1
PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA MASA KEHAMILAN
[Type the document title]
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses kehamilan merupakan rantai yang berkesinambungan yang mencakup proses ovulasi (pelepasan ovum), migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, implantasi (nidasi pada uterus), pembentukan plasenta, serta tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Dengan adanya kehamilan, akan terjadi berbagai perubahan fisik dan psikologis.
Kehamilan merupakan periode episode dramatis pada kondisi biologis wanita yang menimbulkan berbagai perubahan psikologis serta membutuhkan upaya adaptasi dari wanita yang mengalaminya. Sebagian besar wanita menganggap kehamilan sebagai peristiwa kodrati yang harus di lalui, sedangkan sebagian lain menganggapnya sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Pada umumnya, dalam periode kehamilan akan terjadi perubahan kondisi fisik dan tanda-tanda fisiologis mulai dari mual dan muntah-muntah, kepala pusing sampai timbulnya keluhan secara umum seperti rasa panas dalam perut khususnya pada lambung (heartburn). Persoalannya adalah keluhan-keluhan tersebut akan terus meningkat setiap berat janin bertambah.Penambahan berat janin mengakibatkan posisi rahim dalam perut naik atau meninggi, kemudian rahim serta segala hal yang termuat di dalamnya akan mendesak lambung.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan upaya adaptasi untuk menyesuaikan pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang tumbuh dari norma sosial-budaya, dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat menjadi pencetus berbagai reaksi fisiologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga gangguan jiwa yang berat.
Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya, angan-angannya, fantasinya, dan arti kata-katanya, objek, peristiwa, konsep abstrak, seperti kematian, kehidupan, keberhasilan, dan kebahagiaan. Ia dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia subur atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.
Lamadhah (2011) mengungkapkan bahwa keluhan berkaitan dengan timbulnya rasa panas dalam perut tergolong sederhana namun dapat menimbulkan kegelisahan dan kelelahan pada ibu hamil. Seiring dengan perubahan-perubahan tersebut terjadi pula perubahan emosional yang kompleks, sehingga memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi.
Mustika (2008) dalam buku Panduan Spiritual Kehamilan menyebutkan satu ungkapan Jack Canfield dalam Chicken Soup for the Expectant Mother's Soul, bahwa segala sesuatunya tidak akan pernah sama lagi. Tubuh kita mengalami perubahan-perubahan drastis, sementara emosi kita berganti-ganti antara antisipasi dan rasa takjub ketika merasakan getar-getar kehidupan yang pertama di dalam tubuh kita, sampai pada kecemasan membayangkan saat melahirkan dan kesanggupan kita untuk menjadi orang tua. Mulai dari rasa mual sampai eforia, kehamilan benar-benar merupakan pengalaman mendebarkan.
Pada proses kehamilannya, para wanita disamping mengalami perubahan-perubahan fisik dan tanda-tanda fisiologis sebagaimana dijelaskan di atas, perubahan yang kemudian mampu menimbukan masalah sosial dalam keluarga adalah perubahan-perubahan yang bernuansa psikologis terutama pada aspek emosionalnya seperti prilaku menjadi mudah tersinggung, mudah sedih, suka khawatir, merasa kurang diperhatikan, merasakan sesuatu yang tidak nyaman dan tidak jelas penyebabnya, termasuk memiliki permintaan yang tidak masuk akal seperti minta jenis buah yang tidak pada musimnya, dan cenderung harus dipenuhi. Jika tidak terpenuhi, maka tidak sedikit dari wanita hamil kemudian mengekspresikan perasaan dan pikirannya pada prilaku yang terkadang tidak wajar seperti meminta yang harus segera dipenuhi, tersinggung dan menyalahkansebagai bentuk pertahanan ego. Tentu hal ini akan menjadi persoalan baru menyangkut keharmonisan sosial dalam keluarga dan lingkungannya manakala kurangnya saling mengerti dan memahami dengan baik. Dalam kontek konseling, fenomena di atas memunculkan kebutuhan adanya sebuah layanan konseling yang dilakukan sebagai upaya membangun self awareness pada konseli ( wanita hamil dansuaminya), serta pihak-pihak yang terkait dengan konseli.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa perubahan emosi pada ibu hamil sangat jelas dan jika berkelanjutan tanpa penanganan yang tepat mampu mengakibatkan reaksi kecemasan yang berat bahkan gangguan jiwa pada ibu hamil itu sendiri. (Spielberger: 1979; Correy:1997; Wiknjosastro: 1999; Ibrahim: 2011).
Perubahan-perubahan psikologis selama menjalani kehamilan ternyata juga disadari oleh para ibu hamil itu sendiri. Berikut ungkapan singkat seorang wanita bernama Sofia yang dihasilkan dari wawancara dalam prariset. Sofia menjelaskan bahwa pada masa kehamilannyamengalami perasaan yang berbeda dari masa sebelum hamil. Beberapa hal yang dirasakannya seperti menjadimudah sedih, manja dan ingin selalu ditemani suami. Semua yang diinginkan harus dipenuhi dan jika tidak,maka direspon dengan menangis.Hal lain yang lebih mencemaskan apabila membayangkan proses melahirkan.Perasaannya sering takut, khawatir jika ada apa-apa dengan bayinya memikirkan kira-kira selamat atau tidak, termasuk menjadi suka bertanya-tanya sendiri. Padahal sudah cukup rajin periksa ke bidan dan sering dinasihati ibunya. Menurutnya,semua hal di atas sering mengakibatkan sakit kepala, perut terasa pedih,dan rasanya malas jika mau makan.
Perubahan-perubahan emosi terutama pada perasaan cemas berupa perasaan tegang, khawatir, sedih, gugup, takut menjadi persoalan mendasar berkaitan dengan proses kehamilan seorang ibu dan persoalan-persoalan tersebut jarang mendapatkan solusi sehingga menimbulkan masalah psikologis pada ibu hamil yang akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
Utaminingsih dalam Suciningsih (2004) menjelaskan bahwa kecemasan pada ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan otak bayi dalam kandungan termasuk kemungkinan bayi lahir dengan cacat fisik dan lambanya perkembangan otak bahkan ada yang autis. Gambaran tersebut akan menjadi persoalan yang tidak sederhana sebab jika lahir anak-anak dengan kecacatan atau terjadi kelambanan perkembangan otak dan bahkan autis akan menjadi persoalan besar terhadap penyiapan generasi yang berkualitas dalam rangka membangun bangsa dan negara.
Rumusan Masalah
Bagaimana mitos pada masa kehamilan ?
Bagaimana perubahan fisik dalam masa kehamilan ?
Bagaimana teori dalam perubahan psikologi pada ibu hamil ?
Bagaimana gangguan psikologi pada masa kehamilan ?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui mitos pada masa kehamilan
Untuk mengetahui perubahan fisik dalam masa kehamilan
Untuk mengetahui teori dalam perubahan psikologi pada ibu hamil
Untuk mengetahui gangguan psikologi pada masa kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
Mitos Pada Masa Kehamilan
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki berbagai corak kebudayaan yang masing –masing kebudayaan juga memiliki mitos tentang kehamilan. Bentuk – bentuk mitos kehamilan yang berlaku sangat bervariatif dan contoh–contoh yang umum ialah selama masa kehamilan tidak diperkenankan ibu untuk minum es karena dianggap membuat tubuh janin bertambah besar, tidak boleh makan nenas, pisang ambon dan duren tidak boleh makan daging kambing, tidak boleh mengurut perut, tidak boleh sanggama, tidak boleh minum jamu, tidak boleh melakukan perjalanan jauh, dan sebagainnya. Semua contoh mitos ini masih perlu dikaji kebenarannya.
Apakah ibu hamil tidak boleh makan nanas?
Fakta : Dalam buah nanas mengandung kadar asam yang berlebihan, dapat memicu penyakit maag. Pada saat kehamilan pada umumnya kadar asam lambung meningkat. Jadi, jangan berlebihan dalam mengonsumsi nanas dan makanlah secara wajar.
Apakah benar telur sangat baik untuk ibu hamil?
Fakta : Telur memiliki kandungan penting dan kalori yang tinggi sehingga baik untuk dikonsumsi ibu hamil. Telur juga merupakan makanan favorit yang bisa dibentuk menjadi berbagai variasi hidangan sehingga tidak membosankan. Akan tetapi, perlu diingat ibu hamil untuk mmenghindari mengonsumsi telur mentah. Sebab dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit yang tidak diinginkan karena tidak higienis.
Jangan makan buah stroberi ketika sedang mengandung sebab kulit bayi nanti bisa memiliki bercak!
Fakta : Mitos tersebut salah. Makan buah stroberi tidak akan membuat kulit bayi bercak-bercak sebab tidak ada hubungannya antara stroberi dengan kulit bayi. Stroberi mengandung zat antioksidan, kaya akan vitamin C, dan memiliki mineral yang berguna menurunkan kadar kolestrol dalam darah. Stroberi juga berguna untuk menyehatkan saluran pencernaan.
Apakah minum es bisa membuat janin tumbuh terlalu besar ?
Fakta : Sampai sekarang belum ada penelitianmembuktikan bahwa minum es dapat membuat janin menjadi besar yang perlu di waspadai adalah kebersihan es yang dikonsumsi. Es bisa saja terkontaminasi bakteri atau virus kalau tidak dijaga kebersihannya. Misalnya akibat tangan kotor, tempat penyimpanan yang tidak higienis, dan lain sebagainya. Dan lain hal yang perlu diingat, minum es jangan berlebihan sebab bisa membuat uluhati terasa sesak dan tidak nyaman. Bila terlalu sering mengonsumsi es yang dicampur sirup, maka bisa terjadi penimbunan lemak pada janin.
Apakah wanita hamil boleh minum ginseng?
Fakta : Ibu hamil tidak boleh minum ginseng. Ginseng terkenal dapat menambah kekuatan. Banyak yang mengatakan ginseng dapat mengurangi mual di saat hamil muda. Akan tetapi, ilmuwan Chinese University of Hongkong mengatakan bahwa di dalam ginseng terdapat ginsenoside yang dapat membahayakan perkembangan janin.
Apakah minum kopi memiliki efek buruk pada kehamilan?
Fakta : Seperti kita ketahui, kopi banyak mengandung kafein. Kafein bisa meningkatkan tekanan darah dan dapat mengakibatkan berkemih, selain bisa menembus plasenta kafein berlebihan bisa mengganggu sirkulasi darah, termasuk pada organ-organ reproduksi. Organ vital juga bisa rusak seperti gangguan pada paru-paru, jantung, dan sel darah. Efek buruk lain akibat terlalu banyak kafein adalah gangguan penyerapan zat besi dan kalsium sehingga mngakibatkan osteoporosis.
Apakah ibu hamil boleh berenang?
Fakta : Pada dasarnya ibu hamil boleh saja berenang. Renang merupakan salah satu olahraga yang dapat menjaga kebugaran tubuh dan membakar lemak yang berlebih. Akan tetapi, perlu diingat bahwa jangan terlalu lama berenang bila tidak ingin kedinginan.
Benarkah makan pisang dempet pada awal kehamilan bisa membuat anak yang dilahirkan kembar siam?
Fakta : Mitos tersebut slaah. Makan pisang dempet tidak ada hubungannya dengan bayi yang dilahirkan juga ikut dempet. Bila kita makan pisang, sering kita temukan ada dua buah pisang yang berdempetan. Ada yang mengatakan sebelum memakan pisang dempet harus dipisahkan dulu dan pisang tersebut salah satunya harus diberikan pada orang lain, tidak boleh dimakan sendiri. Hal tersebut dengan alasan biar anaknya tidak kembar dempet. Mitos-mitos seperti ini masih sering kita jumpai dan masih beredar di masyarakat
Perubahan Fisik Dalam Masa Kehamilan
Ciri – ciri umum perubahan fisik selama masa kehamilan ialah tidak haid (Amenorea), meningkatnya aktivitas hormon, membesarnya payudara, perubahan bentuk rahim, perubahan sistem organ – organ tubuh, membesarnya perut, naiknya berat badan, melemahnya relaksasi otot – otot saluran pencernaan, ensivitas pada penginderaan, kaki dan tangan mulaii membesar.
Sistem Reproduksi
Uterus
Perubahan Fisiologis :
Uterus akan mengalami pembesaran akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron, uterus akan mengalami hipertrofi dan hipervaskularisasi akibat dari pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan amnion dan perkembangan plasenta dari berukuran 30 gr menjadi 1000gr. Selain itu, akan terjadi perlunakan pada isthmus uteri dan pembesaran plasenta pada satu sisi uterus.
Tanda Kehamilan :
Pembesaran perut
Tanda Hegar
Tanda Piscaseck
Ketidaknyaman Fisiologis :
Terjadi penekanan pada beberapa sistem antara lain sistem perkemihan. Pencernaan, pernapasan, kardiovaskular, dan neurologi.
Kebutuhan Fisiologis :
Berhubungan dengan perubahan sistem yang lain.
Serviks
Perubahan fisiologis :
Terjadi hipervaskularisasi dan perlunakan pada serviks akibat peningkatan hormon progesteron. Peningkatan lendir serviks yang disebut dengan operkulum. Kerapuhan meningkat sehingga mudah berdarah saat melakukan senggama.
Tanda kehamilan :
Tanda Chadwick
Tanda Goodel
Keputihan
Ketidaknyaman Fisiologis :
Keputihan
Kebutuhan fisiologis :
Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari.
Pakaian dalam menggunakan bahan katun yang memiliki daya serap tinggi, jangan gunakan nilon.
Cara cebok yang benar yaitu darah arah vagina ke belekang.
Selalu keringkan vulva setelah BAB atau BAK.
Ganti celana dalam setiap kali basah
Hindari semprotan air
Vagina
Perubahan fisiologis :
Terjadi peningkatan produksi lendir oleh mukosa vagina, hipervaskularisasi pada vagina.
Tanda kehamilan :
Tanda Chadwick
Keputihan
Ovarium
Perubahan fisiologis :
Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan hanya terlihat perkembangan dari korpus luterum.
Tanda kehamilan : amenorea
Payudara
Perubahan fisiologis :
Terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan hormon progesteron. Selain itu, juga terjadi peningkatan hormon somatomamotropin untuk produksi ASI sehingga menjadi lebih besar.
Tanda kehamilan :
Hipervaskularisasi areola mamae dan papilla
Pembesaran kelenjar Montgomery
Pembesaran mamae
Kebutuhan fisiologis :
Kebersihan payudara utnuk persiapan laktasi dengan menggunakan perawatan payudara ibu hamil (terlampir).
2. Sistem Pencernaan
Mulut dan Gusi
Perubahan fisiologis :
Peningkatan estrogen dan progesteron meningkatkan aliran darah ke rongga mulut; hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi sehingga terjadi edema dan hiperplastis; ketebalan epitelial berkurang sehingga gusi lebih rapuh; timbulnya muntah menyebabkan kebersihan mulut terganggu dan meningkatkan rasa asam di mulut.
Kebutuhan fisiologis
1) Karies gigi
2) Gusi berdarah
Kebutuhan fisiologis
Berkumur dengan air hangat dan asin.
Menggosok gigi secara teratur dan menjaga kebersihannya.
Memeriksakan gusi secara teratur.
Lambung
Perubahan fisiologis :
Terjadi relaksasi pada otot-otot pencernaan antara lain peristaltik di lambung sehingga pencernaan makanan oleh lambung menjadi lebih lama dan mudah terjadi peristaltik balik ke esofagus. Selain itu, pengaruh dari peningkatan hormon HCG juga dapat menyebabkan ibu hamil merasakan mual dan muntah.
Tanda kehamilan:
Mual muntah
Panas dalam
Ketidaknyamanan fisiologis:
Mual muntah
Kebutuhan fisiologis :
Hindari bau dan faktor penyebab lain.
Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum bangun dari tempat tidur dan bangun.
Makan sedikit tapi sering.
Duduk tegak setiap selesai makan.
Hindari makanan yang berminyak dan berbumbu keras.
Makan makanan kering di antara waktu makan.
Jangan langsung gosok gigi setelah makan.
Istirahat seperlunya.
Gunkan obat-obatan nonfarmakologis jika memungkinkan.
Jika terlalu parah beri terapi dengan vitamin B6
Usus halus dan usus besar
Perubahan fisiologis :
Relaksasi pada usus sehingga penyerapan makanan menjadi lebih maksimal. Relaksasi juga terjadi pada usus besar sehingga penyerapan air menjadi lebih lama.
Tanda kehamilan :
Konstipasi
Ketidaknyamanan fisiologis :
Konstipasi
Hemoroid
Kebutuhan fisiologis :
Tingkatkan intake cairan dan serta dalam diet, misalnya buah, sayuran, minum air hangat.
Istirahat cukup.
Senam hamil (terlampir)
Buang air besar secara teratur dan segera setelah ada dorongan.
Hindari minyak mineral, lubrican, perangsang, saline, hiperosmosis, dan castrol oil.
Hindari konstipasi.
Makan makanan bongkahan, gunakan bungkusan es, kompres panan, atau mandi sitz.
Dengan perlahan masukan kembali ke dalam rektum seperlunya.
Jika perlu dapat di gunakan salep obat luar untuk meperingan/anestesi sesaat, astringen wirchhazel, calamine dan oksida seng, krim hidrocotison.
3. Sistem Kardiovaskular
Jantung
Perubahan fisiologis :
Hipertrofi
Hipertrofi (pembesaran) atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh peningkatan volume darah dan curah jantung. Karena diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas dan berotasi ke depan; antara minggu ke-14 dan ke-20, denyut meningkat perlahan, mencapai 10 sampai 15 kali per menit, kemudian menetap sampai aterm.
Volume dan komposisi darah.
Selama masa hamil terjadi percepatan produksi SDM (normal: 4-5,5 juta/mm3). Presentasi kenaikan bergantung kepada jumlah besi yang tersedia, massa SDM meningakt 30-33% pada kehamilan aterm, jika ibu mengonsumsi suplemen besi. Apabila tidak mengonsumsi suplemen besi, SDM hanya meningkat 17% pada beberapa wanita.
Sirkulasi darah.
Terjadi gangguan sirkulasi darah akibat pembesaran dan penekanan uterus terutama pada vena pelvis ketika duduk dan vena cara inferior ketika berbaring; peningkatan penyerapan kapiler.
Tanda kehamilan :
Anemia fisiologis
Ketidaknyamanan fisiologis :
Palpitasi jantung
Edema umum
Kebutuhan fisiologis :
KIE tentang perubahan fisiologi kehamilan.
Konsumsi makanan atau diet tinggi Fe dan asam folat, misalnya sayuran berwarna hijau, ikan, daging, dan susu.
Konsumsi tablet Fe 1x minimal selama 3 bulan.
Hindari posisi tegak lurus dalam waktu yang lama.
Istirahat dengan posis berbaring miring dan kaki agak ditinggikan.
Hindari kaos kaki atau stocking yang ketat.
Olah raga tau senam hamil (terlampir)
Hindari sendal atau sepatu hak tinggi.
4. Sistem Perkemihan
Perubahan fisiologis :
Peningkatan sensitivitas kandung kemih dan pada tahap selanjutnya merupakan akibat kompresi pada kandung kemih. Pada trimester kedua, kandung kemih tertarik ke atas dan keluar dari panggul sejati ke arah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih bergeser ke arah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh hiperemia kandung kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saat yang sama, pembesaran uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya terisi sedikit urine.
Tanda kehamilan : Sering buang air kecil (BAK) dan nokturia.
Ketidaknyamanan fisiologis : Sering BAK
Kebutuhan fisiologis :
KIE tentang penyebab sering BAK.
Kosongkan kandung kemih ketika ada.
Perbanyak minum air pada siang hari.
Jangan kurangi minum di malam hari kecuali menggangu tidur dan mengalami kelelahan.
Hindari minum kopi dan teh sebagai diuresis.
Berbaring miring kiri saat tidur untuk meningkatkan diuresis.
Tidak memerlukan pengobatan farmakologis.
Sistem Integumen
Muka
Perubahan fisiologis :
Terjadi perubahan warna bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi, khususnya pada wanita hamil berkulit hitam akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron, serta hormon melanokotikotropin.
Tanda kehamilan : Chloasma Gravidarum
Ketidaknyamanan fisiologis : Chloasma Gravidarum
Kebutuhan fisiologis :
Hindari sinar matahari secara berlebihan saat hamil.
Gunakan bahan pelindung nonalergis.
Hindari penggunaan hidrokuinon
Kulit
Perubahan fisiologis :
Hipersentivitas alergen plasenta.
Peningkatan kelenjar apocrine akibat peningkatan hormon, kelenjar tersebut meningkat terutama akibat berat badan dan kegiatan metabolik yang meningkat; peningkatan aktivitas kelenjar sebasea.
Ketidaknyamanan fisiologis :
Gatal-gatal
Keringat bertambah
Kebutuhan fisiologis :
Gunakan kompres mandi siram air sejuk.
Gunakan cara mandi oatmeal.
Pertimbangkan penggunaan obat luar atau antipruiritik.
Evaluasi jika ada gangguan atau penyakit kulit.
Pakai pakaian yang longgar.
Perbanyak minum.
Mandi secara teratur.
Perut
Perubahan fisiologis :
Terdapat garis pigmentasi dari simfisis pubis sampai ke bagian atas fundus di garis tengah tubuh diinduksi hormon timbul. Pada primigravida, garis mulai terlihat pada bulan ke tiga terus memanjang seiring dengan meningginya fundus. Pada multigravida, keseluruhan garis sering kali muncul sebelum bulan ketiga. Terdapat juga tanda regangan yang timbul pada 50-90% wanita selama pertengahan kedua kehamilan yang dapat dise babkan oleh kerja adenokortikosteroid, menunjukkan pemisahan jaringan ikat (kolagen) di bawah kulit. Garis-garis yang sedikit cekung ini cenderung timbul di daerah dengan regangan maksimum (misalnya di abdomen, paha, dan payudara).
Tanda kehamilan :
Linea nigra dan alba.
Striae gravidarum.
Ketidaknyamanan fisiologis :
Garis-garis diperut dan di payudara
Kebutuhan fisiologis :
Gunakan emollien luat atau antiprurutik menurut indikasinya.
Gunakan/kenakan pakaian yang menopang payudara dan abdomen.
6. Sistem Pernafasan
Hidung
Perubahan fisiologis :
Peningkatan vaskularisasi yang merupakan respons terhadap peningkatan kadar estrogen, juga terjadi pada traktus pernapasan atas. Oleh karena kapiler membesar, terbentuklah edema dan hiperemia di hidung, faring, laring, trakea, dan bronkus.
Ketidaknyamanan fisiologis : Hidung tersumbat dan mimisan
Kebtuhan fisiologis:
KIE tentang perubahan fisiologi kehamilan.
Gunakan vaporizer udara dingin.
Hindari dekongestan utnuk hidung tersumbat biasa.
Antihistamin biasanya efektif dan tidak berbahaya.
Toraks dan difragma
Perubahan fisiologis :
Dengan semakin membesarnya uterus, maka akan mengalami desakan pada diafragma sehingga naik 4 cm; terjadi pelebaran sudut toraks dari 68 menjadi 103 derajat; peningkatan pusat saraf untuk konsumsi oksigen.
Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf atau kompresi akar saraf. Struktur ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat. Perubahan ini dan perubahan lainnya sering kali menimbulkan rasa tidak nyaman pada muskuloskeletal. Terjadi relaksasi ringan dan peningkatan mobilitas sendi panggul normal selama masa hamil, pemisahan simfisis pubis, dan ketidakstabilan sendi sakroiliaka yang besar dapat menimbulkan nyeri dan kesulitan berjalan.
Tanda kehamilan : Hiperlordosis
Ketidaknyaman fisiologis :
Sesak nafas
Nyeri pinggang dan punggung bagian bawah
Kebutuhan fisiologis :
KIE tentang penyebab fisiologis.
Bantu cara utnuk mengatur pernapasan.
Mendorong postur tubuh yang baik untuk pernapsan interkostal.
Posisi berbaring semifowler.
Istirahat teratur.
Latihan pernapasan dan senam hamil.
Gunakan mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat barang yang jatuh, misalnya dengan jongkok, lebarkan kaki dan letakkan satu kaki sedikit di depan.
Hindari sepatu hak tinggi, hindari pekerjaan dengan beban yang terlalu berat.
Gunakan bantal waktu tidur utnuk meluruskan punggung.
Gunakan kasur yang keras utnuk tidur.
Senam hamil.
Masase daerah pinggang dan punggung.
7. Sistem Neurologi dan Muskuloskeletal
Perubahan fisiologis :
Penurunan kalsium dan alkolosis terjadi akibat perubahan pada sistem pernapsan, tekanan uterus pada saraf, keletihan, dan sirkulasi yang buruk pada tungkai.
Perubahan titik pusat gaya berat akibat uterus yang bertambah besar dan berat membuat wanita mengambil sikap yang dapat menekan saraf ulnar, median, dan skiatik; terjadi hiperventilasi.
Terjadi hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan hemodinamis; hipoglikemia; penumpukan darah di bagian tungkai sehingga mengurangi arah balik vena dan mengurangi curah jantung.
Tanda kehamilan : Syncope
Ketidaknyamanan fisiologis :
Kram terutama pada kaki
Kesemutan
Pusing sampai pingsan
Kebutuhan fisiologis :
Kurangi konsumsi fosfor tinggi supaya terjadi relaksasi pada oto-otot kaki.
Beri kompres hangat pada kaki.
Konsumsi cukup kalsium.
Istirahat cukup.
KIE tentang penyebab.
Posisikan postur tubuh dengan benar.
Berbaring dan merebahkan diri.
Bangun secara perlahan-lahan dari posisi.
Hindari berdiri terlalu lama.
Hindari lingkungan yang terlalu ramai dan berdesak-desakan.
Hindari berbaring dalam posisi supine.
Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Kehamilan
Kehamilan merupakan waktu transisi yaitu kehidupan ebelum memiliki anak yang berada dalam kandungan dan kehidupan setelah anak lahir. Secara umum emosi yang dirasakan oleh ibu hamil cukup labil, ia dapat memiliki reaksi yang ekstrim dan suasana hati yang cepat berubah. Ibu hamil menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan.
Ibu hamil lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman dengan orang lain. Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat rapuh, sangat takut akan kematian baik terhadap dirinya sendiri maupun bayinya.
Trimester I
Rasa cemas bercampur bahagia
Perubahan psikologis yang menonjol pada usia kehamilan trimester pertama ialah timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus bahagia. Mereka cemas akan hal-hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang berada dalam suatu proses yang tidak dapat berubah kembali. Hal ini membuat sebagian wanita menjadii tergantung dan menjadi lebih menuntut. Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat berkaitan dengan pada kualitas kemampuan untuk merawat dan mengasuh bayi kandungnya, sedangkan rasa bahagia dikarenakan dia merasa sudah sempurna sebagai wanitan yang dapat hamil.
Sikap Ambivalen
Sikap ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat stimulan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau kondisi (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen 2005). Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Jika Ia tidak dibantu memahami dan menerima ambivalensi dan perasaan negatif tersebut sebagai suatu hal yang normal maka ia akan merasa sangat bersalah bila bayi yang dikandung meninggal atau lahir cacat, Ia akan mengingat pikiran-pikiran yang ia miliki selama trimester I dan merasa ia menjadi penyebab tragedi tersebut. Penyebab ambivalensi pada ibu hamil yaitu perubahan kondisi fisik, pengalaman hamil yang buruk, ibu karier, tanggung jawab baru, rasa cemas atas kemampuannya menjadi ibu, keuangan dan sikap penerimaan keluarga terdekatnya. Perasaan ambivalen ini berakhir dengan sendirinya seiring ia menerima kehamilanya.
Fokus padaa Diri Sendiri
Fokus wanita adalah dirinya sendiri. Dari fokus pada diri sendiri ini timbul ambivalensi mengenai kehamilanya seiring usaha menghadapi pengalaman kehamilan yang buruk yang pernah dialami sebelumnya, efek kehamilan terhadap kehidupan kelak (terutama jika berkarier), tanggung jawabnya yang baru atau tambahan yang ditanggung, kecemasan yang berhubungan dengan untuk menjadi ibu, masalah keuangan dan rumah tangga dan peneriman orang terdekat terhadap kehamilanya.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu lebih berfokus kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin. Meskipun, demikian bukan berarti ibu kurang memperhatikan kondisi bayinya. Kini ibu lebih merasa bahwa janin yang dikandungnya menjadi bagian tubuhnya yang tidak terpisahkan. Hal ini mendorong ibu untuk menghentikan rutinitasnya, terutama yang berkaitan dengan tuntutan sosial atau tekanan psikologis agar bisa menikmati waktu kosong tanpa beban.
Perubahan Seksual
Hasrat seksual pada trimester I sangat bervariasi antar satu wanita dan wanita lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual tetapi secara umum trimester I merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini merupakan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan. Banyak wanita yang merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umun sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah lain yang merupakan normal terjadi pada trimester I.
Perubahan Emosional
Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan adanya penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan mual, perubahan suasana hati, depresi, kekhawatiran ibu tentang kesejahterannya dan bayinya, kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik, dan sebagainya.
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa dia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan.
Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan difasilitasi oleh perasaan sendiri yang merasa cukup aman untuk mulai mengungkapkan perasaan-perasaan yang menimbulka konflik yang ia alami. Sementara ini ketidaknyamanan pada trimester pertama seperti nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilan.
Beberapa wanita terutama mereka yang telah merencanakan hamil atau yang telah berusaha keras untuk hamil merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa dirinya hamil, dan mencari bukti kehamilan pad setiap jengkal tubuhnya.
Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat menyanangkan untuk melihat apakah kehamilan akan berkembang dengan baik validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah berhentinya menstruasi. Selama trimester I, kehamilan seorang wanita menjadi rahasianya sendiri yang hanya ia bagikan pada orang yang dikehendaki. Pikiranya meliputi sebagian besar apa yang terjadi pada dirinya, tubuhnya, dan kehidupanya. Pada saat ini bayi yang ia kandung masih dianggap sebagai mahluk yang terpisah dari dirinya.
Trimester II
Trimester II sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik yakni periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil, trimester II juga merupakan fase ketika wanita menelusur kedalam dan paling banyak mengalami kemunduran. Trimester II terbagi dalam dua fase yaitu : Pra Quickening (sebelum da gerakan janin yang dirasakan ibu) dan pasca Quickening (setelah ada gerakan janin yang dirasakan ibu).
Fase Quickening
Quickening menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utama yaitu : mengembangkan identitas sebagai ibu bagi drinya sendiri yang berbeda dari ibunya.
Menjelang akhir timester pertama dan selama fase pra Quickening berlangsung wanita tersebut akan mengalami sekaligus sekalian mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang ia jalani dengan ibunya sendiri. Semua masalah interpersonal yang dahulu pernah dialami hingga kini dianalisis.
Hal lain yang terdapat dalam proses ini adalah evolusi wanita tersebut mulai dari menjadi penerima kasih sayang dan perhatian kemudian menjadi pemberi kasih sayang dan perjatian (persiapan menjadi ibu). Ia akan mengalami konflik berupa kompetisi dengan ibunya agar telihat sebagai ibu yang "baik". Penyelesaian aktual dalam konflik ini tidak berlarut-larut sampai lama setelah bayi dilahirkan, tetapi perhatian wanita terhadap ibunya dan proses-proses yang berkaitan dengan hal tersebut akan berakhir setelah terjadi perubahan identitas dirinya sendiri menjadi pemberi kasih sayang, pada saat yang sama ia juga menjadi penerima kasih sayang, menuntut perhatian dan cinta kasih.
Dengan timbulnya Quickening muncul sejumlah perubahan karena kehamilan telah menjadi jelas dalam pikiranya. Kontak sosial berubah ia lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil dan ibu baru lainya yang minat serta aktifitasnya berfokus pada kehamilan, cara membesarkan anak dan persiapan unuk menerima peran baru.
Quickening memudahkan wanita mengkonseptualisasi bayinya sebagai individu yang terpisah dari dirinya. Kesadaran baru ini memulai perubahan dalam fokusnya dari dirinya sendiri kepada bayi yang ia kandung.
Pada saat ini jelas kelamin bayi bukan hal yang penting, perhatian ibu pada kesejahteraan bayi dan menyambut menjadi anggota keluarga.
Sebagian besar wanita lebih erotis selama trimester II, kurang lebih 80% wanta mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester I dan sebelum hamil.
Trimester II relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak, kecemasan kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi mulai mereda dan ia telah mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasanganya dan semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.
Trimester III
Trimester III disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran bayinya.
Trimester III merupakan waktu perpisahan yang aktif terlihat dan memanti kelahiran bayi dan dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita terfokus pada yang akan dilahirkan.
Perasaan takut akan muncul, ibu mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan dirinya sendiri seperti apakah bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan (nyeri, kehilangan kendali dan lain-lain).
Ibu juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil, perpisahan ia dengan bayinya yang tidak dapat dihindari, persaan kehilangan uterus yang penuh secara tiba-tiba mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakn hal yang umum terjadi dan wanita menjadi lebih tergantung dan lebih menutup diri karena perasaan rentanya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik dan semakin kuat menjelang akhir kehamilan, ia akan merasa canggung, jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangan.
Pada pertenghan trimester III peningkatan hasrat seksual yang terjadi sebelumnya akan menghilang karena perut yang semakin besar. Alternatif posisi dalam hubungan seksual untuk mencapai kepuasan dapat membantu. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi dengan bidan atau dokter menjadi sangat penting.
Teori Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil
TEORI REVA RUBIN
Rubin adalah seorang perawat bidan di USA. Rubin mengembangkan penelitian dan teori tentang kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin. Penelitian dan pengamatan dilakukan selama lebih dari 20, tahun dengan lebih dari 6000 responden. Dia membedakan antara konsep dari posisi yaitu suatu status sosial yang diberikan kepada seseorang (misal guru atau ibu) dan konsep dari peran yang dilukiskan sebagai aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut yang menentukan bahwa dalam dia mempunyai posisi tertentu. Seseorang mempunyai posisi berbeda dalam tahapan hidupnya yang berbeda dan juga dapat mempunyai posisi ganda pada waktu yang bersamaan sebagai seorang anak perempuan, istri dan ibu juga sebagai bidan, pelajar juga sebagai karyawan. "Tindakan-tindakan yang diatur sekitar posisi, terdiri dari peran"(Rubin,1967).
Tujuan riset Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana wanita tersebut mampu mengambil peran seorang ibu dan hal apa saja yang dapat membantu atau menghambat atau memberi efek negatif terhadap proses pencapaian peran tersebut. Menurut Rubin untuk mencapai peran tersebut seorang wanita membutuhkan proses belajar berupa latihan-latihan. Dalam proses ini wanita diharapkan mampu mengidentifikasi bagaimana wanita tersebut mampu memngambil peran seorang ibu. Teori ini sangat berarti pula bagi calon ibu untuk mempelajari peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan dalam kehamilan dan setelah menikah.
Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para siswa bidan. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dan melalui telepon yang berlangsung selama 1-4 jam. Subjek penelitian di dapatkan di klinik antenatal dan postnatal. Data-data berkaitan dengan masalah-masalah yang timbul dalam pencapaian peran menjadi ibu diberi kode kemudian dianalisis.
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psiko-sosial dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan, antara lain:
Kesejahteraan ibu dan bayinya
Penerimaan dari masyarakat
Penentuan identitas diri
Mengerti tentang arti memberi dan menerima
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah
Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan janinnya.
Ibu memerlukan sosialisasi
Arti dan efek kehamilan pada pasangan:
Pasangan merasakan perubahan tubuh pasangannya pada kehamilan 8 bulan sampai 3 bulan setelah melahirkan.
Pria juga bisa mengalami perubahan fisik dan psikososial selama pasangannya hamil.
Anak yang dilahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang ada, yaitu :
Hubungan Ibu dengan pasangan
Hubungan ibu dengan janin yang berkembang
Hubungan individu dengan individu yang unik dan anak
Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri
Tugas yang harus dilakukan seorang wanita atau pasangan dalam kehamilan :
Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh.
Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin.
Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran transisi untuk mempersiapkan fungsi keluarga.
Dalam penelitiannya dan observasinya lebih dari 20 tahun Rubin menyimpulkan bahwa tujuan dari usaha ibu selama kehamilan adalah :
Meyakinkan adanya keamanan bagi diri dan bayinya selama kehamilan dan persalinan.
Meyakinkan adanya penerimaan sosial bagi diri dan bayinya.
Meningkatkan ikatan tarik menarik dalam kontruksi dari image dan identitas dari saya dan anda.
Mencari kedalaman dari arti tindakan transitif dari memberi dan menerima.
Tugas atau tujuan dari aktivitas selama hamil, bersalin dan puerperium digambarkan lebih ringkas oleh Josen (1981) sebagai berikut:
Memastikan kesejahteraan fisik untuk dirinya dan bayinya.
Penerimaan sosial untuk dirinya dan bayinya oleh orang-orang berati berarti bagi mereka.
Keterikatan kepada si bayi.
Pemahaman dan kerumitan menjadi seorang ibu.
Dari data itu Rubin mengidentifikasikan 3 aspek yang meliputi : Reaksi umum pada kehamilan, biasanya sebagai berikut :
Trimester I
Ambiven, takut, fantasi, khawatir.
Trimester II
Perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari tentang perkembangan dan pertumbuhan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert, kadang egosentrik dan self centered.
Trimester III
Berperasaan aneh, semberono, jelek. Menjadi lebih introvert, merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.
Tiga aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu hamil :
Gambaran tentang idaman (Image idea)
Sebuah gambaran ideal atau positif mengenai perempuan yang berhasil melaksanakan perannya sebagai ibu yang baik. Seorang ibu muda akan mempunyai seseorang yang dijadikannya contoh bagaimana seharusnya menjadi seorang ibu.
Gambaran tentang Diri (image diri)
Gambaran mengenai dirinya sendiri dihasilkan melalui pengalaman. Gambaran diri seorang perempuan adalah bagaimana seorang perempuan adalah bagaimana seorang perempuan tersebut memandang dirinya, sebagai bagian dari pengalaman diri, terkait dengan peran ibu yang akan dilakukan.
Gambaran tubuh (body image)
Perubahan yang terjadi pada tubuh perempuan selama proses kehamilan dan perubahan spesifik yang terjadi selama kehamilan serta setelah melahirkan.
Tahap-tahap psikososial yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai perannya :
Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninnya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.
Disengangement
Merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah berakhir.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu.
Taking On (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu. Dalam tahap taking on terdapat kegiatan mimicry (peniruan) yaitu perempuan meniru perilaku perempuan lain yang pernah hamil dengan cara melihat, mendengar dan melaksanakan pengalaman menjadi seorang ibu.
Taking in
Taking in meliputi kegiatan berfantasi. Fantasi perempuan tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan dimasa yang akan datang, misalnya: akan seperti apa proses persalinannya nanti atau baju yang akan dikenakan bayinya nanti. Dan kegiatan introjections, projection, dan rejection yang merupakan tahap dimana perempuan menirukan model-model yang ada sesuai dengan pendapatnya. Dalam tahap ini, bisa terjadi proses penerimaan dan penolakan.
Letting go
Merupakan fase dimana perempuan mengingat kembali proses dan aktivitas yang sudah dilaksanakannya. Perempuan tersebut mengevaluasi hasil tindakannya di masa lalu dan menghilang tindakan yang dia anggap sudah tidak tepat lagi.
Rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi 3 yaitu :
Periode Taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya
Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan
Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikkan keadaan tubuh ke kondisi normal.
Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.
Periode Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)
Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.
Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB, dan daya tubuh.
Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
Kemungkinan ibu meengalami depresi post partum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya.
Periode letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
Ibu sudah mengambil tanggungjawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial.
Langkah-langkah proses pelaksanaan peran seorang ibu menurut Reva Rubin, melalui tahap :
Mimicry (peniruan). Wanita meniru perilaku wanita lain (yang pernah hamil) dengan melihat, mendengar, dan merasakan pengalaman menjadi seorang ibu. Misalnya, apa yang dilakukan saat persalinan, bagaimana pertumbuhan bayi pada hari-hari pertama, dan sebagainya.
Role play (mencoba bermain peran). Menciptakan kondisi di masa yang akan datang dengan sengaja. Misalnya, berlatih merawat bayi dengan menjadi babysitter (pengasuh anak) untuk anak temannya, mencoba menyuapi anak kecil, dan sebagainya.
Fantasy (menghayal). Wanita menghayalkan dirinya di masa yang akan datang. Misalnya, akan seperti apa proses persalinannya nanti, baju apa yang akan dikenakan bayinya nanti, dan sebagainya.
Introjection-Projection-Rejection (pengolahan pesan). Wanita mencoba mengolah pesan dan membandingkan gambaran ideal tentang seorang ibu dengan keadaan dirinya sendiri. Dalam fase ini dapat terjadi proses penerimaan dan penolakan. Misalnya, saat ibu memandikan bayinya di rumah berdasarkan apa yang di pelajarinya di rumah sakit atau di tempat lainnya.
Grief-work (evaluasi). Wanita tersebut mengevaluasi hasil tindakannya di masa lalu dan menghilangkan tindakan yang dia anggap sudah tidak tepat lagi.
TEORI RAMONA MERCER
Mercer merupakan seorang perawat yang sangat perhatian terhadap proses persalinan. Dia adalah salah satu murid Reva Rubin yang telah menghasilkan banyak karya ilmiah. Sepanjang karirnya selama 30 tahun, Mercer melakukan 2 penelitian penting yaitu efek stress antepartum pada keluarga dan pelaksanaan ibu. Teori Mercer lebih menekan pada stress antepartum dan mencapai peran ibu. Ia mengidentifikasi seorang perempuan pada awal postpartum, yang menunjukkan bahwa perempuan akan lebih mendekatkan diri pada bayinya di banding dengan melakukan tugas sebagai seorang ibu pada umumnya.
Teori ini lebih menekankan pada stress ante partum dalam pencapaian peran ibu. Mercer membagi teorinya menjadi 2 pokok bahasan :
Efek stress ante partum
Stress ante partum dijelaskan sebagai komplikasi dari kehamilan atau kondisi beresiko tingi dan peristiwa atau pengalaman atau pandangan negatif tentang peristiwa kehidupan. Keluarga digambarkan sebagai satu system yang dinamik yang meliputi subsistem-individu (bapak, ibu, janin atau bayi) dan pasangan (ibu-bapak, ibu-janin atau bayi) dalam sistem keluarga secara keseluruhan.
Riset Mercer dkk menjelaskan tentang efek stress antepartum terhadap fungsi keluarga sebagai satu keutuhan, fungsi pasangan individual (hubungan timbal balik ibu-ayah, ibu-bayi, ayah-bayi) dalam keluarga, dan status kesehatan sebagai variabel dependen dan depresi.
Mercer kemudian mempresentasikan 3 model yang mendukung hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen diatas, yaitu :
Hubungan stress antepartum dengan individu
Hubungan stress antepartum dengan pasangan individual
Hubungan stress antepartum dengan fungsi keluarga
Tahun 1988 Mercer mengemukakan hasil risetnya tentang efek stress antepartum fungsi keluarga yaitu bahwa variabel-variabel mempunyai efek negatif atau positif terhadap fungsi keluarga, yang dapat diuraikan sebagai berikut : stress dari peristiwa kehidupan yang negatif dan resiko atau komplikasi kehamilan diprediksi harga diri dan status kesehatan. Harga diri dan status kesehatan, dan support sosial diprediksi mempunyai efek positif langsung terhadap rasa penguasaan (sense of mastery). Sense of mastery diperkirakan mempunyai efek negatif langsung terhadap kecemasan, yang pada akhirnya mempunyai efek negatif langsung terhadap keluarga.
Mercer kemudian menguji coba model efek stress antepartum terhadap fungsi keluarga pada para wanita yang dirawat di RS dengan resiko atau komplikasi kehamilan resiko rendah. Hasilnya ternyata bahwa wanita dengan kehamilan resiko tinggi mengalami fungsi keluarga yang optimal daripada keluarga para wanita dengan kehamilan resiko rendah.
Stress ante partum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif dalam hidup seorang wanita. Tujuan asuhan yang di berikan adalah memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan diri ibu. Penelitian Mercer menunjukkan ada 6 faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu :
Hubungan interpersonal
Peran keluarga
Stress antepartum
Dukungan sosial
Rasa percaya diri
Penguasaan rasa takut, ragu, dan depresi
Maternal role menurut Mercer adalah bagaimana seorang ibu memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap tentang dirinya sendiri.
Pencapaian peran ibu
Salah satu dari penekanan dari karya Mercer adalah pencapaian Peran Ibu "menjadi seorang ibu berarti mengambil suatu identitas baru. Mengambil suatu identitas baru mencakup suatu pemikiran kembali secara menyeluruh dan mendefinisikan kembali mengenai dirinya sendiri.
Bidan di Amerika menaruh perhatian pada pencapaian peran ibu karena menurut Mencer minat peran ini adalah penting karena beberapa orang mengalami kesulitan datang memikul peran ini dimana menurut Mencer ada konsekuensinya untuk anak-anak mereka.
Mencer seperti rubin mengambil pendekatan saling mempengaruhi (interactionist) dalam memahami proses di mana seseorang mengambil suatu peran baru. Pandangan dari interactionist adalah bahwa cara seseorang berperan dan bertindak dalam suatu peran tergantung dari reaksi dan interaksi yang mereka alami dengan orang-orang disekitarnya, misalnya suaminya, keluarganya, dan orang lain.
Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Lebih lanjut Mercer menyebutkan tentang stress antepartum terhadap fungsi keluarga baik yang positif maupun negatif. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress antepartum. Stress antepartum karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi rasa tidaak percaya dirinya selama kehamilan atau mengatasi stress antepartum.
Perubahan yang dialami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress antepartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secaraa fisiologis (normal), perubahan yang dialami oleh ibu antara lain adalah :
Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan sebagai calon Ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya.
Ibu memerlukan sosialisasi.
Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjkadi pada tubuhnya.
Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.
Empat tahapan dalam pelaksanaan peran ibu menurut Mercer:
Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai melakukan penyesuaian sosial dan psikologi dengan mempelajari segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran dibutuhkan sesuai dengan kondisi sistem sosial.
Informal
Di mana wanita sudah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya.
Personal
Merupakan tahap terakhir, dimana wanita sudah mahir melakukan perannya sebagai ibu.
Wanita dalam mencapai peran ibu dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Faktor ibu :
Umur ibu pada waktu melahirkan
Persepsi ibu pada waktu melahirkan pertama kali
Stress sosial
Memisahkan ibu dengan anak secepatnya
Dukungan sosial
Konsep diri
Sifat pribadi
Sikap terhadap membesarkan anak
Status kesehatan ibu
Faktor bayi
Temperamen
Kesehatan bayi
Faktor-faktor lainnya
Latar belakang etnik
Status perkawinan
Status ekonomi
Dari faktor sosial support, mercer mengidentifikasikan adanya 4 faktor pendukung :
Emotional support, yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
Informational support, yaitu memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri.
Physical support, misalnya dengan membantu merawat bayi dan memberikan tambahan dana.
Appraisal support, ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dalam pencapai peran ibu.
Sebagai perbandingan, Rubin menyebutkan peran ibu sudah dimulai sejak ibu mulai hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mencer mulainya peran ibu adalah setelah bayi lahir (3-7 bulan setelah melahirkan).
Peran bidan diharapkan oleh Mencer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dalam adaptasi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.
Stres dari pengalaman hidup yang buruk dan kehamilan berisiko membawa akibat negatif secara langsung pada penghargaan diri dan status kesehatannya: penghargaan diri, status kesehatan, dan dukungan sosial membawa akibat positif secara langsung oada penguasaan perasaan dan kemampuan orang tua : penguasaan membawa perasaan akibat negatif secara langsung pada kegelisahan dan kehilangan di mana akhirnya juga membawa akibat negatif secara langsung pada fungsi keluarga.
Gangguan Psikologi Pada Masa Kehamilan
Pasangan Infertil
Definisi
Infertilitas merupakan suatu kondisi yang menunjukkan ketidakmampuan suatu pasangan untuk mendapatkan atau menghasilkan keturunan.
Istilah kemandulan selalu ditunjukan kepada wanita akibat ketidakmampuannya untuk melahirkan anak. Kemandulan juga dianggap sebagai inferioritas dari seorang wanita, sebab wanita itu baru bisa menerima status warga masyarakat manakala dia mampu melahirkan anak.
Tetapi, pandangan tersebut telah berubah seiiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan. Kemandulan tidak lagi dianggap inferioritas wanita. Secara umum timbulnya kemandulan pada wanita atau pria adalah akibat kegagalan pada fungsi organ reproduksi dan kondisi psikisnya, seperti depresi atau stress berat.
Faktor Penyebab Kemandulan
Faktor Fisik
Merupakan kegagalan fungsi ginekologis pada salah satu pasangan atau keduanya. Gangguan funsi ginekologis berkaitan dengan gangguan hormone kehamilan, kegagalan reproduksi pria untuk memberikan sel-sel sperma optimal, impotensi, dan abnormalitas psikogenesis.
Faktor Psikis
Merupakan kemandulan yang disebabkan kompensasi takut hamil, ketakutan yang berhubungan dengan organ reproduksi wanita, perasaan berdosa, sterilisasi psikogenesis dan neorotic obsesive, psikosomatis, ketakutan pembedahan, persalinan, infantilisme, defence mechanism, karier atau ketakutan kehilangan dalam keharmonisan pada hubungan coitus.
Tipe Wanita yang Berkaitan pada Kemandulan
Tipe Unmarried
Merupakan tipe kemandulan yang disebabkan wanita atau pria yang sama sekali tidak menginginkan perkawinan secara biologis. Tipe ini lebih banyak terjadi pada wanita akibat ketakutan akan kehamilan, rasa sakit melahirkan, penderitaan saat kehamilan, atau melahirkan. Wanita yang mandul pun unmarried lebih senang mencari profesi sehingga cenderung alcoholic work dan sebagai untuk dari konpensasi ketakutan danm perasaan berdosa jika ia menikah.
Tipe Wanita Karier
Perbedaan antara kemandulan tipe wanita karier dengan tipe unmarried ialah bahwa wanita karier dia menikah dan masih mau melakukan hubungan perkawina biologis. Akan tetapi, lebih mengutamakan kegiatan profesi dan karier sehingga dia tidak mengiginkan untuk hamil. Secara sadar atau tidak sadar mereka ingin menghinadri konflik interes atau profesinya sebagai ibu.
Tipe Agresif Maksulin
Merupakan kemandulan yang ditandai adanya sikap menolak penuh sifat kewanitaan dan tidak menghendaki anak. Awalnya dia mandul secara psikis, namun lambat laun menjadi mandul fisik.
Tipe Steril Akibat Gangguan Emosional
Merupakan tipe kemandulan akibat ketakutan kehadiran anak kerena dianggap menambah beban, obsesif, kompulsif terhadap ketidakmampuan diri wanita, takut menjalani kehamilan, perasaan impotensi pda kehamilan dan takut tak mampu memelihara anak.
Pengaruh Psikis pada Kemandulan
Ketakutan-ketakutan yang tidak disadari (dibawah alam sadar).
Ketakutan yang bersifat inflantile (kekanak-kanakan).
Ketakutan tersebut tidak hanya berkaitan dengan fungsi reproduksi saja, akan tetapi berhubungan dengan segala aspek kegiatan seksual. Adapun sebab-sebab dari ketakutan tersebut biasanya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sejak pubertas.
Contoh ketakutan tersebut berupa:
Ketakutan oleh fantasi-fantasi kehamilan, antara lain berupa gejalah muntah-muntah dan perut menjadi kembung.
Ketakutan pada menstruasi hingga merasakan gejala nyeri dan sakit waktu mendapatkan menstruasi.
Sehingga faktor-faktor ketakutan tersebut ialah rasa bersalah disadari dan mempengaruhi kehidupan psikis pada masa kemandulan.
Banyak faktor yang menyebabkan mengapa sepasang suami –istri tidak atau sukar menjadi hamil satelah kehidupan seksual normal yang cukup lama. Pada umumnya faktor-faktor organic atu fisiologi yang menjadi sebab utama. Tapi telah menjadi pendapat umum bahwa ketidakseimbangan jiwa dan kecemasan atau ketakutan yang berlebihan (emotional stress) dapat pula menurunkan derajat kesuburan wanita atau suaminya. Ketegangan jiwa dalam hal ini menyebabkan spasme dari deretan antara uterus dan tuba.
Menurut penyelidikan oleh Dinie dkk pada 678 kasus dengan keluhan mandul, mereka menemukan bahwa pada 554 kasus (81,6%) infertilitas disebabkan oleh kelainan organic, dan pada 124 kasus (18,4%) oleh psikologi. Setelah diketahui dan ditemukan sebabnya, maka kemudian dengan psikoterapi suami-istri dibebaskan dari tekanan psikologi atau emosional, maka kemudian si istri menjadi hamil.
Kesulitan psikologis biasanya mengakibatkan ketidakmampuan wanita untuk menjadi hamil atau menjadi seorang ibu. Sumber-sumber utama kemandulan disini dikatakan sebagai akibat gangguan psikologis yang kemudia sering menggangu proses fisiologis. Contoh: gejala sterilisasi npsikogenesis pada diri wanita memyebabkan kemandulan. Gejala tesebut banyak distimulir oleh peristiwa psikis, yaitu sistem hormonal yang tidak stabil.
Kehamilan Palsu (Pseudociecys)
Pseudosiesis adalah kehamilan imaginer atau kehamilan palsu, secara psikis lebih berat gangguannya dari peristiwa abortus. Pseudosiesis adalah wanita yang tidak hamil tapi merasa bahwa dirnya hamil diikuti dengan munculnya gejala dan tanda (dugaan) kehamilan. Gejala dan tanda (dugaan) yang muncul adalah amenorrhea (tidak datang haid), mual muntah dan gejala kehamilan yang tidak pasti karena adanya gejala dan tanda itu, maka wanita itu merasa ia benar-benar hamil. Hal ini banyak dijumpai pada wanita yang diinginkan sekali mempunyai anak dan juga terhadap seorang istri yang infertile yang ingin tetap dicintai oleh suaminya.
Tanda-tanda kehamilan pseoudosiesis:
Berhentinya haid
Membesarnya perut
Payudara besar dan ASI
Panggul melebar
Terjadi perubahan pada kelenjar endokrin
Wanita dengan pseudocyesis memiliki kondisi psikologis seperti berikut ini :
Adanya sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya, yaituingin sekali menjadi hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hamil. Ingin memiliki anak yang dibarengi dengan rasa takut untuk menteralisasi keinginan mempunyai anak.
Keinginan untuk menjadi hamil terutama sekali tidak timbul dari dorongan keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam, sikap bermusuhan, dan harga diri. Sebagai contoh pada wanita yang steril.
Secara bersamaan muncul kesediaan untuk menyadari, sekaligus kesediaan untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya adalah ilusi belaka.
Wanita dengan pseudocyesis tidak terlepas dari pseudologi, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk mengingkari ha-hal yang tidak menyenangkan.
Kehamilan di Luar Nikah
Hamil di luar nikah adalah hamil di luar ikatan perkawinan. Pada umumnya terdapat pada wanita pubertas atau odolescen. Prosesnya adalah permainan seksual yang belum matang yang merupakan perbuatan seksual sebagai eksperimen atau coba-coba yang dilakukan para remaja. Kehamilan di luar nikah biasanya diakibatkan oleh pergaulan bebas yang diakibatkan oleh didikan dari keluarganya berupa:
Kekurangan kasih sayang yang di berikan oleh keluarga terhadap anak perempuannya akibat orang tua sibuk kerja, perceraian, dan broken home.
Keluarga yang terlalu disiplin sehingga anak tersebut memberontak untuk menunjukkan kedewasaanya.
Wanita yang mengalami hamil di luar nikah mengalami reaksi psikologi dan emosional pertma-tama terhadap segala akibat yang akan ditimbulkannya. Dapat dipahami bahwa mereka yang hamil sebelum menikah menolak kehamilannya dan mencari pertolongan untuk menggugurkan kandungannya atau mereka menjadi putus asa dan berusaha bunuh diri.
Dengan terjadinya hamil di luar nikah ini mengakibatkan timbulnya dampak buruk. Demikian juga kehamilan pra nikah yang terjadi pada remaja dapat megakibatkan timbulnya masalah-masalah sebagai berikut ini:
Masalah Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja (putri) yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua. Kesehatan reproduksi yang prima akan menjadi generasi yang sehat dan berkualitas. Di kalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah liberalisasi dan berakibat timbulnya berbagai penyakit menular seksual yang merugikan alat reproduksi antara lain sifilis, gonorhoe, herpes alat kelamin, condiloma akuminata, HIV dan pada akhirnya AIDS.
Jika suatu saat ingin hamil normal maka besar kemungkinan alat reproduksi sudah tidak baik dan menimbulkan berbagai komplikasi dalam kehamilan baik bagi ibu maupaun janin yang dikandung.
Masalah Psikologi pada Kehamilan Remaja
Remaja yang hamil di luar nikah, menghadapi berbagai masalah tekanan psikologis. Yaitu katakutan, kecewa, menyesal dan rendah diri. Dampak terberat adalah ketika pasangan yang menghamili tidak mau bertanggung jawab. Perasaan bersalah membuat mereka tidak berani berterus terang pada orang tua. Pada beberapa kasus seringkali ditemukan remaja yang hamil pra nikah menjadi frustasi. Lalu nekad berusaha melakukan pengguguran kandungan dengan pijat ke dukun. Biasanya mereka mendapat referansi dari teman-teman sebaya agar minum obat-obatan tertentu untuk menggugurkan kandungan padahal mereka tidak tahu bahwa obat tersebut sangat berbahaya bagi keselamtan jiwa. Sementara dampak psikologis dari pihak orang tua adalah perasaan malu dan kecewa. Mersa gagal untuk mendidik putri mereka terutama dalam hal normal dan agama. Kehamilan di luar nikah masih belum bisa diterima di masyarakat Indonesia. Sehingga anak yang dilahirkan nantinya juga akan mendapat stigma sebagai anak haram hasil perzinahan. Kendati ada juga yang kemudian dinikahkan, kemungkinan besar pernikahan tersebut banyak yang gagal karena belum ada persiapan mental dan jiwa yang matang.
Masalah Sosial Ekonomi
Keputusan untuk melangsungkan pernikahan diusia dini yang berprovacut tujuan menyelesaikan masalah pasti tidak akan lepas dari kemelut seperti: penghasilan terbatas atau belum mampu mandiri dalam membiayai kelurga baru, putus sekolah, tergantung pada orang tua. Remaja yang hamil dan tidak menikah seringkali mendapat gunjing dari tetangga. Masyarakat di Indonesia masih belum bisa menerima single parent.kontrol sosial dan moral dari masyarakat ini memang tetap diperlukan sebagai rambu-rambu dalam pergaulan.
Dampak Kebidanan
Penyulit pada remaja lebih tinggi dibandingkan denga "kurun waktu reproduksi sehat" antara umur 20 sampai dengan 30 tahun. Hal ini Karen abelum matangnnya sistem reproduksi yang berpengaruh besar tehadap kesehatan ibu maupaun janin.
Kehamilan yang tidak Dikehendaki
Permasalahan pada Kehamilan Yang Tidak Dikehendaki
Kalangan Remaja
Kehamilan yang tidak dikehendaki biasanya terjadi pada remaja akibat hubungan yang terlampau bebas, tetapi juga pada wanita yang telah menikah sebagai akibat dari kegagalan kontrasepsi dan penolakan pada jenis kelamin bayi yang ia kandung.
Remaja bisa bilang kalau seks bebas pra nikah itu aman untuk di lakukan. Akan tetapi, bila remaja melihat, memahami ataupun merasakan akibat dari perilaku itu, ternyata hasilnya lebih banyak merugikan. Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas itu adalah kehamilan yang tidak di harapkan (KTD) . Kehamilan yang tidak di rencankan sebelumnya bisa merampas "Kenikmatan" masa remaja yang seharusnya di nikmati oleh remaja laki-laki maupun perempuan. Walaupun kehamilan itu sendiri dirasakan langsung oleh perempuan, tetapi remaja pria juga akan merasakan dampaknya karena harus bertanggung jawab. Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika mengalami KTD (Kartini, 1992):
Mempertahankan Kehamilan
Semua dampak tersebut dapat membawa resiko baik fisik, psikis maupun sosial. Bila kehamilan dipertahankan resiko psikis yang timbul yaitu ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak mempertanggungjawabkan perbuatannya.Kalau mereka menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah yang penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan belum siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan akan sangat di bebani oleh berbagai perasaan yang tidak nyaman, seperti dihantui rasa malu yang terus menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain.
Mengakhiri Kehamilan (aborsi)
Bila kehamilan di akhiri bisa mengakibatkan dampak negatif secara psikis. Oleh karena itu, pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stress, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan, kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi.
Wanita Dewasa atau Ibu Yang Sudah Menikah
Seorang ibu yang tidak menghendaki kehadiran anak disebabkan karena mereka merasa akan mengganggu karirnya karena akan membuatnya terikat atau karena ia sudah terlampau sibuk merawat anak-anak yang lain. Selain itu, mereka merasa tidak dapat membagi waktu antara kesibukan pekerjaan dengan merawat anak. Penyebab terjadinya KTD pada wanita atau ibu yang telah menikah antara lain karena kegagalan alat kontrasepsi yang dipakai.
Tanda dan Gejala Gangguan Psikologis pada Wanita dengan Kehamilan yang Tidak Dikehendaki
Pada kehamilan yang tidak dikehendaki, wanita merasa bahwa janin yang dikandungnya bukanlah bagian dari dirinya dan berusaha untuk mengeluarkan dari tubuhnya melalui tindakan seperti aborsi.
Beberapa wanita bersikap aktif-agresif mereka sangat marah dan dendam pada kekasih atau suaminya serta merasa sanggup menanggung konsekuensi dari tindaknnya. Selain itu, calon bayinya dianggap sebagai beban dan malapetaka bagi dirinya.
Kehamilan dengan Keguguran
Konsep Keguguran / Abortus
Abortus spontan adalah suatu keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus (berat 400 -1.000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu), sedangkan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis (Rustam, M, 1998)
Faktor Penyebab Abortus
Kemiskinan atau ketidakmampuan ekonomi.
Ketakutan terhadap orang tua.
Moralitas sosial.
Rasa malu dan aib.
Hubungan cinta yang tidak harmonis
Pihak pria yang tidak bertanggung jawab.
Kehamilan yang tidak diinginkan.
Tanda dan Gejala Gangguan Psikologis pada Abortus
Reaksi psikologis wanita terhadap keguguran bergantung konstitusi psikisnya sendiri.
Menimbulkan Sindrom Pasca-Abortus yang meliputi menangis terus-menerus, depresi berkepanjangan, perasaan bersalah, ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri, kesedihan mendalam, amarah, kelumpuhan emosional, problem atau kelainan seksual, kekacauan pola makan, perasaan rendah diri, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, mimpi-mimpi buruk dan gangguan tidur lainnya, dorongan untuk bunuh diri, kesulitan dalam relasasi, serangan gelisa dan panik, serta selalu melakukan kilas balik.
Kehamilan dengan Janin Mati
Hamil dengan janin mati adalah kematian janin dalam kandung yang dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti;
Kurang gizi
Stres yang berkepanjangan
Infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya
Ibu dari janin yang meninggal pada periode perinatal akan mengalami penderitaan. Selama kehamilan mereka telah mullai untuk mengenali mereka telah mulai untuk mengenali dan merasa dekatan dengan janinnya, ibu yang mengalami proses kehilangan atau kematian janin dalam kandungan akan mereka kehilangan. Pada proses berduka ibu memperlihatkan perilaku yang khas dan merasa emosianal tertentu. Hal ini di kelompokkan kdedalam berbagai tahapan meliputi :
Syok dan menyangkal, ketika di sampaikan janinnya mati reaksi orang tua atau ibu pertama kali adalah syok, tidak percaya dan menyangkal.
Marah dan bergeming, beberapa ahli menyebut ini sebagai tahap pencarian karena orang tua mencari alasan tentang kematian. Mereka biasanya mencari hal-hal yang mungkin mereka lakukan dengan berbeda
Disorientasi dan depresi, emosi predomininan pada fase ini adalah kesedihan berduka dibarengi dengan kehilangan, mereka menolak dan menarik diri, orang tua mungkin mengalami kesulitan untuk kembali ke kehidupan normal sehari – hari.
Reorganisasi dan penerimaan, fase akhir berduka meliputi penerimaan rasa kehilangan dan kembali beraktvitas normal sehari – hari. Hal yang sangat individu ini mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan. Energi emosianal ditinggalkan dan dikurangi serta mengalami kembali hubungan baru serta aktivitas baru.
Kehamilan dengan Ketergantungan Obat
Ketergantungan obat adalah salah satu keadaan kebutuhan fisik atau mental (psikologis) atau kedua – duanya yang terjadi sebagai akibat. Kondisi ini dapat terjadi akibat pergaulan bebas, kurang perhatian dan kasih sayang dari suami dan keluarga, serta kurang rasa percaya diri.
Penggunaan obat–obatan oleh wanita hamil dapat menyebabkan masalah baik pada ibu maupun janinnya. Janin akan mengalami catat fisik dan emosinal. Pertumbuhan janin akan terhambat, sehingga dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Bahkan dapat menyebabkan anak terhambat proses belajarnya nantinya dan bahkan ibu–ibu yang ketergantungan obat maka anaknya juga bisa ketergantungan obat. Selain itu penggunaan obat–obatan atau ketergantungan obat ini juga dapat menyebabkan terjadinya abortus, partus premartus, dan abortio plasenta. Tidak hanya itu, wanita dengan ketergantungan obat ini memiliki efek stres yang tinggi karena pemikiran–pemikiran yang berupa khayalan yang bukan–bukan terhadap janinnya. Memikirkan janinnya lahir nanti dalam keadaan cacat dan atau meninggal dalam perutnya.
Jenis-jenis Obat yang Menimbulkan Ketergantungan
Antikolinergik
Yaitu jenis obat yang memberingkan efek menenangkan, membuat pemakai tidak atau kurang mampu merasakan sensi. Banyak digunakan dalam tindakan medis seperti anestesi (pembiusan), meliputi Atropine, Beladona, dan Skpolamin.
Kanabis/Ganja
Yaitu jenis-jenis obat yang tergolong dalam kelas cannabis sativa atau tanaman rami. Tanaman semak/perdu yang tumbuh secara liar di hutan yang mana daun, bunga, dan biji kanabis berfungsi untuk relaksan dan mengatasi kercunan ringan (intoksikasi ringan). Jenisnya antara lain Mariyuana, Tetra hidrocanabinol (THC), dan ganja.
Sedative pada susunan sistem saraf pusat
Yaitu berbagai jenis obat yang mampu menenangkan atau menjadikan fase relaksasi pada sistem saraf pusat, yaitu Barbiturat, Klordiazepoksid, Diazepam, Flurazepam, Glutetiiida, dan Meprobanmat.
Stimulant pada susunan sisitem saraf pusat
Yaitu berbagai jenis obat-obatan yang mampu menstimulasi kerja sistem saraf pusat yang terdiri atas antiobesitas, Amfetamin, Kokain, Metilfedinat, Metaqualon, dan Fenmetrazin.
(a) Halusinogen
Yaitu berbagai jenis obat-obatan yang memberikan efek rasa sejahtera dan eurofia ringan, serta membuat pemakainya berhalusinasi, yaitu LSD, Ketamin, Meskalin, Dimetiltriptamin, dan Fensiklidin.
(b) Opiat/Narkotik
Opiate atau opium adalah bubuk yang dihasilkan oleh tanaman yang bernama Poppy/Papaver somniferum dimana di dalam bubuk haram tersebut terkandung morfin yang sangat baik untuk menghilangkan rasa sakit dan kodein yang berfunngsi segai obat antitusif. Jenisnya antara lain adalah Kodein, Heroin, Hidromorfom, Meperidin, Morfin, Opium, Pentazosin, dan Tripelenamin.
Tanda dan Gejala Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Ketergantungan Obat.
Wanita dengan ketergantungan obat cenderung memiliki angka depresi, kepanikan, dan fobia yang lebih tinggi dari pria, sehingga jika ia dalam masa kehamilan akan memberikan dampak yang buruk bagi janinnya.
Wanita dengan ketergantungan obat merasa dirinya tidak layak untuk hami, sehingga ia cenderung megingkari kehamilannya.
Wanita hamil dengan ketergantungan obat sangant beresiko terlambat dalam melakukan perawatan prenatal. Mereka enggan berinteraksi dengan sisitem perawatan kesehatan, terutama jika mereka obat-obat terlarang yang menyebabkan mereka ketakutan terhadap impikasi hukum.
Terdapat perasaan berdosa dalam dirinya karena kehamilannya, sehinnga ia takut bayi yang ia kandungnya juga akan mengalami hal seperti dirinya.
Bagi wanita dengan adiksi yang tidak mau bergerak ke siklus pemulihan, setiap kekhawatiran pada bayinya mungkin dikesampingkan oleh kekhawatirannya mendapatkan obat.
Adakalanya kehamilan menjadi katalis untuk memulai siklus pemulihan pada wanita dengan ketergantungan obat.
Pengelolaan Gangguan Psikologi
Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Infertilitas
Gangguan psikologis pada infertilitas merupakan siklus yang tidak terputus. Infertilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan psikologis yang menghambat proses reproduksi itu sendiri dan dampak dari infertilitas ini juga mengakibatkan gangguan psikologis. Adapun penanganannya dapat dilakukan dengan konseling pasangan, mengingat kondisi ini melibatkan kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.
Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan Palsu (Pseudocyesis)
Peristiwa pseudocyesis merujuk pada peristiwa pseudologia, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk mengingkari atau menghindari realitas yang tidak menyenangkan. Wanita pseudocyesis ingin sekali menonjolkan egonya untuk menutupi kelemahan dirinya, oleh karena itu dipilhlah aliran konseling psikoanalisis dengan menekankan pentingnya riwayat hidup klien, pengaruh dari pengalaman diri pada kepribadian individu, serta irasionalitas dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia. Peran konselor dalam hal ini adalah menciptakan suasana senyaman mungkin agar klien merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran-pikiran yang sulit. Proses ini bisa dilakukan dengan meminta klien berbaring di sofa dan konselor di belakang (sehingga tidak terlihat). Konselor berupaya agar klien mendapat wawasan dengan menyelami kembali dan kemudian menyelesaikan pengalamn masa lalu yang belum terselesaikan. Dengan begitu klien diharapkan dapat memperoleh kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih efektif, dapat menghadapi ansietas dengan realistis, serta dapat mengendalikan tingkah laku irasional (Lesmana,2006).
Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan di Luar Nikah
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan guna menangani permasalahan ini adalah dengan konseling humanistik, di mana manusia sebagai individu berhak menentukan sendiri keputusannya dan selalu berpandangan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah baik (Rogers, 1971). Sebagai konselor yang ingin memberikan konseling perlu memiliki tiga karakter seperti berikut ini.
Empati, adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama dengan klien, usaha berpikir bersama tentang, dan untuk mereka (klien).
Positive regard (acceptance), yaitu menghargai klien dengan berbagai kondisi dan keberadaannya.
Congruence(genuineness), adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik.
Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan Yang Tidak Dikehendaki
Penanganan dalam permasalahan ini tidak jauh berbeda dengan penanganan pada kehamilan di luar nikah. Perbedaannya hanya pada teknik konselingnya-karena kehamilan ini terjadi pada wanita yang telah menikah-yaitu dengan konseling pasangan.
Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Keguguran
Sindrom pasca-abortus berada dalam kategori "kekacauan akibat stress pasca-trauma". The American Psychiatric (APA) menjelaskan bahwa kekacauan akibat stress pasca-trauma terjadi apabila orang mengalami suatu peristiwa yang melampaui batas pengalaman manusia biasa, di mana pengalaman ini hampir dipastikan akan mengguncangkan jiwa siapa saja. Sindrom Pasca-abortus ditangani dengan konseling kejiwaan dan psikologis. Pada dasarnya terapi konselinng untuk wanita post-aborsi tidak jauh berbeda dengan konseling karena kehilangan, di mana dalam konseling in harus memperhatikan setiap fase dalam penerapannya.
Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Janin Mati
Dalam memberikan bantuan dan konseling pada ibu dengan janin mati harus disesuaikan dengan fase di mana ia berada. Dengan memperhatikan hal itu diharapkan bantuan yang diberikan adalah bantuan yang tepat, bukan bantuan yang justru membuat keadaan semakin kacau.
Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Ketergantungan Obat
Ketergantungan obat merupakan suatu kondisi yang tercipta karena adanya pengaruh lingkungan dan faktor kebiasaan.
Dalam penanganan permasalahan ini perlu dilakukan konseling dengan pendekatan behavioristik, di mana konselor membantu klien untuk belajar bertindak dengan cara-cara yang baru dan pantas, atau mebantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih atau maladaptif.
Tujuan dari konseling yang diberikan adalah untuk mengubah tingkah laku yang maladaptif dan belajar tingkah laku yang lebih efektif. Memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku dan menemukan cara untuk mengatasi tingkah laku yang bermasalah. Dalam hal ini bidan harus mampu membantu klien untuk mengubah tingkah laku maladaptifnya, yang tentunya melaui tahapan-tahapan dan proses yang kontinu.
Riwayat pasien yang lengkap dengan pertanyaan secara spesifik sangat penting diperoleh bertujuan mendeteksi penyalahgunaan zat, sehingga akan dapat diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi ketergantungan obat pada wanita tersebut. Bidan harus mengerti bahwa wanita sering kali menggunakan lebih dari satu zat, contohnya, wanita yang menggunakan sedatif mungkin juga menggunakan stimulan.
Bidan harus mampu meberikan penguatan/reinforcement dan terus memberikan dukungan pada wanita dalam setiap tahap perubahan tingkah laku pemulihannya, dan juga menanamkan pengertian akan berharganya sang buah hati, yang dapat mendorong wanita untuk melakukan proses pemulihan. Bidan harus memberikan dukungan kontinu pada wanita saat melakukan pemulihan dan pola kekambuhan adiksi.
Jadilah pendengar yang baik bagi wanita dengan ketergantungan zat, karena sering kali penerimaan yang baik menimbulkan kepercayaan dan rasa tenang bagi wanita.
Konseling dan Komunikasi Terapeutik pada Masa Kehamilan
Tingginya angka kematian ibu (AKI) merupakan permasalahan, karena kematian ibu akan berdampak kepada seluruh keluarga. Mengingat masih tingginya AKI, diperlukan suatu kerja sama yang baik antara bidan dengan ibu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh bidan adalah dengan melakukan konseling. Konseling yang diberikan kepada ibu hamil maupun keluarga meliputi proses kehamilan, gejala kehamilan, tanda-tanda kehamilan, taksiran usia kehamilan,perkiraan persalinan, status kesehatan ibu dan janin, keluhan umum, tanda-tanda komplikasi kehamilan, dan lain-lain.
Konseling yang diberikan bidan pada trimester pertama dan kedua adalah pemberian informasi tentang perubahan-perubahan yang akan terjadi selama perkembangan janin berdasarkan usia kehamilannya, perubahan pada ibu, dan usaha pencegahannya. Beberapa hal yang diperhatikan dalam konseling antara lain :
Rasa Mual yang Disertai Muntah
Konseling yang dilakukan adalah menganjurkan ibu hamil untuk memakan enam kali sehari dalam jumlah sedikit demi sedikit atau makan beberapa keping biskuit sebelum atau saat bangun tidur. Atau menganjurkan ibu menghindari makanan yang bisa memperburuk keadaan mual. Bila mual dan pusing muncul di pagi hari, cobalah minum air hangat sebelum tidur, hindari makanan yang berkadar banyak lemak, asam, pedas dan beraroma bau-bauan dan makanlah makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan protein.
Seringnya Buang Air Kecil
Konseling yang dilakukan bidan adalah menganjurkan ibu saat buang air kecil untuk memiringkan tubuh ke depan. Posisi ini akan membantu ibu untuk mengosongkan kandung kemih. Selain itu, batasi cairan masuk ke dalam tubuh malam dan siang hari sebaiknya minumlah air sedikitnya delapan gelas sehari. Lakukan senam panggul dengan melakukan gerakan menarik dan menahan panggul hingga 10 hitungan, dan menganjurkan ibu agar berkemih kurang-kurangya setiap dua jam.
Hidung Tersumbat dan Epistaksis
Untuk mengatasi gangguan ini, bidan dapat menganjurkan pada ibu hamil untuk lebih banyak minum air hangat atau meletakkan handuk hangat dan memijit didaerah sekitar hidung.
Nyeri pada Daerah Payudara
Untuk mereduksi rasa nyeri daerah payudara, bidan dapat menganjurkan agar ibu hamil menggunakan bra yang mempu menyokong payudara atau menggunakan bra tidak terlalu menekan.
Kembung
Untuk mereduksi rasa kembung bidan dapat menganjurkan agar ibu hamil mengatur jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh, jangan makan dengan porsi banyak karena akan memicu kembung dan ketika makan jangan tergesa-gesa, karena bisa menimbulkan banyak jumlah gas yang tertelan. Kemudian, hindari makanan yang mengandung gas atau merangsang lambung seperti kol, gorengan, kacangan, pedas atau manis.
Hiperpalisipasi ( Pengaruh Estrogen )
Untuk mereduksi keadaan ini bidan dapat menganjurkan agar ibu hamil sering menggunakan pembersih mulut, mengunyah, atau menghisap permen karet keras.
Sakit Kepala dan Kelelahan
Untuk mereduksinya, bidan menganjurkan agar ibu hamil cukup istirahat dan rajin olahraga, menghindari gerakan-gerakan yang mengagetkan, duduk dengan posisi nyaman dan rileks, makan teratur, jangan lapar, hilangkan beban pikiran, dan selalu berpikir positif.
Kelelahan
Untuk mereduksinya bidan dapat menganjurkan ibu agar cukup istirahat dan cukup tidur, jangan memaksa melakukan aktivitas, cukup olahraga, dan tingkatkan gizi, seperti protein dan zat besi.
Sakit Gigi
Untuk mereduksinya, bidan bisa menganjurkan agar ibu hamil rajin membersihkan gigi setiap selesai makan atau mau tidur, dan sering berkumur agar asam tak tertinggal di gigi, hindari makanan manis dan banyak makan-makanan yang mengandung serat.
Varises Vena
Gangguan ini muncul akibat sirkulasi buruk dan melemahnya dinding pembuluh darah. Untuk mereduksinya, bidan bisa memberikan anjuran kepada ibu hamil lebih banyak berolahraga, jalan kaki di pagi hari secara teratur, dan tidak melipat kaki saat duduk.
Kram Kaki
Penyakit ini muncul akibat spase otot grastokemios dan kurangnya kalsium. Untuk mereduksinya, bidan dapat menganjurkan agar ibu melakukan kegiatan senam hamil, periksalah darah, mengurangi makanan yang mengandung kalsium dan magnesium atau mengurut kaki mulai ujung kaki hingga paha dan jangan mengencangkan otot kaki secara mendadak dan selalu berolahraga dengan teratur.
Nyeri Punggung
Untuk mereduksinya, bidan dapat menganjurkan agar ibu tidak mengangkat barang-barang berat, tidak menggunakan sepatu hak tinggi atau ibu bisa berendam dengan air hangat. Jika lagi duduk gunakan bantal sebagai penyangga dan hindari berdiri dalam waktu lama.
Sesak Napas
Cara mengatasi sesak napas masa kehamilan adalah tidur posisi miring, memeluk bantal posisi kaki sebelah ditumpangkan ke atas bantall guling. Dengan begitu diafragma dapat dikurangi dibandingkan bila ibu tidur telentang. Kurangi berat badan dengan tidak berlebihan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki berbagai corak kebudayaan yang masing – masing kebudayaan juga memiliki mitos tentang kehamilan. Bentuk – bentuk mitos kehamilan yang berlaku sangat bervariatif dan contoh – contoh yang umum ialah selama masa kehamilan tidak diperkenankan ibu untuk minum es karena dianggap membuat tubuh janin bertambah besar, tidak boleh makan nenas, pisang ambon dan sebagainya.
Ciri – ciri umum perubahan fisik selama masa kehamilan ialah tidak haid (Amenorea), meningkatnya aktivitas hormon, membesarnya payudara, perubahan bentuk rahim, perubahan sistem organ – organ tubuh, membesarnya perut, naiknya berat badan, melemahnya relaksasi otot – otot saluran pencernaan, ensivitas pada penginderaan, kaki dan tangan mulaii membesar.
Perubahan adaptasi psikologi pada masa kehamilan mulai dari trimester I, trimester II, dan trimester III.
Trimester I : Rasa cemas bercampur bahagia, perubahan emosional, sikap ambivalen, ketidakyakinan atau ketidakpastian, perubahan seksual, fokus pada diri sendiri, stress, dan goncangan psikologis.
Trimester II, klasifikasi periode trimesteer kedua dikelompokkan menjadi dua fase, yakni fase pre-quickening dan post quickening.
Trimester III : Trimester III disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran bayinya. Perasaan takut akan muncul, ibu mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan dirinya sendiri seperti apakah bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan (nyeri, kehilangan kendali dan lain-lain).
Gangguan psikologi pada masa kehamilan yaitu :
Pasangan infertil : Infertilitas merupakan suatu kondisi yang menunjukkan ketidakmampuan suatu pasangan untuk mendapatkan atau menghasilkan keturunan.
Kehamilan palsu (Pseudosiesis) : Pseudosiesis adalah wanita yang tidak hamil tapi merasa bahwa dirnya hamil diikuti dengan munculnya gejala dan tanda (dugaan) kehamilan. Gejala dan tanda (dugaan) yang muncul adalah amenorrhea (tidak datang haid), mual muntah dan gejala kehamilan yang tidak pasti karena adanya gejala dan tanda itu, maka wanita itu merasa ia benar-benar hamil.
Kehamilan di Luar nikah : Hamil di luar nikah adalah hamil di luar ikatan perkawinan. Kehamilan di luar nikah biasanya diakibatkan oleh pergaulan bebas yang diakibatkan oleh didikan dari keluarganya.
Kehamilan yang Tidak Dikehendaki : Kehamilan yang tidak dikehendaki hanya terjadi pada remaja akibat hubungan yang terlampau bebas
Kehamilan dengan Keguguran : Abortus spontan adalah suatu keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus (berat 400 -1.000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu).
Kehamilan dengan Janin Mati : Hamil dengan janin mati adalah kematian janin dalam kandung yang dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti Kurang gizi Stres yang berkepanjangan Infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya
Kehamilan dengan Ketergantungan Obat : Ketergantungan obat adalah salah satu keadaan kebutuhan fisik atau mental (psikologis) atau kedua – duanya yang terjadi sebagai akibat.
Setiap gangguan psikologi pada masa kehamilan memiliki penanganan ataupun pengelolaannya masing-masing
Konseling dan komunikasi terapeutik pada masa kehamilan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh bidan. Konseling yang diberikan kepada ibu hamil maupun keluarga meliputi proses kehamilan, gejala kehamilan, tanda-tanda kehamilan, taksiran usia kehamilan,perkiraan persalinan, status kesehatan ibu dan janin, keluhan umum, tanda-tanda komplikasi kehamilan, dan lain-lain.
Saran
Kita sebagai mahasiswa yang nantinya akan menjadi seorang tenaga kesehatan, harusnya lebih memepelajari dan memahami bagaimana perubahan fisiologis dan psikologis selama masa kehamilan. Oleh karena itu peran bidan sangatlah penting dalam memberikan konseling pada ibu hamil mengenai perubahan-perubahan yang terjadi selama masa kehamilan. Sehingga, ibu hamil bisa mengatasi perubahan-perubahan tersebut tanpa ada rasa cemas, khawatir, takut dan sebagainya. Jadi, ibu bisa menjalani proses kehamilannya dengan normal dan bahagia.