BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi Ekonomi Bangsa Indonesia baik mikro maupun makro sudah sangat tidak menentu lagi, setelah dihantam dengan beberapa kali kenaikkan BBM yang pada ujungnya menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, banyak yang pada awal mulanya adalah kebutuhan primer, berubah menjadi kebutuhan sekunder dan seterusnya, masyarakat semakin mengenyampingkan kebutuhan yang lain agar dapat makan di sehari harinya. Dengan menurunnya daya beli masyarakat, sangat berpengaruh terhadap industri Otomotif di Indonesia. Penurunan penjualan Otomotif di Roda 4 menurun sampai 50%, bahkan industri Otomotif raksasa Roda 4 di Indonesia dengan Kijang sebagai andalannya, menurun sampai 70% dari total penjualannya. Begitu pula yang terjadi pada industri roda 2 terbesar di indonesia Honda, penurunannya sampai 50% dari total penjualannya. PT. MTM, adalah perusahaan yang bergerak di bidang forging manufacturing yang mana hampir semua produknya disupply ke seluruh ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) di Indonesia. Sehingga baik buruknya kondisi perusahaan juga sangat tergantung dari kondisi perusahaan-perusahaan ATPM tersebut. Di kondisi yang seba sulit ini, manajemen harus mengambil langkah lain untuk mempertahankan kondisi perusahaan, salah satu caranya adalah mencari alternatif
produk baru dengan menambah varian dari produk yang ada di perusahaan. Hal ini sebenarnya sejalan dengan pemikiran ATPM di Indonesia, bagaimana menekan harga produk kendaraan mereka adalah dengan melakukan lokalisasi produk-produk yang tadinya dikerjakan di luar atau CKD part, menjadi part lokal dengan target penurunan harganya sekitar 30% sampai 40%. Jadi sebenarnya ada banyak peluang untuk mendapatkan produk baru dari perusahaan-perusahaan ATPM tersebut. Masalah yang sering muncul adalah capability process, keterbatasan proses dengan mesin yang ada kadang menjadi penghambat untuk melakukan hal diatas, sehingga yang terfikirkan adalah Investasi, baik itu investasi mesin, gedung, orang. Tetapi dengan kondisi yang cukup sulit bagi perusahaan dengan kondisi yang sudah ada, nilai investasi yang besar bukanlah keputusan yang mudah. Untuk itu dibutuhkan analisa investasi yang sesuai dengan kondisi perusahaan sehingga investasi dapat menguntungkan perusahaan dan tepat guna. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Salah satu produk baru yang akan diambil oleh perusahaan adalah produk crank shaft type KPH untuk sepeda motor yang di produksi oleh PT. AHM. Alasan kenapa produk ini yang diambil adalah karena basic proses dari produk ini adalah forging, jadi sesuai dengan core business dari perusahaan. Lalu dilihat dari segi bisnisnya, produk ini cukup menarik dari segi sales dan revenue bagi perusahaan.
Crank Shaft Comp Crank Shaft Assy Gambar 1.1
Forging Press
Piercing & Machining
Crank Shaft Forging dan Machining Gambar 1.2
Tetapi dari segi proses produk ini membutuhkan investasi yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga yang menjadi masalah utama adalah bagaimana menempatkan nilai investasi tersebut sehingga tepat guna. Disini penulis akan mencoba untuk menganalisis nilai kebutuhan investasi tersebut berbanding dengan total penjualan produk ini, sehingga tujuan dari investasi dapat tercapai yaitu memberi keuntungan bagi perusahaan.
1.3 Ruang Lingkup Agar tujuan dari penulisan ini tidak menyimpang jauh, maka perlu dirancang batasanya dan cakupan masalah tulisan ini, sehingga penulisan lebih terarah dan sesuai dengan sasaran : 1. Penulis tidak membahas detail mengenai masalah cash flow perusahaan dengan nilai investasi yang ada. 2. Data sales dan profit dari produk merupakan asumsi saja yang didapatkan dari target sales perusahaan, karena hal tersebut masih merupakan rahasia perusahaan. 3. Analisa keputusan investasi hanya satu jenis produk baru saja, tidak digabung beberapa investasi produk baru dan dianalisa investasinya. 4. Rencana investasi mesin hanya untuk produk yang dibahas saja (dedicated), jadi perhitungan Loading Vs Capacity hanya untuk produk baru ini saja. 5. Dalam analisa biaya, tidak semua pos-pos biaya diperhitungkan disini karena perhitungan bisa double costing kalau tidak membahas juga produk-produk yang sudah ada, seperti biaya overhead pabrik, tidak semua yang termasuk overhead pabrik dimasukan disini, hanya beban biaya overhead baru saja yang masuk perhitungan, contoh : biaya maintenance mesin, biaya indirect labour, biaya depresiasi bangunan pabrik yang sudah ada.
6. Sumber dana invetasi berasal dari pihak holding company yaitu PT. Astra Otoparts, Tbk. Jadi dalam berinvestasi tidak dilibatkan pihak ketiga sebagai peminjam modal. 1.4 Tujuan dan Manfaat Pada pembahasan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Membuat satu analisa keputusan investasi dengan kondisi perusahaan yang berbeda beda. 2. Mendapatkan keuntungan sebesar besarnya dengan menempatkan analisa keputusan investasi bagi perusahaan. 3. Mempermudah investor dalam hal ini adalah PT. MTM sendiri dan PT. AOP (PT. Astra Otoparts) sebagai kepemilikan modal dan saham MTM untuk memutusakan kelayakan investasi dari sebuah project. 4. Tingkat pengembalian modal proyek (Payback Period) kurang dari 8 tahun. 5. Nilai NPV (Net Present Value) dari modal awal bernilai positif. 6. Besarnya IRR (Internal Rate of Return) dari nilai proyek lebih besar dari MARR (Minimum Attractive Rate of Return). 1.5 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. MTM adalah perusahaan yang dimiliki 100% oleh PT. Astra Otoparts, Tbk. MTM adalah perusahaan yang tergolong ”mandiri group”, karena selain kepemilikannya adalah 100% PT. Astra Otoparts, MTM tidak memiliki join venture atau mother company di perusahaan asing yang beraffiliate dengan MTM. MTM bergerak pada industri manufaktur spesialis Forging (tempa). MTM
didirikan untuk sebagai yang termasuk industri hulu, untuk mendukung industri Otomotif di Indonesia, terutama untuk men supply part Forging. Salah satu part yang ingin dikerjakan di MTM adalah produk Crank Shaft type KPH yang disupply ke PT. AHM untuk motor Supra X 125. Crank Shaft ini berfungsi sebagai poros atau as dari gerakan translasi dari piston menjadi gerakan rotasi. Crank Shaft dipasang berpasangan pada engine motor, tetapi dengan bentuk yang berbeda yaitu Crank Shaft Left dan Crank Shaft Right. Tetapi disini MTM hanya akan memproduksi part ini tidak sampai machining, hanya sebatas Forging saja, karena machining part ini dilakukan secara inhouse di PT. AHM. Adapun flow process dari part Crank Shaft ini secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut : Flow Proses Production
Proses Forging Steel Bar (Round)
Cutting / Chamfering
Heating Upsetter
S48CZ HR
In House
In House
Shot Blast
Magna Flux
Final Inspection
In House
In House
In House
Forging Press 1600T
Forging Press 600T
Trimming Press 110T
Direct Quenching
Tempering
In House
In House
In House
In House
In House
Delivery To AHM
Machining (Turning)
Final Inspection
Assembly
AHM
AHM
AHM
Process Inhouse AHM Flow Process Produksi Gambar 1.3
Dari Gambaran flow process diatas, ada beberapa current facility yang ada di MTM dan ada beberapa yang memang perlu investasi mesin baru agar secara quantity dapat terpenuhi.
1.6 Metode Penelitian/Metode Pemecahan Masalah/Rancangan Sistem Dalam penangan sebuah order dari customer, yang menerima awal adalah Marketing, lalu dari pihak marketing akan membuat keputusan di awal secara global mengenai capability dan capacity perusahaan mengenai proyek yang diterimanya, juga terkadang disini melibatkan kebijakan-kebijakan perusahaan juga mengenai strategi perusahaan, setelah itu marketing akan memberikan ke pihak engineering untuk dihitung lebih mendalam secara teknis Berikut adalah perumusan masalah dalam perhitungan dan analisa kelayakan dalam sebuah proyek,
In q u ir y F r om C u s t om er or C lien t
C r ea t e T ea m P r oject M em b er
S t u d y B u s in es s Fu tu r e
S t u d y Dr a win g a n d P r od u ct
Yang akan dibahas dalam perhitungan analisa kelayakan project
F ea s ib ilit y P r oject
Feasible ?
Inform to Customer or Client
Manufacturing Cost Study
Calculating Feasibility Study
Calculating Quotation Product
Price Negotiate With Customer
Part Preparation Planning
Mass Production of Product
Flow Process New Project Gambar 1.4
Pada langkah Feasibility Study lah kelayakan suatu investasi dihitung, jika hasilnya tidak bagus investasi tidak layak untuk dijalankan dan sebaliknya jika bagus flow akan terus berjalan hingga saat mass production. Berikut adalah perumusan masalah pada saat perhitungan analisa kelayakan investasi.
Analisa Flow Process
Analisa Loading Vs Capacity Mesin yg dibutuhkan
Analisa kebutuhan Mesin Baru dibutuhkan
Kalkulasi Rencana Investasi (Machine, Building,, Man, Matl.)
Kalkulasi Kebutuhan Listrik
Kalkulasi Kebutuhan Consumables
Kalkulasi Kebutuhan Man Power
Kalkulasi Kebutuhan Material
Kalkulasi Ongkos Maintenance
Kalkulasi Biaya Gedung dan Depresiasinya
Feasibility Summary
Analisis Sensitivitas
Flow Process Feasibility Study Gambar 1.5
Pada tahap Feasibility Summary para pengambil keputusan dapat mengambil kesimpulan secara garis besar proyek yang dibahas, apakah proyek tersebut layak atau tidaknya dapat dilihat di batasan-batasan yang diberikan di Feasibility Summary. Sedangkan pada Analisis Sensitivitas, lebih membantu para pengabil keputusan untuk melihat faktor-faktor apa yang paling dominan yang dapat merubah hasil dari proyek ini (sensitive).