2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Media Massa yaitu bagian dari komunikasi masa media masyarakat dalam mendapatkan informasi. Selain dimanfaatkan untuk mencari informasi, media massa pun menjadi ajang untuk masyarakat dalam mengekspresikan suatu karya dan berfungsi sebagai hiburan. Media bukanlah cerminan dari sebuah realita. Media mempunyai berbagai kepentingan dan beraneka cara pandang dalam melihat dunia.
Hampir semua masyarakat menyatakan bahwa media mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembangunan juga merubah cara pandang masyarakat terhadap dunia. Dapat dilihat bahwa media merubah laju informasi juga menjadi salah satu kebutuhan masyarkat dunia saat ini. Media dengan cara pandangnya membantu masyarakat dalam menciptakan konsep - konsep relasi dan norma sosial. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa media memiliki ideologi.
Media yang berideologi dapat dimaknai sebagai kesatuan makna yang membantu mengdefinisikan atau memberikan penilaian terhadap dunia. Media tidak hanya sekedar menjadi pengantar arus informasi, mediapun menjadi pengawas dan dijuluki sebagai pilar kekuatan keempat (The Fourth of Power) dalam suatu negara. Selain itu media massa pun menjadi pengawas dalam perkembangan demokrasi dan menjadi penjaga dalam demokrasi, juga media menghadirkan kembali realitas yang terjadi dimasyarakat melalui cara pandangnya dan membangun konsep – konsep relasi dan normas sosial masyarakat. Dalam kurun waktu yang cepat media dapat merubah masyarakat secara signifikan.
Sejatinya media massa merujuk pada perspektif masyarakat, akan tetapi pada saat ini banyak anggapan skeptis masyarakat terhadap media massa sudah melenceng pada ideologi maupun fungsi media massa itu sendiri. Dari kepemilikan hingga penyampain informasi masih menjadi tanda tanya besar terhadap ragam media massa di indonesia.
Rumusan Masalah
Apa Saja Ragam Ideologi Media Massa di Indonesia?
Bagaimana Pengaruh Ideologi terhadap Isi Media?
Bagaimana Pengaruh Ideologi Kapitalisme terhadap Media Massa Indonesia?
Identifikasi Masalah
Ragam Ideologi yang ada di Indonesia: Ideologi Budaya Kekerasan pada Media Massa, Budaya Konsumtif dan Hedonisme pada Media Massa, Ideologi Tersembunyi dalam Kasus Pornografi, Ideologi Gender Khusus dalam Media Massa, Ideologi dan Budaya Baru Pemuda Indonesia, Ideologi Keberpihakan Media Massa.
Bahasa yang mempunyai nilai sangat berpengaruh dalam isi berita.
Kapitalisme di Indonesia sangat merajalela dengan banyaknya pihak yang lebih mementingkan profit.
Tujuan Penulisan
Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan melatih para mahasiswa dalam menyusun sebuah makalah, sehingga dapat bermanfaat dan menjadi bekal bagi para mahasiswa untuk masa depan. Terutama bagi yang akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu agar para mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang dapat bermanfaat di kemudian hari. Secara khusus makalah ini mempunyai tujuan:
Mengetahui apa saja ragam ideologi yang ada di Indonesia,
Mengetahui pengaruh ideologi terhadap isi media,
Dan mengetahui pengaruh ideologi kapitalisme terhadap media massa di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata Ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "Sains tentang Ide". Ideology dapat dianggap sebagai visi yang komperhensif sebagai cara memandang segala sesuatu, secara umum dan beberapa arah filosofis atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik Ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normative.
Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak yang diterapkan pada masalah public sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara imflisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideology walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit. Definisi Ideologi (Maxisme) terdapat banyak definisi tentang Ideologi Raymon William sebagai mana dikutip Eriyanto mengklasifikasikan penggunaan Ideologi dalam 3 area, yaitu:
Sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki kelompok atau kelas tertentu. Ideology sebagai seperangkat sikap yang dibentuk dan di organisasikan dalam bentuk koheren.
Ideologi merupakan sebuah sistem kepercayaan yang dibuat yang bisa dilawan dengan pengetahuan ilmiah. Ideology dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain yang lemah.
Ideologi diartikan sebagai sebuah proses produksi makna dan Ide. Ideologi merumuskan secara ekskulsif yang mempresentasikan kepentingan kelompok tertentu yang dominanmelalui perumusan makna ini mengkontruksikan dan memproduksikan makna suatu realitas secara semena-mena untuk kepentingan partisan.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa ideologi mendasar mencangkup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta.
2.2 Definisi Media Massa
Media Massa adalah alat yang digunakan menyampaikan pesan-pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat mekanis seperti radio, surat kabar, televisi, film (Cagra, 2002). Komunikasi Massa adalah produksi dan distribusi yang berlandasakan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat,2003: 188). Media Massa menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada aspek:
Penglihatan misalnya media cetak
Pendengaran misalnya radio dan tipe recorder
Penglihatan dan Pendengaran misalnya televise, film, video yang bersifat verbal visual vocal (Liliwer, 2001)
Media Massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah dia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu (Nurdin 2007). Media massa memberikan onformasi tentang perubahan bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau hasil yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebar luas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditentukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama. Media massa merupaka jenis infromasi yang disegani oleh petani dalam tahap keasadaran dan minat dalam proses adopsi inovasi. (Fauziahardiani, 2009).
2.3 Definisi Ideologi Media Massa
Dalam konteks media massa media diproduksi dari ideologi dominan tertentu yang berasal tidak hanya dalam arti ide - ide besar, tetapi juga bisa bermaknakan politik penandaan dan pemaknaan. Sementara Gramsci mengemukakan bahwa hubungan pemiliik modal dan pekerja yang dalam konteks media massa antara wartawan dan pemilik industri media merupakan hubungan yang bersifat hemegonik. Melalui hubungan hegomonik ini, pemilik media melakukan kontrol atas produksi berita yang dijalankan oleh media agar tetap memberikan kepastian bagi ideologi dan kepentingan kapitalnya. Selain ideologi sebagai perangkat internal media, kekuatan lain yang secara massif membentuk kecenderungan kepentingan dan keberpihakan media adalah sumber berita, pengiklan, konsumen, dan publik. Produksi berita sesungguhnya berada pada pertarungan pihak - pihak yang berkepentingan dengan isi berita. Secara umum, pihak yang menguasai kapital berpeluang paling besar mendominasi proses produksi berita. Dalam konteks media massa pengiklan merupakan pihak yang dominan menentukan kecenderungan dan keberpihakan media.
Hal ini terjadi karena media massa di Indonesia telah mengalami pergeseran yang disebabkan oleh pola produksi yang berubah. Dalam dunia bisnis, hal yang paling penting adalah kepuasaan konsumen atas komoditas yang ditawarkan. Dalam konteks media massa komoditas adalah berita. Agar kepentingan bisnis media massa terjaga, maka komoditas dalam bentuk berita harus memberikan kepuasan untuk konsumen.
Orientasi kepuasan media ini dalam beberapa titik bertentangan dengan idealisme media massa. Dalam praktek nya sering kali kepentingan bisnis mendominasi idealisme media massa sehingga secara paradigmatic menggeser cara pandang media massa searah yang lebih kapitalistic. Media massa yang takluk dibawah cengkraman kapitalisme membentuk prilaku pekerja pers yang memposisikan infromasi semata-mata sebagai komoditas. Infromasi tanpa bobot komoditas dinilai jauh dari rasa ingin tahu. Padahal, pemenuhan kengintahuan manusia itu pada umumnya sangat bergantung pada kemauan baik pengelola media massa dalam menyajikan informasi.
Jika tak dapat disebut bertentangan, bisnis media dan ideologi media atau pers sesungguhnya tak pernah sering berjalan. Keduanya jelas memiliki kepentingan masing-masing, disatu sisi bisnis media berkepentingan meraih keuntungan ekonomis sebesar-besarnya. Ideologi komersial, begitu lebih tepatnya, maka informasi atas sebuah fakta diperlukan sebagai komoditas yang harus dijual. Disisi lain media massa menyeruakan aktivitas-aktivitas jurnalistiknya untuk kepentingan publik. Pengabdian pada kebenaran dan kepentingan publik merupakan prinsip dasar jurnalisme. Hal demikian dan kemudian disebut ideologi media pers.
BAB III
PEMBAHASAN
Ragam Ideologi Media Massa di Indonesia
Budaya Kekerasaan pada Media Massa
Media massa memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan sikapdan prilaku kyalayak. Oleh karena itu media massa bertangung jawab dalam menjaga nilai-nilai moral, tata susila, budaya dan kepribadian bangsa. Belakangan ini marak kejadian seperti tawuran yang terjadi antar pelajar, pelecahan seksual dan tindak kekerasaan yang melangar hukum. Contoh: Tawuran yang terjadi antara SMAN di Jakarta yang berakibat meningalnya salah satu siswa.
Secara tidak disadari media televise turut mensosialisasikan tindakan kekerasaan.
Kejadian kekerasan seperti pembunuhan maupun bunuh diri secara detail sehingga membuat penonton mempelajari langkah langkah pembunuhan dengan mudah.
Budaya Konsumtif dan Hedonism pada Media Massa
Media massa berpengaruh atas terbentuk nya budaya konsumtif dan hedonis pada masyarakat. Media massa khususnya televisi adalah sarana yang paling efektif untuk menjual produk. Sebagai contoh: tampilan program dan iklan yang bisa di lihat dan di dengar menjadikan mudah di terima dan diikuti oleh masyarakat.berbagai program televisi seperti sinetron iklan yang menggambarkan kehidupan konsumtif ,glamour dan hedonis berpotensi ditiru masyarakat pengguna media.
Ideologi Tersembunyi dalam Berita Kasus Pornografi di Media Massa
Dalam berita kasus pornografi di media massa sering ditemukan dibeberapa ideologi, yaitu:
Liberalisme adalah paham yang menolak adanya pemberantasan, kasus dari pemerintah dan agama.
Sekuralisme adalah ideologi paham atau pandangan yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu berdasarkan ajaran agama. Ideology sekuralisme sering muncul dalam berita kasus pornografi di media massa yaitu, media massa menilai moralitas berkaitan dengan kasus pornografi tidak perlu didasarkan pada ajaran agama.
Islamisme adalah proses berpikir dalam sistem politik yang berdasarkan pada aqidah agama islam yang diajarkan pada kitab suci al-quran.
Ideologi Gender Khusus dalam Media Massa Anak
Budaya kita adalah budaya patriarkhi yang melihat dan mencitrakan sesuatu menggunakan sudut pandang laiki-laki. Budaya perempuan mungkin tumbuh namun dalam ukuran kecil sehingga tidak memiliki daya atau kuasa menentukan sehingga bagi kaum laki laki maupun perempuan termasuk dalamnya anak anak dalam budaya kita berpikir dengan sudut pandang tunggal laki laki. Kepercayaan atau kebenaran yang sudah terlanjur bertumbuh kembang dalam masyarakat adalah bahwa perempuan tidak memimpin ,tidak berani, tidak bertempur dan laki laki tidak merawat dan tidak menjadi objek.
Alay, Ideologi dan Budaya Baru Pemuda Indonesia
Budaya ini lahir dari pengaruh media massa yang merupakan akar dari globalisasi. Arus globalisasi yang semakin tidak dapat kendalikan merusak masyrakat Indonesia, khususnya generasi muda seperti budaya alay ini, dapat kita lihat dimana mana remaja telah terkontaminasi oleh budaya tersebut. Seakan akan telah lupa dengan budaya asli. Hal ini dapat dilihat pada gaya bicara alay yang berlebihan dapat kita lihat dimana-mana, budaya alay itu muncul secara tidak jelas kapan dan siapa pencetusnya.Cara melihatnya hanya dapat ditelusuri dari dampak-dampak yang dibawa budaya tersebut. Budaya alay ini awal berkembang didunia maya akan tetapi pengaruhnya sudah berkembang ke dunia nyata. Fenomena alayers( sebutan bagi kaum alay) ini merebak di segala kaum masyarakat. Sebagai contoh pada media massa seperti televise terdapat beberapa selebritis atau presenter yang kerap berprilaku alay, sehinga khalayak tidak dapat menyaring pesan-pesan yang disampaikan langsung mengadopsi pesan tersebut.
Ideologi Keberpihakan Media Massa
Keberpihakan media massa pada idelogi dominan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini karna pada massa industrialisasi, media massa dituntut untuk membiayai dirinya sendiri. Praktik ekonomi industry seseorang kelompok atau lembaga harus memiliki komuditas yang ditransaksikan. Pilihan rasional yang dipilih media massa adalah berbisnis dengan cara lain tanpa mengingkari mandate social yang diterimanya. Dalam pola hubungan industrial media massa dan pelaku ekonomi industry terbangun kebutuhan capital sebagai instrumen pendukung oprasional media massa disediakan oleh pelaku ekonomi indrusti. Keberpihakan media massa di Indonesia dalam pemberitaan dapat dicontohkan pada pemberitaan mengenai kasus lumpur lapindo pada saluran TV One. Keberpihakan TV One dalam pemberitaan kasus lumpur lapindo dapat dilihat sebagai contoh berikut:
Dalam pengunaan istilah TV One lebih mengunakan istilah lumpur sidoarjo daripada lumpur lapindo. Karena sebutan lumpur lapindo diangap mempunyai makana PT Lapindo Brantas-lah yang menyebabkan bencana itu.
Pengaruh Ideologi terhadap Isi Media
Dalam menyajikan realitas social, media memiliki bahasa tersendiri, bahasa yang terdiri atas seperangkat tanda tidak pernah membawa makna tunggal di dalamnya. Berita dalam media selalu memiliki ideology dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut, artinya jika kita gali lebih dalam, teks media membawa kepentingan-kepentingan yang lebih luas dan kompleks. Oleh karenanya, harus diakui bahwa apa yang dibuat di media massa tidak terlepas dari berbagai kepentingan atau kekuatan yang dibelkangnnya. Media juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, termasuk kecenderungan opini yang berkembang dan ideology yang berkembang dimasyarakat.
Sebagai contoh, ketika surat kabar menyajikan berita tentang kondisi perempuan di Indonesia, bahasa yang digunakan masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kapitalisme dan nilai atau aturan dimasyarakat yang di dominasi pandangan patriarkis.
Kapitalisme Media Massa di Indonesia
Media Massa yang kita gunakan saat ini hampir semua pemiliknya adalah sekelompok orang yang memiliki modal dan tercatat sebagai orang yang mempunyai kekayaan besar dinegara. Salah satunya adalah pemilik stasiun televisi di Indonesia, misalnya MNC TV yang dimiliki oleh Harry Tanoesoedibjo, TV ONE yang dimiliki oleh Aburizal Bakrie dan METRO TV yang dimiliki Surya Paloh. Dari ketiga perusahan tersebut tidak lain dimiliki oleh orng-orang yang keberadaan dapat diperhitungkan.
Dari uraian diatas terdapat tiga konsep mengenai media massa, yaitu:
Media Massa merupakan bisnis yang sangat menguntungkan.
Perkembangan teknologi merupakan integral dari perubahan, tentang bagaimana media massa sampai di kosumsi atau digunakan oleh masyarakat.
Media massa merefleksikan dan mempengaruhi masyarakat politik dan kultur.
Media massa mengalami kontradiksi sebagai institusi kapitalis yang berorientasi pada keuntungan dan akumulasi modal. Selain itu, media massa juga harus berorientasi terhadap pasar dan sensitif terhadap pola persaingan pasar agar selalu mendapat tempat di hati pemirsanya sehingga mendapat banyak pemasukan dari iklan-iklan. Dan juga jika media massa seperti itu harus bisa memamhami apa yang diinginkan masyarakat artinya apa dan bagaimana yang diharapkan masyarakat bisa terpenuhi. Namun jika pemilik modal lebih mengutamakan keuntungan, mereka dapat mengekesampingkan urusan ideologi.
Ideologi media massa yag berkiblat terhadap kapitalisme media massa membentuk sikap dan perilaku pekerja media yang memposiskan informasi semata-mata sebagai komoditas. Informasi tanpa bobot komoditas dinilai jauh dari rasa ingin tahu . Padahal, untuk memenuhi keingintahuan manusia pada umumnya sangat bergantung terhadap kepastian pengelola media massa dalam menyajikan sebuah informasi.
Dengan adanya media massa maka peristiwa yang terjadi dikota-kota kecil bahwa daerah pelosok dapat disiarkan langsung oleh televisi nasional yang kebanyakan berpusat di Jakata yang kemudian dikomoditaskan. Pemilik modal yang besar mempunyai peluang untuk berinvestasi pada teknologi komunikasi, perusahan yang berpusat di Jakarta akan menenggelamkan perusahaan media yang berada di kota-kota lain yang kemungkinan memiliki modal lebih kecil. Sehingga perhatian masyarakat akan lebih menonjol terhadap perusahaan yang memiliki modal besar dan program yang ditayangkanpun lebih menarik dari kebanyakan perusahaan yang bermodal kecil. Dengan demikian, semua kegiatan yang ada dalam suatu negara, mempunyai peluang untuk diliput oleh jurnalis yang tersebar diseluruh wilayah negara.
Sebuah kegiatan pada suau daerah atau kota tertenu misalnya, bila ditinjau lebih dan diikuti bahkan diliput oleh seorang jurnalis televisi daerah tersebut akan menghasilkan siaran yang berbeda karena kemugkinan adanya sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang yang berbeda karena ideologi dan filosofi wartawannya berbeda. Liputan-liputan langsung oleh media yang ada di Jakarta menghasilkan struktur keragaman ideologi. Dan contoh kasus yang sudah disebutkan bahwa ideologi dianut perusahaan media Jakarta.
Media mampu menghasilkan merubah perekonomian melalui pendapatan da menjadi faktor enghubung antara produk barang atau jasa. Dalam media massa yang paling penting yaitu media juga bisa menyebarkan dan memperkuat struktur ekonomi dan politik. Menurut Maxis mengenai posisi media dalam sistem kapitalis modern, menyatakan bahwa media massa merupakan kelas yang mengatur dalam arti kelas yang dapat mengendalikan ekonomi maupun politik. Seperti media yang sedang marak diperbincangkan yaitu mengenai perbedaan alur antara Metro TV dan TV One. Selama berlangsungnya kampanye Pilpres beberapa bulan yang lalu, sangat terlihat jelas bahwa kedua stasiun televisi tersebut telah memperlihatkan wajah aslinya, artinya bahwa keduanya memperlihatkan mereka adalah alat produksi mental milik dua kelompok borjuis yag sedang melakukan kontestasu politik menuju kekuasaan. Hal tersebut sudah bukan menjadi hal baru dalam persaingan perusahaan yang berjenis media massa. TV One bersama dengan RCTI, MNC TV, dan Global TV menjadi pihak ilusi bagi kelompok Prabowo sedangkan Metro TV menjadi pihak ilusi bagi semua barisan Jokowi.
Keterlibatan kedua stasiun TV besar tersebut dalam kampanye Pilpres, tidak lain hanya untuk kepentingan jangka panjang dalam proses akumulasi kapital, selain itu pula untuk kepentingan memperoleh kekuasaan politik, yaitu untuk membawa dua pemilik modal dari kedua stasiun televisi tersebut dan dengan hal ini mereka akan masuk ke dalam area kekuasaan. Kedua perusahaan besar tersebut juga sebagai alat produksi ang dikendalikan oleh kedua kelompok borjuis besar di Indonesia, pada Pilpres kali ini berfungsi sebagai pabrik pengolah "Kesadaran Palsu" yang diproduksi mampu membentuk histeria politik dan cara pandang yang sangat ekstrem.
Melihat realita yang telah terjadi berkaitan dengan keramaian kampanye Pilpres beberapa bulan yang lalu, media massa telah menjadi alat produksi mental yang sangat vital. Media massapun akan menjadi jembatan vital dalam proses integrasi antara kekuasaan ekonomi dan kekuasaan politik juga terhadap kenyataannya, para kapitalis besar sudah mulai mengawas industri ini, atau setidaknya mereka sudah mulai menginvestasikan modalnya di idustri pengolah "kesadaran palsu" tersebut.
Hal ini sebetulnya melanggar peraturan undang – undang pers karena media mencoba bersikap tidak adil dan berpihak pada salah satu pihak. Seharusnya media bersikap netral dan juga pada hal ini media tunduk pada pemilik modal sehingga merugikan masyarakat. Kasus ini melanggar UU Pers (No. 40/1999) dan UU Penyiaran (No. 32/002) serta Kode Etik Jurnalistik (KEO) mengamanatkan independens media.
Menurut ketentuan dan UU
Media Penyiaran, Media penyiaran dalam pemberitaannya tidak boleh bersikap partisan, tetapi harus independen. Media penyiaran yang partisan melanggar UU. Media cetak boleh memilih partisan atau independen.
Media cetak profesional, kebijakan editorialnya independen. Bila media seperti ini memihak dalam pemberitaan, yang- dilanggar adalah public trust, kredibilitas dan objektivitas. citra pers profesional yang berdiri di atas segala golongan keindependenannya.
Dalam Pasal 1 Kode Etik Jurnalistik (KEO) dijelaskan bahwa wartawan Indonesia bersikap Independen, menghasilkan berita yang akuat, berimbang, dan tidak beritikad buuk. Penjelasan tersebut diatikan bahwa yang dimaksud dengan independen adalahh memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan hari nurani tanpa ada pengaruh dari luar maupun campur tangan, paksaandan intervensi dari pihak lain temasuk pemilik modal.
Solusi tehadap suatu pemahaman tertentu dapat mengkibatkan cara pandang kita tehadap dunia menjadi sempit, artinya kita harus mampu melihat apa yang dimiliki oleh media tersebut. Maka dari itu hal ini sangatlah sulit jika dilakukan oleh seorang diri, tapi akan menjadi mudah ketika dilakukan besama dengan menyelenggarakan diskusi terus menerus dan selalu mengkaji berita didapat seta memperluas pengetahuan kita sehingga kita mampu memahami masalah yang sebenarnya terjadi kemudian kita dapat mengambil respon yang tepat terhadap masalah tersebut. Jika memungkinakan kita bisa mengusulkan dibentuknya sebuah badan pemerintah yang mengawasi hal tersebut. Dan saat ini kita telah memiliki Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang bertugas mengawasi siaran televisi. Dan jika perlu pemerintah khususnya dewan pers agar memberi teguran terhadap stasiun tv yang terlibat, penghentian sementara acara yang melanggar kode etik, membayar denda, pembekuan kegiatan pemberitaan, penyiaran dan iklan kampanye, penggurangan durasi dan waktu pemberitaan dan terpenting dapat mengajukan pencabutan izin penyelenggara siaara atau pencabutan izin media jika kasus seperti ini terus terjadi. Hal tersebut juga dapat menjadi perhitungan bagi perusahan pers lainnya agar tidak seenaknya menjadikan media massa menjadi alat untuk kekuasaan.
BAB IV
KESIMPULAN
Simpulan
Ideologi mengandung pengertian sistem tata keyakinan yang dipegang menjadi pondasi serta prinsip kehidupan suatu masyarakat yang membedakannya dengan komunitas masyarakat lainnya. Ideologi sebagai suatu pemikiran mampu tegak dan eksis tidak lain karena memiliki subjek penggerak. Ideologi berubah pada era komunikasi sampai masing masing objek nya tidak hanya mealalui bahasa lisan face to face semata lebih dari itu ideologi telah menemukan suatu tranportasi baru yang mengantarkanya sebagai suatu komoditas kepada konsumenya dengan lebih cepat. Idelogi media massa tidak semata berdasarkan ideology kebenaran factual melalui pembuktian berdasarkan kode etik jurnalistik, tetapi terkadang media massa juga mewarnai ideologi dan minat para penguasa atau pemilik modal.
Media massa adalah sarana komunikasi massa dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak(public) secara serentak.media massa menerima informasi dan berita dari berbagai sumber. Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya.
Seperti yang kita ketahui bahwa media massa mempunyai peran yang sangat signifikan dalam kehidupan manusia tidak dapat dipungkiri bahwa hampir pada setiap aspek kegiatan manusia baik secara pribadi maupun umum selalu berhubungan dengan aktivitas komunikasi massa. Dalam perkembangannya media massa memang sangat berpengaruh dikehidupan sosial, budaya, ekonomi hingga politik, media massa adalah intuisi sosial yang membentuk definisi dan citra relitas serta dianggap sebagai ekspresi sosial yang berlaku umum. Oleh karena itu vitalnya peran media massa dalam berbagai aspek kehidupan publik maka memicu banyak pihak yang dari golongan politik tertentu yang mencoba memanfaatkan media massa sebagai alat dalam mencapai tujuan secara hegemonik.
Saran
Media massa merupakan alat komunikasi public nasional maupun internasional yang ampuh dan efektif karena mudahnya akses yang dapat dijangkau. Kita memang disunguhi oleh berbagai macam informasi yang memang didalamnya terdapat penyebaran penyebaran ideologi. Maka dari itu kita bisa menyaring segala informasi yang diperoleh. Sehinga dapat membedakan informasi yang positif atau negative.
Sebagai konsumen informasi, masyarakat tidak boleh terus menerus pasrah melihat keaadaan ini nalar kritis harus dijadikan pedoman setiap menerima informasi publik dari manapun.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro., Lukiati Komara dan Siti Karlinah. 2014. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
http://barakuda-journalist.blogspot.com
http://www.posmetroprabu.com
https://ceritaciel.wordpress.com/
https://www.scribd.com/doc/131105746.