KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan, atas berkat dan tuntunan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Adapun halangan – halangan yang kami temui, dalam penyusunan tugas ini, namun berkat kerja jeras, tugas ini dapat diselesaikan walaupun masih ada kekurangan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas wound care. Kelompok kami menyadari bahwa masih begitu banyak kekurangan, oleh karena itu sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar tugas makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para Mahasiswa agar dapat berguna bagi bagi masa depan.
Manado, 21 februari 2014 Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feces (M. Bouwhuizen, 1991) Pembuatan lubang sementara atau permanan dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feces (Randy, 1987) Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke kolon iliaka untuk mengeluarkan feces. Kolostomi merupakan prosedur pembedahan yang membawa porsio dari usus besar melewati dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Kolostomi adalah kolokutaneostomi yang disebut juga anus preternaturalis yang dibuat untuk sementara atau menetap
1.2
1.3
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan luka kolostomi?
Apa saja jenis-jenis kolostomi ?
Apa perawatan luka kolostomi?
Apa saja sandar operating procedure (SOP ) perawatan kolostomi?
Tujuan Penulisan
Mendiskripsikan pengertian kolostomi
Mendeskripsikan jenis-jenis kolostomi
Mendeskripsikan perawatan luka kolostomi
Mendeskripsikan sandar operating procedure (SOP ) perawatan kolostomi
I.4
SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini terdapat sistematika penulisan. Dalam Bab I membahas tentang latar belakang , di mana menjadi latar atau dasar pedoman kita dalam mengetahui materi tentang penyakitperawatan luka kolostomi. pada Bab II
kami membahas lebih dalam lagi mengenai perawatan luka
kolostomi , di mana kita dapat mengetahui definisi kolostomi, anatomi fisiologi kolostomi, jenis-jenis kolosromi, komplikasi
perawatan luka kolostomi dan standart
operating procedure (SOP). Bab III mencakup kesimpulan,
dimana kita menarik kesimpulan secara
keseluruhan mengenai materi perawatan luka kolostomi yang terjadi pada manusia. Serta pada bab ini memuat saran yang dapat membangun pemahaman kita tentang materi mengenaiperawatan luka kolostomi.
I.5
MANFAAT PENULISAN
Agar mahasiswa dapat mempelajari lebih dalam mengenai perawatan luka kolostomi bukan hanya sekedar memenuhi tugas mata kuliah melainkan sebagai modal ilmu bagi kita mahasiswa keperawatan dalam menjalankan tugas dan pelayanan kita sebagai perawat yang profesional .
BAB II ISI
2.1 Pengertian Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen
untuk mengeluarkan feces (M. Bouwhuizen, 1991) Pembuatan lubang sementara atau permanan dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feces (Randy, 1987) Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke kolon iliaka untuk mengeluarkan feces. Kolostomi di lakukan ketika usus besar, rectum & anus tidak mampu berfungsi secera normal atau membutuhkan istirahat dari fungsi normalnya.Kolostomi dibuat dengan membuka didinding abdomen (stoma) untuk pengeluaran feses dari usus besar (colon). Colostomi biasanya di buat setelah kolon yang mengalami obstruksi direseksi. Kolostomi dapat temporer atau permanen. Bagian akhir proksimal pada kolon yang sehat di keluarkan dari kulit dinding abdomen , kemudian di tempatkan kantong kolostomi untuk menampung feses.
2.2 Anatomi Fisiologi Colon
Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri sampai dengan rektum berasal dari usus belakang.Lapisan otot longitudenal kolon membentuk tiga buah pita, yang disebut tenia, yang lebih pendek dari kolon itu sendiri
sehingga kolon berlipat-lipat dan berbentuk seperti sakulus yang disebut haustra. Kolon tranversum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal dan dilengkapi dengan mesenterium.
Dalam perkembangan embriologik kadang terjadi gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesenterium yang lengkap. Keadaan ini memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus yang sama halnya dapat terjadi dengan mesenterium yang panjang pada kolon sigmoid dengan radiksnya yang
sempit. Batas antara kolon dan rektum tampak jelas karena pada rektum ketiga tenia tidak
tampak lagi. Batas ini terletak dibawah ketinggian promontorium, kira-kira 15 cm dari anus. Pertemuan ketiga tenia didaerah sekum menunjukkan pangkal apendiks bila apendiks tidak jelas karena perlengketan.Sekum, kolon asendens, dan bagian kanan kolon transversum didarahi oelh cabang a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika, a.kiloka dekstra, dan a.kolika media. Kolon tranversum bagian kiri, kolon desendens, kolon sigmoid dan
a.hemoroidalis superior.
Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Aliran darah vena disalurkan melalui v.mesenterika superior untuk kolon asendens dan kolon transversum dan melalui v.mesenterika inferior untuk kolon desendens, sigmoid, dan rektum. Keduanya bermuara kedalam v.porta tetapi v.mesenterika inferior melalui v.lienalis. alran vena dari kanalis analis menuju ke v.kava inferior. Karena itu anak sebar yang berasal dari keganasan rektum dan anus dapat ditemukan diparu, sedangkan yang berasal dari kolon ditemukan di hati. Pada batas rektum dan anus terdapat banyak kolateral arteri dan vena melalui peredaran hemoroidal antara sistem pembuluh saluran cerna dan sistem arteri dan vena iliaka. Aliran limfe kolon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini penting diketahui sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingannya dalam reseksi keganasan kolon. Sumber aliran limf terdapat pada muskularis mikosa. Jadi selama suatu keganasan kolon belum mencapai lapisan muskularis mukosa kemungkinan besar belum ada metastasis. Metastasis dari kolon sigmoid ditemukan dikelenjar regional mesenterium dan retroperitoneal pada a.kolika sinistra, sedangkan dari anus ditemukan kelenjar regional diregio inguinalis. Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang berasal dari n.vagus.Karena distribusi
persarafan usus tengah dan usus belakang, nyeri alih pada kedua bagian kolon kiri dan kanan berbeda. Lesi pada kolon bagian kanan yang berasal dari usus tengah terasa mulamula pada epigastrium atau diatas perut. Nyeri pada apendisitis akut mula-mula terasa pada epigastrium, kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri dari lesi pada kolon desendens atau sigmoid yang berasal dari usus belakang terasa mula-mula dihipogastrium atau
dibawah
pusat dan nyeri perut.
feses Memasuki rektum (2) dari kolon (1). Ada dua otot utama yang harus dilalui oleh feses untuk bisa keluar dari tubuh, yaitu muskulus sfingter internal dan muskulus sfingter eksternal (4). Muskulus sfingter internal yang bersifat involuntary. Secara otomatis akan terbuka diatas saluran anus untuk memungkinkan feses melewatinya..muskulus sfingter Eksternal yang bersifat voluntary artinya kita dapat mengontrol otot tersebut.Hal ini membantu dalam menjaga feses di rektum sampai kita siap untuk mengeluarkanya. Muskulus sfingter eksternal mendorong feses keluar dari lubang anus (5) dan rektum rileks. Dorongan tersebut akan menghilang sampai ada gerakan usus berikutnya
2.3 Jenis-jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara. * Kolostomi Permanen Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang). * Kolostomi temporer/ sementara Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses . Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien. Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.
2.4 Kategori Kolostomi
a. End Stoma : End stoma/ terminal stoma dapat dibuat secara permanen maupun temporer. Stoma dengan bentuk tunggal, dilakukan dengan bagian akhir proksimal colon dibuka, dikeluarkan dan di jahit ke dinding abdomen. b. Loop Stoma : Pembentukan stoma dengan menggunakan penyangga/jembatan dari plastic, karet atau kaca yang diletakkan di bawah colon, untuk membuat usus tetap terbuka didinding abdomen c. Double Barrel Stoma : Pembuatan stoma dari usus bagian distal dan proksimal yang bagian ujungnya di keluarkan melalui dinding abdomen sehingga membentuk 2 stoma. d. Mucous Fistula : Pembentukan stoma dari usus besar atau usus kecil, 1 stoma untuk mengalirkan faeces yang lainnya untuk mengalirkan mucus. 2.5 Tipe Kantong Kolostomi
Jenis kantong kolostomi bervariasi sesuai dengan ukuran dan bentuk. Kantong kolostomi harus ringan dan kedap bau. Beberapa kantong juga mempunyai filter arang yang dapat melepaskan gas secara perlahan dan membantu mengurangi bau.
A. J eni s kantong ostomi ber dasarkan bentuk kantong :
1. Drainable Pounches / Open-ended pouch : Jenis ini memungkinkan anda untuk membuka bagian bawah dari kantong untuk mengalirkan output. tipe ini biasanya di tutup dg menggunakan klem.tipe ini biasanya di gunakan untuk pasien dengan kolostomi ascenden dan kolostomi transversum. 2. Close Pounches/ Close-ended pouch: Jenis kantong ini, ketika kantong telah terisi kemudia diambil dan dibuang, kemudian di pasang lagi dengan yang baru. Kantong ini biasanya digunakan oleh pasien dengan kolostomi desenden dan sigmoid. Output dari jenis kantong kolostomi ini tidak perlu untuk dialirkan . 3. Valve/tap closure Pounches : Digunakan untuk menampung urin output dari stoma urinary. Dapat digunakan sampai beberapa hari B. Jenis Kantong berdasarkan Jumlah Bagian Kantong :
1. One-piece: Kantong ini terdiri dari kantong kecil dan penghalang kulit. Penghalang kulit mudah lengket (adesif) yang ditempatkan disekitar stoma dan ditempelkan ke kulit sekitar stoma. Ketika kantong kecil akan diganti dengan baru, kantong kecil baru harus di rekatkan kembali ke kulit. 2. Two-piece: Kantong ini terdiri dari dua bagian : Face plate yang bersifat adesif dan kantong penampung faeces. Face plate tetap berada dalam tempatnya saat kantong yang telah terisi faeces di ambil dan diganti dengan kantong baru kemudian kantong baru dihubungkan ke face plate. Kantong baru tidak perlu dilengketkan kembali kekulit setiap kali pergantian kantong,cukup di hubungkan kembali dengan face plate, sehingga sistem ini sangat menolong untuk pasien dengan kulit sensitive
C. Jenis kantong berdasarkan warna kantong :
1.
Clear Pounch/transparent pounch : kantong kolostomi transparan / bening, cocok di gunakan untuk post operasi karena dapat mengobservasi kondisi stoma. 2. Opaque Pounch /white pounch : kantong berwarna coklat/putih.
2.6 Komplikasi Kolostomi
1. Obstruksi/penyumbatan Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feces yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari teiadinya sumbatan, klien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada klien dengan kolostomi
2.
3.
4.
5.
6.
permanent tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar klien dapat melakukannya secara mandiri dikamar mandi. Infeksi Kontaminasi feces merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakkan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi. Retraksi stoma/mengkerut Stoma mengalami peningkatan karena kantong kolostomi yang lerlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk di sekitar stoma yang mengalamI pengerutan Prolaps pada stoma Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adequat pada saat pembedahan. Stenosis Penyernpitan dari kuman stoma yang terjadi karena adanya jaringan parut / scar pada pertemuan mukosa stoma dan kulit. Pendarahan stoma
2.7 Pendidikan Kepada Klien
Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen. Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah:
Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma Waktu penggantian kantong kolostomi Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika apsien sudah dirawat dirumah) Berobat/ control ke dokter secara teratur Makanan yang tinggi serat
2.8 Perawatan Luka Kolostomi
3. PENGERTIAN Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma dan mengganti kantong
kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
1. 2. 3. 4.
B. TUJUAN Menjaga kebersihan klien Mencegah terjadinya infeksi Mencegah iritasi kulit sekitar stoma Mempertahankan kenyamanan klien dan lingkungannya
C. PERSIAPAN KLIEN. 1. Memberi penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan dll 2. Mengatur posisi tidur klien (supinasi) 3. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan klien (menutup gorden jendela, pintu memasang penyekat tempat tidur (k/p), mempersilahkan keluarga untuk menunggu diluar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi klien dll). D. SIKAP PERAWAT SAAT MERAWAT KOLOSTOMI
Tidak menunjukkan rasa jijik Terampil dan tidak ragu-ragu Menjalankan komunikasi terapeutik Menunjukkan sikap empati Efèktif dan efisien Menjaga privacy klien.
STANDART OPERATING PROCEDURE ( SOP ) PERAWATAN KOLOSTOMI.
No Tindakan TAHAP PRE-INTERAKSI. 1. Mengecek catatan medik 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat : Kantong kolostomi sesuai kebutuhan Kapas Larutan NaCI 0,9 %/ air matang Bedpan/pispot Spidol Gunting (k/p) Pola ukuran stoma Stoma powder Stoma hasive paste Waslap
Sabun mandi Air hangat Sepasang sarung tangan Kasa kering Bengkok/piala ginjal Perlak dan pengalasnya Kantong plastic Tempat sampah
TAHAP ORIENTASI 4. Memberi salam dan memperkenalkan diri 5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan 6. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya TAHAP KERJA 7. Mengatur posisi tidur klien (supinasi) 8. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan klien (menutup korden, jendela, pintu memasang penyekat tempat tidur (k/p), mempersilahkan keluarga untuk menunggu diluar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi klien dll) 9. Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan 10. Meletakkan perlak dan pengalasnya di sebelah kanan/ kiri klien sesuai letak stoma 11. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh klien 12. Membuka set kolostomi,siapkan kapas berisi cairan NaCI 0,9%/ air matang 13. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, bau & jumlah), jika tipe kantong kolostomi drainable, buka klem buang feses ke pispot. 14. Membuka kantong kolostomi yang terpasang pada tubuh klien dengan sangat hatihati dan tangan kiri menekan kulit klien. 15. Membuang kantong kolostomi kotor ke tempat sampah/plastik 16. Membersihkan kulit sekitar stoma dengan sabun dan air hangat dg menggunakan waslap 17. Membersihkan stoma dan sisa feces/produk stoma dengan kapas NaCI 0,9% dengan sangat hati-hati (hindari perdarahan) 18. Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan kassa/tisue. 19. Mengobservasi stoma dan kulit sekitar stoma 20. Berikan stoma powder sekitar kulit stoma, dan stoma hasiv pasta disekitar stoma 21. Mengukur stoma dan gambar pola stoma pada plastic penutup kantong dengan menggunakan spidol, kemudian gambar pola pada bagian yang adesif pada kantong stoma kemudian gunting sesuai ukuran stoma 22. Membuka salah satu sisi perekat kantong kolostomi dan menempelkan dengan tepat dengan menghindari udara masuk kantong kolostomi 23. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi Vertical/ horizontal/ miring sesuai kebutuhan kilen (sesuaikan dengan aktivitas klien). Klem kantong kolostomi jika menggunakan tipe drainable pounch TAHAP TERMINASI. 24. Mengevaluasi respon klien dan keadaan stoma.
25. Merapikan klien dan alat. 26. Melepas sarung tangan dan cuci tangan. 27. Mendokumentasikan : kondisi stoma(bentuk,warna stoma,kelaian stoma) keluaran stoma(warna,jumlah)
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA