MAKALAH
PENGKAJIAN ANAK TUNAGRAHITA
Di susun oleh:
Intan Hana Pratiwi
1600001033 " Semester 3
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Kependidikan
Bimbingan Dan Konseling
Universitas Ahmad Dahlan
2017
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Pendahuluan 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II 2
PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Tunagrahita 2
B. Klasifikasi Anak Penyandang Tunagrahita 2
C. Karakteritik Anak Penyandang Tunagrahita 3
D. Kebutuhan Pelayanan BK pada Anak Penyandang Tunagrahita 3
BAB III 5
PENUTUP 5
A. Kesimpulan 5
B. Saran 5
DAFTAR PUSTAKA ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis. Anak akan mengalami dua proses, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman orang tua. Beberapa anak mengalami kegagalan atau gangguan tumbuh kembang, yaitu penyandang cacat fisik dan mental. Kelompok anak dengan disabilitas digolongkan kedalam anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang fisik dan mental (WHO dalam Menkes RI, 2009). Menurut Somantri (2007) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, emosi, mental, intelektual dan sosial.
Berdasarkan konsep diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang disertai gangguan pada fisik, emosi, mental, sosial, dan intelejensi yang memerlukan penanganan dan perlakuan khusus untuk memfasilitasi semua kebutuhan. Salah satu anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan tunagrahita (Sujarwanto, 2005).
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah kami paparkan diatas, maka berikut rumusan masalah yang kami angkat :
Apa pengertian dari anak tunagrahita?
Bagaimana pengklasifikasian dari anak tunagrahita?
Apa sajakah karakteristik pada anak tunagrahita?
Seperti apakah kebutuhan pelayanan BK yang dibutuhkan anak penyandang tunagrahita?
Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah kami paparkan diatas, maka berikut tujuan yang akan kami tetapkan :
Menjelaskan pengertian dari anak tunagrahita.
Mengklasifikasikan anak tunagrahita.
Menjelaskan karakteritik pada anak tunagrahita.
Menjelaskan kebutuhan pelayanan BK yang dibutuhkan anak penyandang tunagrahita.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Tunagrahita
Menurut Amerrican Association on Mental Retardation (AAMR), tunagrahita merujuk pada keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada keterampilan. Keterampilan adaptif mencakup area komunikasi, merawat diri, home living, keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, functional academics, waktu luang, dan kerja. Tunagrahita merupakan suatu kondisi dimana anak mengalami hambatan pada perkembangan mental, tingkat intelejensi, bahasa, sosial, dan motorik. Tunagrahita adalah keterbatasan pada fungsi intelektual dan kemampuan adaptasi. Keterbatasan kemampuan adaptasi meliputi komunikasi, keterampilan sosial, akademik, kesehatan, keamanan, dan merawat diri (Schwart, 2004). Tunagrahita merupakan suatu keadaan dimana tingkat intelejensinya dibawah rata-rata dan tunagrahita bukanlah suatu penyakit (Agung, 2008).
Berdasarkan beberapa konsep diatas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah suatu kondisi dimana anak mengalami keterbatsan pada kemampuan intelejensi dan kemampuan adaptasi seperti komunikasi, bersosialisasi, menjaga kesehatan, keamanan diri, dan kemampuan merawat diri.
Klasifikasi Anak Penyandang Tunagrahita
Klasifikasi
IQ
Pendidikan
Klinis
Estimasi
Umur Mental
Tunagrahita Ringan
50-55 s.d 68-70
Dapat dilatih dan didik
Anak dapat belajar keterampilan dapat hidup mandiri (mandi, berpakian).
85% dari anak dengan tunagrahita
Setara usia anak normal 9-12 tahun
Tunagrahita Sedang
35-40 s.d 50-55
Dapat dilatih
Dapat belajar merawat diri, bersosialisasi.
10% dari anak dengan tunagrahita
Setara usia anak normal 6-8 tahun
Tunagrahita Berat
20-25 s.d 35-40
Perlu pengawasan perlu latihan khusus untuk mempelajari beberapa keterampilan diri.
4% dari anak dengan tunagrahita
Setara usia anak normal 3-5 tahun
Tunagrahita Sangat Berat
Kurang dari 20-25
Tidak mampu merawat diri
1-2% dari anak dengan tunagrahita
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa anak dikatakan mengalami tunagrahita jika tingkat intelegensinya dibawah 70. Anak dengan tunagrahita tingan seperti anak normal pada umumnya yaitu mampu untuk didik. Sedangkan anak dengan tunagrahita sedang memerlukan cara khusus untuk memenuhi kebutuhannya dan dapat dilatih. Anak tunagrahita berat dan sangat berat memerukan pengawasan penuh dari keluarganya karena mereka tidak mampuu dididik dan dilatih.
Karakteritik Anak Penyandang Tunagrahita
Menurut Mumpuniarti (2007) adapun karakteristik pada aspek-aspek individu anak tunagrahita sebagai berikut :
Karakteristik fisik, pada tingkat hambatan mental sedang lebih menampakkann kecacatannya. Penampakan fisik jelas terlihat karena pada tingkat ini banyak dijumpai tipe down syndrome dan bram damage. Koordinasi motorik lemah sekali dari penampilannya menampakkan sekali sebagai anak terbelakang.
Karakteristik psikis, pada umur dewasa anak tunagrahita baru mencapa kecerdasan setaraf anak normal usia 7 tahun atau 8 tahun. Anak nampak hampir tidak mempunyai insiatif, kenak-kanakan, sering melamun, atau sebaliknya hiperaktif.
Karakteristik sosial, banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya kurang dan nampak tidak mempunyai rasa terimakasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan.
Kebutuhan Pelayanan BK pada Anak Penyandang Tunagrahita
Layanan Orientasi
Layanan yang memungkinan peserta didik tunagarahita adalah mengenal tempat dan benda yang dijumpainya dan membiasakan agar anak tersebut tidak lupa. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman
Layanan Informasi
Layanan yang memungkinan Anak tunagrahita agar mendapatkan pendidikan dan layanan info seputar mengasah kemampuan bagi mereka. Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman
Layanan Konten
Mengeksploitasi kemampuan kreatifitas anak tunagrahita agar mereka dapat mengerjakan pekerjaan yang dipegangnya dengan baik.
Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, untuk pengembangan potensi yang ada pada anak. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.
Layanan Konseling Perorangan
Layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan
Layanan Konseling Kelompok
Layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada mengembangkan dirinya secara optimal, sehingga dapat mandiri dan atau mengambil keputusan secara bertanggungjawab. Jadi yang ingin dicapai dengan bimbingan ialah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya. Hal tersebut merupakan tujuan utama pelayanan bimbingan di sekolah, dan tujuan tersebut terutama tertuju bagi murid-murid sebagai individu yang diberi bantuan.
Akan tetapi sebenarnya tujuan bimbingan di sekolah tidak terbatas bagi murid normal saja, melainkan juga anak-anak yang memang betul-betul membutuhkan perhatian lebih deperti penyandang cacat serta bagi sekolah secara keseluruhan dan bagi masyarakat. Dengan demikian hakekat tujuan bimbingan dan konseling yaitu suatu upaya bantuan kepada individu agar dapat menerima dan menemukakan dirinya sendiri secara efektif dan produktif, sehingga dapat mengerahkan kemampuan dirinya dengan tepat, mengambil keputusan dengan benar dan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya
Saran
Tak ada gading yang tak retak oleh karena itu dalam penulisan ini mungkin kami banyak terjadi kesalahan oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan juga saran yang membangun sehingga mampu untuk lebih baik untuk pembuatan tugas dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Agung. 2008. Retardasi Mental. http://www.arsip_skripsi.com/gu-agunggu/2008/retardasi -mental.html. [13Mei 2013]
Departemen Kesehatan RI. 2009. Penanganan Anak Tunagrahita. http://www.depkes.go.id(serial online) [4 maret 2013]
Kasiyati.(2004). Bahan Ajar Mata Kuliah Bimbingan Dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus. Jurusan PLB FIP UNP: Padang
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Klien Gangguan
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Pribadi, Agung Santoso. 2016. Peningkatan Kemampuan Operasional Penjumlahan Mata Pelajaran Matematika dengan Menggunakan Media Gambar pada Siswa Kelas III Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Semarang. Jurnal Experientia. Volume 4. Nomor 2. Halaman 41-48
Schwart, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC
Somantri, T. S. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama
Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdikbud
Supraktikno. 2003. Perkembangan Retardasi Mental.Yogyakarta: Gadjah Mada
5