BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat/otak, sehingga menyebabkan gangguan fisik, psikis dan fungsi sosial. Jika dijabarkan satu persatu, Narkotika menurut UU No.22 tahun 1997 adalahzat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun bukan sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan
kesadaran,
hilangnya
rasa,
mengurangi
sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika digolongkan menjadi golongan golongan opoid, kanabis dan dan kokain. Psikotropika merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika menurut UU No.5 tahun 1997 meliputi ectasy, shabu-shabu, LSD, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis. Zat adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Zat adiktif ini termasuk inhalasia (aseton, thinner cat, lem, nikotin dan kafein). Bila seseorang menggunakan NAPZA, maka akan dijumpai segala intoksikasi yaitu gejala dimana NAPZA bekerja dalam susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan dan kesadaran. Apabila seseorang menggunakan NAPZA terus menerus maka akan terbentuk keadaan toleransi, dimana toleransi ini akan meningkat seiring waktu sampai akhirnya terjadi overdosis. Bila pengguna NAPZA menghentikan penggunaan obat-obatan secara tiba-tiba pada saat tahap toleransi yang cukup tinggi, maka akan
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 1
terjadi kondisi withdrawal atau sindroma putus zat. Gejala atau sindroma putus zat akan berbeda untuk tiap jenis NAPZA yang digunakan.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana mekanisme aksi Lysergic Acid Diethylamide (LSD) ? 2. Bagaimana toksokinetik Lysergic Acid Diethylamide (LSD) ? 3. Bagaimana toksodinamik Lysergic Acid Diethylamide (LSD) ? 4. Bagaimana
pemeriksaan
laboratorium
untuk
Lysergic
Acid
Diethylamide (LSD) ?
C. Tujuan 1. Mengetahui mekanisme aksi Lysergic Acid Diethylamide (LSD). 2. Mengetahui toksokinetik Lysergic Acid Diethylamide (LSD). 3. Mengetahui toksodinamik Lysergic Acid Diethylamide (LSD). 4. Mengetahui cara pemeriksaan Lysergic Acid Diethylamide (LSD).
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 2
BAB II
ISI
A. Sejarah Lysergic Acid Diethylamide (LSD) Lysergic Acid Diethylamide (LSD) diperkenalkan oleh Sandoz Laboratories (kini Novartis), dengan nama dagang Delysid, sebagai obat dengan berbagai penggunaan psikiatrik LSD segera menjadi agen terapi yang nampak menimbulkan harapan besar. LSD pertama kali disintesis oleh Albert Hofmann pada tahun 1938 dari ergot, sebuah butir jamur yang biasanya tumbuh di rye. Bentuk LSD berasal dari pada awal nama kode LSD-25, yang merupakan singkatan untuk Lysergsäure “diethylamid-Jerman” diikuti dengan nomor urut. LSD sensitif terhadap oksigen, sinar ultraviolet, dan klorin, terutama di solusi. Dalam bentuk murni itu adalah tidak berwarna, tidak berbau, dan sedikit pahit. LSD biasanya disampaikan pada substrat seperti penyerap tinta kertas, sebuah kubus gula, atau gelatin. Berbeda dengan narkoba lainnya yang umumnya berbentuk pil dan serbuk, LSD berbentuk seperti kertas prangko. Dalam bentuk cair, juga dapat diberikan melalui suntikan intramuskular atau intravena. LCD lebih dikenal dengan sebutan acid, trips, tabs, kertas . Dosis ambang pemakaian LSD sangat kuat, dengan 20-30 µg (mikrogram). Menurut UU Psikotropika No.5 tahun 1997, di Indonesia asam lisergat dietilamida (LSD) termasuk dalam psikotropika halusinogen golongan I yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. LSD relatif jarang ditemukan dibandingkan sabu, ekstasi, dan ganja. Obat ini bersifat psikedelik dari keluarga ergolina. Pemeriannya adalah sebagai berikut : a. Nama umum : LSD LSD-25; Diethylamide Asam lisergat.
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 3
b.
Rumus kimia : 9,10-Didehydro- N , N -diethyl-6-methylergoline-8 β – carboxamide. C 20 H 25 N 3 O = 323,4.
c.
Sebuah zat kristal tak berwarna.
d.
Larut dalam air.
e.
LSD mudah terdegradasi dalam spesimen biologis ketika terkena cahaya atau suhu tinggi. LSD juga dapat mengikat wadah kaca dalam larutan asam.
f.
Konstanta disosiasi : pK a 7,5.
g.
Koefisien partisi : Log P (oktanol / air), 2.9.
h.
Strukturnya :
LSD bersifat non-adiktif (tak menimbulkan ketergantungan), memiliki tingkat racun yang amat sangat rendah dan banyak dikenal atas efek psikologisnya yang menyebabkan tertutup/terbukanya mata, perasaan distorsi waktu, kematian ego dan pergeseran kognitif yang dalam, serta berperan penting dalam kontrabudaya tahun 1960. Dosis tunggal asam lisergat dietilamida berkisar antara 100-500 mikrogram. Jumlah tersebut hampir setara dengan 1/10 massa sebutir pasir. Reaksi fisik pada LSD bervariasi dan tak spesifik. Gejala yang telah dilaporkan antara lain menyebabkan konstraksi rahim, hipotermia, demam, kenaikan kadar gula darah, tegaknya bulu roma, peningkatan curah jantung, cengkeraman rahang, perspirasi, midriasis (dilatasi pupil), produksi air liur dan lendir, rasa tak dapat tidur, hiperefleksia, dan tremor. Terdapat beberapa Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 4
indikasi bahwa LSD dapat menimbulkan fuga disosiatif yaitu keadaan seseorang tidak mampu mengingat berbagai peristiwa pribadi penting atau selama beberapa saat lupa akan identitasnya atau bahkan membentuk identitas baru yang terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi beberapa jenis antidepresan tertentu seperti garam litium dan trisiklik. Efek rasa yang disebabkan oleh LSD disebut tripping yaitu halusinasi terhadap tempat, warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu menimbulkan obsesi terhadap halusinasi yang ia rasakan dan keinginan untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama-lama membuat paranoid. Menurut ahli kimia, Alexander Shulgin ,LSD adalah molekul rapuh yang luar biasa stabil untuk waktu tak terbatas jika disimpan sebagai garam padat atau dilarutkan dalam air pada suhu rendah dan terlindung dari udara serta paparan cahaya.
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 5
B. Mekanisme Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
MEKANISME LSD ( Lysergic Acid Diethylamide)
LSD bertindak hampir secara eksklusif pada neuron serotonin. LSD kimia menyerupai serotonin dan memunculkan efeknya dengan mengikat reseptor serotonin.
Ada beberapa jenis reseptor serotonin di otak. Masing-masing bertanggung jawab untuk melakukan fungsi-fungsi tertentu.
LSD berinteraksi dengan reseptor tertentu, tetapi tidak se lalu dengan cara yang sama. Kadang-kadang LSD dapat menghambat mereka dan kadang-
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 6
kadang mungkin membuat mereka senang. Ini adalah salah satu alasan mengapa LSD memiliki efek sensorik yang kompleks.
LSD dan halusinogen lain merangsang daerah tertentu dari otak yang dikenal sebagai locus coeruleus (LC). Sebuah neuron tunggal dari LC dapat cabang ke banyak daerah sensorik yang berbeda dari otak. LC bertanggung jawab atas perasaan terjaga dan membangkitkan respon kejut terhadap stimulus yang tak terduga.
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 7
C. Fase Toksokinetik Lysergic Acid Diethylamide (LSD) Farmakokinetika dapat diartikan sebagai nasib obat didalam tubuh atau hal-hal yang dialami obat hingga mencapai cairan plasma. Interaksi secara farmakokinetik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, biotransformasi/metabolisme, atau ekskresi obat lain. Secara fisiologi interaksi terjadi apabila suatu obat merubah aktivitas obat lain pada lokasi yang terpisah dari tempat aksinya. Farmakokinetika mempelajari kinetika absorpsi obat, distribusi, dan eliminasi (yakni eksresi dan metabolisme).
Proses perjalanan obat yang terjadi di dalam tubuh meliputi : 1. Absorbsi, merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian sampai ke system sistemik. Banyak factor yang mempengaruhi absorbsi, salah satunya yaitu kecepatan pengosongan lambung. Obat yang absorbsinya tidak dipengaruhi oleh makanan maka dosisnya tidak perlu diubah, tetapi obat yang absorbsinya dipengaruhi oleh makanan maka dalam penggunaannya digunakan sebelum makan atau dapat digunakan setelah makan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses absorpsi yaitu : 1. Kelarutan obat 2. Kemampuan obat difusi melintasi membran 3. Kadar obat 4. Sirkulasi darah pada tempat absorpsi 5. Luas permukaan kontak obat 6. Bentuk sediaan obat 7. Rute penggunaan obat. 2. Distribusi, merupakan perpindahan obat dari saluran sistemik ke tempat aksinya. Apabila suatu obat memilki waktu paruh yang lama, maka kecepatan distribusi obat semakin cepat dan akan semakin cepat terjadi akumulasi (terjadinya efek toksik). Untuk mengatasi hal tersebut, maka dosis dan cara pemakaiannya harus dikurangi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses distribusi, yaitu : 1. Perfusi darah melalui jaringan
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 8
2. Kadar gradien, pH dan ikatan zat dengan makro molekul 3. Partisi ke dalam lemak 4. Transport aktif 5. Sawar, seperti sawar darah otak dan sawar plasenta, sawar darah cairan cerebrospinal 6. Ikatan obat dan protein plasma.
3. Metabolisme, merupakan proses perubahan obat menjadi metabolitnya (aktif dan non aktif). Semakin besar dosis suatu obat, maka kemungkinan metabolit aktif semakin banyak, maka respon yang dihasilkan juga akan semakin besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses metabolisme : 1. Metabolisme
prasistemik,
yang
sangat
berpengaruh
pada
ketersediaan hayati obat. 2. Bentuk stereoisomer, obat yang mempunyai bentuk isomer mengalami rute dan kecepatan metabolisme obat di antara bentuk bentuk isomernya. 3. Dosis 4. Umur 5. Inhibisi dan induksi metabolisme, adanya interaksi bersaing dua substrat
untuk
enzim
menimbulkan
hambatan
enzim
memetabolisme obat. Efek keseluruhan interaksi tergantung pada kadar relatif dari dua macam substrat dan afinitasnya pada letak aktifnya.
1. Ekskresi, berkaitan dengan eliminasi. Dimana semakin cepat eliminasi suatu obat, maka durasinya juga semakin cepat. Untuk mengatasinya maka frekuensi penggunaan obat perlu ditingkatkan agar tetap masuk dalam jendela terapi.
Inhalansia adalah zat yang dihirup. Salah satu contohnya lem Aica aibon yang banyak dipakai anak dan remaja karena harganya murah dan
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 9
memabukkan. Zat yang ada dalam lem Aica aibon adalah zat kimia yang bisa merusak sel-sel otak dan membuat kita menjadi tidak normal, sakit bahkan bisa meninggal. Salah satu zat yang terdapat di dalam lem Aica aibon adalah Lysergic Acid Diethyilamide (LSD). Pertama kali dibuat secara sintetis pada 1940-an untuk menghilangkan hambatan yang merintangi pada kasus kejiwaan. Halusinogen yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, seperti kaktus peyote, telah dipakai golongan pribumi Meksiko selama beberapa ratus tahun untuk kegiatan keagamaan dan hiburan. Halusinogen juga di kenal sebagai psikedelik, bertindak pada susunan saraf pusat untuk membuat perubahan yang bermakna dan sering radikal pada keadaan kesadaran pengguna; juga dapat mengacaukan perasaan kenyataan, waktu dan emosi para pengguna. Lysergic Acid Diethylamide (LSD) merupakan zat semisintetik psychedelik dari family ergoline. LSD sensitif terhadap udara, sinar ultraviolet, dan klorine,terutama dalam bentuk solutio, dimana zat ini akan bertahan selama 1 tahan jika dijauhkan dari cahaya dan dijaga agar suhunya tetap berada dibawah temperature. Alam bentuk aslinya warna, bau, sangat khas. LSD dapat didistribusi ke dalam tubuh secara intramuskular atau injeksi intravena. Dosis yang dapat menyebabkan efek psikoaktif pada manusia yaitu 20-30 mg (mikrogram). LSD dapat digunakan sebagai agen therapeutik yang menjanjikan. Lysergic Acid Diethylamide (LSD) adalah halusinigen yang paling terkenal. Ini adalah narkoba sintetis yang di sarikan dari jamur kering (dikenal sebagai ergot) yang tumbuh pada rumput gandum. Proses pembuatan LSD dari bahan baku membutuhkan pengetahuan dan keahlian tehnik yang tinggi. LSD mempengaruhi sejumlah besar reseptor pasangan protein-G, termasuk semua reseptor dopamin, semua subtipe adrenoreseptor sama seper ti lainnya. Ikatan LSD pada sebagian besar subtipe reseptor serotonin kecuali 5HT3 dan 5-HT 4. bagaimanapun juga, hampir semua reseptor mempengaruhi pada afinitas rendah menjadi aktif pada otak dengan konsentrasi 10-20 nm.
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 10
LSD adalah cairan tawar, yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering di serap ke dalam zat apa saja yang cocok seperti kertas pengisap dan gula blok, atau dapat dipadukan dalam tablet, kapsul atau kadang-kadang gula-gula. Bentuk LSD yang paling popular adalah kertas pengisap yang terbagi menjadi persegi dan dipakai dengan cara ditelan. Halusinogen lain termasuk meskalin (tanaman alami yang berasal dari kaktus peyote), pala, jamur-jamur tertentu ( yang mengandung zat psilosin dan psilosibin),
dimetiltriptamin
(DPT),
fensiklidin
(PCP)
dan
ketamin
hidroklorid. Tak serupa dengan narkoba lain, pengguna LSD mendapat sedikit gagasan apa yang mereka pakai dan efeknya dapat berubah-ubah dari orang ke orang, dari peristiwa ke peristiwa dan dari dosis ke dosis. Efeknya dapat mulai dalam satu jam setelah memakai dosis bertambah antara 2-8 jam dan berangsur hilang secara perlahan-lahan setelah kurang lebih 12 jam. Untuk penggunaan LSD efeknya dapat menjadi nikmat yang luar biasa, sangat tenang dan mendorong perasaan nyaman. Sering kali ada perubahan pada persepsi, pada penglihatan, suara, penciuman, perasaan dan tempat. Efek negatif LSD dapat termasuk hilangnya kendali emosi, disorientasi, depresi, kepeningan, perasaan panik yang akut dan perasaan tak terkalahkan, yang dapat mengakibatkan pengguna menempatkan diri dalam bahaya fisik. Pengguna jangka panjang dapat mengakibatkan sorot balik pada efek halusinogenik, yang dapat terjadi berhari-hari, berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan setelah memakai LSD. Tidak ada bukti atau adanya ketergantungan fisik dan tidak ada gejala putus zat yang telah diamati bahkan setelah dipakai secara berkesinambungan. Namun, ketergantungan kejiwaan dapat terjadi. Efek LSD normalnya 6-12 jam setelah menggunakan, tergantung pada dosis, toleransi, berat badan dan umur. Keberadaan LSD tidak lebih lama keberadaannya daripad obat-obat dengan level signifikan di dalam darah.
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 11
D. Fase Toksodinamik Lysergic Acid Diethylamide (LSD) Terdapat
beberapa
tipe
reseptor
serotonin
pada
otak
dan
bertanggungjawab pada fungsi khusus.LSD menempel pada serotonin reseptor karena memiliki reaksi kimia yang hampir menyerupai serotonin. LSD berinteraksi khusus dengan reseptor akan tetapi tidak selalu melalui cara yang sama. Kadang melalui cara menghambat yaitu dengan cara ketika ada serotonin reseptor langsung menempel sehingga menghambat serotonin neurotransmitter. Selain itu juga melalui cara meningkatkan serotonin reseptor. Dan karena itulah menjadi alasan bahwa LSD menjadi gangguan sensory komplek. LSD dan halusinogen lain membangkitkan bagian dari otak khususnya Locus coreulus ( LC). Neuron tunggal dari LC bercabang ke daerah sensori otak yang berbeda-beda. LC bertanggungjawab pada perasaan
dan
menimbulkan respon mengagetkan ke rangsangan yang tidak diharapkan. Adapun beberapa pengaruh pada penggunaan LSD yaitu : 1.
Pengaruh segera setelah pemakaian a. pupil mata melebar, tidak bisa tidur, mulut kering, selera makan hilang, suhu tubuh meningkat, denyut jantung cepat, tekanan darah naik dan berkeringat. b. Koordinasi otot terganggu, tremor. c. Berubahnnya perasaan akan waktu dan persepsi tentang diri sendiri.
2.
Pengaruh jangka panjang a. Bad trips’termasuk delusi (penilaian yang salah tentang diri sendiri atau lingkungan) dan halusinasi (penglihatan khayal), panic, kebingungan, cemas, merasa tak berdaya, putus asa, skizofrenia (gangguan jiwa), hilangnya kendali diri, melakukan kekerasanpada diri sendiri dan orang lain. b. Menyebabkan ketergantungan dan timbul toleransi
3.
Pengaruh pada system tubuh manusia a. System saraf pusat
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 12
1) Dapat menyebabkan kerusakan otak, gangguan daya ingat dan pemusatan perhatian, kesulitan cara berpikir abstrak. 2) Meningkatkan resiko kejang-kejang. 3) Dapat menyebabkan delusi(penilaian yang salah tentang diri sendiri atau lingkungan), halusinasi, persepsi akan waktu dan ruang menjdi buruk. b. Sistem pernapasan 1) Meningkatnya risiko kegagalan pernapasan. c. System jantung dan pembuluh darah 1) Menigkatkan resiko ggal jantung.
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 13
E.
Pemeriksaan Laboratorium Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pengguna narkoba. Berikut penjelasannya. I. Tes urin Dapat dilakukan tes urin pada seseorang untuk mengetahui apakah dia pemakai atau bukan. Mengapa dilakukan tes urin? Karena urin mengandung kadar metabolit dalam jumlah tinggi dan pengambilan sampel mudah dan tidak perlu menyakiti pasien. Disamping itu, penetapan atau diagnosis tentang ketergantungan seseorang terhadap narkoba (menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO) ditentukan oleh adanya simptom-simptom dan tanda-tanda klinis, hasilhasil pemeriksaan fisik, laporan pihak ketiga, penemuan zat dan parafrenilia (barang/alat yang digunakan untuk memasukkan zat ke dalam tubuh)
milik
pasien
serta
pemeriksaan
laboratorium
dibutuhkan
keterampilan professional untuk mendiagnosis secara tepat. Berhubung banyaknya jenis-jenis narkoba yang disalahgunakan (mulai opioida atau putaw, metamfetmin atau shabu, MDMA atau ectasy, kannabinoid atau ganja, sampai beragam zat lainnya), maka pilihan untuk menentukan jenis zat yang akan diperiksa juga memerlukan keterampilan dan keahlian tersendiri. Half life atau lamanya zat di dalam tubuh juga sangat bervariasi. Ada yang hanya beberapa jam, dan ada yang sampai berminggu-minggu, zat baru dapat hilang dari dalam tubuh. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam melakukan pemerikasan laboratorium (urine) untuk mendeteksi adanya narkoba di dalam tubuh seseorang, yaitu: 1. Mengetahui jenis zat yang akan diperiksa sesuai dengan hasil wawancara dan pemeriksaan gejala fisik yang terlibat.
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 14
2. Cara
pengambilan
urine
dan
rantai
penyerahan
urine
ke
laboratorium. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi sampel yang tidak semestinya (urine orang lain). 3. Mengetahui zat atau obat lain yang dapat memengaruhi hasil pemeriksaan zat (misal:obat batuk, obat penenang dari dokter dan sebagainya) 4. Mengetahui lama obat dapat terdeteksi dalam tubuh seseorang sehingga tidak memberikan hasil yang palsu. Tes ini dapat dilakukan dengan beberapa metode berikut: a. Strip test pack Menggunakan Strip test pack : 1.
Dikondisikan Strip test pack pada suhu kamar sebelum digunakan.
2.
Dibuka tutup Strip test pack lalu letakkan pada posisi vertikal sebatas garis dibawah tanda panah pada wadah yang berisi sampel urin, tunggu 10-15 detik jangan melewati batas urin.
3.
Diamati pergerakan cairannya menuju ke bagian atas strip test pack.
4.
Dihitung waktu selama 5 menit jangan lebih dari 10 menit.
5.
Diamati perubahan warna yang terjadi.
Gambar 1. Strip Test Pack Interpretasi Hasil
1)
Positif : Hanya terbentuk pita pink pada Control (C)
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 15
2)
Negatif :
Terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada Test (T).
3)
Invalid : Tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan pada Test (T). atau terbentuk pita pink pada Test (T) sedangkan pada Control (C) tidak terbentuk pita pink.
b. Card test Card test ini sama dilakukan seperti strip/stick test yang sudah dijelaskan sebelumnya. Yang membedakan, jika strip /stick test ini dicelupkan pada wadah yang sudah diisi dengan urin, sedangkan pada Card test ini urin yang diteteskan pada zona sample sekitar 3-4 tetes urin. Menggunakan Card test : 1.
Dikondisikan Card test pada suhu kamar sebelum digunakan.
2.
Dibuka tutup Card test lalu letakkan pada posisi vertical, diteteskan kurang lebih 3-4 tetes sampel urin pada lubang card.
3.
Diamati pergerakan cairannya menuju ke bagian atas card.
4.
Dihitung waktu selama 5 menit.
5.
Diamati perubahan warna yang terjadi.
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 16
Gambar 2. Interpretasi Hasil Card test II. Tes darah Selain dilakukan pemeriksaan urin, dapat dilakukan tes darah. Pada pengguna narkoba, akan didapat hasil SGOT dan SGPT yang meningkat karena biasanya pemakaian narkoba dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya hepatomegali.Tentunya uji ini harus dilakukan oleh tenaga lab khusus dan peralatan khusus juga. III. Menggunakan sampel rambut Cara seperti ini dinilai lebih mantap ketimbang tes urin untuk memastikan seseorang pecandu atau tidak. Ada beberapa kelebihan dari analisis rambut bila dibandingkan dengan tes urin. Salah satunya adalah narkoba dan metabolisme narkoba tetap akan berada dalam rambut secar a abadi dan mengikuti pertumbuhan rambut yang berlangsung sekitar 1 inchi per 60 hari. Sedangkan, kandungan narkoba dalam urin segera berkurang dan menghilang dalam waktu singkat.
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Menurut UU Psikotropika No.5 tahun 1997, di Indonesia asam lisergat dietilamida (LSD) termasuk dalam psikotropika halusinogen golongan I yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. LSD relatif jarang ditemukan dibandingkan sabu, ekstasi, dan ganja. LSD dapat diperiksa melalui tes urin, tes darah dan menggunakan sampel rambut.
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 18
Daftar Pustaka
http://analiskesehatankendariangkatan5.blogspot.com/2013/01/uji-narkoba.html diakses pada 20 Maret 2015 http://ardiunikal.blogspot.com/2011/03/farmakologi-dasar_11.html diakses pada 20 Maret 2015 https://toetshare.wordpress.com/2012/08/07/tes-urine-perlukah/ diakses pada 21 Maret 2015 https://www.islampos.com/bagaimana-test-urine-dalam-pemeriksaan-narkoba41052/ diakses pada 21 Maret 2015 https://yosefw.wordpress.com/2008/05/18/lysergic-acid-diethylamide/ diakses pada 22 Maret 2015 http://222.124.222.229/handle/123456789/9076?show=full diakses pada 20 Maret 2015
Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Page 19