BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sistem pemanufakturan tradisional mengatur skedul produksinya berdasarkan pada peramalan kebutuhan di masa yang akan datang.Padahal tidak seorangpun yang dapat memprediksi masa yang akan dating dengan pasti walaupun dia memiliki pemahaman yang sempurna tentang masa lalu dan memiliki insting yang tajam terhadap kecendrungan yang terjadi dipasar. Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman. Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan. Terdapat empat aspek pokok dalam konsep Just In Time yaitu: 1. Menghilangkan semua aktifitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah
terhadap produk atau jasa. 2. Komitmen terhadap kualitas prima. 3. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi. 4. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah. Perusahaan-perusahaan meningkatkan perhatian terhadap keuntungan potensial dari : 1. Membuat pesanan pembelian yang lebih kecil dan lebih sering. 2. Membangun kembali hubungan dengan pemasok. Kedua hal di atas berhubungan dengan peningkatan minat dalam sistem pembelian tepat waktu (Just In Time). Pembelian Just In Time adalah pembelian barang atau bahan sedemikian rupa sehingga pengiriman secara tepat mendahului permintaan atau penggunaan. Dalam keadaan 1
ekstrim tidak adanya persediaan (barang untuk dijual bagi seorang pengecer, bahan baku barang dalam proses atau barang jadi bagi seorang produsen) yang ditahan. Perusahaan yang menggunakan pembelian Just In Time biasanya menekankan biaya tersembunyi yang berhubungan dengan menahan tingkat persediaan yang tinggi. Biaya tersembunyi ini meliputi jumlah ruang penyimpanan yang lebih besar dan jumlah kerusakan – kerusakan kerusakan yang cukup besar.
1.2 Rumusan Masalah
Penulisan makalah ini hanya memfokuskan pada: 1. 2. 3. 4. 5.
Penjelasan Just In Time Tujuan Just In Time Manfaat Just In Time Prinsip-prinsip Just In Time Kelamahan dan kelebihan Just In Time
1.3 Maksud dan Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menginformasikan bagaimana sistem Just In Time diterapkan dalam perusahaan.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Just In Time
Just in Time dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation tahun 1973. Tujuan utamanya adalah pengurangan biaya atau perbaikan produktivitas dengan menghilangkan berbagai pemborosan. Pengembangan yang sangat penting dalam perencanaan dan pengendalian operasional saat ini adalah JIT manufacturing yang kadang disebut sebagai ”produk tanpa persedian”. JIT bukan hanya sekedar sebuah metode yang bertujuan untuk mengurangi persediaan. JIT juga memperhatikan keseluruhan system produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan – dibutuhkan – tidak tidak terlambat dan tidak terlalu cepat. Sistem Just In Time berkembang di negara Jepang karena adanya keprihatinan industriindustri di Jepang. Pada saat itu Jepang merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang terbatas, ketergantungan pada energi dan bahan baku import, dan keadaan geografisnya yang kurang menguntungkan (80% bagian negara terdiri dari pegunungan). Hal ini menjadikan para produsen Jepang mempunyai posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan pesaing pesaing dari negara-negara barat. Oleh karena itu, Jepang melakukan berbagai macam usaha untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan negara lain sehingga produk Jepang menjadi sangat kompetitif dengan produk lain di dunia internasional. Jepang mengembangkan suatu inovasi terhadap pemborosan dalam hal bahan baku, tempat, tenaga kerja, waktu serta biaya. Harga tanah yang mahal akibat lahan yang sempit tidak memungkinkan untuk membangun tempat penyimpanan persediaan sehingga mendorong perusahaan untuk merancang tata letak pabrik dan arus bahan menjadi seefektif mungkin. Dari keterbatasan inilah Just In Time berkembang. Pendekatan Just In Time dikembangkan oleh Mr. Taiichi Ohno (mantan wakil presiden Toyota Motor Company di Jepang) bersama rekannya di pertengahan 1970. Pengembangan Just In Time di Jepang adalah untuk menghindari atau mengeliminasi pemborosan, menghindari produk-produk rusak atau cacat dengan menghasilkan produk yang bermutu tinggi, mengeliminasi pengerjaan ulang dan penumpukan persediaan. Keberhasilan Just In Time pada Toyota Motor Company menarik perhatian perusahaan lain di Jepang. Toyota telah memperoleh pengakuan dunia industri tentang keberhasilannya mengurangi inventory sampai pada tingkat minimum (orientasi zero inventory). Sejak S ejak saat penerapan sistem Just In Time terbukti manfaatnya semakin bertambah banyak perusahaan perusahaan di Jepang yang ikut menerapkan sistem Just In Time. Konsep Just In Time ini kemudian meluas di luar Jepang yaitu Ford, Chrysler, General Motor, Hawlett Packard merupakan contoh perusahaan-perusahaan pe rusahaan-perusahaan besar yang telah menerapkan sistem Just In Time. Tempat makan siap saji seperti McDonald’s telah belajar sistem manufaktur manufaktur Just In Time seperti 3
Toyota, dengan menerapkan sistem Just In Time baru Time baru yang disebut dengan “Made For You”. Dimana tujuan dari sistem Just In Time tersebut adalah melayani setiap konsumen dengan makanan yang sesegar mungkin dalam waktu 90 detik. Sampai saat ini, sistem Just In Time terus berkembang dan diterapkan bukan saja pada perusahaan-perusahaan manufaktur, tetapi juga dikembangkan oleh perusahaan kecil (Ristono, 2010). 2.2 Filosofi Just In Time
Konsep Just In Ti me (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan terbaik yang ada di Jepang, sejak awal tahun 1970an, JIT pertama kali dikembangkan dan disempurnakan di pabrik Toyota Manufacturing oleh Taiichi Ohno, oleh karena itu Taiichi Ohno sering disebut sebagai bapak JIT, Konsep JIT berprinsip hanya memproduksi jenis-jenis barang yang yang diminta (what) sejumlah yang diperlukan (How (How much) dan pada saat dibutuhkan (When) oleh konsumen. Just In In Time (JIT) merupakan keseluruhan filosofi dalam operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu yang berlebih, di luar kebutuhan k ebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu kerja k erja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Dalam bahasa sederhanya sederhanya pengertian pemborosan adalah segala sesuatu tidak memberi nilai tambah itulah pemborosan. Ada 5 jenis pemborosan yang perlu p erlu diidentifikasi dalam Just In Time (JIT): 1. Waktu pemrosesan waktu aktual untuk menghasilkan suatu produk. 2. Waktu pindah : waktu yang digunakan untuk memindahkan dari satu departemen ke depatemen yang lain. 3. Waktu inspeksi : waktu yang digunakan untuk menentukan produk rusak atau mengerjakan ulang produk yang rusak tsb. 4. Waktu tunggu : waktu yang dihabiskan suatu produk karena menunggu untuk dikerjakan ketika sampai pada departemen berikutnya 5. Waktu penyimpanan : waktu yang dibutuhkan suatu produk baik dalam gudang penyimpanan persedianan setengah jadi maupun setelah barang jadi sampai di gudang.
4
2.3 Pengertian Just In Time
Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahanbaku, WIP, dan produk jadi. Konsep dasar dari sistem produksi JIT adalah memproduksi produk yang diperlukan,pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan perbaikan terus – menerus menerus (contionous process improvement). Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi. JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut: 1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus dieliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu, misalnya persediaan sedapat mungkin nol. 2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat. 3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan. 4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadapaktivitas yang bernilai tambah. JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnyapembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut ,dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja sebelumnyasesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai PullSystem (system tarik). Dalam system JIT , hanya final assembly line yang menerima jadwalproduksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima pesananproduksi dari subkuens operasi berikutnya. Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Terdapat juga definisi dan deskripsi dari JIT, diantaranya:
JIT adalah suatu sistem produksi yang bertujuan untuk meminimalkan biaya produksi dengan membuat dan mendistribusikan barang dalam jenis, kuantitas, waktu dan tempat yang tepat dengan menggunakan fasilitas, peralatan, dan sumber daya manusia seminimum mungkin (NSW Science and Technology Council, 1985). 5
JIT adalah suatu sistem produksi yang merubah kompleksitas manajemen manufaktur dengan kesederhanaan (Schonberger, 1984). JIT adalah suatu filosofi manufaktur yang berusaha untuk memproduksi suatu produk dalam jangka waktu sesingkat mungkin dengan menghasilkan kesalahan seminimum mungkin (Hall, 1987).
2.4 Aspek Pokok Just In Time
Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan meminimalisasi pemborosan. Aspek pokok Just In Time adalah sebagai berikut: 1. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan. 2. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya. 3. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan. 4. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan. 5. Komitmen terhadap kualitas prima. 6. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi. 7. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas yang memberikan nilai tambah. 8. Menghilangkan semua aktifitas atau sumber- sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk atau jasa. 9. Komitmen terhadap kualitas prima. 10. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi 11. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah.
2.5 Tujuan Just In Time
Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengend alian biaya, peningkatan kualitas, ku alitas, serta perbaikan kinerja pengiriman. pengiriman. Perhitungan serta serta kerja sama yang baik antara penyalur, pemasok dan bagian produksi haruslah baik. Keterlambatan akibat salah perhitungan atau kejadian lainnya dapat menghambat proses produksi sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem JIT adalah: 1. 2. 3. 4.
Zero Defect (tidak ada barang yang rusak). Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up) Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot) Zero Handling (tidak ada penanganan) 6
5. Zero Queues (tidak ada antrian) 6. Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin) 7. Zero Lead Time (tidak ada lead time) Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan Just In Time,diantaranya adalah sebagai berikut : -
Aliran Material yang lancer Sederhanakan pola aliran material. Untuk itu dibutuhkan pengaturan total pada lini produksi. Ini juga membutuhkan membutuhka n akses langsung dengan deng an dan dari bagian penerimaan dan pengiriman. Tujuannya adalah untuk mendapatkan aliran material yang tidak terputus dari bagian penerimaan dan kemudian antar tiap tingkat produksi yang saling berhubungan secara langsung, samapi pada bagian pengiriman. Apapun yang menghalangi aliran yang merupakan target yang haru diselidiki dan dieliminasi.
-
Pengurangan waktu set-up Sesuai dengan JIT, terdapat beberapa bagian produksi diskret yang memilki waktu set-up mesin yang kadang-kadang membutuhkan waktu beberapa jam. Hal ini tidak dapat ditoleransi dalam sistem JIT. Pengurangan waktu setup yang dramatis telah dapat dicapai oleh berbagai perusahaan, kadang dari 4-7 jam menjadi 3-7 menit. Ini membuat ukuran batch dapat dikurangi menjadi jumlah yang sangta kecil, yang mengijinkan perusahaan menjadi sangat fleksibel dan responsif dalam menghadapi perubahan permintaan konsumen.
-
Pengurangan lead time vendor Sebagai pengganti dari pengiriman yang sangat besar dari komponen-komponen yang harus dibeli setiap 2/3 bulan, dengan sistem JIT kita ingin menerima komponen tepat pada saat operasi produksi membutuhkan. Untuk itu perusahaan kadang-kadang harus membuat kontrak jangka panjang dengan vendor untuk mendapatkan kondisi seperti ini.
-
Komponen zero defect Dalam system pengawasan lantai produksi tradisional, penekanan diberikan pada utilitas mesin, waktu produksi yang panjang yang dapat mengurangi biaya set up dan juga pengurangan waktu pekerja. Untuk itu, order produksi dikeluarkan dengan memperhatikan faktorfaktor ini. Dalam JIT, perhitungan performansi tradisional ini sangat jauh dari keinginan untuk membentuk persediaan yang rendah dan menghilangkan hal-hal yang menghalangi operasi yang responsif. Hal ini membuat waktu awal pelepasan order yang tepat harus dilakukan setiap saat. Ini juga berarti, kadangkadang mesin dan operator mesin dapat saja menganggur. Banyak manajer produksi yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menjaga agar mesin dan tenaga kerja tetap sibuk, mendapat kesulitan membuat penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan agar
7
berhasil menggunakan operasi JIT. Perusahaan yang telah berhasil mengimplementasikan filosofi JIT akan mendapatkan manfaat yang besar. Tujuan Strategis JIT: 1. Meningkatkan laba. 2. Memperbaiki posisi persaingan perusahaan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara: -
Mengeliminasi atau mengurangi persediaan.
-
Meningkatkan mutu.
-
Mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah (sehingga memungkinkan harga jual rendah dan laba meningkat).
-
Memperbaiki kinerja pengiriman.
2.6 Manfaat Just In Time
JIT bukan hanya sekedar metode pengendalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem - sistem produksi yang saling berkaitan dengan se mua fungsi dan aktivitas. Manfaat JIT antara lain : 1. Mengurangi ruangan gudang untuk penyimpanan barang. 2. Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi 3. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan pada sumbernya. 4. Penggunaan mesin dan fasilitas secara baik. 5. Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok. 6. Layout pabrik yang lebih baik. 7. Pengendalian kualitas dalam proses. Adapun manfaat-manfaat yang diperoleh dengan adanya penerapan Just In Time menurut Garrison dan Norren (1997), adalah sebagai berikut: 1. Modal kerja dapat ditunjang dengan adanya penghematan karena pengurangan biaya biaya persediaan 2. Lokasi yang tadinya untuk menyimpan persediaan dapat digunakan untuk aktivitas lain sehingga produktivitas meningkat 3. Waktu untuk melakukan aktivitas produksi berkurang, sehingga dapat menghasilkan jumlah produk lebih banyak dan cepat merespon konsumen. Tingkat produk cacat berkurang, mengakibatkan penghematan dan kepuasan konsumen meningkat
8
2.7 Prinsip-prinsip Just In Time
Secara singkat prinsip Just In Time adalah menghilangkan sumber-sumber pemborosan produksi dengan cara menerima jumlah yang tepat dari bahan baku dan memproduksinya dalam jumlah yang tepat pada tempat yang tepat dan waktu yang tepat pula (Indrajid dan Pranoto, 2003). Terdapat tujuh macam prinsip dasar yang menyusun sistem produksi Just In Time sehingga menjadikan sebuah sistem yang memiliki kualifikasi tinggi, ketujuh prinsip itu menurut Leo (2007) adalah: 1. Simplification , merupakan salah satu tools Just In Time dalam penyederhanaan proses maupun prosedur yang ada. 2. Cleanliness and Organization , fasilitas-fasilitas yang bersih dan teratur akan memudahkan pekerja dalam melakukan pekerjaan. 3. Visibility , kejelasan yang membuat suatu kesalahan dapat terlihat dengan jelas. 4. Cycle , waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk. Cycle ti me 5. Agility , kekuatan dalam pembuatan produk dengan memberikan respon yang cepat dan tepat terhadap perubahan. 6. Vari abili ty Reduction , kemampuan mengurangi hal-hal yang tidak diperlukan. Reduction 7. M easur pengukuran serta pengertian akan proses keseluruhan. asur ement Manfaat Just In Time ,
Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu: oduksi sesuai dengan dengan pes pesanan J adual Pr oduksi oduksi I nduk 1. Berpr oduksi
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja (Just in Time), untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stock serta untuk menekan biaya penyimpanan (holding cost).
Produksi dil akukan dalam jumlah l ot 2. Produksi
(Lot Size) yang kecil untuk menghindari perencanaan dan lead time yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa
9
dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar. pemborosan an (El imi nate Waste Waste) ) 3. M engur angi pemboros
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lainlain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi. 4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus. (Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses proses yang menimbulkan bottleneck dan semua kondisi yang tidak produktif (idle, delay, material handling, dan lain-lain) yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi. 5. Penye Penyempur mpur naan ku ali tas produk (Pr oduct Qualit y Pe Perf ection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin. Respek ter ter hadap had ap semua semua or ang/k ang /kar aryawan yawan (Res ( Respec pectt to People) 6. Respek
Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu. bentu k ketidak pastian pastian (See (Seek to El imi nate Contigencies Contigencies) 7. M engur angi segala bentu
Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadualan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan dan formulasi model peramalannya. 10
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just in Time dalam sistem produksi di atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek, melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just in Time dalam sistem produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar. Selain prinsip dasar just in time, beri beri kut adalah adalah ur utan pene penerapan rapan tekni tekni k j ust ust i n ti me : -
Menerapkan 5S – 5S – dasar dasar untuk perbaikan Dasar perbaikan ditempat kerja adalah konsep 5S yang terdiri dari Seiri (Pemilihan), Seiton
(Penataan),
Seiso
(Pembersihan),
Seiketsu
(Pemantapan),
dan
Shitsuke
(Kebiasaan). -
Penerapan produksi satu potog untuk mencapai pengimbangan lini.
-
Pelaksanaan produksi ukuran lot kecil dan perbaikan metode penyiapan.
-
Penerapan operasi baku.
-
Produksi lancer dengan merakit produk sesuai dengan kecepatan penjualan.
-
Autonomasi (“jidoka”). (“jidoka”).
-
Penggunaan kartu kanban.
2.8 Faktor pendukung Just In Time
Sistem produksi Just In Time memiliki beberapa faktor pendukung yang berperan penting dalam usaha untuk mencapai keberhasilan penerapan sistem tersebut. Menurut Heizer dan Render (2004), terdapat beberapa faktor penting dalam Just In Time, yaitu: 1. Faktor Supplier (Pemasok) Just In Time sangat memerlukan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli seperti konsep kemitraan (partnership). Sistem Just In Time memerlukan jumlah pemasok yang sedikit, pemasok dekat dengan pabrik, peningkatan frekuensi pengiriman dalam jumlah kecil, dilakukannya kontrak jangka panjang, pemasok dibantu dalam peningkatan kualitas serta penerapan Just In Time yang dibangun secara bersama-sama.
11
2. Faktor Inventory (Persediaan) Perusahaan pabrikasi biasanya menyimpan tiga jenis persediaan yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Just In Time memerlukan teknik dalam mengelola inventory antara lain penggunaan pull system untuk pergerakan inventory, pengurangan variabilitas, pengurangan persediaan, ukuran lot yang kecil dan pengurangan waktu set up. 3. Faktor Scheduling (Penjadwalan) Scheduling atau penjadwalan operasi produksi merupakan penetapan waktu serta penggunaan sumber daya dalam kegiatan operasi produksi. Just In Time mensyaratkan dan mengkomunikasikan penjadwalan kepada supplier, jadwal produksi yang bertingkat, menekankan bagian dari jadwal paling dekat dengan tempo, lot kecil, dan teknik kanban. 4. Faktor Layout (Tata Letak) Tata letak (layout) merupakan susunan dari mesin-mesin dan peralatan serta semua komponen yang menunjang produksi dalam suatu pabrik. Tata letak yang baik memungkinkan pengurangan pemborosan yaitu pergerakan, misalnya pergerakan bahan baku maupun manusia. 5. Faktor Quality Management (Manajemen Kualitas) Just In Time memiliki prinsip utama dalam pengendalian kualitas, yaitu output yang bebas cacat adalah lebih penting dari output itu sendiri, segala kesalahan dan kerusakan dapat dicegah, dan tindakan pencegahan adalah lebih murah dari pada pekerjaan mengulang. Dengan demikian Just In Time lebih dapat menghemat biaya karena tidak ada pemborosan. 6. Faktor Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan) Pemeliharaan dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan melalui tindakan pencegahan. Preventive maintenance merupakan semua aktifitas yang dilakukan untuk menjaga peralatan dan mesin tetap bekerja dengan baik dan untuk mencegah kerusakan. Just In Time membutuhkan preventive maintenance yang terjadwal dan adanya pemeliharaan rutin harian. 7. Faktor Employee Empowerment (Pemberdayaan Pekerja) Pemberdayaan pekerja berarti melibatkan pekerja dalam setiap langkah proses produksi. Pemberdayaan pekerja dengan meluaskan pekerjaan pekerja sehingga bertanggung jawab dan memiliki kewenangan tambahan yang dipindahkan sedapat mungkin pada tingkat terendah dalam organisasi 12
2.9 Eelemen-elemen kunci sistem Just In Time
Lima Elemen kunci demi keberhasilan JIT : 1. Jumlah Pemasok yang terbatasTingkat persediaan yang minimalSistem JIT memotong biaya dengan mengurangi : a. Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku b. Jumlah penanganan bahan baku c. Jumlah persediaan yang usang. 2. Pembenahan Tata Letak Pabrik Arus Lini adalah jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman barang jadi. a. Meminimalkan biaya penanganan bahan baku b. Meniadakan penyimpanan unit produk dalam proses pada saat unit tersebutmenunggu proses berikutnya. 3. Pengurangan Setup TimeMasa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubahperlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir terkait dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk unsure yang berbeda. 4. Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control)TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan penerimaan penerimaankomponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada BDp maupun pada barang jadi. 5. Tenaga kerja yang fleksibel
2.10 Persyaratan-persyaratan Just In Time
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi penerapan JIT: 1. Organisasi Pabrik Pabrik dengan sistem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi. 2. Pelatihan/Tim/keterampilan JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh JIT dan alat-alat statistik seharusnya diberikan.
13
a. Membentuk Aliran/Penyederhanaan. Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal. b. Kanbal Pull Sistem. Kanbal merupakan sistem manajemen suatu pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan:
Jangan mengirim produk rusak ke proses berikutnya. Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan
Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya
Meratakan beban produksi
Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning
Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.
3. Visibiltas / pengendalian visual Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan sistem visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam sistem tradisional sulit dilakukan karena para karyawan mondarmandir mengurus kelebihan barang dalam proses dan banyak rute produksi yang saling ersilangan. 4. Eliminasi Kemacetan Untuk menghapus kemacetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari berbagai departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya yang relevan. 5. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup. Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini sesuai bila mesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi. 6. Total Productive Maintance TPM merupakan suatu keharusan dalam sistem JIT. Mesin-mesin membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin tersebut.
14
7. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC) dan Perbaikan Berke sinambungan. Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIT tidak ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja dengan prima.
2.11 Keuntungan dan kelemahan Just In Time Keuntungan:
1. Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien 2. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya. 3. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali. 4. kertas kerja dapat lebih simple 5. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebihtinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan. Keunggulan dari metode ini adalah dapat mengurangi biaya tenaga kerja, persediaan, risiko kerusakan, dan peningkatan kualitas produk. Keunggulan tersebut seiring dengan adanya Total Quality Management dalam penerapan sistem JIT sehingga risiko kerusakan dapat ditekan dan kerugian akibat retur barang rusak oleh pelanggan dapat dikurangi karena Total Quality Management juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas dari produk. Selain itu, biaya tenaga kerja dapat ditekan karena jumlah persediaan diusahakan menjadi seminim mungkin sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan dalam mengawasi tidak perlu dalam jumlah yang banyak. Biaya penyimpanan juga dapat ditekan hingga seminimal mungkin akibat dari persediaan yang disimpan juga sedikit. Kelemahan:
Satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaanhistoris. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inve in vent ntor oriakan iakan habis dan akan mempengaruhi mempengaruhi tingkat tingkat pelayanan pelayanan konsumen. konsumen.
2.12 Strategi penerapan Just In Time
Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain: 1. Strategi Penerapan Pembelian Just In In Time
15
a. Dukungan, yaitu dari semua pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pimpinan tersebut JIT tidak dapat terlaksana. b. Mengubah sistem, yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan datang sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita. 2. Strategi Penerapan Pembelian Just In In Time a. Penemuan sistem produksi yang tepa, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan. b. Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga semua kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan sebagainya.
2.13 Perbedaan Sistem JIT dan Sistem Tradisional
JIT
Tradisional -
Sistem tarikan
-
Sistem dorongan
-
Persediaan tidak signifikan
-
Persediaan signifikan
-
Basis pemasok sedikit
-
Basis pemasok banyak
-
Kontrak jangka panjang dengan pemasok
-
Kontrak jangka pendek dengan pemasok
-
Pemanufakturan berstruktur seluler
-
-
Karyawan berkeahlian ganda
Pemanufakturan berstruktur departemen
-
Jasa terdesentralisasi
-
Karyawan terspesialisasi
-
Keterlibatan karyawan tinggi
-
Jasa tersentralisasi
-
Gaya manajemen sebagai penyedia fasilitas
-
Keterlibatan karyawan rendah
-
Gaya manajemen sebagai pemberi perintah
-
Acceptable Quality Level (AQL)
-
Total Quality Control (TQC)
16
1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian. System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan. 2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak signifikan atau dengan kata lain dikurangi sampai tingkat minimum persediaan yaitu 0 . Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli. 3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan system tradisional menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah. 4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah. 5. Struktur seluler dibanding struktur departemen 17
Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf h uruf “U” sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah. Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biayabiaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar. 6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi System JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas” harus digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan. 7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur seluler, para karyawan selain ditugaskan untuk berproduksi b erproduksi tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi dalam struktur selulernya. 8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau memberi peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.
18
9. Gaya pember fasilitas disbanding gaya pemberi perintah System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapat diberdayakan, maka gaya manajemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah. 10. TQC disbanding AQL TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen. Sedangkan AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangk an terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.
2.14 Penerapan JIT Dalam Berbagai Bidang Fungsional Perusahaan A. Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. Di Jepang dan USA, sistem JIT pembelian telah lama dan banyak digunakan dalam praktik industri yang produknya cepat rusak misalnya dalam industri pembuatan makanan jajanan (basah), bunga segar, ikan segar. Namun sekarang, di negara tersebut JIT pembelian banyak diterapkan juga dalam berbagai bidang industri lainnya. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara: 1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya. 2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok. 3. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan. 4. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah. 5. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu. Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
19
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan. 2. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya. 3. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung. 4. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual 5. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
B. Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara: 1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol). 2. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu nol). 3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produ k (workstation). 4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi. Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai Waktu perpindahan Tenaga kerja langsung dan tidak langsung Ruangan pabrik Biaya mutu Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut: 1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan 2. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak langsung
20
3. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual 4. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”
2.15 Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yangditemui dalam pemanufakturan tradisional. Penggunaan sistem pemanufakturan JITmempunyai JITmempunyai dampak pada: 1. 2. 3. 4. 5.
Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa). Mengubah perilaku dan 21elative pentingnya biaya tenaga kerja langsung. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses. Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional:
Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuanpemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan danhanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturanJIT dengan Tradisional meliputi: a. Persediaan rendah b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner c. Filosofi TQC (Total Quality Control)
JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersamauntuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.
JIT -
Sistem Pull-Through Persediaan tidak signifikan Sel-sel pemanufakturan Tenaga kerja terinderdisipliner Pengendalian mutu (TQC) Desentralisasi jasa
21
Tradisional - Sistem Push-Through - Persediaan signifikan - Berstruktur departemen - Tenaga kerja terspesialisasi - Level mutu akseptabel (AQL) - Sentralisasi jasa
Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biayalangsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubahsebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapatmenurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan padaberbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal inidicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasayang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.
Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsungtradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat: 1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya menjadiberkurang. 2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya 22elative menjadi biaya tetap.
produksi
Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaanpemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaianpersediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannyamengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporankeua pelaporankeuang ngaan.Da n.Dallam JIT, JIT, kebe keberradaa adaan n pene penent ntua uan n har harga pokok okok prod produk uk hany hanyaa untu untuk k memuaskantujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuatberbagai keputusan misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trendbiaya, (c) analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para pesaing, (e)keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.
22
Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harusmemisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-selpemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang. Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkanperhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biayadapat dikelompokkan pada level selular. Lagi pula, karena ukuran lot sekarang lebih sangatkecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan.Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses.
Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karenaadanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaannol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlumenghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah padapeny padapenyed eder erha hana naaan.
JIT dan Otomasi Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan otomasi dalambeberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang menggunakan JIT untuk ntuk mengikutinya dengan pemilikan teknologi pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk : (a) menaikkan kapasitas produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu danpelayanan, (d) menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran. Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk secara individual. Sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari selselpemanufakturan se lpemanufakturan JIT. Jadi. Beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak langsung dalam alamlingkungan lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya bia ya langsung. lan gsung.
Penentuan Harga Pokok Backflush Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses danmembebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan menggunakanbackflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai b erikut : 1. Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana. 2. Setiap produk ditentukan biaya standarnya.
23
3. Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang meng me ngas asil ilka kaninformas ninformasii keuangan yang sama sama dengan penelusur penelusuran an secara beruruta berurutan. n.
kira-kira
Ada dua perubahan elative pada sistem konvensional yaitu : a. Perubahan Akuntansi Bahan b. Perubahan Akuntansi Biaya konversi
2.16 Hubungan Antara JIT dan TQM
Untuk mengimplementasikan JIT diperlukan adanya sistem total quality secara keseluruhan dalam organisasi. JIT mensyaratkan semua departemen dapat menanggapi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila departemen produksi melaksanakan JIT, tetapi organisasi secara keseluruhan tidak mengupayakan TQM, maka personil departemen produksi akan menghadapi hambatan yang besar. Selain itu JIT juga mensyaratkan perubahan, sehingga sering kali timbul penolakan dari departemen uang memiliki komitmen untuk berubah. Kaizen atau perbaikan secara terus menerus selalu beriringan dengan Total Quality Management (TQM). Bahkan sebelum filosofi TQM ini terlaksana atau sebelum sistem mutu dapat dilaksanakan dalam suatu perusahaan maka filosofi ini tidak akan dapat dilaksanakan sehingga perbaikan secara terus menerus (Kaizen) ini adalah usaha yang melekat pada filosofi TQM itu sendiri. Sehingga Kaizen bisa juga merupakan suatu kesatuan pandangan yang komprehensif dan terintegrasi. Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa jepang yang dapat diartikan sebagai perbaikan secara terus menerus (countinius improvement). Kaizen nerupakan suatu kesatuan pandangan yang komperhensif dan terintegrasi yang meliputi: 1. Berorientasi pada pelanggan. 2. Pengendalian mutu secara menyeluruh 3. Robotic 4. Gugus kendali mutu 5. Sistem saran 6. Otomatisasi 7. Disiplin di temapt kerja 8. Pemeliharaan produktivitas secara menyeluruh 9. Kanban 10. Penyempurnaan perbaikan mutu, tepat waktu tanpa cacat 11. Kegiatan kelompok-kelompok kecil hubungan kerja sama dengan manajer dan karyawan 12. Pengembangan produk baru
24
Kaizen mempunyai semangat mengadakan perbaikan secara terus-menerus dan berkesinambungan dengan berpedoman pada pad a semangat, hari ini harus lebih dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, tidak boleh ada hari tanpa ada perbaikan. Adapun hirarki dalam kaizen adalah: -
Manajemen Puncak Manajemen Madya Supervisor Karyawan Mengkomunikasikan kaizen sebagai strategi perusahaan Menyebarluakan dan mengimplementasikan sasaran kaizen sesuai penghargaan manajemen puncak melalui menyebarluaskan kebijakan Menggunakan kaizen dalam peranan fungsi Melibatkan diri dalam sistem sasaran dan aktivitas kelompok kecil
25
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Just In In Time (JIT) merupakan keseluruhan filosofi dalam operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Konsep dasar dari sistem produksi JIT adalah memproduksi produk yang diperlukan,pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan perbaikan terus – menerus menerus (contionous process improvement). Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi. Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengend alian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman. Manfaat JIT antara lain : 1. Mengurangi ruangan gudang untuk penyimpanan barang. 2. Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi 3. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan pada sumbernya. 4. Penggunaan mesin dan fasilitas secara baik. 5. Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok. 6. Layout pabrik yang lebih baik. 7. Pengendalian kualitas dalam proses.
26
DAFTAR PUSTAKA http://rolandalpario.wordpress.com/2013/05/11/metode-just-in-time-dalam-akuntansi-manajemen/ https://arvita92.wordpress.com/2014/07/10/makalah-just-in-time/ http://nonawinona.mywapblog.com/just-in-time.xhtml http://firlanboyz.blogspot.com/2013/11/makalah-just-in-time.html http://www.scribd.com/doc/96156634/Makalah-Akuntansi-Manajemen-Just-in-Time-Kelompok2#scribd http://riskymahira.blogspot.com/2013/05/makalah-manajemen-persediaan-just-in.html http://materi-sisfo.blogspot.com/2012/06/makalah-just-in-time-jit.html
27
28
29
30