efektif. d. Mengarahkan oraang tua ke pelayanan kesehatan yang tepat untuk konsultasi seperlunya. 5. Evaluasi 1. Anak tidak mengalami cidera 2. Mekanisme koping keluarga menjadi efektif 3. Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat disesuaikan dengan tingkatan umurnya 4. Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang 5. Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan Child Abuse (Kekerasan anak) adalah penganiayaan fisik, seksual atauemosional atau penelantaran anak atau anak-anak. Di Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) and the Department for Children And Families (DCF) (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit(CDC) dan Departemen Anak dan Keluarga (DCF)) mendefinisikan penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau serangkaian tindakan atau kelalaian oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang mengakibatkan kerugian, potensi bahaya, atau ancaman membahayakan anak.Penyalahgunaan anak dapat terjadi di rumah anak, atau dalam organisasi, sekolah atau komunitas anak berinteraksi. Ada empat kategori utama kekerasan terhadap anak: pengabaian, kekerasan fisik, kekerasan psikologis atau emosional, dan kekerasan seksual. Etiologi, fator penyebab kekerasan pada anak baik kekerasan fisi k atau psikhis yaitu: Stress yang berasal dari anak, Stress keluarga, dan Stress berasal dari orangtua. Manifestasi klinis atau dampak dari kekerasan anak baik fisik ataupun pshikis yaitu: Akibat pada fisik anak, Akibat pada tumbuh kembang anak, Akibat dari penganiayaan seksual. Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologis yang lengkap,laboratorium dan radiologi. Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dankekerasan pada anak adalah melalui: Pelayanan kesehatan, Pendidikan, Penegakhukum dan keamanan dan Media massa. B. Saran Kekerasan memang tidak dapat ditolerir, apalagi terhadap anak. Menyarankanagar orangtua bahkan semua orang 'bergerak' bila mengetahui anak mengalamikekerasan. Tidak perlu ragu meski pelaku kekerasan datang dari kerabat atau pasangan Anda sendiri. Sebab bila ada seseorang yang mengetaui ada anak mendapat kekerasan, namun tidak ada tindakan akan terancam tahanan 5 tahun penjara sesuai pasal 78 Tahun 2002. Berpikir untuk bertindak menyudahi kekerasan ini merupakan langkah apik yang pertama. Selanjutnya orangtua dapat melakukan : o Menegur pelaku tindak kekerasan. Bentuk teguran tidak harus keras, point terpenting adalah pelaku menyadari bahwa perilakunya itu menyimpang dan merugikan anak. o Berikan masukan bagaimana cara menangani anak untuk kasus pengasuh atau seseorang yang melakukan kekerasan karena tidak sabar menghadapi anak. Ingatkan bahwa anak-anak belum bisa bersikap seperti orang dewasa. o Hentikan dengan paksa bila pelaku masih melakukan kekerasan. Bila kekerasan dilakukan oleh pengasuh seperti pembantu atau baby sitter, segeralah memutuskan kontrak kerja.
o
o
o
Laporkan pada pihak yang berwajib bila luka yang diakibatkan oleh kekerasan masuk dalam kategori fatal, misalnya luka robek yang parah, luka tusuk, atau pemerkosaan. Memantau tumbuh kembang anak sesuai dengan usia perkembangannya. Jika tidak sesuai dengan tahap perkembangannya, segeralah datang ke ahli medis tumbuh kembang, misalnya psikolog. Lakukan fisum untuk kasus kekerasan secara fisik. Sehingga saat Anda ingin melaporkan pelaku pada pihak berwajib, Anda memiliki bukti otentik.
DAFTAR PUSTAKA Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta Anna Budi Keliat. 1998.Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak . Jakarta : FIK UIEnnis Sharon Axton. 2003. Pediatric Nursing Care Plans,2nd Edition,Pearson Education,New Jersey. Nelson. 1999.Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : EGC.Whaley’s and Wong. 1996. Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition,Mosby Company.Sowden Betz Cicilia. 2002. Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC etz, Delsboro. 1993. Keperawatan Pediatric, Jakarta : EGC Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI Gordon et all. 2002. Nanda Nursing Diagnoses. Definition and classification 20012002. Phildelpia : NANDA