MAKALAH PEMELIHARAAN AYAM BROILER
Disusun Oleh : TRIYONO NIM. 201416127
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURAKARTA 2017 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas Makalah Budidaya Ternak Unggas tentang “Pemeliharaan Ayam Broiler”. Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan Ternak. Makalah ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa yang diharapkan dan dengan terselesainya Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap pembacanya. Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan pembelajaran. Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ucapan terima kasih kepada : Dosen Pembimbing dan Teman teman berkat kerjasamanya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis buat ini mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Tujuan ..........................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN A. Ayam Broiler ...............................................................................
3
B. Perkandangan ...............................................................................
5
C. Pakan ............................................................................................
9
D. Manajemen Pemeliharaan ............................................................
10
E. Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit ............................................
14
F. Analisis Hubungan .......................................................................
15
G. Panen ............................................................................................
16
H. Pasca Panen ..................................................................................
16
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................
18
B. Saran ............................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
19
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein
hewani
juga
turut
meningkatkan
angka
perminataan
produk
peternakan. Daging banyak dimanfaatkan olehmasyarakat karena mempunyai rasayang enak dan kandungan zat gizi yangtinggi.Salah satu sumber daging yangpaling banyak dimanfaatkan olehmasyarakat Indonesia adalah ayam.Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam broiler, petelur afkir, dan ayam kampung. Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan komoditas unggulan.Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen.Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional.Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh rumah potong ayam modern dan tradisional.Proses penanganan di RPA merupakan kunci yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam (RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanyakontaminasi dan kerusakan selama prosesing dan distribusi. Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas produknya.Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan.Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan pembantu, bahan tambahan,
1
mutu produk akhir hingga pengemasan.Untuk itu perlu ada penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.
B. Tujuan Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui permasalahanpermasalahan yang terjadi di peternakan ayam niaga pedaging, rumah potong ayam dan pasar yang berkaitan dengan rendahnya kualitas karkas ayam niaga pedaging serta mencari solusi pemecahannya.
2
BAB II PEMBAHASAN
I. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Menurut Northe (1984) pertambahan berat badan yang ideal 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu. Menurut Suprijatna et al. (2005) Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Siregar et al. (1980) bahwa ayam Broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi. Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara khusus untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4 kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau
3
delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor (Anonimus, 1994). Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energy yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak, (Anggorodi, 1985). Halhal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi (Anonimus, 1994). Daghir (1998) membagi tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga dipasarkan. Ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Banyak strain ayam pedaging yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan sekelompok ayam yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro (Suprijatna et al., 2005).
4
J. Perkandangan Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan bagi ayam, mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan kesehatan dan bahan kandang mudah didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yang baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut biasa berfungsi untuk melindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah tata laksana, menghemat tempat, menghindarkan gangguan binatang buas, dan menghindarkan ayam kontak langsung dengan ternak unggas lain (Anonimus, 1994). Kandang serta peralatan yang ada di dalamnya merupakan sarana pokok untuk terselenggarakannya pemeliharaan ayam secara intensive, berdaya guna dan berhasil guna. Ayam akan terus menerus berada di dalam kandang, oleh karena itu kandang harus dirancang dan ditata agar menyenangkan dan memberikan kebutuhan hidup yang sesuai bagi ayam-ayam yang berada di dalamnya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah pemilihan tempat atau lokasi untuk mendirikan kandang serta konstruksi atau bentuk kandang itu sendiri. Kandang merupakan modal tetap (investasi) yang cukup besar nilainya, maka sedapat mungkin semenjak awal dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam pembangunannya, apabila keliru akibatnya akan menimbulkan problema-problema terus menerus sedangkan perbaikan tambal sulam tidak banyak membantu (Williamsons dan Payne, 1993). Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama(Bambang,1995). Persiapan dalam perkandangan adalah : 1. Lokasi kandang
5
Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat. 2. Pergantian udara dalam kandang. Ayam
bernapas
membutuhkan
oksigen
dan
mengeluarkan
karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik. 3. Suhu udara dalam kandang. Tabel 1. Suhu ideal kandang sesuai umur adalah : Umur (hari) Suhu ( 0C ) 01 - 07
34 – 32
08 - 14
29 – 27
15 - 21
26 – 25
21 - 28
4 – 23
29 - 35
23 – 21
4. Kemudahan mendapatkan sarana produksi Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan. 5. Kepadatan Kandang Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit. Pengaturan kepadatan kandang dilakukan sedemikian rupa untuk mengatasi kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang. Hal ini juga bermanfaat untuk kenyamanan ayam. Kepadatan kandang juga berpengaruh terhadap produksi, performen dan tingkat kenyamanan ayam broiler (May dan Lott, 1992).
6
Tabel 2. Tingkat kepadatan kandang ayam per bobot hidup Bobot Badan (kg)
Ekor/m2
1,4
13 – 17
1,8
10 – 13
2,3
8 – 10
2,7
6–8
Tabel 3. Standar Bobot Badan Ayam Broiler Berdasarkan Jenis Kelamin pada Umur 1 sampai 6 Minggu ((NRC, 1994) Umur (minggu)
Jenis Kelamin Jantan (g)
Betina (g)
1
152
144
2
376
344
3
686
617
4
1085
965
5
1576
1344
6
2088
1741
Jika dilihat dari perbandingan table 2 dan 3 maka dapat dibandingkan perbandingan antara umur dengan luas kandang yang dibutuhkan sesuai dengan jenis kelamin dan bobot badan. Kepadatan tinggi menurunkan berat badan pullet umur 18 minggu (Anderson dan Adams, 1997), meningkatkan kerusakan dada pada broiler, menimbulkan kanibalisme pada ayam, yakni ayam saling patuk mematuk sehingga menimbulkan luka pada tubuh ternak sehingga memudahkan masuknya parasit dan menimbulkan penyakit dan akhirnya meningkatkan angka kematian, pencapaian berat badan yang rendah dan mengurangi konsumsi pakan pada broiler, sedangkan konsumsi pakan broiler umur 7 minggu menurun sebesar 3,7% pada jantan dan 3,9% pada betina ketika kepadatan kandang ditingkatkan dari 10 ekor/m2 menjadi 15 ekor/m2. Kepadatan tinggi yang diasumsikan dengan bobot badan perluasan lantai
7
mengurangi aktivitas broiler menjadi lebih sedikit berjalan, sebaliknya lebih banyak mengantuk dan tidur (Cravener et al., 1992). 6. Tipe Kandang a. Kandang postal. Kandang ini tidak terdapat halaman umbaran sehingga dalam pemeliharaan sistem ini ayam-ayam selalu terkurung sepanjang hari di dalam kandang. Litter yang baik harus dapat memenuhi beberapa kriteria yakni: memiliki daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak menyebabkan kerusakan dada, mempertahankan kehangatan, menyerap panas, dan menyeragamkan temperatur dalam kandang (Prayitno dan Yuwono, 1997).Litter merupakan sistem kandang pemeliharaan unggas dengan lantai kandang ditutup oleh bahan penutup lantai seperti, sekam padi, serutan gergaji, dan jerami padi (Rasyaf, 1994). Keuntungan sistem ini adalah biaya relatif rendah, menghilangkan bau kotoran, jika litter kering maka pembuangan kotoran lebih mudah dan dapat menahan panas didalam kandang. Kekurangannya adalah penyebaran penyakit lebih mudah, Pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati (Campa, 1994). b. Cage Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet, menyerupai batere dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol, memudahkan
tata
laksana,
penyebaran
penyakit
tidak
mudah.
Kelemahannya adalah biaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan mineral, dan sering banyak lalat (Rasyaf, 1994). c. Panggung Sistem ini biasanya dibuat diatas kolam ikan. Bahan yang biasa digunakan untuk alas lantai adalah bambu yang dipasang secara berderet agar ayam tidak terperosok. Kelebihannya adalah sisa pakan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan, penyebaran penyakit relatif rendah. Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu untuk alas terlalu lebar, akan dapat mengakibatkan ayam terperosok, biaya pembuatan relatif mahal (Martono, 2006).
8
K. Pakan Ayam broiler sebagai bangsa unggas umumnya tidak dapat membuat makanannya sendiri. Oleh sebab itu ia harus makan dengan cara mengambil makanan yang layak baginya agar kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral harus dipenuhi agar pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi- fungsi tubuhnya secara normal. Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi ayam broiler sangat besar (Rasyaf, 1994). Suprijatna et al. (2005) pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam proses pertumbuhan. Ransum dapat diartikan sebagai pakan tunggal atau campuran dari berbagai bahan pakan yang diberikan pada ternak untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak selama 24 jam baik diberikan sekaligus maupun sebagian (Lubis, 1992). Rasyaf (1994) menyatakan ransum adalah kumpulan dari beberapa bahan pakan ternak yang telah disusun dan diatur sedemikian rupa untuk 24 jam. Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadilah, 2004). Pemberian ransum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan produksi (Suprijatna et al. 2005). Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi). Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya.
Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed
Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.
9
Contoh perhitungan : Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama pemeliharaan 3125 kg, maka FCR-nya adalah : Berat total ayam hasil panen = 1000 x 2 = 2000 kg FCR = 3125 : 2000 = 1,6 Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi). Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi sejumlah ransum yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh (Anggorodi, 1985). Blakely dan Blade (1998) menjelaskan bahwa tingkat konsumsi ransum akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk dan komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak. Kebutuhan ransum ayam broiler tergantung pada strain, aktivitas, umur, besar ayam dan temperature( Ichwan , 2003). Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain umur, nutrisi ransum, kesehatan, bobot badan, suhu dan kelembaban serta kecepatan pertumbuhan (Wahju, 1997). Faktor yang dapat mempengaruhi ransum pada ayam broiler, diantaranya yaitu temperatur lingkungan, kesehatan ayam, tingkat energi ransum yang diberikan sistem pemberian makanan pada ayam, jenis kelamin ayam dan genetik ayam (Rasyaf, 1994). Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Pakan Ayam Broiler pada Periode Starter dan PeriodeFinisher (NRC, 1994) Nutrisi
Periode ”Starter”
Periode ”Finisher”
Protein (%)
23,00%
20,00%
Energi
Metabolis 2800-3200
2900-3200
(kkal/ kg) Kalsium (%)
1,00
0,90
Fosfor (%)
0,45
0,35
L. Manajemen Pemeliharaan Pemeliharaan ayam daging ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan 10
setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik (hemat). Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal pokok yang perlu dipertimbangkan sebaikbaiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan (Suyoto, 1983). Ayam broiler atau ayam daging dipelihara selama kurang lebih 6 sampai 7 minggu. Ayam ini tidak dimaksudkan untuk produksi telur, tetapi diharapkan dagingnya. Sampai umur 5 minggu beratnya kira-kira sama dengan ayam telur dewasa yaitu kurang lebih 1,5 kg. Cara pemeliharaan ayam daging hampir sama dengan ayam telur dari periode starter sampai grower (Jahja, 2000). Pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan secara tuntas terhadap kandang dan peralatan yang akan dipakai didalamnya, baik tempat makanan, tempat minuman,brooder, alat pelingkan dan lain-lain. Terutama pada kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari ternak yang lama, baik kotoran, bahanbahan yang tercecer harus dibersihkan secara tuntas sehingga tidak ada yang tertinggal, sebab setiap butir sisa dari kawanan ayam yang lama akan ada kemungkinan akan menularkan sesuatu penyakit kepada kawanan berikutnya. Pembersih dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun atau detergen) (Suyoto, 1983). Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara. Teknis pemeliharaan ayam broiler yang baik menurut (Anonimus, 2009), yaitu minggu pertama (hari ke-1 sampai ke-7). DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan
11
per ekor 13 gram atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles). Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen sudah diberi air munum. Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4. Minggu Kedua (hari ke-8 sampai ke14). Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gram per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam. Minggu Ketiga (hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gram per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Minggu Keempat (hari ke-22 sampai ke-28). Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gram per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap penyakit. Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gram per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 sampai 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen. Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5 minggu adalah 24,7 kg untuk 100 ekor ayam.
12
Minggu Keenam (hari ke-36 sampai ke-42). Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg. Menurut Bambang (1995) untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu): 1. Kuantitas pakan fase starter adalah terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram. 2. Kuantitas pakan fase finisher adalah terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram. Sedangkan Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu: 1. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masingmasing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air. 2. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan
13
minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor. Cara Pemberian Pakan: 2. Untuk anak ayam umur 1 - 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau sediakan pada wadah yang mudah terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah ransum ayam ras starter (pakan komersial). 3. Ayam umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu pakan ayam ras starter dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan perbandingan 1: 1 atau jagung giling dan katul dengan perbandingan 2 : 1 dan dapat di tambah protein hewani. 4. Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak halus, jagung giling, dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan dapat di tambahan gabah, gaplek dan tepung ikan.
M. Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit 1. Vaksinasi Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum. Pelaksanaan Kegiatan vaksinasi dapat dilakukan dengan cara membagi ayam menjadi 2 kelompok besar dalam sekatan. Ayam kemudian digiring ke dalam 2 sekatan yang terbentuk. Vaksinasi dilakukan mulai dari pen terakhir hingga pen pertama. Ayam yang telah divaksinasi diletakan diluar sekatan hingga kemungkinan terjadinya pengulangan vaksinasi dapat diminimalisir. Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung, mulut (cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar sehingga tidak menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak meninggalkan sisa sampah dari peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan, masker maupun sisa vaksin yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang divaksin harus benar- benar dalam keadaan sehat
14
tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak terjadi kematian dalam proses vaksinasi. Tata cara vaksinasi harus ditempat yang teduh, bersih, vaksin tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga tidak merusak vaksin. Program vaksinasi untuk unggas, harus disesuaikan dengan umur dari unggas tersebut dan harus berhati-hati dalam memvaksin karena sangat sensitif terhadap jarum suntik dan dapat menimbulkan stress dan kematian mendadak (Jahja, 2000). 2. Penyakit dan pencegahannya a.
Tetelo (Newcastle Disease/ND)
b.
Penyakit cacar ayam
c.
Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
d.
Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
e.
Berak Kapur (Pullorum)
f.
Berak darah (Coccidiosis)
g.
Pasteurellosis (Kolera unggas)
h.
Sindrom Kerdil Ayam
i.
Colibacillosis
j.
Pilek Pada Ayam
N. Analisis Hubungan Usaha perunggasan pada saat sekarang dan masa mendatang memiliki prospek yang cukup baik. Hal ini karena produk unggas memiliki kemampuan produksi yang cepat dan masal, produk daging dan telur disukai semua lapisan masyarakat dan didukung oleh industri penunjang secara paripurna diantaranya industry pembibitan, pabrik pakan, obat- obatan dan peralatan. Untuk mendirikan suatu peternakan diperlukan adanya modal yang menurut Kadarson (1992) merupakan salah satu faktor produksi yang disediakan, diolah dan dikontrol di dalam suatu perusahaan agrobisnis maupun usaha tani yang masih sederhana. Berdasarkan arah pemakainnya, modal terbagi menjadi modal investasi dan modal operasional (Kadarson, 1992). Modal operasional atau modal kerja disebut juga modal lancar yang dipakai untuk membiayai semua pengeluaran yang
15
menyebabkan perusahaan aktif, misalnya untuk membeli bahan-bahan produksi, perlengkapan-perlengkapan,
upah
pengawas
borongan
dan
pengeluaran-
pengeluaran konsumtif pada masa operasional (Kadarson, 1992). Menurut Rasyaf (1994) biaya ransum merupakan biaya terbesar dari seluruh komponen biaya produksi unggas umumnya dan ayam broiler khususnya. Biaya ini tergantung pada harga ransum dan konsumsi ransum secara kuantitatif dan kualitatif ditentukan secara teknis dan sudah ada standarnya, maka yang pertama harus dilihat dari sudut harga ransum itu sendiri. Tujuan setiap perusahaan adalah meraih keuntungan semaksimal mungkin dan mempertahankan kelestarian perusahaan (Kadarson, 1992). Oleh karena output yang digunakan, maka perusahaan akan berusaha mencapai suatu tingkat produksi yang dapat memberikan laba maksimal, yaitu suatu kondisi dimana marginal costnya adalah sama dengan marginal revenue (Prawirokusumo, 1981).
O. Panen Hasil Utama, untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam Hasil Tambahan, usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.
P. Pasca Panen 1. Stoving Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground) 2. Pemotongan Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk. 3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,754,40C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
16
4. Pengeluaran Jeroan Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah. 5. Pemotongan Karkas Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.
17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Ayam merupakan salah satu ternak yang potensial di daerah kita,dilihat dari segi konsumsi masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan daging dan telur ayam sangat tinggi karena hamper setiap hari dikonsumsi,sehingga beternak ayam adalah salah satu peluang bisnis yang sangat menguntungkan jika kita mau menekuninya dengan sungguh – sungguh. Beternak ayam juga memerlukan profesionalisme dan dedikasi yang penuh terhadap peternakan ayamnya, agar hasil yang didapat juga maksimal dan sangat memuaskan. Dalam arti kita mendapat keuntungan dari sisi ekonomi dan juga kita akan mendapatkan kepuasan batin dan itu merupakan kebanggaan tersendiri dari diri kita atas usaha yang kita tekuni.
B. Saran Semoiga makalah ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para peternak ayam baik bagi pemula maupun yang professional.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2011 Pendahuluan. http://micksihite.blogspot.com/p/laporan-semesterpraktikum-produksi.html Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta. Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia Pustaka:. Ciganjur. Kartini. 2011. Kandungan Zat Pakan Jagung. http://putramegatawang.com/kandungan-zat pakan-jagung.html. R, 2008. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia pustaka: Jakarta Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:. Jakarta Rasyaf. M, 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya: Jakarta Sugandi, 1978. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pedaging Strain MB 202-p Periode Starter–Finisher. PT. Janu Putro Sentosa: Bogor.
19